Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
Menurut WHO, stroke adalah gangguan fungsi otak fokal (global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau langsung
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.
Stroke juga dapat diartikan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak. Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa stroke adalah gangguan pada fungsi otak yang berkaitan
dengan obstruksi aliran darah otak, bersifat global dengan gejala-gejala yang
berhubungan dengan hilangnya fungsi otak yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih atau langsung menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain masalah vaskular.
Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai 51,6 per 100.000 penduduk.
Penderita stroke lebih sering pada jenis kelamin laki-laki daripada perempuan.
Stroke menyerang pada usia produktif dan usia lanjut dengan rentang usia sekitar
45-65 tahun. Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian :
trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher), embolisme
serebral (bekuan darah atau materi lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh
yang lain), iskemia (penurunan aliran darah ke area otak) dan hemoragi serebral
(pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak
atau ruang sekitar otak). Stroke juga memiliki faktor resiko yaitu faktor resiko
yang bisa dimodifikasi dan faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi. Faktor
resiko yang bisa dimodifikasi misalnya diabetes mellitus, penyakit jantung,
pecandu alkohol berat, hiperlipidemia, hipertensi, obesitas, kurang olahraga, dan
perokok. Sedangkan faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi misalnya usia,
jenis kelamin, ras, dan hereditas.
Stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu stroke hemoragik dan
stroke non hemoragik. Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak pada area otak tertentu, sedangkan stroke non hemoragik dapat berupa
1

embolik atau trombosis serebral yang tidak terjadi perdarahan namun terjadi
iskemik yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder.

BAB II

STATUS PASIEN
IDENTIFIKASI
Nama

: Ny. I

Tanggal Lahir

: 01 Januari 1963

Umur

: 52 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Dusun I desa sungkal Ogan Komering Ilir

Status

: Menikah

Agama

: Islam

Suku Bangsa

: Sumatera

Agama

: Islam

Nomor Register

: RI15005792

MRS Tanggal

: 28 Maret 2015

ANAMNESA (Autoanamnesa dan alloanamnesa tanggal 07 Maret 2015)


Penderita dirawat dibagian saraf karena mengalami penurunan kesadaran
secara tiba-tiba.
3 jam sebelum masuk rumah sakit, saat penderita sedang beraktivitas,
tiba-tiba penderita mengalami kelemahan pada kedua lengan dan tungkai (tidak
bisa digerakkan) disertai kehilangan kesadaran. Saat serangan penderita
merasakan sakit kepala disertai dengan mual dan muntah, tanpa disertai kejang.
Kelemahan pada lengan kanan dan kiri serta tungkai kanan dan kiri dirasakan
tidak sama berat. Penderita masih dapat mengungkapkan isi pikirannya secara
lisan, tulisan, dan isyarat. Saat bicara mulut penderita tidak mengot dan bicaranya
tidak pelo.
Penderita memiliki riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, pasien tidak
teratur minum obat hipertensi. Penderita juga memiliki riwayat sakit stroke sejak
4 tahun yang lalu. Riwayat Diabetes Melitus disangkal. Riwayat memiliki
penyakit jantung disangkal. Riwayat merokok disangkal.

Penyakit ini diderita untuk kedua kalinya, penyakit yang sama untuk
pertama kalinya terjadi pada tahun 2010 dengan keluhan adanya kelemahan pada
lengan dan tungkai sebelah kanan namun sudah mengalami perbaikan.
PEMERIKSAAN FISIK ( Tanggal 07 Maret 2015, pukul 10.00 WIB)
STATUS PRESENS
Status Internus
Kesadaran

: GCS = 15

(E: 3, M: 5, V: 5)

Gizi

: Cukup

Suhu Badan

: 36,7C

Jantung

: HR 84x/m, m(-), g(-)

Nadi

: 78 x/menit

Paru-paru

: ves (+) N, R(-), W(-)

