Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH GEOGRAFI

PERUBAHAN IKLIM
tentang meningkatnya badai, banjir, kekeringan
dan hilangna spesies

Disusun Oleh:

Marinka K
Wisnu
Rizka A.Y
Zilan Badrul
Gagan Satria G

SMA NEGERI 9 TASIKMALAYA


Jalan Leuwidahu No. 61 Tlpn. (0265) 333148,7977108 Tasikmalaya 46151

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah penulis panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh
karena rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah Perubahan Iklim tentang
meningkatnya badai, banjir, kekeringan dan hilangnya spesies. Makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran geografi.
Perubahan iklim global merupakan malapetaka yang akan datang! Kita telah
mengetahui sebabnya - yaitu manusia yang terus menerus menggunakan bahan bakar yang
berasal dari fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas bumi. Dalam hal ini kami akan
membahas mengenai dampak dari perubahan iklim dengan tujuan supaya kita bisa
mengetahui dampak dari perubahan iklim dan sedikitnya bisa mengurangi faktor dari
penyebab perubahan iklim tersebut.
Banyak sekali hambatan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu ,selesainya
makalah ini bukan semata karena kemampuan penulis, banyak pihak yang mendukung dan
membantu. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada
pihak-pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan agar kedepannya
kami mampu lebih baik lagi.

Tasikmalaya, februari 2012


Penyusun,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................

1.2 Tujuan .........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perubahan Iklim........................................................................

2.2 Penyebab perubahan Iklim..........................................................................

2.3 Dampak Perubahan Iklim...........................................................................

2.4 Pengendalian Perubahan Iklim....................................................................

14

BAB III PENUTUP


3.1 Kritik.........................................................................................................

15

3.2 Saran........................................................................................................

15

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan tentang perubahan iklim yang
sedang terjadi saat ini. Banyak faktor atau penyebab yang membuat perubahan iklim
itu sendiri terjadi. Masalah dunia ini belum bisa teratasi, belum ada solusi yang efektif
untuk menyelesaikannya. Mungkin sudah banyak penanggulangan yang sudah
dilakukan , akan tetapi belum terlalu terlihat hasilnya yang dapat kita rasakan.
1.2. Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru
mata pelajaran geografi. Selain itu pembuatan makalah ini untuk menyadarkan tentang
keadaan yang ada pada saat ini. Harapan penulis adalah agar makalah ini dapat
berguna bagi orang yang telah membacanya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perubahan Iklim


Perubahan iklim global merupakan malapetaka yang akan datang! Kita telah
mengetahui sebabnya - yaitu manusia yang terus menerus menggunakan bahan bakar
yang berasal dari fosil seperti batu bara, minyak bumi dan gas bumi.
Kita sudah mengetahui sebagian dari akibat perubahan iklim ini - yaitu
mencairnya tudung es di kutub, meningkatnya suhu lautan, kekeringan yang
berkepanjangan, penyebaran wabah penyakit berbahaya, banjir besar-besaran, coral
bleaching dan gelombang badai besar. Kita juga telah mengetahui siapa yang akan
terkena dampak paling besar - Negara pesisir pantai, Negara kepulauan, dan daerah
Negara yang kurang berkembang seperti Asia Tenggara.

a.

