Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

RAWA SEBAGAI SUMBER KEHIDUPAN MASYARAKAT

OLEH
ARI ARDITYA NUGRAHA
1304112430

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PARAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk

memberikan

masukan-masukan

yang

bersifat

membangun

untuk

kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Maret 2015

Penyusun

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

DAFTAR ISI

Isi

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR ...............................................................................

iii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ...........................................................................

1.2.Tujuan .........................................................................................

1.3.Manfaat .......................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1.Pengertian Rawa ........................................................................

2.2.Potensi dan Pemanfaatan Rawa ...............................................

2.1.1.Rawa sebagai wadah budidaya perikanan .................

2.1.2.Rawa sebagai tempat wisata .........................................

2.1.3.Rawa Sebagai lahan pertanian ......................................

2.3.Permasalahan Sumberdaya Peairan.........................................

BAB III UPAYA PENGELOLAAN

BAB IV

3.1.Pendekatan Teknik ....................................................................

11

3.1.1.Perlindungan Habitat .....................................................

11

3.1.2.Suaka Perikanan .............................................................

11

3.1.3.Pemacuan Stok ...............................................................

12

3.1.4.Domestikasi ....................................................................

12

3.2.Pendekatan Sosial, Ekonomi Dan Budaya .............................

13

3.3.Pendekatan Hukum ...................................................................

14

3.3.1.Perizinan dan Lelang Rawa ..........................................

14

3.3.2.Pembersihan Perairan ....................................................

15

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

ii

DAFTAR GAMBAR

Isi

Halaman

1. Gambar Rawa ......................................................................................

2. Gambar Rawa pantai ...........................................................................

3. Gambar Rawa Pinggiran .....................................................................

4. Gambar Rawa Abadi ...........................................................................

5. Gambar Rawa sebagai wadah budidaya perikanan .............................

6. Gambar Rawa sebagai tempat wisata ..................................................

7. Gambar Rawa sebagai wadah pertanian .............................................

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Indonesia mempunyai lahan

rawa seluas 33,40 juta hektar yang


terdiri atas rawa pasang surut dan
rawa lebak dan umumnya tersebar di
Pulau Sumatera, Kalimantan dan
Papua.
Di Kalimantan Barat, terdapat rawa lebak seluas 35.436 hektar dan baru
dimanfaatkan sekitar 27,6%. Secara umum, pemanfaatan rawa lebak masih
terbatas dan hanya bersifat untuk menopang kehidupan sehari-hari dan masih
tertinggal jika dibandingkan dengan agroekosistem lain, seperti lahan kering atau
lahan irigasi.
Rawa termasuk wilayah yang selalu basah atau tergenang. Berbagai
kesulitan ditemukan dalam memberikan batasan rawa lebak atau lebih luas dalam
konteks lahan basah karena keragaman lingkungannya yang luas dan saling
berbeda antara ekologi maupun pemanfaatannya. Pembagian atau klasifikasi rawa
lebak atau lahan basah akhirnya sangat tergantung pada kepentingan apakah untuk
tujuan ekologi atau komersil dalam arti pengelolaan sumber daya alam. Tujuan
ekologi cenderung untuk menetapkan berdasarkan kondisi alami dan perlu
dipertahankan, tetapi para pengembang menginginkan bahwa potensi sumber daya
alam ini perlu dieksploitasi sehingga memberikan nilai tambah (secara ekonomi).
Klasifikasi atau pembagian tipologi rawa lebak dalam arti luas dapat didasarkan
Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

