Anda di halaman 1dari 93

PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN TOWER SALURAN UDARA

TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV TRANSMISI SRONDOL


KRAPYAK, BC SEMARANG, APP SEMARANG

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Jurusan
Teknik Elektro jenjang Strata-1 Fakultas Teknik
Universitas Widya Dharma Klaten

Disusun oleh:
Nama : FAJAR WIBOWO
NIM : 0842100317

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN
2014

HALAMAN PERSETUJUAN

Telah Disetujui untuk Dipertahankan

Hari, Tanggal

2014

Pembimbing I

Sugeng Santosa, ST, M.Eng


NIK. 690 999 209

Pembimbing II

Harri Purnomo, ST, MT


NIK. 690 499 196

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Diterima dan disetujui oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Teknik Elektro
Universitas Widya Dharma Klaten pada :
Hari

Tanggal

Tempat

Ketua

Sekretaris

Sugeng Santosa, ST, M.Eng


NIK. 690 999 209

Harri Purnomo, ST, MT


NIK. 690 499 196

Penguji I

Penguji II

Afriliana Kusuma Dewi, S.T.,M.Eng.


NIP. 19780411 200501 1 001

Budi Purnomo, S.T.


NIK. 691 201 254

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Teknik Elektro Universitas Widya Dharma Klaten

Ir. Darupratomo, MT
NIK. 690 304 279

iii

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama
NIM
Jurusan
Fakulatas

: Fajar Wibowo
: 0842100317
: Teknik Elektro
: Teknik

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa


karya
ilmiah/skripsi/tesis*)
Judul
: Pengukuran Tahanan Pentanahan Tower Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV Transmisi Srondol
Krapyak, BC Semarang, APP Semarang
adalah benar-benar karya saya sendiri dan bebas dari plagiat. Hal-hal yang bukan
merupakan karya saya dalam bahwa karya ilmiah/skripsi/tesis*) ini telah diberi
tanda sitasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pembatalan Ijazah dan pencabutan
gelar yang saya peroleh dari karya ilmiah/skripsi/tesis*) ini.

Klaten,
Mei 2014
Yang membuat pernyataan,
Materai
Rp. 6.000,(Fajar Wibowo)
Catatan:
*) Coret yang tidak sesuai

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karuniaNya kepada kita semua. Atas kehendakNya pula
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Teknik.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan
dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Triyono, M.Pd. , Selaku Rektor Universitas Widya
Dharma Klaten
2. Bapak Ir. Darupratomo, M.T., Selaku Dekan Fakultas Teknik yang telah
memberikan ijin dan pengarahan sehingga Skripsi ini dapat selesai
3. Bapak Sugeng Santosa, ST, M.Eng., Selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Skripsi ini
4. Bapak Harri Purnomo, ST, M.T., Selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini
5. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Elektro yang memberikan dorongan dan
bantuan hingga terselesaikannya Skripsi ini
6. Bapak dan Ibu yang telah memberikan dorongan serta doa hingga
terselesaikannya Skripsi ini.
7. Rekan rekan mahasiswa satu Fakultas yang selalu memberikan motivasinya
sehingga terselesaikan Skripsi ini.

vii

8. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu per satu.
Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di atas mendapat
pahala dan imbalan dari Allah SWT, amien. Penulis berharap semoga karya ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan.

Klaten,

Mei 2014

Penulis

viii

ABSTRAK
Fajar Wibowo. Pengukuran Tahanan Pentanahan Tower Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV Transmisi Srondol Krapyak, BC
Semarang, APP Semarang. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Widya Dharma Klaten.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi masalah nilai tahanan
pentanahan pada kaki tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Gardu Induk
Srondol Krapyak. Hal ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tahanan
pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi Srondol sampai Krapyak pada tahun
2013, mengetahui hasil pengukuran tahunan tahanan pentanahan tower SUTT 150
KV transmisi Srondol Krapyak tahun 2012 dan tahun 2013, mengetahui
karakteristik perbandingan tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi
Srondol Krapyak pada tahun 2012 dan tahun 2013, dan mengetahui hasil
perhitungan tahanan pentanahan menggunakan elektroda batang.
Penelitian ini dilaksanakan di PT. PLN (Persero) Area Pelaksana
Pemeliharaan (APP) Semarang, Base Camp Semarang yang beralamat di Jl.
Ngresep Timur V No. 41 Semarang dan pada tower SUTT 150 KV transmisi
Srondol Krapyak sebanyak 45 buah tower dengan jenis konstruksi baja.
Berdasarkan gambar grafik 4.1, 4.2, 4.3 diperoleh hasil besar tahanan pentanahan
SUTT 150 KV yang dilaksanakan pada bulan November 2013 keseluruhan masih
dalam kondisi dibawah standar 10 Ohm, dikarenakan tekstur tanah yang berada di
tower SUTT 150 KV transmisi Srondol Krapyak adalah tanah liat, tanah rawa
dan pasir basah.
Hasil perhitungan tahanan pentanahan kaki tower SUTT 150 KV dengan
panjang ground rod 3 m, jarak ground rod 5 m, diameter 16 mm dengan tahanan
jenis tanah yang berbeda menghasilkan tahanan dengan jenis tanah rawa 0,621
Ohm, tanah ladang 1,241 Ohm, pasir basah 3,103 Ohm.

Kata Kunci : Tower, Nilai tahanan, tahanan jenis tanah

ix

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................

iii

SURAT PERNYATAAN ..........................................................................................

iv

MOTTO ......................................................................................................................

PERSEMBAHAN ......................................................................................................

vi

KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii


ABSTRAK .................................................................................................................

ix

DAFTAR ISI ..

DAFTAR GAMBAR . xiii


DAFTAR TABEL ...... xv
BAB I.

PENDAHULUAN .......

1.1. Latar Belakang Masalah ......................................................................

1.2 Permasalahan .......................................................................................

1.3. Batasan Masalah ..................................................................................

1.4. Tujuan Penelitian ................................................................................. 2


1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
1.6. Metodologi Penelitian .......................................................................... 3
1.7. Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................................. 4
1.8. Sistematika Penulisan ..........................................................................

BAB II.

LANDASAN TEORI ...............................................................................

2.1. Sistem Transmisi .................................................................................

a. Sistem Pembangkit Tenaga Listrik ...............................................

b. Transformator Daya ......................................................................

c. Saluran Transmisi .........................................................................

d. Gardu Induk ..................................................................................

e. Jaring Distribusi ...........................................................................

f. Transformator Distribusi ................................................................ 7


g. Jaring Distribusi Sekunder ............................................................

2.2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) ............................................

2.2.1 Konstruksi dan Pondasi .............................................................. 9


2.2.2 Isolator isolator ........................................................................ 13
2.2.3 Kawat Penghantar ....................................................................... 14
2.2.4 Kawat Tanah ............................................................................... 15
2.3. Gangguan gangguan pada SUTT 150 KV ........................................ 17
2.4. Proteksi Petir SUTT 150 KV ............................................................... 19
2.5. Pentanahan Tower SUTT 150 KV ....................................................... 21
2.6. Metoda/Cara Pentanahan Tower .......................................................... 28
2.7. Pengukuran Tahanan Pentanahan SUTT 150 KV ............................... 32
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 37
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 37
3.2 Instrumen Penelitian ............................................................................ 37
3.3 Langkah Pengukuran ........................................................................... 38

xi

3.4 Analisis Data ........................................................................................ 39


BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 40
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 40
4.2 Analisa data .......................................................................................... 49
4.3 Pembahasan .......................................................................................... 51
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 71
5.1

Kesimpulan ..................................................................................... 71

5.2

Saran ................................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) ............................................

Gambar 2.2. Lattice tower .......................................................................................... 10


Gambar 2.3. Tubular steel pole ................................................................................. 10
Gambar 2.4. Jenis tiang menara baja / tower SUTT 150 KV ..................................... 13
Gambar 2.5. Isolator Piring ........................................................................................ 14
Gambar 2.6. SUTT dengan dua kawat tanah .............................................................. 16
Gambar 2.7. Pentanahan / arde tower SUTT 150 KV secara umum .......................... 22
Gambar 2.8. Pentanahan dengan Driven Ground ...................................................... 28
Gambar 2.9. Satu batang elektroda dan Dua batang elektroda ................................. 28
Gambar 2.10. Pentanahan menara dengan counterpoise .............................................29
Gambar 2.11. Pentanahan untuk tiang manesman tampak atas ...................................30
Gambar 2.12. Pentanahan untuk tiang manesman tampak samping .......................... 31
Gambar 2.13. Konstruksi Pentanahan SUTT 150 KV .................................................32
Gambar 2.14. Pentanahan SUTT 150 KV dengan Driven Ground dan Ground bus .. 32
Gambar 2.15. Digital Earth Resistance Tester 4105A ................................................ 33
Gambar 2.16. Rangkaian pengukuran tahanan pentanahan ...................................... 34
Gambar 2.17. Tower SUTT 150 KV jenis aspan/tension ........................................... 35
Gambar 2.18. Tower SUTT 150 KV jenis dragh ........................................................ 35
Gambar 2.19. Nama kaki tower SUTT 150 KV transmisi Srondol Krapyak ........ 36
Gambar 4.1. Grafik hasil pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde

xiii

2012 dan 2013 ........................................................................................42


Gambar 4.2. Grafik hasil pengukuran tahanan pentanahan arde kaki 2012 & 2013.. 45
Gambar 4.3. Grafik hasil pengukuran tahanan pentanahan gabungan 2012 & 2013 . 48

xiv

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Tahanan jenis tanah pada jenis tanah yang berbeda ............................ 25
Tabel 3.1. Instrumen Penelitian ..............................................................................37
Tabel 4.1. Hasil pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde SUTT
150 KV Srondol Krapyak ................................................................... 40
Tabel 4.2. Hasil pengukuran tahanan pentanahan arde kaki SUTT 150 KV
Srondol Krapyak ................................................................................ 43
Tabel 4.3. Hasil pengukuran tahanan pentanahan gabungan kaki tower SUTT
150 KV Srondol Krapyak ....................................................................46

xv

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV adalah bagian dari sistem
pendistribusian tenaga listrik, saluran ini sangatlah mungkin terjadi gangguan
akibat adanya sambaran petir yang dapat mengakibatkan kenaikan tegangan yang
dapat merusak peralatan listrik yang digunakan sebagai pendukung penyaluran
tenaga listrik. Apalagi di Indonesia sebagai negara di wilayah tropis yang
mempunyai

angka

terjadinya

petir

cukup

tinggi.

Untuk

menghindari/meminimalisir hal tersebut, maka harus ada media untuk melindungi


penghantar tersebut, yaitu dengan kawat tanah yang dipasang sepanjang SUTT
150 KV, dan terhubung langsung dengan tower yang di ketanahkan
Oleh karena itu, pentanahan adalah suatu hal yang penting pada tower
SUTT 150 KV. Besarnya harga tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV harus
sesuai dengan ketentuan yang diperbolehkan untuk menjamin keterandalan sistem
bila terjadi tegangan lebih akibat petir tadi. Pada pemasangan pentanahan tower
SUTT 150 KV, pasti memiliki standar pentanahan yang sesuai dengan ketentuan,
baik kedalaman maupun jarak antar elektrode yang digunakan dan sebagainya.

1.2. Permasalahan
Permasalahan yang akan diangkat dalam pembuatan skripsi ini adalah sebagai
berikut :
a.

Berapa hasil pengukuran tahanan pentanahan SUTT 150 KV transmisi


Srondol Krapyak tahun 2012 dan tahun 2013.

b.

Bagaimana karakteristik tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV


transmisi Srondol Krapyak pada tahun 2013.

c.

Bagaimana karakteristik perbandingan tahanan pentanahan tower SUTT


150 KV transmisi Srondol Krapyak pada tahun 2012 dan tahun 2013.

d.

Berapa nilai tahanan pentanahan menggunakan elektroda batang.

1.3. Batasan Masalah


Dalam tugas akhir ini permasalahan yang akan dibatasi secara mendalam
dalam penelitian ini adalah pengukuran tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV
transmisi Srondol sampai Krapyak tahun 2013.

1.4. Tujuan Penelitian


Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk :
a.

Mengetahui karakteristik tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV


transmisi Srondol sampai Krapyak pada tahun 2013.

b.

Mengetahui hasil pengukuran tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV


transmisi Srondol sampai Krapyak pada tahun 2012 dan 2013.

c.

Mengetahui karakteristik perbandingan tahanan pentanahan tower SUTT


150 KV transmisi Srondol Krapyak pada tahun 2012 dan tahun 2013.

d.

Mengetahui hasil perhitungan tahanan pentanahan menggunakan elektroda


batang.

1.5. Manfaat Penelitian


Dengan sistem pentanahan seperti ini, diharapkan bisa memberikan
informasi tambahan tentang hasil pengukuran tahanan pentanahan tower SUTT
150 KV transmisi Srondol sampai Krapyak kepada pihak PT. PLN (Persero) Area
Pelaksana Pemeliharaan (APP) Semarang, Base Camp Semarang yang beralamat
di Jl. Ngesrep Timur V No. 41 Semarang.

1.6. Metodologi Penelitian


Menurut Suharsimi Arikunto, metode penelitian diartikan sebagai cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode yang
digunakan adalah :
a.

Wawancara
Wawancara atau sering disebut juga dengan interview adalah sebuah dialog

yang

dilakukan

oleh

pewawancara

untuk

memperoleh

informasi

dari

terwawancara.
b.

Observasi
Dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut juga pengamatan

adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan

seluruh alat indra. Termasuk dalam proses observasi ini adalah dengan cara
mengukur langsung objek yang diteliti dengan menggunakan alat ukur.
c.

Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah dengan menggunakan tulisan sebagai sumber

penelitian. Misalnya buku buku penunjang, dokumen, dan sebagainya.


1.7. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di Tower 150 KV GI Srondol Krapyak. Penelitian
dilaksanakan pada bulan 28 Oktober sampai 28 November 2013.
1.8. Sistematika Penulisan
Secara garis besar laporan tugas akhir ini dibagi menjadi 5 bab berikut :
1.

BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
maksud dan tujuan, batasan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

2.

BAB II LANDASAN TEORI


Berisi uraian umum tentang teori yang berkaitan langsung dengan penelitian
yang dikaji.

3.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Metode penelitian ini menguraikan langkah langkah penelitian yang
hendak ditempuh, meliputi penerapan tempat dan waktu penelitian,
penetapan obyek penelitian, penetapan variabel penelitian, metode
pengumpulan data dan teknik analisa data.

4.

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA


Membahas mengenai hasil pengukuran dan analisa untuk mengetahui hasil
pengukuran tahanan pentanahan tower 150 KV area GI Srondol GI
Krapyak.

5.

BAB V KESIMPULAN DAN PENUTUP


Berisi kesimpulan dari semua yang telah ditulis sebelumnya mulai dari
batasan masalah, saran saran, teori dasar pendukung hingga kelemahan
dan hambatan penelitian yang dikaji.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Sistem Transmisi


Menyalurkan tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban
melalui saluran transmisi, karena pembangkit tenaga listrik dibangun ditempat
yang jauh dari pusat-pusat beban. Bagian dari sistem tenaga listrik adalah :
a.

Sistem Pembangkit Tenaga Listrik


Pembangkit tenaga listrik yang banyak dilakukan dengan cara memutar

generator sinkron sehingga didapatkan tenaga listrik arus bolak balik tiga fasa.
Tenaga mekanik yang dipakai memutar generator listrik didapat dari mesin
penggerak generator listrik (penggerak mula (primover)). Mesin penggerak
generator listrik yang banyak digunakan adalah mesin diesel, turbin uap, turbin
air, dan turbin gas.(Muslim Supari, dkk : 1) Macam macam Pembangkit Tenaga
Listrik yang ada dan dikembangkan di Indonesia seperti :
a. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),
b. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
c. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP),
d. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG),
e. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU),
f. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).

b.

Transformator Daya
Tegangan listrik yang dibangkitkan pada pusat pembangkit pada umumnya

antara 6 KV sampai 24 KV (Hutauruk, T.S. 1985 : 1). Untuk menaikkan tegangan


tersebut menjadi 30 KV sampai dengan 500 KV, yang dibutuhkan transformator
penaik tegangan (step up). Tujuan dari penggunaan tegangan yang lebih tinggi ini
adalah untuk memperkecil rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran.
c.

Saluran Transmisi
Ada 2 kategori saluran transmisi, yaitu : saluran udara (overhead lines) dan

saluran kabel tanah (underground cable). Saluran udara menyalurkan tenaga


listrik melalui kawat telanjang yang digantung pada menara atau tiang transmisi
dengan perantara isolator, sedangkan kabel tanah menyalurkan tenaga listrik
melalui kabel yang ditanam di bawah permukaan tanah.
d.

Gardu Induk
Gardu induk adalah suatu instalasi listrik yang berfungsi untuk menerima

dan menyalurkan tenaga listrik melalui sistem Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET),
Tegangan Tinggi (SUTT) Dan Tegangan Menengah (SUTM).
e.

Jaring Distribusi Primer


Digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dengan tegangan menengah

20 KV.
f.

Transformator Distribusi
Transformator distribusi menggunakan transformator jenis step down untuk

menurunkan tegangan menengah 20 KV menjadi tegangan rendah 220 V.


Transformator distribusi ini terpasang sepanjang jaring distribusi primer.

g.

Jaring Distribusi Sekunder


Berfungsi menyalurkan tegangan rendah 220 V untuk digunakan oleh

konsumen (masyarakat perumahan dan pedesaan).


Yang termasuk dalam sistem transmisi adalah nomor b, c, dan d,
sedangkan yang termasuk dalam sistem distribusi adalah nomor e, f, dan g.
Tugas sistem transmisi adalah menyalurkan tenaga listrik dalam jumlah
besar ke pusat beban atau perusahaan perusahaan pemakai tenaga listrik dalam
jumlah besar. Sedangkan sistem distribusi adalah menyalurkan tenaga listrik dari
gardu induk ke pemakai tenaga listrik dalam jumlah yang lebih kecil dari sistem
transmisi.
Sistem transmisi yang biasa dipakai untuk menyalurkan tenaga listrik
dalam jumlah besar adalah sistem transmisi arus bolak balik 3 fasa, saluran
udara. Pada sistem transmisi saluran udara, kawat kawat digantung pada suatu
tiang atau menara. Tegangan sistem transmisi adalah 30 KV sampai 700 KV.
Adapun tegangan transmisi yang banyak digunakan di Indonesia adalah dengan
tegangan tinggi 150 KV dan tegangan ekstra tinggi 500 KV. Dalam membuat
rencana penyaluran tenaga listrik, harus diperhatikan :
a) Pemilihan tegangan
b) Pemilihan jenis kawat dan penampang kawat
c)

Pemilihan sistem perlindungan terhadap gangguan gangguan

d) Kontinuitas penyaluran tenaga listrik


e)

Pembebasan tanah yang dilalui

Namun, dari semua faktor tersebut, masih ada faktor yang menentukan yaitu
faktor ekonomis. (Soepartono & A. Rida Ismu, 1980 : 2)
2.2. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah sarana yang terbentang di
udara untuk menyalurkan tenaga listrik dari Pusat Pembangkit ke Gardu Induk
(GI) atau dari GI ke GI lainnya yang disalurkan melalui konduktor yang
direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui isolator-isolator dengan sistem
tegangan tinggi (30 kV, 70 kV, 150 kV).( SK 114/DIR/2010 : 9)

Gambar 2.1. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)


Bagian bagian utama dari SUTT adalah terdiri dari : konstruksi dan
pondasi, isolasi, kawat penghantar , dan kawat tanah.
2.2.1 Konstruksi dan pondasi
Komponen utama dari fungsi kontruksi dan pondasi pada sistem transmisi
SUTT & SUTET adalah tiang (Tower). Tiang (Tower) adalah konstruksi
bangunan yang kokoh untuk menyangga/merentang kawat penghantar dengan

ketinggian dan jarak yang cukup agar aman bagi manusia dan lingkungan
sekitarnya dengan sekat isolator. ).( SK 114/DIR/2010 : 9)
Menurut bentuk konstruksinya jenis-jenis tower dibagi atas macam 4 yaitu :
- Lattice tower

Gambar 2.2. Lattice tower


- Tubular steel pole

Gambar 2.3. Tubular steel pole


- Concrete pole
- Wooden pole

10

Konstruksi tower merupakan jenis konstruksi SUTT / SUTETI yang paling


banyak digunakan di jaringan PLN karena mudah dirakit terutama untuk
pemasangan di daerah pegunungan dan jauh dari jalan raya. Namun demikian
perlu pengawasan yang intensif karena besi-besinya rawan terhadap pencurian.
Tower harus kuat terhadap beban yang bekerja padanya yaitu :
- Gaya berat tower dan kawat penghantar (gaya tekan)
- Gaya tarik akibat rentangan kawat
- Gaya angin akibat terpaan angin pada kawat maupun badan tower.
Menurut fungsinya tower dibagi atas 6 macam yaitu :
a) Tiang penegang (tension tower)
Tiang penegang disamping menahan gaya berat juga menahan gaya tarik dari
konduktor-konduktor saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau Ekstra
Tinggi (SUTET). Tiang penegang terdiri dari :
- Tiang sudut (angle tower)
Tiang sudut adalah tiang penegang yang berfungsi menerima gaya tarik
akibat perubahan arah Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau
Ekstra Tinggi (SUTET).
- Tiang akhir (dead end tower)
Tiang akhir adalah tiang penegang yang direncanakan sedemikian rupa
sehingga kuat untuk menahan gaya tarik konduktor-konduktor dari satu arah
saja. Tiang akhir ditempatkan di ujung Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT) atau Ekstra Tinggi (SUTET) yang akan masuk ke switch yard Gardu
Induk.

11

b) Tiang penyangga (suspension tower)


Tiang penyangga untuk mendukung / menyangga dan harus kuat terhadap gaya
berat dari peralatan listrik yang ada pada tiang tersebut.
c) Tiang penyekat (section tower)
Yaitu tiang penyekat antara sejumlah tower penyangga dengan sejumlah
tower penyangga

lainnya

karena

alasan

kemudahan

saat

pembangunan

(penarikan konduktor), umumnya mempunyai sudut belokan yang kecil.


d) Tiang transposisi
Adalah tiang penegang yang berfungsi sebagai tempat perpindahan letak
susunan phasa konduktor-konduktor Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) atau
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
e) Tiang portal (gantry tower)
Yaitu tower berbentuk portal digunakan pada persilangan antara dua saluran
transmisi yang membutuhkan ketinggian yang lebih rendah untuk alasan tertentu
(bandara, tiang crossing). Tiang ini dibangun di bawah saluran transmisi
eksisting.
f) Tiang kombinasi (combined tower)
Yaitu tower yang digunakan oleh dua buah saluran transmisi yang berbeda
tegangan operasinya.( SK 114/DIR/2010: 22-23)
Pemilihan macam tiang yang akan dipakai, tergantung pada beberapa
faktor, antara lain :
- Lokasi atau keadaan medan yang akan dilewati saluran
- Biaya pembangunan tiang

12

- Biaya perawatan tiang


- Bahan tiang yang diperoleh
- Perkiraan lama pemakaian saluran
Jenis tiang yang banyak dipergunakan dalam penyaluran transmisi 150 KV
adalah bangunan menara baja atau yang biasa disebut dengan tower SUTT 150
KV. Hal ini disebabkan karena jenis tower kurang memerlukan pengawasan,
biaya perawatan kecil, dan dapat tahan lama.

Gambar 2.4. Jenis tiang menara baja/tower SUTT 150 KV


2.2.2 Isolator isolator
Isolator yang digunakan pada SUTT adalah dari bahan porselen atau gelas
dan berfungsi sebagai isolasi tegangan tinggi antara kawat penghantar dengan
tiang. Jenis isolatornya adalah jenis isolator piring, yang digunakan sebagai
isolator penagang dan isolator gantung, dimana jumlah piringan isolator
disesuaikan dengan tegangan sistem SUTT tersebut. Satu piring isolator untuk
isoalsi sebesar 15 KV, jika tegangan yang digunakan adalah 150 KV, maka
jumlah piring isolatornya adalah 10 piringan.

13

Gambar 2.5. Isolator piring


2.2.3 Kawat Penghantar
Berfungsi untuk menghantarkan arus listrik yang direntangkan lewat tiangtiang SUTT & SUTET melalui isolator-isolator sebagai penyekat konduktor
dengan

tiang.

Pada

tiang

tension,

konduktor

dipegang

oleh

tension

clamp/compression dead end clamp, sedangkan pada tiang suspension dipegang


oleh suspension clamp. ).(SK 114/DIR/2010 : 17)
Bahan konduktor yang dipergunakan untuk saluran energi listrik perlu
memiliki sifat sebagai berikut :
a. Konduktivitas tinggi
b. Kekuatan tarik mekanik tinggi
c. Berat jenis yang rendah
d. Ekonomis
e. Lentur/tidak mudah patah
Jenis jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran transmisi
adalah tembaga dengan konduktivitas 100 % (CU 100 %), tembaga dengan
konduktivitas 97,5 % (CU 97,5 %) atau aluminium dengan konduktivitas 61 %

14

(AL 61 %). Kawat penghantar aluminium terdiri dari berbagai jenis dengan
lambang sebagai berikut :
AAC = All-Aluminium Conductor, yaitu kawat penghantar yang seluruhnya
terbuat dari aluminium.
AAAC = All-Aluminium Alloy Conductor, yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari campuran aluminium.
ACSR = Aluminium Conductor, Steel-Reinforced, yaitu kawat penghantar
aluminium berinti kawat baja.
ACAR = Aluminium Conductor, Alloy-Reinforced, yaitu kawat penghantar
aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.
Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan
dengan kawat penghantar aluminium karena konduktivitas dan kuat tariknya lebih
tinggi. Tetapi kelemahannya ialah, untuk besar tahanan yang sama, tembaga lebih
berat dari aluminium, dan juga lebih mahal. Oleh karena itu, kawat penghantar
aluminium telah menggantikan kedudukan tembaga. Penghantar dengan campuran
aluminium (aluminium alloy) digunakan karena dapat memperbesar kuat tarik dari
kawat aluminium. Sebagaimana diketahui bahwa letak antar tiang/menara saluran
transmisi yang jauh (ratusan meter), maka dibutuhkan kuat tarik yang tinggi.
Penghantar aluminium alloy yang digunakan adalah dari jenis ACSR. (Hutauruk,
T.S. 1985 : 4)
2.2.4 Kawat tanah
Kawat

tanah

atau

ground

wires

juga

disebut

sebagai

kawat

pelindung,gunanya untuk melindungi kawat kawat penghantar atau kawat

15

kawat fasa terhadap sambaran petir. Jadi kawat tersebut dipasang di atas kawat
fasa. Sebagai kawat tanah umumnya dipakai kawat baja (steel wires) yang lebih
murah, tetapi tidaklah jarang digunakan ACSR. (T.S.Hutauruk, 1985 : 4)
Pada SUTT, jumlah kawat tanah yang digunakan ada yang menggunakan
satu kawat tanah dan ada menggunakan dua kawat tanah. Agar dapat memenuhi
fungsi kawat tanah sebagai pelindung terhadap sambaran langsung (direct stroke),
kawat tanah tersebut harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a.

Harus cukup tinggi di atas fasa konduktor dan agar dapat menangkap
(intercept) pukulan langsung.

b.

Harus mempunyai jarak aman (clearance) yang cukup terhadap konduktor


pada tengah tengan rentangan.

c.

Tehanan kaki tower harus cukup rendah untuk memperkecil tegangan yang
melintas pada isolator.

Gambar 2.6. SUTT dengan dua kawat tanah

16

2.3. Gangguan gangguan pada SUTT 150 KV


2.3.1 Definisi Gangguan
Menurut Hutauruk, T.S. (1991 : 3) Bagian SUTT yang paling sering
terkena

gangguan

ada

pada

kawat transmisi (70% s.d. 80% dari seluruh

gangguan). Hal ini disebabkan karena luas dan panjang kawat transmisi yang
terbentang dan beroperasi pada kondisi udara yang berbeda beda. Pada sistem
transmisi, suatu gangguan dapat terjadi disebabkan kesalahan mekanis, thermis
dan tegangan lebih atau karena material yang cacat atau rusak, misalnya hubungan
gangguan hubung singkat, gangguan ke tanah/konduktor yang putus. Akibat
akibat yang disebabkan gangguan antara lain :

Menginterupsi kontinuitas pelayanan daya kepada para konsumen apabila


gangguan itu sampai menyebabkan terputusnya suatu rangkaian (sirkuit)
atau menyebabkan keluarnya suatu unit pembangkit.

Penurunan tegangan yang cukup besar menyebabkan rendahnya kualitas


tenaga listrik dan merintangi kerja normal pada peralatan konsumen.

Pengurangan stabilitas sistem dan menyebabkan jatuhnya generator.

Merusak peralatan pada daerah terjadinya gangguan.

2.3.2 Penyebab Gangguan pada SUTT 150 KV


Faktor faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada SUTT adalah :
a)

Petir

Berdasarkan pengalaman diperoleh bahwa sambaran petir sering mengakibatkan


gangguan pada sistem tegangan tinggi.

17

b) Burung atau dedaunan


Burung atau dedaunan yang terbang dan menyentuh dua kawat penghantar SUTT
baik antar fasa dengan tower, maka dapat memungkinkan terjadinya loncatan
bunga api listrik.
c)

Polusi (debu)

Debu yang menempel pada isolator bisa bersifat kondusif, sehingga dapat
menyebabkan loncatan bunga api listrik pada isolator tersebut.
d) Pohon yang tumbuh di dekat SUTT
Pohon yang tumbuh dekat dengan SUTT dapat menyebabkan jarak aman
(clearance berkurang. Jarak aman yang berkurang dapat berakibat timbulnya
gangguan pada SUTT.
e)

Keretakan pada isolator

Bila terjadi keretakan pada isolator, maka secara mekanis, apabila ada petir yang
menyambar akan terjadi arus yang tembus (breakdown) pada isolator.
Ditinjau dari asalnya, penyebab gangguan dapat dibedakan menjadi :
Gangguan dari dalam, adalah gangguan yang terjadi oleh sebab kelainan
pada peralatan itu sendiri.
Gangguan dari luar, adalah yang terjadi oleh sebab benda atau makhluk atau
alam yang menimpa pada peralatan.
Ditinjau dari jenisnya, penyebab gangguan dibedakan menjadi :
Gangguan hubung singkat antar fasa
Gangguan hubung singkat fasa dengan tanah
Putus rangkaian

18

Penurunan nilai isolasi


2.4.

Proteksi Petir SUTT 150 KV


SUTT merupakan instalasi penting yang menjadi target mudah (easy

target) bagi sambaran petir karena strukturnya yang tinggi dan berada pada lokasi
yang terbuka. Sambaran petir pada SUTT merupakan suntikan muatan listrik.
Suntikan muatan ini menimbulkan kenaikan tegangan pada SUTT, sehingga pada
SUTT timbul tegangan lebih berbentuk gelombang impuls dan merambat ke
ujung-ujung SUTT.
Komponen komponen yang termasuk dalam fungsi proteksi petir
adalah semua komponen pada SUTT & SUTET yang berfungsi dalam melindungi
saluran transmisi dari sambaran petir, yang terdiri dari :
a) Konduktor Tanah (Earth Wire)
Konduktor

tanah atau Earth wire adalah media untuk melindungi

konduktor fasa dari sambaran petir. Konduktor tanah terbuat dari baja yang
sudah digalvanis atau sudah dilapisi dengan aluminium. Di dalam ground wire
difungsikan fiber optic untuk keperluan telemetri, teleproteksi maupun
telekomunikasi yang dikenal dengan OPGW (Optic Ground Wire).
b) Konduktor Penghubung Konduktor Tanah
Untuk menjaga hubungan konduktor tanah dengan tiang, maka pada ujung
travers konduktor tanah dipasang konduktor penghubung yang dihubungkan ke
konduktor tanah. Konduktor penghubung terbuat dari konduktor tanah yang
dipotong dengan panjang yang disesuaikan dengan kebutuhan. Konduktor
penghubung pada tipe penegang dipasang antara tiang dan konduktor tanah

19

serta antar klem penegang konduktor tanah. Hal ini dimaksudkan agar arus
gangguan petir dapat mengalir langsung ke tiang maupun antar konduktor
tanah. Sedangkan pada tipe penyangga, konduktor penghubung dipasang pada
tiang dan disambungkan ke konduktor tanah dengan klem jembatan ataupun
dengan memasangnya pada suspension clamp konduktor tanah.
c) Arcing Horn
Alat pelindung proteksi petir yang paling sederhana adalah arcing horn.
Arcing horn berfungsi memotong tegangan impuls petir secara pasif (tidak
mampu memadamkan follow current dengan sendirinya).
d) Konduktor Penghubung Konduktor Tanah ke Tanah
Pada tiang SUTT yang berlokasi di daerah petir tinggi biasanya dipasang
konduktor penghubung dari konduktor tanah ke tanah. Bahan yang dipakai
untuk konduktor penghubung umumnya sama dengan bahan konduktor tanah.
Konduktor penghubung ini berfungsi agar arus petir yang menyambar konduktor
tanah maupun tiang SUTT dapat langsung disalurkan ke tanah dengan
pertimbangan bahwa nilai hambatan konduktor lebih kecil dibandingkan nilai
hambatan tiang.
e) Pentanahan (Grounding)
Pentanahan tower adalah perlengkapan pembumian sistem transmisi yang
berfungsi untuk meneruskan arus listrik dari tiang SUTT ke tanah. Pentanahan
tiang terdiri dari konduktor tembaga atau konduktor baja yang diklem pada
pipa pentanahan yang ditanam di dekat pondasi tiang, atau dengan

20

menanam plat aluminium/tembaga disekitar pondasi tiang yang berfungsi untuk


mengalirkan arus dari konduktor tanah akibat sambaran petir.
2.5.

Pentanahan Tower SUTT 150 KV


Untuk mereduksi adanya tegangan sentuh dan tegangan lebih akibat

sambaran petir pada konstruksi SUTT yang tidak bertegangan, dipasang beberapa
batang pentanahan (ground rod) yang dihubungkan satu sama lain dengan plat
tembaga dan dihubungkan ke tiang dari dua sisi berlawanan. Tahanan pentanahan
setiap tiang disyaratkan maksimum 10 Ohm, diukur tanpa dihubungkan dengan
kawat tanah.(SPLN 121 1996)
Menurut Pabla, A.S. (1994 : 154), agar pentanahan dapat bekerja efektif,
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan yang berulang.
2. Menggunakan bahan tahan korosi terhadap berbagai kondisi kimiawi tanah,
hal ini meyakinkan kontinuitas penampilannya sepanjang umur peralatan
yang dilindungi.
3. Menggunakan sistem mekanik yang kuat namun mudah dalam pelayanan.
Bagian bagian dari pentanahan tower SUTT 150 KV terdiri dari 5 macam,
sebagai berikut : (PLN : Pusdiklat)
a.

Elektode pentanahan (grounding electrode), merupakan logam seperti

pipa/plat tembaga, pipa galvanis, atau yang sejenis yang ditanam cukup dalam di
bawah tanah (sebaiknya mencapai air tanah).
b.

Rel pentanahan (ground bus), merupakan suatu rel jaringan pentanahan

tempat dimana elektrode elektrode dihubungkan, sehingga seluruh elektrode

21

menjadi satu. Rel pentanahan ini bisa berbentuk jaring/jala jala. Rel pentanahan
ini hanya digunakan pada tempat yang sulit untuk mendapatkan nilai tahanan
pentanahan yang baik setelah menggunakan ground rod. Bahan yang digunakan
untuk ground bus adalah jenis kawat tembaga atau kawat baja GSW (Ground
Steel Wires).
c.

Penghantar pentanahan (grounding conduktor), merupakan kawat yang

mengubungkan ground rod dan atau ground bus dengan kaki tower SUTT. Bahan
Grounding Conduktor menggunakan kawat tembaga atau kawat baja GSW
(Ground Steel Wires).
d.

Klem pentanahan, merupakan klem dari plat untuk kontak antara ground rod

dengan grounding conductor atau ground bus. Klem pentanahan menggunakan


plat bimetal, yaitu baja yang dilapisi dengan lapisan tembaga.
e.

Baut, digunakan sebagai kontak antara grounding conductor dengan kaki

tower. Baut yang digunakan antara lain nomor 17, 19, atau 24.

Gambar 2.7. Pentanahan/arde tower SUTT 150 KV secara umum


Macam dan bentuk elektrode pentanahan dapat berupa :
1.

Elektrode pita/strip, ialah elektrode yang dibuat dari penghantar berbentuk


pita atau berpenampang bulat, atau penghantar pilin yang pada umumnya

22

ditanam secara dangkal. Elektrode ini dapat ditanam pada sebagai pita lurus,
radial, melingkar, jala jala, atau kombinasi dari bentuk tersebut.
2.

Elektrode batang, ialah elektrode dari pipa besi, baja profil, atau batang
logam lainnya yang dipancangkan ke dalam tanah. Elektrode bentuk batang
ini yang biasa dikenal sebagai batang pentanahan (ground rod).

3.

Elektrode pelat, adalah elektrode dari bahan logam utuh atau berlubang. Pada
umumnya elektrode pelat ditanam secara dalam.
Faktor faktor yang mempengaruhi tahanan pentanahan tower SUTT 150

KV yang menggunakan ground rod adalah sesuai dengan persamaan untuk


menghitung tahanan pentanahan menurut Hutauruk, T.S. (1991 : 157) adalah
sebagai berikut :
=

(2.1)

dimana :

R = tahanan pentanahan tower, Ohm


= tahanan jenis tanah, Ohm-m
L = panjang/kedalaman elektroda, m
d = diameter elektroda, m
Berdasarkan persamaan tersebut, tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV
tergantung dari :
2.5.1 Tahanan jenis tanah
Tahanan pentanahan sangat tergantung pada tahanan jenis tanah yaitu
tahanan pentanahan berbanding lurus dengan tahanan jenis tanah. Tahanan jenis
tanah bervariasi dari 500 sampai dengan 50.000 Ohm per-cm3, harga ini

23

dinyatakan dalam Ohm-cm. Pernyataan Ohm-cm merepresentasikan tahanan di


antara dua permukaan yang berlawanan dari suatu volume tanah yang berisi 1
cm3.
Dengan memberi air atau membasahi tanah juga mengubah tahanan jenis
tanah. Harga tahanan jenis tanah pada kedalaman yang terbatas sangat bergantung
dengan keadaan cuaca. Untuk mendapatkan tahanan jenis rata rata untuk
keperluan perencanaan, maka diperlukan penyelidikan atau pengukuran dalam
jangka waktu tertentu, misalnya selama 1 tahun. Tahanan tanah tergantung dari
tingginya permukaan tanah dari permukaan air yang konstan.(Hutauruk, T.S. 1991
: 141 142)
Faktor

faktor yang menentukan besarnya tahanan jenis tanah adalah

sebagai berikut :
a.

Jenis tanah
Jenis tanah dapat mempengaruhi tahanan jenis tanah. Kesulitan yang biasa

dijumpai dalam mengukur tahanan jenis tanah adalah bahwa dalam kenyataannya
komposisi tanah tidaklah homogen pada seluruh volume tanah, yang bervariasi
secara vertikal maupun horizontal, sehingga pada lapisan tertentu mungkin
terdapat dua atau lebih jenis tanah dengan tahanan jenis yang berbeda. Untuk
memperoleh harga yang sebenarnya dari tahanan jenis tanah, harus dilakukan
pengukuran langsung di tempat dengan memperbanyak titik pengukuran.
Harga tahanan jenis selalu bervariasi sesuai dengan keadaan pada saat
pengukuran. Makin tinggi suhu makin tinggi tahanan jenisnya, sebaliknya

24

semakin lembab tahanan jenis makin rendah tahanan jenisnya. Secara umum
harga-harga tahanan jenis diperlihatkan pada tabel 2.1
Tabel 2.1. Tahanan jenis tanah pada jenis tanah yang berbeda
(www.elektroindonesia.com/elektro/ener24b.html)
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Jenis Tanah
Tanah rawa
Tanah liat dan ladang
Pasir basah
Kerikil basah
Pasir dan kerikil kering
Tanah berbatu
Air laut dan tawar

Tahanan Jenis (Ohm)


10 s.d. 40
20 s.d. 100
50 s.d. 200
200 s.d. 3.000
< 10.000
2.000 s.d. 3.000
10 s.d. 100

Untuk merubah komposisi kimia tanah dengan memberikan garam pada


tanah dekat elektroda pentanahan dengan maksud untuk mendapatkan tahanan
jenis tanah yang rendah. Cara ini hanya baik untuk sementara, sebab proses
penggaraman harus dilakukan secara periodik, sedikitnya enam bulan sekali.
Dengan memberi air atau membasahi tanah juga dapat mengubah tahanan jenis
tanah.(PLN, Udiklat)
b.

Lapisan/komposisi kimia tanah


Lapisan tanah yang dimaksud adalah dapat berlapis lapis dengan

komposisi kimia tanah yang berbeda. Perbedaan lapisan tanah menimbulkan


besarnya tahanan jenis menjadi berlainan. Sering dicoba untuk mengubah
komposisi kimia tanah dengan memberikan garam pada tanah dekat ground rod
dengan maksud memperoleh tahanan jenis tanah yang rendah. Cara ini hanya baik
untuk sementara, sebab proses penggaraman harus dilakukan secara periodik,
setidaknya enam bulan sekali.

25

c.

Iklim dan kelembaban tanah


Tahanan jenis tanah dapat berubah tergantung kondisi iklim/cuaca,

karena

terkait dengan kandungan

air (kelembaban) dalam tanah. Semakin

banyak air yang dikandung dalam tanah, maka tanah tersebut menjadi lembab,
dan memiliki tahanan jenis yang baik. Untuk mengurangi variasi tahanan jenis
akibat pengaruh iklim, pentanahan dapat dilakukan dengan menanam ground
rod sampai mencapai kedalaman dimana terdapat air tanah yang konstan.
d.

Temperatur
Temperatur tanah di sekitar

ground rod juga dapat berpengaruh pada

besarnya tahanan jenis tanah. Bila temperatur dalam tanah yang rendah atau
bahkan mencapai di bawah 00C, maka air dalam tanah akan membeku dan
molekul air dalam tanah akan sulit bergerak sehingga daya hantar listrik
dalam tanah rendah sekali. Bila temperatur tanah naik, air akan berubah
menjadi fase cair, molekul molekul dan ion ion bebas bergerak sehingga
daya hantar listrik tanah menjadi besar dan tahanan jenis tanah menjadi turun.
2.5.2 Panjang ground rod
Tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV dapat berkurang dengan
menambah panjang ground rod. Tapi hubungan ini tidak langsung akan mencapai
satu titik di mana penambahan panjang ground rod hanya akan mengurangi
tahanan pentanahan dalam jumlah sedikit, dalam hal ini ground rod paralel
digunakan. Penggunaan ground rod paralel, persamaan 2.1 tetap dapat digunakan
untuk menghitung tahanan pentanahan tower, bila variabel d dirubah menjadi
A dan jari jari tiap ground rod sama. Harga A adalah kelipatan ground

26

rod yang tergantung dari penempatan masing masing ground rod sebagai
berikut :
Penempatan :
2 ground rod diletakkan di mana saja
=

(2.2)

3 ground rod diletakkan membentuk segitiga

4 ground rod diletakkan membentuk segi empat

(2.3)

(2.4)

di mana :
r = jari jari dari masing masing ground rod (harus sama)
a = jarak antara ground rod
2.5.3 Diameter ground rod
Berdasarkan persamaan 2.1, semakin besar diameter ground rod, maka
semakin besar tahanan pentanahannya. Hal ini disebabkan karena luas kontak
antara ground rod dengan tanah sekitar menjadi besar. Jika diameter ground rod
terlalu besar, maka akan menimbulkan masalah dalam pemasangan. Cara
mengurangi nilai tahanan pentanahan dengan menambah diameter ground rod
ini agak ditinggalkan.

27

Usaha usaha yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Base Camp
Semarang untuk dapat memperbaiki nilai tahanan pentanahan tower SUTT 150
KV yaitu dengan cara :
a. Menambah jumlah arde baru sebuah elektroda batang, pada kaki lain tetapi
tetap berlawanan
b. Menambah jumlah arde baru sebuah elektroda batang dan menghubungkan
secara paralel dengan arde yang lama
2.6.
1.

Metoda/Cara pentanahan Tower


Pentanahan dengan Driven Ground (Elektrode Tancap)
Pentanahan dengan Driven Ground adalah pentanahan yang dilakukan

dengan cara menancapkan batang elektroda ke tanah (PLN, Udiklat). Besarnya


tahanan pentanahan dapat dihitung dengan persamaan dengan metode ini dihitung
dengan persamaan 2.1.

Gambar 2.8. Pentanahan dengan Driven Ground

S
Gambar 2.9. Satu batang elektroda dan Dua batang elektroda

28

2.

Pentanahan dengan Counter Poise


Pentanahan dengan Counter Poise adalah pentanahan yang dilakukan

dengan cara menanam kawat elektroda sejajar atau radial, beberapa cm di bawah
tanah (30 cm 90 cm).(PLN, Udiklat)
Pentanahan dengan Counter Poise digunakan apabila tahanan tanah terlalu tinggi
dan tidak dapat dikurangi dengan cara pentanahan driven ground, karena tahanan
jenis tanah terlalu tinggi.

kawat counterpoise

dasar menara

Radial

Paralel

Gambar 2.10. Pentanahan menara dengan counterpoise


Menurut T.S. Hutauruk, tahanan pentanahan tower dengan metode ini dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
=

(2.5)

29

Dimana :
R = tahanan pentanahan tower, Ohm
r = tahanan kawat, Ohm/meter
= tahanan jenis tanah, Ohm-meter
L = panjang kawat, meter

Tujuan desain counterpoise adalah mencapai yang tetap dari counterpoise


sebelum tegangan pada puncak tower mencapai pada tingkat loncatan api dari
isolator. Panjang minimum counterpoise, dapat dihitung menggunakan rumus :
=

(2.6)

Bila counterpoise terlalu panjang, 2 atau lebih kawat dapat digunakan dalam
counterpoise sampai tahanan 10 Ohm yang diinginkan diperoleh.Pentanahan
untuk tiang manesman

Tembaga
Klem terminal

Pelat tembaga

Tiang

Ground rod

pondasi

Gambar 2.11. Pentanahan untuk tiang manesman tampak atas


30

Gambar 2.12. Pentanahan untuk tiang manesman tampak samping


Metode pentanahan untuk tower SUTT 150 KV yang digunakan adalah
metode driven ground atau driven ground yang dikombinasikan dengan kawat
pentanahan membentuk ground bus, untuk memperoleh tahanan pentanahan
dibawah 10 Ohm. Panjang ground rod sudah ditentukan yaitu 3 m berbahan
tembaga atau baja dengan diameter 16 mm. Kawat penghubung tiang dengan
ground rod yang digunakan adalah jenis kawat baja atau GSW (Ground Steel
Wires) berdiameter 55 mm. Penanaman ground rod sedalam 1,8 m didalam tanah,
dan penanaman ground bus sedalam 60 cm di bawah permukaan tanah.

31

Gambar 2.13. Konstruksi pentanahan SUTT 150 KV

Gambar 2.14. Pentanahan SUTT 150 KV dengan driven ground dan ground
bus
2.7. Pengukuran Tahanan Pentanahan SUTT 150 KV
a. Aspek Pengukuran
Pengukuran tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV merupakan bagian dari
pemeliharaan tahunan tower SUTT 150 KV yang dilakukan oleh PT. PLN
(Persero) Area Pelaksana Pemeliharaan (APP), Base Camp Semarang.
Pengukuran ini terdiri dari berbagai aspek, yaitu meliputi : tahanan pentanahan

32

kaki tower bersama dengan pentanahan (arde), tahanan pentanahan kaki tower
sendiri (tanpa arde), dan tahanan pentanahan gabungan dari sisi kaki tower (sisi
AB dan sisi CD). Alat yang digunakan dalam proses pengukuran tahanan
pentanahan, antara lain :
1. Earth Resistance Tester
Dengan data sebagai berikut :
Merk : KYORITSU
Sumber tenaga : 9 V DC, jenis baterai R6P (SUM 3) x 6
Jenis : Digital Earth Resistance Tester 4105A
Alat ini digunakan untuk menampilkan nilai tahanan pentanahan
yang terukur dengan kemampuan mengukur sampai 1999 (Ohm).
Skema gambar Earth Resistance Tester ini ditunjukan pada gambar
2.16.

Gambar 2.15. Digital Earth Resistance Tester 4105A

33

Keterangan :
1. Layar penampilan
2. Lampu indikator
3. Pemutar
4. Push button
5. Ring selektor
6. Terminal ke elektroda utama dan bantu

Gambar 2.16. Rangkaian pengukuran tahanan pentanahan


b. Nama tower SUTT 150 KV
Pemberian nama tower sendiri terdiri dari jenis tower dan diikuti dengan
nomer urut tower, dan kebanyakan sudah ada tertulis pada tower SUTT 150 KV.
Jenis tower yang paling banyak dijumpai adalah jenis tower penegang
(aspan/tension) dan penyangga (dragh). Sebagai contoh pada tower pertama
SUTT 150 KV transmisi Srondol Krapyak dengan jenis A1,dimana A sebagai
jenis tower dan 1 adalah nomor tower dari GI yang disebut pertama pada saluran
transmisi.

34

Gambar 2.17. Tower SUTT 150 KV jenis aspan/tension

Gambar 2.18. Tower SUTT 150 KV jenis dragh


Penanaman kaki tower SUTT 150 KV adalah dengan menggunaka huruf
abjad, sebagaimana pada gambar 2.19.

35

Gambar 2.19. Nama kaki tower SUTT 150 KV transmisi Srondol Krapyak

36

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Tempat dan Waktu Penelitian


Kegiatan penelitian guna menyusun Tugas Akhir ini dilaksanakan di PT.

PLN

(Persero) Area Pelaksana Pemeliharaan (APP) Semarang, Base Camp

Semarang yang beralamat di Jl. Ngesrep Timur V No. 41 Semarang dan pada
tower SUTT 150 KV transmisi Srondol Krapyak sebanyak 45 buah tower
dengan jenis konstruksi baja. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2013.
3.2.

Instrumen Penelitian
Instrumen diartikan sebagai alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah.
Dalam hal ini instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Instrumen Penelitian
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Instrumen Penelitian
Earth-meter/Earth Resistance Test
Elektroda bantu
Kabel penghubung 10 s.d. 30 m
Kunci pas/ring nomor 17
Kunci pas/ring nomor 19
Kunci pas/ring nomor 24
Kunci Inggris
High Grade Panatratig oil

Jumlah
1 buah
2 buah
3 buah
2 buah
2 buah
2 buah
1 buah
1 buah

37

3.3. Langkah Penelitian


Langkah penelitian untuk pengambilan data dilakukan beberapa tahap,
yaitu:
Pengukuran tahanan pentanahan kaki tower SUTT 150 KV dengan Digital
Earth-tester/Digital Earth Resistance test :
1. Mempersiapkan alat ukur earth-tester/earth resistance test.
2. Menanam 2 buah elektroda bantu dengan jarak antara elektroda maupun
dengan kaki tower yang akan diukur masing masing 5 s.d. 10 m dan
mengusahakan membentuk sudut 600.
3. Memasang/menghubungkan elektroda tersebut dengan kabel ke earth
tester.
4. Mengecek tegangan baterai dengan menghidupkan Digital Earth
Resistance Tester. Jika layar tampak bersih tanpa simbol baterai lemah
berarti baterai dalam keadaan baik. Jika layar menunjukkan simbol baterai
lemah atau bahkan layar dalam keadaan gelap berarti baterai perlu diganti.
5. Mengecek hubungan atau penjepit pada elektroda utama dan elektroda
bantu dengan mensetting range switch ke 2000 dan tekan tombol
PRESS TO TEST . Jika tahanan elektroda utama terlalu tinggi atau
menunjukkan simbol ....... yang berkedip-kedip maka perlu dicek
penghubung atau penjepit pada elektroda utama.
6. Memasang/menghubungkan kaki tower dan arde yang akan diukur dengan
kabel ke earth-tester.

38

7. Mengukur tahanan pentanahan tower yaitu gabungan antara kaki dan


semua arde.
8. Mencatat hasil pengukuran dalam tabel hasil pengukuran.
9. Melepas arde dari kaki tower dengan kunci yang diperlukan.
10. Memasang/menghubungkan kaki tower dengan kabel ke earth-tester.
11. Mengukur tahanan pentanahan dari kaki tower sendiri tanpa arde.
12. Mencatat hasil pengukuran dalam tbel hasil pengukuran.
13. Memasang/menghubungkan arde kaki dengan kabel ke earth-tester.
14. Mengukur tahanan pentanahan dari arde kaki dari masing masing sisi
secara berlawanan dan atau keseluruhan dan mencatat hasil pengukuran
dalam tabel hasil pengukuran.

3.4.

Analisis Data
Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian komparasi

nonhipotesis yaitu mengadakan komparasi status fenomena dengan standarnya.


Adapun langkah analisis data yang dilakukan terhadap hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.

Mengetahui besarnya harga tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV


dengan Standar PLN maksimum 10 Ohm.

2.

Analisis hasil pengukuran tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV


transmisi Srondol Krapyak tahun 2012 dan 2013.

39

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini data yang diambil dari pengukuran tahanan

pentanahan kaki tower SUTT 150 KV transmisi Srondol Krapyak. Data


penelitian tersebut ialah :
4.1.1. Pengukuran tahanan pentanahan pada kaki tower tanpa arde SUTT
150 KV
Pengukuran ini dilakukan pada kaki tower tanpa terhubung dengan sistem
pentanahan sendiri. Jika suatu tower mempunyai pentanahan tambahan, maka
kawat pentanahan tersebut harus dipisahkan dulu dari kaki tower dan arde kaki
dengan cara membuka mur baut pada kaki tower tersebut.
Tabel 4.1. Hasil pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde kaki
SUTT 150 KV Srondol - Krapyak
Tahanan Pentanahan Kaki
No.
Tower (Ohm)
No.
Jenis Tanah
Tower
2012
2013
1.
A1
0,48
0,52
Tanah liat
2.
A2
1,02
0,45
Tanah liat
3.
A3
las
las
Tanah ladang
4.
A4
1,50
0,73
Tanah liat
5.
D5
1,68
0,83
Tanah liat
6.
A6
2,66
0,83
Tanah rawa
7.
D7
1,38
1,05
Tanah rawa
8.
D8
1,36
1,64
Tanah ladang
9.
A9
1,29
0,62
Tanah rawa
10.
A10
1,43
1,24
Tanah rawa
11.
D11
0,56
0,55
Tanah rawa
12.
A12
0,36
Tanah ladang
13.
D13
las
las
Tanah ladang
14.
D14
3,94
1,93
Tanah ladang

40

No.

No.
Tower

15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.

A15
D16
A17
D18
D19
D20
D21
A22
D23
D24
D25
D26
D27
A28
D29
A30
D31
D32
D33
D34
D34a
A35
D36
A37
A38
D39
D40
D41
D42
A43
A44

Tahanan Pentanahan Kaki


Tower (Ohm)
2012
2013
0,41
1,20
1,69
0,96
1,44
1,56
las
las
2,11
3,65
las
las
0,86
las
las
las
las
las
las
las
las
1,09
0,17
0,74
0,76
las
las
las
las
las
las
0,67
1,17
2,02
2,20
1,73
1,51
0,85
0,98
las
las
1,32
1,31
1,23
0,35
0,69
0,92
0,63
0,82
0,72
1,11
1,33
2,22
2,81
las
las
0,54
0,50
las
las

Jenis Tanah
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah liat
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah rawa
Tanah liat
Tanah liat
Tanah liat
Tanah rawa
Tanah rawa
Tanah rawa
Tanah liat
Tanah rawa
Tanah rawa
Tanah rawa
Tanah liat
Tanah liat
Tanah liat
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah liat
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah rawa

Keterangan :
A
: jenis tower Aspen
D

: jenis tower Dragh

Las : penyambungan pada kaki tower dengan arde kaki menggunakan


las, dan tidak bisa dilepas dengan menggunakan kunci pas pada saat
pengukuran.
41

4,5

Kaki Tower tanpa Arde 2013

Kaki Tower tanpa Arde 2012


A3, D13, D18, D20, A22, D23, D24, D25,
A28, D29, A30, D34a, D42, A44 di LAS

3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
A1
A2
A3
A4
D5
A6
D7
D8
A9
A10
D11
A12
D13
D14
A15
D16
A17
D18
D19
D20
D21
A22
D23
D24
D25
D26
D27
A28
D29
A30
D31
D32
D33
D34
D34a
A35
D36
A37
A38
D39
D40
D41
D42
A43
A44

Nilai Tahanan Pentanahan

3,5

Nomer Tower

Gambar 4.1. Grafik hasil pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde 2012 dan 2013

42

4.1.2. Pengukuran tahanan pentanahan dengan kondisi arde kaki dilepas


Pengukuran ini dilakukan pada pantanahan arde kaki secara langsung.
Sistem pentanahan ini diukur dengan cara memisahkan dengan kaki tower untuk
mendapatkan nilai dari tahanan pentanahan.
Tabel 4.2. Hasil pengukuran tahanan pentanahan arde kaki SUTT 150 KV
Srondol Krapyak.
Tahanan Pentanahan Arde Kaki Tower (Ohm)
No.
No.
A
B
C
D
Jenis Tanah
Tower
2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013
1.
A1
0,57 0,45
3,34 2,52
Tanah liat
2.
A2
0,52 0,40 0,45 0,42
Tanah liat
3.
A3
las
las
las
las
Tanah ladang
4.
A4
0,67 0,65
1,91 0,72
Tanah liat
5.
D5
3,25 0,84 0,91 0,82
Tanah liat
6.
A6
6,99 0,85 0,80 0,81
Tanah rawa
7.
D7
2,07 0,97 1,80 1,03
Tanah rawa
8.
D8
2,05 2,13 1,70 2,16
Tanah ladang
9.
A9
0,42 0,57 1,02 0,57
Tanah rawa
10.
A10
1,07 1,09 1,02 1,11
Tanah rawa
Tanah
11.
D11
0,32 0,39 0,38 0,44
rawa/sawah
12.
A12
5,25 3,43 2,56 2,67
Tanah ladang
13.
D13
las
las
las
las
Tanah ladang
14.
D14
2
3,26 4,26
Tanah ladang
15.
A15
3,48 1,65 6,63 1,98
Tanah ladang
16.
D16
3,77 3,89
4
3,88 2,35
Tanah ladang
17.
A17
1,06 rsk 1,03 1,39
Tanah liat
18.
D18
las
las
las
las
Tanah ladang
19.
D19
1,20 1,43
1,35 1,40 Tanah ladang
20.
D20
las
las
las
las
Tanah rawa
21.
D21
4,43 1,10 9,38 0,95
Tanah liat
22.
A22
las
las
las
las
Tanah ladang
23.
D23
las
las
las
las
Tanah ladang
24.
D24
las
las
las
las
Tanah rawa
25.
D25
las
las
las
las
Tanah rawa
Tanah
26.
D26
0,43 0,13 2,12 0,66
rawa/sawah
27.
D27
0,55 0,93 0,50 1,05
Tanah ladang
28.
A28
las
las
las
las
Tanah rawa
29.
D29
las
las
las
las
Tanah rawa
30.
A30
las
las
las
las
Tanah rawa

43

No.

No.
Tower

31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.

D31
D32
D33
D34
D34a
A35
D36
A37
A38
D39
D40
D41
D42
A43
A44

Tahanan Pentanahan Arde Kaki Tower (Ohm)


B
C
A
D
2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013
0,79 2,52 0,58 2,56
1,52 1,69 1,25 1,71
1,67 1,96 1,62 rsk
0,83 0,93 0,87 1,11 0,94 1,09 0,90 1,76
las
las
las
las
0,90 0,51 0,32 0,48
1,46 1,57 0,75 1,39 1,55 1,41 1,06 2,08
0,40 0,48 0,41 0,48
0,08 0,36 0,05 0,30
0,87 4,88 0,75 1,08
1,79 1,46 2,86 1,32
2,68 2,88 2,63 2,84
las
las
las
las
2,95 0,96 0,95 3,24
las
las
las
las

Jenis Tanah
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Pasir basah
Pasir basah
Pasir basah
Pasir basah

Keterangan :
A
: jenis tower aspen
D

: jenis tower dragh

Las : penyambungan pada arde kaki menggunakan las, dan tidak bisa
dilepas dengan menggunakan kunci pas pada saat pengukuran.
rsk

: arde kaki telah terputus/rusak dari ground rod

44

10

Arde Kaki A 2012


Arde Kaki A 2013

Arde kaki B 2012

Arde Kaki B 2013

Arde Kaki C 2012

Arde Kaki C 2013

Arde Kaki D 2012

3
2

Arde Kaki D 2013

A3, D13, D18, D20, A22, D23, D24, D25,


A28, D29, A30, A34a, D42, A44 di Las

0
A1
A2
A3
A4
D5
A6
D7
D8
A9
A10
D11
A12
D13
D14
A15
D16
A17
D18
D19
D20
D21
A22
D23
D24
D25
D26
D27
A28
D29
A30
D31
D32
D33
D34
D34a
A35
D36
A37
A38
D39
D40
D41
D42
A43
A44

Nilai Tahanan pentanahan Arde kaki

Nomer Tower

Gambar 4.2. Grafik hasil pengukuran tahanan pentanahan arde kaki 2012 dan 2013

45

4.1.3. Pengukuran tahanan pentanahan gabungan dengan kondisi arde kaki


dan kaki tower disambung.
Pengukuran ini dilakukan pada kaki tower dan arde kaki terhubung, maka
kawat pentanahan tersebut harus disambung dulu dari kaki tower dan arde kaki
dengan cara memasangkan mur baut pada kaki tower tersebut. Bertujuan untuk
mendapatkan hasil tahanan pentanahan tersebut untuk memperbaiki nilai tahanan
pentanahan sebelumnya.
Tabel 4.3. Hasil pengukuran tahanan pentanahan gabungan kaki tower SUTT
150 KV Srondol Krapyak.
Tahanan Pentanahan
Gabungan Kaki Tower dan
No.
No.
Jenis Tanah
Arde Kaki Tower (Ohm)
Tower
2012
2013
1.
A1
0,68
0,45
Tanah liat
2.
A2
0,63
0,41
Tanah liat
3.
A3
0,52
0,30
Tanah ladang
4.
A4
0,77
0,43
Tanah liat
5.
D5
0,81
0,74
Tanah liat
6.
A6
0,45
0,43
Tanah rawa
7.
D7
1,18
0,96
Tanah rawa
8.
D8
1,16
1,25
Tanah ladang
9.
A9
0,34
0,53
Tanah rawa
10.
A10
0,83
0,63
Tanah rawa
11.
D11
0,39
Tanah rawa
12.
A12
0,59
0,36
Tanah ladang
13.
D13
1,93
1
Tanah ladang
14.
D14
2,25
1,88
Tanah ladang
15.
A15
0,43
1,20
Tanah ladang
16.
D16
1,27
0,36
Tanah ladang
17.
A17
0,62
0,88
Tanah liat
18.
D18
0,68
0,61
Tanah ladang
19.
D19
0,98
1,35
Tanah ladang
20.
D20
1,23
1,16
Tanah rawa
21.
D21
1,60
0,80
Tanah liat
22.
A22
0,67
1,30
Tanah liat
23.
D23
0,64
0,73
Tanah liat
24.
D24
1,25
0,67
Tanah rawa
25.
D25
0,33
0,68
Tanah rawa

46

No.

