Anda di halaman 1dari 28

Kelompok 6

Seorang pasien dengan


karsinoma kolon yang telah
terminal

LAPORAN KASUS
Seorang pasien berusia 62 tahun datang ke rumah sakit
dengan karsinoma kolon yang telah terminal. Pasien
masih cukup sadar, berpendidikan cukup tinggi. Ia
memahami benar posisi kesehatannya dan keterbatasan
kemampuan ilmu kedokteran saat ini. Ia juga memiliki
pengalaman pahit sewaktu kakaknya menjelang ajalnya
dirawat di ICU dengan peralatan bermacam-macam
tampak sangat menderita, dan alat-alat tersebut
tampaknya hanya memperpanjang penderitaannya saja.
Oleh karena itu ia meminta kepada dokter apabila dia
mendekati ajalnya agar menerima terapi yang minimal
saja (tanpa antibiotika, tanpa peralatan ICU, dll), dan ia
ingin mati dengan tenang dan wajar. Namun ia tetap
setuju apabila ia menerima obat-obatan penghilang rasa
sakit bila memang dibutuhkan.

ASPEK HUKUM
PERMENKES
No.1419/MENKES/PE
R/ 2005 tentang
Penyelenggaraan
Praktik Dokter dan
Dokter Gigi pasal 17

Pasal
3

Pasal
2

al
s
Pa 1

Pa
s
4 al

Peraturan Menteri
Kesehatan No
585/MenKes/Per/IX/1
989 tentang
persetujuan
tindakan medik

Pas
al
13

Pa
sa
12 l

Pasal
9

Pas
al 5

al
s
Pa
8

ETIKA PROFESI
KEDOKTERAN
Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari
baik buruk atau benar-salahnya suatu sikap dan
atau perbuatan seseorang individu atau
institusi yang dilihat dari moralitas.

Teori Etika
Deontolo
gi

Mengajarkan bahwa baik-buruknya


suatu perbuatan harus dilihat dari
perbuatannya itu sendiri

Teleogi

Mengajarkan untuk menilai tindakan


dengan
melihat
hasilnya
atau
akibatnya

Etika

Normatif

Metaetik

Penegakan
terhadap apa
yang benar
secara moral
dan mana yang
salah secara
moral dalam
kaitannya

Memperlihatk
an analisis
dari kedua
konsep moral
yang telah
disebutkan

Kode etik kedokteran


Indonesia (KODEKI)
KEWAJIBAN
UMUM
Pasal 1

Pasal 2

Pasal 5
Pasal
7a

Pasal 6
Pasal
7b

Pasal 9

Pasal 4

Pasal 3

Pasal 7
Pasal
7d

Pasal
7c
Pasal 8

Kode etik kedokteran


Indonesia (KODEKI)
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

Pasal 10

Pasal 11

Pasal 12

Pasal 13

Kode etik kedokteran


Indonesia (KODEKI)
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN
SEJAWAT

Pasal
14

Pasal
15

KEWAJIBAN DOKTER
TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal
16

Pasal
17

Kaidah Dasar Moral


Otonomi

Prinsip moral yang menghormati hak-hak


pasien, terutama hak otonomi pasien (the
rights to self determination)

Benefice
nce

Prinsip moral yang mengutamakan tindakan


yang ditujukan ke kebaikan pasien

Nonmaleficence

Prinsip moral yang melarang tindakan yang


memperburuk keadaan pasien

Justice

Prinsip moral yang mementingkan fairness


dan keadilan dalam bersikap maupun dalam
mendistribusikan sumber daya (distributive
justice)

PROSEDUR TINDAKAN
MEDIS
Medika Mentosa
Kemoterapi
5-flurouracil merupakan obat pilihan untuk kemoterapi karsinoma
kolon.
Lemavisole serta leucovorin digunakan untuk pasien stadium 3
pasca operasi.
Agen biologic
Contoh obat yang digunakan adalah bevacizumab (Avastin) dan
Panitumumab (Vectibix).
Radioterapi
Peran radioterapi dalam pengobatan kanker kolon masih terbatas
tetapi radioterapi tetap menjadi modalitas terapi standar. Untuk
tumor yang tidak dioperasi atau tidak dapat disekresi, radiasi
digunakan untuk menghilangkan gejala secara bermakna.
Terapi simptomatik
Termasuk antibiotic, analgesik dan lain-lain. Antara analgesik
yang digunakan adalah golongan non steroid seperti aspirin dan
ibuprofen dan golongan opiod seperti morfin, fentanil,
oxycodone,codein dan tramadol.

