perkembangan
pelaksanaan
PNPM-MPd
T.A.
2013
KABUPATEN
RKPD
KUA
PPAS
RKA
RKPBD
KECAMATAN
Forum SKPD
MUSREMBANG
KECAMATAN
MAD-1
Fasilitator
Berbasis
Kewilayahan
MAD-2
MAD-3
VERIFIKASI
USULAN
N+1
PENULISAN
DISAIN RAB
N+1
DESA
USULAN
N+1
Dokumen
SPPB
MUSREMBANG
DESA
MD-1
Sertifikasi
Sertifikasi
(N)
MD-2
PERSIAPAN
PELAKSANAAN (N)
PELAKSANAAN
Tahap 1 (N)
PELAKSANAAN
Tahap 2 (N)
MD-3
PENGADAAN
BARANG & JASA
DUSUN
Sertifikasi
MD-4
PELAKSANAAN
Tahap 3 (N)
MD-5
MDKP
MKP
-
JANUARI
FEBRUARI
MARET
APRIL
MEI
JUNI
JULI
AGUSTUS
SEPTEMBE
R
OKTOBERI
NOVEMBER
DESEMBER
desa dalam kecamatan dalam Tahun Anggaran berjalan sekaligus mendapatkan masukan
dalam rangka untuk menyusun rencana kerja pembangunan tahun berikutnya. Dalam
RKPdes yang disampaikan, desa sudah memisahkan jenis-jenis kegiatan yang akan
diusulkan untuk mengakses dana APBN, APBD dan BLM PNPM Mandiri Perdesaan,
dengan demikian pihak SKPD dan perwakilan legistatif sudah mengetahui rencana desa
berdasarkan skenario usulan pendanaan. Pelaksanaan Musrenbang Kecamatan
dilaksanakan pada bulan Februari.
Dalam rangka pelaksanaan PNPM mandiri Perdesaan, bersamaan dengan pelaksanaan
Musrenbang Kecamatan, dilakukan MAD Penetapan usulan untuk kegiatan-kegiatan yang
akan didanai dengan BLM PNPM Mandiri Perdesaan Tahun Anggaran Berjalan.
Dalam kerangka integrasi, pada saat Musrenbang Kecamatan, secara bersamaan, di
kecamatan telah diinformasikan juga kegiatan SKPD Teknis yang akan dilaksanakan di
desa demikian juga untuk pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, pada saat yang sama
juga akan menginformasikan desa-desa yang akan memperoleh dana kegiatan. Kondisi
seperti ini dapat dimanfaatkan untuk saling uji silang kemungkinan ada atau terjadi
tumpang tindih kegiatan atau overlapping serta duplikasi atau rangkap pendanaan.
3. Musyawarah Desa II (Musdes-II)
Musdes-II ini merupakan musyawarah sosialisasi atau penyebarluasan hasil penetapan
alokasi dana PNPM Mandiri Perdesaan yang diputuskan dalam MAD-I bersamaan
Musrenbang Kecamatan , dan mensosialisasikan kegiatan yang akan didanai oleh dana
APBD yang telah disampaikan dalam proses Musrenbang Kecamatan. Musdes-II ini
dilaksanakan baik di desa yang mendapatkan pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan
maupun yang tidak.
Khusus bagi desa-desa yang mendapatkan dana PNPM Mandiri Perdesaan, Musdes-II ini
menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
a. Terpilih dan ditetapkannya susunan lengkap TPK, yaitu ketua-ketua bidang sesuai
dengan jenis kegiatan yang didanai;
b. Disosialisasikannya jadwal pelaksanaan tiap kegiatan yang akan dilaksanakan;
c. Disosialisasikannya sanksi-sanksi yang akan diberlakukan selama pelaksanaan
PNPM Mandiri Perdesaan di desa tersebut;
d. Disepakatinya rencana realisasi sumbangan termasuk kompensasi lahan atau aset
lain masyarakat;
e. Disepakatinya besarnya insentif bagi pekerja (per-Hari Orang Kerja) dan tata cara
pembayarannya;
f. Dipahaminya mekanisme pengadaan bahan dan alat;
g. Terbentuknya Tim Pemantau yang akan memantau pelaksanaan PNPM Mandiri
Perdesaan;
h. Terpilihnya Ketua Bidang Kegiatan sebagai bagian dari TPK;
i. Disampaikannya kemajuan penanganan masalah dan rencana tindak lanjutnya;
j. Disepakatinya jadwal kegiatan untuk pelaksanaan reviu RPJMdes dan proses
penyiapan usulan tahun berikutnya.
Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam butir a-j di atas disusun dalam dokumen yang
dihasilkan Musdes-II yaitu Berita Acara (BA) hasil musyawarah.
Fasilitator dalam Musdes-II adalah Kader Desa dibantu oleh Fasilitator Kecamatan.
Fasilitator perlu mengupayakan seoptimal mungkin agar sekurang-kurangnya 40% dari
peserta Musdes-II adalah perempuan. Pendanaan atas penyelenggaraan musdes berasal
dari DOK, swadaya desa atau masyarakat.
Dalam proses pelaksanaan Musdes-II juga dilakukan proses evaluasi terhadap dokumen
perencanaan desa terkait dengan usulan kegiatan yang sudah didanai melalui sumber
APBD sesuai hasil yang telah diinformasikan dalam pelaksanaan Musrenbang Kecamatan
gabungan MAD-I.
4. Musyawarah Dusun melalui Reviu Penggalian Gagasan bersamaan dengan
Proses Reviu RPJMdes
Proses Reviu RPJMDes dilaksanakan mulai dari dusun. Kegiatan musyawarah ini
dimaksudkan untuk melakukan pengkajian kembali terhadap perubahan gagasan dusun
sebagai akibat adanya kegiatan baru yang sudah dilaksanakan melalui berbagai
pendanaan. Berdasarkan perubahan yang terjadi, apakah berpengaruh terhadap RKPDes
yang sudah disusun sebelumnya atau tidak. Jika ada pengaruhnya, maka RKPDes akan
dilakukan penyesuaian dalam rangka untuk optimalisasi hasil kegiatan.
Dalam proses Reviu, sekaligus juga dilakukan identifikasi untuk melengkapi RKPDes
sebagai bahan untuk pelaksanaan Musdes Penetapan Usulan, dan mempersiapkan draft
RKP yang akan diajukan untuk perencanaan N+2.
Bagi desa-desa yang berdasarkan hasil Reviu, nilai dokumen RPJMDes masih
dikategorikan belum layak, maka dalam proses Reviu sekaligus dilakukan perbaikan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
5. Musyawarah Khusus Kelompok Perempuan (MKP)
Musyawarah Khusus Perempuan adalah pertemuan khusus kelompok perempuan yang
dilaksanakan di dusun. Tujuan MKP untuk melengkapi dan menyempurnakan usulan
kegiatan yang berasal dari usulan perempuan yang sudah ditetapkan dalam proses
penyusunan RKP dalam tahap Musrenbangdes bulan Januari. Dalam proses MKP juga
disempurnakan usulan Simpan Pinjam Khusus Kelompok Perempuan meliputi kelompok
apa saja yang akan mengajukan usulan SPP.
6. Musyawarah Desa Khusus Kelompok Perempuan (Musdes KP)
Musyawarah Desa Khusus Kelompok Perempuan dilaksanakan setelah MKP dari semua
dusun selesai. Dalam proses Musdes KP ini dilakukan kompilasi usulan hasil MKP dan
menyepakati usulan prioritas perempuan untuk SPP dan Non-SPP yang akan ditetapkan
dalam pelaksanaan Musyawarah Desa IV.
7. Musyawarah Antar Desa II (MAD-II)
Musyawarah Antar Desa II, dilaksanakan setelah adanya Edaran Indikasi Lokasi dan
Alokasi yang diterbitkan oleh Pihak Pemerintah Pusat yang berwenang. Dalam
pelaksanaan MAD-II, dilakukan juga sosialisasi terhadap berbagai kegiatan pembangunan
di desa termasuk penyebarluasan informasi penetapan lokasi dan alokasi untuk kecamatan
tersebut. Selain agenda Sosialisasi, dalam MAD-II juga diagendakan untuk dilakukan
evaluasi terhadap capaian proses pelaksanaan pembangunan dalam tahun anggaran
berjalan. Evaluasi, sanksi dan penetapan jadwal kegiatan selanjutnya meliputi kegiatan
fasilitasi kegiatan antar desa, penulisan usulan, verifikasi usulan, MAD Prioritas dan
termasuk Musyawarah Desa untuk penyiapan Draft RKPDes dan Lokakarya RKPDes.
Dalam pelaksanaan MAD-II juga ditetapkan hasil-hasil proses fasilitasi Kegiatan Antar
Desa.
f.
g.
h.
i.
Peta Tematik dimaksud tidak hanya menggambarkan jenis kegiatan antar desa
bidang sarana prasarana, namun demikian juga untuk bidang kegiatan lain.