Pengertian perubahan iklim


Yang dimaksud dengan perubahan iklim adalah perubahan variabel iklim,

khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam
jangka waktu yang panjang antara 50 sampai 100 tahun (inter centenial).
Disamping itu harus dipahami bahwa perubahan tersebut disebabkan oleh
kegiatan manusia (anthropogenic), khususnya yang berkaitan dengan pemakaian bahan
bakar fosil dan alih-guna lahan. Jadi perubahan yang disebabkan oleh faktor-faktor
alami, seperti tambahan aerosol dari letusan gunung berapi, tidak diperhitungkan dalam
pengertian perubahan iklim. Dengan demikian fenomena alam yang menimbulkan
kondisi iklim ekstrem seperti siklon yang dapat terjadi di dalam suatu tahun (inter
annual) dan El-Nino serta La-Nina yang dapat terjadi di dalam sepuluh tahun (inter
decadal) tidak dapat digolongkan ke dalam perubahan iklim global.
Kegiatan manusia yang dimaksud adalah kegiatan yang telah menyebabkan
peningkatan konsentrasi GRK di atmosfer, khususnya dalam bentuk karbon dioksida
(CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O). Gas-gas inilah yang selanjutnya
menentukan peningkatan suhu udara, karena sifatnya yang seperti kaca, yaitu dapat

meneruskan radiasi gelombang-pendek yang tidak bersifat panas, tetapi menahan


radiasi gelombang-panjang yang bersifat panas seperti terlihat pada Gambar 1.
Akibatnya atmosfer bumi makin memanas dengan laju yang setara dengan laju
perubahan konsentrasi GRK.
b. Pertumbuhan emisi dan konsentrasi gas rumahkaca
Menurut IPCC (2001) dalam dekade terakhir ini pertumbuhan CO2 adalah
sebesar 2900 juta ton/tahun, sementara pada dekade sebelumnya adalah sebesar 1400
juta ton/tahun. Sedang CH4 justru mengalami penurunan dari 37 juta ton/tahun pada
dekade terdahulu menjadi 22 juta ton/tahun pada dekade terakhir. Demikian pula
halnya dengan N2O meskipun kecil juga mengalami penurunan dari 3,9 menjadi 3,8
juta ton/tahun. Sementara itu tingkat emisi CO2, CH4, dan N2O di Indonesia pada
tahun 1994 berturut-turut adalah 952.199, 4.286, dan 61 Gg.
Uap air (H2O) pun sebenarnya merupakan GRK yang dapat dirasakan
pengaruhnya ketika menjelang turun hujan. Udara terasa panas karena radiasi
gelombang-panjang tertahan uap air atau mendung yang menggantung di atmosfer.
Namun demikian karena keberadaan (life time) H2O sangat singkat (2-3 hari), maka
uap air bukanlah GRK yang efektif. Sementara itu untuk CO2, CH4, dan N2O
keberadaannya di atmosfer berturut-turut adalah 100, 15, dan 115 tahun.
c. Peningkatan suhu bumi
Dalam 100 tahun terakhir suhu bumi terlihat mulai ditentukan oleh peningkatan
CO2 di atmosfer. Pada zaman praindustri (sebelum tahun 1850) konsentrasi CO2 masih
sekitar 290 ppm, sedang pada tahun 1990 konsentrasinya telah meningkat menjadi 353
ppm. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 oC telah dicatat. Dengan pola
konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi seperti sekarang, maka diperkirakan pada
tahun 2100 konsentrasi CO2 akan meningkat dua kali lipat dibanding zaman industri,
yaitu sekitar 580 ppm. Dalam kondisi demikian berbagai model sirkulasi global
memperkirakan peningkatan suhu bumi antara 1,7-4,5 oC (Gambar 2). Peningkatan
yang besar terjadi pada daerah lintang tinggi, sehingga akan menimbulkan berbagai
perubahan lingkungan global yang terkait dengan pencairan es di kutub, distribusi