PROSEDUR TINDAKAN
MEDIS
Non Medika Mentosa
Pembedahan
Reseksi segmental dengan anostomosis (pengangkatan tumor dan porsi
usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid isbandin
(pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua isban serta sfingter
anal )
Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anostomosis
serta reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi
usus awal dan persiapan usus sebelum reseksi)
Kolostomi isbandin atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi
yang tidak dapat direseksi).
Diet
Konsumsi daging merah, biji-bijian, lemak dan makanan bergula tinggi lebih
rentan untuk kambuh dibandingkan pasien yang mengkonsumsi diet tinggi
serat dan protein.

INFORMED CONSENT
Permenkes No. 585 tahun 1989
Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan yang diberikan pasien
atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan
medik yang dilakukan terhadap pasien tersebut (pasal 1).
Dalam Permenkes No.585/MENKES/PER/IX/1989 menyatakan bahwa
dokter harus menyampaikan informasi atau penjelasan kepada
pasien/keluarga diminta atau tidak diminta, jadi informasi harus
disampaikan. Informasi harus diberikan sebelum dilakukannya suatu
tindakan operasi atau yang bersifat invasif, baik yang berupa diagnostik
maupun terapeutik.
Informasi yang harus diberikan sebelum dilakukan tindakan operasi oleh
dokter kepada pasien atau keluarga adalah yang berkenaan dengan :
a. Tindakan operasi apa yang hendak dilakukan.
b. Manfaat dilakukan operasi tersebut.
c. Resiko yang terjadi pada operasi tersebut.
d. Alternatif lain apa yang ada (ini kalau memang ada dan juga kalau
mungkin
dilakukan).
e. Apa akibatnya jika operasi tidak dilakukan.

Elemen informed
consent
Treshold
elements

Pemberi consent haruslah seseorang yang


kompeten (berkapasitas untuk membuat
keputusan)

Informatio
n elements

berdasarkan pemahaman yang adekuat membawa


konsekuensi
kepada
tenaga
medis
untuk
memberikan informasi (disclosure) sedemikan rupa
agar pasien dapat mecapai pemahaman yang
adekuat

Consent
elements

Kesukarelaan mengharuskan tidak adanya tipuan,


misinterpretasi ataupun paksaan. Passien juga harus
bebas dari tekanan yang dilakukan tenaga medis
yang bersikap seolah-olah akan dibiarkan apabila
tidak menyetujui tawarannya

Bentuk Persetujuan Tindakan


Medik (Informed Consent)
Tersirat atau
dianggap telah
diberikan
(Implied
Consent)

Dinyatakan
(Expressed
Consent)

Bisa dalam keadaan normal (biasa) atau


darurat, umumnya tindakan yang biasa
dilakukan atau sudah diketahui umum misal
menyuntik pasien.

Persetujuan dinyatakan
atau tertulis

secara

lisan

REKAM MEDIS
Permenkes No. 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis
Pengertian Rekam Medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan
pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 12 Permenkes 749a menyatakan bahwa : (1) pemaparan isi
rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat pasien
dengan ijin tertulis pasien, (2) pempinan sarana pelayanan kesehatan
dapat memaparkan isi rekam medis tanpa seijin pasien berdasarkan
peraturan perundang-undangan
Kewajiban dokter untuk membuat rekam medis dalam pelayanan
kesehatan dipertegas dalam UUPK seperti terdapat pada:
pasal 46: (1). Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran wajib membuat rekam medis. (2) Rekam medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien selesai
menerima pelayanan kesehatan. Setiap catatan rekam medis harus
dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang memberikan
pelayanan atau tindakan.
pasal 79 diingatkan tentang sanksi hukum yang cukup berat, yaitu
denda paling banyak Rp.50.000.000,- bila dokter terbukti sengaja tidak
membuat rekam medis.

Kegunaan Rekam Medis


Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan
lainnya yang ikut ambil bagian dalam memberi pelayanan,
pengobatan dan perawatan pasien.
Sebagai dasar untuk perencanaan pengobatan/perawatan yang
harus diberikan kepada pasien.
Sebagai bukti tertulis atas segala pelayanan, perkembangan
penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di
rumah sakit.
Sebagai dasar analisis, studi, evaluasi terhadap mutu
pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit
maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk
keperluan penelitian dan pendidikan.
Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran
pelayanan medik pasien.
Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta
sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan.