pada ketinggian genangan, waktu genangan, jenis ekologi, vegetasi, bentuk


wilayah dan jenis pemanfaatan. Perikanan di lahan rawa lebak ini umumnya
masih dilakukan dengan sistem tangkap dengan menggunakan alat tangkap
sederhana seperti kail, lunta/jala, ancau dan sistem perangkap seperti beje. Upaya
pemeliharaan sistem keramba atau kolam juga mempunyai prospek karena
keuntungan yang diperoleh cukup tinggi, khususnya jenis-jenis ikan hitam seperti
toman, gabus, dan papuyu (Noor, 2007).
Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 73 Tahun 2013 tentang Rawa, rawa dikuasai oleh negara dan hal ini
mengandung makna Negara menjamin hak setiap orang dalam pemanfaatan rawa
sebagai sumberdaya air dan lahan bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari.
Pada mulanya rawa merupakan lahan perairan marjinal dan kurang
dimanfaatkan masyarakat. Seiring dengan berkembangnya kegiatan pemenuhan
kebutuhan hidup, rawa mulai dimanfaatkansebagai sumber penghidupan
masyarakat, baik secara in-situ (di dalam perairan rawa) maupun ex-situ (di luar
perairan rawa). Perkembangan pemanfaatan rawa, khususnya secara in-situ yang
tidak terkendali menyebabkan munculnya berbagai permasalahan lingkungan.
Pemahaman dalam mengelola rawa sangatlah penting. Sebaiknya dengan
mempertahankan fungsi ekologis kawasan tersebut dalam penggunaannya untuk
keperluan kehidupan seperti pemukiman, pertanian, perikanan dan lain-lain.
Pengelolaan yang bijaksana dengan melakukan penataan ruang, dan pengawasan
yang ketat dari pihak pemerintah dapat ditentukan mana kawasan rawa yang dapat
dikelola dan yang harus dipertahankan fungsi ekologisnya. Saat ini perikanan
Indonesia dalam waktu yang relatif singkat telah mampu memberikan sumbangan

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

yang substansial dalam pembangunan perekonomian. Secara keseluruhan,


perikanan mempunyai peranan dan posisi vital dalam pemenuhan kebutuhan gizi
protein, kesempatan kerja, penerimaan devisa dan pengembangan wilayah
(Baharsyah 1990).
1.2.

Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :


a.

Untuk mengetahui pengertian rawa

b.

Untuk mengetahui apa saja potensi yang dimiliki rawa

c.

Untuk mengetahui bagaimana upaya pengelolaannya

d. Untuk mengetahui Permasalahan yang terjadi didalam pengelolan rawa


1.3.

Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan dapat membuka pemikiran

serta menambah wawasan pembaca agar dapat memberikan kontribusi baik


berupa pemikiran atau tenaga dalam memelihara dan memanfaatkan rawa sebagai
penunjang sumber kehidupan manusia sekarang ataupun dimasa akan datang.

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Rawa
Rawa merupakan istilah yang digunakan untuk semua lahan basah yang

senantiasa memiliki kepekaan tergenang air, baik pada kurun waktu tertentu
maupun sepanjang tahun, bervegetasi, baik yang berair tawar, asin maupun payau,
berhutan maupun ditumbuhi tanaman semak. Berdasarkan sumber airnya,
ekosistem rawa di Indonesia dapat dibedakan menjadi rawa pasang surut dan rawa
non pasang surut. Rawa pasang surut meliputi rawa-rawa pesisir yang dipengaruhi
oleh pasang surut air laut dan rawa non pasang surut meliputi rawa-rawa
pedalaman yang tidak dipengaruhi pasang surut air laut. Berdasarkan vegetasinya,
rawa dapat dibedakan menjadi rawa berhutan dan rawa tak berhutan, atau bahkan
berdasarkan jenis vegetasi yang dominan, misalnya rawa bakau, rawa nipah dan
rawa rumput (Kordi, 2008).
Lahan rawa merupakan lahan basah, atau wetland, yang menurut definisi
Ramsar Convention mencakup wilayah marsh, fen, lahan gambut (peatland),
atau air, baik terbentuk secara alami atau buatan, dengan air yang tidak bergerak
(static) atau mengalir, baik air tawar, payau, maupun air asin, termasuk juga
wilayah laut yang kedalaman airnya, pada keadaan surut terendah tidak melebihi
enam meter (Wibowo dan Suyatno, 1997).
Rawa adalah perairan yang cukup luas terdapat di dataran rendah dengan
sumber air berasal dari air hujan atau air laut dan berhubungan atau tidak
berhubungan dengan sungai, relatif tidak dalam, mempunyai dasar lumpur atau
tumbuhan membusuk, terdapat vegetasi baik yang mengapung atau mencuat

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

maupun tenggelam. Rawa memiliki berbagai macam peran dan manfaat. Ditinjau
dari aspek ekologi, rawa berperan sebagai sumber cadangan air, menyerap dan
menyimpan kelebihan air dari daerah sekitarnya dan akan mengeluarkan cadangan
air tersebut pada saat daerah sekitarnya kering, mencegah terjadinya banjir,
sumber energi, dan sumber makanan nabati maupun hewani (Susanto 2000).
Berdasarkan proses terbentuknya, Rawa dibedakan atas beberapa jenis
antara lain :
a. Rawa Pantai
Rawa pantai adalah jenis rawa yang terdapat di pinggir pantai. Rawa ini
selalu dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Pasang surut ini terjadi dua kali
dalam sehari sehingga terbentuklah rawa pantai. Rawa ini banyak ditumbuhi oleh
pohon bakau.

Gambar 1. Rawa Pantai

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

b. Rawa Pinggiran
Terjadi akibat meluapnya air sungai. Rawa sungai ini dapat juga terbentuk
pada daerah bekas aliran yang terpotong akibat proses meandering sungai.

Gambar 2. Rawa Pinggiran


c. Rawa Abadi
Rawa yang airnya terjebak dalam sebuah cekungan dan tidak memiliki
pelepasan ke laut. Air hujan yang tertampung dalam rawa hanya dapat menguap
tanpa ada aliran yang berarti.

Gambar 2. Rawa Abadi

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

2.2.

Potensi dan Pemanfaatan Rawa

2.1.1. Rawa sebagai wadah budidaya perikanan


Perikanan

perairan

rawa sebagai suatu kegiatan


pemanfaatan

sumberdaya

alam yang bersifat terbuka


dapat

dimanfaatkan

masyarakat
produsen

oleh

baik

sebagai

mapun

sebagai

konsumen sebagai sumber pangan protein hewani. Pengelolaan perikanan dapat


meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembinaan dan melindungi
sumberdaya untuk kebutuhan generasi mendatang.
2.1.2. Rawa sebagai tempat wisata
Rawa yang senantiasa memiliki kepekaan tergenang air, baik pada kurun
waktu

tertentu

maupun

sepanjang tahun dapat dijadikan


sebuah tempat wisata sebagai
sarana hiburan yang menarik
untuk

masyarakat.

tentunya

dapat

Hal

ini

memberikan

pemasukan untuk warga sekitar


yang berjualan di sekitar rawa dan pemerintah daerah.

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

2.1.3. Rawa Sebagai lahan pertanian


Sebenarnya lahan rawa lebak
telah diusahakan petani Banjar dan
petani Bugis secara tradisional di
sepanjang

pedalaman

sungai

di

Kalimantan dan petani Melayu di


Sumatera sejak ratusan tahun lalu.
Usaha tani,khususnya padi dilahan
rawa lebak ini semakin berkembang setelah pemerintah membangun polder di
sepanjang sungai sehingga air banjir dapat terkontrol.
Lahan rawa lebak terdapat cukup luas di Indonesia, merupakan salah satu
alternatif areal yang dapat dikembangkan untuk mengatasi kebutuhan pangan
yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan
meningkatnya alih fungsi lahan setiap tahun. Lahan rawa semakin penting
peranannya dalam upaya mempertahankan swasembada beras dan mencapai
swasembada bahan pangan lainnya, mengingat semakin menciutnya lahan subur
di Jawa akibat penggunaannya untuk perumahan dan keperluan non pertanian
lainnya. Lahan lebak yang berpotensi sebagai sawah lebak banyak dijumpai di
seluruh nusantara tersebar di pulau sumatera dan Kalimatan yang mempunyai
banyak sungai dan berpeluang baik untuk dikembangkan. Lahan lebak tersebut
cukup subur bila diolah dan dimanfaatkan dengan baik untuk pengembangan
tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perikanan.
Selain itu, beberapa wilayah lahan rawa lebak belakangan ini mulai
dikembangkan untuk tanaman perkebunan seperti kelapa sawit, karet, Sagu,

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

Palawija, Kelapa dan hortikultura. Pengembangan perkebunan ini memerlukan


pembuatan saluran-saluran pengatusan (drainage), pintu-pintu air, dan tabat (dam
overflow) untuk pengendalian muka air tanah. Dengan adanya sawah lebak ini,
maka

bisa

meningkatkan

pembangunan

pertanian.

Contohnya,

dengan

pemanfaatan penanaman padi dapat memenuhi kebutuhan pangan serta


mendapatkan pendapatan.
2.3.

Permasalahan Sumberdaya Peairan


Dalam berbagai pemanfaatan sumberdaya alam yang ada tidak semua hal

yang telah dilakukan memberikan dampak yang baik untuk masyarakat ataupun
lingkungan. Seperti halnya pemanfaatan yang dilakukan di daerah rawa yang telah
dipaparkan sebelumnya. Lahan rawa yang telah dimanfaatkan sebagai lahan
pertaniaan atau perikanan akan memberikan dampak yang buruk, terutama
terhadap kualitas air.
Pestisida selain bermanfaat untuk meningkatkan hasil pertanian, ia juga
menghasilkan dampak buruk baik bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Lebih
dari 98% insektisida dan 95% herbisida menjangkau tempat selain yang
seharusnya menjadi target, termasuk spesies non-target, perairan, udara, makanan,
dan sedimen. Aliran permukaan air yang membawa pestisida hingga sungai
membawa dampak yang mematikan bagi kehidupan di perairan, dan dapat
membunuh ikan dalam jumlah besar.
Penerapan herbisida di perairan dapat membunuh ikan ketika tanaman
yang mati membusuk dan proses pembusukan tersebut mengambil banyak
oksigen di dalam air, sehingga membuat ikan kesulitan bernafas. Beberapa
herbisida mengandung tembaga sulfit yang beracun bagi ikan dan hewan air

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

lainnya. Penerapan herbisida pada perairan dapat mematikan tanaman air yang
menjadi makanan dan penunjang habitat ikan, menyebabkan berkurangnya
populasi ikan.
Penggunaan pellet pada budidaya perikanan yang jumlahnya melampaui
batas tertentu dapat mengakibatkan proses sedimentasi yang tiggi berupa
penumpukan sisa pakan di dasar perairan, limbah tersebut akan menyebabkan
penurunan kualitas perairan (pengurangan pasokan oksigen dan pencemaran air
rawa) yang pada akhirnya mempengaruhi hewan yang dipelihara. Sisa pakan dan
metabolisme dari aktifitas pemeliharaan ikan menjadi penyebab utama
menurunnya fungsi ekosistem rawa yang berakhir pada terjadinya pencemaran,
mulai dari eutrofikasi yang menyebabkan ledakan (blooming) fitoplankton dan
gulma air seperti enceng gondok (Eichornia crassipes),upwelling dan lain-lain
yang yang dapat mengakibatkan organisme perairan (terutama ikan-ikan
budidaya) serta diakhiri dengan makin menebalnya lapisan anaerobik di badan air.
Beberapa permasalahan tersebut tentunya harus perhatikan menyangkut
dengan fungsi sebenarnya rawa, yakni sebagai penampung air saat musim
kemarau yang tentunya perlu dijaga kualitas airnya agar dapat dimanfaatkan
secara baik untuk memenuhi kebutuhan.

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

10

BAB III
UPAYA PENGELOLAAN

3.1.

Pendekatan Teknik

3.1.1. Perlindungan Habitat


Suatu tindakan perekayasaan lingkungan mungkin memberi peluang
berkembangnya jenis tertentu melebihi kemampuan jenis ikan lainnya sehingga
upaya perbaikan habitat atau perekayaan lingkungan hendaknya menguntungkan
jenis yang dikehendaki (Noble, 1980).
Perbaikan habitat dan perekayaan lingkungan dapat dilakukan dalam
upaya pemulihan populasi misalnya pembangunan rumpon, penanaman kembali
vegetasi hutan rawa, restorasi habitat pemijahan. Perbaikan habitat dapat
meningkatkan daya dukung suatu perairan, dimana perairan tersebut dapat
menunjang maksimum biomas (ikan) dalam jangka panjang dengan menyediakan
sumber pakan. Ketersediaan pakan tersebut tentu saja tergantung pada
ketersediaan nutrient dan efisiensi pemanfaatan nutrient tersebut dalam rantai
makanan. Terbatasnya unsur hara di perairan yang biasanya berkaitan dengan sifat
tanah di lingkungan sekitarnya menyebabkan tingkat kesuburan rendah yang
menghasilkan miskinnya pakan bagi pertumbuhan ikan. Perkembangan tanaman
air akan menghambat pertumbuhan fitoplankton. Keseimbangan populasi ikan
akan terjadi bila ada keseimbangan antara kerapatan tanaman air (macrophyte)
dan fitoplankton.
3.1.2. Suaka Perikanan
Suatu pengaturan yang khusus untuk melindungi biodiversitas ikan di
suatu perairan adalah suaka perikanan yaitu perairan yang tertentu bagi kegiatan

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

11

penangkapan baik secara parsial maupun total. Bila ada jenis ikan dikhawatirkan
akan punah, atau pada sistem perairan yang luas terjadi penangkapan dengan
intensitas tinggi dan dikhawatirkan terjadi penangkapan lebih (over fishing) atau
terjadi perubahan habitat perikanan yang berlangsung relatif cepat maka perlu
dipilih suatu badan air (dengan batas yang jelas) untuk dijadikan suaka
perikanan). Adanya suaka perikanan memungkinkan ikan berkembang biak
sehingga mencapai kondisi populasi berimbang atau dapat menyediakan benih
ikan untuk memperkaya stok di perairan sekitarnya (Gaffar dan Muthmainnah,
2001).
3.1.3. Pemacuan Stok
Dalam pengelolaan perikanan perairan umum kegiatan pemacuan stok
terutama ditujukan untuk memulihkan populasi jenis ikan asli, dengan beberapa
sasaran yaitu melindungi kepunahan jenis ikan tertentu, mempertahankan
produksi atau stok ikan yang bernilai ekonomi dan menjaga keragaman jenis ikan
sebagai sumberdaya hayati perairan (Born, 1999). Perubahan pada suatu sistem
badan air akibat pembangunan misalnya bendungan dapat menyebabkan
hilangnya beberapa jenis ikan asli dan terjadi perubahan dalam struktur komunitas
ikan atau biota perairan (Welcomme, 1979). Pemacuan stok sendiri merupakan
berbagai kegiatan meliputi domestikasi, penebaran, perbaikan habitat, budidaya
dan penyuburan perairan (Born, 1999).
3.1.4. Domestikasi
Di perairan umum Indonesia terdapat berbagai jenis ikan yang bernilai
ekonomi baik sebagai ikan konsumsi maupun sebagai ikan hias. Perusakan habitat
dan degradasi mutu lingkungan perairan juga mengganggu siklus hidup ikan yang
Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

12

menyebabkan peremajaan tidak seimbangan dengan penangkapan. Kegiatan


domestikasi dimulai dengan memelihara benih atau induk yang berasal dari
perairan umum di dalam wadah budidaya, diberi pakan buatan dan setelah ada
induk yang matang kelamin dilakukan pemijahan secara terkontrol (Edwards,
1994). Dan bila telah dapat beradaptasi dengan baik dalam lingkunan yang
terkontrol, dapat tumbuh mencapai ukuran yang diinginkan dalam waktu tertentu
yang direncanakan, kematangan gonad tidak lagi tergantung pada musim (cuaca)
dan perbenihan dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan maka usaha ini telah
berhasil.
3.2.

Pendekatan Sosial, Ekonomi Dan Budaya


Tujuan utama pengelolaan perikanan adalah meningkatkan kesejahteraan

melalui pembinaan dan melindungi sumberdaya untuk kebutuhan generasi


mendatang, Perikanan perairan umum sebagai suatu kegiatan pemanfaatan
sumberdaya alam yang bersifat terbuka tidak dilakukan oleh orang sebagai
pemilik tapi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik sebagai produsen mapun
sebagai konsumen. Karena itu semua orang yang mendapat manfaat dari
perikanan

perairan

umum

hendaknya

ikut

menjaga

sumberdaya

yang

berkelanjutan akan mempengaruhi keberlanjutan usaha mereka.


Pemerintah pusat seringkali gagal untuk mengembangkan suatu pola
pengelolaan yang dapat dijadikan komplemen bagi pengelolaan secara tradisional
di suatu daerah. Untuk itu perlu dikembangkan pola pengelolaan bersama yang
dapat diartikan sebagai urunan tanggung jawab atau otoritas antara pemerintah
dan masyarakat untuk mengelola sumberdaya perikanan. Dengan demikian akan
mengurangi konflik sosial dan meningkatkan keakraban sosial dan masyarakat.

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

13

Kunci untuk keberhasilan dalam pendekatan ini adalah perairan yang


dikelola mempunyai batas yang jelas; keanggotaan dan jumlah anggota untuk
masing-masing perairan ditentukan secara transparan. Pengelolaan berada di
lingkungan atau dekat dengan perairan yang dikelola dengan tetap memperhatikan
sistem dan aturan yang berlaku secara tradisional. Semua pihak mendapatkan
keuntungan dari pengelolaan perairan tersebut. Yang paling penting adalah
peraturan yang telah dibuat harus dipatuhi oleh semua pihak dan ada koordinasi
yang baik antara pengelola dengan instansi pemerintah.
3.3.
3.3.1.