Selanjutnya BKAD mempresentasikan adanya usulan kegiatan antar desa/berbasis
kawasan dalam forum Musyawarah.
Penyusunan RAB Disain dapat dilakukan secara bersama-sama dari Antar Desa
yang telah menyatakan kerjasama.
Jika Nilai usulan kegiatan antar desa kurang dari batas maksimal pendanaan dalam
proses pengusulannya dapat dimusyawarahkan apakah akan dilakukan
penggabungan menjadi 1 (satu) usulan desa, .
Salah satu hasil MAD-II adalah penandatanganan Berita Acara Kesepakatan
Pelaksanaan Kegiatan Antar Desa oleh Desa-desa yang melakukan Kerja sama
diketahui oleh Camat dan BKAD.
Lampiran 2
Surat Dirjen PMD Kemendagri
PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN
(PNPM MANDIRI PERDESAAN)
POLA KHUSUS
PERCEPATAN DAN PENGUATAN
MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN
PENGURANGAN KEMISKINAN INDONESIA (MP3KI)
BAB.1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang semakin mandiri, maju, adil,
dan makmur pada tahun 2025, pemerintah menyusun Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI) sebagai kebijakan afirmatif
dalam jangka panjang untuk memperkuat kebijakan penanggulangan kemiskinan.
MP3KI adalah dokumen rencana penanggulangan kemiskinan jangka panjang yang
menjadi acuan bagi seluruh pihak di dalam menyusun dan mengembangkan
kebijakan/program/kegiatan penanggulangan kemiskinan di masa yang akan datang
Strategi utama penanggulangan kemiskinan jangka panjang terdiri dari:
1. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,
dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan;
2. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dapat ditingkatkan terus-menerus;
3. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) bagi
masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di
tingkat lokal, regional, dan nasional dengan tetap memperhatikan aspek
lingkungan.
Strategi yang pertama menjadi fondasi bagi masyarakat miskin dalam
mengembangkan penghidupannya melalui ketersediaan jaminan sosial dan berbagai
bantuan yang diberikan pada situasi dan kondisi tertentu, baik yang bersifat reguler
maupun temporer. Strategi ini lebih diarahkan pada penguatan individu dan rumah
tangga miskin.
Strategi yang kedua menjadi pelengkap dari strategi pertama dengan berfokus
kepada sisi supply (penyediaan) dari berbagai pelayanan dasar serta peningkatan
keterjangkauan dari pelayanan-pelayanan tersebut. Pelayanan dasar yang
diutamakan meliputi: hak atas identitas tanpa diskriminasi, hak atas perlindungan
melalui pelayanan kesejahteraan sosial, pelayanan kesehatan, pelayanan
pendidikan, dan infrastruktur dasar (rumah layak huni, air bersih, sanitasi,
transportasi, dan komunikasi).
Strategi ketiga lebih diarahkan untuk mengangkat taraf hidup masyarakat miskin
untuk hidup secara layak dan berkelanjutan. Hal ini mengartikan bahwa upayaupaya penanggulangan kemiskinan tidak hanya berdampak pendek nampun dapat
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
pemberdayaan masyarakat (klaster 2), program kredit untuk usaha kecil dan mikro
(klaster 3), dan program-program prorakyat lain (klaster 4).
MP3KI dikembangkan melalui transformasi dari pendekatan pemberian bantuan ke
pendekatan peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat. Pelaksanaan
MP3KI akan didukung oleh penguatan kelembagaan penanggulangan kemiskinan di
pusat dan di daerah (provinsi-kabupaten), sampai ke kecamatan dan
desa/kelurahan.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri
Perdesaan) adalah program nasional Pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan melalui penyediaan saranaprasarana dasar perdesaan, perluasan kesempatan dan penciptaan lapangan kerja,
tambahan pendapatan rumah tangga miskin, serta memperkuat kelembagaan
pembangunan partisipatif, melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dan
peningkatan kinerja pemerintah lokal yang baik dalam kerangka percepatan
penanggulangan kemiskinan.
Dengan demikian MP3KI diimplementasikan pemerintah melalui sinkronisasi
pelaksanaan program-kegiatan K/L dengan program-kegiatan pemerintah daerah,
termasuk didalamnya sinkronisasi perencanaan dan anggaran. Apabila sinkronisasi
ini terjadi, maka implementasi MP3KI bukanlah program-kegiatan baru, dan bukan
pesaing dari program-kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah ada di K/L
maupun di daerah, tetapi merupakan pengarus-utamaan, sehingga diharapkan
semua pelaku akan merasa memiliki dan bersikap kontributif terhadap percepatan
dan perluasan pengurangan kemiskinan.