PROSEDUR TERAPI
Pengobatan paliatif ditujukan pada penderita kanker yang
sudah tidak memungkinkan kembali dicapainya kesembuhan.
Perawatan paliatif ini tidak dimaksudkan untuk menyembuhkan
kanker, tetapi untuk meningkatkan kualitas hidup.
Perawatan dapat dilakukan secara rawat inap, rawat jalan, rawat
rumah (home care),day caredanrespite care.
Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan ke rumah pasien,
terutama mereka yang tidak dapat pergi ke rumah sakit.
Day careadalah menitipkan pasien selama jam kerja jika
pendamping atau keluarga yang merawatnya memiliki keperluan
lain (sepertiday carepada penitipan anak).
Respite careadalah layanan yang bersifat psikologis melalui
konseling dengan psikolog atau psikiater, bersosialisasi dengan
penderita kanker lain, mengikuti terapi musik, dll.

Karakteristik Perawat
Paliatif
Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.
Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai
proses yang normal.
Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.
Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam
perawatan pasien.
Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.
Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa
sakit dan setelah kematian.
Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan
pasien dan keluarganya, termasuk konseling masa duka cita,
jika diindikasikan.
Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif
memengaruhi perjalanan penyakit.
Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk
memperpanjang usia, seperti kemoterapi atau terapi radiasi,
dan mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk lebih
memahami dan mengelola komplikasi klinis yang berat.

DAMPAK HUKUM
Informed consent
Jika dokter melakukan tindakan medis tanpa pemberitahuan dan
penjelasan kepada pasien terlebih dahulu/tanpa informed
consent maka dokter dapat dikenakan dengan pasal 351 KUHP
tentang penganiayaan. Atau ahli anestesi yang membius
tanpa informed consent sebelumnya dapat dikenakan pasal 89
KUHP yaitu membuat orang tidak berdaya disamakan dengan
melakukan kekerasan.
Rekam medis
Menurut UU Praktik Kedokteran Pasal 47 Ayat (2) rekam
medis harus disimpan dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter
gigi dan sarana kesehatan. Sementara jika dengan sengaja tidak
membuat rekam medis dapat dikenakan sanksi hukuman penjara
maksimal 1 (satu) tahun atau denda Rp 50.000.000 (lima puluh
juta rupiah) sesuai dengan UU No. 29 tahun 2004.

EUTHANASIA
Euthanasia,
yaitu
kematian
yang
terjadi
dengan
pertolongan atau tidak dengan pertolongan dokter.
Aspek Hukum
Undang undang yang tertulis dalam KUHP hanya melihat
dari dokter sebagai pelaku utama euthanasia, khususnya
euthanasia aktif dan dianggap sebagai suatu pembunuhan
berencana, atau dengan sengaja menghilangkan nyawa
seseorang
Beberapa pasal KUHP yang berkaitan dengan euthanasia
antara lain 338, 340, 344, 345, dan 359. Hubungan
hukum dokter-pasien juga dapat ditinjau dari sudut perdata,
antara lain pasal 1313, 1314, 1315, dan 1319 KUH
Perdata.

Unsur-Unsur Euthanasia

Berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.


Mengakhiri hidup, mempercepat kematian, atau tidak
memperpanjang hidup pasien.
Pasien menderita suatu penyakit yang sulit untuk
disembuhkan.
Atas atau tanpa permintaan pasien dan atau
keluarganya.
Demi kepentingan pasien dan atau keluarganya.
Dalam pasal 9, bab II Kode Etik Kedokteran
Indonesia tentang kewajiban dokter kepada
pasien, disebutkan bahwa seorang dokter harus
senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
makhluk insani. Ini berarti bahwa menurut kode etik
kedokteran, dokter tidak diperbolehkan mengakhiri
hidup
seorang
yang
sakit
meskipun
menurut
pengetahuan dan pengalaman tidak akan sembuh lagi.

Macam-macam
Euthanasia
Dari Sudut
Cara/Bentuk

Euthanasia
aktif

Mengambil keputusan untuk melaksanakan dengan tujuan


menghentikan kehidupan. Tindakan ini secara sengaja
dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk
memperpendek atau mengakhiri hidup si pasien.