No.
Tower

26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.

D26
D27
A28
D29
A30
D31
D32
D33
D34
D34a
A35
D36
A37
A38
D39
D40
D41
D42
A43
A44

Tahanan Pentanahan
Gabungan Kaki Tower dan
Arde Kaki Tower (Ohm)
2012
2013
0,33
0,11
0,73
0,72
1,97
0,74
1,34
1,64
0,71
1,51
0,69
0,91
1,91
1,46
1,01
1,24
1,43
0,96
0,42
0,28
0,49
0,41
0,71
0,32
0,27
0,61
0,28
0,30
0,72
1,02
1,02
1,24
1,45
1,69
1,27
1,58
0,21
0,31
0,58
1,23

Jenis Tanah
Tanah rawa
Tanah liat
Tanah rawa
Tanah rawa
Tanah rawa
Tanah liat
Tanah liat
Tanah liat
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Tanah ladang
Pasir basah
Pasir basah
Pasir basah
Pasir basah

Keterangan :
A
: jenis tower aspen
D

: jenis tower dragh

47

2,5
tahanan pentanahan
gabungan 2012
Tahanan Pentanahan
Gabungan 2013

1,5

0,5

0
A1
A2
A3
A4
D5
A6
D7
D8
A9
A10
D11
A12
D13
D14
A15
D16
A17
D18
D19
D20
D21
A22
D23
D24
D25
D26
D27
A28
D29
A30
D31
D32
D33
D34
D34a
A35
D36
A37
A38
D39
D40
D41
D42
A43
A44

Nilai Tahanan Pentanahan Gabungan

Nomer Tower

Gambar 4.3. Grafik hasil pengukuran tahanan pentanahan gabungan 2012 dan 2013

48

4.2.

Analisa data
Besarnya tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV, sebagaimana

diketahui semakin kecil semakin baik, namun ada batas maksimum yang
diperbolehkan oleh PLN, sebagaimana pihak yang mengelola SUTT 150 KV yaitu
sebesar 10 Ohm. Kecilnya tahanan pentanahan ini berguna untuk mempercepat
mengalirnya arus akibat potensial tegangan yang besar ke Bumi bila terjadi
sambaran petir pada kawat tanah, sehingga tidak membahayakan SUTT 150 KV.
Sebagaimana diketahui, ground rod pentanahan tower tertanam dalam tanah,
sehingga kondisi ground rod tidak dapat diketahui secara visual, tapi hanya
kondisi nilai tahanan pentanahannya yang bisa diketahui.
Dari data hasil pengukuran pada tabel 4.1., 4.2., 4.3., dapat dibuat grafik
yang menyatakan perbedaan nilai tahanan pentanahan gabungan, kaki tower, arde
kaki dengan jenis tanah yang berbeda.
Berdasarkan grafik 4.1, 4.2, dan 4.3, dapat diperoleh hasil bahwa besarnya
tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi Srondol Krapyak sebagai
wilayah kerja PT. PLN (Persero) Area Pelaksana Pemeliharaan (APP) Semarang,
Base Camp Semarang pada bulan November 2013 hampir keseluruhan masih
dalam kondisi dibawah standar 10 Ohm, dikarenakan tekstur tanah yang berada di
tower SUTT 150 KV transmisi Srondol Krapyak adalah tanah liat, tanah rawa,
dan pasir basah.
Analisis hasil pengukuran tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV
transmisi Srondol Krapyak yang terbagi dalam 3 macam pengukuran adalah
sebagai berikut :

49

1.

Pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde


Berdasarkan gambar 4.1. pada pengukuran tahun 2013, kondisi masih

baik, karena masih dibawah standar maksimum yang diperbolehkan oleh PLN
dengan persentase 68,89 %, dan tidak bisa diukur dengan persentase 31,11 %. Jika
dibandingkan antara periode pengukuran tahun 2012 dan tahun 2013, karakteristik
tahanan pentanahannya mengalami kenaikan dengan persentase 26,67 %,
penurunan dengan persentase 33,33 %, dan nilai tetap dengan persentase 8,89 %,
serta tidak bisa dibandingkan dengan persentase 31,11 %.
2.

Pengukuran tahanan pentanahan arde kaki tower


Berdasarkan pada gambar 4.2., pada pengukuran 2013 tahanan pentanahan

arde kaki tower masih kondisi di bawah standar dengan persentase 64,45 %,
kondisi tidak dapat diukur karena terputus/rusak dengan persentase 4,44 %, dan
kondisi tidak dapat diukur karena di las dengan persentase 31,11 %. Apabila
dibandingkan antara hasil pengukuran tahun 2012 dan hasil pengukuran tahun
2013, mengalami kenaikan sebanyak 37,78 %, penurunan sebanyak 31,11 %, dan
tidak bisa dibandingkan karena di las sebanyak 31,11 %.
3.

Pengukuran tahanan pentanahan keseluruhan (gabungan) antara

kaki tower dan semua arde kaki.


Berdasarkan gambar 4.3. pada pengukuran tahun 2013, kondisi tahanan
pentanahannya masih dibawah standar maksimum yang diperbolehkan oleh PLN
dengan persentase 100 %. Jika dibandingkan antara periode pengukuran tahun
2012 dan tahun 2013, karakteristik tahanan pentanahannya mengalami kenaikan

50

dengan persentase 44,44 %, penurunan dengan persentase 46,67 %, dan tetap


denan persentase 8,89 %.
4.3.
1.

Pembahasan
Karakteristik tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi

Srondol Krapyak pada bulan November 2013.


Karakteristik tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi Srondol
Krapyak pada bulan November 2013. Adalah sebagai berikut :
a. Kondisi baik
Kondisi tahanan pentanahan yang masih baik terjadi pada 3 macam
pengukuran, yaitu :
1) Pengukuran tahanan pentanahan gabungan
Kondisi tahanan pentanahan gabungan masih baik semua, tidak ada
yang buruk atau melebihi standar yang diperbolehkan. Faktor yang
menyebabkan adalah karena banyak sistem pentanahan yang terhubung
dengan tower SUTT, antara lain dari arde kaki tower dan kawat tanah yang
terhubung dengan pentanahan pada semua SUTT dan juga terhubung
dengan pentanahan Gardu Induk yang terhubung. Jika kedua faktor ini
digabungkan untuk sistem pentanahan tower SUTT, maka akan diperoleh
hasil tahanan pentanahan yang baik.
2) Pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde
Kondisi tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde masih baik semua,
tidak ada yang buruk atau melebihi standar yang diperbolehkan. Faktor
yang menyebabkan adalah karena pada waktu pengukuran tower masih

51

terhubung dengan kawat tanah yang terhubung dengan sistem pentanahan


Gardu Induk. Padahal ketentuannya, pengukuran tahanan pentanahan kaki
tower tanpa arde seharusnya tanpa kawat tanah. Pada prakteknya kawat
tanah tidak dilepas karena di khawatirkan membahayakan jaringan SUTT
150 KV, ialah dapat menyebabkan gangguan hubung tanah antara kawat
fasa yang bersentuhan dengan kawat tanah.
3) Pengukuran tahanan pentanahan arde masing masing sisi yang
berlawanan
Kondisi tahanan pentanahan arde kaki tower tidak semuanya baik.
Kondisi tahanan pentanahan arde yang baik dapat terjadi dimungkinkan
karena :
a)

Kondisi ground rod dan kontak pada klem masih baik

Kondisi ini disebabkan karena ground rod belum terkena korosi


setelah lama terpendam dalam tanah, sehingga kontak dengan tanah
masih tetap baik. Sebab lain yang mungkin terjadi karena kontak
antara ground rod dan penghantar pentanahan yang terdapat dalam
klem juga masih baik.
b) Kondisi kelembaban tanah masih tinggi
Kelembaban tanah yang masih tinggi merupakan salah satu faktor
penentu besarnya tahanan pentanahan. Semakin lembab tanah, maka
tahanan jenisnya semakin baik dan tentu semakin baik pula nilai
tahanan pentanahan pada tanah tersebut.

52

c) Kondisi air tanah tetap


Sebagaimana diketahui, pentanahan yang baik mencapai air tanah.
Bila kondisi air tanah tetap yang dimungkinkan karena faktor turunya
hujan yang tinggi pada saat pengukuran, maka nilai tahanan
pentanahannya cenderung stabil.
b. Kondisi awas
Kondisi tahanan pentanahan pada posisi awas ini tidak terjadi pada
tahanan pentanahan gabungan dan tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde,
namun hanya terjadi pada pengukuran tahanan pentanahan untuk arde masing
masing sisi yang berlawanan.
Faktor faktor yang menyebabkan kondisi tahanan pentanahan menjadi
mendekati 10 Ohm dimungkinkan karena :
a) Kondisi ground rod mulai menurun
Kondisi ini dikarenakan ground rod mulai mengalami korosi akibat
terpendam dalam tanah dalam waktu yang lama dan akibat faktor kimiawi
tanah, sehingga kontak ground rod dengan tanah berkurang dan tahanan
jenisnya juga mengalami kenaikan.
b) Kondisi kontak antara ground rod dan penghantar pentanahan mulai
terkena korosi
Tahanan kontak antara ground rod dengan penghantar pentanahan
yang terdapat pada klem pentanahan dapat bertambah, disebabkan karena
kontak ground rod dan tahanan pentanahan mulai terkena korosi akibat
terpendam dalam tanah dan terpengaruh faktor kimiawi tanah. Tahanan

53

kontak

yang

bertambah

ini

dapat

menyebabkan

nilai

tahanan

pentanahannya meningkat.
c) Kondisi kelembaban dan air tanah yang berubah
Kondisi kelembaban dan air tanah dapat berubah tergantung curah
hujan atau cuaca yang terjadi pada daerah setempat. Pada saat pengukuran,
dimungkinkan curah hujan pada daerah tersebut cenderung sedikit,
sehingga nilai tahanan pentanahannya menjadi meningkat.
c. Kondisi buruk
Kondisi tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV yang buruk, seperti
halnya pada kondisi awas, kondisi ini hanya terjadi pada pengukuran tahanan
pentanahan untuk arde masing masing sisi yang berlawanan. Tower dengan
tahanan pentanahan arde yang berada dalam kondisi buruk ada 2 buah tower
penghantar pentanahannya telah putus/rusak dalam tanah.
Tabel 4.4. Tahanan pentanahan arde kaki tower SUTT 150 KV transmisi
Srondol Krapyak tahun 2013 dengan kondisi buruk
No.
No. Tower
Arde kaki tower Tahanan petanahan
1.
A17
B
rusak/putus
2.
D33
C
rusak/putus
Kondisi tahanan pentanahan yang sudah buruk dapat terjadi dimungkinkan
karena :
1) Kondisi ground rod yang buruk
Nilai tahanan pentanahan dapat menjadi buruk, jika ground rod mengalami
kenaikan tahanan jenis atau penurunan kontak dengan tanah. Hal ini
disebabkan antara lain, karena bahan yang digunakan tergolong tidak tahan
lama dan mudah terkena korosi. Tingkat korosi ini sangat tinggi, sehingga