vegetasi alami dan keanekaragaman hayati, produktivitas tanaman, distribusi hama dan
penyakit tanaman dan manusia.
d. Perubahan pola dan distribusi hujan
Pola dan distribusi curah hujan terjadi dengan kecenderungan bahwa daerah kering
akan menjadi makin kering dan daerah basah menjadi makin basah. Konsekuensi-nya
adalah bahwa kelestarian sumberdaya air juga akan terganggu. Di Indonesia dikenal 3
macam pola distribusi hujan, yaitu pola monsun (monsoonal), ekuatorial dan lokal.
Pertama, daerah yang sangat dipengaruhi oleh monsun memiliki pola hujan dengan
satu pucak (unimodal). Ciri dari pola ini adalah adanya musim hujan dan kemarau yang
tajam dan masing-masing berlangsung selama kurang lebih 6 bulan, yaitu Oktober Maret sebagai musim hujan dan April September sebagai musim kemarau. Kedua,
daerah yang dekat dengan ekuator dipengaruhi oleh sistem ekuator dengan pola hujan
yang memiliki dua puncak (bimodal), yaitu pada bulan Maret dan Oktober saat
matahari berada di dekat ekuator. Ketiga, daerah dengan pola hujan lokal, dicirikan
oleh bentuk pola hujan unimodal dengan puncak yang terbalik dibandingkan dengan
pola hujan monsun yang disebutkan di atas. Perubahan iklim (khususnya suhu dan
curah hujan) tidak hanya menyebabkan perubahan volume defisit atau surplus air,
tetapi juga periode daerah itu mengalami surplus atau defisit. Dalam suatu studi
hidrologi daerah aliran sungai (DAS) di daerah ekuatorial seperti Sulawesi, perubahan
iklim (dengan konsentrasi CO2 atmosfer 2 kali lipat dibanding konsentrasi pada zaman
pra-industri yang hanya 280 ppm) akan menyebabkan DAS tersebut tidak mengalami
defisit sementara surplusnya meningkat dua kali lipat. Sedang DAS di daerah monsun
seperti Jawa, surplus air hanya sekitar 30% dengan periode defisit yang lebih pendek
dibanding jika iklim tidak berubah (Murdiyarso, 1994).
2.2 Penyebab Perubahan Iklim
Sektor pertanian akan terpengaruh melalui penurunan produktivitas pangan
yang disebabkan oleh peningkatan sterilitas serealia, penurunan areal yang dapat
diirigasi dan penurunan efektivitas penyerapan hara serta penyebaran hama dan
penyakit. Di beberapa tempat di negara maju (lintang tinggi) peningkatan konsentrasi

CO2 akan meningkatkan produktivitas karena asimilasi meningkat, tetapi di daerah


tropis yang sebagian besar negara berkembang, peningkatan asimilasi tersebut tidak
signifikan dibanding respirasi yang juga meningkat. Secara keseluruhan jika adaptasi
tidak dilakukan, dunia akan mengalami penurunan produksi pangan hingga 7 persen.
Namun dengan adaptasi yang tingkatnya lanjut, artinya biayanya tinggi, produksi
pangan dapat distabilkan. Dengan kata lain stabilisasi produksi pangan pada iklim yang
berubah akan memakan biaya yang sangat tinggi, misalnya dengan meningkatkan
sarana irigasi, pemberian input (bibit, pupuk, insektisida/pestisida) tambahan. Di
Indonesia dengan skenario konsentrasi CO2 dua kali lipat dari saat ini produksi padi
akan meningkat hingga 2,3 persen jika irigasi dapat dipertahankan. Tetapi jika sistem
irigasi tidak mengalami perbaikan produksi padi akan mengalami penurunan hingga
4,4 persen (Matthews et al., 1995).
Suhu yang lebih hangat akan menyebabkan pergeseran spesies vegetasi dan
ekosistem. Daerah pegunungan akan kehilangan banyak spesies vegetasi aslinya dan
digantikan oleh spesies vegetasi dataran rendah. Bersamaan dengan itu kondisi
sumberdaya air yang berasal dari pegunungan juga akan mengalami gangguan.
Selanjutnya stabilitas tanah di daerah pegunungan juga terganggu dan sulit
mempertahankan keberadaan vegetasi aslinya. Dampak ini tidak begitu nyata di daerah
lintang rendah atau daerah berelevasi rendah. Jika kebakaran hutan makin sering
dijumpai di Indonesia, agak sulit menghubungkan antara kejadian tersebut dengan
perubahan iklim, sebab sebagian besar (kalau tidak seluruhnya) kejadian kebakaran
hutan disebabkan oleh aktivitas manusia yang berkaitan dengan pembukaan lahan.
Bahwa kejadiannya bersamaan dengan kejadian El-Nino karena fenomena ini
memberikan kondisi cuaca yang kering yang mempermudah terjadinya kebakaran.
Namun seperti diuraikan di atas El-Nino adalah fenomena alam yang terkait dengan
peristiwa iklim ekstrem dalam variabilitas iklim, bukan perubahan iklim dalam arti
seperti yang diuraikan di atas.
Meningkatnya jumlah penduduk memberikan tekanan pada penyediaan air,
terutama pada daerah perkotaan. Saat ini sudah banyak penduduk perkotaan yang
mengalami kesulitan mendapatkan air bersih, terutama mereka yang berpendapatan dan
berpendidikan atau berketerampilan rendah. Dampak perubahan iklim yang

