Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi
keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
mencapai Indonesia sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup
dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai
akses terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya (Dinkes, 2008, dalam Destya 2009). Pembangunan mutu
sumber daya manusia diberbagai sektor masih menitik beratkan pada
program-program pra-upaya kuratif dan rehabilitatif yang didukung oleh
informasi kesehatan sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang
berperilaku hidup sehat, lingkungan sehat dan memiliki kemampuan untuk
menolong dirinya sendiri serta dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang
berkualitas (Wijono, 1999).
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan
dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Dinkes, 2008,
dalam Destya, 2009). Melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
bermanfaat untuk mencegah, menanggulangi dan melindungi diri dari
ancaman penyakit serta memanfaatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
efektif dan efisien (Depkes, 2007). Banyak penyakit dapat dihindari dengan
PHBS, mulai dari penyakit diare, kolera, disentri, thypus dan
pneumonia/infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Apabila tidak diimbangi
dengan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), maka bisa di
pastikan generasi-generasi muda akan terpapar oleh beragam penyakit, yang

mungkin bisa membahayakan kelangsungan hidup manusia di muka bumi ini.


Anak-anak merupakan sasaran tepat untuk menerapkan PHBS sedari dini. Hal
tersebut bisa menjadi tabungan atau bekal untuk mereka di kemudian hari,2
untuk meneruskan PHBS sebagai bagian dari gaya hidup sehat yang mampu
untuk membentengi diri mereka dari serangan berbagai penyakit
(http://www.hanyawanita.com).
Salah satu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu dengan
mencuci tangan, bisa kita sadari bahwa tangan kita merupakan alat tubuh
yang paling efektif untuk digunakan memegang sesuatu, sehingga bisa
dibayangkan berapa banyak benda-banda yang tersentuh oleh tangan kita
setiap hari, jika tangan kita tidak bersih, tentu akan sangat berpengaruh
terhadap kesehatan, banyak kuman penyakit yang bisa menempel pada tangan
dan masuk ke dalam tubuh. Oleh sebab itu, perilaku hidup bersih sehat salah
satunya adalah mencuci tangan yang berarti menggosok air dengan sabun
secara bersama-sama ke seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan
ringkas kemudian dibilas dibawah aliran air (Larsan, 1995, dalam Niken,
2010).
Sekolah sebagai salah satu sasaran PHBS di tatanan institusi
pendidikan perlu mendapatkan perhatian mengingat usia sekolah bagi anak
juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit serta munculnya
berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10),
misalnya diare, kecacingan dan anemia. Dampak lainnya dari kurang
dilaksanakan PHBS diantaranya yaitu suasana belajar yang tidak mendukung
karena lingkungan sekolah yang kotor, menurunnya semangat dan prestasi
belajar dan mengajar di sekolah, menurunkan citra sekolah di masyarakat
umum. Berdasarkan data WHO (2007) menyebutkan bahwa setiap tahun
100.000 anak Indonesia meninggal akibat diare, angka kejadian kecacingan
mencapai angka 40-60% (Depkes, 2005), anemia pada anak sekolah 23,2%

(YKB, 2007) dan masalah karies dan periodontal 74,4% (SKRT, 2001)
(http://www.askep-askeb.cz.cc/2010/10/pelaksanaan-phbs-di-sekolah.html).
Menurut Agus, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar di Provinsi
Banten, kebiasaan penduduk di Provinsi Banten untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) masih rendah, hanya sekitar 22% saja penduduk
yang sudah ber-PHBS baik. Padahal, mencuci tangan dengan sabun,3
menggunakan peralatan memasak yang tidak berbahaya bagi kesehatan, dan
memasak air hingga matang merupakan salah satu unsur penerapan PHBS
yang bisa dijalankan oleh masyarakat.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diare menjadi
penyebab kematian 31,4% anak. Sekitar 162.000 anak meninggal akibat diare
setiap tahun, karena masih rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).
Hasil studi pendahuluan di SD Islamadina Semarang, belum pernah
dilakukan pembinaan dan pengembangan perilaku hidup bersih sehat, yang
pernah dilakukan hanya penyuluhan tentang pemberantasan sarang nyamuk.
Diantara 30 anak didik yang diwawancarai ditemui 10 anak memiliki kuku
panjang dan berpakaian kurang rapi, 10 orang diantaranya mengatakan bahwa
sebelum atau sesudahnya tidak mencuci tangan saat membeli jajan/makanan,
sedangkan 10 siswa lainnya mengatakan bahwa mereka mencuci tangan bila
ingat. Selain itu, sekolah tidak mempunyai Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Berdasarkan fenomena yang terjadi di SD Islamadina Semarang,
penulis tertarik untuk mengambil judul hubungan tingkat pengetahuan, sikap
dengan perilaku hidup bersih dan sehat di SD Islamadina Semarang.
B. Rumusan Masalah
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan

dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.


Banyak penyakit dapat dihindari dengan PHBS, mulai dari penyakit
diare, kolera, disentri, thypus dan pneumonia/infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA). Apabila tidak diimbangi dengan penerapan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), maka bisa di pastikan generasi-generasi muda akan terpapar
oleh beragam penyakit, yang mungkin bisa membahayakan kelangsungan
hidup manusia di muka bumi ini.4
Anak-anak merupakan sasaran tepat untuk menerapkan PHBS sedari
dini. Hal tersebut bisa menjadi tabungan atau bekal untuk mereka di
kemudian hari, untuk meneruskan PHBS sebagai bagian dari gaya hidup sehat
yang mampu untuk membentengi diri mereka dari serangan berbagai
penyakit.
Rumusan masalah penelitian ini adalah adakah hubungan tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku hidup bersih sehat di SD Islamadina
Semarang?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan, sikap dengan perilaku hidup
bersih dan sehat di SD Islamadina Semarang.
2. Tujuan khusus
a. Mendiskripsikan tingkat pengetahuan siswa tentang PHBS di SD
Islamadina Semarang.
b. Mendiskripsikan sikap siswa tentang PHBS di SD Islamadina
Semarang.
c. Mendiskripsikan perilaku hidup bersih dan sehat di SD Islamadina
Semarang.
d. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku hidup
bersih dan sehat di SD Islamadina Semarang.

e. Menganalisis hubungan sikap dengan perilaku hidup bersih dan sehat


di SD Islamadina Semarang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini :
1. Siswa SD Islamadina
Memberikan informasi tentang pentingnya berperilaku untuk hidup
bersih dan sehat.5
2. Peneliti
Sebagai bentuk pengalaman nyata dalam menerapkan konsep teori
dengan riset di lapangan dan sebagai bahan informasi dalam memperluas
atau memperkaya wawasan bagi peneliti maupun pembaca/pemerhati
kesehatan masyarakat khususnya tentang berperilaku hidup bersih dan
sehat.
3. Institusi Pendidikan UNIMUS
Menjadikan masukan atau informasi bagi pendidikan dalam
pengembangan kurikulum mata ajar komunitas khususnya perilaku hidup
bersih dan sehat.
4. Bidang Ilmu
Literature ini merupakan bidang ilmu keperawatan komunitas, di mana
perilaku hidup bersih sehat (PHBS) sebagian dari komunitas memberikan
kontribusi dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan individu,
keluarga dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai