Cerebral Palsy
Cerebral Palsy
Cerebral Palsy
Penugasan 7
CEREBRAL PALSY
OLEH
ARSY CAHYA RAMADHANI
H1A 012 008
BLOK XVII: NEUROPSKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2015
Cerebral Palsy | 1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmatNya sehingga tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Secara keseluruhan, saya melaporkan hasil yang saya peroleh dari beberapa sumber
jurnal dan buku terkait dengan Cerebral palsy, dan harapan saya nantinya tugas ini dapat
digunakan untuk meningkatkan pemahaman kami mengenai materi pada blok neuropsikiatri
ini.
Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan serta dukungan, hingga terselesaikannya tugas ini. Saya menyadari sepenuhnya
bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan
kritik serta saran yang membangun, demi penyempurnaan tugas-tugas saya selanjutnya.
Penyusun
Cerebral Palsy | 2
PENDAHULUAN
Cerebral Palsy | 3
ISI
Definisi
Cerebral Palsy adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak
progresif, terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan
otak normal dengan gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukan kelainan
dalam sikap dan pergerakan, disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis,
gangguan ganglia basal dan serebelum juga kelainan mental.
Terminology ini digunakan untuk mendeskripisikan kelompok penyakit kronik yang
mengenai pusat pengendalian pergerakan dengan manifestasi klinis yang tampak pada
beberapa tahun pertama kehidupan dan secara umum tidak akan bertambah memburuk pada
usia selanjutnya. Istilah cerebral ditujukan pada kedua belahan otak, atau hemisfer dan palsi
mendeskripsikan bermacam penyakit yang mengenai pusat pengendalian pergerakan tubuh.
Epidemiologi
Cerebral palsy (CP) merupakan disabilitas motoric yang paling umum terjadi pada
masa kanak-kanak. Studi berbasis populasi dari seluruh dunia melaporkan prevalensi CP
diperkirakan berkisar antara 1,5 sampai lebih dari 4 per 1.000 kelahiran hidup atau anakanak dari berbagai usia yang ditetapkan. Sekitar 1 dari 323 anak-anak telah diidentifikasi
mengalami CP menurut perkiraan dari Autism and Developmental Disabilities Monitoring
(ADDM) Network CDC . CP umumnya lebih banyak pada laki-laki daripada kalangan
perempuan. CP adalah lebih umum terjadi pada anak-anak kulit Hitam daripada Putih. Anak
Hispanik dan Putih memiliki kecendrungan yang
(77,4%) dari anak-anak yang diidentifikasi dengan CP memiliki CP spastik. Lebih dari
setengah (58,2%) dari anak-anak yang diidentifikasi dengan CP bisa berjalan secara
independen. Banyak anak-anak dengan CP juga memiliki setidaknya satu kondisi (41%)
untuk terjadinya epilepsi dan 6,9% memiliki kondisi untuk terjadinya ASD (Cristensen et al.
2014)
.
Etiologi
Cerebral Palsy | 4
Penyebab cerebral palsy masih belum diketahui dengan jelas. Diperkirakan terjadi
kejadian spesifik pada masa kehamilan atau sekitar kelahiran dimana terjadi kerusakan pusat
motorik pada otak yang sedang berkembang. Beberapa dugaan penyebab cerebral palsy
antara lain :
1. Infeksi pada kehamilan
Rubella dapat menginfeksi ibu hamil dan fetus dalam uterus, akan menyebabkan
kerusakan sistem saraf yang sedang berkembang. Infeksi lain yang dapat
menyebabkan cedera otak fetus meliputi cytomegalovirus dan toxoplasmosis.
2. Ikterus neonatorum
Pada keadaan Rh/ABO inkompatibilitas, terjadi kerusakan eritrosit dalam waktu
singkat, sehingga bilirubin indirek akan meningkat dan menyebabkan ikterus. Ikterus
berat dan tidak diterapi dapat merusak sel otak secara permanen.