menyebabkan perubahan suhu dan curah hujan akan memberikan pengaruh terhadap
ketersediaan air dari limpasan permukaan, air tanah dan bentuk reservoir lainnya. Pada
tahun 2080 akan terdapat 2 hingga 3,5 milyar orang akan mengalami kekurangan air.
Pada beberapa daerah aliran sungai (DAS) penting di Indonesia ketersediaan air
permukaan diperkirakan akan meningkat karena meningkatnya suplus dan menurunnya
defisit. Di DAS Citarum, Jawa Barat peningkatan tersebut mencapai 32%, di DAS
Brantas Jawa Timur 34%, dan di DAS Saadang, Sulawesi Selatan 132% (Murdiyarso,
1994).
Sebagai konsekuensinya kejadian banjir akan meningkat karena menurunnya daya
tampung sungai akibat peningkatan limpasan permukaan dan menurunnya daya
tampung sungai dan waduk akibat peningkatan erosi dan sedimentasi.
Secara global catatan bencana banjir menunjukkan peningkatan yang signifikan
selama 40 tahun terakhir dengan kerugian ekonomis ditaksir sekitar US$ 300 milyar
pada dekade terakhir dibanding hanya US$ 50 milyar pada dekade tahun 1960-an.
Kawasan pesisir merupakan daerah yang paling rentan dari akibat kenaikan muka-laut.
Dalam 100 tahun terakhir, mukalaut telah naik antara 10-25 cm. Meskipun
kenyataannya sangat sulit mengukur perubahan muka-laut, tetapi perubahan tersebut
dapat dihubungkan dengan peningkatan suhu yang selama ini terjadi. Dalam 100 tahun
perubahan suhu telah meningkatkan pemuaian volume air laut dan meningkatkan
ketinggiannya. Demikian juga penambahan volume air laut juga terjadi akibat
melelehnya gletser dan es di kedua kutub bumi. Dari berbagai skenario, peningkatan
tersebut berkisar antara 13 hingga 94 cm dalam 100 tahun mendatang. Dengan panjang
pantainya yang lebih dari 80.000 km, di mana lebih dari 50 persen diantaranya
merupakan pantai landai, Indonesia cukup rentan terhadap kenaikan muka-laut seperti
negara-negara yang berpantai landai seperti Bangladesh.
Kenaikan muka laut hingga 1,5 m dapat berpengaruh terhadap 17 juta
penduduk Bangladesh. Tetapi hanya dengan kenaikan 1 m dampak sosial-ekonomi
terhadap pertanian pantai di beberapa kabupaten di Jawa Barat bagian utara sudah
sangat besar (Parry et al., 1992).Transmisi beberapa penyakit menular sangat
dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim.

