Anda di halaman 1dari 9

Jerami Volume 4 No.

1, Januari April 2011

PENGARUH PUPUK FOSFOR, MOLIBDENUM DAN PUPUK KANDANG


TERHADAP SERAPAN HARA NITROGEN DAN FOSFOR SERTA
PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG TANAH PADA ULTISOL
(The Effects of P Fertilizer, Mo and Manure to N and P Uptake and Growth of
Peanut on Ultisols)
Adrinal dan Gusmini
Prodi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Andalas
E-mail : adrinal81@yahoo.com.sg

ABSTRACT
A Research of the effectsof P fertilizer, Mo and manure to N and P uptake and growth of
peanut on Ultisols have been conducted in a greenhouse Faculty of Agriculture, Andalas University,
Padang, The objective was to study the effect of P fertilizer, Mo and manure
to nutrient uptake
and growth of peanut on Ultisol. Experiment was arranged using Completely Randomized Design
(RBD) with 9 treatments and 3 replications. Treatments were A = without fertilizer, B = 195kg SP36/ha Mo +0.5 kg/ha +7.5 tons manure/ha,
C = 195kg SP-36/ha Mo +0.5 kg/ha +15 ton
manure/ha, D = 195kg SP-36/ha +1 kg Mo/ha
+ 7.5 ton manure/ha, E = 195kg SP-36/ha +1 kg
Mo/ha +15 tons manure/ha, M = 315kg SP-36/ha + 0.5 kg Mo/ha +7.5 tons manure/ha, G = 315kg
SP-36/ha + 0.5 kg Mo/ha +15 tons/ha, 315kg SP-36/ha, H = +1 kg Mo/ha +7, 5ton manure/ha, I =
315kg SP-36/ha +1 kg Mo/ha + 15 tons manure/ha. Results showed that P uptake affected by P
fertilizer P, Mo and manure, and did not affect N uptake. Application of 315 kg/ha of SP-36 +1
kg/ha Mo +15 tons/ha manure showed the highest P uptake, while adding 195kg/ha SP-36 +1
kg/ha Mo +15 tons/ha manure showed the highest plant height and N uptake.
Keywords : P fertilizer, molibdenum, manure, peanut, ultisols

PENDAHULUAN

ltisol merupakan tanah mineral yang


berkembang
dan
mengalami
pelapukan lanjut. Salah satu proses
yang berperan dalam pembentukan tanah ini
adalah proses pencucian yang intensif, pada
lapisan atas tanah sehingga tanah bereaksi
masam dan kejenuhan basa rendah sampai ke
lapisan bawah. Akibatnya ketersediaan hara
yang diperlukan tanaman seperti Ca, Mg, K, N,
P dan Mo rendah. Sebaliknya dijumpai
beberapa unsur tertentu berada dalam jumlah
berlebihan sehingga dapat meracuni tanaman
seperti Al. Fe dan Mn (Hardjowigeno, 2003).
Pada tanah-tanah masam sepeti Ultisol
ketersediaan P (fosfor) sangat rendah karena
difiksasi oleh Al dan Fe, sedangkan fosfor
merupakan unsur yang sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman, ia memegang peranan
dalam mekanisme transfer energi dan proses
reproduksi. Kekurangan fosfor akan menekan

kecepatan pertumbuhan yang akan berdampak


pada penurunan produksi, serta kualitas buah
dan biji. Fosfor memegang peranan penting
dalam proses fotosintesis, membantu proses
penguraian karbohidrat dan sintesis berbagai
senyawa organik serta perpindahan energi
antar sel. Kekurangannya akan mengakibatkan
perakaran dan perkembangan daun lambat
serta jumlah percabangan sedikit sehingga
tanaman akan tetap kurus dan kerdil.
Disamping Fiksasi P yang sangat kuat,
ketersediaan Mo (molybdenum) pada Ultisol
juga sangat rendah, sehingga tanaman kacang
tanah yang ditanam pada tanah tersebut akan
mengalami kekahatan Mo. Dari beberapa
penelitian terlihat bahwa pemberian Mo akan
menyebabkan daun kacang tanah lebih hijau
terutama pada lahan-lahan marginal yang
kahat hara mikro.
Peranan Mo menfiksasi N dari udara oleh
bakteri bintil akar tanaman legume dan
metabolism tanaman yaitu pada aktivitas enzim
reduktase
dalam
pembentukan
nitrat.
ISSN 1979-0228

