KELAS X
Karunia Allah dalam Kepelbagaian
(Menghargai Orang Lain)
Indonesia adalah negara yang dikaruniai Allah dengan beragam budaya
dan agama. Untuk melihat dan menyikapi hal ini, dari sekolah dasar kita sudah
dikenalkan pada Bhineka Tunggal Ika yang berarti sekalipun berbeda suku,
agama, dan/atau golongan, kita tetap satu yaitu bangsa Indonesia. Namun yang
menyedihkan justru belakangan ini kekerasan atas nama agama atau budaya
tertentu terhadap sesamanya kerap terjadi. Seolah-olah keberadaan manusia
menjadi begitu ringkih dan tidak berharga. Hal ini kemudian menjadi tantangan
bagi iman Kristiani yang melihat bahwa manusia diciptakan serupa gambar
Allah.
Lalu kalau demikian mengapa perpecahan kerap terjadi di sekitar
kehidupan kita akhir-akhir ini? Jawabannya adalah karena dosa. Dosa membuat
citra Allah yang ada dalam manusia menjadi rusak. Dosa membuat manusia
memberontak kepada Allah dan ingin menguasai hidupnya sendiri. Dosa juga
membuat manusia berpikir egois yang menekankan dunia ini hanya miliki aku,
aku tidak boleh tersakiti, aku harus dihargai, dan aku tidak boleh menderita.
Pemahaman inilah yang tengah terhisap dalam kehidupan, tidak terlepas umat
Kristen.
Ketika Aku-isme memenuhi kehidupan manusia, maka berimplikasi
terhadap kurangnya atau tidak adanya penghargaan terhadap pihak lain.
Semuanya hanya berpusat pada diri sendiri atau golongan sendiri. Paham ini
menjadi sebuah ancaman jika kita menjalani hidup di tengah keberagaman.
Kini, mari kita melihat sebuah wujud bela rasa Yesus yang mampu
menghargai orang lain, sekalipun orang itu berbeda dari diri-Nya (red. berdosa).
Kisah Yesus yang mengampuni perempuan berzinah (Yoh. 8:2-11) menunjukkan
dua konteks dilematis yang dihadapi oleh Yesus. Pertama, Yesus adalah orang
Yahudi yang diperhadapkan pada hukum Taurat. Menurut hukum orang Yahudi,
perempuan ini layak dihukum mati dengan cara dilempar batu. Tetapi menurut
hukum kekaisaran Romawi, melempar batu kepada mereka yang kedapatan
berzinah tidak diperbolehkan. Dengan dilema ini, sedikitnya ada dua
kepentingan yang diperoleh oleh orang-orang farisi ataupun ahli taurat. Pertama,
menunjukkan bahwa secara moral dan hukum, mereka jauh lebih baik
dibandingkan dengan perempuan itu. Kedua, menempatkan Yesus di situasi
serba salah; di satu sisi Ia harus membuktikan diri-Nya tidak melanggar hukum
Taurat, namun di sisi lain Ia tidak boleh melanggar hukum Romawi.
Namun ternyata yang dilakukan Yesus sungguh luar biasa dan bijaksana.
Ia tidak melanggar kedua hukum tersebut. Ia menunjukkan bahwa hukum kasih
Allah jauh lebih ampuh daripada hukum buatan manusia.
Dari kisah ini kita mendapat sedikitnya dua wujud bela rasa Yesus kepada
orang lain (perempuan berzinah) yaitu, hukum memang penting ditegakkan
untuk membuat orang lain lebih baik. Tetapi mengubah perilaku orang agar
lebih baik tidak harus melalui hukuman mati, melainkan dengan mengampuni
dan member kesempatan kepada orang berdosa yang jauh dalam lubuk hatinya
memiliki kerinduan untuk kembali kepada Yang Benar Allah Bapa.
1 |menghargai orang lain
Maka melihat kerunia indah ini, iman kekristenan kita pun dapat
dipertanggungjawabkan di tengan keberagaman. Menurut Rasul Petrus,
sedikitnya ada tiga panggilan bagi kita yaitu (1 Pet.3:15);
1. Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu. Semua ajaran Yesus dan kekudusanNya harus dihayati dipelihara, dan dijalankan. Perintah kuduskan ini
berarti menghayati ajaran Kristus dan meneladaninya.
2. Mempertanggungjawabkan iman. Tiap orang dipanggil untuk selalu siap
mempertanggungjawabkan identitasnya sebagai remaja Kristen (alias
bukan Kristen KTP). Cara ini menuntut orang Kristen untuk menyaksikan
Kristus dalam hidupnya, memberlakukan apa yang Kristus lakukan dengan
mulut dan laku.
3. Dengan lemah lembut dan hormat serta hati yang murni. Ini adalah cara
orang beradab ketika mampu melihat, menghormati, dan berbela rasa
terhadap keunikan budaya, agama, dan ras orang lain sekaligus
melihatnya sebagai karunia Allah.
Dengan melihat paparan teks Alkitab jelaslah bahwa karunia Allah bukan
saja tentang keselamatan bagi bangsa Yahudi, melainkan semua bangsa. Kata
semua mengindikasikan keseluruhan, tidak ada satu pun yang terluput.
Tantangannya ialah sekalipun kita berbda-beda warna kulit, ras, agama, dan
gender, namun kita merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan di dalam
jangkauan keselamatan Allah melalui Yesus Kristus.