Parasit dan vektor penyakit sangat peka terhadap faktor-faktor iklim, khususnya suhu
dan kelembaban. Penyakit yang tersebar melalui vektor (vector-borne diseases,VBDs)
seperti malaria, demam berdarah (dengeue) dan kaki gajah (schistosomiosis) perlu
diwaspadai karena transmisi penyakit seperti ini akan makin meningkat dengan
perubahan iklim.
Di banyak negara tropis penyakit ini merupakanpenyebab kematian utama.
IPCC (1998) memperkirakan bahwa dengan makin lebarnya selang suhu di mana
vektor dan parasit penyakit dapat hidup telah menyebabkan peningkatan jumlah kasus
malaria di Asia hingga 27 persen, demam berdarah hingga 47 persen dan kaki gajah
hingga 17 persen. Di Indonesia daerah-daerah baru yang menjadi semakin hangat juga
memberi kesempatan penyebaran vektor dan parasitnya. Penjangkitan VBD bahkan
terjadi lagi di daerah-daerah lama yang selama ini sudah dinyatakan bebas. Hal ini
disebabkan karena penggunaan bahan kimia dalam jangka panjang telah menimbulkan
daya tahan vektor. Disamping itu predator bagi vektor tersebut juga ikut terbasmi.
2.3 Dampak Perubahan iklim
1. meningkatnya badai
Penyebab badai adalah tingginya suhu permukaan laut. Perubahan di dalam energi
atmosfer mengakibatkan petir dan badai. Badai tropis ini berpusar dan bergerak dengan
cepat mengelilingi suatu pusat, yang sumbernya berada di daerah tropis. Pada saat
terjadi angin ribut ini, tekanan udara sangat rendah disertai angin kencang dengan
kecepatan bisa mencapai 250 km/jam. Hal ini bisa terjadi di Indonesia maupun negaranegara lain
Telah diperkirakan oleh para ilmuwan, daerah bagian utara dari belahan Bumi Utara
akan memanas lebih dari daerah-daerah lainnya di Bumi. Hal ini berakibat akan
mencairnya gunung-gunung es dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang
terapung di perairan tersebut. . Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju
ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis,
bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim
tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam
hari akan cenderung untuk meningkat.

Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata,
sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. Badai akan menjadi lebih
sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah
akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan
mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh
kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi.
Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

MACAM-MACAM BADAI
1. TORNADO
Tornado adalah kolom udara yang berputar kencang yang membentuk hubungan
antara awan cumulonimbus atau dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus
dengan permukaan tanah. Tornado muncul dalam banyak ukuran namun umumnya
berbentuk corong kondensasi yang terlihat jelas yang ujungnya yang menyemtuh
bumi menyempit dan sering dikelilingi oleh awan yang membawa puing-puing.
Umumnya tornado memiliki kecepatan angin 177 km/jam atau lebih dengan rata-rata
jangkauan 75 m dan menempuh beberapa kilometer sebelum menghilang. Beberapa
tornado yang mencapai kecepatan angin lebih dari 300 480 km/jam memiliki lebar
lebih dari satu mil (1.6 km) dan dapat bertahan di permukaan dengan lebih dari 100
km.
Meskipun tornado telah diamati di tiap benua kecuali Antartika, tornado lebih sering
terjadi di Amerika Serikat.[4] Tornado juga umumnya terjadi di Kanada bagian
selatan, selatan-tengah dan timur Asia, timur-tengah Amerika Latin, Afrika Selatan,
barat laut dan tengah Eropa, Italia, barat dan selatan Australia, dan Selandia Baru.
Sebuah pusaran tornado di pusat Oklahoma. Tornado tersebut membentuk pusaran
yang menyentuh tanah dari dasar awan. Bagian dasar tornado dikelilingi oleh awan
puing transparan yang terlempar akibat angin permukaan tornado yang kencan
2. TSUNAMI
Tsunami adalah satu rangkaian ombak/gelombang yang dihasilkan manakala
serombongan air, seperti suatu samudra atau danau dengan cepat dipindahkan pada
suatu skala yang sangat besar / raksasa. Gempabumi, tanah longsor, letusan vulkanik
dan bintang jatuh/meteor yang besar berpotensi untuk menghasilkan suatu tsunami.
Efek dari suatu tsunami dapat terbentang dari yang kecil tidak terasa sampai yang
sangat berbahaya dan membinasakan segalanya, seperti yang baru-baru ini terjadi di
Aceh Desember ,2004.

