Anda di halaman 1dari 10

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN MODEL PEMBERDAYAAN

TERHADAP KELUARGA NELAYAN


Tim Peneliti Balitbang Prov. Jateng
Jl. Imam Bonjol 190 Semarang
RINGKASAN
Pendahuluan
Nelayan adalah masyarakat yang mempunyai karakteristik berbeda dari masyarakat
lainnya. Sifat komunalisme mereka sangat tinggi dan buruh nelayan identik dengan
kemiskinan. Dalam bekerja mereka harus menghadapi ganasnya ombak dan cuaca laut,
tinggal berhari-hari di laut agar mendapatkan banyak ikan. Pemukiman mereka berkelompok
dan biasanya kumuh. Selain itu banyak anak nelayan yang tidak bersekolah, karena harus
membantu di laut. Seluruh anggota keluarga nelayan dikerahkan untuk melakukan berbagai
aktifitas untuk menghasilkan uang dalam usaha memepertahankan kelangsungan hidupnya.
Ada pembagian tugas yang di lakukan keluarga nelayan bagi anggotanya berdasarkan tugas
pokok dan fungsinya serta berdasarkan jenis kelamin. Nelayan laki-laki mencari ikan di laut
atau membeli ikan dan menjual produknya, sedangkan perempuan melakukan

pengolahan

ikan (ikan asin, pindang dan terasi). Unit usaha nelayan yang besar dikelola laki-laki, namun
sebaliknya unit usaha kecil dikelola perempuan sebagai bentuk strategi mereka untuk mem
pertahankan hidup.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Upaya-upaya

dilakukan nelayan dalam mengatasi ketidakberdayaan yang

yang

dialami. (2) Bagaimana upaya

peningkatan kesejahteraan keluarga buruh nelayan. Tujuan Penelitian ini adalah (1)
Mengidentifikasi permasalahn pemberdayaan masyarakat nelayan (2) Upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga buruh nelayan.
Ruang Lingkup. Upaya untuk peningkatan kesejahteraan keluarga nelayan ini
terutama ditujukan untuk keluarga nelayan buruh (Pandhiga), dan rumah tangga nelayan
buruh, terutama mereka tergolong kelompok sosial yang sangat rentan terhadap tekanan
ekonomi dibanding kelompok nelayan yang lain. Disamping itu juga untuk mengetahui
program yang selama ini telah diberikan kepada keluarga buruh nelayan oleh

Dinas
1

Perikanan dan Kelautan Kabupaten/ Ko ta, Bapermas Kabupaten/Kota, Koperasi Unit Desa,
dan Tempat Pelelangan Ikan, untuk itu beberapa petugas dari

instansi tersebut diatas

dijadikan responden.
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian sosial kemasyarakatan,

menggunakan pendekatan

deskriptif kuantitatif dan kualitatif.


B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di daerah pantai

utara dan selatan Jawa Tengah,

dengan pertimbangan masyarakat nelayan di dua wilayah tersebut memiliki budaya dan
karakteristik yang berbeda .Daerah penelitian meliputi Kota Tegal, Pekalong an,dan
Semarang, dan Kabupaten Brebes, Tegal, Pekalongan, Pemalang, Batang, Kendal, Demak,
Jepara, Pati, Rembang, Purworejo, Kebumen, dan Cilacap.
C. Data yang akan diambil meliputi data primer dan sekunder tentang :
1. Faktor yang menyebabkan rendahnya kesejahteraan (alam dan non alam)
2. Pengelolaan terhadap sumberdaya lokal, sebagai alat deteksi kemampuan

aktualisasi

diri masyarakat yang diteliti (primer dan sekunder)