Pendekatan Hukum
Perizinan dan Lelang Rawa
Penangkapan ikan di perairan umum di Sumatera Selatan diatur denga

PERDA Sumatera Selatan No. 6 tahun 1978 dan Surat Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Selatan No. 705/KPTS/II/82 tentang Lelang
Lebak Lebung. Dengan memberikan hak kepada satu atau sekelompok orang yang
disebut pengemin untuk mengelola dan menguasai satu badan air selama 1
tahun dan diberi tanggung jawab untuk merawat dan mengawasi semua kegiatan
di dalam badan air tersebut termasuk memanfaatkan sumberdaya ikan dan biota
perairan lainnya.
Sistem lelang ini berhasil mengatur nelayan yang akan menangkap ikan di
suatu perairan yang batasnya telah ditentukan dan juga meningkatkan pemasukan
bagi pemerintah daerah. Pembatasan waktu 1 tahun mengharuskan pengemin
berusaha mendapatkan hasil yang banyak dalam waktu singkat sehingga dalam
beberapa kasus terjadi pengoperasian alat tangkap yang dapat membahayakan
kelestarian sumberdaya ikan.

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

14

3.3.2. Pembersihan Perairan


Pembersihan perairan terhadap tanaman air pengganggu telah dilakukan
oleh Dinas Perikanan sejak tahun 1975 di beberapa perairan yang berfungsi
sebagai reservat perikanan dan berdasarkan PERDASS No. 8/1973-1974 kepada
pengemin yang memenangkan lelang di suatu perairan dianjurkan untuk merawat
dan membersihkan perairan dari tumbuhan gulma.

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

15

BAB IV
KESIMPULAN

Rawa mempunyai potensi besar jika dikelola dengan baik, tidak hanya
sebagai penampung air atau sumber air ketika musim kemarau, namun rawa dapat
dijadikan tempat budidaya perikanan, pertanian dan pariwisata. Hal ini tentunya
akan memberikan keuntungan dan pendapatan bagi warga sekitar rawa dan
pemerintah daerah setempat, namun perlu diingat setiap hal pengelolaan yang
dilakukan akan memberikan dampak buruk terhadap lingkungan rawa tersebut.
Pestisida dan pupuk dalam hal pertanian, endapan sisa-sisa pellet yang berlebih
dan sampah para pengunjung , tentunya dapat mencemari perairan rawa tesebut.
Untuk itu perlu dilakukan pengelolaan rawa secara optimal dan terpadu,
baik dari segi pengawasan, pengontrolan dan pembenahan agar rawa tersebut
dapat terjaga sesuai dengan fungsinya yakni sebagai tampungan air ketika musim
kemarau, sehingga kebutuhan akan air dapat tercukupi. Namun hal ini tentunya
harus di dukung pula dengan kesadaran para warga sekitar untuk menjaga rawa
tersebut agar dalam keadaan baik, sehingga pengelolaan dan peraturan yang
dibuat dapat berjalan sesuai pada perencanaan.
Dari segi hukum, sistem lelang berhasil mengatur nelayan yang akan
menangkap ikan di suatu perairan yang batasnya telah ditentukan dan juga
meningkatkan pemasukan bagi pemerintah daerah. Tetapi pembatasan waktu 1
tahun akan menyebabkan pengemin berusaha mendapatkan hasil yang banyak
dalam waktu singkat sehingga dalam beberapa kasus dapat membahayakan
kelestarian sumberdaya ikan. Jadi yang menonjol adalah unsur penguasaan
dibanding pengelolaan yang dapat menimbukan konflik sosial dalam masyarakat

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

16

yang berada di sekitar badan air. Untuk memperkecil tekanan terhadap


sumberdaya melalui penangkapan maka penebaran kembali dan budidaya
perikanan merupakan usaha perikanan alternatif yang perlu digalakkan.

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

17

DAFTAR PUSTAKA

Baharsyah, Sj. 1990. Pidato Pengarahan Menteri Muda Pertanian dalam Forum I
Perikanan, Sukabumi, 19-20 Juli 1990. Badan Litbang PertanianPuslitbangkan-USAID/FRDP.
Gaffar AK. 1998. Pengelolaan Perikanan Perairan Umum. Makalah disampaikan
pada Seminar Sehari Pengelolaan Lebak Lebung Berbasis Komunitas.
Palembang. 10 hal.
Irwan D. 1997. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem & Komunitas
Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.
Muthmainah D. 2009. Pendekatan Holistik dalam Pencegahan dan Pengendalian
Pencemaran Pada Perikanan Rawa Lebak.
Rois. 2011. Model Pengelolaan Lahan Rawa Lebak Berbasis Sumberdaya Lokal
Untuk Pengembangan Usahatani Berkelanjutan. Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.
Susilo, R.S. 1993. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Perairan
Umum di Sumatera Selatan. Prosiding Puslitbangkan No. 26/1992 p:6267.

Rawa Sebagai Sumber kehidupan Masyarakat

18

Anda mungkin juga menyukai