Pengaruh Pupuk Fosfor, Molibdenum dan Pupuk Kandang Terhadap Serapan Nitrogen dan Fosfor

Kehadiran Mo nitrat yang diserap akar


tanaman
direduksi
menjadi
amoniak,
membentuk asam-asam amino sehingga
terbentuk protein. Protein untuk membentuk
sel-sel baru yang akan membentuk jaringan
tanaman,
yang
akan
memperbaiki
pertumbuhan dan dapat meningkatkan hasil
tanaman (Darmijati et al, 1990).
Kendala lain pada Ultisol ini adalah
kandungan bahan organik yang rendah
sehingga kemantapan agregatnya rendah.
Pemberian
bahan
organik
dapat
mengurangi pengaruh jelek unsur Al, Fe
dan Mn, serta dapat meningkatkan P pada
UItisol. Bahan organik yang berupa pupuk
kandang
(pukan)
dapat
memenuhi
kekurangan dan keterbatasan unsur hara
yang umumnya dibutuhkan tanaman pada
tanah kritis dan masam. Hal ini karena
pupuk kandang disamping mengandung
unsur hara makro dan mikro yang
dibutuhkan
tanaman,
juga
dapat
mengurangi kadar Al-dd tanah yang
meracun bagi tanaman.
Tanaman kacang tanah merupakan salah
satu sumber protein dan lemak nabati yang
cukup penting di Indonesia dengan luas
pertanamannya menempati urutan ke empat
setelah padi, jagung dan kedelai. Kebutuhan
kacang tanah dalam negeri cukup besar, dari
634 ribu ton menjadi 807,3 ribu ton (meningkat
4,4%) per tahun (Adisarwanto, 1999). Tanaman
kacang tanah (Arachis hypogea L). Selama ini
produktivitas budi daya kacang tanah nasional
kita masih sangat rendah, produksi kacang.
tanah di Indonesia untuk tanah sawah 0,6 1,2
ton ha-1, sedang lahan kering 1,2-1,8 ton ha-1
(Arinong et al, 2006). Mengingat arti penting
dari komoditas ini maka usaha perbaikan untuk
meningkatkan produksi kacang tanah terus
dikembangkan
diantaranya
dengan
memperbaiki kualitas pemupukan dan
kesuburan tanah dan lahan budidayanya.
Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk P, Mo
dan bahan organik terhadap serapan N
dan P tanaman kacang tanah pada Ultisol

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini telah dilaksanakan sejak
bulan Oktober 2007 sampai dengan
Februari 2008, di Rumah Kaca Fakultas
Pertanian Universitas Andalas Padang,

ISSN 1979-0228

kemudian dilanjutkan dengan analisis


sifat kimia tanah dan tanaman di
Laboratorium Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian Universitas Andalas Padang,
dan laboratorium Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sukarami Solok.
Penelitian ini menggunakan tanah
Ultisol yang berasal dari Kebun Percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Andalas di
Limau Manis, ember plastik, dan benih
kacang tanah varietas Gajah, Perlakuan
digunakan pupuk SP-36 (36% P2O5),
pupuk Mo Amonium molibdat (NH4)
6Mo7.4H20 (54% kandungan Mo) dan
pukan sapi. Untuk menaikkan pH
digunakan Kapur Pertanian (Kaptan)
CaCo3,. Sebagai pupuk dasar digunakan
Urea 50 kg/ha dan KCl 100 kg/ha.
Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 9 perlakuan dan 3
ulangan. Untuk melihat perbedaan antar
perlakuan diguna kan uji lanjutan
Duncan's New Multiple Range Test
(DNMRT) pada taraf nyata 5%. Kombinasi
dari perlakuan antara pupuk, SP-36,
pupuk Mo dan Pukan sapi adalah sebagai
berikut :
A = tanpa perlakuan
B = 195 kg SP-36/ha + 0,5 kg Mo/ha +
7,5 ton pukan /ha
C = 195 kg SP-36/ha + 0,5 kg Mo/ha +
15 ton pukan /ha
D = 195 kg SP-36/ha + 1 kg Mo/ha +
7,5 ton pukan /ha
E = 195 kg SP-36/ha + 1 kg Mo/ha + 15
ton pukan /ha
F = 315 kg SP-36/ha + 0,5 kg Mo/ha +
7,5 ton pukan/ha
G = 315 kg SP-36/ha + 0,5 kg Mo/ha +
15 ton pukan /ha
H = 315 kg SP-36/ha + 1 kg Mo/ha +
7,5 ton pukan /ha
I = 315 kg SP-36/ha + 1 kg Mo/ha + 15
ton pukan /ha
Pelaksanaan Penelitian
Persiapan tanah dan pemberian perlakuan
Pengambilan contoh tanah dilakukan
secara bulk komposit pada kedalaman 0-20
cm Kemudian tanah tersebut diaduk rata
secara homogen, lalu dikeringanginkan,
dan diayak dengan ayakan berdiameter 2
mm Contoh tanah diambil kira-kira 200
gram untuk analisis tanah awal, sisanya