3. Kekurangan oksigen berat pada otak atau trauma kepala selama proses persalinan.
Asfiksia sering dijumpai pada bayi bayi dengan kesulitan persalinan. Asfiksia
menyebabkan rendahnya suplai oksigen pada otak bayi dalam periode lama, anak
tersebut akan mengalami kerusakan otak yang dikenal dengan hipoksik iskemik
ensefalopati. Angka mortalitas meningkat pada kondisi asfiksia berat, dimana saat
bersama dengan gangguan mental dan kejang. Kriteria yang digunakan untuk
memastikan hipoksia intrapartum sebagai penyebab cerebral palsy adalah :
Metabolik asidosis pada janin dengan pemeriksaan darah arteri tali pusat janin,
Neonatal ensefalopati dini berat sampai sedang pada bayi >34minggu gestasi
Tanda hipoksik pada bayi segera setelah lahir atau selama persalinan
Penurunan detak jantung janin cepat, segera dan cepat memburuk segera setelah
tanda hipoksik terjadi dimana sebelumnya diketahui dalam batas normal
4. Stroke
Cerebral Palsy | 5
Kelainan koagulasi pada ibu atau bayi dapat menyebabkan stroke pada fetus atau
bayi baru lahir. Stroke ini menyebabkan kerusakan jaringan otak dan menyebabkan
terjadinya masalah neurologis.
Faktor faktor yang menyatakan selain hipoksik intrapartum sebagai penyebab cerebral
palsy adalah :
Pada pemeriksaan analisis gas darah arteri umbilikal <1mmol/L atau pH>7
Bayi dengan kelainan kongenital mayor atau multipel atau kelainan metabolik
Mikrosefali
Adanya faktor resiko antenatal lain untuk CP, misalnya prematuritas, kehamilan
ganda dan penyakit autoimun
Adanya faktor resiko postnatal untuk CP seperti postnatal ensefalitis, hipotensi memanjang
atau hipoksik karena penyakit respirasi.
Klasifikasi CP
CP dapat diklasifikasikan berdasarkan gejala dan tanda klinis neurologis. Spastic diplegia
untuk pertama kali dideskripsikan oleh dr.Little (1860), merupakan salah satu bentuk
penyakit yang dikenal selanjutnya sebagai CP. Hingga saat ini, CP diklasifikasikan
berdasarkan kerusakan gerakan yang terjadi dan dibagi dalam 4 kategori, yaitu :
1. CP Spastik
Merupakan bentukan CP yang terbanyak (70-80%), otot mengalami kekakuan dan
secara permanen akan menjadi kontraktur. Jika kedua tungkai mengalami
spastisitas, pada saat seseorang berjalan, kedua tungkai tampak bergerak kaku dan
lurus. Gambaran klinis ini membentuk karakterisitik berupa ritme berjalan yang
dikenal dengan gait gunting (scissor gait) .
Anak dengan spastic hemiplegia dapat disetai tremor hemiparesis, dimana seseorang
tidak dapat mengendalikan gerakan pada tungkai pada satu sisi tubuh.
Cerebral Palsy | 6
3. CP Ataksid
Jarang dijumpai, mengenai keseimbangan dan persepsi dalam. Penderita yang
terkena sering menunjukkan koordinasi yang buruk, berjalan tidak stabil dengan
gaya berjalan kaki terbuka lebar, meletakkan kedua kaki dengan posisi yang saling
berjauhan, kesulitan dalam melakukan gerkan cepat dan tepat, misalnya menulis
atau mengancingkan baju. Mereka juga sering mengalami tremor, dimulai dengan
gerakan volunter misalnya mengambil buku, menyebabkan gerakan seperti
menggigil pada bagian tubuh yang baru akan digunakan dan tampak memburuk
sama dengan saat pendertia akan menuju obyek yang dikehendaki. Bentuk ataksid
ini mengenai 5-10% penderita CP.
