Anda di halaman 1dari 39

Lampiran 1

Surat Dirjen PMD Kemendagri

Surat Nomor : 402/303/PMD


Tanggal
: 13 Januari 2014
PETUNJUK PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERDESAAN T.A. 2014
MELALUI INTEGRASI PERENCANAAN
1. Proses perencanaan masyarakat sebagai dasar pengambilan keputusan untuk
mengakses Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Kegiatan dalam
pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan Tahun Anggaran 2014 dilaksanakan
mengikuti mekanisme sebagai berikut:
a. Skema Integrasi:
Skema integrasi dilakukan dengan tetap mempedomani Surat Menteri Dalam
Negeri, Nomor: 414.2/2207/PMD tanggal 18 Mei 2010 perihal Panduan Teknis
Integrasi Perencanaan Pembangunan, dengan tambahan penjelasan tahapan
pelaksanaan kegiatan sebagaimana Alur PNPM Mandiri Perdesaan tersebut pada
bagan dan penjelasan dibagian akhir petunjuk pelaksanaan ini. Dalam rangka
pelaksanaan PNPM-MPd T.A. 2014, seluruh lokasi kecamatan wajib melaksanakan
skema integrasi. Dikecualikan adalah lokasi baru atau lokasi yang secara khusus
tidak dapat melakukan integrasi karena alasan/pertimbangan tertentu yang dapat
disetujui secara tertulis oleh Satker Ditjen PMD Kemendagri.
b. Skema Normal atau Reguler PNPM Mandiri Perdesaan:
Skema normal dilakukan dengan mempedomani Surat Menteri Dalam Negeri,
Nomor: 414.2/3717/PMD tanggal 5 November 2008 perihal Petunjuk Teknis
Operasional PNPM Mandiri Perdesaan Tahun Anggaran 2008 dan 2009, beserta
perubahan dan ralat errata PTO yang telah diterbitkan tahun sesudahnya (2010 2012) sebagaimana telah disempurnakan terakhir melalui revisi PTO Tahun
Anggaran 2014.
Skema Normal hanya dilaksanakan untuk kecamatan yang baru berpartisipasi
atau kecamatan yang belum menyusun atau dokumen RPJMDes belum
memenuhi syarat kelayakan.
2. Bagi lokasi Kecamatan yang sesuai Surat Direktur Jenderal pemberdayaan
Masyarakat, Nomor: 991/1806/PMD, tanggal 27 Februari 2013, perihal: Pendanaan
kegiatan SPP, tidak dapat mengalokasikan BLM PNPM untuk mendanai kegiatan SPP,
mekanisme penetapan usulan kegiatan pengganti SPP harus tetap mempedomani
surat tersebut di atas yaitu untuk kegiatan Peningkatan Kapasitas Usaha Ekonomi
Kelompok Perempuan. Fasilitator harap memastikan bahwa proses fasilitasi kegiatan
Peningkatan Kapasitas Usaha Ekonomi kelompok Perempuan dapat dilaksanakan
secara benar sesuai potensi kelompok. Hasil kegiatan ini diharapkan dapat
meningkatkan kinerja kelompok dalam hal kualitas dan kuantitas produksi.
3. Reviu/kaji ulang dan atau penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Desa (RPJMDes), Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) yang berpartisipasi
dalam pelaksanaan PNPM-MPd T.A. 2014, dapat dilakukan dengan Dana Operasional
Kegiatan (DOK) PNPM-MPd yang telah disediakan. Bagi desa-desa yang telah

menyelesaikan kegiatan tersebut pada tahun sebelumnya, dapat menjadikan dokumen


RPJMDesa dan RKPDesa sebagai dasar perencanaan PNPM-MPd T.A. 2014. Bagi
desa-desa yang belum menyelesaikan (termasuk kecamatan pemekaran 2011, 2012
dan 2013) diharapkan dapat segera melaksanakan review pada bulan Desember 2012
ini atau minimal dua bulan sebelum pelaksanaan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan (Musrenbang) Desa T.A. 2014 yang diperkirakan akan berlangsung
secara nasional pada bulan Januari-Pebruari.
4. Hasil evaluasi laporan
menunjukkan bahwa:

perkembangan

pelaksanaan

PNPM-MPd

T.A.

2013

a. Kualitas proses penyusunan dokumen RPJMDesa serta RKPDesa yang dilakukan


belum memenuhi standar; Urusan Wajib dan Urusan Pilihan belum ditetapkan
secara benar, Jumlah dan jenis Usulan masih sangat sedikit,
b. Pengambilan keputusan rencana pembangunan desa melalui mekanisme
musyawarah mufakat, belum mencerminkan kualitas perencanaan partisipatif
sebagaimana pengalaman baik atau good practices PNPM-MPd,
c. Untuk itu, perlu ditegaskan kembali kepada seluruh desa di kecamatan lokasi
PNPM-MPd agar melakukan evaluasi/penilaian sebagaimana instrumen dalam
Surat Menteri Dalam Negeri, Nomor: 414.2/1408/PMD tanggal 31 Maret 2010
perihal Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa (PPD), sebagai prinsip
dasar bagi desa untuk mengakses dana BLM PNPM-MPd.
5. Jika proses reviu dan atau penyusunan RPJMDesa-RKPDesa telah selesai dilakukan,
serta hasil penilaian telah memenuhi standar, maka desa tersebut dapat segera
melakukan proses perencanaan kegiatan sampai dengan tahap penulisan usulan
kegiatan (yaitu yang akan dibiayai dana BLM PNPM-MPd). Sehingga pada
pelaksanaan Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan Tahun Anggaran 2014
dapat langsung menetapkan kegiatan yang akan menyerap BLM PNPM-MPd T.A.
2014.
6. Berkaitan dengan perencanaan kegiatan yang dibiayai dana BLM PNPM-MPd,
bersama ini ditegaskan kembali bahwa dana BLM PNPM-MPd hanya diperbolehkan
untuk membiayai kegiatan pembangunan yang direncanakan secara partisipatif dan
dirumuskan melalui musyawarah mufakat. Untuk itu, Fasilitator Kecamatan -Kabupaten
dan Konsultan PNPM-MPd Provinsi maupun Regional ditugaskan untuk:
a. Melakukan evaluasi secara komprehensif terhadap RPJMDesa-RKPDesa sesuai
instrumen penilaian dan pedoman yang telah ditetapkan, sehingga dapat
dipastikan bahwa RPJMDesa dan RKPDesa disusun secara partisipatif dan
ditetapkan melalui mekanisme musyawarah mufakat dalam forum Musyawarah
Desa. Hasil penilaian RPJMDesa-RKPDesa dimaksud harus disusun dalam
bentuk basis data seluruh desa dalam kecamatan lokasi PNPM-MPd (dilakukan
oleh FK atau FT dibawah supervisi Faskab dan Pembinaan Korprov);
b. Faskab Pemberdayaan, Teknik dan Keuangan beserta Asisten Faskab
berkewajiban melakukan supervisi atas kualitas dan validitas data serta
melakukan rekapitulasi data dalam kabupaten;
c. Koordinator Wilayah dan Koordinator provinsi berkewajiban melakukan
pembinaan, supervisi, konsolidasi data dan analisa per-kabupaten serta
melakukan evaluasi kinerja FK dan Faskab terkait penugasan ini, serta

menyampaikan perkembangan dalam laporan bulanan Provinsi dan menjadikan


agenda pembahasan dalam Rakor Provinsi;
d. Konsultan
Manajemen
Nasional
berkewajiban
melakukan
pembinaan
(peningkatan
kualitas
fasilitator
dalam
menggunakan
instrumen
evaluasi/penilaian), pengendalian, pendataan dan analisa, umpan balik dan
pemecahan masalah serta penilaian kinerja program untuk disampaikan kepada
Sekretariat Satker PNPM-MPd Ditjen PMD;
e. Proses fasilitasi terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan PNPM-MPd T.A.
2014, sebagai bagian dari penilaian kinerja individu Fasilitator Kecamatan,
Fasilitator Kabupaten maupun Konsultan PNPM Mandiri Perdesaan.
f. Pelaporan perkembangan pelaksanaan kegiatan wajib dilakukan berjenjang
sampai tingkat nasional.
7. Demikian ketentuan Petunjuk Pelaksanaan PNPM-MPd T.A. 2014 dibuat guna
dipedomani dan dilaksanakan secara bertanggungjawab. Hal-hal lain yang terkait dan
belum diatur atau dijabarkan dalam ketentuan ini, sepanjang diperlukan akan diatur
kemudian.

KABUPATEN

ALUR KEGIATAN PNPM MANDIRI PERDESAAN


MUSREMBANG
KABUPATEN

RKPD

KUA

PPAS

RKA

RKPBD

KECAMATAN

Forum SKPD

MUSREMBANG
KECAMATAN
MAD-1

Fasilitator
Berbasis
Kewilayahan

MAD-2

MAD-3

VERIFIKASI
USULAN
N+1
PENULISAN

DISAIN RAB
N+1

DESA

USULAN
N+1
Dokumen
SPPB

MUSREMBANG
DESA
MD-1

Sertifikasi

Sertifikasi

(N)
MD-2

PERSIAPAN
PELAKSANAAN (N)

PELAKSANAAN
Tahap 1 (N)

PELAKSANAAN
Tahap 2 (N)

MD-3

PENGADAAN
BARANG & JASA

DUSUN

Sertifikasi

MD-4

PELAKSANAAN
Tahap 3 (N)

MD-5

MDKP

MKP
-

JANUARI

FEBRUARI

Review RKP N+1


MUSDUS/PAGAS/PKD/Review RPJMDes/Indikasi RKPDes N+2

MARET

APRIL

MEI

JUNI

JULI

AGUSTUS

SEPTEMBE
R

OKTOBERI

NOVEMBER

DESEMBER

PENJELASAN ALUR PNPM MANDIRI PERDESAAN


1. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbang Desa) bersamaan
atau gabungan dengan Musyawarah Desa I (Musdes-I)
Musrenbang Desa bersamaan atau gabungan dengan Musdes I adalah forum musyawarah
tahunan yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku kepentingan di desa
(Pihak yang berkepentingan di desa adalah pihak yang memiliki kepentingan untuk
mengatasi permasalahan di desa dan pihak yang akan terkena dampak dari hasil
musyawarah tersebut) untuk menyepakati rencana 1 (satu) tahunan dalam bentuk Rencana
Kerja Pembangunan Desa (RKPDes) yang disusun berdasarkan masukan dari proses
review Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes). Pelaksanaan
Musrenbang Desa dilakukan pada bulan Januari.
RKPDes merupakan penjabaran RPJMDes yang meliputi Rencana Kegiatan pembangunan
untuk tahun anggaran yang akan datang, dengan mengacu kepada hasil perencanaan
tahun sebelumnya, analisa keadaan darurat, analisa kegiatan supra desa dan daftar
kegiatan dari dokumen RPJMDes untuk kegiatan yang direncanakan di tahun yang akan
datang.
Dalam mekanisme pelaksanaan program, usulan kegiatan yang akan diajukan untuk
mengakses BLM PNPM Mandiri Perdesaaan dalam proses Musrenbang Desa, adalah
menginformasikan kembali jenis usulan untuk mengakses BLM PNPM Mandiri Perdesaan
Tahun Anggaran berjalan (N-0) berdasarkan hasil proses partisipatif yang sudah
dilaksanakan tahun sebelumnya serta menyampaikan status usulan kegiatan yang akan
digunakan untuk mengakses BLM PNPM Mandiri Perdesaan Tahun Anggaran Berjalan,
sudah dalam proses penyusunan Disain dan RAB.
RKPDes yang akan dijadikan sebagai acuan RKPDes tahun yang akan datang, disusun
berdasarkan hasil reviu RPJMDes dan evaluasi RKPDes tahun sebelumnya. Dalam
RKPDes, sudah ditetapkan juga jenis-jenis usulan kegiatan yang sesuai dengan kriteria
pendanaan PNPM untuk persiapan usulan yang akan dimanfaatkan untuk mengakses BLM
PNPM Mandiri Perdesaan tahun berikutnya (N+1), maupun sumber dana lain dan kegiatan
yang akan diusulkan untuk dibahas pada proses Musrenbang Kecamatan dan Musrenbang
Kabupaten.
2. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan (Musrenbang Kecamatan)
bersamaan atau gabungan dengan Musyawarah Antar Desa I (MAD-I)
Musrenbang Kecamatan yang bersamaan atau gabungan dengan MAD I adalah forum
musyawarah para pemangku kepentingan di kecamatan untuk mendapatkan masukan
mengenai prioritas kegiatan pembangunan di wilayah kecamatan yang didasarkan pada
masukan hasil Musrenbang Desa yang telah dituangkan didalam rekapitulasi RKPDes dari
masing-masing desa, serta menyepakati kegiatan lintas desa/lintas kelurahan di kecamatan
yang bersangkutan.
Masukan itu sekaligus sebagai dasar penyusunan Rencana Pembangunan Kecamatan
yang akan diajukan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait sebagai dasar
penyusunan Rencana Kerja SKPD Kabupaten pada tahun berikutnya.
Musrenbang Kecamatan dilaksanakan dalam rangka untuk melakukan sinkronisasi antara
hasil proses Musrenbang Desa dan proses perencanaan pembangunan reguler. Dalam
pelaksanaan Musrenbang Kecamatan, akan disampaikan rencana kerja sektoral di desa-

desa dalam kecamatan dalam Tahun Anggaran berjalan sekaligus mendapatkan masukan
dalam rangka untuk menyusun rencana kerja pembangunan tahun berikutnya. Dalam
RKPdes yang disampaikan, desa sudah memisahkan jenis-jenis kegiatan yang akan
diusulkan untuk mengakses dana APBN, APBD dan BLM PNPM Mandiri Perdesaan,
dengan demikian pihak SKPD dan perwakilan legistatif sudah mengetahui rencana desa
berdasarkan skenario usulan pendanaan. Pelaksanaan Musrenbang Kecamatan
dilaksanakan pada bulan Februari.
Dalam rangka pelaksanaan PNPM mandiri Perdesaan, bersamaan dengan pelaksanaan
Musrenbang Kecamatan, dilakukan MAD Penetapan usulan untuk kegiatan-kegiatan yang
akan didanai dengan BLM PNPM Mandiri Perdesaan Tahun Anggaran Berjalan.
Dalam kerangka integrasi, pada saat Musrenbang Kecamatan, secara bersamaan, di
kecamatan telah diinformasikan juga kegiatan SKPD Teknis yang akan dilaksanakan di
desa demikian juga untuk pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, pada saat yang sama
juga akan menginformasikan desa-desa yang akan memperoleh dana kegiatan. Kondisi
seperti ini dapat dimanfaatkan untuk saling uji silang kemungkinan ada atau terjadi
tumpang tindih kegiatan atau overlapping serta duplikasi atau rangkap pendanaan.
3. Musyawarah Desa II (Musdes-II)
Musdes-II ini merupakan musyawarah sosialisasi atau penyebarluasan hasil penetapan
alokasi dana PNPM Mandiri Perdesaan yang diputuskan dalam MAD-I bersamaan
Musrenbang Kecamatan , dan mensosialisasikan kegiatan yang akan didanai oleh dana
APBD yang telah disampaikan dalam proses Musrenbang Kecamatan. Musdes-II ini
dilaksanakan baik di desa yang mendapatkan pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan
maupun yang tidak.
Khusus bagi desa-desa yang mendapatkan dana PNPM Mandiri Perdesaan, Musdes-II ini
menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
a. Terpilih dan ditetapkannya susunan lengkap TPK, yaitu ketua-ketua bidang sesuai
dengan jenis kegiatan yang didanai;
b. Disosialisasikannya jadwal pelaksanaan tiap kegiatan yang akan dilaksanakan;
c. Disosialisasikannya sanksi-sanksi yang akan diberlakukan selama pelaksanaan
PNPM Mandiri Perdesaan di desa tersebut;
d. Disepakatinya rencana realisasi sumbangan termasuk kompensasi lahan atau aset
lain masyarakat;
e. Disepakatinya besarnya insentif bagi pekerja (per-Hari Orang Kerja) dan tata cara
pembayarannya;
f. Dipahaminya mekanisme pengadaan bahan dan alat;
g. Terbentuknya Tim Pemantau yang akan memantau pelaksanaan PNPM Mandiri
Perdesaan;
h. Terpilihnya Ketua Bidang Kegiatan sebagai bagian dari TPK;
i. Disampaikannya kemajuan penanganan masalah dan rencana tindak lanjutnya;
j. Disepakatinya jadwal kegiatan untuk pelaksanaan reviu RPJMdes dan proses
penyiapan usulan tahun berikutnya.
Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam butir a-j di atas disusun dalam dokumen yang
dihasilkan Musdes-II yaitu Berita Acara (BA) hasil musyawarah.
Fasilitator dalam Musdes-II adalah Kader Desa dibantu oleh Fasilitator Kecamatan.
Fasilitator perlu mengupayakan seoptimal mungkin agar sekurang-kurangnya 40% dari
peserta Musdes-II adalah perempuan. Pendanaan atas penyelenggaraan musdes berasal
dari DOK, swadaya desa atau masyarakat.

Dalam proses pelaksanaan Musdes-II juga dilakukan proses evaluasi terhadap dokumen
perencanaan desa terkait dengan usulan kegiatan yang sudah didanai melalui sumber
APBD sesuai hasil yang telah diinformasikan dalam pelaksanaan Musrenbang Kecamatan
gabungan MAD-I.
4. Musyawarah Dusun melalui Reviu Penggalian Gagasan bersamaan dengan
Proses Reviu RPJMdes
Proses Reviu RPJMDes dilaksanakan mulai dari dusun. Kegiatan musyawarah ini
dimaksudkan untuk melakukan pengkajian kembali terhadap perubahan gagasan dusun
sebagai akibat adanya kegiatan baru yang sudah dilaksanakan melalui berbagai
pendanaan. Berdasarkan perubahan yang terjadi, apakah berpengaruh terhadap RKPDes
yang sudah disusun sebelumnya atau tidak. Jika ada pengaruhnya, maka RKPDes akan
dilakukan penyesuaian dalam rangka untuk optimalisasi hasil kegiatan.
Dalam proses Reviu, sekaligus juga dilakukan identifikasi untuk melengkapi RKPDes
sebagai bahan untuk pelaksanaan Musdes Penetapan Usulan, dan mempersiapkan draft
RKP yang akan diajukan untuk perencanaan N+2.
Bagi desa-desa yang berdasarkan hasil Reviu, nilai dokumen RPJMDes masih
dikategorikan belum layak, maka dalam proses Reviu sekaligus dilakukan perbaikan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
5. Musyawarah Khusus Kelompok Perempuan (MKP)
Musyawarah Khusus Perempuan adalah pertemuan khusus kelompok perempuan yang
dilaksanakan di dusun. Tujuan MKP untuk melengkapi dan menyempurnakan usulan
kegiatan yang berasal dari usulan perempuan yang sudah ditetapkan dalam proses
penyusunan RKP dalam tahap Musrenbangdes bulan Januari. Dalam proses MKP juga
disempurnakan usulan Simpan Pinjam Khusus Kelompok Perempuan meliputi kelompok
apa saja yang akan mengajukan usulan SPP.
6. Musyawarah Desa Khusus Kelompok Perempuan (Musdes KP)
Musyawarah Desa Khusus Kelompok Perempuan dilaksanakan setelah MKP dari semua
dusun selesai. Dalam proses Musdes KP ini dilakukan kompilasi usulan hasil MKP dan
menyepakati usulan prioritas perempuan untuk SPP dan Non-SPP yang akan ditetapkan
dalam pelaksanaan Musyawarah Desa IV.
7. Musyawarah Antar Desa II (MAD-II)
Musyawarah Antar Desa II, dilaksanakan setelah adanya Edaran Indikasi Lokasi dan
Alokasi yang diterbitkan oleh Pihak Pemerintah Pusat yang berwenang. Dalam
pelaksanaan MAD-II, dilakukan juga sosialisasi terhadap berbagai kegiatan pembangunan
di desa termasuk penyebarluasan informasi penetapan lokasi dan alokasi untuk kecamatan
tersebut. Selain agenda Sosialisasi, dalam MAD-II juga diagendakan untuk dilakukan
evaluasi terhadap capaian proses pelaksanaan pembangunan dalam tahun anggaran
berjalan. Evaluasi, sanksi dan penetapan jadwal kegiatan selanjutnya meliputi kegiatan
fasilitasi kegiatan antar desa, penulisan usulan, verifikasi usulan, MAD Prioritas dan
termasuk Musyawarah Desa untuk penyiapan Draft RKPDes dan Lokakarya RKPDes.
Dalam pelaksanaan MAD-II juga ditetapkan hasil-hasil proses fasilitasi Kegiatan Antar
Desa.

8. Musyawarah Desa III (Musdes-III)


Musyawarah ini dimaksudkan untuk untuk melakukan penyebarluasan informasi hasil
MAD-II, sekaligus juga dilakukan pertanggungjawaban dan evaluasi terhadap progress
pelaksanaan kegiatan di desa serta menyepakati jadwal pelaksanaan kegiatan selanjutnya.
9. Musyawarah Desa IV (Musdes-IV)
Musyawarah Desa ini dilakukan untuk menetapkan usulan kegiatan berdasarkan RKP
untuk pelaksanaan tahun N+1, setelah dilakukan proses Reviu dan evaluasi. Usulan yang
telah ditetapkan dalam proses Musyawarah Desa Penetapan selanjutnya akan dilakukan
proses tahapan lebih lanjut. Berupa penulisan Usulan dan verifikasi usulan. Dalam
Musyawarah Desa ini juga membahas draft usulan RKP yang akan diusulkan dalam
proses Musrenbangdes tahun berikutnya.
10. Fasilitasi Kegiatan Berbasis Wilayah/Antar Desa
Maksud dilakukan Fasilitasi kegiatan berbasis wilayah/antar desa adalah :
a. Untuk mengoptimalkan pemanfaatan dana BLM PNPM Mandiri Perdesaan dalam
menunjang kegiatan masyarakat,
b. Untuk mengoptimalkan fungsi dan manfaat hasil hasil kegiatan,
c. Untuk menumbuhkan tanggungjawab bersama masyarakat antar desa,
d. Untuk meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana dasar perdesaan dalam
lingkup antar desa,
e. Menyusun Arah Kerjasama Antar Desa atau Membangun Konsensus serta
Menemukan Kesamaan Kepentingan (common interest),
f. Menyokong Inisiatif Masyarakat Membangun Kawasan Produktif.
Fasilitasi kegiatan berbasis wilayah/antar desa dimulai sejak awal setelah RKP setiap desa
ditetapkan dalam Musdes-IV.
Langkah Fasilitasi kegiatan berbasis antar desa adalah sebagai berikut :
a. PJOK, Fasilitator Kecamatan dan BKAD mengadakan pertemuan untuk membahas
rencana pelaksanaan sinkronisasi kegiatan. Dalam pertemuan tersebut agenda
yang dibahas adalah mekanisme pengumpulan RKPDes khususnya RKPDes yang
telah dipersiapkan untuk mengakses BLM PNPM tahun berikutnya, Sosialisasi
kepada kepala desa, penyusunan jadwal pelaksanaan Reviu Usulan antar desa.
b. Pemberitahuan kepada seluruh kader desa termasuk penyiapan bahan rapat kader
meliputi data RKPDes khususnya kegiatan yang akan diusulkan untuk akses BLM
PNPM tahun berikutnya. Jika memungkinkan sudah bisa dilengkapi dengan tata
letak bangunan jika kegiatan infrastruktur, jumlah peserta pelatihan dan data terkait
lainnya.
c. FK dan FT melakukan fasilitasi pertemuan kader desa, dalam proses pertemuan
Kader, setiap kader mempresentasikan usulan kegiatan yang diusulkan oleh
desanya.
d. FK dan FT memfasilitasi pembahasan terhadap jenis-jenis kegiatan yang usulannya
sama. Dalam proses fasilitasi pembahasan, Peta sosial antar desa sudah
dipersiapkan untuk merekonstruksi tata letak serta kesaamaan jenis usulan antar
desa.
e. Berdasarkan hasil Presentasi KPMD terhadap jenis-jenis usulan Desanya, FK dan
FT memfasilitasi penyusunan peta tematik usulan kegiatan dari setiap desa, dengan
cara memasukkan setiap jenis kegiatan dari masing-masing desa. Khusus untuk
usulan sarana prasarana desa, setiap kegiatan infrastruktur harus diplot rencana
tata letak kegiatan.
Berdasarkan hasil penyusunan Peta Tematik, selanjutnya dilakukan pembahasan
kegiatan berbasis kawasan/ antar Desa Peta Tematik Usulan Kegiatan Antar Desa.

f.
g.
h.

i.

Peta Tematik dimaksud tidak hanya menggambarkan jenis kegiatan antar desa
bidang sarana prasarana, namun demikian juga untuk bidang kegiatan lain.
Selanjutnya BKAD mempresentasikan adanya usulan kegiatan antar desa/berbasis
kawasan dalam forum Musyawarah.
Penyusunan RAB Disain dapat dilakukan secara bersama-sama dari Antar Desa
yang telah menyatakan kerjasama.
Jika Nilai usulan kegiatan antar desa kurang dari batas maksimal pendanaan dalam
proses pengusulannya dapat dimusyawarahkan apakah akan dilakukan
penggabungan menjadi 1 (satu) usulan desa, .
Salah satu hasil MAD-II adalah penandatanganan Berita Acara Kesepakatan
Pelaksanaan Kegiatan Antar Desa oleh Desa-desa yang melakukan Kerja sama
diketahui oleh Camat dan BKAD.

11. Penulisan Usulan Desa


Penulisan usulan merupakan kegiatan untuk menguraikan secara tertulis gagasangagasan kegiatan masyarakat yang sudah disetujui sebagai usulan desa yang akan
diajukan pada MAD-III. Proses ini dilakukan oleh Tim Penulis Usulan (TPU) yang telah
dipilih dalam musyawarah desa perencanaan. Sebelum melakukan penulisan, TPU akan
mendapatkan pelatihan atau penjelasan terlebih dahulu dari Fasilitator Kecamatan.
Hasil yang diharapkan dari tim penulis usulan adalah tiga proposal kegiatan berdasarkan
keputusan Musdes-IV yang akan diajukan ke MAD Prioritas Usulan, serta dokumendokumen yang diperlukan untuk musrenbang reguler, termasuk RPJMDes dan RKPDes.
Dalam penyusunan dokumen-dokumen untuk Musrenbang reguler, TPU merujuk kepada
hasil perencanaan partisipatif yang telah dilakukan dan bekerjasama dengan perangkat
pemerintahan desa.
Pengajuan usulan oleh desa harus disertai dengan desain sederhana, yaitu berupa gambar
dari usulan kegiatan secara umum dengan perkiraan besaran pembiayaannya. Desa juga
dapat mengajukan usulan dengan dilengkapi desain detail dan Rencana Anggaran Biaya
(RAB).
12. Verifikasi Usulan
Verifikasi usulan merupakan tahap kegiatan yang bertujuan untuk memeriksa dan menilai
kelayakan usulan kegiatan dari setiap desa untuk didanai PNPM Mandiri Perdesaan.
Verifikasi usulan kegiatan dilakukan oleh Tim Verifikasi (TV) yang dibentuk di kecamatan
dengan beranggotakan sekurang-kurangnya 5 (lima) orang yang memiliki keahlian sesuai
usulan kegiatan. Sebelum menjalankan tugasnya TV akan mendapatkan pelatihan atau
penjelasan terlebih dulu dari Fasilitator Kecamatan atau Fasilitator Kabupaten.
TV harus memberi umpan balik di desa sebelum menyusun rekomendasi kelayakan
usulan. Rekomendasi penilaian kelayakan usulan diperiksa oleh Fasilitator Kecamatan,
terutama yang berkaitan dengan aspek teknis usulan kegiatan. Selanjutnya, TV membuat
rekomendasi hasil penilaian disertai dengan catatan hasil pemeriksaan oleh Fasilitator
Kecamatan. Rekomendasi TV akan menjadi dasar pembahasan dalam MAD Prioritas
Usulan. Proses verifikasi dapat dilihat lebih lanjut dalam penjelasan VI PTO.
13. Musyawarah Antar Desa III (MAD-III)
MAD-III adalah pertemuan di kecamatan yang bertujuan membahas dan menyusun
peringkat usulan kegiatan. Penyusunan peringkat didasarkan atas kriteria kelayakan
sebagaimana yang digunakan oleh TV dalam menilai usulan kegiatan. Penyusunan

prioritas usulan-usulan SPP dilakukan secara terpisah sebelum penyusunan prioritas


usulan-usulan desa lainnya.
Forum MAD-III dapat menyepakati dan memprioritaskan usulan untuk kegiatan antar desa.
Kegiatan termasuk pelatihan keterampilan, kesehatan umum, beasiswa, atau lingkungan
hidup utamanya bagi RTM. Dana yang diusulkan akan diolah oleh suatu Kelompok Kerja
(Pokja) yang dibentuk khusus untuk kepentingan itu. Tiap desa boleh mengusulkan
kegiatan pada Pokja/Unit Khusus tersebut, di luar jatah usulan biasa.
14. Penyusunan Desain dan RAB
Setelah pelaksaan MAD-III selesai dilakukan maka selanjutnya dilakukan Penyusunan
Desain dan RAB, yaitu:
a. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Kegiatan, Desain, dan RAB
TPU bersama KPM dengan dibimbing oleh Fasilitator Kecamatan melakukan survei
dan pengukuran lokasi serta survei harga material. Bila TPU dan KPM sudah
mampu, selanjutnya berdasarkan atas hasil survei dibuatkan desain, gambar teknis
(rencana prasarana) atau rencana pelaksanaan kegiatan, dan RAB-nya. Proses
pembuatan desain dan RAB tetap mengacu kepada kaidah dan spesifikasi teknis
sehingga terjamin mutu kegiatan.
b. Pemeriksaan Desain dan RAB
Setiap desain dan RAB yang telah selesai dibuat oleh tim desa harus diperiksa oleh
Fasilitator Teknik-Kecamatan. Sedangkan desain dan RAB yang pembuatannya
difasilitasi oleh Fasilitator Teknik-Kecamatan harus diperiksa oleh Fasilitator Teknik
Kabupaten.
15. Musyawarah Desa V (Musdes-V)
Musyawarah Desa V merupakan Lokakarya desa terhadap proses penyusunan RKPdes
sekaligus Musyawarah Desa serah terima atas hasil pelaksanaan kegiatan tahun
anggaran berjalan. Dalam Proses pelaksanaan Musyawarah Desa 5, desa telah
menyiapkan seluruh Rencana Kerja Pembangunan Desa untuk Tahun N+1 dan draft
RKPDes untuk tahun pelaksanaan N+2. Dalam pelaksanaan Musyawarah ini sekaligus
juga diundang berbagai pemangku kepentingan pembangunan termasuk pihak ke 3
yang peduli terhadap pembangunan desa ataupun perusahaan disekitar desa yang
memiliki dana CSR.

Lampiran 2
Surat Dirjen PMD Kemendagri

Surat Nomor : 402/303/PMD


Tanggal
: 13 Januari 2014

PETUNJUK TEKNIS OPERASIONAL

PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN
(PNPM MANDIRI PERDESAAN)
POLA KHUSUS
PERCEPATAN DAN PENGUATAN
MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN
PENGURANGAN KEMISKINAN INDONESIA (MP3KI)

TAHUN ANGGARAN 2013

BAB.1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang semakin mandiri, maju, adil,
dan makmur pada tahun 2025, pemerintah menyusun Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) sebagai kebijakan afirmatif
dalam jangka panjang untuk memperkuat kebijakan penanggulangan kemiskinan.
MP3KI adalah dokumen rencana penanggulangan kemiskinan jangka panjang yang
menjadi acuan bagi seluruh pihak di dalam menyusun dan mengembangkan
kebijakan/program/kegiatan penanggulangan kemiskinan di masa yang akan datang
Strategi utama penanggulangan kemiskinan jangka panjang terdiri dari:
1. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,
dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan;
2. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat ditingkatkan terus-menerus;
3. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) bagi
masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di
tingkat lokal, regional, dan nasional dengan tetap memperhatikan aspek
lingkungan.
Strategi yang pertama menjadi fondasi bagi masyarakat miskin dalam
mengembangkan penghidupannya melalui ketersediaan jaminan sosial dan berbagai
bantuan yang diberikan pada situasi dan kondisi tertentu, baik yang bersifat reguler
maupun temporer. Strategi ini lebih diarahkan pada penguatan individu dan rumah
tangga miskin.
Strategi yang kedua menjadi pelengkap dari strategi pertama dengan berfokus
kepada sisi supply (penyediaan) dari berbagai pelayanan dasar serta peningkatan
keterjangkauan dari pelayanan-pelayanan tersebut. Pelayanan dasar yang
diutamakan meliputi: hak atas identitas tanpa diskriminasi, hak atas perlindungan
melalui pelayanan kesejahteraan sosial, pelayanan kesehatan, pelayanan
pendidikan, dan infrastruktur dasar (rumah layak huni, air bersih, sanitasi,
transportasi, dan komunikasi).
Strategi ketiga lebih diarahkan untuk mengangkat taraf hidup masyarakat miskin
untuk hidup secara layak dan berkelanjutan. Hal ini mengartikan bahwa upayaupaya penanggulangan kemiskinan tidak hanya berdampak pendek nampun dapat
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

membawa peningkatan kesejahteraan dalam jangka panjang. Potensi penghidupan


di masyarakat perlu digali dan disesuaikan dengan kesanggupan pengelolaannya
oleh masyarakat miskin. Berbagai peningkatan kapasitas dan upaya-upaya dalam
mendorong akses ekonomi bagi masyarakat miskin secara lebih luas dilakukan
sehingga mereka dapat memperoleh peluang yang sesuai bagi peningkatan
kesejahteraannya.
Strategi tersebut berupaya menjawab tantangan-tantangan penanggulangan
kemiskinan di Indonesia yang semakin komplek di masa yang akan datang, seperti:
a. Masih rendahnya kualitas SDM, terutama pada anak dan kelompok usia
muda;
b. Belum tersedianya perlindungan sosial yang komprehensif;
c. Masih adanya kelompok yang mengalami ketersisihan sosial (social
exclusion);
d. Kesenjangan antar wilayah dan antar kelompok sosial yang masih tinggi;
e. Perubahan iklim dan degradasi daya dukung lingkungan;
f. Ketidaksetaraan gender dan perbedaan pengalaman kemiskinan dan
kerentanan antara laki-laki dan perempuan serta antar kelompok umur.
Pemerintah memiliki tanggungjawab yang sangat besar di dalam penanggulangan
kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peran tersebut dapat
berupa penyaluran bantuan dalam berbagai rupa dan cara maupun penciptaan iklim
yang kondusif bagi pengembangan penghidupan masyarakatnya. Dalam rangka
menyiasati keterbatasan sumber daya yang dimiliki pemerintah untuk mewujudkan
upaya-upaya tersebut, dapat diupayakan melalui penggalangan kerjasama dengan
berbagai pihak, baik diantara intitusi pemerintahan sendiri, maupun dengan dunia
usaha (swasta) dan masyarakat.
MP3KI mengarahkan pendekatan penanggulangan kemiskinan secara lebih
komprehensif yang berbasis pada pengembangan penghidupan secara lebih
berkelanjutan (sustainable livelihood). Pendekatan tersebut menempatkan
pengurangan kerentanan dan peningkatan aset penghidupan kelompok miskin dan
rentan secara berkelanjutan sebagai fokus utama dalam penanggulangan
kemiskinan.
Melalui penahapan yang jelas dan dengan target yang terukur, MP3KI
dikembangkan sebagai rencana kebijakan makro, regional, dan sektoral yang
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

komprehensif untuk mempercepat penurunan angka kemiskinan secara merata di


seluruh daerah, hingga angka kemiskinan mencapai 4%-5% pada 2025. Selain
mempercepat penurunan jumlah penduduk miskin, MP3KI juga memperluas
jangkauan upaya penanggulangan kemiskinan ke kelompok masyarakat yang
selama ini kurang tersentuh, termasuk penduduk miskin di daerah terpencil dan
kelompok penduduk miskin di daerah kaya, di permukiman kumuh dan kawasan
ilegal. Dokumen MP3KI akan menjadi komplemen dokumen-dokumen perencanaan
lain seperti RPJP, RPJM, dan MP3EI; namun dokumen MP3KI ini terfokus pada
upaya percepatan dan perluasan pengurangan kemiskinan.
Visi MP3KI adalah Indonesia yang mandiri, maju adil dan makmur. Dengan Misi
mewujudkan masyarakat indonesia yang sejahtera bebas dari kemiskinan absolut
dan memiliki kapabilitas penghidupan yang tinggi dan berkelanjutan. Strategi
kebijakan utama yang dikembangkan MP3KI adalah
1. Menciptakan sistem perlindungan sosial nasional yang terintegrasi,
komprehensif, dalam bentuk jaminan sosial kesehatan dan ketenagakerjaan
serta bantuan sosial reguler maupun temporer sehingga mampu melindungi
masyarakat dari kerentanan dan goncangan secara individual maupun
kelompok,
2. Meningkatkan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan khususnya
hak atas identitas, perlindungan dari kekerasan, pendidikan, kesehatan, dan
infrastruktur dasar sehingga terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan
meningkatkan kualitas SDM di masa datang,
3. Mengembangkan penghidupan masyarakat miskin dan rentan secara
berkelanjutan dengan melalui peningkatan kapabilitas dan produktivitas, serta
pengembangan sistem pembangunan partisipatif, yang dilaksanakan secara
terintegrasi tanpa mengganggu kelestarian lingkungan hidup; dengan strategi
pelaksanaan:
1. Perluasan jangkauan program-program bersasaran (targeted) untuk
penduduk miskin dan rentan (dalam bentuk kegiatan atau program
pengembangan penghidupan perdesaan dan perkotaan),
2. Pengembangan penghidupan masyarakat miskin dan rentan berdasarkan
koridor pulau dan kawasan khusus,
3. Pengarusutamaan (mainstreaming) penanggulangan kemiskinan di seluruh
kebijakan dan program pembangunan.
Pelaksanaan MP3KI dilakukan dengan mensinergikan dan mentransformasikan
berbagai program penanggulangan kemiskinan yang sudah ada selama ini, yang
mencakup kelompok program bantuan dan perlindungan sosial (klaster 1), program

PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

pemberdayaan masyarakat (klaster 2), program kredit untuk usaha kecil dan mikro
(klaster 3), dan program-program prorakyat lain (klaster 4).
MP3KI dikembangkan melalui transformasi dari pendekatan pemberian bantuan ke
pendekatan peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat. Pelaksanaan
MP3KI akan didukung oleh penguatan kelembagaan penanggulangan kemiskinan di
pusat dan di daerah (provinsi-kabupaten), sampai ke kecamatan dan
desa/kelurahan.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri
Perdesaan) adalah program nasional Pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan melalui penyediaan saranaprasarana dasar perdesaan, perluasan kesempatan dan penciptaan lapangan kerja,
tambahan pendapatan rumah tangga miskin, serta memperkuat kelembagaan
pembangunan partisipatif, melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dan
peningkatan kinerja pemerintah lokal yang baik dalam kerangka percepatan
penanggulangan kemiskinan.
Dengan demikian MP3KI diimplementasikan pemerintah melalui sinkronisasi
pelaksanaan program-kegiatan K/L dengan program-kegiatan pemerintah daerah,
termasuk didalamnya sinkronisasi perencanaan dan anggaran. Apabila sinkronisasi
ini terjadi, maka implementasi MP3KI bukanlah program-kegiatan baru, dan bukan
pesaing dari program-kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah ada di K/L
maupun di daerah, tetapi merupakan pengarus-utamaan, sehingga diharapkan
semua pelaku akan merasa memiliki dan bersikap kontributif terhadap percepatan
dan perluasan pengurangan kemiskinan.
MP3KI juga mengambil langkah-langkah strategis berupa tindak-cepat atau Quick
Wins dengan melakukan percepatan dan penguatan pelaksanaan program-kegiatan
di kantong-kantong kemiskinan yang berjalan secara terintegrasi di lokasi terpilih
yaitu lokasi program-kegiatan penanggulangan kemiskinan Kementerian/Lembaga
maupun program-kegiatan khusus. Pada tahun anggaran 2013 program-kegiatan
integratif kementerian/lembaga telah dan sedang diujicobakan pada 2013 di 17
lokasi khusus. Pada 2014 Percepatan dan Penguatan-MP3KI juga akan dilakukan
atau diperluas melalui PNPM Mandiri (Perkotaan, Perdesaan dan PISEW) yaitu
pada 149 kecamatan untuk Percepatan dan di 257 kecamatan untuk Penguatan di
34 provinsi. Untuk PNPM Mandiri Perdesaan cakupan lokasi berada di 137
kecamatan (untuk percepatan) dan 249 kecamatan (untuk penguatan).
Sebagai program penanggulangan kemiskinan pada klaster 2 dengan pendekatan
pemberdayaan, PNPM Mandiri Perdesaan dinilai telah memiliki pengalaman
pelaksanaan dan kelembagaan yang memadai, dimana prinsip dan mekanisme
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

program ini dapat dilakukan dan tetap bekerja dengan baik pada lokasi dengan
situasi-kondisi normal/reguler maupun tertentu ataupun memiliki karakteristik
khusus; seperti pada lokasi kecamatan yang terkena dampak bencana alam, lokasi
perbatasan dan lokasi pasca krisis.
Untuk itu berkaitan dengan implementasi strategis Percepatan dan Penguatan
MP3KI melalui PNPM Mandiri Perdesaan, perlu disusun suatu Petunjuk Teknis
Operasional (PTO) pola khusus yang memenuhi fokus dan target percepatan dan
penguatan-MP3KI dengan tetap berpegang pada prinsip dan mekanisme PNPM
Mandiri Perdesaan. Petunjuk teknis ini bersifat melengkapi dan mengatur hal-hal
yang khusus diperlukan bagi pencapaian tujuan MP3KI. Selanjutnya secara ringkas
disebut PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan PenguatanMP3KI
1.2. Tujuan
Secara ringkas konsep MP3KI bertumpu pada pengembangan lima aset
penghidupan utama dalam rangka memperkuat penghidupan berkelanjutan atau
sustainable livelihood masyarakat. Sedangkan pendekatan penghidupan
berkelanjutan merupakan pendekatan penanggulangan kemiskinan yang
terintegrasi dalam pembekalan aset yang diperlukan oleh individu (atau satuan
rumah tangga miskin) sehingga dapat berdiri sendiri (mandiri) secara
berkesinambungan. Kelima aset tersebut adalah:
1. Alam (Natural)
2. Infrastruktur (Physical)
3. Kemasyarakatan (Social)
4. Keuangan (Financial)
5. Sumber Daya Manusia (Human).
Dengan demikian tujuan pelaksanaan kegiatan melalui PNPM Mandiri Perdesaan
Pola Khusus Percepatan dan Penguatan-MP3KI secara khusus adalah:
1. Memperkuat kelembagaan masyarakat agar dapat mendukung upaya
pengembangan, peningkatan dan pelestarian mata pencaharian atau
penghidupan mereka secara berkelanjutan bagi individual/ keluarga/
rumahtangga (domain private sector) secara langsung, serta dan
kelompok/sosial, melalui penyediaan kegiatan-kegiatan program serta hasilhasilnya (domain public sector);
2. Meningkatkan kesejahteraan komunitas/masyarakat perdesaan secara mandiri
melalui penghidupan berkelanjutan dengan cara menjadikan BLM menjadi
instrumen
utama
dalam
percepatan
dan
penguatan
melalui
pembangunan/pengembangan sarana-prasarana yang dapat melayani atau
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

memberi manfaat langsung bagi peningkatan ekonomi keluarga/rumahtangga


secara berkesinambungan;
3. Meningkatkan pendapatan keluarga/rumahtangga melalui penggunaan
porsi/bagian dana BLM untuk perguliran sebagai modal/kapital yang
berkelanjutan dan langgeng/lestari bagi penyediaan pinjaman kelompok simpan
pinjam perempuan dan kelompok usaha ekonomi produktif (bagi RTM/miskin
produktif);
4. Melakukan percepatan dan penguatan penanganan kantong-kantong
kemiskinan antar desa menjadi kawasan/wilayah penyangga penghidupan
berkelanjutan masyarakat termiskin, miskin dan hampir miskin perdesaan.
1.3. Prinsip-Prinsip Kegiatan
Sebagaimana dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, maka prinsip-prinsip
berikut tetap wajib diutamakan dalam pelaksanaan pola khusus Percepatan dan
Penguatan-MP3KI, yaitu:
1. Partisipatif, artinya seluruh tahapan proses (perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban) dikerjakan oleh masyarakat sebagai pelaku utama dan
sekaligus penerima manfaat.
2. Transparan, artinya dalam setiap langkah/tahapan kegiatan harus dilakukan
secara terbuka dan dapat diketahui oleh publik/masyarakat luas.
3. Swakelola dan Sederhana, artinya pelaksanaan seluruh proses kegiatan
dilakukan secara mandiri oleh masyarakat, dan jenis kegiatan prioritas bersifat
sederhana (tidak canggih/kompleks/rumit) dan bisa dilakukan masyarakat
dengan tetap mengacu pada tujuan dan ketentuan dasar pelaksanaan program.
4. Akuntabilitas,
artinya
seluruh
tahapan
kegiatan
harus
dapat
dipertanggungjawabkan di depan publik/masyarakat.
5. Menu Terbatas (Specified Menu), artinya pilihan jenis kegiatan prioritas untuk
137 kecamatan lokasi Percepatan MP3KI (pada TA.2014) sudah ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yaitu pada Daftar Prioritas Kegiatan
yang telah disusun dengan kategori kegiatan yang memenuhi kriteria khusus
terkait pencapaian target Percepatan MP3KI. Masyarakat menentukan pilihan
kegiatan melalui pengambilan keputusan partisipatif (MAD).
6. Menu Terbuka/Bebas (Open Menu), artinya usulan jenis kegiatan dipilih secara
bebas dari prioritas usulan masyarakat antar/lintas desa sebagaimana kriteria
kegiatan yang diatur dalam PTO ini. Menu terbuka berlaku untuk 249 kecamatan
lokasi Penguatan MP3KI (pada TA.2014).
7. Kegiatan Lintas Desa, artinya jenis kegiatan yang dapat didanai oleh Percepatan
dan Penguatan-MP3KI hanya kegiatan yang lingkup pemanfaatnya melintasi
batas-batas desa (wilayah antas/lintas desa) dan skala kegiatan menengahbesar baik dari sisi biaya ataupun hasil kegiatan. Hal ini dimaksudkan agar
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

implikasi hasil kegiatan lebih luas dan dampak pengentasan kemiskinan lebih
besar. Usulan kegiatan dan pelaksana kegiatan juga berupa gabungan antar
desa dalam kecamatan lokasi.

PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

BAB.2. KETENTUAN UMUM


Pada dasarnya siklus pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus
Percepatan dan Penguatan-MP3KI berlangsung secara bersamaan dengan PNPM
Mandiri Perdesaan (reguler). Namun demikian perlu diperhatikan pengaturan khusus
pada tahapan pokok sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
2.1. Persiapan dan Perencanaan
Tahap Persiapan PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan
Penguatan-MP3KI diawali dengan pemrosesan dan penetapan Daftar Lokasi,
Alokasi dan Prioritas Kegiatan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas). Daftar
lokasi tersebut telah diproses melalui mekanisme pemilihan lokasi oleh Pemerintah
(2 kecamatan per-provinsi) dan Pemerintah Daerah (2 kecamatan per-provinsi)
berdasarkan kriteria pusat, yaitu: jumlah penduduk miskin, tingkat kemiskinan,
kategori daerah tertinggal, daerah lokasi MP3EI, dan lokasi pelaksana program
penanggulangan kemiskinan 4 klaster, serta kriteria daerah, yaitu: historis
penurunan kemiskinan (5 tahun terakhir), kondisi infrastruktur dasar (kesehatan,
pendidikan, listrik, air bersih dan prasarana jalan), dan angka partisipasi sekolah SD,
SLTP dan SLTA.
Sedangkan Daftar Prioritas Kegiatan dan Alokasi BLM Percepatan dan PenguatanMP3KI telah diproses melalui mekanisme penentuan kegiatan secara bertahap I, II
dan III dengan melibatkan TKPK Daerah Provinsi dan Kabupaten setelah
mendapatkan masukan dari pengelola kegiatan PNPM Mandiri di Kabupaten dan
Kecamatan serta masyarakat penerima program (pada rentang waktu JuniSeptember).
Selanjutnya Kementerian Dalam Negeri melalui Direktorat Jenderal Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa menindaklanjuti dengan melakukan informasi, komunikasi,
dan sosialisasi ke seluruh kecamatan lokasi dan memobilisasikan seluruh fasilitator
yang telah ada di lokasi untuk melakukan proses perencanaan kegiatan secara
paralel/bersamaan dengan perencanaan PNPM Mandiri Perdesaan. Proses
perencanaan program T.A.2014 dilaksanakan pada rentang waktu bulan NovemberDesember 2013 sebagaimana skema integrasi PNPM Mandiri Perdesaan.
Tahap Perencanaan pada lokasi Percepatan-MP3KI sesungguhnya merupakan
konfirmasi kembali Daftar Prioritas Kegiatan oleh masyarakat kecamatan lokasi
Percepatan MP3KI secara partisipatif melalui Musyawarah Antar Desa (MAD).
Sedangkan bagi Lokasi Penguatan MP3KI, tahap perencanaan merupakan tahap
menyusun rencana kegiatan antar/lintas desa yang bernilai strategis dan prioritas
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

dibutuhkan bersama masyarakat atau memiliki manfaat besar melintasi batas


administratif desa. Usulan kegiatan dapat dipetik/diambil dari rencana yang telah
ada di RKP suatu desa ataupun usulan baru yang disepakati secara
bersama/gabungan antar desa.
Pada tahap perencanaan masyarakat bersama-sama menilai, mengukur,
mempertimbangkan prioritas, relevansi dan kemampuan kolektif masyarakat dan
atau
pertimbangan
lainnya,
untuk
selanjutnya
memilih,
menetapkan,
mengorganisasikan tim kerja dan membuat Desain serta Rincian Anggaran Biaya
(RAB) kegiatan yang akan didanai oleh BLM Percepatan dan/atau PenguatanMP3KI.
Tahap perencanaan ini bernilai strategis karena melalui mekanisme perencanaan
antar desa dapat dikembangkan dan diperkuat jalinan ikatan antar warga dan para
pemimpin/tokoh antar desa dalam membangun tujuan bersama. Artinya kepentingan
penanggulangan kemiskinan warga masyarakat harus diutamakan di atas
kepentingan primordial desa.
Pelaksanaan Percepatan dan Penguatan-MP3KI 2014 pada tahapan perencanaan
PNPM Mandiri Perdesaan dilakukan sejak bulan November 2013 setelah
diterbitkannya Daftar Lokasi dan Alokasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) serta
Daftar Prioritas Kegiatan. Hal ini bertujuan agar pelaksanaan perencanaan dapat
diselenggarakan secara bersamaan dengan PNPM Mandiri Perdesaan (reguler).
Untuk itu diterbitkan juga petunjuk tambahan atau pelengkap berupa PTO PNPM
Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan-MP3KI guna
penyesuaian siklus program dan tahapan skematik proses kegiatan dengan tetap
mengacu pada prinsip-prinsip dasar, cara kerja dan kelembagaan PNPM Mandiri
Perdesaan. Pola khusus ini merupakan panduan teknis bagi lokasi kecamatan
percepatan
dan
penguatan
dalam
mempersiapkan,
merencanakan,
mengorganisasikan dan melaksanakan, mengawasi dan memeriksa rangkaian
kegiatan masyarakat. Setiap pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah
mufakat di desa dan lintas/antar desa, transparan (terbuka) dan dapat
dipertanggung-jawabkan kepada seluruh masyarakat dengan mempergunakan
formulir sebagaimana PTO PNPM Mandiri Perdesaan (dengan penyesuaian
seperlunya jika diperlukan, dengan tetap mengacu prinsip akuntabilitas).
2.2. Pelaksanaan Kegiatan
Pada prinsipnya tahap pelaksanaan kegiatan Pola Khusus Percepatan dan
Penguatan-MP3KI
secara
utuh
mengikuti
pola
pelaksanaan
dan
pertanggungjawaban hasil kegiatan reguler PNPM Mandiri Perdesaan. Artinya siklus
dan tahapan kegiatan berjalan secara bersamaan/paralel dengan kegiatan PNPM
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

10

Mandiri Perdesaan reguler yang selama ini telah berlangsung secara integrasi
dengan sistem perencanaan pembangunan atau musrenbang. Hal ini dimaksudkan
agar tidak terjadi perubahan atau tambahan alur proses yang dapat mengganggu
siklus pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan secara keseluruhan.
Namun demikian perlu diingat bahwa kegiatan prioritas masyarakat yang didanai
Percepatan dan Penguatan-MP3KI dilaksanakan secara lebih terarah dan terencana
dalam kerangka pencapaian target penanggulangan kemiskinan melalui
penyediaan/pengusulan kegiatan yang sangat penting atau vital dan mendesak bagi
keberlangsungan penghidupan/mata pencaharian masyarakat (sustainable
livelihood).
Setelah masyarakat lokasi percepatan mengambil keputusan memilih menu kegiatan
terbatas pada Daftar Prioritas Kegiatan yang telah ditentukan, dan atau menyusun
usulan kegiatan baru (bagi masyarakat lokasi penguatan), maka selanjutnya disusun
desain dan rincian anggaran dan biaya serta dibentuk kepanitiaan kerja/pelaksana
kegiatan, pengadaan barang dan jasa, serta pemeliharaan hasil kegiatan.
Mengingat skala dan lingkup kegiatan yang lebih besar (jika dibandingkan dengan
PNPM Mandiri Perdesaan reguler) maka pengelolaan rangkaian kegiatan dilakukan
atau dipimpin langsung oleh Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) sebagai
organisasi yang representatif atau mewakili kepentingan masyarakat di lingkup
kecamatan/antar desa. Hal ini sekaligus untuk menguatakan dan memastikan bahwa
kelembagaan kerjasama antardesa di kecamatan lokasi tersebut berfungsi dengan
baik.
Pengelolaan dan pengadministrasian keuangan program tetap dilakukan melalui
Unit Pengelola Kegiatan (UPK). Pertanggungjawaban hasil kegiatan dilakukan
melalui MAD Khusus Pertanggungjawaban, yang diikuti seluruh desa di kecamatan
lokasi guna memastikan serah terima aset/hasil kegiatan dapat dipelihara oleh
kerjasama desa-desa melalui BKAD secara berkelanjutan.
Pendekatan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan tetap berbasis masyarakat dan
wajib dilakukan dengan pelibatan masyarakat menggunakan model padat karya
dengan tujuan memperkuat dan menjaga kohesi atau ikatan sosial
(kegotongroyongan), sekaligus memberikan pendapatan kepada masyarakat/warga
khususnya keluarga miskin di perdesaan (aspek perluasan kerja dan pendapatan,
serta penanggulangan pengangguran). Pengadaan bahan, material, tenaga kerja
diutamakan dari lokal/setempat. Dampak lebih lanjut yang diharapkan adalah
dengan dana yang diterima anggota masyarakat sebagai upah kerja atau karena
terjadinya transaksi bahan-material dan lain-lain, dapat memicu proses-proses

PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

11

produksi ekonomi dan konsumsi sehingga mampu membantu pemulihan ekonomi


masyarakat dalam jangka pendek (menggerakkan ekonomi lokal).
Pada BLM Kegiatan Percepatan dan Penguatan-MP3KI tidak ada pembaasan
pengalokasian khusus maksimal 25% dari dana BLM yang dipergunakan
masyarakat sebagai pinjaman bergulir untuk kelompok masyarakat (Simpan Pinjam
khusus Perempuan/SPP). Hal ini berbeda dengan PNPM Mandiri Perdesan reguler.
BLM Percepatan dan Penguatan-MP3KI hanya dapat dipergunakan untuk Dana
Kegiatan prioritas masyarakat yang telah ditetapkan masyarakat (BA-MAD) untuk
kecamatan lokasi yang bersangkutan, dan Dana Operasional Kegiatan (DOK)
maksimal 5%, sebagaimana diatur PTO Pola Khusus ini.

PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

12

BAB.3. MEKANISME PELAKSANAAN


3.1. Prioritas Kegiatan Didanai
BLM Percepatan dan Penguatan MP3KI pada prinsipnya adalah tambahan atau ontop atas BLM PNPM Mandiri Perdesaan.
Kegiatan yang dapat didanai oleh BLM Percepatan-MP3KI adalah kegiatan yang
dipilih masyarakat dari Daftar Prioritas Kegiatan yang telah ditetapkan secara selektif
oleh Pemerintah Pusat dan Daerah untuk kecamatan lokasi yang bersangkutan.
Masyarakat lokasi program melalui Musyawarah Antar Desa (MAD) memilih sesuai
dengan pertimbangan kemampuan, kecakapan, waktu, tenaga dan biaya serta
pertimbangan lain yang relevan dan selanjutnya memutuskan serta menetapkan
dalam Berita Acara (BA) MAD dan selanjutnya dituangkan dalam Surat Penetapan
Camat (SPC) tersendiri atau terpisah kepentingan itu.
Jika karena keadaan tertentu masyarakat setelah mempelajari dan menilai dari
Daftar Prioritas Kegiatan tersebut, terdapat kegiatan lain yang lebih relevan dan
penting bagi percepatan penanggulangan kemiskinan dan memiliki dampak yang
luas sebagaimana maksud dan tujuan MP3KI, maka masyarakat dapat mengusulkan
kegiatan di luar daftar prioritas dengan batasan hanya 1 (satu) jenis kegiatan yang
bisa diusulkan, serta nilai kegiatan tersebut tidak melebihi 25% dari total BLM
Percepatan dan Penguatan-MP3KI yang dialokasikan untuk kecamatan tersebut.
Usulan kegiatan tersebut harus mendapat persetujuan tertulis dari Bappeda (setelah
rapat teknis TKPKD atau Tim Pengendali Kabupaten yang terdiri dari Bappeda, PMD
dan Dinas/Sektor Teknis terkait kegiatan) di kabupaten yang bersangkutan.
Sedangkan untuk kegiatan yang dapat didanai oleh BLM Penguatan-MP3KI adalah
kegiatan yang diusulkan sesuai kriteria kegiatan (setelah melalui proses penggalian
gagasan antar desa) dan selanjutnya dipilih sendiri berdasarkan urutan prioritas oleh
masyarakat dalam MAD.
3.2. Kriteria Kegiatan
Pemilihan dan penetapan kegiatan dilakukan melalui MAD. Kegiatan yang dapat
diusulkan dan dipilih harus memenuhi kualifikasi:
1. lingkup atau skala kegiatan luas dan lintas desa (dari aspek substansi kegiatan
dan pemanfaat);
2. diusulkan oleh gabungan dua desa atau lebih dengan mengutamakan atau
memprioritaskan desa termiskin;
3. lokus kegiatan dapat berada di satu desa atau lebih;

PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

13

4. nilai kegiatan antara Rp.500,- juta Rp.1.500,- juta; [untuk kegiatan dengan nilai
di atas Rp.1.500,- juta harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Bappeda
setelah rapat teknis dengan tim pengendali kabupaten yang melibatkan PMD
dan sektor/dinas terkait];
5. Untuk usulan kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat (seperti pelatihan
keterampilan, pelatihan pengembangan usaha dan sejenisnya) dapat dilakukan
secara paket atau gabungan dengan mempertimbangkan nilai total biaya
(sebagaimana maksud butir 4 di atas), kemampuan organisasi penyelenggara
pelatihan (lintas desa) dan pertimbangan teknis lain yang relevan;
6. kegiatan yang diusulkan memiliki manfaat dan hubungan langsung/korelasi
peningkatan mata pencaharian/penghidupan yang berkelanjutan bagi
masyarakat miskin,
3.3. Organisasi Kerja Pelaksanaan Kegiatan
Pada dasarnya pengaturan organisasi kerja dalam penyelenggaraan kegiatan
dilakukan dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Tata laksana kelembagaan (BKAD, UPK, BP-UPK dan Tim Verifikasi) dan
organisasi kerja dalam pelaksanaan kegiatan pada prinsipnya mengikuti pola
pelaksanaan pada PNPM Mandiri Perdesaan;
2. Pencairan dana tetap dilakukan dari Kas Negara ke UPK dengan
mempergunakan dokumen-dokumen pendukung atau isian formulir disertai
pengesahan sebagaimana dituangkan dalam Petunjuk Teknis PNPM Mandiri
Perdesaan;
1. Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) adalah tim kepanitiaan yang bersifat ad-hoc atau
sementara, dibentuk di kecamatan/lintas desa secara khusus mengingat
kegiatan berskala luas atau ruang lingkup kegiatan yang besar dan bersifat
lintas desa. Struktur kepengurusan TPK terdiri dari Ketua, Bendahara,
sekretaris dan Koordinator Kelompok Kerja (Pokja) sekretaris Pokja.
Jumlah Pokja dalam TPK sesuai dengan kebutuhan. Yang wajib ada dalam TPK
adalah: Kelompok Kerja (Pokja) Pengadaan/Pelelangan (1 pokja), Pokja
Pengawasan (1 pokja) dengan memerankan kelembagaan yang sudah ada yaitu
TPM (Tim Pemantau Masyarakat), dan Pokja Kegiatan/Pembangunan (jumlah
sesuai dengan kegiatan yang dilakukan) dan Pokja Pelestarian (1 Pokja).
Khusus untuk Pokja pelestarian dapat diserahkan kepada Tim Pengelola
Pemeliharaan Prasarana (TP3) yang sudah dibentuk di masing-masing desa,
atau dilakukan penggabungan karena ada perluasan ruang lingkup dan skala
kerja atau pemanfaatan (TP3 yang lintas Desa) misalnya unit (hasil kegiatan)
pasar, galangan kapal/perahu, sarana air bersih yang berskala besar dapat
dikelola oleh dua desa atau lebih.
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

14

2. TPK wajib menyusun mekanisme kerja internal (Standar Operasi dan Prosedur)
yang mengatur tentang hak dan kewajiban serta tugas dan tanggungjawab. TPK
wajib menyusun Laporan pertanggungjawaban yang berisi kegiatan umum,
administrasi dan keuangan serta hasil-hasil kegiatan bidang kerja masingmasing Pokja, disusun dalam satu dokumen dan disampaikan secara terbuka
dalam MAD dan laporan ditampilkan dalam media publik termasuk papan
informasi desa-desa.
3. Mengingat terbatasnya sumber daya manusia di kecamatan dan dengan
pertimbangan efektifitas penyelenggaraan kerja, maka PTO ini mengatur Ketua
TPK dipegang oleh ketua BKAD, Bendahara dipegang oleh bendahara UPK,
Sekretaris dipegang oleh sekretaris BKAD, sedangkan Koordinator dan
sekretaris Pokja ditentukan dari TPK desa yang berpengalaman dengan bidang
kegiatan bersangkutan. Namun demikian terbuka kemungkinan jika MAD
berkehendak memutuskan lain disertai dengan pertimbangan tertentu
(dituangkan dalam BA MAD), seperti adanya keterbatasan waktu, keterbatasan
kemampuan, kemungkinan terjadinya benturan kepentingan atau conflict of
interest jika terjadi rangkap tugas/jabatan atau alasan lain yang relevan.
4. TPK wajib mentaati arahan dan petunjuk teknis tertulis dari TKPKD atau Tim
Pengendali Kabupaten yaitu Tim Teknis atau Tim Kerja gabungan yang
beranggotakan SKPD/Dinas Kabupaten terkait dengan pelaksanaan Percepatan
dan Penguatan-MP3KI dibawah koordinasi Bappeda dan PMD setempat. Hal ini
bertujuan agar target atau capaian Percepatan dan Penguatan-MP3KI terpenuhi.
5. Pekerjaan atau pelaksanaan kegiatan dilakukan secara swakelola
dikoordinasikan oleh koordinator pokja kegiatan, yang bekerja dengan tenaga
kerja berasal dari masyarakat desa/setempat, diprioritaskan dari keluarga miskin
perdesaan.
6. Kegiatan tidak boleh dipihak-ketigakan. Untuk pekerjaan yang merupakan
bagian kegiatan, alat berat, bahan pabrikan, tenaga kerja ahli, yang
kompleks/rumit dan atau mempergunakan teknologi sedang dan atau
tinggi/canggih, dan atau tidak mampu dikerjakan/disediakan sendiri oleh
masyarakat, dapat dikerjakan oleh pihak ketiga dengan mekanisme lelang.
Untuk itu TPK harus mengajukan secara tertulis rencana pelelangan tersebut
kepada Tim Pengendali Kabupaten untuk mendapatkan opini/pernyataan atau
petunjuk teknis secara tertulis.
3.4. Pendanaan
3.4.1. Sumber Pendanaan yang utama adalah dari APBN yaitu sejumlah dana
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang ditetapkan dan dialokasikan
berdasarkan perhitungan tertentu (sesuai dengan target Percepatan dan
Penguatan-MP3KI).
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

15

Dari dana BLM tersebut, maksimal sampai dengan 5% dari total dana BLM
Percepatan dan Penguatan-MP3KI, dipergunakan untuk Dana Operasional
Kegiatan (DOK) yaitu dana operasional kegiatan dengan penjelasan dan
rincian sebagai berikut:
Dana operasional kegiatan adalah sejumlah dana yang bersumber dari BLM
(diambilkan dari alokasi BLM percepatan, penguatan dan penghidupan
berkelanjutan) yang dipergunakan untuk membiayai operasional Tim
Pelaksanan Kegiatan (TPK) antar desa seperti:
1. Honorarium TPK (pengurus dan anggota termasuk juga Pokja), serta
pembayaran tenaga teknis pendampingan yang dikontrak langsung oleh
TPK (bisa berupa Tenaga Ahli, Tenaga Teknis/Pendukung lainnya yang
secara khusus terkait dengan kegiatan lapangan.
2. Pembiayaan operasional lainnya seperti: rapat-rapat, administrasi dan
pelaporan kegiatan TPK, pelaporan yang disusun UPK, verifikasi, desain &
RAB, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan, publikasi dan hal lain
terkait dengan pelaksanaan kegiatan.
Penggunaan dana operasional kegiatan (DOK) sebagaimana dimaksud butir
1 dan 2 diatas harus disusun RAB (rencana anggaran biaya) dan disepakati
atau diputuskan dalam MAD.
Besarnya DOK di masing-masing kecamatan ditentukan berdasarkan tingkat
kesulitan lokasi dan jumlah dana BLM yang dikelola sebagaimana tabel di
bawah.
Kategori lokasi
Kecamatan
Normal
Sulit
Sangat Sulit
Ekstrem

Maksimal Besarnya DOK


BLM< 5 Milyar
BLM 5 Milyar
70.000.000
90.000.000
90.000.000
110.000.000
110.000.000
130.000.000
130.000.000
150.000.000

3.4.2. Sumber pendanaan lainnya adalah dari APBD Provinsi berupa dana
Pembinaan dan Administrasi Proyek (PAP) minimal sebesar 1% dari total
BLM Percepatan dan Penguatan-MP3KI. Dana ini dipergunakan khusus untuk
mengelola, mengendalikan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Percepatan
dan Penguatan-MP3KI di provinsi bersangkutan.
3.4.3. Sumber pendanaan lainnya adalah dari APBD Kabupaten berupa dana
Pembinaan dan Administrasi Proyek (PAP) minimal sebesar 5% dari total
BLM Percepatan dan Penguatan-MP3KI. Dana ini dipergunakan khusus untuk
mengelola, mengendalikan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Percepatan
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

16

dan Penguatan-MP3KI (tim gabungan


Sektor/Dinas/SKPD terkait lainnya).

