Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Organisasi Lembaga Kependidikan
1. Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan adalah badan atau instansi baik
negeri atau swasta yang melaksanakan kegiatan mendidik.
Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2012:15-16)
secara umum komponen-komponen penting dalam lembaga
pendidikan yang menentukan keberhasilan lembaga tersebut
terdiri dari :
a. Komponen siswa, yaitu subyek belajar yang menurut jenis
dan sifat lembaganya dapat disebut sebagai : siswa,
mahasiswa, peserta khusus.
b. Komponen guru, yaitu subyek yang memberikan pelajaran
yang sebutannya dapat : guru, dosen, penyaji, penatar.
c. Komponen kurikulum, yaitu materi atau bahan pelajaran
yang diajarkan, yang memberikan ciri pada lembaga
pendidikan tersebut dan mencerminkan kualitas
lulusannya.
d. Komponen sarana dan prasarana, yaitu komponen
penunjang terlaksananya proses pengajaran.
e. Komponen pengelola, yaitu orang-orang yang mengurus
penyelenggaraan lembaga, menyangkut pengelolaan dalam
memimpin, mengorganisasikan, mengarahkan, membina
serta mengurus tata laksana lembaga.
2. Jalur, Jenjang, dan Jenis Lembaga Pendidikan
a. Jalur Pendidikan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV
pasal 31 ayat 1, 2, dan 3), disebutkan bahwa jalur
pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan

potensi

diri

dalam

suatu

proses

pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Ada tiga


jalur

pendidikan

kualitas

sumber

yang

berperan

daya

manusia,

dalam
yaitu

pendidikan formal, nonformal, dan informal.


1) Jalur Pendidikan formal

pembentukan
terdiri

atas:

Menurut

Undang-Undang

Republik

Indonesia

Nomor 20 tahun 2003 BAB VI pasal 14, pendidikan


formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan
disekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini
mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari
pendidikan

dasar,

pendidikan

pendidikan tinggi.
2) Jalur Pendidikan nonformal
Menurut Undang-Undang

menengah,

Republik

sampai

Indonesia

tentang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003


BAB VI pasal 26 ayat 1-5, pendidikan nonformal adalah
jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan
Pendidikan

secara

terstruktur

nonformal

dan

diselenggarakan

berjenjang.
bagi

warga

masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang


berfungsi

sebagai

pengganti,

penambah,

dan/atau

pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung


pendidikan sepanjang hayat.
3) Jalur Pendidikan Informal
Menurut Undang-Undang

Republik

Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional Bab IV Pasal 27 ayat 1 dan 2, pendidikan
informal

adalah

jalur

pendidikan

keluarga

dan

lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri


b. Jenjang Lembaga Pendidikan
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang
ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan.

Jenjang

pendidikan

formal

terdiri

atas

pendidikan dasar (SD/ MI dan SMP/ MTs), pendidikan


menengah (SMA/ MA dan SMK/ MAK), dan pendidikan tinggi
(Universitas).

(Sumber:

Undang-Undang

Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional Bab IV Pasal 14).
c. Jenis Lembaga Pendidikan
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV

Pasal

15

kelompok

dijelaskan
yang

bahwa

didasarkan

jenis

pendidikan

adalah

pada

kekhususan

tujuan

pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan


mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,
vokasi, keagamaan, dan khusus.
3. Organisasi Pendidikan
Organisasi merupakan sebuah susunan kesatuan-kesatuan
kecil yang membentuk satu kesatuan besar. Organisasi
pendidikan adalah tempat untuk melakukan aktivitas
pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Sedangkan pengorganisasian pendidikan adalah sebuah proses
pembentukan tempat atau sistem dalam rangka melakukan
kegiatan kependidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang
diinginkan (Didin Kurniadin, 2009: 241).
Organisasi Pendidikan dibagi menjadi dua yaitu organisasi
makro dan mikro. Organisasi makro adalah organisasi
pendidikan dilihat dari segi organisasi pendidikan secara luas.
Hal ini tidak dapat tidak harus dibicarakan karena urusan
manajemen sekolah tidak dapat lepas dari manajemen dalam
sistem pendidikan seluruh negara. Sedangkan organisasi
pendidikan mikro adalah organisasi pendidikan dilihat dengan
titik tolak unit-unit yang ada pada suatu sekolah atau lembaga
pendidikan penyelenggara langsung proses belajar-mengajar
(Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, 2012:24).
B. Manajemen Kurikulum
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Kurikulum
Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Selain itu, kurikulum juga dapat
diartikam rencana tertulis tentang kemampuan yang harus
dimiliki berdasarkan standar nasional, materi yang perlu
dipelajari dan pengalaman belajar yang harus dijalani untuk
mencapai kemampuan tersebut, dan evaluasi yang perlu

