Skripsi Jadi PDF
Skripsi Jadi PDF
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Jurusan
Teknik Elektro jenjang Strata-1 Fakultas Teknik
Universitas Widya Dharma Klaten
Disusun oleh:
Nama : FAJAR WIBOWO
NIM : 0842100317
HALAMAN PERSETUJUAN
Hari, Tanggal
2014
Pembimbing I
Pembimbing II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Diterima dan disetujui oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Teknik Elektro
Universitas Widya Dharma Klaten pada :
Hari
Tanggal
Tempat
Ketua
Sekretaris
Penguji I
Penguji II
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Teknik Elektro Universitas Widya Dharma Klaten
Ir. Darupratomo, MT
NIK. 690 304 279
iii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
NIM
Jurusan
Fakulatas
: Fajar Wibowo
: 0842100317
: Teknik Elektro
: Teknik
Klaten,
Mei 2014
Yang membuat pernyataan,
Materai
Rp. 6.000,(Fajar Wibowo)
Catatan:
*) Coret yang tidak sesuai
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas kehendakNya pula
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Teknik.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Triyono, M.Pd. , Selaku Rektor Universitas Widya
Dharma Klaten
2. Bapak Ir. Darupratomo, M.T., Selaku Dekan Fakultas Teknik yang telah
memberikan ijin dan pengarahan sehingga Skripsi ini dapat selesai
3. Bapak Sugeng Santosa, ST, M.Eng., Selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Skripsi ini
4. Bapak Harri Purnomo, ST, M.T., Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini
5. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Elektro yang memberikan dorongan dan
bantuan hingga terselesaikannya Skripsi ini
6. Bapak dan Ibu yang telah memberikan dorongan serta doa hingga
terselesaikannya Skripsi ini.
7. Rekan rekan mahasiswa satu Fakultas yang selalu memberikan motivasinya
sehingga terselesaikan Skripsi ini.
vii
8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat
pahala dan imbalan dari Allah SWT, amien. Penulis berharap semoga karya ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan.
Klaten,
Mei 2014
Penulis
viii
ABSTRAK
Fajar Wibowo. Pengukuran Tahanan Pentanahan Tower Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV Transmisi Srondol Krapyak, BC
Semarang, APP Semarang. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Widya Dharma Klaten.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi masalah nilai tahanan
pentanahan pada kaki tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Gardu Induk
Srondol Krapyak. Hal ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tahanan
pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi Srondol sampai Krapyak pada tahun
2013, mengetahui hasil pengukuran tahunan tahanan pentanahan tower SUTT 150
KV transmisi Srondol Krapyak tahun 2012 dan tahun 2013, mengetahui
karakteristik perbandingan tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi
Srondol Krapyak pada tahun 2012 dan tahun 2013, dan mengetahui hasil
perhitungan tahanan pentanahan menggunakan elektroda batang.
Penelitian ini dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Area Pelaksana
Pemeliharaan (APP) Semarang, Base Camp Semarang yang beralamat di Jl.
Ngresep Timur V No. 41 Semarang dan pada tower SUTT 150 KV transmisi
Srondol Krapyak sebanyak 45 buah tower dengan jenis konstruksi baja.
Berdasarkan gambar grafik 4.1, 4.2, 4.3 diperoleh hasil besar tahanan pentanahan
SUTT 150 KV yang dilaksanakan pada bulan November 2013 keseluruhan masih
dalam kondisi dibawah standar 10 Ohm, dikarenakan tekstur tanah yang berada di
tower SUTT 150 KV transmisi Srondol Krapyak adalah tanah liat, tanah rawa
dan pasir basah.
Hasil perhitungan tahanan pentanahan kaki tower SUTT 150 KV dengan
panjang ground rod 3 m, jarak ground rod 5 m, diameter 16 mm dengan tahanan
jenis tanah yang berbeda menghasilkan tahanan dengan jenis tanah rawa 0,621
Ohm, tanah ladang 1,241 Ohm, pasir basah 3,103 Ohm.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................
ii
iii
iv
MOTTO ......................................................................................................................
PERSEMBAHAN ......................................................................................................
vi
ix
DAFTAR ISI ..
PENDAHULUAN .......
BAB II.
xi
Kesimpulan ..................................................................................... 71
5.2
Saran ................................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) ............................................
xiii
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Tahanan jenis tanah pada jenis tanah yang berbeda ............................ 25
Tabel 3.1. Instrumen Penelitian ..............................................................................37
Tabel 4.1. Hasil pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde SUTT
150 KV Srondol Krapyak ................................................................... 40
Tabel 4.2. Hasil pengukuran tahanan pentanahan arde kaki SUTT 150 KV
Srondol Krapyak ................................................................................ 43
Tabel 4.3. Hasil pengukuran tahanan pentanahan gabungan kaki tower SUTT
150 KV Srondol Krapyak ....................................................................46
xv
BAB I
PENDAHULUAN
angka
terjadinya
petir
cukup
tinggi.
Untuk
1.2. Permasalahan
Permasalahan yang akan diangkat dalam pembuatan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
a.
b.
c.
d.
b.
c.
d.
Wawancara
Wawancara atau sering disebut juga dengan interview adalah sebuah dialog
yang
dilakukan
oleh
pewawancara
untuk
memperoleh
informasi
dari
terwawancara.
b.
Observasi
Dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut juga pengamatan
seluruh alat indra. Termasuk dalam proses observasi ini adalah dengan cara
mengukur langsung objek yang diteliti dengan menggunakan alat ukur.
c.
Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah dengan menggunakan tulisan sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
maksud dan tujuan, batasan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
2.
3.
4.
5.
BAB II
LANDASAN TEORI
generator sinkron sehingga didapatkan tenaga listrik arus bolak balik tiga fasa.
Tenaga mekanik yang dipakai memutar generator listrik didapat dari mesin
penggerak generator listrik (penggerak mula (primover)). Mesin penggerak
generator listrik yang banyak digunakan adalah mesin diesel, turbin uap, turbin
air, dan turbin gas.(Muslim Supari, dkk : 1) Macam macam Pembangkit Tenaga
Listrik yang ada dan dikembangkan di Indonesia seperti :
a. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),
b. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
c. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP),
d. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG),
e. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU),
f. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
b.
Transformator Daya
Tegangan listrik yang dibangkitkan pada pusat pembangkit pada umumnya
Saluran Transmisi
Ada 2 kategori saluran transmisi, yaitu : saluran udara (overhead lines) dan
Gardu Induk
Gardu induk adalah suatu instalasi listrik yang berfungsi untuk menerima
dan menyalurkan tenaga listrik melalui sistem Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET),
Tegangan Tinggi (SUTT) Dan Tegangan Menengah (SUTM).
e.
20 KV.
f.
Transformator Distribusi
Transformator distribusi menggunakan transformator jenis step down untuk
g.
Namun, dari semua faktor tersebut, masih ada faktor yang menentukan yaitu
faktor ekonomis. (Soepartono & A. Rida Ismu, 1980 : 2)
2.2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah sarana yang terbentang di
udara untuk menyalurkan tenaga listrik dari Pusat Pembangkit ke Gardu Induk
(GI) atau dari GI ke GI lainnya yang disalurkan melalui konduktor yang
direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui isolator-isolator dengan sistem
tegangan tinggi (30 kV, 70 kV, 150 kV).( SK 114/DIR/2010 : 9)
ketinggian dan jarak yang cukup agar aman bagi manusia dan lingkungan
sekitarnya dengan sekat isolator. ).( SK 114/DIR/2010 : 9)
Menurut bentuk konstruksinya jenis-jenis tower dibagi atas macam 4 yaitu :
- Lattice tower
10
11
lainnya
karena
alasan
kemudahan
saat
pembangunan
12
13
tiang.
Pada
tiang
tension,
konduktor
dipegang
oleh
tension
14
(AL 61 %). Kawat penghantar aluminium terdiri dari berbagai jenis dengan
lambang sebagai berikut :
AAC = All-Aluminium Conductor, yaitu kawat penghantar yang seluruhnya
terbuat dari aluminium.
AAAC = All-Aluminium Alloy Conductor, yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari campuran aluminium.
ACSR = Aluminium Conductor, Steel-Reinforced, yaitu kawat penghantar
aluminium berinti kawat baja.
ACAR = Aluminium Conductor, Alloy-Reinforced, yaitu kawat penghantar
aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.
Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan kawat penghantar aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih
tinggi. Tetapi kelemahannya ialah, untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih
berat dari aluminium, dan juga lebih mahal. Oleh karena itu, kawat penghantar
aluminium telah menggantikan kedudukan tembaga. Penghantar dengan campuran
aluminium (aluminium alloy) digunakan karena dapat memperbesar kuat tarik dari
kawat aluminium. Sebagaimana diketahui bahwa letak antar tiang/menara saluran
transmisi yang jauh (ratusan meter), maka dibutuhkan kuat tarik yang tinggi.
Penghantar aluminium alloy yang digunakan adalah dari jenis ACSR. (Hutauruk,
T.S. 1985 : 4)
2.2.4 Kawat tanah
Kawat
tanah
atau
ground
wires
juga
disebut
sebagai
kawat
15
kawat fasa terhadap sambaran petir. Jadi kawat tersebut dipasang di atas kawat
fasa. Sebagai kawat tanah umumnya dipakai kawat baja (steel wires) yang lebih
murah, tetapi tidaklah jarang digunakan ACSR. (T.S.Hutauruk, 1985 : 4)
Pada SUTT, jumlah kawat tanah yang digunakan ada yang menggunakan
satu kawat tanah dan ada menggunakan dua kawat tanah. Agar dapat memenuhi
fungsi kawat tanah sebagai pelindung terhadap sambaran langsung (direct stroke),
kawat tanah tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a.
Harus cukup tinggi di atas fasa konduktor dan agar dapat menangkap
(intercept) pukulan langsung.
b.
c.
Tehanan kaki tower harus cukup rendah untuk memperkecil tegangan yang
melintas pada isolator.
