Anda di halaman 1dari 9

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN


OKTOBER 2013
REFERAT KECIL

VARICELLA

DISUSUN OLEH:
Filomena C

C111 10 120

PEMBIMBING:
dr. Ramona Utami

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:


Nama

Filomena C

Nim

C111 10 120

Judul Referat :

Varicella

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar,

Oktober

2013
Mengetahui,
Pembimbing

dr. Ramona Utami

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................

DEFINISI.......................................................................................

ETIOLOGI.........................................................................................

PATOFISIOLOGI.....................................................................................

DIAGNOSIS.................................................................................

DIAGNOSIS BANDING ..........................................................................

PENATALAKSANAAN ...........................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

REFERENSI

VARICELLA
I.

DEFINISI
Varicella merupakan penyakit sangat menular yang disebabkan oleh
infeksi primer virus Varicella Zoster, menyerang sebagian besar anak - anak
sebelum mencapai masa puber. Insiden varicella meningkat pada musim
panas, pada suhu yang tinggi. Virus Varicella Zoster dapat menyebabkan 2
jenis infeksi, yaitu infeksi primer dan sekunder. Varicella (chicken pox)
merupakan suatu bentuk infeksi primer virus Varicella Zoster yang pertama
kali pada individu yang berkontak langsung dengan virus tersebut sedangkan
infeksi sekunder/rekuren disebut Herpes Zoster/shingles.

Virus Varicella

Zoster menular melalui udara dan cairan vesikuler, masuk ke dalam tubuh dan
menyebabkan terjadinya infeksi primer, setelah infeksi primer sembuh, virus
akan tinggal secara laten pada dasar akar ganglia dan nervus spinalis. Virus
tersebut dapat menjadi aktif kembali dalam tubuh individu dan menyebabkan
terjadinya Herpes Zoster.
II. ETIOLOGI
Varicella disebabkan oleh virus Varicella Zoster (VZV) yang
merupakan anggota virus herpes. Semua virus herpes tidak dapat dibedakan
melalui morfologinya dan sama sama memiliki beberapa ciri yang sama,
termasuk kemampuan untuk menimbulkan infeksi laten yang dapat bertahan
seumur hidup.
III. PATOFISIOLOGI
Transmisi atau penyebaran Varicella adalah melalui:

Droplet pernafasan yang mengandung virus


Kontak langsung dengan penderita saat lesi berupa papula atau
vesikel

Penderita HIV/ AIDS dan gangguan imunodefisiensi

Individu yang menerima obat imunosupresan (steroid)

Pasien dapat menyebarkan virus 2 hari sebelum munculnya


gejala hingga krusta mengering.

Virus Varicella masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa


traktus respiratorius bagian atas (orofaring)

kemudian mengalami

multiplikasi awal dan diikuti penyebaran virus ke pembuluh darah dan


saluran limfe, keadaan ini disebut viremia primer. Viremia primer
menyebabkan virus ke sel retikuloendotelial dalam limfe, hati dan organ
lainnya, ini terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-6 setelah inkubasi awal.
Viremia sekunder terjadi setelah kurang lebih 2 minggu, meluas ke kulit dan
sistem viscera menyebabkan lesi tipe vesikel. Viremia ini juga menyebarkan
virus ke sistem respirasi, sistem saraf pusat dan hati. Viremia ke sistem
respirasi menyebabkan adanya transmisi virus Varicella Zoster pada orang
yang belum terinfeksi. Viremia sekunder menyebabkan timbulnya demam
dan malaise. Virus akan menuju ke epidermis dengan cara menginvasi
kapiler sel endotel kurang lebih 14 16 hari setelah virus masuk ke tubuh.
Setelah itu virus akan berpindah dari lesi mukosa untuk menginvasi dasar
akar ganglia, dimana virus akan tinggal sampai adanya reaktivasi di
kemudian hari.
IV.

DIAGNOSIS
Diagnosis penyakit vesikubulosa biasanya berdasarkan pada riwayat
keluhan,

pemeriksaan klinis dan biopsi. Faktor-faktor lain yang

diperhitungkan dalam menentukan diagnosis antara lain adalah onset lesi


(akut atau kronis), lamanya waktu muncul lesi, kejadian berdasarkan siklus.
Penampakan klinis dapat memberikan kriteria untuk menegakkan diagnosis.
Beberapa kasus mungkin membutuhkan biopsi untuk mendapatkan
diagnosis pasti.

a. Gambaran Histologis
Prosedur laboratoris dengan pemeriksaan sitologis cairan vesikuler
dengan menggunakan metode Tzank (mengerok dasar lesi) yang
diwarnai giemsa akan menunjukkan sel raksasa multinuklear.
b. Laboratorium

Diagnosis pasti dari infeksi VZV dan juga perbedaan antara


VZV dan HSV ditegakkan melalui isolasi virus pada kultur
sel diinokulasi dengan cairan vesikel, darah, cerebrospinal
fluid, atau jaringan yang terinfeksi

Tes serologis dapat mengindentifikasi seseorang yang


menjadi kandidat untuk isolasi dan profilaksis. Tes yang
sering

digunakan

ialah

ELISA

(Enzyme-linked

immunosorbont assay). Namun, tes ini tidak memiliki


spesifitas dan sensitivitas yang kurang, dan kadang
memberikan hasil positif palsu pada individu yang rentan.
c. Gambaran Klinis
Gambaran klinis ditandai dengan terjadinya erupsi kulit berupa
perubahan yang cepat dari bentuk makula ke bentuk papula,
vesikel (bentuk khas berupa tetes embun/tear drops), pustula dan
krusta yang waktu peralihannya terjadi sangat cepat dalam waktu
24 jam, dan krusta akan lepas dan sembuh dalam waktu 7 10
hari. Sementara proses ini berlangsung timbul lagi vesikel-vesikel
baru dengan bentuk dan ukuran yang bermacam macam. Sangat
gatal sehingga akibat garukan dapat menimbulkan infeksi sekunder
dan akan menimbulkan bekas

Gambar 4. A.Gambaran Lesi Papul eritem, vesikel vesikel (gambaran embun pada
bunga mawar), krusta, dan erosi pada daerah eskoriasi dapat dilihat pada anak dengan
varicella pada umunya. B. lesi dengan tampakan dari jarak yang jauh, terlihat pustule
besar, pada wanita berumur 21 tahun dengan demam dan mengidap varicella
pneumonitis.

V.

DIAGNOSIS BANDING
1.

Smallpox atau Variola Vera adalah infeksi virus akut yang sangat
menular. Ditandai dengan adanya demam, menggigil, dan malaise yang
tiba tiba. Perkembangan eksantem yang cepat, pada umumnya berupa
macula, dan berkembang menjadi pustul, yang pada akhirnya menjadi
krusta.

2.

Drug Eruption
Adverse Drug Reaction umumnya terjadi akibat overdosis, efek
samping, intolerasni dan alergi obat obatan. Hamper semua obat
obatan dapat mengakibatkan segala jenis reaksi, oleh karena itu
penting untuk dimengerti reaksi obat apa yang mungkin memicu gejala
klinis tertentu. Tanyakan mengenai riwayat pengobatan. Dapat juga
dilakukan tes alergi seperti patch test.

3.

Gigitan Serangga
Reaksi kutan terhadap gigitan serangga/CRAB (Cutaneous
Reaction to Artropoda Bites) merupakan reaksi inflamasi dan/atau
alergi, ditandai oleh erupsi pruritus serius pada area gigitan berjam-jam
sampai berhari-hari setelah gigitan, manifestasinya oleh papul urtikaria
berkelompok atau soliter, papulovesikel, yang terbatas pada area

gigitan.
VI.

PENATALAKSANAAN
Terapi Varicella bersifat terapi simptomatik, namun pada kondisi
tertentu misalnya pada penderita yang mengalami imunosupresi atau pada
komplikasi berat sebaiknya digunakan obat antivirus. Obat antivirus yang
bisa digunakan adalah Acyclovir 800 mg 5 kali sehari untuk 5-7 hari.
Acyclovir oral yang digunakan dengan dosis tinggi untuk 800 mg, 5 kali
sehari untuk 7-10 hari dapat memperpendek waktu penyakit dan
mengurangi sedikit nyeri bagi orang dewasa. Bagi anak, dosis yang sering
digunakan adalah 20 mg/kgBB 4 kali sehari untuk 5 hari. Acyclovir
termasuk kedalam golongan antivirus yang disebut synthetic nucleoside
analogues yang bekerja dengan cara menghentikan penyebaran virus di
dalam tubuh dan acyclovir diberikan sedini mungkin setelah gejala-gejala
mulai muncul. Apabila terjadi infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik,
pada gejala gatal gatal diberikan antihistamin dan lotion pengering. Pada
anak anak untuk mencegah pembentukan vesikel dan mempercepat
penyembuhan lesi digunakan Acyclovir sistemik dalam 24 jam pertama
dapat membuat turunnya demam dan gejala sistemik lainnya dalam waktu 1
hari. Pemberian vaksin varicella sangat dianjurkan pada semua orang sejak
umur 12 bulan atau lebih. Dosis pertama diberikan pada anak anak umur
12 18 bulan dan 2 dosis dalam interval waktu 4-8 minggu, diberikan pada
umur 13 tahun. Vaksin ini sangat efektif, dimana vaksin mencegah varicella
pada 85% anak anak yang telah diimunisasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Habif TP. Warts, Herpes Simplex, and Other Viral Infections. Clinical
Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4th ed. Philadelphia:
Mosby. p. 368-408.
2. Straus SE, Oxman MN, Schmader KE. Varicella and Herpes Zoster. In: Wolff
K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: McGrawHill; 2008. p. 1885-98.
3. Madkan V, Sra K, Brantley J, Carrasco D, Mendoza N, Tyring SK. Human
Herpesviruses. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, editors. Bolognia:
Dermatology. 2nd ed. USA: Mosby; 2008.
4. Sterling JC. Virus Infection. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C,
editors. Rook's Textbook of Dermatology. Australia: Wiley-Blackwell; 2010.
5. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. Viral Disease. Thieme clinical companion:
Dermatology. Germany: Thieme; 2006. p. 53-72.
6. James WD, Berger TG, Elston DM. Viral Disease. Andrew's Disease of The
Skin: Clinical dermatology. USA: Elsevier; 2006. p. 367-420.
7. Sterry W, Paus R, Burgdorf W. Drug Reactions. Thieme clinical companion:
Dermatology. Germany: Thieme; 2006. p. 179-89.
8. Elston DM. Bites and Stings. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, editors.
Bolognia: Dermatology. 2nd ed. USA: Mosby; 2008.

Anda mungkin juga menyukai