dilakukan untuk menentukan tingkat pencapaian kemampuan


peserta didik, serta seperangkat peraturan yang berkenaan
dengan pengalaman belajar peserta didik dalam
mengembangkan potensi dirinya pada satuan pendidikan
tertentu (Hamalik, 2008: 91).
Ada 4 pola organisasi kurikulum yang dikenal juga dengan
sebutan jenis-jenis kurikulum atau tipe-tipe kurikulum. Jenisjenis kurikulum antara lain:
1. Separated Subject Curriculum
Kurikulum

ini

dipahami

sebagai

kurikulum

mata

pelajaran terpisah satu sama lainnya. Kurikulum mata


pelajaran terpisah berarti kurikulumnya dalam bentuk mata
pelajaran

yang

yang

terpisah-pisah

yang

kurang

mempunyai keterkaitan dengan pelajaran lainnya.


2. Correlated Curriculum
Kurikulum

jenis

ini

mengandung

makna

bahwa

sejumlah mata pelajaran dihubungkan antara yang satu


dengan yang lainnya sehingga ruang lingkup bahan yang
tercakup semakin luas.
3. Brood Fields Curriculum
Kurikulum ini kadang-kadang juga disebut kurikulum
fusi. Taylor dan lexander menyebutkan bahwa kurikulum ini
menghapuskan

batas-batas

dan

menyatukan

mata

pelajaran yang berhubungan dengan erat.


4. Integrated Curriculum
Kurikulum terpadu ini merupakan suatu produk dari
usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai
macam pelajaran. Integrasi diciptakan dengan memusatkan
pelajaran

pada

masalah

tertentu

yang

memerlukan

solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin


atau mata pelajaran (Abdullah Idi, 2014: 115-119).
Pada dasarnya kurikulum berfungsi sebagai pedman atau
acuan. Bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Bagi kepala sekolah atau


pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orangtua,
kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing
anaknya belajar dirumah.sedangkan bagi siswa kurikulum
berfungsi sebagai pedoman belajar
2. Pedoman-Pedoman Pelaksanaan Kurikulum
Disamping perencanaan yang merupakan tujuan
pendidikan dan susunan bahan pelajaran, pemerintah pusat
mengeluarkan pedoman-pedoman umum yang harus diikuti
oleh sekolah untuk menyusun perencanaan yang sifatnya
operasional disekolah. Menurut Ruhimat (2011 : 150),
pedoman-pedoman tersebut antara lain :
a. Struktur Program
Yang dimaksud struktur program adalah susunan
bidang pelajaran yang harus dijadikan pedoman pelaksaan
kurikulum disuatu jenis dan jenjang sekolah.
b. Penyusunan jadwal pelajaran
Yang dimaksud dengan jadwal pelajaran adalah uruturutan mata pelajaran sebagai pedoman bagi guru, siswa
maupun kepala sekolah. Inti kegiatan pendidikan disekolah
adalah melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas
sehingga penjadwalan merupakan hal yang sangat penting.
Jadwal ini disusun bukan hanya untuk satu kelas tetapi
untuk seluruh kelas.
c. Menyusun Kalender Pendidikan
Tujuan penyusunan kalender akademik adalah agar
penggunaan waktu selama satu tahun terbagi secara
merata

dan

sebaik-baiknya

pendidikan.
d. Pembagian Tugas Guru

daripeningkatan

mutu

Pembagian tugas ini dilakukan melalui musyawarah


guru yang dipimpin kepala sekolah. Keputusan tugas
tersebut selanjutnya dituangkan dalam pelajaran untuk
satu semester atau satu tahun akademik.
e. Pengaturan atau Penempatan Siswa dalam Kelas
Pengaturan siswa dikelas dilakukan oleh guru kelas (di
SD) atau guru wali kelas untuk hari pertama masuk
sekolah. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan pada hari
pertama

adalah

mengaur

tempat

duduk,

perkenalan

dengan kawan sekelas, penjelasan tentang tata tertib


sekolah, dan lain-lain (Arikunto, 2012: 102).
f.

Penyusunan Rencana Mengajar


Penyusunan rencana mengajar dilakukan melalui dua
tahap:
1) Tahap penyusunan rencana terurai
Merupakan pembuatan program garis besar
tetapi

terperinci

mengenai

penyajian

bahan

pelajaran selama satu tahun.