16
gangguan
ada
pada
gangguan). Hal ini disebabkan karena luas dan panjang kawat transmisi yang
terbentang dan beroperasi pada kondisi udara yang berbeda beda. Pada sistem
transmisi, suatu gangguan dapat terjadi disebabkan kesalahan mekanis, thermis
dan tegangan lebih atau karena material yang cacat atau rusak, misalnya hubungan
gangguan hubung singkat, gangguan ke tanah/konduktor yang putus. Akibat
akibat yang disebabkan gangguan antara lain :
Petir
17
Polusi (debu)
Debu yang menempel pada isolator bisa bersifat kondusif, sehingga dapat
menyebabkan loncatan bunga api listrik pada isolator tersebut.
d) Pohon yang tumbuh di dekat SUTT
Pohon yang tumbuh dekat dengan SUTT dapat menyebabkan jarak aman
(clearance berkurang. Jarak aman yang berkurang dapat berakibat timbulnya
gangguan pada SUTT.
e)
Bila terjadi keretakan pada isolator, maka secara mekanis, apabila ada petir yang
menyambar akan terjadi arus yang tembus (breakdown) pada isolator.
Ditinjau dari asalnya, penyebab gangguan dapat dibedakan menjadi :
Gangguan dari dalam, adalah gangguan yang terjadi oleh sebab kelainan
pada peralatan itu sendiri.
Gangguan dari luar, adalah yang terjadi oleh sebab benda atau makhluk atau
alam yang menimpa pada peralatan.
Ditinjau dari jenisnya, penyebab gangguan dibedakan menjadi :
Gangguan hubung singkat antar fasa
Gangguan hubung singkat fasa dengan tanah
Putus rangkaian
18
target) bagi sambaran petir karena strukturnya yang tinggi dan berada pada lokasi
yang terbuka. Sambaran petir pada SUTT merupakan suntikan muatan listrik.
Suntikan muatan ini menimbulkan kenaikan tegangan pada SUTT, sehingga pada
SUTT timbul tegangan lebih berbentuk gelombang impuls dan merambat ke
ujung-ujung SUTT.
Komponen komponen yang termasuk dalam fungsi proteksi petir
adalah semua komponen pada SUTT & SUTET yang berfungsi dalam melindungi
saluran transmisi dari sambaran petir, yang terdiri dari :
a) Konduktor Tanah (Earth Wire)
Konduktor
konduktor fasa dari sambaran petir. Konduktor tanah terbuat dari baja yang
sudah digalvanis atau sudah dilapisi dengan aluminium. Di dalam ground wire
difungsikan fiber optic untuk keperluan telemetri, teleproteksi maupun
telekomunikasi yang dikenal dengan OPGW (Optic Ground Wire).
b) Konduktor Penghubung Konduktor Tanah
Untuk menjaga hubungan konduktor tanah dengan tiang, maka pada ujung
travers konduktor tanah dipasang konduktor penghubung yang dihubungkan ke
konduktor tanah. Konduktor penghubung terbuat dari konduktor tanah yang
dipotong dengan panjang yang disesuaikan dengan kebutuhan. Konduktor
penghubung pada tipe penegang dipasang antara tiang dan konduktor tanah
19
serta antar klem penegang konduktor tanah. Hal ini dimaksudkan agar arus
gangguan petir dapat mengalir langsung ke tiang maupun antar konduktor
tanah. Sedangkan pada tipe penyangga, konduktor penghubung dipasang pada
tiang dan disambungkan ke konduktor tanah dengan klem jembatan ataupun
dengan memasangnya pada suspension clamp konduktor tanah.
c) Arcing Horn
Alat pelindung proteksi petir yang paling sederhana adalah arcing horn.
Arcing horn berfungsi memotong tegangan impuls petir secara pasif (tidak
mampu memadamkan follow current dengan sendirinya).
d) Konduktor Penghubung Konduktor Tanah ke Tanah
Pada tiang SUTT yang berlokasi di daerah petir tinggi biasanya dipasang
konduktor penghubung dari konduktor tanah ke tanah. Bahan yang dipakai
untuk konduktor penghubung umumnya sama dengan bahan konduktor tanah.
Konduktor penghubung ini berfungsi agar arus petir yang menyambar konduktor
tanah maupun tiang SUTT dapat langsung disalurkan ke tanah dengan
pertimbangan bahwa nilai hambatan konduktor lebih kecil dibandingkan nilai
hambatan tiang.
e) Pentanahan (Grounding)
Pentanahan tower adalah perlengkapan pembumian sistem transmisi yang
berfungsi untuk meneruskan arus listrik dari tiang SUTT ke tanah. Pentanahan
tiang terdiri dari konduktor tembaga atau konduktor baja yang diklem pada
pipa pentanahan yang ditanam di dekat pondasi tiang, atau dengan
20
sambaran petir pada konstruksi SUTT yang tidak bertegangan, dipasang beberapa
batang pentanahan (ground rod) yang dihubungkan satu sama lain dengan plat
tembaga dan dihubungkan ke tiang dari dua sisi berlawanan. Tahanan pentanahan
setiap tiang disyaratkan maksimum 10 Ohm, diukur tanpa dihubungkan dengan
kawat tanah.(SPLN 121 1996)
Menurut Pabla, A.S. (1994 : 154), agar pentanahan dapat bekerja efektif,
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan yang berulang.
2. Menggunakan bahan tahan korosi terhadap berbagai kondisi kimiawi tanah,
hal ini meyakinkan kontinuitas penampilannya sepanjang umur peralatan
yang dilindungi.
3. Menggunakan sistem mekanik yang kuat namun mudah dalam pelayanan.
Bagian bagian dari pentanahan tower SUTT 150 KV terdiri dari 5 macam,
sebagai berikut : (PLN : Pusdiklat)
a.
pipa/plat tembaga, pipa galvanis, atau yang sejenis yang ditanam cukup dalam di
bawah tanah (sebaiknya mencapai air tanah).
b.
21
menjadi satu. Rel pentanahan ini bisa berbentuk jaring/jala jala. Rel pentanahan
ini hanya digunakan pada tempat yang sulit untuk mendapatkan nilai tahanan
pentanahan yang baik setelah menggunakan ground rod. Bahan yang digunakan
untuk ground bus adalah jenis kawat tembaga atau kawat baja GSW (Ground
Steel Wires).
c.
mengubungkan ground rod dan atau ground bus dengan kaki tower SUTT. Bahan
Grounding Conduktor menggunakan kawat tembaga atau kawat baja GSW
(Ground Steel Wires).
d.
Klem pentanahan, merupakan klem dari plat untuk kontak antara ground rod
tower. Baut yang digunakan antara lain nomor 17, 19, atau 24.
22
ditanam secara dangkal. Elektrode ini dapat ditanam pada sebagai pita lurus,
radial, melingkar, jala jala, atau kombinasi dari bentuk tersebut.
2.
Elektrode batang, ialah elektrode dari pipa besi, baja profil, atau batang
logam lainnya yang dipancangkan ke dalam tanah. Elektrode bentuk batang
ini yang biasa dikenal sebagai batang pentanahan (ground rod).
3.
Elektrode pelat, adalah elektrode dari bahan logam utuh atau berlubang. Pada
umumnya elektrode pelat ditanam secara dalam.
Faktor faktor yang mempengaruhi tahanan pentanahan tower SUTT 150
(2.1)
dimana :
23
sebagai berikut :
a.
Jenis tanah
Jenis tanah dapat mempengaruhi tahanan jenis tanah. Kesulitan yang biasa
dijumpai dalam mengukur tahanan jenis tanah adalah bahwa dalam kenyataannya
komposisi tanah tidaklah homogen pada seluruh volume tanah, yang bervariasi
secara vertikal maupun horizontal, sehingga pada lapisan tertentu mungkin
terdapat dua atau lebih jenis tanah dengan tahanan jenis yang berbeda. Untuk
memperoleh harga yang sebenarnya dari tahanan jenis tanah, harus dilakukan
pengukuran langsung di tempat dengan memperbanyak titik pengukuran.
Harga tahanan jenis selalu bervariasi sesuai dengan keadaan pada saat
pengukuran. Makin tinggi suhu makin tinggi tahanan jenisnya, sebaliknya
24
semakin lembab tahanan jenis makin rendah tahanan jenisnya. Secara umum
harga-harga tahanan jenis diperlihatkan pada tabel 2.1
Tabel 2.1. Tahanan jenis tanah pada jenis tanah yang berbeda
(www.elektroindonesia.com/elektro/ener24b.html)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jenis Tanah
Tanah rawa
Tanah liat dan ladang
Pasir basah
Kerikil basah
Pasir dan kerikil kering
Tanah berbatu
Air laut dan tawar
25
c.
karena
banyak air yang dikandung dalam tanah, maka tanah tersebut menjadi lembab,
dan memiliki tahanan jenis yang baik. Untuk mengurangi variasi tahanan jenis
akibat pengaruh iklim, pentanahan dapat dilakukan dengan menanam ground
rod sampai mencapai kedalaman dimana terdapat air tanah yang konstan.
d.
Temperatur
Temperatur tanah di sekitar
besarnya tahanan jenis tanah. Bila temperatur dalam tanah yang rendah atau
bahkan mencapai di bawah 00C, maka air dalam tanah akan membeku dan
molekul air dalam tanah akan sulit bergerak sehingga daya hantar listrik
dalam tanah rendah sekali. Bila temperatur tanah naik, air akan berubah
menjadi fase cair, molekul molekul dan ion ion bebas bergerak sehingga
daya hantar listrik tanah menjadi besar dan tahanan jenis tanah menjadi turun.
2.5.2 Panjang ground rod
Tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV dapat berkurang dengan
menambah panjang ground rod. Tapi hubungan ini tidak langsung akan mencapai
satu titik di mana penambahan panjang ground rod hanya akan mengurangi
tahanan pentanahan dalam jumlah sedikit, dalam hal ini ground rod paralel
digunakan. Penggunaan ground rod paralel, persamaan 2.1 tetap dapat digunakan
untuk menghitung tahanan pentanahan tower, bila variabel d dirubah menjadi
A dan jari jari tiap ground rod sama. Harga A adalah kelipatan ground
26
rod yang tergantung dari penempatan masing masing ground rod sebagai
berikut :
Penempatan :
2 ground rod diletakkan di mana saja
=
(2.2)
(2.3)
(2.4)
di mana :
r = jari jari dari masing masing ground rod (harus sama)
a = jarak antara ground rod
2.5.3 Diameter ground rod
Berdasarkan persamaan 2.1, semakin besar diameter ground rod, maka
semakin besar tahanan pentanahannya. Hal ini disebabkan karena luas kontak
antara ground rod dengan tanah sekitar menjadi besar. Jika diameter ground rod
terlalu besar, maka akan menimbulkan masalah dalam pemasangan. Cara
mengurangi nilai tahanan pentanahan dengan menambah diameter ground rod
ini agak ditinggalkan.
27
Usaha usaha yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Base Camp
Semarang untuk dapat memperbaiki nilai tahanan pentanahan tower SUTT 150
KV yaitu dengan cara :
a. Menambah jumlah arde baru sebuah elektroda batang, pada kaki lain tetapi
tetap berlawanan
b. Menambah jumlah arde baru sebuah elektroda batang dan menghubungkan
secara paralel dengan arde yang lama
2.6.
1.
S
Gambar 2.9. Satu batang elektroda dan Dua batang elektroda
28
2.
dengan cara menanam kawat elektroda sejajar atau radial, beberapa cm di bawah
tanah (30 cm 90 cm).(PLN, Udiklat)
Pentanahan dengan Counter Poise digunakan apabila tahanan tanah terlalu tinggi
dan tidak dapat dikurangi dengan cara pentanahan driven ground, karena tahanan
jenis tanah terlalu tinggi.
kawat counterpoise
dasar menara
Radial
Paralel
(2.5)
29
Dimana :
R = tahanan pentanahan tower, Ohm
r = tahanan kawat, Ohm/meter
= tahanan jenis tanah, Ohm-meter
L = panjang kawat, meter
(2.6)
Bila counterpoise terlalu panjang, 2 atau lebih kawat dapat digunakan dalam
counterpoise sampai tahanan 10 Ohm yang diinginkan diperoleh.Pentanahan
untuk tiang manesman
Tembaga
Klem terminal
Pelat tembaga
Tiang
Ground rod
pondasi
31
Gambar 2.14. Pentanahan SUTT 150 KV dengan driven ground dan ground
bus
2.7. Pengukuran Tahanan Pentanahan SUTT 150 KV
a. Aspek Pengukuran
Pengukuran tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV merupakan bagian dari
pemeliharaan tahunan tower SUTT 150 KV yang dilakukan oleh PT. PLN
(Persero) Area Pelaksana Pemeliharaan (APP), Base Camp Semarang.
Pengukuran ini terdiri dari berbagai aspek, yaitu meliputi : tahanan pentanahan
32
kaki tower bersama dengan pentanahan (arde), tahanan pentanahan kaki tower
sendiri (tanpa arde), dan tahanan pentanahan gabungan dari sisi kaki tower (sisi
AB dan sisi CD). Alat yang digunakan dalam proses pengukuran tahanan
pentanahan, antara lain :
1. Earth Resistance Tester
Dengan data sebagai berikut :
Merk : KYORITSU
Sumber tenaga : 9 V DC, jenis baterai R6P (SUM 3) x 6
Jenis : Digital Earth Resistance Tester 4105A
Alat ini digunakan untuk menampilkan nilai tahanan pentanahan
yang terukur dengan kemampuan mengukur sampai 1999 (Ohm).
Skema gambar Earth Resistance Tester ini ditunjukan pada gambar
2.16.
33
Keterangan :
1. Layar penampilan
2. Lampu indikator
3. Pemutar
4. Push button
5. Ring selektor
6. Terminal ke elektroda utama dan bantu
34
35
Gambar 2.19. Nama kaki tower SUTT 150 KV transmisi Srondol Krapyak
36
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
PLN
Semarang yang beralamat di Jl. Ngesrep Timur V No. 41 Semarang dan pada
tower SUTT 150 KV transmisi Srondol Krapyak sebanyak 45 buah tower
dengan jenis konstruksi baja. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013.
3.2.
Instrumen Penelitian
Instrumen diartikan sebagai alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah.
Dalam hal ini instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Instrumen Penelitian
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Instrumen Penelitian
Earth-meter/Earth Resistance Test
Elektroda bantu
Kabel penghubung 10 s.d. 30 m
Kunci pas/ring nomor 17
Kunci pas/ring nomor 19
Kunci pas/ring nomor 24
Kunci Inggris
High Grade Panatratig oil
Jumlah
1 buah
2 buah
3 buah
2 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah
37
38
3.4.
Analisis Data
Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian komparasi
2.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini data yang diambil dari pengukuran tahanan
40
No.
No.
Tower
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
A15
D16
A17
D18
D19
D20
D21
A22
D23
D24
D25
D26
D27
A28
D29
A30
D31
D32
D33
D34
D34a
A35
D36
A37
A38
D39
D40
D41
D42
A43
A44
Jenis Tanah
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah liat
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah rawa
Tanah liat
Tanah liat
Tanah liat
Tanah rawa
Tanah rawa
Tanah rawa
Tanah liat
Tanah rawa
Tanah rawa
Tanah rawa
Tanah liat
Tanah liat
Tanah liat
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah liat
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah rawa
Keterangan :
A
: jenis tower Aspen
D
4,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
A1
A2
A3
A4
D5
A6
D7
D8
A9
A10
D11
A12
D13
D14
A15
D16
A17
D18
D19
D20
D21
A22
D23
D24
D25
D26
D27
A28
D29
A30
D31
D32
D33
D34
D34a
A35
D36
A37
A38
D39
D40
D41
D42
A43
A44
3,5
Nomer Tower
Gambar 4.1. Grafik hasil pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde 2012 dan 2013
42
43
No.
No.