Cerebral Palsy | 7
4. CP Campuran
Sering ditemukan pada seorang penderita mempunyai lebih dari satu bentuk CP
yang akan dijabarkan di atas. Bentuk campuran yang sering dijumpai adalah
spastic dan gerakan atetoid tetapi kombinasi lain juga mungkin dijumpai.
Dari defisit neurologis, CP terbagi :
1. Tipe spastis atau piramidal
Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah:
Hipertoni (fenomena pisau lipat)
Hiperfleksi yang disertai klonus
Kecenderungan timbul kontraktur
Refleks patologis
2. Tipe ekstrapiramidal
Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis, distonia,
ataksia. Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retradasi mental. Disamping
itu juga dijumpai gejala hipertoni, hiperfleksi ringan, jarang sampai timbul klonus.
Pada tipe ini kontraktur jarang ditemukan apabila mengenai saraf otak bisa terlihat
wajah yang asimetris dan disartri
3. Tipe campuran
Gejala-gejala merupakan campuran kedua gejala di atas, misalnya hiperrefleksi dan
hipertoni disertai gerakan khorea.
Patofisiologi
Berikut ini adalah masa puncak perkembangan otak
perkembangan otak yang tidak normal pada anak-anak yang lahir prematur sedikit (37-38
minggu) atau postterm (42 minggu) dibandingkan dengan anak yang lahir pada 40 minggu.
Mengingat kompleksitas prenatal dan perkembangan otak bayi, cedera atau perkembangan
abnormal dapat terjadi setiap saat, sehingga ada berbagai macam bentuk klinis dari cerebral
palsy (apakah karena kelainan genetik, etiologi beracun atau infeksi, atau insufisiensi
vaskular). Misalnya, cedera otak sebelum minggu ke-20 kehamilan dapat mengakibatkan
defisit migrasi neuronal; Cedera antara minggu ke-26 dan ke-34 dapat menghasilkan
leukomalasia periventrikel , cedera antara minggu ke-34 dan ke-40 dapat mengakibatkan
cedera otak fokal atau multifokal. Cedera otak akibat insufisiensi vaskular tergantung pada
berbagai faktor pada saat cedera, termasuk distribusi vaskular ke otak, efisiensi aliran darah
otak dan regulasi aliran darah, dan respon biokimia jaringan otak penurunan oksigenasi
(Hoda, 2013).
Leukomalacia periventrikel
Leukomalacia periventrikel umumnya simetris dan dianggap karena cedera materi putih
Cerebral Palsy | 9
iskemik pada bayi prematur. Cedera asimetris pada materi putih periventrikular dapat
mengakibatkan salah satu sisi tubuh menjadi lebih terpengaruh daripada yang lain. Hasilnya
mirip seperti hemiplegia spastik namun lebih dicirikan sebagai diplegia spastik asimetris.
Kapiler matriks germinal di wilayah periventrikel sangat rentan terhadap cedera hipoksiaiskemik karena lokasi mereka di zona perbatasan vaskular antara zona akhir striate dan arteri
thalamic. Selain itu, karena merupakan kapiler otak, mereka memiliki persyaratan yang tinggi
dalam metabolisme oksidatif.( Hoda, 2013)
Perdarahan Periventrikel dan intraventrikular
Kelas I
Kelas II
parenkim otak yang berdekatan, terlepas dari ada atau tidak adanya perdarahan
intraventrikular, juga disebut sebagai perdarahan intraparenchymal saat ditemui di tempat
lain di parenkim. Perdarahan memperluas ke materi putih periventrikular berkaitan
dengan germinal matriks perdarahan / perdarahan intraventrikular ipsilateral disebut
sebuah hemoragik periventrikel infark vena.( Hoda, 2013)
Cedera pembuluh darah pada saat ini cenderung terjadi paling sering pada distribusi
arteri serebral tengah, mengakibatkan cerebral palsy spastik hemiplegia. Namun, otak
jangka juga rentan terhadap hipoperfusi, yang sebagian besar target DAS daerah korteks
(misalnya, zona akhir arteri serebral utama), sehingga spastic tunadaksa cerebral palsy.