2) Tahap penyusunan satuan pelajaran
Secara garis besar satuan pelajaran berisi
komponen - komponen yang berhubungan dengan
identitas

materi,

waktu

pelaksanaan

dan

bagaimana dilaksanakan.
3. Segi Manajemen dalam Pengawasan atau Penilaian
Penyelenggaraan evaluasi hasil belajar dalam satu
semester terbagi menjadi 2 hal yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Kedua jenis evaluasi ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar
dilihat dari hasil atau prestasi siswa. Evaluasi formatif adalah
evaluasi atau penilaian yang dilakukan setelah satu pokok
bahasan selesai dipelajari oleh siswa. Ebaluasi formatif atau
dikenal sebagai ulangan harian dapat berupa soal tertulis

maupun lisan. Sedangkan evaluasi sumatif adalah tes yang


diselenggarakan oleh guru setelah menempuh satu jangka
waktu tertentu yang biasanya dilaksanakan pada akhir
semester dan dikenal dengan sebutan ulangan umum
(Arikunto, 2012: 106-107).
4. Perkembangan Kurikulum
Kurikulum mengalami perkembangan demi menyesuaikan
dengan keadaan zaman. Namun bukan berarti setiap tahun
atau setiap periode kementrian dilakukan perubahan kurikulum.
Menurut Abdullah Evaluasi mengenai kurikulum perlu dilakukan
secara berkala , sebagai upaya penilaian relevansi kurikulum
dengan anak anak dalam konteks tempat dan waktu yang
terus berubah secara dinamis (Abdullah Idi, 2014: 25).
Beberapa contoh kurikulum yang digunakan Indonesia antara
lain : Kurikulum KBK 2004, menekankan kemampuan peserta
didik pada suatu kompetensi tertentu ; Kurikulum KTSP,
merupakan kurikulum yang menyesuaikan tuntutan perubahan
dan perkembangan IPTEK, kondisi pendidikan pada saat itu,
dan respon terhadap otonomi daerah ; dan Kurikulum K 2013
merupakan upaya pembaharuan kurikulum setelah dilakukan
evaluasi terhadap kurikulum . Kurikulum ini mencoba
menyesuaikan dengan kebutuhan anak bangsa dan generasi
muda demi mengahadapi tantangan masa depan (Adullah Idi,
2014: 24).
5. Kurikulum Muatan Lokal (KML)
Kurikulum mutan lokal menurut Surat Keputusan Dirjen
tahun 1987 adalah kurikulum yang diperkaya dengan materi
pelajaran yang ada di lingkungan setempat. Materi pelajaran
tersebut dimasuk masukan kedalam berrbagai bidang studi.
Pada umumnya format kurikulum muatan lokal disesuaikan
dengan format kurikulum nasional untuk mata pelajaran lain.
Guru diberikan kesempatan untuk berkreasi mengembangkan
sendiri materi yang disediakan untuk dijadikan rencana

pengajaran. Maka kurikulum muatan lokal menyajikan materi


yang bersifat umum.
6. Pengembangan Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan atau
kelompok mata pelajaran atau tema tertentu yang mecakup
standar kompetensi, kompetnsi dasar, materi pokok atau
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber atau bahan serta alat belajar.
Pengembangan Silabus dapat dilakukan oleh para guru secara
mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau
beberapa sekolah atau kelompok musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG) dan
Dinas Pendidikan (Arikunto dan Lia Yuliana, 2012: 134).
C. Manajemen Peserta Didik
1. Pengertian dan Ruang Lingkup
Manajemen peserta didik adalah penataan dan
pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta
didik, mulai dari proses penerimaan siswa hingga siswa
tersebut lulus dari sekolah disebabkan karena tamat atau
sebab lain. Kegiatan manajemen peserta didik dilihat pada
proses memasuki sekolah sampai siswa menginggalkannya,
meliputi: penerimaan siswa, ketatausahaan siswa, pencatatan
bimbingan dan penyuluhan, serta pencatatan prestasi belajar
(Suharsimi A dan Lia Yuliana, 2012: 31).
2. Ketatausahaan Siswa
Catatan-catatan sekolah dibedakan atas dua jenis, yaitu:
catatan untuk seluruh sekolah dan catatan-catatan untuk
masing-masing kelas.
a. Catatan-catatan untuk Seluruh Sekolah
1) Buku Induk
Buku induk digunakan utnuk mencatat data semua
anak yang pernah dan sedang mengikuti pelajaran di
suatu sekolah.
2) Buku Klapper