Tower
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
D31
D32
D33
D34
D34a
A35
D36
A37
A38
D39
D40
D41
D42
A43
A44
Jenis Tanah
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Pasir basah
Pasir basah
Pasir basah
Pasir basah
Keterangan :
A
: jenis tower aspen
D
Las : penyambungan pada arde kaki menggunakan las, dan tidak bisa
dilepas dengan menggunakan kunci pas pada saat pengukuran.
rsk
44
10
3
2
0
A1
A2
A3
A4
D5
A6
D7
D8
A9
A10
D11
A12
D13
D14
A15
D16
A17
D18
D19
D20
D21
A22
D23
D24
D25
D26
D27
A28
D29
A30
D31
D32
D33
D34
D34a
A35
D36
A37
A38
D39
D40
D41
D42
A43
A44
Nomer Tower
Gambar 4.2. Grafik hasil pengukuran tahanan pentanahan arde kaki 2012 dan 2013
45
46
No.
No.
Tower
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
D26
D27
A28
D29
A30
D31
D32
D33
D34
D34a
A35
D36
A37
A38
D39
D40
D41
D42
A43
A44
Tahanan Pentanahan
Gabungan Kaki Tower dan
Arde Kaki Tower (Ohm)
2012
2013
0,33
0,11
0,73
0,72
1,97
0,74
1,34
1,64
0,71
1,51
0,69
0,91
1,91
1,46
1,01
1,24
1,43
0,96
0,42
0,28
0,49
0,41
0,71
0,32
0,27
0,61
0,28
0,30
0,72
1,02
1,02
1,24
1,45
1,69
1,27
1,58
0,21
0,31
0,58
1,23
Jenis Tanah
Tanah rawa
Tanah liat
Tanah rawa
Tanah rawa
Tanah rawa
Tanah liat
Tanah liat
Tanah liat
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Pasir basah
Pasir basah
Pasir basah
Pasir basah
Keterangan :
A
: jenis tower aspen
D
47
2,5
tahanan pentanahan
gabungan 2012
Tahanan Pentanahan
Gabungan 2013
1,5
0,5
0
A1
A2
A3
A4
D5
A6
D7
D8
A9
A10
D11
A12
D13
D14
A15
D16
A17
D18
D19
D20
D21
A22
D23
D24
D25
D26
D27
A28
D29
A30
D31
D32
D33
D34
D34a
A35
D36
A37
A38
D39
D40
D41
D42
A43
A44
Nomer Tower
Gambar 4.3. Grafik hasil pengukuran tahanan pentanahan gabungan 2012 dan 2013
48
4.2.
Analisa data
Besarnya tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV, sebagaimana
diketahui semakin kecil semakin baik, namun ada batas maksimum yang
diperbolehkan oleh PLN, sebagaimana pihak yang mengelola SUTT 150 KV yaitu
sebesar 10 Ohm. Kecilnya tahanan pentanahan ini berguna untuk mempercepat
mengalirnya arus akibat potensial tegangan yang besar ke Bumi bila terjadi
sambaran petir pada kawat tanah, sehingga tidak membahayakan SUTT 150 KV.
Sebagaimana diketahui, ground rod pentanahan tower tertanam dalam tanah,
sehingga kondisi ground rod tidak dapat diketahui secara visual, tapi hanya
kondisi nilai tahanan pentanahannya yang bisa diketahui.
Dari data hasil pengukuran pada tabel 4.1., 4.2., 4.3., dapat dibuat grafik
yang menyatakan perbedaan nilai tahanan pentanahan gabungan, kaki tower, arde
kaki dengan jenis tanah yang berbeda.
Berdasarkan grafik 4.1, 4.2, dan 4.3, dapat diperoleh hasil bahwa besarnya
tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi Srondol Krapyak sebagai
wilayah kerja PT. PLN (Persero) Area Pelaksana Pemeliharaan (APP) Semarang,
Base Camp Semarang pada bulan November 2013 hampir keseluruhan masih
dalam kondisi dibawah standar 10 Ohm, dikarenakan tekstur tanah yang berada di
tower SUTT 150 KV transmisi Srondol Krapyak adalah tanah liat, tanah rawa,
dan pasir basah.
Analisis hasil pengukuran tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV
transmisi Srondol Krapyak yang terbagi dalam 3 macam pengukuran adalah
sebagai berikut :
49
1.
baik, karena masih dibawah standar maksimum yang diperbolehkan oleh PLN
dengan persentase 68,89 %, dan tidak bisa diukur dengan persentase 31,11 %. Jika
dibandingkan antara periode pengukuran tahun 2012 dan tahun 2013, karakteristik
tahanan pentanahannya mengalami kenaikan dengan persentase 26,67 %,
penurunan dengan persentase 33,33 %, dan nilai tetap dengan persentase 8,89 %,
serta tidak bisa dibandingkan dengan persentase 31,11 %.
2.
arde kaki tower masih kondisi di bawah standar dengan persentase 64,45 %,
kondisi tidak dapat diukur karena terputus/rusak dengan persentase 4,44 %, dan
kondisi tidak dapat diukur karena di las dengan persentase 31,11 %. Apabila
dibandingkan antara hasil pengukuran tahun 2012 dan hasil pengukuran tahun
2013, mengalami kenaikan sebanyak 37,78 %, penurunan sebanyak 31,11 %, dan
tidak bisa dibandingkan karena di las sebanyak 31,11 %.
3.