Jerami Volume 4 No. 1, Januari April 2011

ditimbang sebanyak 7 kg/pot setara


dengan kering mutlak. Sebelum tanah
diberikan perlakuan pupuk Mo, SP-36 dan
bahan organik terlebih dahulu diberikan
Kapur
Pertanian
(Kaptan)
CaCO3
berdasarkan 1,5 x Al-dd (17,01g/pot).
Tanah dan Kapur di aduk merata
homogen dan dimasukkan lagi kedalam
pot. Selanjutnya disiram dengan air
berdasarkan kapasitas lapang, lalu ditutup
dengan plastik hitam dan diinkubasi
selama 15 hari Setelah inkubasi selesai
maka dilakukan pemberian pupuk
kandang yang telah dikeringanginkan
sesuai dengan perlakuan. Hal ini
dibiarkan selama 2 hari. Setelah itu
dilakukan pemupukan Mo dan SP-36
sesuai dengan perlakuan pada setiap pot
percobaan. Saat yang sama dilakukan
pemupukan dasar yaitu dengan pupuk
Urea 50 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. Pupuk
Mo yaitu (NH4)6Mo.4H20) diberikan
dalam bentuk larutan (3,24 mg/pot)
dengan konsentrasi 0,16g/50 ml. Pupuk
SP-36 diberikan sesuai dengan perlakuan
yaitu (0,68g/pot dan 1,12 g/pot) bersamasama dengan pupuk dasar Urea (0,175
gr/pot) dan KCl (0,350 g/pot) diberikan
secara melingkar.
Penanaman dan Pemeliharaan
Penanaman
dilakukan
setelah
pemberian semua perlakuan pada setiap
pot Penanaman secara tugal atau
dibenamkan sedalam 3 cm kedalam dari
permukaan tanah dan setiap pot ditanam
sebanyak 3 biji. Benih yang akan ditanam
dilumuri terlebih dahulu dengan tanah
bekas
tanaman
kacang
tanah.
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi
penyiraman,
penyiangan
serta
pemberantasan penyakit. Penyiraman
dilakukan tiap pagi sesuai dengan
keadaan tanah (150-250ml/pot) Kemudian
penyiangan dilakukan secara manual
(siang tangan). Penjarangan dilakukan
pada minggu kedua dimana ditinggalkan
2 batang kacang tanah untuk tiap pot.
Untuk pengendalian penyakit tanaman
disemprot dengan Dithane M-45.
3. Panen dan pengambilan contoh tanah
dan tanaman
Untuk keperluan analisis serapan
hara, pemanenan dilakukan setelah