Pernapasan

: 20 x/menit

Hepar

: tidak teraba

Tekanan Darah

: 130/90 mmHg

Lien

: tidak teraba

Berat Badan

: 60 kg

Anggota Gerak: tidak ada oedema

Tinggi Badan

: 155 cm

Genitalia

: tidak diperiksa

Status Psikiatrikus
Sikap

: wajar, kooperatif

Ekspresi Muka

: wajar

Perhatian

: ada, baik

Kontak Psikik

: ada, baik

Status Neurologikus
KEPALA
Bentuk

: brachiocephali

Deformitas

: tidak ada

Ukuran

: normal

Fraktur

: tidak ada

Simetris

: simetris

Nyeri fraktur

: tidak ada

Hematom

: tidak ada

Pembuluh darah

: tidak ada pelebaran

Tumor

: tidak ada

Pulsasi

: tidak ada kelainan

LEHER
Sikap

: lurus

Deformitas

: tidak ada

Torticolis

: tidak ada

Tumor

: tidak ada

Kaku kuduk

: tidak ada

Pembuluh darah

: tidak ada kelainan

SYARAF-SYARAF OTAK
N. Olfaktorius
Penciuman

Kanan

Kiri

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Anosmia

tidak ada

tidak ada

Hyposmia

tidak ada

tidak ada

Parosmia

tidak ada

tidak ada

N.Opticus

Kanan

Kiri

Visus

tidak diperiksa

tidak diperiksa

Campus visi

V.O.D

V.O.S

- Anopsia

tidak ada

tidak ada

- Hemianopsia

tidak ada

tidak ada

- Papil edema

tidak diperiksa

tidak diperiksa

- Papil atrofi

tidak diperiksa

tidak diperiksa

- Perdarahan retina

tidak diperiksa

tidak diperiksa

Fundus Oculi

Nn. Occulomotorius, Trochlearis dan Abducens


Kanan

Kiri

Diplopia

tidak ada

tidak ada

Celah mata

simetris

simetris

Ptosis

tidak ada

tidak ada

Sikap bola mata


- Strabismus

tidak ada

tidak ada

- Exophtalmus

tidak ada

tidak ada

- Enophtalmus

tidak ada

tidak ada

- Deviation conjugae

tidak ada

tidak ada

Gerakan bola mata

ke segala arah

ke segala arah

- Bentuknya

bulat

bulat

- Besanya

3 mm

3 mm

- Isokori/anisokor

isokor

isokor

- Midriasis/miosis

tidak ada

tidak ada

- Langsung

ada

ada

- Konsensuil

ada

ada

- Akomodasi

ada

ada

tidak ada

tidak ada

Kanan

Kiri

- Menggigit

normal

normal

- Trismus

tidak ada

tidak ada

- Refleks kornea

ada

ada

- Dahi

normal

normal

- Pipi

normal

normal

- Dagu

normal

normal

N.Facialis

Kanan

Kiri

simetris

simetris

Pupil

- Refleks cahaya

- Argyl Robertson
N.Trigeminus
Motorik

Sensorik

Motorik
Mengerutkan dahi

Menutup mata

lagophtalmus (-)

lagophtalmus (-)

Menunjukkan gigi

tidak ada kelainan

tidak ada kelainan

Lipatan nasolabialis

tidak ada kelainan

datar

Bentuk Muka
-

Istirahat

simetris

Berbicara/bersiul

simetris

Sensorik
2/3 depan lidah

tidak ada kelainan

Otonom
-

Salivasi

tidak ada kelainan

Lakrimasi

tidak ada kelainan

Chovsteks sign

tidak diperiksa

N. Statoacusticus
N. Cochlearis

Kanan

Kiri

Suara bisikan

tidak ada kelainan

Detik arloji

tidak ada kelainan

Tes Weber

tidak ada kelainan

Tes Rinne

tidak ada kelainan

N. Vestibularis
Nistagmus

tidak ada kelainan

Vertigo

tidak ada kelainan

N. Glossopharingeus dan N. Vagus


Kanan

Kiri

Arcus pharingeus

simetris

Uvula

di tengah

Gangguan menelan

tidak ada

Suara serak/sengau

tidak ada

Denyut jantung

normal

Refleks
7

Muntah

normal

Batuk

normal

Okulokardiak

tidak diperiksa

Sinus karotikus

tidak diperiksa

Sensorik
-

1/3 belakang lidah

N. Accessorius

tidak ada kelainan


Kanan

Mengangkat bahu

simetris

Memutar kepala
N. Hypoglossus

Kiri
tidak ada hambatan

Kanan

Mengulur lidah

Kiri
tidak ada kelainan

Fasikulasi

tidak ada

Atrofi papil

tidak ada

Disartria

tidak ada

MOTORIK
LENGAN

Kanan

Kiri

Gerakan

cukup

kurang

Kekuatan

Tonus

normal

meningkat

Refleks fisiologis
-

Biceps

normal

meningkat

Triceps

normal

meningkat

Radius

normal

meningkat

Ulna

normal

meningkat

Refleks patologis
-

Hoffman Tromner

tidak ada

Leri

tidak dilakukan

Meyer

tidak dilakukan
8

TUNGKAI

Kanan

Kiri

Gerakan

cukup

kurang

Kekuatan

Tonus

normal

meningkat

Klonus
-

Paha

tidak ada

tidak ada

Kaki

tidak ada

tidak ada

Refleks fisiologis
-

KPR

normal

meningkat

APR

normal

meningkat

Refleks patologis
-

Babinsky

tidak ada

tidak ada

Chaddock

tidak ada

tidak ada

Oppenheim

tidak ada

tidak ada

Gordon

tidak ada

tidak ada

Schaeffer

tidak ada

tidak ada

Rossolimo

tidak ada

tidak ada

Mendel Bechterew

tidak ada

tidak ada

Refleks kulit perut


-

Atas

tidak dilakukan

Tengah

tidak dilakukan

Bawah

tidak dilakukan

Refleks cremaster

tidak dilakukan

SENSORIK
Tidak ada kelainan

FUNGSI VEGETATIF
Miksi

: tidak ada kelainan

Defekasi

: tidak ada kelainan

KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis

: tidak ada

Lordosis

: tidak ada

Gibbus

: tidak ada

Deformitas

: tidak ada

Tumor

: tidak ada

Meningocele

: tidak ada

Hematoma

: tidak ada

Nyeri ketok

: tidak ada

10

GEJALA RANGSANG MENINGEAL


Kanan
Kaku kuduk

Kiri
tidak ada

Kernig

tidak ada

tidak ada

Lasseque

tidak ada

tidak ada

Brudzinsky
-

Neck

tidak ada

Cheek

tidak ada

Symphisis

Leg I

tidak ada

tidak ada

Leg II

tidak ada

tidak ada

tidak dilakukan

GAIT DAN KESEIMBANGAN


Gait

Keseimbangan dan Koordinasi

Ataxia

: belum dapat dinilai

Romberg

: belum dapat dinilai

Hemiplegic

: belum dapat dinilai

Dysmetri

: belum dapat dinilai

Scissor

: belum dapat dinilai

- jari-jari

: belum dapat dinilai

Propulsion

: belum dapat dinilai

- jari hidung

: belum dapat dinilai

Histeric

: belum dapat dinilai

- tumit-tumit : belum dapat dinilai

Limping

: belum dapat dinilai

Rebound phenomen: belum dapat dinilai

Steppage

: belum dapat dinilai

Dysdiadochokinesis: belum dapat dinilai

Astasia-Abasia: belum dapat dinilai

Trunk Ataxia : belum dapat dinilai


Limb Ataxia : belum dapat dinilai

GERAKAN ABNORMAL
Tremor

: tidak ada

Chorea

: tidak ada

Athetosis

: tidak ada

Ballismus

: tidak ada

Dystoni

: tidak ada

Myocloni

: tidak ada

11

FUNGSI LUHUR
Afasia motorik

: tidak ada

Afasia sensorik

: tidak ada

Apraksia

: tidak ada

Agrafia

: tidak ada

Alexia

: tidak ada

Afasia nominal

: tidak ada

PEMERIKSAAN PENUNJANG ( Tanggal 01 Maret 2015, pukul 10.25 WIB)


Kimia Klinik
BSS

: 106 mg/dl

Kolesterol total

: 119 mg/dl

Kolesterol HDL

: 55 mg/dl

Kolesterol LDL

: 68 mg/dl

Trigliserid

: 20 mg/dl

Albumin

: 4.7 g/dl

Globulin

: 3.2 g/dl

Ureum

: 31 mg/dL

Asam Urat

: 4.7 mg/dL

Kreatinin

: 0.79 mg/dL

Kalsium

: 9.4 mg/dL

Phospor

: 3.8 mg/dL

Magnesium

: 2.23 mEq/dL

Natrium

: 143 mmol/L

Kalium
Klorida

: 3.1 mEq/L
: 103 mmol/L

Kimia Klinik
SGOT

: 20 U/L

SGPT

: 12 U/L

12

Darah Rutin
Hb

: 12.9g/dl

Eritrosit

: 4.75 x 106/mm3

Ht

: 39%

Leukosit

: 9.6 x 103/mm3

Trombosit

: 205.000/ul

Diff count

: 0/0/86/10/4

Rontgen Thorak AP:

Hasil :
o Trakea

di

tengah,

tampak

pembesaran

jantung,

corakan

bronkovaskular tidak meningkat.


o Tak tampak infiltrat maupun nodul di kedua lapangan paru.
o Diafragma licin, sudut costophrenicus lancip.
o Tulang-tulang dan jaringan lunak baik.

13

Kesan: kardiomegali
RESUME
Penderita dirawat dibagian saraf karena mengalami penurunan kesadaran
secara tiba-tiba.
3 jam sebelum masuk rumah sakit, saat penderita sedang beraktivitas,
tiba-tiba penderita mengalami kelemahan pada kedua lengan dan tungkai (tidak
bisa digerakkan) disertai kehilangan kesadaran. Saat serangan penderita
merasakan sakit kepala disertai dengan mual dan muntah, tanpa disertai kejang.
Kelemahan pada lengan kanan dan kiri serta tungkai kanan dan kiri dirasakan
tidak sama berat. Penderita masih dapat mengungkapkan isi pikirannya secara
lisan, tulisan, dan isyarat. Saat bicara mulut penderita tidak mengot dan bicaranya
tidak pelo.
Penderita memiliki riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, pasien tidak
teratur minum obat hipertensi. Penderita juga memiliki riwayat sakit stroke sejak
4 tahun yang lalu. Riwayat Diabetes Melitus disangkal. Riwayat memiliki
penyakit jantung disangkal. Riwayat merokok disangkal.
Penyakit ini diderita untuk kedua kalinya, penyakit yang sama untuk
pertama kalinya terjadi pada tahun 2010 dengan keluhan adanya kelemahan pada
lengan dan tungkai sebelah kanan namun sudah mengalami perbaikan.
Kesadaran

: GCS = 15

(E: 4, M: 6, V: 5,)

Gizi

: cukup

Suhu Badan

: 36,7C

Jantung

: HR 78x/m m(-) g(-)

Nadi

: 78 x/menit

Paru-paru

: ves (+) N R(-) W(-)

Pernapasan

: 20 x/menit

Hepar

: tidak teraba

Tekanan Darah

: 130/90 mmHg

Lien

: tidak teraba

Berat Badan

: 60 kg

Anggota Gerak: tidak ada oedema

Tinggi Badan

: 155 cm

Genitalia

: wajar, kooperatif

Ekspresi Muka

: tidak diperiksa

Status Psikiatrikus
Sikap

: wajar
14

Perhatian

: ada, baik

Kontak Psikik

: ada, baik

Status Neurologis :
N. Cranialis :
N. III

: Pupil bulat, isokor, 3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+

N. VII

: Plicanasolabialis kiri agak datar

N. XII

: Disatria (-)

Fungsi motorik
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Refleks
fisiologis
Refleks

Lengan

Lengan Kiri

Tungkai

Tungkai Kiri
Kurang
2
Meningkat
Meningkat
-

Kanan
Cukup
5
Normal

Kurang
2
Meningkat

Normal

Meningkat

Kanan
Cukup
5
Normal
Normal

Patologis
Fungsi sensorik

: tidak ada kelainan

Fungsi vegetatif

: tidak ada kelainan

Fungsi luhur

: tidak ada kelainan

Gerakan abnormal

: tidak ada

Gejala rangsang meningeal

: kaku kuduk(-), kernigs sign (-), lasseques sign (-)

Gait dan keseimbangan

: tidak ada kelainan

DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KLINIK

: - Hemisparese sinistra spastik


- Parese N. VII sinistra tipe sentral

DIAGNOSIS TOPIK

: Capsula Interna

DIAGNOSIS ETIOLOGI

: CVD Hemoragik

TATALAKSANA
15

Bedrest

Elevasi kepala 30o

IVFD Nacl 0,9 % gtt xx/menit

Injeksi Citicoline 2 x 250 mg (i.v)

Injeksi Asam Traneksamat 3 x 500 mg (i.v)

Ranitidin 2 x 1 amp (i.v)

Neurobion 5000 mcg 1 x 1 tab (p.o)

Amlodipin 1 x 10 mg tab (p.o)

Captopril 3 x 25 mg tab (p.o)

Diet nasi biasa 1800 kkal

PROGNOSA
Quo ad vitam

: dubia ad bonam

Quo ad functionam

: dubia ad bonam

ANALISA KASUS
16

Diagnosis berdasarkan Skor Stroke Siriraj

Siriraj Stroke Score :


= (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan
diastolik) (3 x petanda ateroma) 12
= (2,5 X 2) + (2 X 1) + (2 X 1) + (0.1 X 100) (3X0) 12= 19-12 = 7
Jika hasilnya:
0

: Lihat hasil CT Scan

-1

: Non Hemorrhagic

: Hemorrhagic

Kesimpulan: Hemorrhagic stroke

Diagnosis berdasarkan Algoritma Gajah Mada

17

Pada Ny. I, ditemukan penurunan kesadaran (+), nyeri kepala (+), dan refleks
Babinski (-).
Kesimpulan: Stroke Hemoragik

Diagnosis banding Etiologi berdasarkan Anamnesis


18

1. Hemoragia cerebri
Hemoragia cerebri, gejalanya:

Pada penderita ditemukan gejala:

Kehilangan kesadaran > 30 menit


- Terjadi penurunan kesadaran
Terjadi saat aktifitas
- Terjadi saat sedang beraktivitas
Didahului sakit kepala, mual dan - Ada didahului sakit kepala,
muntah dan mual
muntah
- Riwayat hipertensi
- Ada riwayat hipertensi
Jadi kemungkinan etiologi hemoragia cerebri dapat ditegakkan.
2. Emboli cerebri
Emboli cerebri, gejalanya:
-

Pada penderita ditemukan gejala:

Kehilangan kesadaran < 30


menit
Ada atrial fibrilasi
Terjadi saat aktifitas

Tidak
terjadi
penurunan
kesadaran <30 menit
Tidak terdapat atrial fibrilasi
Terjadi saat sedang aktivitas

Jadi kemungkinan etiologi emboli cerebri dapat disingkirkan.


3. Trombosis cerebri
Trombosis cerebri, gejalanya:
-

Tidak ada kehilangan kesadaran


Terjadi saat istirahat

Pada penderita ditemukan gejala:


-

Terjadi penurunan kesadaran


Terjadi pada saat beraktivitas

Jadi kemungkinan etiologi trombosis cerebri dapat disingkirkan.


Kesimpulan:
Diagnosis etiologi: Stroke hemoragik

Diagnosis Parese N. VII


Parese N. VII Tipe

Parese N. VII Tipe

Pada penderita ditemukan


19

Sentral
- Sudut mulut tertinggal

Perifer
- Sudut mulut tertinggal

- Plica nasolabialis datar

- Plica nasolabialis datar


- Kerutan dahi datar

gejala:
- Plica nasolabialis kiri
datar
- Kerutan dahi simetris

- Lagoftalmus
Jadi penderita mengalami parese N. VII tipe sentral

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

20

3.1.

Anatomi Otak
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar

15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi
normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis
interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke
bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua
adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum
anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu
sirkulus willisi.
Arteri karotis interna memberikan vaskularisasi pada region sentral dan
lateral hemisfer. Arteriserebri anterior memberikan vaskularisasi pada korteks
frontalis, parietalis bagian tengah, korpus kalosum dan nucleus kaudatus. Arteri
serebri media memberikan vaskularisasi pada korteks lobus frontalis, parietalis
dan temporalis.
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang
berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis
transversalis di kolumna vertebralis servikalis, masuk rongga kranium melalui
foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang arteri serebeli
inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu menjadi arteri
basilaris dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat
mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang arteri serebri
posterior. Arteri vertebralis memberikan vaskularisasi pada batang otak dan
medula spinalis atas. Arteri basilaris memberikan vaskularisasi pada pons. Arteri
serebri posterior memberikan vaskularisasi pada lobus temporalis, oksipitalis,
sebagian kapsula interna, talamus, hipokampus, korpus genikulatum dan
mamilaria, pleksus koroid dan batang otak bagian atas.

21

Gambar 1.Vaskularisasi Otak


Pengaliran darah ke-otak dilakukan oleh 2 pembuluh arteri utama yaitu
sepasang arteri carotis interna yang mengalir sekitar 70% dari keseluruhan jumlah
darah otak dan sepasang arteri vertebralis yang memberikan 30% sisanya. Arterio
karotis bercabang menjadi arteri cerebri anterior dan arteri cerebri media yang
memperdarahi daerah depan hemisfer cerebri, pada bagian belakang otak dan
dibagian otak dibalik lobus temporalis. Kedua bagian otak terakhir ini
memperoleh darah dari arteri cerebri posterior yang berasal dari arteri vertebralis
(chusid, 1993)
Peredaran darah otak dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1.

Tekanan darah dikepala (perebedaan antara tekanan arteriol dan venosa

pada daerah setinggi otak), tekanan darah arteri yang penting dan menentukan
rata-rata 70 mmHg, dan dibawah tekanan ini terjadi pengurangan sirkulasi darah
yang serius.

22

2.

Resistensi cerebrovaskuler : Resistensi aliran darah arteri melewati otak

dipengaruhi oleh :
a.

Tekanan liquor cerebrospinalis intracranial, peningkatan resistensi

terhadap aliran darah terjadi sejajar dengan meningginya tekanan liquor


cerebrospinalis, pada tekanan diatas 500 mm air, terjadi suatu restriksi sirkulasi
yang ringan sampai berat.
b.

Viskositas darah : sirkulasi dapat menurun lebih dari 50% pada

policythemia, suatu peningkatan yang nyata didalam sirkulasi darah otak dapat
terjadi pada anemia berat.
c.

Keadaan pembuluh darah cerebral, terutama arteriole : pada keadaan

patologis, blok ganglion stelata dapat mengalami kegagalan untuk mempengaruhi


aliran darah ke otak.

Daerah otak secara makro divaskularisasi oleh 3 sistem pembuluh darah :


- Circle of Wilisi
- Middle Cerebral arteri
- Basilary artery

23

Dimana masing - masing pembuluh darah memiliki daerah vaskularisasi berikut :

Warna pink (middle cerebral artery), warna biru (basilary arteri), Sisanya
(circle of Wilisi)

3.2.

Definisi Stroke
Stroke menurut WHO adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi

cerebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat
(akut), berlangsung lebih dari 24 jam, tanpa ditemukannya penyebab selain
daripada gangguan vaskular. Pada stroke, terjadi hipoksia serebrum yang
menyebabkan cedera dan kematian sel-sel neuron sehingga dapat bermanifestasi
dengan disabilitas bahkan kematian. Stroke merupakan penyakit gangguan
fungsional otak berupa kelumpuhan saraf/deficit neurologik akibat gangguan
aliran darah pada salah satu bagian otak. Secara sederhana stroke didefinisi
sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan
atau perdarahan, dengan gejala lemas atau lumpuh sesaat atau gejala berat sampai
hilangya kesadaran dan kematian.
3.3.

Epidemiologi Stroke
Di Indonesia, angka kejadian stroke dan penyakit neurogeneratif lainnya

terus meningkat setiap tahun. Berdasarkan penelitian Riskedas pada tahun 2007,
penyakit neurogeneratif seperti stroke merupakan penyebab kematian dan
kecacatan hampur di seluruh rumah sakit di Indonesia, yaitu sebesar 15,4 persen.
bahkan angka kematian stroke adalah nomor satu melampaui angka kematian
24

akibat infeksi. Angka kematian akibat stroke dalam 30 hari setelah serangan
berkisar 8-20%, sedangkan penderita stroke yang dapat bertahan hidup sampai
dengan 5 tahun hanya sekitar 60%.
Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) meneliti angka kejadian stroke
berdasarkan kelompok usia pada tahun 2013. Menurut hasil penelitian Riskedas,
jumlah penderita stroke di tahun 2013 usia 45-54 mencapai 10 persen, sedangkan
jumlah penderita stroke usia 55-64 mencapai 24 persen. Bahkan Riskedas juga
menemukan adanya angka kejadian stroke pada usia 15-24 tahun, yaitu 0,2
persen. Pada departemen Neurologi Rumah Sakit Umum Moh.Hoesin Palembang
didapatkan angka kejadian stroke yang semakin meningkat setiap tahunnya. Pada
tahun 2010 tercatat bahwa terdapat 515 pasien stroke non hemoragik dan 381
pasien stroke hemoragik.
3.4.
Klasifikasi dan Patofisiologi
Stroke diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan kelainan patologis
a.
-

Stroke hemoragik
Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena mikroaneurisma akibat

hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebluum,
pons, dan batang otak. Perdarahan di daerah korteks lebih sering disebabkan oleh
tumor otak, malformasi pembuluh darah otak yang pecah, dsb. Gejala neurologik
timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis.
Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan biasanya terjadi akibat pecahnya aneurisma kongenital yang
terjadi di a. komunikans anterior, a. serebri media, a. serebri anterior, dan a.
komunikans posterior. Gejala timbul mendadak berupa sakit kepala hebat dan
mual muntah.
b.
Stroke non-hemoragik
Trombosis serebri
Stroke trombotik yaitu

stroke

yang

disebabkan

karena

adanya

penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena trombus yang makin lama
makin menebal, sehinga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran darah

25

ini menyebabkan iskemia. Trombosis serebri adalah obstruksi aliran darah yang
terjadi pada proses oklusi satu atau lebih pembuluh darah lokal.
Emboli serebri
Infark iskemik dapat diakibatkan oleh emboli yang timbul dari lesi
ateromatus yang terletak pada pembuluh yang lebih distal. Gumpalan-gumpalan
kecil dapat terlepas dari trombus yang lebih besar dan dibawa ke tempat-tempat
lain dalam aliran darah. Bila embolus mencapai arteri yang terlalu sempit untuk
dilewati dan menjadi tersumbat, aliran darah fragmen distal akan terhenti,
mengakibatkan infark jaringan otak distal karena kurangnya nutrisi dan oksigen.
Emboli merupakan 32% dari penyebab stroke non hemoragik.
2.

Berdasarkan waktu terjadinya

a.
b.

c.
d.

Transient Ischemic Attack (TIA)


Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
Stroke In Evolution
Completed Stroke

3.

Berdasarkan lokasi lesi vaskuler

a.
b.

Sistem karotis
Sistem vertebrobasiler

3.5.

Faktor Resiko
Kelompok faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi merupakan

kelompok faktor risiko yang ditentukan secara genetik atau berhubungan dengan
fungsi tubuh yang normal sehinga tidak dapat dimodifikasi. Yang termasuk
kelompok ini antara lain usia, jenis kelamin, ras, riwayat stroke dalam keluarga,
serta riwayat serangan transient ischemic attack atau stroke sebelumnya.
Kelompok faktor risiko yang dapat dimodifikasi merupakan akibat dari gaya
hidup seseorang dan dapat dimodifikasi, yang meliputi hipertensi, diabetes
melitus, dislipidemia, penyakit jantung, merokok, alkohol, obesitas, dan
penggunan kontrasepsi oral.

26

3.6.

Manifestasi Klinis
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredarahan darah di otak

bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya..


Gejala utama stroke iskemik akibat thrombosis serebri adalah timbulnya defisit
neurologic secara mendadak (sub akut), didahului oleh gejala prodromal, terjadi
pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun.
Pada stroke akibat emboli serebri didapatkan pada usia lebih muda, mendadak dan
pada waktu aktif.
Gambaran klinis utama yang dikaitkan dengan insufisiensi aliran darah ke
otak dapat dihubungkan dengan tanda serta gejala dibawah ini :
1.
Vertebro-basilaris
a.
Kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak
b.
Peningkatan refleks tendon
c.
Ataksia
d.
Tanda babinski bilateral
e.
Tanda serebelar
f.
Disfagia
g.
Disartria
h.
Sinkop, stupor, koma, pusing, gangguan daya ingat
i.
Gangguan penglihatan (diplopia, nistagmus, ptosis, paralisis dari gerakan
j.

satu mata)
Muka baal

2.
a.

Arteria karotis interna


Buta satu mata yang episodik.
27

b.

Gejala mula-mula timbul pada anggota gerak bagian atas (tangan terasa
lemah dan baal) dan dapat melibatkan wajah.

3.
a.

Arteria serebri anterior


Kelemahan kontralateral lebih besar pada tungkai. Lengan bagian
proksimal mungkin ikut terserang. Gerakan voluntary pada tungkai

b.
c.

terganggu.
Gangguan sensorik kontralateral.
Demensia, refleks mencengkram dan refleks patologis (disfungsi lobus
frontalis).

4.
a.
b.
c.
d.
5.
a.
b.
c.
d.

Arteria serebri posterior


Koma
Hemiparese kontralateral
Afasia visual atau buta kata (aleksia)
Kelumpuhan saraf otak ketiga, hemianopsia, koreoatetosis
Arteria serebri media
Monoparesis atau hemiparesis kontralateral
Hemianopsia kontralateral (kebutaan)
Afasia global
disfagia

3.7.
Diagnosis
Diagnosis stroke didasarkan atas hasil yaitu :
1.
Penemuan Klinis
a.
Anamnesis
Terjadi keluhan/gejala defisit neruologik yang mendadak, kelumpuhan anggota
gerak mendadak, mulut mengot atau bicara pelo.
b.
Pemeriksaan fisik
Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko (hipertensi, kelainan
jantung, dll). Bising pada auskultasi atau kelainan pembuluh darah lainnya.
2.
a.

Pemeriksaan Tambahan/Laboratorium
Pemeriksaan untuk menemukan faktor risiko, seperti darah rutin (Hb,

hematokrit, leukosit, eritrosit, LED), hitung jenis dan bila perlu gambaran dara,
komponen kimia darah, gas, elektrolit.
b.
Doppler, EKG, Ekhokardiografi, dll.
c.
Sken tomografik.
d.
Angiografi serebral.
e.
Pemeriksaan likuor serebrospinal.

28

3.8.
1.

Diagnosis Banding
Perdarahan otak intraserebral (PIS), perdarahan otak subarakhnoidal

(PSA).
2.
Infark serebri
3.9.

Penatalaksanaan
Tatalaksana stroke dibedakan menjadi dua, yaitu fase akut dan fase pasca

akut.
1.
Fase akut (hari ke 0-14 sesudah onset penyakit)
Sasaran pengobatan pada fase akut adalah menyelamatkan neuron yang
menderita jangan sampai mati; dan agar proses patologik lainnya yang menyertai
tak mengganggu/mengancam fungsi otak, serta dipelihara fungsi optimal, antara
lain
a.
b.
c.

Respirasi: jalan napas harus bersih dan longgar


Jantung: harus berfungsi baik, bila perlu pantau EKG
Tekanan darah: dipertahankan pada tingkat optimal, dipantau jangan

sampai menurunkan perfusi otak


d.
Kadar gula yang tinggi pada fase akut, tidak diturunkan secara drastis,
terutama pada penderita dengan DM lama
e.
Bila gawat atau koma, balans cairan, elektrolit, dan asam basa darah harus
dipantau.
Penggunaan obat juga diperlukan dalam memulihkan aliran darah dan metabolism
otak, antara lain
a.
-

Anti-edema otak
Gliserol 10% per infuse, 1 gr/kgBB/hari dalam 6 jam.
Kortikosteroid: deksametason dengan bolus 10-20 mg i.v., diikuti 4-5

mg/6 jam selama beberapa hari, lalu diturunkan pelan-pelan dan dihentikan
setelah fase akut berlalu.
b.
Anti-agregasi trombosit
Anti-agregasi trombosit yang umum dipakai, yaitu asam asetil salisilat (ASA),
seperti aspirin, aspilet dll, dengan dosis rendah: 80-300 mg/hari.
c.
Antikoagulansia: misalnya heparin.
29

2.
Fase pasca akut
Sasaran pengobatan setelah fase akut dititikberatkan pada tindakan
rehabilitasi penderita, dan pencegahan terulangnya stroke. Rehabilitasi diharapkan
dapat mengatasi kecacatan penderita, fisik dan mental, dengan fisioterapi, terapi
wicara, dan psikoterapi. Selain itu, diperlukan pula terapi preventif yang bertujuan
untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan baru dengan jalan
mengobati dan menghindari faktor-faktor risiko stroke, yaitu pengobatan
hipertensi, mengobatai diabetes mellitus, menghindari rokok, obesitas, stress,
olahraga, dll.
3.10. Prognosis
Prognosis stroke dipengaruhi beberapa faktor, antara lain
1.
Tingkat kesadaran
2.
Usia: pada usia 70 tahun atau lebih angka kematian meningkat tajam.
3.
Jenis kelamin: lelaki lebih banyak (61%) yang meninggal dari pada
4.
5.

perempuan (41%).
Tekanan darah: tensi tinggi prognosis jelek.
Lain-lain: misalnya cepat dan tepatnya pertolongan

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, A et al.. Aliran darah serebral, aliran serebrospinal dan metabolisme


otak dalam Fisiologi Kedokteran edisi 9 editor Setiawan I. EGC, Jakarta.
Hal 175-184

30

Feigin, dr. Valery. 2006. Stroke: Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan
Pemulihan Stroke. PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta.
Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Indonesia. Guideline
Stroke 2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia:
Jakarta.
Misbach, dr. H. Jusuf. 1999. Stroke: Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen
editor dr. Jofizal Jannis dan dr. Lyna Soertidewi Kiemas. FK UI, Jakarta.
Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. [diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
Poungvarin, N. Skor Siriraj stroke dan studi validasi untuk membedakan
perdarahan

intraserebral

supratentorial

dari

(Http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1670347/.

infark.
Diakses

Oktober 29, 2014).


Ropper AH, Brown RH. Adams and Victors Principles of Neurology. 2005. Edisi
8. Bab 4. Major Categories of Neurological Disease: Cerebrovascilar
Disease. McGraw Hill: New York.

31

Anda mungkin juga menyukai