MP3KI juga mengambil langkah-langkah strategis berupa tindak-cepat atau Quick
Wins dengan melakukan percepatan dan penguatan pelaksanaan program-kegiatan
di kantong-kantong kemiskinan yang berjalan secara terintegrasi di lokasi terpilih
yaitu lokasi program-kegiatan penanggulangan kemiskinan Kementerian/Lembaga
maupun program-kegiatan khusus. Pada tahun anggaran 2013 program-kegiatan
integratif kementerian/lembaga telah dan sedang diujicobakan pada 2013 di 17
lokasi khusus. Pada 2014 Percepatan dan Penguatan-MP3KI juga akan dilakukan
atau diperluas melalui PNPM Mandiri (Perkotaan, Perdesaan dan PISEW) yaitu
pada 149 kecamatan untuk Percepatan dan di 257 kecamatan untuk Penguatan di
34 provinsi. Untuk PNPM Mandiri Perdesaan cakupan lokasi berada di 137
kecamatan (untuk percepatan) dan 249 kecamatan (untuk penguatan).
Sebagai program penanggulangan kemiskinan pada klaster 2 dengan pendekatan
pemberdayaan, PNPM Mandiri Perdesaan dinilai telah memiliki pengalaman
pelaksanaan dan kelembagaan yang memadai, dimana prinsip dan mekanisme
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
program ini dapat dilakukan dan tetap bekerja dengan baik pada lokasi dengan
situasi-kondisi normal/reguler maupun tertentu ataupun memiliki karakteristik
khusus; seperti pada lokasi kecamatan yang terkena dampak bencana alam, lokasi
perbatasan dan lokasi pasca krisis.
Untuk itu berkaitan dengan implementasi strategis Percepatan dan Penguatan
MP3KI melalui PNPM Mandiri Perdesaan, perlu disusun suatu Petunjuk Teknis
Operasional (PTO) pola khusus yang memenuhi fokus dan target percepatan dan
penguatan-MP3KI dengan tetap berpegang pada prinsip dan mekanisme PNPM
Mandiri Perdesaan. Petunjuk teknis ini bersifat melengkapi dan mengatur hal-hal
yang khusus diperlukan bagi pencapaian tujuan MP3KI. Selanjutnya secara ringkas
disebut PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan PenguatanMP3KI
1.2. Tujuan
Secara ringkas konsep MP3KI bertumpu pada pengembangan lima aset
penghidupan utama dalam rangka memperkuat penghidupan berkelanjutan atau
sustainable livelihood masyarakat. Sedangkan pendekatan penghidupan
berkelanjutan merupakan pendekatan penanggulangan kemiskinan yang
terintegrasi dalam pembekalan aset yang diperlukan oleh individu (atau satuan
rumah tangga miskin) sehingga dapat berdiri sendiri (mandiri) secara
berkesinambungan. Kelima aset tersebut adalah:
1. Alam (Natural)
2. Infrastruktur (Physical)
3. Kemasyarakatan (Social)
4. Keuangan (Financial)
5. Sumber Daya Manusia (Human).
Dengan demikian tujuan pelaksanaan kegiatan melalui PNPM Mandiri Perdesaan
Pola Khusus Percepatan dan Penguatan-MP3KI secara khusus adalah:
1. Memperkuat kelembagaan masyarakat agar dapat mendukung upaya
pengembangan, peningkatan dan pelestarian mata pencaharian atau
penghidupan mereka secara berkelanjutan bagi individual/ keluarga/
rumahtangga (domain private sector) secara langsung, serta dan
kelompok/sosial, melalui penyediaan kegiatan-kegiatan program serta hasilhasilnya (domain public sector);
2. Meningkatkan kesejahteraan komunitas/masyarakat perdesaan secara mandiri
melalui penghidupan berkelanjutan dengan cara menjadikan BLM menjadi
instrumen
utama
dalam
percepatan
dan
penguatan
melalui
pembangunan/pengembangan sarana-prasarana yang dapat melayani atau
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
implikasi hasil kegiatan lebih luas dan dampak pengentasan kemiskinan lebih
besar. Usulan kegiatan dan pelaksana kegiatan juga berupa gabungan antar
desa dalam kecamatan lokasi.