3. Faktor dominan penyebab kemiskinan atau/dan ketidakberdayaan.
4. Penelusuran efektifitas program bagi perbaikan mereka yang sudah di lakukan
diwilayah penelitian tersebut.
D. Responden.
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat nelayan dan stake holder yang
terkait dengan kehidupan nelayan, antara lain :buruh nelayan, pengurus KUD, pengurus
TPI, Petugas Penyuluh Lapangan tingkat kecamatan, Pengurus Himpunan Nelayan
Seluruh Indonesia tingkat kecamatan/ tokoh masyarakat, serta petugas dari Dinas
Perikanan dan Kelautan, dan petugas Bapermas Kabupaten/Kota.
Dari seluruh 16 Kabupaten/Kota lokasi penelitian, setiap Kabupaten/Kota diambil 2
Kecamatan, dan setiap Kecamatan diambil 1 desa. Responden kelompok utama rumah

tangga buruh nelayan akan diambilkan strata ekonomi rendah keluarga pandhiga, yang di
tiap desa yang menjadi unit penelitian dan dipilih sesuai dengan kasus dan programnya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah:
a. Teknik wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan dan wawan cara secara
mendalam /in-depth interview dengan nelayan sebagai responden utama. Sedangkan
daftar pertanyaan (angket) yang digunakan secara terbuka.
b. Observasi
Teknik ini untuk mengamati kehidupan keluarga nelayan secara umum yang menjadi
fokus penelitian dan mereka yang menjadi pilot pemberdayaan (jangka pendek).dari
program-program pemberdayaan yang sudah dilakukan, perkasus perprogram.
Observasi dilakukan sebe lum penelitian dan pada saat pengambil an data.
F. Teknik Pengambilan Sampel.
Sampel ialah sebagian anggota populasi yang diambil dengan meng gunakan teknik
tertentu yang disebut teknik sampling (Husaini Usman,1996), sedangkan untuk penelitian
ini teknik sampling yang digunakan Teknik Sampling Bertujuan (Purpo sive Sampling),
teknik ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan
tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini lokasi sampel meliputi :
1) Lokasi Sampel.
Setiap Kab/Kota diambil 2 Kecamatan 1 Desa
Kota Tegal,Pekalongan, Semarang, Kab. Brebes, Tegal, Pekalongan, Batang,
Pemalang,Cilacap, Rembang, Jepara, Kendal, Demak, Pati, Kebumen, dan Purworejo.
2) Sampel yang diambil
-Nelayan (Tiap kecamatan 2 TPI, tiap TPI 4 Org .buruh nelayan)
-Pengurus KUD (1 Org.)
-Pengurus TPI (1 Org.)
-Dinas Perikanan Kab/Kota. (1 Org.)
-BAPERMAS (1 Org.)
-Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (1 Org.)
3

G. Sumber Data.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini data primer dari hasil wawan cara dan, data
lapangan . Sedang data sekunder berupa peraturan-peraturan, buku-buku yang berkaitan
dengan pemberdayaan keluarga nelayan dari Dinas/Instansi terkait serta hasil-hasil
penelitian dari lembaga penelitian maupun perguruan tinggi yang sudah ada tentang
masalah dan lokasi peneli tian..
H. Variabel Penelitian.
Penelitian ini variabel yang digunakan mengacu pada teori-teori yang dikemukakan
oleh Moelyarto, 1999, Ary Wahyono dkk, Pemberdayaan Masyarakat Nelayan, 2001,
yang meliputi :
a. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat di buat di
tingkat lokal, oleh masyarakat yang memiliki identitas yang dia kui peranannya
sebagai partisipan dalam proses pengambilan keputusan.
b. Fokus utama pengelolaan sumberdaya lokal adalah memperkuat kemam puan
masyarakat miskin dalam mengarah aset-aset yang ada dalam masya rakat setempat,
untuk memenuhi kebutuhannya.
c. Toleransi yang besar terhadap adanya variasi. Oleh karena itu mengakui makna pilihan
individual, dan mengakui proses pengambilan keputusan yang de sentralis.
d. Budaya kelembagaannya ditandai oleh adanya organisasi-organisasi yang oto nom dan
mandiri, yang saling berinteraksi memberikan umpan balik pelaksa naan untuk
mengoreksi diri pada setiap jenjang organisasi.
e. Adanya jaringan koalisi dan komunikasi antara para pelaku dan organisasi lokal yang
otonom dan mandiri, yang mencakup kelompok penerima manfaat, pemerintah lokal,
bank lokal dan sebagainya, yang menjadi da sar bagi semua kegiatan yang ditujukan
untuk memperkuat pengawasan dan penguasaan masyarakat atas berbagai sumber
yang ada, serta kemam puan masyarakat untuk mengelola sumber daya setempat.
I. Analisa Data.
Setelah pengumpulan data , tahapan selanjutnya adalah pengolahan data dan analisis
data. Tahapan ini merupakan tahapan akhir sebelum dilakukan penarikan kesimpulan hasil
penelitian. Data yang sudah diolah akan membe rikan gambaran mengenai hasil
4