10

tanaman menunjukkan peralihan fase


vegetatif ke fase generatif yang ditandai
dengan munculnya bunga bakal buah
pada tanaman. Pemanenan dilakukan
dengan mengambil seluruh tanaman,
yaitu bahagian atas (batang dan daun) dan
bahagian bawah (akar). Pengambilan
bagian atas tanaman dilakukan dengan
cara memotong 4cm dari permukaan
tanah. Sedangkan untuk memudahkan
pengambilan akar, terlebih dahulu tanah
dilembabkan selanjutnya akar dibongkar
dengan
hati-hati,
akar
tanaman
dibersihkan dari tanah dan sisa-sisa
tanah yang masih tinggal pada akar
dibersihkan lagi dengan kemudian dikeringanginkan. Bahagian atas dan bagian
bawah tanaman ditimbang sebagai berat
basah (BB), dikemas dalam amplop yang
telah dilobangi setelah itu dimasukkan
dalam oven pada suhu 600C selama 48 jam
kemudian ditimbang sebagai berat kering
(BK) tanaman. Tanah bekas percobaan
diambil untuk keperluan analisis tanah.
Pengamatan
Tanah
Pengamatan yang dilakukan pada
tanah adalah analisis sifat kimia tanah
awal dan setelah panen. Analisis sifat
kimia tanah awal adalah pH H2O (1:1)
dan KCl (1:1) 1 N, N-total, P-tersedia, Ppotensial, Al-dd, Fe-dd dan Mn-dd dan
KTK. Untuk analisis sifat kimia tanah
setelah panen adalah N-total, P-tersedia
dan P- Potensial.
Tanaman
a. Serapan Nitrogen (N) dan Fosfor (P)
tanaman
Contoh tanaman (bagian atas dan akar)
yang telah dipisahkan dan dikeringkan
dalam oven dihaluskan dan diayak dengan
ayakan berdiameter 0,5 mm. Contoh
tanaman ini untuk menperoleh kadar sera
pan hara N dan P tanaman. Jaringan tanaman didestruksi dengan asam suIfat pekat.
b. Tinggi Tanaman
Pengamatan tinggi tanaman dilakukan
pada tinggi batang utama yaitu dari
permukaan tanah sampai titik tumbuh
Pengukuran tinggi tanaman dengan
bantuan ajir setinggi 5 em dari permukaan
tanah Pengamatan berikutnya dimulai dari

ISSN 1979-0228

Pengaruh Pupuk Fosfor, Molibdenum dan Pupuk Kandang Terhadap Serapan Nitrogen dan Fosfor

batas ajir tersebut. Pengamatan dimulai


pada minggu kedua setelah tanam
Pengamatan selanjutnya adalah 1 x
seminggu sampai tanaman berhenti masa
pertumbuhannya yaitu pada akhir fase
vegetatif berumur 6 minggu setelah tanam.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Analisis Tanah Awal
Analisis ini digunakan sebagai dasar
untuk mengetahui kondisi tanah sebelum
perlakuan. Hasil analisis tanah Ultisol Limau
manis sebelum diberi perlakuan
disajikan
dalam Tabel 1.

Tabel 1. Hasil analisis tanah awal sebelum diberi perlakuan


Jenis Analisis
Nilai
C-organik (%)
2,99
N-total (%)
0,24
C/N
13,8
P-tersedia (ppm)
2,99
P-potensial (ppm)
104,13
KTK (me/100g tanah)
20,80
Ca-dd (me/100g tanah)
2,04
Mg-dd (me/100g tanah)
0,30
K-dd (me/100g tanah)
0,22
Na-dd (me/100g tanah)
0,24
Al-dd (me/100g tanah)
3,24
Kejenuhan Al (%)
53,64
pH H2O (1:1)
4,19
pH KCl (1:1)
4,02
Bahan organic
5,15

Kriteria *)
Sedang
Sedang
Sedang
Sangat rendah
Sangat tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
rendah
rendah
Sangat tinggi
sangat masam
sedang

Sumber*) Team 4 Architects dan Consulting Engineers bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Universitas
Andalas Padang (1981)

Dari analisis tanah awal dapat


disimpulkan
bahwa
tanah
yang
digunakan dalam penelitian ini bereaksi
sangat
masam,
dengan
tingkat
kesuburan
yang
rendah,
yaitu
kandungan P- tersedia, K-dd Ca-dd, Nadd, Mg-dd berada pada kriteria sangat
rendah sampai rendah. Kandungan
unsur-unsur utama seperti C-organik, Ntotal nisbah C/N dan KTK berada dalam
kriteria sedang. Sedangkan P-potensial
sangat tinggi, Kandungan Aluminium
dan Kejenuhan Aluminium berada pada
kriteria tinggi sampai sangat tinggi.
Ketersediaan hara yang rendah pada
Ultisol ini disebabkan tanah ini telah
mengalami pencucian kation-kation basa
dan bahan organik pada lapisan atas yang
tidak stabil.
Ketersediaan hara yang
rendah terutama P-tersedia disebabkan
oleh kejenuhan dan kelarutan Aluminium
yang
sangat
tinggi. Kelarutan
Al
mempengaruhi ketersediaan P (fosfor)
dalam bentuk H2P04 membentuk senyawa

ISSN 1979-0228

P yang tidak tersedia bagi tanaman.


