Case CVD Hemoragik
Case CVD Hemoragik
PENDAHULUAN
Menurut WHO, stroke adalah gangguan fungsi otak fokal (global) dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih atau langsung
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.
Stroke juga dapat diartikan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak. Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa stroke adalah gangguan pada fungsi otak yang berkaitan
dengan obstruksi aliran darah otak, bersifat global dengan gejala-gejala yang
berhubungan dengan hilangnya fungsi otak yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih atau langsung menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain masalah vaskular.
Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai 51,6 per 100.000 penduduk.
Penderita stroke lebih sering pada jenis kelamin laki-laki daripada perempuan.
Stroke menyerang pada usia produktif dan usia lanjut dengan rentang usia sekitar
45-65 tahun. Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian :
trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher), embolisme
serebral (bekuan darah atau materi lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh
yang lain), iskemia (penurunan aliran darah ke area otak) dan hemoragi serebral
(pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak
atau ruang sekitar otak). Stroke juga memiliki faktor resiko yaitu faktor resiko
yang bisa dimodifikasi dan faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi. Faktor
resiko yang bisa dimodifikasi misalnya diabetes mellitus, penyakit jantung,
pecandu alkohol berat, hiperlipidemia, hipertensi, obesitas, kurang olahraga, dan
perokok. Sedangkan faktor resiko yang tidak bisa dimodifikasi misalnya usia,
jenis kelamin, ras, dan hereditas.
Stroke dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu stroke hemoragik dan
stroke non hemoragik. Stroke hemoragik disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak pada area otak tertentu, sedangkan stroke non hemoragik dapat berupa
1
embolik atau trombosis serebral yang tidak terjadi perdarahan namun terjadi
iskemik yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder.
BAB II
STATUS PASIEN
IDENTIFIKASI
Nama
: Ny. I
Tanggal Lahir
: 01 Januari 1963
Umur
: 52 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Suku Bangsa
: Sumatera
Agama
: Islam
Nomor Register
: RI15005792
MRS Tanggal
: 28 Maret 2015
Penyakit ini diderita untuk kedua kalinya, penyakit yang sama untuk
pertama kalinya terjadi pada tahun 2010 dengan keluhan adanya kelemahan pada
lengan dan tungkai sebelah kanan namun sudah mengalami perbaikan.
PEMERIKSAAN FISIK ( Tanggal 07 Maret 2015, pukul 10.00 WIB)
STATUS PRESENS
Status Internus
Kesadaran
: GCS = 15
(E: 3, M: 5, V: 5)
Gizi
: Cukup
Suhu Badan
: 36,7C
Jantung
Nadi
: 78 x/menit
Paru-paru
Pernapasan
: 20 x/menit
Hepar
: tidak teraba
Tekanan Darah
: 130/90 mmHg
Lien
: tidak teraba
Berat Badan
: 60 kg
Tinggi Badan
: 155 cm
Genitalia
: tidak diperiksa
Status Psikiatrikus
Sikap
: wajar, kooperatif
Ekspresi Muka
: wajar
Perhatian
: ada, baik
Kontak Psikik
: ada, baik
Status Neurologikus
KEPALA
Bentuk
: brachiocephali
Deformitas
: tidak ada
Ukuran
: normal
Fraktur
: tidak ada
Simetris
: simetris
Nyeri fraktur
: tidak ada
Hematom
: tidak ada
Pembuluh darah
Tumor
: tidak ada
Pulsasi
LEHER
Sikap
: lurus
Deformitas
: tidak ada
Torticolis
: tidak ada
Tumor
: tidak ada
Kaku kuduk
: tidak ada
Pembuluh darah
SYARAF-SYARAF OTAK
N. Olfaktorius
Penciuman
Kanan
Kiri
Anosmia
tidak ada
tidak ada
Hyposmia
tidak ada
tidak ada
Parosmia
tidak ada
tidak ada
N.Opticus
Kanan
Kiri
Visus
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Campus visi
V.O.D
V.O.S
- Anopsia
tidak ada
tidak ada
- Hemianopsia
tidak ada
tidak ada
- Papil edema
tidak diperiksa
tidak diperiksa
- Papil atrofi
tidak diperiksa
tidak diperiksa
- Perdarahan retina
tidak diperiksa
tidak diperiksa
Fundus Oculi
Kiri
Diplopia
tidak ada
tidak ada
Celah mata
simetris
simetris
Ptosis
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
- Exophtalmus
tidak ada
tidak ada
- Enophtalmus
tidak ada
tidak ada
- Deviation conjugae
tidak ada
tidak ada
ke segala arah
ke segala arah
- Bentuknya
bulat
bulat
- Besanya
3 mm
3 mm
- Isokori/anisokor
isokor
isokor
- Midriasis/miosis
tidak ada
tidak ada
- Langsung
ada
ada
- Konsensuil
ada
ada
- Akomodasi
ada
ada
tidak ada
tidak ada
Kanan
Kiri
- Menggigit
normal
normal
- Trismus
tidak ada
tidak ada
- Refleks kornea
ada
ada
- Dahi
normal
normal
- Pipi
normal
normal
- Dagu
normal
normal
N.Facialis
Kanan
Kiri
simetris
simetris
Pupil
- Refleks cahaya
- Argyl Robertson
N.Trigeminus
Motorik
Sensorik
Motorik
Mengerutkan dahi
Menutup mata
lagophtalmus (-)
lagophtalmus (-)
Menunjukkan gigi
Lipatan nasolabialis
datar
Bentuk Muka
-
Istirahat
simetris
Berbicara/bersiul
simetris
Sensorik
2/3 depan lidah
Otonom
-
Salivasi
Lakrimasi
Chovsteks sign
tidak diperiksa
N. Statoacusticus
N. Cochlearis
Kanan
Kiri
Suara bisikan
Detik arloji
Tes Weber
Tes Rinne
N. Vestibularis
Nistagmus
Vertigo
Kiri
Arcus pharingeus
simetris
Uvula
di tengah
Gangguan menelan
tidak ada
Suara serak/sengau
tidak ada
Denyut jantung
normal
Refleks
7
Muntah
normal
Batuk
normal
Okulokardiak
tidak diperiksa
Sinus karotikus
tidak diperiksa
Sensorik
-
N. Accessorius
Mengangkat bahu
simetris
Memutar kepala
N. Hypoglossus
Kiri
tidak ada hambatan
Kanan
Mengulur lidah
Kiri
tidak ada kelainan
Fasikulasi
tidak ada
Atrofi papil
tidak ada
Disartria
tidak ada
MOTORIK
LENGAN
Kanan
Kiri
Gerakan
cukup
kurang
Kekuatan
Tonus
normal
meningkat
Refleks fisiologis
-
Biceps
normal
meningkat
Triceps
normal
meningkat
Radius
normal
meningkat
Ulna
normal
meningkat
Refleks patologis
-
Hoffman Tromner
tidak ada
Leri
tidak dilakukan
Meyer
tidak dilakukan
8
TUNGKAI
Kanan
Kiri
Gerakan
cukup
kurang
Kekuatan
Tonus
normal
meningkat
Klonus
-
Paha
tidak ada
tidak ada
Kaki
tidak ada
tidak ada
Refleks fisiologis
-
KPR
normal
meningkat
APR
normal
meningkat
Refleks patologis
-
Babinsky
tidak ada
tidak ada
Chaddock
tidak ada
tidak ada
Oppenheim
tidak ada
tidak ada
Gordon
tidak ada
tidak ada
Schaeffer
tidak ada
tidak ada
Rossolimo
tidak ada
tidak ada
Mendel Bechterew
tidak ada
tidak ada
Atas
tidak dilakukan
Tengah
tidak dilakukan
Bawah
tidak dilakukan
Refleks cremaster
tidak dilakukan
SENSORIK
Tidak ada kelainan
FUNGSI VEGETATIF
Miksi
Defekasi
KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis
: tidak ada
Lordosis
: tidak ada
Gibbus
: tidak ada
Deformitas
: tidak ada
Tumor
: tidak ada
Meningocele
: tidak ada
Hematoma
: tidak ada
Nyeri ketok
: tidak ada
10
Kiri
tidak ada
Kernig
tidak ada
tidak ada
Lasseque
tidak ada
tidak ada
Brudzinsky
-
Neck
tidak ada
Cheek
tidak ada
Symphisis
Leg I
tidak ada
tidak ada
Leg II
tidak ada