penelitian.. Pada dasarnya data yang diolah itu terdiri dari data kuantitatif dan data
kualitatif.
Data kuantitatif yang berupa angka-angka diolah secara statistik dengan cara
memasukkan data terse but kedalam table-tabel dan kemudian dianalisis secara statistik.
Sedangkan data kualitatif yang bukan berupa angka dirumuskan dengan kata-kata atau
kalimat-kalimat berdasarkan hasil catatan-catatan di lapangan sehingga bisa menjawab
permasalahan yang diteliti melalui bukti empiris yang diperoleh tersebut. Empiris
maksudnya berdasarkan pengalaman, terutama yang diperoleh dari penemuan, percobaan,
pengamatan yang telah dilakukan.
Hasil dan Pembahasan
Populasi penelitian ini meliputi : buruh nelayan, pengurus KUD, pemgurus TPI,
petugas Dinas Perikanan, Petugas Bapermas, dan petugas Himpunan Nelayan Seluruh
Indonesia, karena terlalu banyaknya populasi dan keterbatasan waktu dan biaya maka diambil
beberapa jumlah sampel yang meliputi, 256 nelayan buruh, 32 pengurus KUD, 32 Pengurus
KUD, 32 pengurus TPI, 16 petugas Dinas Perikanan, 162 petrugas Bapermas, dan 32
pengurus HNSI., dengan demikian jumlah responden seluruhnya 416 sudah dianggap
memenuhi persyaratan penelitian, dan penentuan sapel penelitian

telah ditentukan

sebelumnya sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Disamping itu dalam pengumpulan data
primer maupun data sekunder yang diperoleh dilapangan dapat dikumpulkan dengan tepat
waktu dan tetap sasaran. Alat pengumpul data lapangan telah diuji reliabilitasnya dan
validitasnya sehingga dapat dipakai untuk pengumpulan data lapangan, serta observasi
dilapangan dapat dilakukan dengan lancar mulai dari buruh nelayan melakukan penjualan
hasil ikan melalui proses di tempat pelelangan ikan hingga pembayaran hasil lelang ikan ,
serta kondisi pada waktu nelayan paceklik tidak bisa pergi melaut hasilnya dapat diketahui.
Potensi sumberdaya ikan, sumberdaya ikan merupakan salah satu potensi sumberdaya
alam hayati kelautan yang merupakan sumber kehidupan bagi para nelayan. Berdasarkan data
dari Dinas Perikanan dan Kelautan Prop.Jateng potensi sumberdaya ikan yang ada di perairan
sekitar Jawa Tengah yang merupakan dae rah penangkapan terdekat bagi para nelayan Jawa
Tengah yang berada di perairan Laut Jawa Utara Jawa Tengah diperkirakan sebesar 847.515
5

ton perahun dan di perairan Samudra Indonesia Selatan Jawa Tengah diperkirakan sebesar
666.240 ton per tahun. Sedangkan untuk volume produksi ikan laut di Jawa Tengah di daerah
pantai utara 244.619,5 ton setiap tahun dengan jumlah raman Rp. 949.393.300.000. dan untuk
produksi di pantai selatan 16.650,3 ton setiap tahun

dengan jumlah raman Rp.