Terminologi tsunami berasal dari bahasa Jepang (tsu= pelabuhan) dan (nami =
gelombang).Terminologi Tsunami diciptakan oleh nelayan yang kembali ke
pelabuhan dan menemukan area melingkupi pelabuhan sudah rusak dilanda
gelombang besar, walaupun mereka belum sadar akan adanya gelombang dari laut
lepas. Suatu tsunami bukanlah kejadian dari laut dalam, tapi lebih sederhana dari itu
yaitu mempunyai amplitude yang kecil, dan mempunyai panjang gelombang yang
sangat panjang bahkan sampai ratusan kilometer. Oleh karena itu keberadaan
gelombang tsunami tidak berapa terasa di laut lepas/laut dalam yang hanya
membentuk gelombang kecil di samudera.
Tsunamis juga dikenal sebagai gelombang pasang surut sebab ketika mendekati
daratan yang menerima karakteristik dari suatu gelombang pasang bergerak maju
dengan sangat cepat dibandingkan jambul ombak yang dibentuk oleh angin di
samudra, orang kebanyakan lebih mengenal jenis ombak ini dibandingkan
gelombang yang dapat menghasilkan tsunami.
3. BADAI SALJU

Badai salju terjadi saat udara yang hangat dan basah bertemu dengan udara yang
dingin. Massa udara yang hangat dan basah dan massa udara yang dingin tersebut
dapat mencapai diameter 1000 km atau lebih. Badai salju yang mempengaruhi
Amerika Serikat Timur Laut sering mendapatkan uap air dari udara yang berpindah
ke utara dari Teluk Meksiko dan udara yang dingin dari massa udara yang datang
dari Arktik. Di Amerika Serikat Barat Laut, udara yang hangat dan basah dari
Samudera Pasifik mendingin saat didorong ke atas oleh pegunungan. Banyak hal
yang berbeda dapat mempengaruhi gerakan, isi uap, dan suhu massa udara. Semua
perbedaan

tersebut

mempengaruhi

jenis

dan

keparahan

badai

salju.

Badai salju Tiongkok 2008 adalah rentetan terjadinya badai salju yang terjadi di
Tiongkok tengah dan selatan. Badai salju ini mulai terjadi pada tanggal 10 Januari
2008. Badai ini kebanyakan mempengaruhi wilayah dengan salju besar, es dan
temperatur dingin yang menyebabkan kerusakan dan kekacauan transportasi untuk
ribuan pengelana. Badai ini merupakan cuaca musim dingin terburuk Tiongkok
dalam setengah abad. Menurut beberapa sumber, badai ini menyebabkan kematian
63 jiwa, 36 karena kecelakaan bus akibat cuaca.
4. BADAI GURUN
Badai pasir adalah fenomena meteorologi yang umum di wilayah arid dan semi-arid.
Badai pasir antara lain disebabkan oleh meningkatnya kecepatan angin dalam suatu
wilayah yang luas. Badai pasir umumnya terjadi pada tanah yang kering. Badai pasir
dapat memindahkan keseluruhan bukit pasir dan membawa pasir dalam jumlah besar
sehingga tepi badai dapat menyerupai dinding pasir setinggi 1,6 km. Badai pasir di
gurun Sahara dalam bahasa setempat dikenal dengan simoom atau simoon (smm,
smn). Haboob (hbb) adalah badai pasir di wilayah Sudan sekitar Khartoum.