tidak ada
tidak dilakukan
Ataxia
Romberg
Hemiplegic
Dysmetri
Scissor
- jari-jari
Propulsion
- jari hidung
Histeric
Limping
Steppage
GERAKAN ABNORMAL
Tremor
: tidak ada
Chorea
: tidak ada
Athetosis
: tidak ada
Ballismus
: tidak ada
Dystoni
: tidak ada
Myocloni
: tidak ada
11
FUNGSI LUHUR
Afasia motorik
: tidak ada
Afasia sensorik
: tidak ada
Apraksia
: tidak ada
Agrafia
: tidak ada
Alexia
: tidak ada
Afasia nominal
: tidak ada
: 106 mg/dl
Kolesterol total
: 119 mg/dl
Kolesterol HDL
: 55 mg/dl
Kolesterol LDL
: 68 mg/dl
Trigliserid
: 20 mg/dl
Albumin
: 4.7 g/dl
Globulin
: 3.2 g/dl
Ureum
: 31 mg/dL
Asam Urat
: 4.7 mg/dL
Kreatinin
: 0.79 mg/dL
Kalsium
: 9.4 mg/dL
Phospor
: 3.8 mg/dL
Magnesium
: 2.23 mEq/dL
Natrium
: 143 mmol/L
Kalium
Klorida
: 3.1 mEq/L
: 103 mmol/L
Kimia Klinik
SGOT
: 20 U/L
SGPT
: 12 U/L
12
Darah Rutin
Hb
: 12.9g/dl
Eritrosit
: 4.75 x 106/mm3
Ht
: 39%
Leukosit
: 9.6 x 103/mm3
Trombosit
: 205.000/ul
Diff count
: 0/0/86/10/4
Hasil :
o Trakea
di
tengah,
tampak
pembesaran
jantung,
corakan
13
Kesan: kardiomegali
RESUME
Penderita dirawat dibagian saraf karena mengalami penurunan kesadaran
secara tiba-tiba.
3 jam sebelum masuk rumah sakit, saat penderita sedang beraktivitas,
tiba-tiba penderita mengalami kelemahan pada kedua lengan dan tungkai (tidak
bisa digerakkan) disertai kehilangan kesadaran. Saat serangan penderita
merasakan sakit kepala disertai dengan mual dan muntah, tanpa disertai kejang.
Kelemahan pada lengan kanan dan kiri serta tungkai kanan dan kiri dirasakan
tidak sama berat. Penderita masih dapat mengungkapkan isi pikirannya secara
lisan, tulisan, dan isyarat. Saat bicara mulut penderita tidak mengot dan bicaranya
tidak pelo.
Penderita memiliki riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, pasien tidak
teratur minum obat hipertensi. Penderita juga memiliki riwayat sakit stroke sejak
4 tahun yang lalu. Riwayat Diabetes Melitus disangkal. Riwayat memiliki
penyakit jantung disangkal. Riwayat merokok disangkal.
Penyakit ini diderita untuk kedua kalinya, penyakit yang sama untuk
pertama kalinya terjadi pada tahun 2010 dengan keluhan adanya kelemahan pada
lengan dan tungkai sebelah kanan namun sudah mengalami perbaikan.
Kesadaran
: GCS = 15
(E: 4, M: 6, V: 5,)
Gizi
: cukup
Suhu Badan
: 36,7C
Jantung
Nadi
: 78 x/menit
Paru-paru
Pernapasan
: 20 x/menit
Hepar
: tidak teraba
Tekanan Darah
: 130/90 mmHg
Lien
: tidak teraba
Berat Badan
: 60 kg
Tinggi Badan
: 155 cm
Genitalia
: wajar, kooperatif
Ekspresi Muka
: tidak diperiksa
Status Psikiatrikus
Sikap
: wajar
14
Perhatian
: ada, baik
Kontak Psikik
: ada, baik
Status Neurologis :
N. Cranialis :
N. III
N. VII
N. XII
: Disatria (-)
Fungsi motorik
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Refleks
fisiologis
Refleks
Lengan
Lengan Kiri
Tungkai
Tungkai Kiri
Kurang
2
Meningkat
Meningkat
-
Kanan
Cukup
5
Normal
Kurang
2
Meningkat
Normal
Meningkat
Kanan
Cukup
5
Normal
Normal
Patologis
Fungsi sensorik
Fungsi vegetatif
Fungsi luhur
Gerakan abnormal
: tidak ada
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS KLINIK
DIAGNOSIS TOPIK
: Capsula Interna
DIAGNOSIS ETIOLOGI
: CVD Hemoragik
TATALAKSANA
15
Bedrest
PROGNOSA
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
ANALISA KASUS
16
-1
: Non Hemorrhagic
: Hemorrhagic
17
Pada Ny. I, ditemukan penurunan kesadaran (+), nyeri kepala (+), dan refleks
Babinski (-).