122.802.938.000.
Armada dan alat tangkap, untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan sebagai mana
disebutkan diatas, diperlukan berbagai sarana dan teknologi yang memadai sesuai dengan
jenis sumbertdaya ikan yang akan ditangkap. Jumlah armada penangkapan yang ada di Jawa
Tengah sebanyak 14.903 unit, yang berada di pantai utara sebanyak 11.983 unit dengan
berbagai ukuran takni kapal motor sebanyak 1.820 unit, motor temple 10.161 unit dan perahu
tanpa motor 2 unit, sedangkan di pantai selatan 2.110 unit yang terdiri dari kapal motor 403
unit, motor temple 1.687 unit dan perahu tanpa motor 20 unit. Disamping itu armada tersebut
dilengkapi dengan alat tangkap sebanyak 38.734 unit yang berada di pantai utara 34.595 unit
dan pantai selatan 4.139 unit yang terdiri dari berbagai jenis alat tangkap dari yang
berteknologi sederhana sampai berteknologi cukup moderen.
Sumberdaya manusia (nelayan), bakul ikan dan pengolah ikan. Sumber daya manusia
(nelayan) yang memanfaatkan dan mengeksploitasi sumberdaya ikan di Jawa Tengah
sebanyak 103.265 orang yang berada di pantai utara 94.389 orang terdiri dari nelayan juragan
12.492 orang dan nelayan pandhega 81.897 orang, sedangkan yang berada di pantai selatan
sebanyak 8.876 orang terdiri dari nelayan juragan 1.667 orang dan nelayan pandhega 7.209
orang. Jumlah bakul ikan sebagai pembeli produk para nelayan di Jawa Tengah sebanyak
3.390 orang yang terdiri di pantai utara sebanyak 3.048 orang dan di pantai selatan sebanyak
342 orang, dengan kemampuan dan kapasitas yang bervariasi. Pengolah ikan menyerap
sebagian produk perikanan dengan berbagai perlakuan olahan di Jawa Tengah sebanyak 1.474
orang yang terdiri di pantai utara 1.271 orang dan di pantai selatan sebanyak 203 orang.
Koperasi Unit Desa Mina dan Pangkalan Pendaratan Ikan, Koperasi Unit Desa Mina
merupakan salah satu organisasi/lembaga ekonomi yang mewadahi kegiatan para nelayan.
Jumlah Koperasi Unit Desa Mina yang ada di Jawa Tengah tercatat sebanyak 21 unit yang
terdiri di pantai utara 19 unit dan dipantai selatan 2 unit. Pelabuhan/Pangkalan Pendaratan
Ikan (PPI) berfungsi sebagai tempat penda ratan armada perikanan yang dilengkapi dengan
6