50
Pembahasan
Karakteristik tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi
51
52
53
kontak
yang
bertambah
ini
dapat
menyebabkan
nilai
tahanan
pentanahannya meningkat.
c) Kondisi kelembaban dan air tanah yang berubah
Kondisi kelembaban dan air tanah dapat berubah tergantung curah
hujan atau cuaca yang terjadi pada daerah setempat. Pada saat pengukuran,
dimungkinkan curah hujan pada daerah tersebut cenderung sedikit,
sehingga nilai tahanan pentanahannya menjadi meningkat.
c. Kondisi buruk
Kondisi tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV yang buruk, seperti
halnya pada kondisi awas, kondisi ini hanya terjadi pada pengukuran tahanan
pentanahan untuk arde masing masing sisi yang berlawanan. Tower dengan
tahanan pentanahan arde yang berada dalam kondisi buruk ada 2 buah tower
penghantar pentanahannya telah putus/rusak dalam tanah.
Tabel 4.4. Tahanan pentanahan arde kaki tower SUTT 150 KV transmisi
Srondol Krapyak tahun 2013 dengan kondisi buruk
No.
No. Tower
Arde kaki tower Tahanan petanahan
1.
A17
B
rusak/putus
2.
D33
C
rusak/putus
Kondisi tahanan pentanahan yang sudah buruk dapat terjadi dimungkinkan
karena :
1) Kondisi ground rod yang buruk
Nilai tahanan pentanahan dapat menjadi buruk, jika ground rod mengalami
kenaikan tahanan jenis atau penurunan kontak dengan tanah. Hal ini
disebabkan antara lain, karena bahan yang digunakan tergolong tidak tahan
lama dan mudah terkena korosi. Tingkat korosi ini sangat tinggi, sehingga
54
dapat menjadi tahanan yang mengurangi kontak antara ground rod dengan
tanah sekitar.
2) Kondisi kontak antara ground rod dan penghantar pentanahan terkena
korosi
Tahanan kontak antara ground rod dengan penghantar pentanahan
akan meningkat atau sangat besar, dikarenakan adanya korosi pada kontak
antara ground rod dan penghantar pentanahan yang terdapat dalam klem
pentanahan. Bahkan bisa mengakibatkan putusnya penghantar pentanahan
dengan ground rod bila korosi yang sudah sangat tinggi. Tahanan kontak
yang meningkat ini adalah hal yang menjadi penyebab utama tahanan
pentanahan tower SUTT 150 KV menjadi melebihi standarnya.
3) Kondisi kelembaban dan air tanah yang menurun
Kelembaban dan air tanah dapat berubah turun karena curah hujan
yang terjadi pada daerah tersebut rendah, sehingga tanah menjadi
cenderung kering atau tandus.
d. Kondisi tidak diketahui
Berdasarkan tabel 4.1., 4.2., 4.3.,
SUTT 150 KV tahun 2013 yang tidak dapat diketahui terjadi pada :
1) Pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde
Kondisi tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde yang tidak dapat
diketahui dan penyebabnya adalah sebagai berikut :
-
Tower nomor A3, D13, D18, D20, A22, D23, D24, D25, A28, D29,
55
Tower nomor A3 (arde kaki B), A12 (arde kaki A dan C), (D13, D18,
D20, A22, D23, D24, D25, A28, D29, A30, D34a, D42, A44 (semua
arde kaki tower))
Kondisi tower nomor tersebut, penyambungan arde pada kaki tower
menggunakan las, dan tidak bisa dilepas dengan menggunakan kunci pas
pada saat pengukuran, sehingga tahanan pentanahan arde untuk kaki
tersebut tidak dapat diukur.
2.
56
57
58
59
sudah berkurang
Kontak antara ground rod dengan penghantar pentanahan terdapat
dalam klem pentanahan dapat berkurang, disebabkan kareana mulai
terkena korosi pada bagian kontak tersebut sebagai akibat terpendam
dalam tanah selama kurun waktu 1 tahun dan terpengaruh oleh faktor
kimiawi tanah.
60
61
yang
62
Tower nomor A3, D13, D18, D20, A22, D23, D24, D25, A28, D29,
A30, D34a, D42 dan A44
Pada waktu pengukuaran tersebut, kondisi tower nomor A3, D13,
D18, D20, A22, D23, D24, D25, A28, D29, A30, D34a, D42 dan A44,
penyambungan arde pada kaki tower menggunakan las dan tidak bisa
dilepas dengan menggunakan kunci pas, sehingga tahanan pentanahan kaki
tower tanpa arde tidak dapat diukur.
63
Tower nomor A3 (arde kaki B dan C), A12 (arde kaki A dan C), D13,
D18, D20, A22, D23, D24, D25, A28, D29, A30, D34a, D42, A44
(arde kaki B dan C)
Pada waktu pengukuran tersebut, kondisi tower nomer A3, A12, D13,
D18, D20, A22, D23, D24, D25, A28, D29, A30, D34a, D42, A44,
penyambungan arde kaki tower menggunakan las dan tidak bisa dilepas
dengan menggunakan kunci pas pada saat pengukuran, sehingga tahanan
pentanahan arde untuk kaki tersebut tidak dapat diukur.