Menurut Hardjowigeno (2003), rendahnya
tingkat kesuburan tanah pada Ultisol
disebabkan
tanah
ini
mengalami
perkembangan lanjut dengan pencucian
intensif terhadap unsur-unsur basa yang
menyebabkan kadar hara menjadi rendah,
serta rendahnya pH tanah akibat tingginya
kandungan Al.
Bila keadaan ini dibiarkan akan
menyebabkan serapan hara tanaman dan
hasil tanaman menurun dan terganggu
sehingga tingkat pertumbuhan tanaman
menurun. Oleh sebab itu perlu dilakukan
usaha untuk menekan tingkat kejenuhan
Al, serta meningkatkan ketersediaan hara,
dan menambah unsur hara kedalam tanah
yang dibutuhkan oleh tanaman. Salah satu
cara adalah dengan memberikan paket
kesuburan tanah melalui pemberian pupuk
P, Mo dan bahan organik agar tanaman
kacang tanah dapat memberikan hasil yang
optimum.

11

Jerami Volume 4 No. 1, Januari April 2011

Hasil Analisis Sifat Kimia Tanah Setelah


Panen
Reaksi tanah (pH) dan Al-dd tanah
Tabel
2
menunjukan
bahwa
pemberian pupuk P, Mo dan bahan
organik dapat meningkatkan pH tanah
dan menurunkan Al-dd tanah, pH tanah
berubah dari kriteria sangat masam
sampai masam yaitu dari pH 4,25 naik

menjadi pH 5,45. UntukAl-dd tanah


menurun dari 3,10 menjadi 2,21.
Terjadinya hal ini disebabkan adanya
pengaruh tidak langsung dari hasil
dekomposisi bahan organik. Dekomposisi
bahan
organik
tersebut
akan
mempercepat aktivitas CaCO3 atau kapur
pertanian
(Soepardi,
1983).

Tabel 2. Pengaruh pemberian pupuk P, Mo dan bahan organik terhadap pH dan Al-dd
pada Ultisol Limau manis.
Perlakuan Pemupukan
pH H2O
Al dd
A
4,25 sm
3,1
B
4,41 sm
2,96
C
4,27 sm
2,96
D
4,87 m
2,96
E
5,07 m
2,74
F
5,02 m
2,74
G
5,00 m
2,66
H
5,27 m
2,45
I
5,45 m
2,21
Keterangan : m= masam,. sm = sangat masam.

Penurunan
Al-dd
tertinggi
ditunjukkan yaitu dari kondisi awal
3,24me/100
gram
turun
menjadi
2,21me/100gram Hal ini disebabkan
karena penambahan bahan organik yang
meningkatkan kandungan bahan organic
dan hasil dekomposisi bahan organik
menghasilkan asam-asam organik (asam
humat dan asam fulvat) yang mampu
menurunkan Al. Asam humat dan fulvat

ini membentuk komplek dengan ion-ion


logam (Tan, 2000).
Nitrogen Total Tanah
Hasil analisis tanah yang disajikan
pada Tabel 3 memperlihatkan adanya
kecendrungan peningkatan N- total tanah
dari 0,24 % (hasil analisis tanah awal
menjadi 0,323 % setelah diberi perlakuan.

Tabel 3. Pengaruh pemberian pupuk P, Mo dan bahan organik terhadap N- total tanah
pada tanaman kacang tanah pada Ultisol setelah panen.
Perlakuan Pemupukan
N-total (%)
H
0,323 a
F
0,303 a
B
0,303 a
I
0,286 a
A
0,286 a
E
0,281 a
G
0,283 a
D
0,283 a
C
0,282 a
KK = 12,3 %
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut DNMRT pada taraf nyata 5%

Terjadinya kecendrungan peningkatan


kandungan
N-total
tanah
setelah
pemberian paket kesuburan tanah yaitu
pemupukan P, Mo dan bahan organik
cendrung
meningkat
dibandingkan
dengan N-total tanah awal (Tabel 3)