Bappeda,

Setda,

PMD

dan

3.5. Ketentuan Pencairan Dana (dari KPN ke UPK)


3.5.1. Tahapan Persiapan dan Perencanaan
1. Kecamatan PNPM Mandiri Perdesaan yang telah ditetapkan sebagai
lokasi dan mendapatkan tambahan BLM Percepatan, Penguatan atau
Percepatan dan Penguatan dapat langsung memulai sosialisasi
pelaksanaan dan perencanaan dengan memanfaatkan/menggunakan
forum-forum musyawarah desa dan antar desa yang dilaksanakan PNPM
Mandiri Perdesaan dan jika ada penambahan waktu/hari dan biaya dapat
disesuaikan dengan revisi DOK Perencanaan PNPM mandiri Perdesaan.
Pada saat ini di lokasi kecamatan Perluasan-MP3KI, dilakukan pemilihan
kegiatan dari Daftar Prioritas Kegiatan untuk didanai, termasuk
melakukan penetapan tambahan usulan kegiatan (jika ada), dan bagi
kecamatan Penguatan-MP3KI sosialisasi dan menyusun usulan baru.
MAD juga memutuskan tata laksana kerja, organisasi kerja (termasuk
pokja-pokja yang dibentuk), pengelolaan pendampingan yang dibutuhkan,
honorarium yang disepakati, dan standar biaya umum lokal yang
digunakan, serta hal-hal teknis lain terkait dengan detil pengaturan
keseluruhan pelaksanaan kegiatan. Durasi waktu sosialisasi dan
perencanaan dapat dilakukan selama bulan November sampai Desember
2013.
2. Penyusunan Proposal, Pembuatan Desain dan RAB atas kegiatan yang
dipilih dari Daftar Prioritas Kegiatan serta Sertifikasi dilakukan untuk
memastikan kesesuaian dan kesempurnaan Desain dan RAB. Pada saat
ini persetujuan atas kegiatan melebihi Rp.1,5 Millyar, dan persetujuan
atas usulan kegiatan tambahan, sudah harus diterima dari Tim
Teknis/Pengendali Kabupaten.
3. Pada Bulan Januari-Maret 2014 bersamaan dengan saat MAD integrasi
PNPM Mandiri Perdesaan dengan Musrenbang Kecamatan, untuk
kegiatan Percepatan dan Penguatan-MP3KI dapat disepakati (penetapan
pendanaan) dalam Berita Acara (BA) MAD/Musrenbang serta ditetapkan
Surat Penetapan Camat (SPC). SPC dibuat terpisah dari SPC PNPM
Mandiri Perdesaan guna mempermudah penyusunan laporan
pelaksanaan serta pemeriksaan atas realisasi kegiatan.
3.5.2. Pencairan Dana

PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

17

1. SPPB (Surat Perjanjian Pemberian Bantuan) dibuat dan ditandatangani


PJOKecamatan dengan Ketua UPK dan Ketua TPK di kecamatan
(Percepatan dan Penguatan MP3KI) yang diketahui Kepala Desa terkait
dan Camat atas nama Bupati.
2. Selanjutnya pencairan dan penyaluran dana BLM dari sumber APBN
dapat dilakukan (dengan merujuk pada Surat Dirjen PMD Kemendagri
tentang Petunjuk Teknis Pencairan dan Penggunaan Dana Urusan
Bersama 2014). Perlu diperhatikan bahwa untuk pencairan dana
diperlukan ketersediaan dokumen DIPA-UB dan SK Pejabat Satker
Kabupaten.
3. Pencairan BLM Percepatan dan Penguatan-MP3KI dari Kas Negara tetap
dilakukan melalui Rekening Kolektif UPK untuk BLM PNPM Mandiri
Perdesaan. Pengurus UPK bertanggungjawab atas administrasi dan
penyusunan laporan keuangan sebagai kesatuan PNPM Mandiri
Perdesaan.
3.5.3. Dana BLM untuk Kegiatan Percepatan dan Penguatan-MP3KI
1. Daftar Alokasi Dana BLM per-kecamatan lokasi yang telah ditetapkan
Pemerintah merupakan pagu atas yang disediakan melalui APBN untuk
mendanai kegiatan Percepatan dan Penguatan-MP3KI. Namun demikian
masyarakat dapat berswadaya atau mencari donasi/bantuan tidak
mengikat lainnya, jika nilai kebutuhan dana kegiatan melebihi sumber
pembiayaan yang disediakan.
2. Seluruh pagu dana BLM harus dialokasikan secara optimal untuk
mendanai kegiatan. Jika tidak, maka sisa pagu dana BLM yang tidak
teralokasikan (terencana dalam kegiatan), maka tidak dapat dipergunakan
(kembali ke negara menjadi sisa anggaran lebih).
3. Untuk Kecamatan Percepatan-MP3KI:
a. Jumlah usulan kegiatan yang dipilih masyarakat dari Daftar Prioritas
Kegiatan (untuk kecamatan Percepatan-MP3KI), minimal adalah 2
(dua) jenis kegiatan dan jumlah dana BLM kegiatan yang dibutuhkan
disesuaikan dengan atau mengikuti jenis dan jumlah kegiatan yang
dipilih tersebut. Selanjutnya disusun Desain dan RAB (rincian anggaran
dan biaya).
b. Jika pagu dana Percepatan dan Penguatan-MP3KI terdapat sisa
(belum dapat teralokasi habis) maka untuk Kecamatan Percepatan
MP3KI dapat dilakukan perbaikan rencana kegiatan dengan
memprioritaskan penambahan volume dan peningkatan kualitas
kegiatan dan penambahan sarana pendukung lain.

PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

18

4.

5.

6.

7.

8.

c. Atau menambah jenis kegiatan baru (usul inisiatif) sehingga alokasi


dana dapat diserap habis. Hal tersebut harus disepakati dalam MAD.
Untuk Kecamatan Penguatan-MP3KI usulan kegiatan harus dapat
menyerap habis alokasi BLM tersedia. Jika masih terdapat sisa alokasi
maka dapat dilakukan penambahan penambahan volume dan
peningkatan kualitas kegiatan dan penambahan sarana pendukung lain,
atau menambah kegiatan baru
Swadaya masyarakat berupa dana tidak menjadi prasyarat pelaksanaan
kegiatan Percepatan dan Penguatan-MP3KI. Namun demikian dapat juga
disepakati MAD jika ada tambahan dari swadaya masyarakat (dengan
ketentuan HOK proyek tidak boleh dijadikan bagian dana swadaya).
Sinergi dengan sektor/dinas/SKPD Kabupaten dan atau provinsi dengan
kegiatan yang didanai BLM Percepatan dan Penguatan-MP3KI dapat
dilakukan. Perlu diperhatikan bahwa tidak boleh terjadi duplikasi
pembiayaan (double budget) dalam pelaksanaan kegiatan. Untuk
menjamin akuntabilitas program, sebaiknya diatur masing-masing bagian
yang menjadi tanggungjawab sinergitas kegiatan Percepatan dan
Penguatan-MP3KI.
Untuk memastikan penyerapan seluruh Dana BLM baik PNPM Mandiri
Perdesaan yang reguler maupun tambahan Percepatan dan PenguatanMP3KI maka perlu diatur penjadwalan pencairan dan pelaksanaan
kegiatan, termasuk diantaranya distribusi tenaga kerja di lapangan.
Seperti diketahui bahwa tenaga kerja dalam PNPM Mandiri Perdesaan
adalah tenaga kerja lokal/setempat (desa atau antar desa). Demikian
halnya dengan bahan-material. Untuk menjamin ketersediaan bahanmaterial diperlukan pengaturan dan atau perjanjian dengan supplier yang
memiliki kompetensi/kredibilitas baik di kawasan lokasi program. Untuk itu
Pokja Pelelangan dan Pokja Pengawasan harus mampu memastikan
seluruh proses pelaksanaan kegiatan terjadual baik dan tepat guna serta
waktu.
Guna menjamin tertib administrasi dan pelaporan keuangan, maka TPK
Kecamatan/Antar Desa wajib membukukan atau membuat catatan arus
uang masuk keluar (buku kas umum) dan seluruh perangkat Pokja TPK wajib membuktikan setiap penggunaan dana yang dilakukan.

3.6. Ketentuan Penyaluran Dana (Dari UPK ke TPK)


1. Penyaluran/penggunaan dana BLM Percepatan dan Penguatan-MP3KI dari
Bendahara UPK ke TPK (baik untuk pelaksanaan kegiatan di Pokja maupun
Operasional TPK) tetap mengacu pada ketentuan PNPM Mandiri Perdesaan
yaitu sesuai dengan kebutuhan dengan mempertimbangkan Rencana
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

19

Penggunaan Dana (RPD) dan Laporan Penggunaan Dana (LPD). Ketua TPK
wajib membubuhkan tanda tangan pada formulir LPD bagi permintaan
penyaluran dana dari UPK ke Pokja TPK, dan memastikan progres kegiatan
masing-masing Pokja.
2. Dana BLM Kegiatan yang sudah disalurkan TPK untuk kegiatan fisik atau
kegiatan lain yang sudah direncanakan, harus diadministrasikan atau dibukukan
dalam arus kas oleh bendahara UPK. Ketua TPK Percepatan dan PenguatanMP3KI tetap harus mengkonsolidasikan serta menyusun laporan keuangan dan
hasil kegiatan TPK dan seluruh Pokja-pokja guna pertanggungjawaban dalam
MAD sesuai mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan.
3.7. Pengadaan Barang dan Jasa
1. Proses pengadaan barang dan jasa dalam pelaksanaan kegiatan tetap
berpedoman pada PTO PNPM Mandiri Perdesaan (termasuk penggunaan
formulir).
2. Secara khusus untuk Percepatan dan Penguatan-MP3KI dibentuk Pokja
Pelelangan/Pengadaan
Barang
dan
Jasa,
yang
bertugas
untuk
menyelenggarakan pengadaan barang dan jasa yang diperlukan sesuai dengan
RAB dan Desain kegiatan yang telah ditetapkan.
3. Rencana Pelelangan/Pengadaan Barang dan Jasa dari seluruh kegiatan yang
didanai BLM Percepatan dan Penguatan-MP3KI harus telah selesai disusun
bersamaan atau pada saat rencana desain dan RAB kegiatan selesai disusun.
Rencana harus diketahui dan disetujui oleh masyarakat dalam MAD (dinyatakan
secara jelas dalam BA MAD).
4. Rencana pelelangan harus diumumkan atau ditempelkan di media publik
kecamatan termasuk juga melalui papan informasi PNPM Mandiri Perdesaan.
5. Pelelangan/pengadaan barang dan jasa harus dilakukan secara terbuka.
6. Seperti diketahui bahwa pengadaan barang dan jasa pada PNPM Mandiri
Perdesaan pada dasarnya dilakukan di setiap desa, namun jika dinilai lebih
efektif dan efisien bisa juga dilakukan bersama-sama oleh desa-desa dalam
satu kecamatan, dengan tetap dilakukan secara sederhana, berkualitas,
murah/harga kompetitif dan wajar, cepat, transparan dan akuntabel.
7. Sejalan dengan itu maka untuk kegiatan Percepatan dan Penguatan-MP3KI,
pelelangan/pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh Pokja
Pelelangan/Pengadaan Barang dan Jasa di Kecamatan dengan prinsip yang
sama yaitu sederhana, memenuhi kualitas, murah dalam arti harga kompetitif
dan wajar, cepat (mengingat terbatasnya waktu siklus program), transparan dan
akuntabel (tercatat dan dapat dipertanggungjawabkan).

PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

20

BAB.4. PEMANTAUAN, PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN


1. Pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan dilakukan secara internal
oleh Pokja Pengawasan yang dibentuk secara khusus dan menjadi bagian dari
keorganisasian TPK Percepatan dan Penguatan-MP3KI di kecamatan lokasi.
2. Pengawasan publik dilakukan secara terbuka oleh masyarakat yang peduli
pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan. Pengaduan, komplain, pertanyaan dan
permasalahan dapat dilaporkan secara bebas oleh masyarakat melalui Unit
Pengaduan dan Penanganan Masalah. Fasilitator dan Konsultan PNPM Mandiri
Perdesaan secara berjenjang wajib memberikan penjelasan secukupnya jika
terjadi pengaduan dan pertanyaan langsung oleh masyarakat.
3. Pengawasan secara fungsional dilakukan oleh Pendamping/Fasilitator
Kecamatan, kabupaten dan Konsultan Provinsi, Regional serta Pusat PNPM
Mandiri Perdesaan. Laporan Sistem Pengendalian Internal (SPI) disusun oleh
unit Internal Audit menjadi dokumen berkala yang disampaikan kepada Satuan
Kerja Ditjen PMD Kementerian Dalam Negeri guna mendapatkan respon tindak
lanjut atas temuan dan rekomendasi.
4. Sedangkan pemeriksaan struktural secara berkala akan dilaksanakan oleh
Badan Pengawas Keuangan Republik Indonesia serta BPKP terkait dengan
PNPM Mandiri Perdesaan.

PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

21

Lampiran 1.
BAGAN ALUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN

Daftar
Lokasi,
Alokasi &
Prioritas
Kegiatan

Reviu
Daftar
Prioritas
Kegiatan

MAD
Khusus
Penetapan
Kegiatan
Didanai
MP3KI

Pembentuk
an TPK
Penyusuna
n Desain
Teknis-RAB

Pencairan
Dana BLM

Pelaksanaa
n Kegiatan

MAD
Pertanggun
gjawaban

Penjelasan mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus QW-MP3KI serta


Percepatan dan Perluasan Penanggulangan di Kantong Kemiskinan Perdesaan
secara sederhana/singkat dijelaskan lebih lanjut sebagaimana tabel berikut:
Durasi
No
Kegiatan
Keterangan
Waktu
1
Persiapan dan
1. Pada tahap persiapan, seluruh dokumen
1-4
Sosialisasi (Praterkait dengan MP3KI termasuk data Lokasi, minggu
MAD Khusus) di
Alokasi BLM, Daftar Prioritas Kegiatan dan
kecamatan lokasi
PTO Pola Khusus dijelaskan oleh FK dan
Percepatandidampingi oleh Camat lokasi kepada PjOK,
MP3KI,
para Kepala Desa (Kades), Ketua BPD,
PenguatanPendamping Lokal (PL), Fasilitator Desa
MP3KI atau di
(FD) dan Kader Pemberdayaan Masyarakat
kecamatan yang
(KPM).
mendapatkan
2. Kegiatan ini wajib difasilitasi oleh camat, atau
Percepatan
memanfaatkan pertemuan reguler PNPM
sekaligus
Mandiri Perdesaan jika ada (musyawarah
Penguatan MP3KI
untuk perencanaan 2014).
3. FK menjelaskan maksud dan tujuan
tambahan/on-top
pola
khusus
MP3KI
(Perccepatan dan Penguatan, salah satu
atau keduanya). Penjelasan langsung
merujuk pada PTO Pola Khusus ini.
4. FK memastikan ada kesepakatan bersama
tentang langkah-langkah tindak lanjut atau
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

22

proses pelaksanaan yang akan dilakukan


dilakukan oleh masyarakat.
5. Hasil Sosialisasi atau Pra-MAD Khusus
antara lain:
a. visi misi tujuan dan mekanisme pola
khusus Percepatan dan Penguatan-MP3KI
dan Percepatan dipahami,
b. disepakati segera disosialisasikan lebih
lanjut oleh Kades, BPD, FD dan KPM
(antar desa) kepada warga masyarakat
(terutama
kelompok
miskin
dan
perempuan),
c. disepakati kriteria kegiatan yang lintas
desa dan skala luas dalam arti desa-desa
siap bekerja sama dalam pengajuan
usulan maupun pelaksanaan kegiatan ,
d. disepakai
pengorganisasian
kerja
langsung ditangani BKAD (melalui TPK
Kecamatan) dan didukung oleh tenaga
masing-masing TPK desa,
e. disepakati jadwal pertemuan MAD Khusus
dan tatacara penyusunan usulan dan
kriteria penetapan prioritas usulan.
6. Reviu Daftar Prioritas Kegiatan khusus untuk
kecamatan lokasi Percepatan-MP3KI, pada
forum sosialisasi atau Pra-MAD Khusus
dilakukan reviu yang bertujuan:
a. untuk mendalami Daftar Prioritas Kegiatan
yang ditetapkan Pemerintah serta untuk
mengkonfirmasi, memverifikasi dengan
cara mencermati kembali agar tidak terjadi
pendanaan kegiatan yang tumpang tindih
dengan program lain, memilih kesesuaian
prioritas dan perkiraan biaya, serta
menentukan jenis kegiatan dan penetapan
pendanaan kegiatan yang sesuai dengan
kondisi riil di masyarakat dan dapat
dikerjakan secara swakelola masyarakat.
b. dan
selanjutnya
menyepakati
dan
menyusun jadwal tindaklanjut sesuai
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

23

dengan mekanisme program (seperti


menyusun desain dan RAB, organisasi
kerja, pengadaan barang dan jasa),
c. melakukan revisi atau penyesuaian usulan
dengan menambah atau mengurangi
volume/unit/bagian atau hal lain (tanpa
menghilangkan manfaat dan tujuan hasil
kegiatan) jika terjadi kekurangan ataupun
jika masih ada sisa dana alokasi BLM
Percepatan-MP3KI,
d. atau melakukan penyusunan rencana
kegiatan tambahan atau baru.
2

MAD Khusus
Penetapan
Usulan didanai
BLM MP3KI
Percepatan dan
atau Penguatan

MAD Khusus untuk penetapan usulan didanai


BLM tambahan Percepatan dan PenguatanMP3KI:
1. dihadiri oleh seluruh anggota forum MAD
yaitu sebagaimana pengaturan di PTO
PNPM Mandiri Perdesaan. MAD bersifat
terbuka. Dapat dihadiri dan atau dilihat oleh
warga masyarakat lain (miskin dan
perempuan) dan masyarakat peduli lainnya,
2. bertujuan untuk memeriksa dan menilai
prioritas usulan desa atau gabungan desa
yang dapat didanai BLM Percepatan dan
Penguatan-MP3KI,
3. menetapkan kepengurusan TPK yaitu Ketua,
Bendahara, Sekretaris dan Koordinator serta
anggota
Pokja-pokja
Kegiatan,
Pokja
Pengadaan Barang dan Jasa, dan Pokja
Pemeliharaan Hasil Kegiatan,
4. menetapkan dan menyusun rincian biayabiaya honorarium dan operasional kegiatan
yang bersumber dari maksimal 5% dari total
BLM,
5. menyusun jadwal terinci pelaksanaan
pencairan,
pelaksanaan
kegiatan,
pengadaan barang dan jasa, pemeriksaan
dan pengawasan, dan pertanggungjawaban
hasil kegiatan,

PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

4-8
minggu

24

6. menyusun
kebutuhan
bantuan
teknis/pendampingan yang diperlukan dan
kebutuhan biaya serta teknis rekrutmen dan
kontraktualnya,
7. memastikan sumber daya manusia yang ada
tercukupi dan teralokasikan dengan memadai
dan tepat mengingat jumlah kegiatan dan
waktu yang tersedia untuk pelaksanaan
PNPM Mandiri Perdesaan, Percepatan dan
Penguatan-MP3KI,
8. menyusun Berita Acara (BA) yang berisi hal
tersebut pada butir 1-5 di atas,
Hasil MAD Khusus adalah :
- Berita Acara MAD,
- Organisasi
Kerja
(TPK
dan
kelengkapannya),
- Rencana Kerja Tindak Lanjut dan Jadwal
3

Pencairan Dana
dan Pelaksanaan
Kegiatan

Musdes
Pertanggungjawa
ban dan atau
Penetapan
Usulan T.A.
berikutnya

Kegiatan:
- TPK mengajukan dokumen untuk pencairan
dana sesuai kebutuhan secara tertulis
kepada UPK,
- TPK (Pokja kegiatan) melaksanakan kegiatan
dengan pola swakelola,
- Pengadaan bahan dan tenaga kerja harus
tetap mengikuti prosedur PTO PNPM Mandiri
Perdesaan.
- Mobilisasi tenaga kerja diprioritaskan dari
desa-desa lokasi kegiatan dan penerima
manfaat tersebut.
- Melaporkan dan mempertanggung jawabkan
realisasi penggunaan dana dan hasil
kegiatan.
- Melakukan serah terima kepada Desa-desa
dalam kecamatan yang memanfaatkan hasilhasil kegiatan (Pokja Pelestarian)
- Mengatur (membuat SOP) pengelolaan dan
pelestarian pemanfaatan hasil-hasil kegiatan
dalam Pokja Pelestarian dan atau UPK untuk

PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

5-8
bulan

1-4
minggu

25

Perguliran Dana

PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

26

Lampiran 2.
BAGAN ORGANISASI TIM PENGELOLA KEGIATAN (TPK) ANTAR DESA

BKAD

BP-UPK

UPK

Tim
Unit/Tim
Khusus
Khusus
Lain
Lain

Tim
Verifikasi
UPK

TPK
Kecamatan

TPK Desa

TPK Desa

TPK Desa
TPK Desa

Ketua,
Bendahara,
Sekretaris,
Kordinator
Pokja:
Kegiatan,
Pengadaan,
Pemeliharaan.

PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI

27

Anda mungkin juga menyukai