Kesimpulan: Stroke Hemoragik
1. Hemoragia cerebri
Hemoragia cerebri, gejalanya:
Tidak
terjadi
penurunan
kesadaran <30 menit
Tidak terdapat atrial fibrilasi
Terjadi saat sedang aktivitas
Sentral
- Sudut mulut tertinggal
Perifer
- Sudut mulut tertinggal
gejala:
- Plica nasolabialis kiri
datar
- Kerutan dahi simetris
- Lagoftalmus
Jadi penderita mengalami parese N. VII tipe sentral
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
20
3.1.
Anatomi Otak
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar
15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi
normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis
interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke
bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua
adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum
anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu
sirkulus willisi.
Arteri karotis interna memberikan vaskularisasi pada region sentral dan
lateral hemisfer. Arteriserebri anterior memberikan vaskularisasi pada korteks
frontalis, parietalis bagian tengah, korpus kalosum dan nucleus kaudatus. Arteri
serebri media memberikan vaskularisasi pada korteks lobus frontalis, parietalis
dan temporalis.
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan kiri yang
berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak melalui kanalis
transversalis di kolumna vertebralis servikalis, masuk rongga kranium melalui
foramen magnum, lalu mempercabangkan masing-masing sepasang arteri serebeli
inferior. Pada batas medula oblongata dan pons, keduanya bersatu menjadi arteri
basilaris dan setelah mengeluarkan 3 kelompok cabang arteri, pada tingkat
mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang arteri serebri
posterior. Arteri vertebralis memberikan vaskularisasi pada batang otak dan
medula spinalis atas. Arteri basilaris memberikan vaskularisasi pada pons. Arteri
serebri posterior memberikan vaskularisasi pada lobus temporalis, oksipitalis,
sebagian kapsula interna, talamus, hipokampus, korpus genikulatum dan
mamilaria, pleksus koroid dan batang otak bagian atas.
21
pada daerah setinggi otak), tekanan darah arteri yang penting dan menentukan
rata-rata 70 mmHg, dan dibawah tekanan ini terjadi pengurangan sirkulasi darah
yang serius.
22
2.
dipengaruhi oleh :
a.
policythemia, suatu peningkatan yang nyata didalam sirkulasi darah otak dapat
terjadi pada anemia berat.
c.
23
Warna pink (middle cerebral artery), warna biru (basilary arteri), Sisanya
(circle of Wilisi)
3.2.
Definisi Stroke
Stroke menurut WHO adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi
cerebral, baik fokal maupun menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat
(akut), berlangsung lebih dari 24 jam, tanpa ditemukannya penyebab selain
daripada gangguan vaskular. Pada stroke, terjadi hipoksia serebrum yang
menyebabkan cedera dan kematian sel-sel neuron sehingga dapat bermanifestasi
dengan disabilitas bahkan kematian. Stroke merupakan penyakit gangguan
fungsional otak berupa kelumpuhan saraf/deficit neurologik akibat gangguan
aliran darah pada salah satu bagian otak. Secara sederhana stroke didefinisi
sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan
atau perdarahan, dengan gejala lemas atau lumpuh sesaat atau gejala berat sampai
hilangya kesadaran dan kematian.
3.3.
Epidemiologi Stroke
Di Indonesia, angka kejadian stroke dan penyakit neurogeneratif lainnya
terus meningkat setiap tahun. Berdasarkan penelitian Riskedas pada tahun 2007,
penyakit neurogeneratif seperti stroke merupakan penyebab kematian dan
kecacatan hampur di seluruh rumah sakit di Indonesia, yaitu sebesar 15,4 persen.
bahkan angka kematian stroke adalah nomor satu melampaui angka kematian
24
akibat infeksi. Angka kematian akibat stroke dalam 30 hari setelah serangan
berkisar 8-20%, sedangkan penderita stroke yang dapat bertahan hidup sampai
dengan 5 tahun hanya sekitar 60%.
Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) meneliti angka kejadian stroke
berdasarkan kelompok usia pada tahun 2013. Menurut hasil penelitian Riskedas,
jumlah penderita stroke di tahun 2013 usia 45-54 mencapai 10 persen, sedangkan
jumlah penderita stroke usia 55-64 mencapai 24 persen. Bahkan Riskedas juga
menemukan adanya angka kejadian stroke pada usia 15-24 tahun, yaitu 0,2
persen. Pada departemen Neurologi Rumah Sakit Umum Moh.Hoesin Palembang
didapatkan angka kejadian stroke yang semakin meningkat setiap tahunnya. Pada
tahun 2010 tercatat bahwa terdapat 515 pasien stroke non hemoragik dan 381
pasien stroke hemoragik.
3.4.
Klasifikasi dan Patofisiologi
Stroke diklasifikasikan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan kelainan patologis
a.
-
Stroke hemoragik
Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena mikroaneurisma akibat
hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah subkortikal, serebluum,
pons, dan batang otak. Perdarahan di daerah korteks lebih sering disebabkan oleh
tumor otak, malformasi pembuluh darah otak yang pecah, dsb. Gejala neurologik
timbul karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis.
Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan biasanya terjadi akibat pecahnya aneurisma kongenital yang
terjadi di a. komunikans anterior, a. serebri media, a. serebri anterior, dan a.
komunikans posterior. Gejala timbul mendadak berupa sakit kepala hebat dan
mual muntah.
b.
Stroke non-hemoragik
Trombosis serebri
Stroke trombotik yaitu
stroke
yang
disebabkan
karena
adanya
penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena trombus yang makin lama
makin menebal, sehinga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran darah
25
ini menyebabkan iskemia. Trombosis serebri adalah obstruksi aliran darah yang
terjadi pada proses oklusi satu atau lebih pembuluh darah lokal.
Emboli serebri
Infark iskemik dapat diakibatkan oleh emboli yang timbul dari lesi
ateromatus yang terletak pada pembuluh yang lebih distal. Gumpalan-gumpalan
kecil dapat terlepas dari trombus yang lebih besar dan dibawa ke tempat-tempat
lain dalam aliran darah. Bila embolus mencapai arteri yang terlalu sempit untuk
dilewati dan menjadi tersumbat, aliran darah fragmen distal akan terhenti,
mengakibatkan infark jaringan otak distal karena kurangnya nutrisi dan oksigen.
Emboli merupakan 32% dari penyebab stroke non hemoragik.
2.
a.
b.
c.
d.
3.
a.
b.
Sistem karotis
Sistem vertebrobasiler
3.5.
Faktor Resiko
Kelompok faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi merupakan
kelompok faktor risiko yang ditentukan secara genetik atau berhubungan dengan
fungsi tubuh yang normal sehinga tidak dapat dimodifikasi. Yang termasuk
kelompok ini antara lain usia, jenis kelamin, ras, riwayat stroke dalam keluarga,
serta riwayat serangan transient ischemic attack atau stroke sebelumnya.
Kelompok faktor risiko yang dapat dimodifikasi merupakan akibat dari gaya
hidup seseorang dan dapat dimodifikasi, yang meliputi hipertensi, diabetes
melitus, dislipidemia, penyakit jantung, merokok, alkohol, obesitas, dan
penggunan kontrasepsi oral.
26
3.6.
Manifestasi Klinis
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredarahan darah di otak
satu mata)
Muka baal
2.
a.
b.
Gejala mula-mula timbul pada anggota gerak bagian atas (tangan terasa
lemah dan baal) dan dapat melibatkan wajah.
3.
a.
b.
c.
terganggu.
Gangguan sensorik kontralateral.
Demensia, refleks mencengkram dan refleks patologis (disfungsi lobus
frontalis).
4.
a.
b.
c.
d.
5.
a.
b.
c.
d.
3.7.
Diagnosis
Diagnosis stroke didasarkan atas hasil yaitu :
1.