12

disebabkan karena bahan organik dapat


menyumbangkan N kedalam tanah
melalui proses dekomposisi. Menurut
Soepardi (1983) hasil dekomposisi bahan
organik oleh jasad renik dapat berupa
karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, kalium,

ISSN 1979-0228

Pengaruh Pupuk Fosfor, Molibdenum dan Pupuk Kandang Terhadap Serapan Nitrogen dan Fosfor

magnesium dan kalsium. Penguraian


bahan organik melalui proses mineralisasi
akan merubah bentuk N-organik menjadi
N- anorganik (Tisdale et al., 1985).
Tidak berbeda nyata kandungan Ntotal tanah akibat pemberian perlakuan
pemupukan P, Mo dan bahan organik
secara
statistik
disebabkan
karena
pengaruh pemberian pupuk Mo melalui
amonium molibdat tidak berpengaruh
terhadap
peningkatan
N-tanah.
Hal ini disebabkan karena kandungan Mo
merupakan pupuk mikro yang dibutuhkan
yang kecil dalam tanah, sehingga
pengaruhnya
belum
nyata
dapat

menambat N bebas diudara. Dan aktifitas


Rhizobium dalam pengikatan N udara
masih rendah pada pemulaan fase vegetatif
dan mencapai tingkat maximal sewaktu
mendekati pembentukan polong. Hal ini
juga disebabkan kandungan N- total tanah
yang dianalisis merupakan efek sisa dari
serapan hara tanaman yang sudah diambil
tanaman.
Fosfor Tersedia Tanah
Pengaruh pemberian pupuk P, Mo
dan bahan organik terhadap N-total tanah
pada tanaman kacang tanah pada Ultisol
setelah panen disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh pemberian pupuk P, Mo dan pupuk kandang terhadap N-total tanah
pada tanaman kacang tanah pada Ultisol setelah panen
Perlakuan Pemupukan
P tersedia (ppm)
I
E
H
G
F
C
D
B
A

21,76 a
17,89 ab
16,75 b
15,22 b
12,88 c
10,92 c
10,69 c
9,21 c
4,41 c

KK = 21,4%
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut DNMRT pada taraf
nyata 5%.

Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian pupuk P, Me dan pupuk kandang


mem-erikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan P-tersedia tanah. Hal ini
dapat terlihat pada perlakuan (I) dengan
pemberian 315 kg/ha SP-36+1kg/ha Mo+
15ton/ha bahan organik, menunjukkan
kandungan P-tersedia tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lain, dan tanpa
perlakuan.
Kandungan P-tersedia dalam tanah
untuk semua perlakuan meningkat,
dengan penambahan input pupuk P, Mo
dan pupuk kandang karena pemberian
bahan organik dapat melepaskan P tanah
yang terfiksasi oleh Al dan Fe dan hasil
dekomposisi
bahan
organik
yang
menghasilkan P serta penambahan pupuk
itu sendiri. Usaha yang dilakukan untuk
menekan Al dapat melalui penambahan
bahan organik. Disamping itu semakin
tinggi akumuiasi P didaIam tanah semakin
tinggi pula P yang dapat disumbangkan

ISSN 1979-0228

kedalam tanah. (Arief, 1987).


Pengamatan dan Analisis Tanaman
Tinggi Tanaman
Hasil pengamatan terhadap tinggi
tanaman setelah panen akibat pemberian
perlakuan pemupukan P, Mo dan pupuk
kandang pada Ultisol terhadap tanaman
kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 menunjukkan bahwa
pemberian P, Mo dan pupuk kandang
berpengaruh nyata terhadap tinggi
tanaman kacang tanah. Pemberian 115
kg/ha SP-36+1 kg/ha Mo dan 15 ton/ha
bahan
organik
(E)
memberikan
pertumbuhan tanaman yang terbaik.
Terjadinya hal ini dapat disebabkan
karena serapan N tanaman pada
perlakuan
ini
(N)
lebih
tinggi
dibandingkan dengan perlakuan lain.
Bahan organik mempunyai pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap

13

Jerami Volume 4 No. 1, Januari April 2011

pertumbuhan
tanaman.
Pengaruh
langsung adalah dapat meningkatkan
kegiatan respirasi yang merangsang
peningkatan serapan hara, sehingga
pertumbuhan dan berat kering tanaman
akan meningkat.
Bahan organik yang terdekomposisi
dengan sempurna akan berpengaruh baik
terhadap pertumbuhan tanaman. Pemberian
bahan organik dapat mengurangi kemasaman

tanah sehingga berpengaruh positif terhadap


ketersediaan P. penambahan pupuk fosfat
sehingga juga berpotensi dalam penyediaan P
tersedia dalam tanah karena bahan organik
mengandung beberapa unsur hara diantaranya
unsur hara P sehingga mampu menyuplai ion P
kedalam tanah melalui proses mineralisasi serta
mengandung asam-asam organik yang mampu
meningkatkan kelarutan P cadangan (P labil)
(Tisdale et al., 1985).

Tabel 5. Pengaruh pemberian pupuk P, Mo dan pupuk kandang terhadap tinggi tanaman
kacang tanah pada Ultisol
Perlakuan Pemupukan
Tinggi tanaman (cm)
E
17,17a
B
15,16ab
I
13,83ab
D
13,58ab
A
13,25ab
C
12,66 b
F
12 ,25 b
G
10,42 b
KK = 16,73 %
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut DNMRT pada taraf
nyata 5%.

Serapan N Tanaman
Hasil
analisis
sidik
ragam
menunjukkan bahwa serapan N tanaman
akibat pemberian pemupukan P, Mo dan
pupuk
kandang
tidak
memberikan
pengaruh yang nyata terhadap serapan N
tanaman, namun terdapat kecendrungan

peningkatan peningkatan serapan N


tanaman akibat pemberian perlakuan.
Serapan N tanaman akibat pemberian
P, Mo dan pupuk kandang pada tanah
Ultisol yang ditanam kacang tanah dapat
dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Pengaruh pemberian P, Mo dan pupuk kandang terhadap serapan N tanaman


pada tanah Ultisol yang ditanam kacang tanah
Perlakuan Pemupukan
Serapan N Tanaman (mg/pot))
E
992,69 a
F
844, 87 a
G
791,97 a
I
787,92 a
D
715,21 a
A
608,79 a
C
590,09 a
B
526,22 a
H
497,08 a
KK = 36,04 %
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut DNMRT pada taraf
nyata 5%.

Pelapukan bahan organik didalam


tanah
akan
dapat
membebaskan
sejumlah hara yang dibutuhkan oleh
tanaman seperti N, P, K dalam tanah.

14

Ketersediaan N akan meningkat dengan


meningkatnya Kadar Nitrogen, pH dan
suhu tanah. Ketersediaan N dari bahan
organik dapat ditentukan dengan jumlah

ISSN 1979-0228

Pengaruh Pupuk Fosfor, Molibdenum dan Pupuk Kandang Terhadap Serapan Nitrogen dan Fosfor

bahan organik, ratio C/N, dan pH tanah


(Brady and Weil, 1999).
Serapan P Tanaman
Hasil
analisis
sidik
ragam
menunjukkan bahwa perbedaan pembeian
pupuk P, Mo dan pupuk kandang
berpengaruh nyata terhadap serapan P

tanaman. Serapan P tanaman tertinggi


terdapat pada perlakuan I (315 kg SP36/ha+1 kg Mo/ha+15 ton bahan
organik/ha), sedangkan serapan P tanaman
terendah dijumpai pada perlakuan A (tanpa
penambahan pupuk) (Tabel 7).

Tabel 7. Pengaruh pemberian pupuk P, Mo dan pupuk kandang terhadap serapan P


tanaman kacang tanah pada UItisol Limau Manis.
Perlakuan Pemupukan
I
B
F
C
H
E
D
B
A

Serapan P tanaman (mg/pot)


48,94 a
46,17 a
43,46 a
35,65 a
34,63 a
11,95 b
6,94 b
4,60 b
0,36 b

KK = 17,83%
Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut DNMRT pada taraf
nyata 5%.