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
10
Mandiri Perdesaan reguler yang selama ini telah berlangsung secara integrasi
dengan sistem perencanaan pembangunan atau musrenbang. Hal ini dimaksudkan
agar tidak terjadi perubahan atau tambahan alur proses yang dapat mengganggu
siklus pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan secara keseluruhan.
Namun demikian perlu diingat bahwa kegiatan prioritas masyarakat yang didanai
Percepatan dan Penguatan-MP3KI dilaksanakan secara lebih terarah dan terencana
dalam kerangka pencapaian target penanggulangan kemiskinan melalui
penyediaan/pengusulan kegiatan yang sangat penting atau vital dan mendesak bagi
keberlangsungan penghidupan/mata pencaharian masyarakat (sustainable
livelihood).
Setelah masyarakat lokasi percepatan mengambil keputusan memilih menu kegiatan
terbatas pada Daftar Prioritas Kegiatan yang telah ditentukan, dan atau menyusun
usulan kegiatan baru (bagi masyarakat lokasi penguatan), maka selanjutnya disusun
desain dan rincian anggaran dan biaya serta dibentuk kepanitiaan kerja/pelaksana
kegiatan, pengadaan barang dan jasa, serta pemeliharaan hasil kegiatan.
Mengingat skala dan lingkup kegiatan yang lebih besar (jika dibandingkan dengan
PNPM Mandiri Perdesaan reguler) maka pengelolaan rangkaian kegiatan dilakukan
atau dipimpin langsung oleh Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) sebagai
organisasi yang representatif atau mewakili kepentingan masyarakat di lingkup
kecamatan/antar desa. Hal ini sekaligus untuk menguatakan dan memastikan bahwa
kelembagaan kerjasama antardesa di kecamatan lokasi tersebut berfungsi dengan
baik.
Pengelolaan dan pengadministrasian keuangan program tetap dilakukan melalui
Unit Pengelola Kegiatan (UPK). Pertanggungjawaban hasil kegiatan dilakukan
melalui MAD Khusus Pertanggungjawaban, yang diikuti seluruh desa di kecamatan
lokasi guna memastikan serah terima aset/hasil kegiatan dapat dipelihara oleh
kerjasama desa-desa melalui BKAD secara berkelanjutan.
Pendekatan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan tetap berbasis masyarakat dan
wajib dilakukan dengan pelibatan masyarakat menggunakan model padat karya
dengan tujuan memperkuat dan menjaga kohesi atau ikatan sosial
(kegotongroyongan), sekaligus memberikan pendapatan kepada masyarakat/warga
khususnya keluarga miskin di perdesaan (aspek perluasan kerja dan pendapatan,
serta penanggulangan pengangguran). Pengadaan bahan, material, tenaga kerja
diutamakan dari lokal/setempat. Dampak lebih lanjut yang diharapkan adalah
dengan dana yang diterima anggota masyarakat sebagai upah kerja atau karena
terjadinya transaksi bahan-material dan lain-lain, dapat memicu proses-proses
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
11
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
12
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
13
4. nilai kegiatan antara Rp.500,- juta Rp.1.500,- juta; [untuk kegiatan dengan nilai
di atas Rp.1.500,- juta harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Bappeda
setelah rapat teknis dengan tim pengendali kabupaten yang melibatkan PMD
dan sektor/dinas terkait];
5. Untuk usulan kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat (seperti pelatihan
keterampilan, pelatihan pengembangan usaha dan sejenisnya) dapat dilakukan
secara paket atau gabungan dengan mempertimbangkan nilai total biaya
(sebagaimana maksud butir 4 di atas), kemampuan organisasi penyelenggara
pelatihan (lintas desa) dan pertimbangan teknis lain yang relevan;
6. kegiatan yang diusulkan memiliki manfaat dan hubungan langsung/korelasi
peningkatan mata pencaharian/penghidupan yang berkelanjutan bagi
masyarakat miskin,
3.3. Organisasi Kerja Pelaksanaan Kegiatan
Pada dasarnya pengaturan organisasi kerja dalam penyelenggaraan kegiatan
dilakukan dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Tata laksana kelembagaan (BKAD, UPK, BP-UPK dan Tim Verifikasi) dan
organisasi kerja dalam pelaksanaan kegiatan pada prinsipnya mengikuti pola
pelaksanaan pada PNPM Mandiri Perdesaan;
2. Pencairan dana tetap dilakukan dari Kas Negara ke UPK dengan
mempergunakan dokumen-dokumen pendukung atau isian formulir disertai
pengesahan sebagaimana dituangkan dalam Petunjuk Teknis PNPM Mandiri
Perdesaan;
1. Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) adalah tim kepanitiaan yang bersifat ad-hoc atau
sementara, dibentuk di kecamatan/lintas desa secara khusus mengingat
kegiatan berskala luas atau ruang lingkup kegiatan yang besar dan bersifat
lintas desa. Struktur kepengurusan TPK terdiri dari Ketua, Bendahara,
sekretaris dan Koordinator Kelompok Kerja (Pokja) sekretaris Pokja.