Buku

klapper

ditulsikan

menurut

abjad

dan

digunakan sebagai buku pelengkap untuk membantu


petugas dalam mencari data dari buku induk.
3) Catatan Tata Tertib Sekolah
Catatan ini berisi peraturan bagi semua warga
sekolah, baik siswa, guru, dan karyawan lain di sekolah.
Fungsi catatan tata tertib adalah agar siswa menjadi
individu yang memiliki sikap baik, serta mengatur agar
pergaulan di sekolah teratur.
b. Catatan-catatan untuk Masing-Masing Kelas
Catatan untuk masing-masing kelas meliputi: buku
kelas (cuplikan buku induk), buku presensi kelas, serta
buku-buku lain mengenai catatan presensi belajar dan
bimbingan penyuluhan.
3. Layanan Bimbingan dan Konseling
Tujuan umum dari layanan bimbingan dan konseling
adalah sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam
UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan
nasional, yakni bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab (Dewa Ketut S,
2008: 44).
Bimbingan dan konseling sebagai upaya membentuk
perkembangan kepirbadian siswa scara optimal, memilki
tujuan-tujuan khusus, seperti agar mempunyai pengenalan
yang lebih jelas mengenai dirinya: kemampuan, kelebihan,
kekurangan, kemauan, sifat baik dan buruk, kegemaran, serta
mengembangkan pemahaman dirinya dan mempu
mengaktualisasikannya; agar mempunyai pengenalan yang
lebih baik tentang situasi lingkungan, sehingga mampu memilih
dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan
informasi tentang kesempatan yang ada secara tepat dan
bertanggung jawab; dan mampu mengatasi kesulitan-kesulitan

yang berkaitan dengan pemahaman dirinya, lingkuangan, serta


mengatasi masalah yang dihadapinya (Suharsimi A dan Lia
Yuliana, 2012: 36-37).
4. Pencatatan Prestasi Belajar
a. Buku daftar nilai
Daftar nilai dimiliki oleh setiap guru bidang studi,
khusus untuk mencatat hasil tes setiap peserta didik pada
bidang studi/ mata pelajaran tertentu. Dalam buku ini dapat
berisi kemajuan belajar didik berupa nilai-nilai hasil tes.
Nilai-nilai ini digunakan sebagai bahan nilai rapor (Tim
Dosen UPI, dkk, 2013: 213).
b. Buku leggier (buku kumpulan nilai)
Leggier merupakan kumpulan nilai dari seluruh bidang
studi untuk setiap peserta didik.Pengisian nilai-nilai dalam
legger dikerjakan oleh wali kelas sebagai bahan pengisian
rapor.Pencatatan nilai-nilai dalam leggier biasanya satu
c.

tahun dua kali (Tim Dosen UPI, dkk, 2013: 214).


Buku rapor
Buku rapor merupakan alat untuk melaporkan prestasi
belajar peserta didik kepada orang tua/wali atau kepada
peserta didik itu sendiri. Selain itu juga tentang kehadiran,
tingkah laku, dan sebagainya. Rapor diberikan dua kali
dalam satu tahun sebagai laporan setiap satu semester

(Tim Dosen UPI, dkk, 2013: 214).


5. Mutasi Siswa
Mutasi adalah perpindahan peserta didik dari kelas yang
satu kekelas yang lain yang sejajar, dan/atau perpindahan
peserta didik dari sekolah satu ke sekolah lain yang sejajar (Ali
Imron, 2011: 152).
Mutasi dibedakan menjadi dua :
1. Mutasi intern yaitu mutasi yang dilakukan peserta didik
dalam data sekolah.
2. Mutasi ekstern yaitu perpindahan peserta didik dari satu
sekolah kesekolah lain dalam satu jenis, satu tingkatan
(Ali Imron, 2011: 155)
Sebab- sebab mutasi peserta didik dapat bersumber dari
peserta didik sendiri, dari lingkungan keluarga, dari lingkungan

sekolah, dari lingkungan teman sebaya, atau bersumber dari


penyebab yang lain.
D. Manajemen Tenaga Kependidikan
1. Pengertian dan Jenis-Jenis Tenaga Kependidikan
Menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 khususnya Bab I Pasal
1 ayat (5) menyebutkan bahwa tenaga kependidikan adalah
anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Dimana tenaga
kependidikan tersebut memenuhi syarat yang ditentukan oleh
undang-uandang yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang
berwenang, diserahi tugas dalam suatu jabatan dan digaji pula
menurut aturan yang berlaku. Jika ditinjau dari statusnya, maka
pada lembaga negeri terdapat pegawai tetap, pada lembaga
swasta

terdapat

pegawai

yang

diperbantukan,

pegawai

yayasan dan pegawai honorer.


Jenis personil pendidikan ada beberapa bila ditinjau dari
tugasnya yaitu :
1. Tenaga pendidik
Tenaga

pendidik

terdiri

atas

pengajar,

pembimbing,

penguji, dan pelatih.