Tinggi nya serapan P dengan semakin


tingginya takaran P, Mo dan pupuk
kandang yang diberikan disebabkan
adanya sinergi dari masing-masing pupuk
yang diberikan. Penambahan pupuk P
dari
SP-36
dapat
meningkatkan
kemampuan
akar
tanaman
dalam
menyerap hara dan mampu membebaskan
P larut lebih banyak sehingga lebih tersedia
bagi tanaman, akibatnya serapan P
tanaman juga meningkat (Mulyani dan
Kartosapoetro, 1988), salah satu cara
meningkatkan serapan P tanah dengan
pemberian
bahan
organik,
karena
penambahan bahan organik maka serapan
P
kebagian
atas
tanaman
tidak
terhambat,pengendapan P diakar dapat
dikurangi (Soepardi (1983).
Hakim
(1986)
menyatakan
peningkatan serapan P tanaman sejalan
dengan menurunnya kandungan Al-dd
dan meningkatnya ketersediaan P didalam
tanah dan basa-basa dapat ditukar
sehingga berpengaruh baik terhadap
perkembangan akar, dimana kemampuan
akar untuk menyerap P dan unsur hara
lainnya dari dalam tanah meningkat,
sehingga memungkinkan volume akar
yang berkontak dengan P larutan tanah
bertambah besar dan pertumbuhan

ISSN 1979-0228

tanaman secara tidak langsung juga akan


menjadi lebih baik. Terjadinya peningkatan
serapan P juga dengan pemberian bahan
organik (pupuk kandang) karena pupuk
kandang dapat mengurangi sebagian
kelarutan Al di dalam tanah dengan
adanya
asam-asam
organik
hasil
dekomposisi yang dapat membentuk
senyawa komplek dengan Al.

KESIMPULAN
1. Pemberian pupuk P. Mo dan pupuk
kandang
tidak
menunjukkan
peningkatan terhadap kandungan Ntotal tanah dan serapan N tanaman.
Sebaliknya pemberian pupuk P, Mo
dan pupuk kandang menunjukkan
peningkatan kandungan P-tersedia
tanah, serapan P tanaman.
2. Pada pemberian 195 kg/ha SP-36+1
kg/ha Mo+15 ton/ha pupuk kandang
memperlihatkan pertumbuhan tinggi
tanaman dan serapan hara N yang
terbaik, sedangkan untuk serapan hara
P yang tertinggi adalah pada
pemberian 315 kg/ha SP-36+1 kg/ha
Mo+15 ton/ha pupuk kandang.

15

Jerami Volume 4 No. 1, Januari April 2011

DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T. dan Rini Wulandari. 1999,
Meningkatkan hasil panen kedelai di
lahan sawah kering pasang surut.
Penebar Swadaya, Bogor.
Arief, A. 1987. pengaruh pemupukan P
terhadap
perubahan
berbagai
bentuk P dalam tanah dan
tanggapan tanaman dalam pola
Podsolik Merah Kuning. Disertasi
Doktor. Pasca Sarjana IPB. Bogor.
hal 40-51.
Arinong, A. R, E. Nilawati , dan Suintosa. 2006.
Peningkatan produksi kacang tanah
(arachis hypogeae l.) dengan pemberian
jerami padi dan pupuk kandang. Jurnal
Agrisistem, Vol 2 No. 2. 70-73
Brady, N.C and Weil, R.R. 1999. The nature and
properties of soils: twelfth edition.
Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
881 p.
Darmijati, S. Adrizal dan A. Syarifuddin.
1990. Pemberian P,K,Mo dan
bahan organik pada kacang tanan
di tanah lempung berliat tadah

hujan. Pemberitaan
Penelitian
BPTP Sukarami. 53 hal.
Hakim, Nurhajati., M.Y. Nyakpa, A.M.
Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul,
M.A.Diha,
G.B.Hong
dan
H.H.Bailey. 1986. Dasar-dasar ilmu
tanah.
Universitas
Lampung.
Lampung. 488 hal
Hardjowigeno, S.
2003.
Ilmu tanah.
Jakarta. Akademi Persindo. 286
hal.
Soepardi, G. 1983. Sifat dan ciri tanah.
Departemen Ilmu Tanah. IPB.
Bogor. 591 hal.
Tan, K. H.
2000.
Principles of soil
chemistry. Revised and expanded.
Marcel Dekker Inc Ney YorkBassel-Hong Kong. p. 521.
Tisdale, S.L; W. L. Nelson, and. J.D.
Beatton. 1985. Soil Fertility and
fertilizers. Mac Millan, new York.
p. 492.

------------------------------oo0oo------------------------------

16

ISSN 1979-0228

Anda mungkin juga menyukai