5. GEMPA BUMI
Gempa bumi, adalah pergerakan permukaan bumi disebabkan oleh pergerakan yang
banyak di permukaan bumi yang berbatu. Gempa bumi terjadi apabila tenaga yang
tersimpan dalam bumi, biasanya di dalam bentuk geseran batu yang tiba-tiba
terlepas.
Gempa bumi diukur dengan menggunakan Skala Richter atau Magnitude. Gempa
bumi ini dicirikan dari skalasatu hingga skala sembilan berdasarkan skala Richter.
Gempa bumi juga dapat diukur dengan menggunakan ukuran Skala Mercalli.
Getaran gempa bumi dari tidak terasa sama terasa kuat, satu satuan lagi yang sering
digunakan oleh USGS adalah Magnitude.
Tenaga gempa bumi ini disalurkan ke permukaan bumi yang menyebabkan
gelombang gempa bumi. Kajian sains mengenai gempa bumi dan gelombangnya
dikenali sebagai seismologi (dari perkataan Greek seismos, untuk menggoncang).

2. Banjir
Saat atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, hal ini
menyebabkan volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut.
Pemanasan juga mengakibatkan mencairnya es di kutub, terutama sekitar Greenland.
Perubahan tinggi permukaan laut akan sangat berpengaruh pada kehidupan di daerah
pantai. Beberapa daerah akan tenggelam. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan
meningkat. Bahkan sedikit saja kenaikan permukaan laut akan sangat berpengaruh pada
ekosistem pantai, contohnya akan menenggelamkan separuh rawa-rawa pantai.
Penyebab banjir sendiri bisa terjadi karena berbagai hal baik alam maupun
manusia.Dan berikut adalah hal-hal yang menyebabkan banjir di seluruh dunia
termasuk Indonesia :

Peristiwa alam seperti Curah hujan dalam jangka waktu yang lama.

Terjadinya erosi tanah hingga hanya menyisakan batuan, dan tidak ada resapan air.
bahkan bukan hanya banjir tapi juga tanah longsor

Buruknya penanganan sampah, hingga kemudian sumber saluran air tersumbat.

Bendungan dan saluran air rusak. Seperti yang terjadi pada bencana di situ gintung

Penebangan hutan secara liar dan tidak terkendali.

Di daerah bebatuan daya serap air sangat kurang. Sehingga memudahkan terjadi
bencana banjir

Kiriman atau bencana banjir bandang.

Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.

Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan


gedung, tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada. Contohlah kota-kota
besar semacam jakarta yang sering terjadi bencana banjir.

Bencana banjir sebenarnya dapat kita hindari, yaitu dengan menghindari hal-hal diatas.
Sehingga tidak akan terjadi peristiwa seperti situ gintung ataupun bajir bandang yang
sering terjadi di indonesia. seperti sebuah kata bijak Manusia adalah bagian dari alam,
jika kita menyakiti alam maka kita juga akan menyakiti manusia.

3. Kekeringan
Umumnya, curah hujan berkaitan dengan jumlah uap air di atmosfer, ditambah dengan
massa udara yang masuk ke atmosfer yang mengandung uap air yang. Jika salah satu
dari ini dikurangi, hasilnya adalah kekeringan. Hal ini dapat dipicu oleh prevalensi
rata-rata di atas sistem bertekanan tinggi, angin yang berada di sebuah benua, massa
udara yang berada di samudra (kadar air berkurang), dan pegunungan tinggi
membentuk tekanan daerah yang membatasi aktivitas badai berkembang atau curah
hujan lebih dari satu wilayah tertentu. Kelautan dan siklus cuaca atmosfer seperti El
Nino-Southern Oscillation (ENSO) menyebabkan kekeringan di Amerika sepanjang
Midwest dan Australia.
Aktivitas manusia secara langsung dapat memperburuk faktor pemicu dari kekeringan
seperti pertanian, irigasi berlebihan, deforestasi, dan erosi berdampak negatif pada
kemampuan tanah untuk menangkap dan menahan air. Sementara itu cenderung relatif
terisolasi dalam ruang lingkup mereka, kegiatan mengakibatkan perubahan iklim
global diperkirakan akan memicu kekeringan dengan dampak besar pada pertanian di
seluruh dunia, dan terutama di negara-negara berkembang. Secara keseluruhan,

pemanasan

global

akan

mengakibatkan

curah

hujan

dunia

meningkat.