2. Tenaga Fungsional kependidikan
Tenaga

Fungsional

kependidikan

terdiri

atas

penilik,

pengawas, peneliti, dan pengembang di bidang pendidikan


dan pustakawan.
3. Tenaga Teknis Kependidikan
Tenaga Teknis Kependidikan terdiri atas laboran dan teknisi
sumber belajar.
4. Tenaga pengelola satuan pendidikan
Tenaga pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala
sekolah, direktur, ketua, rector, dan pimpinan satuan
pendidikan luar sekolah.
5. Tenaga administratif
Tenaga ini terdiri atas staf tata usaha (Arikunto, 2013 : 164)
2. Pengadaan Tenaga Kependidikan

Pengadaaan

pegawai

merupakan

kegiatan

untuk

memenuhi kebutuhan pegawai pada suatu lembaga, baik


jumlah maupun kualitasnya. Untuk mendapatkan pegawai yang
sesuai dengan kebutuhan, dilakukan kegiatan recruitment,
yaitu usaha untuk mencari dan mendapatkan calon-calon
pegawai yang memenuhi syarat sebanyak mungkin, untuk
kemudian dipilih calon terbaik dan tercakap. Untuk kepentingan
tersebut perlu dilakukan seleksi, melalui ujian lisan, tulisan dan
praktek. Namun adakalanya, pada suatu organisasi, pengadaan
pegawai dapat didatangkan secara intern atau dari dalam
organisasi saja, apakah melalui promosi atau mutasi ( Suharno,
2008 : 23 ). Pengadaan pegawai terjadi jika :
1. Ada

perluasan

pekerjaan

yang

harus

dicapai

yang

disebabkan oleh karena tujuan lembaga atau karena


tambahan besarnya beban tugas sehingga tidak terpikul
oleh tenaga-tenaga yang sudah ada.
2. Ada salah satu atau lebih pegawai yang keluar atau mutasi
ke kantor lain, atau karena meninggal sehingga ada
lowongan formasi baru (Arikunto, 2012 : 167).
Pengadaan tenaga kependidikan seringkali melalui seleksi.
Selection atau seleksi didefinisikan sebagai suatu proses
pengambilan keputusan dimana individu dipilih untuk mengisi
suatu jabatan berdasarkan pada penilainan terhadap seberapa
besar karakteristik individu yang bersangkutan , sesuai dengan
yang dipersyaratkan oleh jabatan tersebut (Tim dosen, 2009 :
237).
3. Pengangkatan dan Penempatan Tenaga Kependidikan
Setelah diperoleh dan ditentukan calon pegawai yang
akan diterima, kegiatan selanjutnya adalah mengusahakan
supaya calon pegawai tersebut menjadi anggota organisasi
yang sah sehingga mempunyai hak dan kewajiban sebagai
anggota organisasi atau lembaga.
Di Indonesia, untuk pegawai negeri sipil, promosi atau
pengangkatan pertama biasanya sebagai calon PNS dengan
masa percobaan satu atau dua tahun, kemudian ia mengikuti

latihan prajabat, dan setelah lulus diangkat menjadi pegawai


negeri sipil penuh. Setelah pengangkatan pegawai, kegiatan
berikutnya adalah penempatan atau penugasan (Suharno, 2008
: 24 ).
4. Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Kependidikan
Pembinaan dan pengembangan tenaga pendidik meliputi
pembinaan dan pengembangan profesi dan karier. Pembinaan
dan pengembangan profesi pendidik meliputi kompetensi
pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan
kompetensi professional. Kebijakan strategis pembinan dan
pengembangan profesi dan karier guru (pendidik) pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah
daerah atau pemerintah ditetapkan oleh peraturan menteri
(Hartani, 2011 : 121).
Dengan adanya pengembangan tenaga kependidikan ini,
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dituntut untuk
mengembangkan dirinya dalam berbagai aspek pendidikan.
Upaya

pengembangan

yang

dimaksud

bisa

dilaksanakan

secara individual dan melalui organisasi profesi.


5. Pemberhentian Tenaga Kependidikan
Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia
yang menyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil
dari hak dan kewajiban sebagai lembaga dan tempat bekerja
dan

sebagai

pegawai.

Dalam

kaitannya

dengan

tenaga

kependidikan di sekolah, khususnya pegawai negeri sipil,


sebab-sebab pemberhentian pegawai ini dapat dikelompokan
ke dalam tiga jenis (1) Pemberhentian atas permohonan
sendiri, (2) pemberhentian atas Dinas atau pemerintah, dan (3)
pemberhentian sebab lain-lain (Suharno, 2008 : 24 ).
E. Manajemen Fasilitas Pendidikan
1. Pengertian dan Jenis Fasilitas Pendidikan
Manajemen fasilitas sekolah dapat didefinisikan sebagai
proses kerja sama pendayagunaan semua fasilitas pendidikan
secara efektif dan efisien.

Fasilitas sekolah atau juga sering

disebut perlengkapan sekolah, dapat dikelompokkan menjadi:

(1) sarana pendidikan, dan (2) prasarana pendidikan. Sarana


pendidikan adalah semua semua perangkat peralatan, bahan,
dan perabot yang secara langsung digunakan dalam

proses

pendidikan di sekolah. Sedangkan prasarana pendidikan adalah


semua

perangkat

kelengkapan

dasar

yang

secara

tidak

langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan belajar


mengajar (Ibraham Bafadal, 2004: 2).
Dalam hubungannya dengan sarana pendidikan, Nawawi
mengklasifikasikannya

menjadi

beberapa

macam

sarana

pendidikan, yaitu ditinjau dari sudut: (1) habis tidaknya dipakai;


(2) bergerak tidaknya saat digunakan; (3) dan hubungannya
dengan proses belajar mengajar.
2. Pengadaan Fasilitas Sekolah
Pengadaan
merupakan

perlengkapan

upaya

pendidikan

merealisasikan

pada

rencana

dasarnya
pengadaan

perlengkapan yang telah disusun sebelumnya. Sering kali


Sekolah Dasar mendapatkan bantuan sarana dan prasarana
pendidikan

dari

pemerintah

seperti

dari

Departemen

Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Nasional Provinsi, dan


Dinas Pendidikan Nasional Kota/Kabupaten. Namun bantuan
tersebut dalam jumlah terbatas dan tidak selalu ada, sehingga
sekolah dituntut untuk selalu berusaha melakukan pengadaan
perlengkapan dengan cara lain (Dr. Ibraham Bafadal, 2004: 30).
3. Penggunaan dan Pemeliharaan Fasilitas Sekolah
Semua personel berhak penuh atas pemakaian barangbarang yang telah ditempatkan pada bagian yang sesuai. Dua
prinsip yang harus diperhatikan adalah prinsip efektivitas dan
efisiensi. Tindakan pokok yang perlu dilakukan oleh personel
sekolah yang akan memakai perlengkapan pendidikan di
sekolah, yaitu:
a. Memahami petunjuk penggunaan perlengkapan pendidikan
b. Menata

perlengkapan

perlengkapan pendidikan

pendidikan

dan

penggunaan

c. Memelihara baik secara kontinu maupun berkala semua


perlengkapan pendidikan (Dr. Ibrahim Bafadal, 2004: 42).
4. Inventarisasi
Salah

satu

aktivitas

dalam

pengelolaan

pendidikan sekolah adalah mencatat

fasilitas

semua fasilitas yang

dimiliki oleh sekolah. Kegiatan pencatatan ini sering disebut


dengan inventari.
5. Penghapusan Fasilitas Sekolah
Penghapusan

fasilitas

sekolah

adalah

kegiatan

meniadakan barang-barang milik lembaga (bisa juga sebagai


milik negara) dari daftar inventaritas dengan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai salah
satu

aktivitas

dalam

pengelolaan

fasilitas

pendidikan

di

sekolah, penghapusan fasilitas bertujuan untuk:


1. Mencegah atau membatasi kerugian yang lebih besar
sebagai akibat pengeluaran dana untuk pemeliharaan atau
perbaikan fasilitas yang rusak
2. Mencegah

terjadinya

pemborosan

biaya

pengamanan

fasilitas yang tidak berguna lagi


3. Membebaskan lembaga dari tanggung jawab pemeliharaan
dan pengamanan.
4. Meningkatkan beban inventari (Dr. Ibraham Bafadal, 2004:
61).
F. Manajemen Pembiayaan Pendidikan
1. Pengertian
Menurut Suad Husnan, manajemen keuangan adalah
manajemen

terhadap

fungsi-fungsi

keuangan.

Sedangkan

fungsi keuangan merupakan kegiatan utama yang harus


dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang
tertentu. Fungsi manajemen keuangan adalah menggunakan
dana dan mendapatkan dana ( Tim Dosen UPI, 2009: 256).
Manajemen memiliki tiga tahap penilaian (evaluasi),
ketiga tahap tersebut apabila diterapkan dalam manajemen

keuangan

adalah

(Budgeting),

menjadi

Tahap

tahap

pelaksanaan

perencanaan
(Akunting),

keuangan
dan

tahap

penilaian (Auditing).
2. Hal-hal yang Berpengaruh terhadap Pembiayaan
Pendidikan
Pembiayaan pendidikan tidak pernah tetap tetapi selalu
berkembang dari tahun ke tahun.Menurut Suharsimi Arikunto
dan Lia Yuliana (Manajemen Pendidikan, 2012: 234) secara
garis besar perubahan pembiayaan ini dipengaruhi oleh dua hal
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Yaitu faktor yang berasal dari dalam sistem pendidikan
itu sendiri yang sepenuhnya mempengaruhi besarnya
pendidikan. Faktor tersebut antara lain adalah tujuan
pendidikan, pendekatan yang digunakan, materi yang
disajikan dan tingkat serta jenis pendidikan.
b. Faktor eksternal
Yaitu faktor yang ada di luar sistem pendidikan yang
meliputi

hal-hal

pendidikan,

seperti

kebijakan

berkembangnya
pemerintah,

demokrasi

tuntutan

akan

pendidikan dan adanya inflasi (Suharsimi Arikunto dan Lia


Yuliana, 2012: 234).
3. Bantuan Operasional Sekolah
BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya
adalah

untuk

penyediaan

pendanaan

biaya

operasi

non

personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana


program wajib belajar. Program BOS bertujuan untuk (Suharsimi
Arikunto dan Lia Yuliana, 2012: 255) :
a. Menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan
dasar dari biaya operasional sekolah, baik di sekolah negeri
maupun swasta.