tempat pelelangan ikan sebagai tempat transaksi antara bakul dengan para nelayan. Pemasaran
produksi ikan para nela yan dilakukan dengan system lelang secara bertingkat, dimana bakul
peme nangnya yang berani menawar dengan harga tertringgi. Prasarana yang disediakan
untuk mendukung dan memberikan pelayanan kepada masya rakat nelayan dianta ranya
berupa pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan sebanyak 76 buah, yang terdiri 3
buah merupakan pelabuhan perikanan dan 73 buah merupa kan pangkalan pendaratan ikan.
Nelayan bekerja melaut mencari ikan berdasarkan musim, apabila pada waktu musim
ombak, angin besar nelayan tidak berani pergi mencari ikan dilaut (musim paceklik)
berlangsung selama tiga bulan dan alat tangkap yang dipergunakan juga harus berganti-ganti
tergantung musim ikan apa. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya bantuan dari
pemerintah untuk pengadaan alat tangkap yang berupa jarring lengkap yang dapat dipakai
untuk semua musim ikan.
Nelayan tidak punya pekerjaan lain selain mencari ikan dilaut, hal ini disebabkan
karena tidak mempunyai keahlian yang lain profesi sebagai nelayan dijalankan sejak usia
sekolah dasar, akhirnya pada waktu paceklik hanya memperbaiki jarring. Disamping juga
didaerah sekitar tidak terdapat lapangan pekerjaan yang memadai buat para nelayan. Untuk
mengatasi hal tersebut adanya peningkatan ketrampilan nelayan selain yang berupa
ketrampilan untuk nelayan juga ketrampil an yang berupa pertukangan kayu dan batu,
mengemudi mobil
Disekitar perumahan nelayan tidak terdapat pengolahan ikan, hal ini disebabkan
karena kebutuhan nelayan yang sangat mendesak sumua hasil melaut dijual seluruhnya.
Untuk mengatasi hal tersebut adanya ketrampilan pengolahan ikan berupa pembuatan trasi,
pindang, ikan asin, krupuk.
Nelayan yang menjual hasil tangkapan berupa ikan kepada bakul ikan sebelumnya
sudah ada perjanjian dengan bakul ikan dimana modal untuk mencari (beli solar) ikan dilaut
dipinjami dulu oleh bakul ikan, setelah mendapatkan ikan harus dijual kepada bakul ikan yang
memberi pinjaman modal dengan harga yang telah diten tukan sebelumnya. Untuk mengatasi
hal tersebut perlu adanya lembaga keuangan untuk mengganti peran bakul ikan yang berada
disekitar

lokasi

Tempat

Pelelangan

Ikan,

serta

untuk

nelayan

tidak

memakai

jaminan/anggunan, dan pemotongan lewat petugas Tempat Pelelangan Ikan dan besarnya
pemotongan tergantung dari hasil pada waktu itu melaut.
Buruh nelayan selama ini belum pernah mendapat bantuan kredit yang berupa uang,
peralatan alat tangkap, dan kapal dan yang lainnya dari pemerintah, hal ini disebabkan pada
umumnya buruh nelayan tidak dapat memenuhi persyaratan untuk pinjam bantuan, terutama
surat jaminan
Para nelayan menjadi anggota Koperasi Unit Desa hal ini disebabkan diikutkan dalam
asuransi kecelakaan ,pada waktu masa paceklik mendapat bantuan beras sebanyak 5 Kg
sekali, dan bila terjadi musibah dilaut mendapat dana asuransi kecelakaan dilaut
Pada waktu paceklik buruh nelayan untuk menutupi kebutuhan sehari-hari dilakukan
dengan meminjam uang kepada juragan atau bakul ikan dibayarkan pada waktu musim ikan,
sedangkan sesama buruh nelayan tidak ada yang mem bantu hal ini disebabkan sedang samasama membutuhkan uang.
Program yang telah ada meliputi :1.Pemberdayaan Potensi Ekonomi Masyarakat Desa
Nelayan. Maksud dan Tujuan P3EMDN :1).Menunjang upaya penanggulangan kemiskinan,
2).Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui peningkatan kemampuan berusaha,
3).Meningkatkan ketersediaan prasarana pendukung,

4).Meningkatkan kemampuan

masyarakat untuk menanggulangi masalah-masalah yang berkaitan dengan pemenuhan


kebutuhan hidup.

2.Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir . Tujuan secara

umum PEMP bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui


pengembangan kegiatan ekonomi,peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan penguatan
kelembagaan social ekonomi dengan mendayagunakan sumberdaya kelautan dan perikanan
secara optimal dan berkelenjutan.
Dari kedua program yang pernah dikembangkan apabila dikaitkan dengan temuan
yang ada dilapangan, untuk pelaksanaan program masih dijumpai adanya kelemahankelemahan yang meliputi :1.Program-program yang dilakukan tidak disertai dengan
pembinaan,2.Kelompok sasaran program tersebut bukan nelayan buruh, tetapi nelayan
juragan,3.Program bantuan pinjaman harus menggunakan anggunan (jaminan),4. Kemacetan
pengembalian kredit, hal ini disebabkan : Sistem pengembalian kredit yang tidak disesuaikan
sklus pendapatan nelayan,-Pemberian kredit tidak dibarengi dengan informasi yang jelas.
8

Kesimpulan : Kemiskinan nelayan ini selain akibat struktur pembangunan kita yang tidak
membela kepentingan nelayan juga disebabkan oleh : Tinginya beaya operasional yang harus
dibayar, Beaya operasional ini meliputi bahan bakar dan konsumsi untuk kehidupan nelayan
selama melaut, Penerimaan yang rendah dari hasil penjualan ikan, Kemiskinan dalam aspek
teknik biologi sumberdaya ikan , Kemiskinan karena kurangnya prasarana, Kemiskinan
karena kualitas sumberdaya manusia yang rendah , dan kemiskinan karena struktur ekonomi
yang tidak mendukung dan memberikan insentif usaha. model pemberdayaan nelayan
meliputi : Berbasis lokal (peningkatan pendidikan), berorentasi pada peningkatan
kesejahteraan, berbasis kemitraan, secara holistik atau multi aspek, dan keberlanjutan. Untuk
itu disarankan dilakukan pembinaan karakter atau sikap mental nelayan, dan mata
pencaharaian nelayan yang ekspoitasi sumberdaya laut harus memperhatikan lingkungan.
Kesimpulan dan Saran
Penerapan program pemberdayaan nelayan dilakukan bersifat regional bahkan local,
disebabkan masing-masing daerah nelayan memilki permasalahan yang berbeda, dengan
menjadikan nelayan sebagai subyek, serta mencari alter native lain yang belum ditemukan
nelayan :
a. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat nelayan dengan
mengurangi ketergantungan pada tengkulak,bakul ikan,dan warung-warung yang menjual
bahan bakar bensin/solar disekitar Tempat Pelelangan Ikan (TPI) atau yang ada disekitar
tempat tinggal nelayan deng an cara mendirikan koperasi simpan pinjam, dimana Ketua
dan anggota nya yang terdiri para nelayan.
b. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan akan kapal motor un tuk mencari ikan
dilaut yang cocok dengan kebutuhan nelayan yang dise suaikan dengan kondisi alamnya,
serta yang tidak boros bahan bakar.
c. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan akan alat tangkap be rupa jaring untuk
mencari ikan dilaut yang disesuaikan dengan kebutuhan nelayan yang dapat dipergunakan
untuk menangkap beberapa jenis ikan yang disesuaikan dengan kondisi alamnya.
d. Fokus utama pengelolaan sumberdaya local terutama pada waktu pasca penen, pada waktu
musim ikan yang nilai harga jualnya tinggi langsung dijual, yang nilai harga jualnya
9

rendah perlu diolah lagi menjadi ikan asin, trasi, pindang, dan tepung ikan, untuk itu perlu
peningkatan kemampuan nelayan dalam pengolahan ikan.
e. Budaya kelembagaan ditandai oleh adanya organisasi-organisasi seperti Himpunan
Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) sebagai wakil dari nelayan dimana peranannya lebih
ditingkatkan lagi, serta diberikan hak untuk me ngambil keputusan sendiri sesuai dengan
kebutuhan nelayan dalam forum rapat, dan meningkatkan koordinasi dengan organisasi
yang lain seperti Koperasi Unit Desa (KUD), Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
f. Toleransi yang besar terhadap adanya variasi. Oleh karena itu mengakui makna pilihan
individual, dan mengakui proses pengambilan keputusan yang desentralis, seperti dalam
pembuatan program bantuan untuk nela yan disesuaikan dengan kebutuhan nelayan dan
kondisi alam setempat.
Hak Cipta 2004 Balitbang Prov. Jateng
Jl. Imam Bonjol No. 190 Semarang
50132
Telp : (024) 3540025,
Fax : (024) 3560505
Email : sekretariat@balitbangjateng.go.id

10

Anda mungkin juga menyukai