3) Tower nomor A17 (arde kaki B), D33 (arde kaki C)
Pada waktu pengukuran tahun 2013, arde telah rusak ialah pengahantar
pentanahan telah putus dari ground rod, sehingga tahanan pentanahan
tower nomer A17 (arde kaki B) dan D33 (arde kaki C) tidak bisa diketahui.
64
4.4.
tahanan jenis tanah yang berbeda ini dilakukan dengan menggunakan elektroda
jenis rod dengan panjang 3 m, jarak 5 m, diameter 16 mm (0,016 m), serta
panjang kedalaman yang sama 2 dan 3 m. Dalam hal ini spesifik jenis tanah tidak
dilakukan pengukuran secara langsung, jadi untuk menentukan besarnya tahanan
jenis tanah ini dapat dilihat pada tabel 2.1.
Ln
Jenis tanah
1
22
65
a.
dengan kedalaman 2 m
1.
= 0,796
= 0,966
1
22
4
1,189
10
2 3.14 2
22
1
2 2 5 0,016
Maksimal :
= 3,185
1
22
4
1,189
40
2 3.14 2
22
1
2 2 5 0,016
= 3,185 1,213
2.
= 3,863
1
22
= 1,592 1,213
20
2 3.14 2
22
1
2 2 5 0,016
= 1,913
66
Maksimal :
1
22
= 7,962 1,213
3.
100
2 3.14 2
22
1
2 2 5 0,016
= 9,658
1
22
= 3,981 1,213
50
2 3.14 2
22
1
2 2 5 0,016
= 4,829
Maksimal :
1
22
= 15,924 1,213
200
2 3.14 2
22
1
2 2 5 0,016
= 19,316
Tabel 4.5. Hasil perhitungan nilai tahanan pentanahan pada kondisi tanah
yang berbeda dengan kedalaman 2 m
No.
Jenis tanah
Tahanan jenis
Nilai tahanan
tanah (Ohm-m) pentanahan (Ohm)
1. Tanah rawa (min)
10
0,966
2. Tanah rawa (maks)
40
3,863
3. Tanah ladang & liat (min)
20
1,913
4. Tanah ladang & liat (maks)
100
9,658
5. Pasir basah (min)
50
4,829
6. Pasir basah (min)
200
15,316
67
= 0,531
1
22
6
1,189
10
2 3.14 3
23
1
2 2 5 0,016
= 0,531 1,169
= 0,621
Maximal :
1
22
= 2,123 1,169
2.
100
2 3.14 3
2.3
1
2 2 5 0,016
= 2,482
1
22
= 1,062 1,169
20
2 3.14 3
23
1
2 2 5 0,016
= 1,241
68
Maximal :
1
22
= 5,308 1,169
3.
100
2 3,14 3
23
1
2 2 5 0,016
= 6,205
1
22
= 2,654 1,169
50
2 3,14 3
23
1
2 2 5 0,016
= 3,103
Maximal :
1
22
= 10,616 1,169
200
2 3,14 3
23
1
2 2 5 0,016
= 12,41
69
Tabel 4.6. Hasil perhitungan nilai tahanan pentanahan pada kondisi tanah
yang berbeda dengan kedalaman 3 m
No.
Jenis tanah
Tahanan jenis
Nilai tahanan
tanah (Ohm-m) pentanahan (Ohm)
1. Tanah rawa (min)
10
0,621
2. Tanah rawa (maks)
40
2,482
3. Tanah ladang & liat (min)
20
1,241
4. Tanah ladang & liat (maks)
100
6,205
5. Pasir basah (min)
50
3,103
6. Pasir basah (min)
200
12,41
Hasil perhitungan menunjukkan pada jenis tanah rawa, tanah liat & ladang
dan pasir basah dapat memenuhi syarat ketetapan sesuai dengan spln mendekati
10 Ohm. Secara teori untuk tanah pada kondisi tanah yang sama, semakin dalam
penanaman elektroda, tahaan tanah dan tahanan jenis tanah akan menurun, karena
semakin dekat dengan air tanah yang berpengaruh dengan kelembaban yang
nantinya berpengaruh terhadap konduktivitas. Berdasarkan rumus juga terlihat
bahwa tahanan tanah sebanding dengan tahanan jenis dan berbanding terbalik
dengan kedalaman penanaman elektroda. Semakin dalam kedalaman elektroda
yang tertanam maka nilai tahanan pentanahan semakin rendah. Hal ini terjadi pada
semua kondisi tanah berbeda beda (tanah rawa, tanah liat & ladang dan pasir
basah).
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran dan perhitungan yang dilakukan terhadap tahanan
2.
3.
4.
5.
Hasil perhitungan tahanan pentanahan kaki tower dengan jenis tanah yang
berbeda yang paling bagus menggunakan elektroda yang panjang 3 m dengan
kedalaman yang sama yaitu :
a. Tanah rawa yang didapat min : 0.621 Ohm dan max : 2,482 Ohm.
71
b. Tanah liat/ladang yang didapat min : 1.241 Ohm dan max : 6,205 Ohm.
c. Pasir basah yang didapat min : 3,103 Ohm dan max : 12,41 Ohm.
5.2
Saran
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap tahanan pentanahan
2.
72
DAFTAR PUSTAKA
Pengukuran tahanan pentanahan gabungan arde dan kaki tower SUTT 150 KV
transmisi Srondol - Krapyak
Pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde SUTT 150 KV transmisi
Srondol Krapyak