b. Menggratiskan seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri


terhadap biaya operasional sekolah kecuali pada sekolah
RSBI dan SBI.
c. Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa
miskin di sekolah swasta.
G. Manajemen Hubungan Lembaga Pendidikan dengan
Masyarakat
1. Pengertian dan Jenis Humas Pendidikan
Humas merupakan hubungan masyarakat atau public
relation. Humas dapat diartikan sebagai suatu kegiatan usaha
yang berencana yang menyangkut ikatan baik, rasa simpati,
saling mengerti untuk memperoleh pengakuan, penerimaan
dan dukungan masyarakat melalui komunikasi dan sarana lain
(media massa) untuk mencapai kemanfaatan dan kesepaatan
bersama, (Mulyono,2008: 201).
Humas atau hubungan masyarakat erat kaitannya dengan
komunikasi baik antara warga pendidikan(pendidik, peserta
didik,

staff

pendidikan

dan

lainnya)

maupun

dengan

masyarakat luas. Humas pendidikan lebih menekankan pada


hubungan namun komunikasi lebih menekankan pada bentuk
hubungan penyampaian informasi.
Dari segi komunikasi, berdasarkan kegiatannya humas
dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Komunikasi formal
Komunikasi yang dilakukan petugas-petugas yang
ditunjuk oleh lembaga atau instansi untuk melakukan
kegiata humas.
b. Komunikasi informal
Komunikasi yang dilakukan oleh perorangan atau
kelompok melalui jalur yang tidak direncanakan terlebih
dahulu (Rochajat dan Elvinaro,2008: 24).
2. Komunikasi Persekolahan

Komunikasi yang terdapat dalam sekolah terbagi menjadi


2, yaitu:
a

Komunikasi internal
Komunikasi

yang

terjadi

di

dalam

ruang

lingkup

sekolah. Contohnya adalah sebagai berikut :


1) Komunikasi antara kepala sekolah dengan guru
2) Komunikasi antara kepala sekolah dengan tata usaha
3) Komunikasi kepala sekolah dengan siswa
4) Komunikasi antar guru dengan guru
5) Komunikasi antara guru dengan tata usaha
6) Komunikasi guru degan siswa
7) Komunikasi antara siswa dengan tata usaha
8) Komunikasi yang menyangkut hubungan antara siswa
dengan siswa
b

Komunikasi eksternal
Komunikasi

yang

terjadi

antara

sekolah

dengan

masyarakat pada umumnya, misalnya dengan Departemen


Pendidikan, dengan orang tua wali dan dengan sekolah lain.
H. Ketatalaksanaan Lembaga Pendidikan
Tata laksana pendidikan sering disebut dengan istilah
administrasi tata usaha, yaitu segenap proses kegiatan
pengelolaan surat-menyurat yang dimulai dari menghimpun
(menerima), mencatat, mengelola, menggandakan, mengirim dan
menyimpan semua bahan keterangan yang diperlukan oleh
organisasi. Dengan pengertian ini maka tata laksana atau tata
usaha bukan hanya meliputi surat-surat saja tetapi semua bahan
keterangan atau informasi yang berwujud warkat (Suharsimi,
Arikunto&Lia Yuliana. 2012: 261). Pekerjaan ketatausahaan bukan
monopoli petugas administrasi saja, tetapi juga pegawai edukatif.
Disamping ketatausahaan yang menyangkut pekerjaan

administrasi dan surat menyurat, menurut Suharsimi Arikunto dan


Lia Yuliana (2012: 272) masih ada ketatausahaan yang lain yang
diperlukan di sekolah, yaitu:
1. Daftar hadir pegawai
Daftar hadir merupakan

alat

untuk

mengetahui

kerajinan atau kedisiplinan pegawai, baik edukatif maupun


administratif.
2. Buku piket
Buku piket merupakan bukti otentik yang berisi data
mengenai kejadian-kejadian yang muncul setiap hari yang
diisi oleh guru piket sehingga dapat diketahui oleh semua
guru di sekolah tersebut dan terutama kepala sekolah.
3. Buku notulen rapat sekolah
Setiap mengadakan rapat sekolah, maka hal yang
dibicarakan dalam rapat serta keputusannya harus dituliskan
dalam bentuk notulen rapat yang dituliskan oleh guru yang
ditunjuk oleh kepala sekolah secara bergilir.
I. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan
1. Pengertian Kepemimpinan dan Supervisi
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai sifat yang
dimiliki individu, proses mengubah sikap dari kelompok,
kepemimpinan sebagai suatu seni (art), kesanggupan (ability)
atau teknik untuk menarik antusiasme simpatisan untuk
mentaati sang pemimpin. Kepemimpinan juga bisa diartikan
sebagai suatu bentuk persuasi, sarana, suatu instrument atau
alat untuk membuat sekelompok orang menaati segala
peraturan untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan (Ngalim
Purwanto, 2012:26).
Supervisi bukan hanya proses pengintruksian atau
pengawasan, mencari kesalahan semata tetapi juga diimbangi
dengan usaha-usaha pembinaan untuk memperbaiki kesalahan
serta membenahi proses yang ada. Supervisi pendidikan adalah
suatu rangkaian tugas pimpinan dalam hal ini kepala sekolah
untuk melakukan bimbingan, dorongan dan dukungan serta
pengayoman terhadap satuan pendidikan dalam sistem sekolah
dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan (Pupuh
Fathurrohman dan Aa Suryana, 2011:34).

2. Tujuan dan Fungsi Supervisi


Tujuan umum supervisi pendidikan tecantum dalam
pengertiannya, yakni memberikan bantuan teknis dan
bimbingan kepada guru dan staf sekolah yang lain agar
personil dapat meningkatkan kinerjanya yaitu melaksanakan
proses pembelajaran. Sedangkan tujuan khusus supervisi
pendidikan adalah mengkatkan kinerja siswa, meningkatkan
kinerja guru, meningkatkan efektivitas kurikulum,
meningkatkan efektivitas dan efisiensi sarana dan prasarana,
meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah, dan eningkatkan
kualitas situasi umum dan sekolah (Suharsimi Arikunto, 2004:
40-41).
Sedangkan fungsi supervisi pendidikan, yaitu:
a. Fungsi peningkatan mutu pembelajaran, dilakukan oleh
supervisi akademik.
b. Fungsi memicu unsur yang terkait dengan pembelajaran,
dilakukan oleh supervisi administrasi.
c. Fungsi membina dan memimpin, yang dilakukan oleh
pengawas

dan

kepala

sekolah

(Suharsimi

Arikunto,

2004:13-14).
3. Jenis-jenis Supervisi
Jenis-jenis supervisi adalah sebagai berikut:
a. Supervisi umum dan supervisi pengajaran
Supervisi umum adalah supervisi yang secara tidak
langsung

berhubungan

dengan

usaha

perbaikan,

sedangkan supervisi pengajaran ialah kegiatan perbaikan


kondisi baik personel maupun material untuk menciptakan
pengajaran yang lebih baik demi tercapainya tujuan.
b. Supervisi Klinis
Menurut John J. Bolla mendefinisikan supervisi klinis
sebagai suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk
membantu

pengembangan professional guru/calon guru,

khususnya

ketrampilan

dalam

penampilan

mengajar,

berdasar observasi dan analisis data secara teliti dan

objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku


mengajar tersebut.
c. Pengawasan melekat dan pengawasan fungsional
Pengawasan melekat bertujuan untuk mengetahui
apakah pimpinan unit kerja dapat menjalankan fungsi
pengawasan dan pengendalian yang melekat padanya
dengan

baik, sedangkan yang dimaksud pengawasan

fungsional adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan


oleh

orang-orang

yang

fungsi

jabatannya

sebagai

pengawas (Maryono, 2011: 24-25).


4. Teknik-teknik Supervisi
Teknik

supervisi

dibagi

menjadi

dua,

yaitu

teknik

perseorangan dan teknik kelompok.

a. Teknik Perseorangan
Yang dimaksud teknik perseorangan dalam kegiatan
supervisi adalah bantuan yang

dilakukan secara sendiri

oleh petugas supervisi, baik terjadi di dalam kelas maupun


di luar kelas. Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2004:56),
teknik perseorangan dapat dilakukan dengan beberapa
cara seperti di bawah ini:
1) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)
2) Mengadakan observasi kelas (classroom observation)
3) Mengadakan

wawancara

perseorangan

(individual

interview)
4) Mengadakan wawancara kelompok (group interview)
b. Teknik Kelompok
Menurut Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana (2004:57),
teknik kelompok ini dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu:
1) Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting)

2) Mengadakan diskusi kelompok (group discussion)


3) Mengadakan penataran-penataran (in-service training)
4) Seminar

Anda mungkin juga menyukai