Euthanasia
pasif

Memutuskan untuk tidak mengambil tindakan atau tidak


melakukan terapi. Dokter atau tenaga kesehatan lain secara
sengaja tidak lagi memberikan bantuan medis yang dapat
memperpanjang hidup kepada pasien.

Autoeuthanasia

Seorang pasien menolak secara tegas dengan sadar untuk


menerima perawatan medis dan ia mengetahui bahwa hal
ini akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Dari
penolakan tersebut ia membuat sebuah codicil (pernyataan
tertulis tangan). Auto-euthanasia pada dasarnya adalah
euthanasia pasif atas permintaan.

Macam-macam
Euthanasia
Dari Sudut Maksud (Voluntarium)

Euthanasia
langsung (direct)

Tujuan tindakan diarahkan langsung pada


kematian.

Euthanasia tidak
langsung (indirect)

Tujuan tindakan tidak langsung untuk kematian


tetapi untuk maksud lain misalnya meringankan
penderitaan

Dari Sudut Otonomi


Penderita
Penderita sadar dan dapat menyatakan kehendak atau tak sadar
dan tidak dapat menyatakan kehendak (incompetent).
Penderita tidak sadar tetapi pernah menyatakan kehendak dan
diwakili oleh orang lain (transmitted judgement).
Penderita tidak sadar tetapi kehendaknya diduga oleh orang lain
(substituted judgement).

Macam-macam
Euthanasia
Dari Sudut Motif dan
Prakarsa

Prakarsa dari
penderita sendiri

Prakarsa dari pihak


luar

Penderita sendiri yang meminta agar


hidupnya dihentikan entah karena penyakit
yang tak tersembuhkan atau karena sebab
lain.
orang lain yang meminta agar seorang pasien
dihentikan kehidupannya karena berbagai sebab.
Pihak lain itu misalnya keluarganya dengan
motivasi untuk menghentikan beban atau belas
kasih. Bisa juga, prakarsa itu datang dari
pemerintah
karena
ideologi
tertentu
atau
kepentingan yang lain.

Cara-Cara Euthanasia
Langsung dan
sukarela

Memberi jalan kematian dengan cara yang


dipilih pasien. Tindakan ini dianggap sebagai
bunuh diri.

Sukarela
tetapi tidak
langsung

Pasien diberitahu bahwa harapan untuk hidup


kecil sekali sehingga pasien ini berusaha agar
ada orang lain yang dapat mengakhiri
penderitaan dan hidupnya.

Langsung
tetapi tidak
sukarela

Dilakukan
tanpa
sepengetahuan
pasien,
misalnya dengan memberikan dosis letal pada
anak yang lahir cacat.

Tidak
langsung dan
tidak sukarela

Merupakan tindakan euthanasia


dianggap paling mendekati moral.

pasif

yang

KESIMPULAN
Seorang dokter itu haruslah memastikan dirinya berada dalam
keadaan yang optimum dengan senantiasa menerapkan etika profesi
kedokteran yang berlandaskan konsep dasar moral yaitu prinsip
otonomi, prinsip beneficence, prinsip non-maleficence, dan
prinsip justice. Jenis hubungan dokter-pasien sangat depengaruhi oleh
etika profesi kedokteran, sebagai konsekuensi dari kewajiban-kewajiban
profesi yang memberikan batasan atau rambu-rambu hubungan tersebut.
Dokter dituntut untuk dapat mengerti dengan jelas aspek etika dalam
dunia kedokteran yaitu mengetahui hak serta kewajibannya sebagai
seorang dokter dan juga norma-norma yang harus dipatuhi serta nilai-nilai
moral dalam etika kedokteran untuk membina hubungan yang lebih baik
dengan pasien maupun keluarga pasien.
Dokter diharapkan dapat memberikan informasi secara lengkap
dan jelas tentang penyakit serta tindakan apa yang akan dilakukan
kepada pasien dan juga komplikasi maupun resiko dari tindakan tersebut
dengan inform consent. Dokter juga harus menghormati hak-hak pasien.
Segala tindankan pemeriksaan terhadap pasien harus di catat seluruhnya
dan disimpan dalam suatu rekam medis.
Suatu tindakan medis terhadap pasien tanpa memperoleh
persetujuan terlebih dahulu dari pasien tersebut dapat dianggap sebagai
penyerangan atas hak orang lain atau melanggar hukum dan seorang
dokter dapat dikenakan pidana sesuai dengan pelanggarannya.

Anda mungkin juga menyukai