Jumlah Pokja dalam TPK sesuai dengan kebutuhan. Yang wajib ada dalam TPK
adalah: Kelompok Kerja (Pokja) Pengadaan/Pelelangan (1 pokja), Pokja
Pengawasan (1 pokja) dengan memerankan kelembagaan yang sudah ada yaitu
TPM (Tim Pemantau Masyarakat), dan Pokja Kegiatan/Pembangunan (jumlah
sesuai dengan kegiatan yang dilakukan) dan Pokja Pelestarian (1 Pokja).
Khusus untuk Pokja pelestarian dapat diserahkan kepada Tim Pengelola
Pemeliharaan Prasarana (TP3) yang sudah dibentuk di masing-masing desa,
atau dilakukan penggabungan karena ada perluasan ruang lingkup dan skala
kerja atau pemanfaatan (TP3 yang lintas Desa) misalnya unit (hasil kegiatan)
pasar, galangan kapal/perahu, sarana air bersih yang berskala besar dapat
dikelola oleh dua desa atau lebih.
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
14
2. TPK wajib menyusun mekanisme kerja internal (Standar Operasi dan Prosedur)
yang mengatur tentang hak dan kewajiban serta tugas dan tanggungjawab. TPK
wajib menyusun Laporan pertanggungjawaban yang berisi kegiatan umum,
administrasi dan keuangan serta hasil-hasil kegiatan bidang kerja masingmasing Pokja, disusun dalam satu dokumen dan disampaikan secara terbuka
dalam MAD dan laporan ditampilkan dalam media publik termasuk papan
informasi desa-desa.
3. Mengingat terbatasnya sumber daya manusia di kecamatan dan dengan
pertimbangan efektifitas penyelenggaraan kerja, maka PTO ini mengatur Ketua
TPK dipegang oleh ketua BKAD, Bendahara dipegang oleh bendahara UPK,
Sekretaris dipegang oleh sekretaris BKAD, sedangkan Koordinator dan
sekretaris Pokja ditentukan dari TPK desa yang berpengalaman dengan bidang
kegiatan bersangkutan. Namun demikian terbuka kemungkinan jika MAD
berkehendak memutuskan lain disertai dengan pertimbangan tertentu
(dituangkan dalam BA MAD), seperti adanya keterbatasan waktu, keterbatasan
kemampuan, kemungkinan terjadinya benturan kepentingan atau conflict of
interest jika terjadi rangkap tugas/jabatan atau alasan lain yang relevan.
4. TPK wajib mentaati arahan dan petunjuk teknis tertulis dari TKPKD atau Tim
Pengendali Kabupaten yaitu Tim Teknis atau Tim Kerja gabungan yang
beranggotakan SKPD/Dinas Kabupaten terkait dengan pelaksanaan Percepatan
dan Penguatan-MP3KI dibawah koordinasi Bappeda dan PMD setempat. Hal ini
bertujuan agar target atau capaian Percepatan dan Penguatan-MP3KI terpenuhi.
5. Pekerjaan atau pelaksanaan kegiatan dilakukan secara swakelola
dikoordinasikan oleh koordinator pokja kegiatan, yang bekerja dengan tenaga
kerja berasal dari masyarakat desa/setempat, diprioritaskan dari keluarga miskin
perdesaan.
6. Kegiatan tidak boleh dipihak-ketigakan. Untuk pekerjaan yang merupakan
bagian kegiatan, alat berat, bahan pabrikan, tenaga kerja ahli, yang
kompleks/rumit dan atau mempergunakan teknologi sedang dan atau
tinggi/canggih, dan atau tidak mampu dikerjakan/disediakan sendiri oleh
masyarakat, dapat dikerjakan oleh pihak ketiga dengan mekanisme lelang.
Untuk itu TPK harus mengajukan secara tertulis rencana pelelangan tersebut
kepada Tim Pengendali Kabupaten untuk mendapatkan opini/pernyataan atau
petunjuk teknis secara tertulis.
3.4. Pendanaan
3.4.1. Sumber Pendanaan yang utama adalah dari APBN yaitu sejumlah dana
Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang ditetapkan dan dialokasikan
berdasarkan perhitungan tertentu (sesuai dengan target Percepatan dan
Penguatan-MP3KI).