Basal ganglia juga dapat dipengaruhi, sehingga terjadi diskinesia cerebral palsy.( Hoda,
2013)
Cerebral Palsy | 10
Manifestasi Klinis
Gambaran awal pada penderita cerebral palsy biasanya tampak pada usia <3 tahun, dan orang
tua sering mencurigai ketika kemampuan perkembangan motorik tidak normal. Bayi dengan
cerebral palsy sering mengalami kelambatan perkembangan, misalnya tengkurap, duduk,
merangkak, tersenyum atau berjalan.
1) Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan refleks yang disertai dengan klonus dan reflek
Babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang
meskipun penderita dalam keadaan tidur. Peninggian tonus ini tidak sama derajatnya
pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sifat yang khas dengan kecenderungan
terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada sendi siku dan
pergelangan tangan dalam pronasi serta jari-jari dalam fleksi sehingga posisi ibu jari
melintang di telapak tangan. Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada sendi paha dan
lutut, kaki dalam flesi plantar dan telapak kaki berputar ke dalam. Tonic neck reflex
dan refleks neonatal menghilang pada waktunya. Kerusakan biasanya terletak di
traktus kortikospinalis. Bentuk kelumpuhan spastisitas tergantung kepada letak dan
besarnya kerusakan yaitu monoplegia/ monoparesis. Kelumpuhan keempat anggota
gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya; hemiplegia/
hemiparesis adalah kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama; diplegia/
diparesis adalah kelumpuhan keempat anggota gerak tetapi tungkai lebih hebat
daripada lengan; tetraplegia/ tetraparesis adalah kelimpuhan keempat anggota gerak,
lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai.
2) Tonus otot yang berubah
Bayi pada golongan ini, pada usia bulan pertama tampak flaksid (lemas) dan
berbaring seperti kodok terlentang sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor
neuron. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari rendah
hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak fleksid dan sikapnya seperti kodok
terlentang, tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa otot tonusnya berubah menjadi
spastis, Refleks otot yang normal dan refleks babinski negatif, tetapi yang khas ialah
refelek neonatal dan tonic neck reflex menetap. Kerusakan biasanya terletak di batang
otak dan disebabkan oleh afiksia perinatal atau ikterus.
3) Koreo-atetosis
Cerebral Palsy | 11
Kelainan yang khas yaitu sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi
dengan sendirinya (involuntary movement). Pada 6 bulan pertama tampak flaksid,
tetapa sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan
tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia,
kerusakan terletak diganglia basal disebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern
pada masa neonatus.
4) Ataksia
Ataksia adalah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flaksid dan
menunjukan perkembangan motorik yang lambat. Kehilangan keseimbangan tamapak
bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semua pergerakan
canggung dan kaku. Kerusakan terletak diserebelum.
5) Gangguan pendengaran
Terdapat 5-10% anak dengan serebral palsi. Gangguan berupa kelainan neurogen
terutama persepsi nadi tinggi, sehingga sulit menangkap kata-kata. Terdapat pada
golongan koreo-atetosis
6) Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retradasi mental. Gerakan yang terjadi
dengan sendirinya dibibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot tersebut
sehingga anak sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur
7) Gangguan mata
Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraksi pada
keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak (Christensen D et al. 2013).
Diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis cerebral palsy umumnya dibuat berdasarkan gambaran klinis. Tidak ada
penelitian laboratorium yang pasti untuk mendiagnosis kondisi, hanya studi, termasuk yang
berikut ini, untuk menyingkirkan penyebab gejala lainnya: (Abdel-Hamid, 2013)
Cerebral Palsy | 12
Studi fungsi tiroid: fungsi tiroid yang abnormal mungkin berhubungan dengan
kelainan pada otot atau refleks tendon dalam atau gangguan gerakan
Kadar Laktat dan piruvat: Kelainan dapat menunjukkan suatu kelainan metabolisme
Pemeriksaan Imaging
Pemeriksaan pencitraan kranial membantu mengevaluasi kerusakan otak dan
mengidentifikasi orang yang berisiko untuk cerebral palsy meliputi: (Abdel-Hamid, 2013)
cedera hipoksia-iskemik
Computed tomography scanning otak: Pada bayi, membantu untuk mengidentifikasi
cacat bawaan, perdarahan intrakranial, dan leukomalasia periventrikular atau
craniosynostosis awal.
Magnetic resonance imaging otak: Studi neuroimaging diagnostik pilihan karena
modalitas ini mendefinisikan struktur materi kortikal putih dan kelainan lebih jelas
daripada metode lainnya; MRI juga memungkinkan untuk penentuan apakah
mielinisasi yang tepat hadir untuk usia tertentu
Penatalaksanaan
Masalah utama yang dijumpai dan dihadapi pada anak yang menderita cerebral palsy antara
lain (Suharso, 2007):
Kelemahan dalam mengendalikan otot tenggorokan, mulut dan lidah akan
menyebabkan anak tampak selalu berliur. Air liur dapat menyebabkan iritasi berat
kulit dan menyebabkan seseorang sulit diterima dalam kehidupan sosial dan pada
akhirnya menyebabkan anak akan terisolir dalam kehidupan kelompoknya. Walaupun
sejumlah terapi untuk mengatasi drooling telah dicoba selama bertahun-tahun,
dikatakan tidak ada satupun yang selalu berhasil. Obat yang dikenal dengan
antikholinergik dapat menurunkan aliran saliva tetapi dapat menimbulkan efek
samping yang bermakna, misalnya mulut kering dan digesti yang buruk. Pembedahan,
walaupun
kadang-kadang
efektif,
akan
membawa
komplikasi,
termasuk
Cerebral Palsy | 14
Inkontinensia urin adalah komplikasi yang sering terjadi. Inkontinensia urin ini
disebabkan karena penderita cerebral palsy kesulitan mengendalikan otot yang selalu
menjaga supaya kandung kemih selalu tertutup. Inkontinensia urin dapat berupa
enuresis, dimana seseorang tidak dapat mengendalikan urinasi selama aktivitas fisik
(stress inkontinensia), atau merembesnya urine dari kandung kemih. Terapi medikasi
yang dapat diberikan untuk inkontinensia meliputi olah raga khusus, biofeedback,
obat- obatan, pembedahan atau alat yang dilekatkan dengan pembedahan untuk
mengganti atau membantu otot.
Cerebral palsy tidak dapat disembuhkan, terapi yang dilakukan ditujukan untuk
memperbaiki kapabilitas anak. Dalam perkembangannya, hingga saat ini tujuan terapi pada
cerebral palsy adalah mengusahakan penderita dapat hidup mendekati kehidupan normal
dengan mengelola problem neurologis yang ada seoptimal mungkin. Disini tidak ada terapi
standar yang berlaku untuk semua penderita cerebral palsy. Klinisi diharapkan dapat bekerja
sama dalam tim, untuk mengidentifikasi kebutuhan khusus masing-masing anak dan
kelainan-kelainan yang ada dan kemudian menentukan terapi individual yang cocok untuk
setiap penderita. Beberapa pendekatan tatalaksana yang direncanakan meliputi obat-obatan
untuk mengontrol kejang dan spasme otot, penyangga khusus untuk kompensasi
keseimbangan otot, pembedahan, peralatan mekanis untuk membantu kelainan yang timbul,
konseling emosional dan kebutuhan psikologis, dan fisik, okupasi, bicara dan terapi perilaku.