Penemuan Klinis
a.
Anamnesis
Terjadi keluhan/gejala defisit neruologik yang mendadak, kelumpuhan anggota
gerak mendadak, mulut mengot atau bicara pelo.
b.
Pemeriksaan fisik
Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko (hipertensi, kelainan
jantung, dll). Bising pada auskultasi atau kelainan pembuluh darah lainnya.
2.
a.
Pemeriksaan Tambahan/Laboratorium
Pemeriksaan untuk menemukan faktor risiko, seperti darah rutin (Hb,
hematokrit, leukosit, eritrosit, LED), hitung jenis dan bila perlu gambaran dara,
komponen kimia darah, gas, elektrolit.
b.
Doppler, EKG, Ekhokardiografi, dll.
c.
Sken tomografik.
d.
Angiografi serebral.
e.
Pemeriksaan likuor serebrospinal.
28
3.8.
1.
Diagnosis Banding
Perdarahan otak intraserebral (PIS), perdarahan otak subarakhnoidal
(PSA).
2.
Infark serebri
3.9.
Penatalaksanaan
Tatalaksana stroke dibedakan menjadi dua, yaitu fase akut dan fase pasca
akut.
1.
Fase akut (hari ke 0-14 sesudah onset penyakit)
Sasaran pengobatan pada fase akut adalah menyelamatkan neuron yang
menderita jangan sampai mati; dan agar proses patologik lainnya yang menyertai
tak mengganggu/mengancam fungsi otak, serta dipelihara fungsi optimal, antara
lain
a.
b.
c.
Anti-edema otak
Gliserol 10% per infuse, 1 gr/kgBB/hari dalam 6 jam.
Kortikosteroid: deksametason dengan bolus 10-20 mg i.v., diikuti 4-5
mg/6 jam selama beberapa hari, lalu diturunkan pelan-pelan dan dihentikan
setelah fase akut berlalu.
b.
Anti-agregasi trombosit
Anti-agregasi trombosit yang umum dipakai, yaitu asam asetil salisilat (ASA),
seperti aspirin, aspilet dll, dengan dosis rendah: 80-300 mg/hari.
c.
Antikoagulansia: misalnya heparin.
29
2.
Fase pasca akut
Sasaran pengobatan setelah fase akut dititikberatkan pada tindakan
rehabilitasi penderita, dan pencegahan terulangnya stroke. Rehabilitasi diharapkan
dapat mengatasi kecacatan penderita, fisik dan mental, dengan fisioterapi, terapi
wicara, dan psikoterapi. Selain itu, diperlukan pula terapi preventif yang bertujuan
untuk mencegah terulangnya atau timbulnya serangan baru dengan jalan
mengobati dan menghindari faktor-faktor risiko stroke, yaitu pengobatan
hipertensi, mengobatai diabetes mellitus, menghindari rokok, obesitas, stress,
olahraga, dll.
3.10. Prognosis
Prognosis stroke dipengaruhi beberapa faktor, antara lain
1.
Tingkat kesadaran
2.
Usia: pada usia 70 tahun atau lebih angka kematian meningkat tajam.
3.
Jenis kelamin: lelaki lebih banyak (61%) yang meninggal dari pada
4.
5.
perempuan (41%).
Tekanan darah: tensi tinggi prognosis jelek.
Lain-lain: misalnya cepat dan tepatnya pertolongan
DAFTAR PUSTAKA
30
Feigin, dr. Valery. 2006. Stroke: Panduan Bergambar Tentang Pencegahan dan
Pemulihan Stroke. PT Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia, Jakarta.
Kelompok Studi Stroke Perhimpunan Dokter Spesialis Indonesia. Guideline
Stroke 2007. Edisi Revisi. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia:
Jakarta.
Misbach, dr. H. Jusuf. 1999. Stroke: Aspek Diagnostik, Patofisiologi, Manajemen
editor dr. Jofizal Jannis dan dr. Lyna Soertidewi Kiemas. FK UI, Jakarta.
Nasissi, Denise. Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, 2010. [diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/793821-overview]
Poungvarin, N. Skor Siriraj stroke dan studi validasi untuk membedakan
perdarahan
intraserebral
supratentorial
dari
(Http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1670347/.
infark.
Diakses
31