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
15
Dari dana BLM tersebut, maksimal sampai dengan 5% dari total dana BLM
Percepatan dan Penguatan-MP3KI, dipergunakan untuk Dana Operasional
Kegiatan (DOK) yaitu dana operasional kegiatan dengan penjelasan dan
rincian sebagai berikut:
Dana operasional kegiatan adalah sejumlah dana yang bersumber dari BLM
(diambilkan dari alokasi BLM percepatan, penguatan dan penghidupan
berkelanjutan) yang dipergunakan untuk membiayai operasional Tim
Pelaksanan Kegiatan (TPK) antar desa seperti:
1. Honorarium TPK (pengurus dan anggota termasuk juga Pokja), serta
pembayaran tenaga teknis pendampingan yang dikontrak langsung oleh
TPK (bisa berupa Tenaga Ahli, Tenaga Teknis/Pendukung lainnya yang
secara khusus terkait dengan kegiatan lapangan.
2. Pembiayaan operasional lainnya seperti: rapat-rapat, administrasi dan
pelaporan kegiatan TPK, pelaporan yang disusun UPK, verifikasi, desain &
RAB, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan, publikasi dan hal lain
terkait dengan pelaksanaan kegiatan.
Penggunaan dana operasional kegiatan (DOK) sebagaimana dimaksud butir
1 dan 2 diatas harus disusun RAB (rencana anggaran biaya) dan disepakati
atau diputuskan dalam MAD.
Besarnya DOK di masing-masing kecamatan ditentukan berdasarkan tingkat
kesulitan lokasi dan jumlah dana BLM yang dikelola sebagaimana tabel di
bawah.
Kategori lokasi
Kecamatan
Normal
Sulit
Sangat Sulit
Ekstrem
3.4.2. Sumber pendanaan lainnya adalah dari APBD Provinsi berupa dana
Pembinaan dan Administrasi Proyek (PAP) minimal sebesar 1% dari total
BLM Percepatan dan Penguatan-MP3KI. Dana ini dipergunakan khusus untuk
mengelola, mengendalikan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Percepatan
dan Penguatan-MP3KI di provinsi bersangkutan.
3.4.3. Sumber pendanaan lainnya adalah dari APBD Kabupaten berupa dana
Pembinaan dan Administrasi Proyek (PAP) minimal sebesar 5% dari total
BLM Percepatan dan Penguatan-MP3KI. Dana ini dipergunakan khusus untuk
mengelola, mengendalikan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan Percepatan
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
16
Bappeda,
Setda,
PMD
dan
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
17
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
18
4.
5.
6.
7.
8.
19
Penggunaan Dana (RPD) dan Laporan Penggunaan Dana (LPD). Ketua TPK
wajib membubuhkan tanda tangan pada formulir LPD bagi permintaan
penyaluran dana dari UPK ke Pokja TPK, dan memastikan progres kegiatan
masing-masing Pokja.
2. Dana BLM Kegiatan yang sudah disalurkan TPK untuk kegiatan fisik atau
kegiatan lain yang sudah direncanakan, harus diadministrasikan atau dibukukan
dalam arus kas oleh bendahara UPK. Ketua TPK Percepatan dan PenguatanMP3KI tetap harus mengkonsolidasikan serta menyusun laporan keuangan dan
hasil kegiatan TPK dan seluruh Pokja-pokja guna pertanggungjawaban dalam
MAD sesuai mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan.
3.7. Pengadaan Barang dan Jasa
1. Proses pengadaan barang dan jasa dalam pelaksanaan kegiatan tetap
berpedoman pada PTO PNPM Mandiri Perdesaan (termasuk penggunaan
formulir).
2. Secara khusus untuk Percepatan dan Penguatan-MP3KI dibentuk Pokja
Pelelangan/Pengadaan
Barang
dan
Jasa,
yang
bertugas
untuk
menyelenggarakan pengadaan barang dan jasa yang diperlukan sesuai dengan
RAB dan Desain kegiatan yang telah ditetapkan.
3. Rencana Pelelangan/Pengadaan Barang dan Jasa dari seluruh kegiatan yang
didanai BLM Percepatan dan Penguatan-MP3KI harus telah selesai disusun
bersamaan atau pada saat rencana desain dan RAB kegiatan selesai disusun.
Rencana harus diketahui dan disetujui oleh masyarakat dalam MAD (dinyatakan
secara jelas dalam BA MAD).
4. Rencana pelelangan harus diumumkan atau ditempelkan di media publik
kecamatan termasuk juga melalui papan informasi PNPM Mandiri Perdesaan.
5. Pelelangan/pengadaan barang dan jasa harus dilakukan secara terbuka.
6. Seperti diketahui bahwa pengadaan barang dan jasa pada PNPM Mandiri
Perdesaan pada dasarnya dilakukan di setiap desa, namun jika dinilai lebih
efektif dan efisien bisa juga dilakukan bersama-sama oleh desa-desa dalam
satu kecamatan, dengan tetap dilakukan secara sederhana, berkualitas,
murah/harga kompetitif dan wajar, cepat, transparan dan akuntabel.
7. Sejalan dengan itu maka untuk kegiatan Percepatan dan Penguatan-MP3KI,
pelelangan/pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh Pokja
Pelelangan/Pengadaan Barang dan Jasa di Kecamatan dengan prinsip yang
sama yaitu sederhana, memenuhi kualitas, murah dalam arti harga kompetitif
dan wajar, cepat (mengingat terbatasnya waktu siklus program), transparan dan
akuntabel (tercatat dan dapat dipertanggungjawabkan).
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
20
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
21
Lampiran 1.
BAGAN ALUR DAN MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN
Daftar
Lokasi,
Alokasi &
Prioritas
Kegiatan
Reviu
Daftar
Prioritas
Kegiatan
MAD
Khusus
Penetapan
Kegiatan
Didanai
MP3KI
Pembentuk
an TPK
Penyusuna
n Desain
Teknis-RAB
Pencairan
Dana BLM
Pelaksanaa
n Kegiatan
MAD
Pertanggun
gjawaban
22
23
MAD Khusus
Penetapan
Usulan didanai
BLM MP3KI
Percepatan dan
atau Penguatan
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
4-8
minggu
24
6. menyusun
kebutuhan
bantuan
teknis/pendampingan yang diperlukan dan
kebutuhan biaya serta teknis rekrutmen dan
kontraktualnya,
7. memastikan sumber daya manusia yang ada
tercukupi dan teralokasikan dengan memadai
dan tepat mengingat jumlah kegiatan dan
waktu yang tersedia untuk pelaksanaan
PNPM Mandiri Perdesaan, Percepatan dan
Penguatan-MP3KI,
8. menyusun Berita Acara (BA) yang berisi hal
tersebut pada butir 1-5 di atas,
Hasil MAD Khusus adalah :
- Berita Acara MAD,
- Organisasi
Kerja
(TPK
dan
kelengkapannya),
- Rencana Kerja Tindak Lanjut dan Jadwal
3
Pencairan Dana
dan Pelaksanaan
Kegiatan
Musdes
Pertanggungjawa
ban dan atau
Penetapan
Usulan T.A.
berikutnya
Kegiatan:
- TPK mengajukan dokumen untuk pencairan
dana sesuai kebutuhan secara tertulis
kepada UPK,
- TPK (Pokja kegiatan) melaksanakan kegiatan
dengan pola swakelola,
- Pengadaan bahan dan tenaga kerja harus
tetap mengikuti prosedur PTO PNPM Mandiri
Perdesaan.
- Mobilisasi tenaga kerja diprioritaskan dari
desa-desa lokasi kegiatan dan penerima
manfaat tersebut.
- Melaporkan dan mempertanggung jawabkan
realisasi penggunaan dana dan hasil
kegiatan.
- Melakukan serah terima kepada Desa-desa
dalam kecamatan yang memanfaatkan hasilhasil kegiatan (Pokja Pelestarian)
- Mengatur (membuat SOP) pengelolaan dan
pelestarian pemanfaatan hasil-hasil kegiatan
dalam Pokja Pelestarian dan atau UPK untuk
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
5-8
bulan
1-4
minggu
25
Perguliran Dana
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
26
Lampiran 2.
BAGAN ORGANISASI TIM PENGELOLA KEGIATAN (TPK) ANTAR DESA
BKAD
BP-UPK
UPK
Tim
Unit/Tim
Khusus
Khusus
Lain
Lain
Tim
Verifikasi
UPK
TPK
Kecamatan
TPK Desa
TPK Desa
TPK Desa
TPK Desa
Ketua,
Bendahara,
Sekretaris,
Kordinator
Pokja:
Kegiatan,
Pengadaan,
Pemeliharaan.
PTO PNPM Mandiri Perdesaan Pola Khusus Percepatan dan Penguatan MP3KI
27