palsy berdasarkan profesionalisme dengan berbagai spesialisasi, antara lain (Suharso, 2007):
o Dokter
Misalnya spesialis anak, spesialis saraf anak atau psikiatri anak, dilatih untuk
membantu memonitoring dan memperbaiki kecacatan perkembangan anak. Klinisi
tersebut, sering menjadi pemimpin tim, bekerja untuk membuat kesimpulan/rangkuman
semua nasihat profesional dari seluruh anggota tim hingga dicapai kesepakatan rencana
terapi, implementasi terapi, dan mengikuti perkembangan penderita selama beberapa
tahun
o Orthopedis
Dokter spesialisasi dalam bidang tulang, otot, tendon, dan bagian lain dari sistem
skeletal tubuh. Orthopedis dilibatkan untuk menentukan prediksi, diagnosis atau terapi
masalah otot yang berkaitan dengan cerebral palsy
Cerebral Palsy | 15
o Terapis fisik
Bertugas untuk membantu penderita dan keluarga yang hidup dalam komunitas dan
program edukasi
o Psikolog
Seseorang yang dapat berperan penting jika terdapat gangguan mental atau gangguan
proses belajar
Penderita, keluarga dan pengasuh merupakan kunci dari keberhasilan terapi, mereka
seharusnya terlibat jauh pada semua tingkat rencana, pembuatan keputusan, dan
mengaplikasikan terapi. Penelitian menunjukkan bahwa dukungan keluarga dan determinasi
personal adalah dua dari prediktor-prediktor yang sangat penting untuk mencapai kemajuan
jangka panjang.
Terapi Medikamentosa
Untuk penderita cerebral palsy yang disertai kejang, dokter dapat memberi obat anti
kejang yang terbukti efektif untuk mencegah terjadinya kejang ulangan. Obat yang diberikan
secara individual dipilih berdasarkan tipe kejang, karena tidak ada satu obat yang dapat
mengontrol semua tipe kejang. Bagaimanapun juga, orang yang berbeda walaupun dengan
tipe kejang yang sama dapat membaik dengan obat yang berbeda, dan banyak orang mungkin
membutuhkan terapi kombinasi dari dua atau lebih macam obat untuk mencapai efektivitas
Cerebral Palsy | 16
pengontrolan kejang. Tiga macam obat yang sering digunakan untuk mengatasi spastisitas
pada penderita cerebral palsy adalah (Suharso, 2007):
o Diazepam
Obat ini bekerja sebagai relaksan umum otak dan tubuh. Pada anak usia <6 bulan
tidak direkomendasikan, sedangkan pada anak usia >6 bulan diberikan dengan dosis
0,12 - 0,8 mg/KgBB/hari peroral dibagi dalam 6-8 jam, dan tidak melebihi 10 mg/dosis
o Baclofen
Obat ini bekerja dengan menutup penerimaan signal dari medula spinalis yang akan
menyebabkan kontraksi otot. Dosis obat yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
2 - 7 tahun :
Dosis 10 - 40 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 - 4 dosis. Dosis dimulai 2,5 - 5 mg
per oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 5 - 15 mg/hari, maksimal 40
mg/hari
8 - 11 tahun :
Dosis 10 - 60 mg/hari per oral, dibagi dalam 3 -4 dosis. Dosis dimulai 2,5 - 5 mg
per oral 3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 5 - 15 mg/hari, maksimal 60
mg/hari
> 12 tahun :
Dosis 20 - 80 mg/hari per oral, dibagi dalam 3-4 dosis. Dosis dimulai 5 mg per oral
3 kali per hari, kemudian dosis dinaikkan 15 mg/hari, maksimal 80 mg/hari
o Dantrolene
Obat ini bekerja dengan mengintervensi proses kontraksi otot sehingga kontraksi otot
tidak bekerja. Dosis yang dianjurkan dimulai dari 25 mg/hari, maksimal 40 mg/hari
Penderita dengan cerebral palsy atetoid kadang-kadang dapat diberikan obat-obatan yang
dapat membantu menurunkan gerakan-gerakan abnormal. Obat yang sering digunakan
termasuk golongan antikolinergik, bekerja dengan menurunkan aktivitas acetilkoline yang
merupakan bahan kimia messenger yang akan menunjang hubungan antar sel otak dan
mencetuskan terjadinya kontraksi otot. Obat-obatan antikolinergik meliputi trihexyphenidil,
benztropine dan procyclidine hydrochloride. Adakalanya, klinisi menggunakan membasuh
dengan alkohol atau injeksi alkohol kedalam otot untuk menurunkan spastisitas untuk
periode singkat. Tehnik tersebut sering digunakan klinisi saat hendak melakukan koreksi
perkembangan kontraktur. Alkohol yang diinjeksikan kedalam otot akan melemahkan otot
Cerebral Palsy | 17
selama beberapa minggu dan akan memberikan waktu untuk melakukan bracing, terapi. Pada
banyak kasus, teknik tersebut dapat menunda kebutuhan untuk melakukan pembedahan
(FKUI, 2007).
Terapi Bedah
Pembedahan sering direkomendasikan jika terjadi kontraktur berat dan menyebabkan
masalah pergerakan berat. Dokter bedah akan mengukur panjang otot dan tendon,
menentukan dengan tepat otot mana yang bermasalah. Menentukan otot yang bermasalah
merupakan hal yang sulit, berjalan dengan cara berjalan yang benar, membutuhkan lebih dari
30 otot utama yang bekerja secara tepat pada waktu yang tepat dan dengan kekuatan yang
tepat. Masalah pada satu otot dapat menyebabkan cara berjalan abnormal. Lebih jauh lagi,
penyesuaian tubuh terhadap otot yang bermasalah dapat tidak tepat. Alat baru yang dapat
memungkinkan dokter untuk melakukan analisis gait. Analisis gait menggunakan kamera
yang merekam saat penderita berjalan, komputer akan menganalisis tiap bagian gait
penderita. Dengan menggunakan data tersebut, dokter akan lebih baik dalam melakukan
upaya intervensi dan mengkoreksi masalah yang sesungguhnya. Mereka juga menggunakan
analisis gait untuk memeriksa hasil operasi. Oleh karena pemanjangan otot akan
menyebabkan otot tersebut lebih lemah, pembedahan untuk koreksi kontraktur selalu diamati
selama beberapa bulan setelah operasi (FKUI, 2007).
Teknik kedua pembedahan, yang dikenal dengan selektif dorsal root rhizotomy,
ditujukan untuk menurunkan spastisitas pada otot tungkai dengan menurunkan jumlah
stimulasi yang mencapai otot tungkai melalui saraf. Dalam prosedur tersebut, dokter
berupaya melokalisir dan memilih untuk memotong saraf yang terlalu dominan yang
mengontrol otot tungkai, walaupun disini terdapat kontroversi dalam pelaksanaannya (FKUI,
2007).
menurun dengan bertambahnya usia. Harapan hidup bagi remaja yang mendapat tube-fed dan
orang dewasa meningkat sebesar 1 sampai 3 tahun, tergantung pada usia dan diasabilitas
pasien (Brooks JC et al. 2014).
Di antara anak-anak dengan cerebral palsy, 3 dari 4 anak dalam keadaan sakit; 1 dari
2 pasien memiliki cacat intelektual; 1 dari 3 pasien tidak bisa berjalan; 1 dari 3 pasien
mengalami dislokasi pinggul; 1 dari 4 pasien tidak bisa bicara; 1 dari 4 pasien memiliki
epilepsi; 1 dari 4 pasien memiliki gangguan perilaku; 1 dari 4 pasien memiliki gangguan
perkemihan; 1 dari 5 pasien mengalami gangguan tidur; 1 dari 10 pasien buta; 1 dari 15
pasien tube-fed; dan 1 dari 25 pasien tuli. (Novak L et al. 2012)
Komplikasi cerebral palsy termasuk spastisitas dan kontraktur; kesulitan makan;
drooling; kesulitan komunikasi; osteopenia; osteoporosis; fraktur; nyeri; dan abnormalitas
fungsi gastrointestinal diantaranya obstruksi, muntah, dan sembelit (Krigger KW. 2006).