Jenis-jenis Kekeringan
Kekeringan yang berkelanjutan dapat menyebabkan kondisi di sekitarnya secara
bertahap akan dapat memburuk dan dampaknya terhadap penduduk lokal secara
bertahap meningkat. Orang cenderung untuk mendefinisikan kekeringan dalam tiga
cara utama :

Meteorologi kekeringan merupakan tentang kapan ada waktu lama dengan kurang
dari curah hujan rata-rata. Kekeringan meteorologi biasanya mendahului jenis
kekeringan lain.

Kekeringan pertanian merupakan kekeringan yang mempengaruhi produksi


tanaman atau jangkauan ekologi. Kondisi ini juga dapat timbul secara sendiri dari
setiap perubahan dalam tingkat curah hujan ketika kondisi tanah dan erosi yang
dipicu oleh usaha pertanian yang tidak terencana menyebabkan kekurangan air
yang tersedia bagi tanaman. Namun, dalam kekeringan tradisional, hal ini
disebabkan oleh curah hujan di bawah rata-rata.

Kekeringan hidrologi merupakan tentang kapan cadangan air yang tersedia dalam
sumber-sumber seperti perairan, danau dan waduk di bawah rata-rata statistik.
Kekeringan hidrologi cenderung muncul lebih lambat karena melibatkan air
tersimpan yang digunakan tapi tidak diisi. Seperti kekeringan pertanian, hal ini bisa
dipicu oleh lebih dari sekedar hilangnya curah hujan. Sebagai contoh, Kazakhstan
baru-baru ini dikucurkan sejumlah dana oleh Bank Dunia untuk mengembalikan air
yang telah dialihkan ke negara-negara lain dari Laut Aral di bawah pemerintahan
Soviet. kondisi serupa juga terjadi danau terbesar mereka, Balkhash, beresiko
benar-benar mengering.

4. Hilangnya Spesies
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam perubahan
iklim, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat

lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi
perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi
oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies
yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
2.3 Pengendalian Perubahan iklim
Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan
langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan. Kerusakan
yang telah terjadi dapat diatasi dengan beberapa cara. Daerah pantai dilindungi dengan
dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Adapun cara lain,
pemerintah membantu populasi yang ada di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih
tinggi. Ada dua cara untuk memperlambat bertambahnya gas rumah kaca. Pertama,
mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut di
tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Cara yang
kedua adalah mengurangi produksi gas rumah kaca.
Cara-cara lain yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
- Menanam banyak pohon
- Bepergian dengan kendaraan yang ramah lingkungan, contoh: sepeda
- Gunakan alat elektronik yang hemat energy
- Kurangi penggunaan AC
- Daur ulang sampah organik
- Pisahkan Sampah Kertas, Plastik, dan Kaleng agar Dapat Didaur Ulang

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Perubahan iklim yang terjadi saat ini adalah akibat dari perbuatan kita sendiri. Sebagai
manusia kita tidak dapat menjaga dengan baik tempat dimana kita hidup. Jika kita tidak
sadar akan dampak yang terjadi nanti, maka kehidupan di Bumi ini akan terancam.
Untuk mengatasinya, telah dilakukan beberapa penangulangan. Penanggulangan ini
akan efektif bila semua pihak turut serta untuk melakukannya.
3.2 Saran
Perubahan iklim ini dapat di kurangi jika kita menanamkan rasa cinta kepada Bumi ini.
Kita harus dapat menjaga dan melestarikannya , demi kelangsungan kehidupan di masa
yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/22182806/Makalah-Global-Warming
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global
http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2242048-penyebab
kekeringan/#ixzz1naN4jdFx

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai