63 S
63 S
TINJAUAN PUSTAKA
Awareness dan Recall Intraoperatif
Aunun Rofiq*, Witjaksono*, Widya Istanto Nurcahyo*
*Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK Undip/ RSUP Dr. Kariadi, Semarang
ABSTRACT
ASA reports the latest on intraoperative awareness conducted by the ASA is centered
around the postoperative recall. As can be inferred from this chapter, introperatif
awareness and postoperative recall is not a phenomenon that is not related at all, thereby
allowing clinicians and researchers to use one of the two partially substitute for the other.
Recall that typically do not provide actual estimates of the incidence of intraoperative
awareness and simply represents the peak of the iceberg phenomenon. Monitor brain
function can not be predicted with less recall very well, but better than the traditional
autonomic parameters in knowing lost or the emergence of consciousness. Monitor brain
function represents the rapid developments in anesthesia practice management. The ability
to recognize intraoperative awareness and prevention by maintaining a depth of hypnosis
level, offers great potential to prevent postoperative recall.
ABSTRAK
Laporan ASA terbaru mengenai awareness intraoperatif yang dilakukan oleh ASA
dipusatkan seputar recall postoperative. Seperti dapat disimpulkan dari Bab ini,
awareness introperatif dan recall postoperative bukanlah
fenomena yang tidak
berhubungan sama sekali, sehingga membolehkan para klinisi dan peneliti untuk
menggunakan salah satu di antara keduanya sebagia substitusi bagi yang lain.
Recall secara khas memberikan estimasi yang tidak sebenarnya terhadap insidensi
awareness intraoperatif dan hanya merepresentasikan puncak dari fenomena gunung es.
Monitor fungsi otak tidak dapat memprediksi recall dengn sangat baik, tetapi lebih baik
dari parameter otonom yang tradisional dalam mengetahui hilang atau timbulnya
kesadaran. Monitor fungsi otak merepresentasikan perkembangan yang pesat dalam
manajemen praktek anestesi. Kemampuan untuk mengenali awareness intraoperatif dan
pencegahannya dengan mempertahankan kedalaman tingkat hypnosis, menawarkan
potensi yang besar untuk mencegah recall postoperative.
_________________________________________________________________________
PENDAHULUAN
Pernah nonton film Awake besutan
Joby Harold tahun 2007? Film itu
mengisahkan tentang seorang yang harus
menjalani operasi transplantasi jantung di
bawah pengaruh obat bius, tetapi tersadar
pada saat operasi berlangsung tanpa bisa
bergerak atau bicara. Serunya, dia bisa
Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012
51
mengangkat
tentang
peristiwa
anesthesia
awareness,
yaitu
tersadarnya pasien pada saat operasi di
bawah pengaruh obat bius, sehingga ia
bisa menyadari apa yang terjadi selama
operasi.
Ada lagi suatu cerita, dimana seorang
wanita, 30 tahun, terdaftar di sebuah
rumah sakit untuk tindakan bedah
sterilisasi dengan anestesi general.
Setelah induksi yang baik dan lancar
pasien bangun dan mengeluh tidak dapat
bergerak. Pasien mendengar dokter
ginekolog, yang datang terlambat, dan
bertengkar dengan dokter anestesi, yang
berkata padanya, kemana saja engkau
dokter, pasienmu sudah siap sejak satu
jam yang lalu!!. Pasien tersebut
kemudian merasa ada sensasi nyeri
seperti ditusuk pisau di perutnya. Dia
panik, dan menjadi ketakutan terhadap
hal apa lagi yang akan terjadi padanya,
takut akan rasa sakit yang lebih berat.
Di dalam Recovery Room, pasien gelisah.
Staf yang menjaganya mengatakan bahwa
kegelisahannya merupakan efek samping
yang umum terjadi dari tindakan anestesi,
sehingga pasien sebaiknya tetap tenang.
Karena dia mengingat hal-hal yang
terjadi padanya selama operasi, dia
memutuskan untuk bertanya lebih jauh
tentang keadaan dirinya. Namun, sang
perawat kurang menanggapinya, sehingga
dia merasa diabaikan dan putus asa.
Maka kemudian, dia merasa kecewa,
marah,
dan
memutuskan
untuk
menghadap kepada dokter anestesi. Sang
dokter, juga pada awalnya tidak
membenarkan apa yang ia rasakan,
karena melihat tanda vital pada pasien ini
normal sepenuhnya. Namun, ketika sang
pasien dapat mengulangi dengan sama
persis kata-kata yang diucapkan dokter
anestesi tersebut saat operasi ketika
bertengkar dengan dokter ginekologi,
sang dokter anestesi pun mulai berubah
52
53
54
1.
2.
3.
4.
5.
55
57
58
59
60
61
Tanda Klinis
Gerakan Bertujuan
Metode yang bermanfaat adalah menilai
gerakan tangan pasien dalam merespon
perintah selama anestesi general atau
sedasi (lihat gambar 26-1). Gerakan yang
berulang
dan
konsisten
dapat
mengindikasikan sangat baik bahwa
pasien anda bangun. Jangan mengambil
tindakan untuk memberikan tambahan
muscle realaksan, tetapi nilailah dulu
status kesadaran pasien. Feedback yang
anda berikan akan dihargai ketika pasien
bangun (lihat bagian Apa yang Harus
Dilakukan?)
Pegang tangan pasien, dan hindari untuk
terus menulis. Mulailah menilai secara
periodik, dengan memanggil nama depan
pasien, sehingga pasien anda akan
mengetahui bahwa mereka dikenali.
Tanpa memanggil namanya, pasien
sebenarnya mendengar anda namun tidak
merespon karena ia berpikir anda sedang
bicara denagn orang lain. Setelah
memanggil namanya, minta pasien untuk
memegang tangan anda jika ia dapat
mendengar suara anda, dan tunggu sekitar
Respon 1x
Respon 2 sentuhan
melakukan
hal
tersebut
ketika
25
diwawancarai kemudian. Begitu pula,
pasien dengan sengaja bangun selama
prosedur neurosurgikal tertentu dan
hanya mengingat sedikit dari apa yang
terjadi.28 Penelitian ini menunjukkan
bahwa awareness tidak bermakna untuk
merefleksikan memori, dan ilustrasi yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa
awareness intraoperatif dan recall
postoperatif mempunyai hubungan yang
tidak erat. Wawancara postoperatif
cenderung
underestimate
terhadap
insidensi awareness, di mana akan
menghentikan
perubahan
perbaikan
selama
monitoring
intraoperatif.
Keterbatasan penggunaan wawancara
postoperatif dalam memonitoring dan
mendeteksi awareness tidak berarti
bahwa wawancara postoperatif ini harus
diabaikan. Sebaliknya, kita dapat
memperoleh sumber informasi yang tidak
terhingga dan mengidentifikasi pasien
yang mengalami awareness yang dapat
dipercaya. Labih jauh, wawancara
postoperatif
memberikan
pasien
kesempatan
untuk
meringankan
kekacauan pikiran dan mentalnya dengan
adanya dokter yang untuk kedua kalinya
bersedia mengatasi apapun yang ada
maupun hilang padanya.
64
65
66
sensasi
yang
sempurna,
yang
memberikan representasi system saraf.
Secara klinis, ini mendorong petugas
anestesi
untuk
berpedoman
pada
perubahan fisiologi sentral yang terjadi.
Ketika perbedaan pengukuran EEG
dibandingkan, BIS cenderung berbeda
dari SEF dan MF. Pada pembandingan
langsung dari ketiganya, kita akan
menemukan hanya BIS yang dapat
membedakan antara subjek yang
nonresponsif dengan yang merespon
secara
tegas
terhadap
perintah.25
Penelitian lainnya, dengan menggunakan
agen yang bervariasi, mendukung
supeioritas
BIS
sebagai
monitor
awareness.31-35
Penemuan juga ini
senada dengan dugaan bahwa BIS
memberikan informasi EEG yang lebih
banyak daripada variable lain, seperti
SEF dan MF, sehingga sebagai
konsekuensinya, BIS dapat diharapkan
sebagai parameter yang lebih akurat
untuk mendeteksi hilang atau timbulnya
kesadaran.
Berdasarkan data dari database, BIS
memberikan nilai probabilitas yang tidak
sempurna. Ini berarti bahwa perbedaan
output dari monitor otak intraindividu
dan interindividu diobservasi pada saat
kehilangan dan kembalinya kesadaran.
Walaupun
monitor
fungsi
otak
menampilkan hasil yang baik, tetap
muncul teka-teki dalam observasi yang
dilakukan (beberapa atribut atau artefak
atau kurang tepatnya interpretasi dari
tanda-tanda yang ada).36 Kesempurnaan
mungkin sulit, jika tidak impossible,
untuk mencapai standar biologis dari
consciousness, dan sedikit lebih luas,
yaitu awareness. Sangat berguna bila kita
mengenali parameter tambahan daripada
hanya bergantung pada satu parameter.
Walaupun BIS meningkatkan monitoring
terhadap sedasi, penelitian yang ada juga
telah menyoroti keterbatasan ini ketika ia
Volume IV, Nomor 1, Tahun 2012
67
68
awareness
Mengenai
69
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
70
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
71
51. Lennmarken
C,
Lindholm
M,
Greenwald SD, et al. Confirmation that
low intraoperative BISTM levels predict
increased
risk
of
post-operative
mortality.
Anesthesiology.
2003;99:A303.
52. Monk TG, Saini V, Weldon BC, et al.
Anesthetic management and one-year
mortality after noncardiac surgery.
Anesth Analg. 2005;100:4.
53. Ekman A, Lindholm ML, Lennmarken
C, et al. Reduction in the incidence of
awareness using BIS monitoring. Acta
Anaesthesiol Scand. 2004;48:20.
54. Flaishon R, Windsor A, Sigl J, et al.
Recovery of consciousness after
thiopental or propofol: Bispectral index
72
55.
56.
57.
58.