Cerebral Palsy | 19
PENUTUP
Kesimpulan
Cerebral palsy (CP) adalah sekelompok gangguan yang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk bergerak, menjaga keseimbangan dan postur tubuh. CP merupakan cacat
motor yang banyak terjadi pada anak-anak. Cerebral Berarti sesuatu yang berkaitan dengan
otak. Palsy berarti kelemahan atau masalah dengan menggunakan otot. CP disebabkan oleh
perkembangan otak abnormal atau kerusakan pada otak yang berkembang yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengontrol ototnya. Gejala CP bervariasi pada
masing-masing orangprogresif pada usia muda. Ditandai dengan paresis, gerakan volunter,
atau gangguan koordinasi. Beberapa program dalam penatalaksanaan penderita cerebral palsy
seperti kerjasama tim terapi medis dan fisioterapi, terapi pembedahan, serta pemberian
medikamentosa dapat membantu penderita cerebral palsy dalam melakukan aktivitasnya
sehari hari, dan pentingnya terapi psikologis untuk memberikan semangat dan dorongan
kepada penderita serta keluarga untuk menghadapi permasalahan sosial yang terjadi.
Cerebral Palsy | 20
Daftar Pustaka
Abdel-Hamid H Z. 2013. Cerebral Palsy. [Online] Available from <
http://emedicine.medscape.com/article/1179555-overview#showall > [Acessed on 2
mei 2015]
Brooks JC et al. 2014. Recent trends in cerebral palsy survival. Part II: individual survival
prognosis. Developmental Medicine & Child Neurology, 56: 10651071.[available at:
https://s3.amazonaws.com/objects.readcube.com/articles/downloaded/wiley/ad40884b
05db921c2d72786db1b9c4be680f11b983d1ed02760fc3158c29fb75.pdf?
AWSAccessKeyId=AKIAIJZYFKH6APDFT3HA&Expires=1430784000&Signature
=od1tRANGnTGhxAL7mmoUC4wkjfc%3D&response-contentdisposition=attachment%3B%20filename%3D%22Brooks_et_al-2014Developmental_Medicine_%26_Child_Neurology.pdf%22].
CDC. 2015. Cerebral Palsy (CP). Centers for Disease Control and Prevention. [online].
Available from : http://www.cdc.gov/ncbddd/cp/facts.html [Accessed on: 2 may
2015].
Christensen et al. 2014. Prevalence of cerebral palsy, co-occurring autism spectrum
disorders, and motor functioning - Autism and Developmental Disabilities Monitoring
Network, USA, 2008. Dev Med Child Neurol.;56(1):59-65.
Herskind A. 2014. Early identication and intervention in cerebral palsy. Developmental
medicine & child neurology. Available from <
http://www.aacpdm.org/UserFiles/file/PC1_v1.pdf > [Acessed on 2 mei 2015]
Hoda Z . 2013. Cerebral Palsy. [online]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1179555-overview#aw2aab6b2b4a [Accessed
on: 2 May 2015].
Krigger KW. 2006. Cerebral Palsy: An Overview. American Family Physician, Vol 73,
Number 1 . [available at: http://www.aafp.org/afp/2006/0101/p91.pdf] .
Novak L et al. 2012. Clinical Prognostic Messages From a Systematic Review on Cerebral
Palsy.
PEDIATRICS,
Volume
130,
Number
5.
[available
at
Cerebral Palsy | 21
http://pediatrics.aappublications.org/content/early/2012/10/02/peds.20120924.full.pdf]
Saharso D. Palsi Serebral dalam Pedoman Diagnosis dan Terapi Divisi Neuropediatri
Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya. Surabaya: FK
UNAIR/RS DR. Soetomo, 2006.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Buku kuliah ilmu kesehatan anak 2. Jakarta :
Infomedika Jakarta ; 2007.
Cerebral Palsy | 22