54

dapat menjadi tahanan yang mengurangi kontak antara ground rod dengan
tanah sekitar.
2) Kondisi kontak antara ground rod dan penghantar pentanahan terkena
korosi
Tahanan kontak antara ground rod dengan penghantar pentanahan
akan meningkat atau sangat besar, dikarenakan adanya korosi pada kontak
antara ground rod dan penghantar pentanahan yang terdapat dalam klem
pentanahan. Bahkan bisa mengakibatkan putusnya penghantar pentanahan
dengan ground rod bila korosi yang sudah sangat tinggi. Tahanan kontak
yang meningkat ini adalah hal yang menjadi penyebab utama tahanan
pentanahan tower SUTT 150 KV menjadi melebihi standarnya.
3) Kondisi kelembaban dan air tanah yang menurun
Kelembaban dan air tanah dapat berubah turun karena curah hujan
yang terjadi pada daerah tersebut rendah, sehingga tanah menjadi
cenderung kering atau tandus.
d. Kondisi tidak diketahui
Berdasarkan tabel 4.1., 4.2., 4.3.,

Kondisi tahanan pentanahan tower

SUTT 150 KV tahun 2013 yang tidak dapat diketahui terjadi pada :
1) Pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde
Kondisi tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde yang tidak dapat
diketahui dan penyebabnya adalah sebagai berikut :
-

Tower nomor A3, D13, D18, D20, A22, D23, D24, D25, A28, D29,

A30, D34a, D42 dan A44

55

Kondisi tower nomer tersebut, penyambungan arde kaki tower


menggunakan las, dan tidak dapat dilepas dengan menggunakan kunci pas
pada saat pengukuran, sehingga tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde
tidak dapat diukur.
2) Pengukuran tahanan pentanahan arde masing masing sisi yang
berlawanan
Kondisi tahanan pentanahan arde masing masing sisi yang
berlawanan yang tidak dapat diketahui dan penyebabnya adalah sebagai
berikut :
-

Tower nomor A3 (arde kaki B), A12 (arde kaki A dan C), (D13, D18,
D20, A22, D23, D24, D25, A28, D29, A30, D34a, D42, A44 (semua
arde kaki tower))
Kondisi tower nomor tersebut, penyambungan arde pada kaki tower

menggunakan las, dan tidak bisa dilepas dengan menggunakan kunci pas
pada saat pengukuran, sehingga tahanan pentanahan arde untuk kaki
tersebut tidak dapat diukur.
2.

Karakteristik perbandingan tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV


transmisi Srondol Krapyak pada tahun 2012 dan 2013.
Karakteristik perbandingan tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV

transmisi Srondol Krapyak secara garis besar dibedakan menjadi 4 macam,


yaitu:

56

1) Nilai tahanan pentanahannya tetap/sama


Berdasarkan tabel 4.1, 4.2, 4.3., nilai tahanan pentanahan tower SUTT 150
KV yang tetap atau tidak mengalami perubahan terjadi pada 3 macam
pengukuran, yaitu sebagai berikut :
a. Pengukuran tahanan pentanahan gabungan
Besarnya nilai tahanan pentanahannya dalam dua waktu pengukuran tersebut
masih baik. Hal ini di sebabkan karena sistem pentanahan yang terhubung
dengan tower SUTT yaitu adanya kawat tanah dan arde kaki tower tidak
mengalami perubahan yang berarti pada dua periode pengukuran.
b. Pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde
Kondisi tahanan pentanahannya masih baik. Hal ini karena kawat tanah yang
terhubung dengan tower SUTT juga tidak mengalami perubahan yang berarti,
sehingga tahanan kaki tower juga masih tetap dalam dua periode pengukuran
tersebut.
c. Pengukuran tahanan pentanahan arde masing masing sisi
Tahanan pentanahan arde yang nilainya tetap dimungkinkan karena :
a) Kondisi ground rod masih baik
Kondisi tahanan jenis ground rod dan kontak dengan tanah masih tetap
sama antara tahun 2012 dan tahun 2013. Hal ini dimungkinkan karena
ground rod cukup tahan dari korosi, walaupun terpendam dalam tanah
dalam jangka waktu satu tahun.

57

b) Kondisi kontak tanah antar ground rod dan penghantar pentanahan


masih baik
Kontak antara ground rod dan penghantar pentanhan masih baik dan
belum berubah, sehingga tahanan kontaknya tetap kecil dan nilai tahanan
pentanahannya juga sama.
c) Kondisi kelembaban dan air tanah sama
Kelembaban dan air tanah yang cenderung sama pada 2 periode
pengukuran, karena waktu pengukurannya pada waktu musim hujan yang
terjadi pada daerah tersebut.
2) Nilai tahanan pentanahannya mengalami kenaikan
Berdasarkan tabel 4.1, 4.2, 4.3, nilai tahanan pentanahan tower SUTT 150
KV transmisi Srondol Krapyak ada yang mengalami kenaikan. Kenaikan
nilai tahanan pentanahan ini dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Kenaikan yang signifikan
Kenaikan tahanan pentanahan yang signifikan terjadi hanya pada
pengukuran tahanan pentanahan arde masing masing sisi.
Faktor faktor yang menyebabkan kenaikan yang signifikan ini, antara
lain dimungkinkan karena :
a) Kondisi ground rod yang menurun
Dalam waktu satu tahun, ground rod telah mengalami korosi yang tinggi,
sehingga tahanan jenis ground rod naik dan kontak antara ground rod
dengan tanahmengalami penurunan. Sudah diketahui bahwa korosi dapat
menghambat kontak antara ground rod dengan tanah sekitar.

58

b) Kondisi kontak antara ground rod dan penghantar pentanahan sudah


menurun
Dalam waktu satu tahun, kontak ground rod dan penghantar pentanahan
yang terdapat dalam klem pentanahan telah mengalami penurunan akibat
korosi yang tinggi. Bahkan mungkin telah terjadi putusnya penghantar
pentanahan yang berada dalam tanah dari ground rod bila penghantar
tersebut juga terkena korosi yang sudah sangat tinggi.
c) Kondisi kelembaban dan air tanah yang menurun
Pada 2 periode pengukuran tersebut, terjadi perbedaan kelembaban dan
kondisi air tanah ialah penurunan keduanya pada tahun 2013, karena curah
hujan yang terjadi pada daerah setempat telah jauh berkurang dibanding
pada waktu pengukuran satu tahun sebelumnya.
b. Kenaikan yang tidak signifikan
Kenaikan nilai tahanan pentanhan yang tidak signifikan terjadi pada semua
jenis pengukuran, yaitu :
a) Pengukuran tahanan pentanahan gabungan
Kenaikan nilai tahanan pentanahan yang tidak signifikan dimungkinkan,
karena terjadi perubahan sedikit pada salah satu komponen sistem
pentanahan yang terhubung dengan tower SUTT. Perubahan terjadi pada
tahanan pentanahan arde-nya atau pada kawat tanah.

59

b) Pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde


Kenaikan nilai tahanan pentanahan yang tidak signifikan pada pengukuran
ini dimungkinkan, karena kondisi tahanan kawat tanah yang telah berubah
sebagai akibat dari berubahnya nilai tahanan jenisnya.
c) Pengukuran tahanan pentanahan arde masing masing sisi
Kenaikan nilai tahanan yang tidak signifikan pada pengukuran ini
dimungkinkan karena :

Kondisi ground rod mulai menurun

Dikarenakan ground rod mulai mengalami korosi akibat terpendam


dalam tanah dalam waktu satu tahun, sehingga kontak ground rod
dengan tanah mulai berkurang dan tahanan jenisnya juga mengalami
kenaikan akibat faktor kimiawi tanah.

Kondisi kontak antara ground rod dan penghantar pentanahan

sudah berkurang
Kontak antara ground rod dengan penghantar pentanahan terdapat
dalam klem pentanahan dapat berkurang, disebabkan kareana mulai
terkena korosi pada bagian kontak tersebut sebagai akibat terpendam
dalam tanah selama kurun waktu 1 tahun dan terpengaruh oleh faktor
kimiawi tanah.

Kondisi kelembaban dan air tanah yang berubah

Kondisi ini pada tahun 2013 sedang, dibandingkan dengan pengukuran


dengan tahun sebelumnya. Kondisi ini akan menaikan nilai tahanan

60

yang disebabkan karena waktu pengukuran curah hujan yang relatif


rendah dari periode pegukuran sebelumnya.
3) Nilai tahanan pentanahannya mengalami penurunan
Berdasarkan tabel 4.1, 4.2,4.3. nilai tahanan pentanahan tower SUTT 150
KV transmisi Srondol Krapyak ada yang mengalami penurunan. Penurunan
nilai tahanan pentanahan ini dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Penurunan yang signifikan
Penurunan nilai tahanan pentanahan tower SUTT yang signifikan terjadi
hanya pada tahanan pentanahan dari arde. Penurunan nilai ini hanya terjadi
pada tower D21 pada arde kaki C, yaitu dari 9,38 Ohm pada pengukuran
2012 menjadi 0,95 Ohm. Hal ini dapat dimungkinkan karena sebab sebab
berikut :
a) Kondisi ground rod dan klem masih baik
Kondisi ground rod pada tower ini masih baik, belum terkena korosi yang
sampai menyebabkan tingginya tahanan kontak dengan tanah sekitar.
Kondisi juga belum buruk, sehingga kontak antara ground rod dengan
batang pentanahan masih baik.
b) Kondisi kelembaban tanah mengalami kenaikan signifikan
Kelembaban tanah pada saat pengukuran tahun 2013 mengalami kenaikan
yang signifikan dibanding periode pengukuran tahun sebelumnya dapat
disebabkan karena pada saat pengukuran curah hujan cukup/sangat tinggi.

61

c) Kondisi air tanah mencapai arde


Kondisi air tanah yang pada waktu pengukuran tahun 2013 lebih
tinggi dari air tanah pada pengukuran tahun 2012, sehingga pada
pengukuran tahun 2013 nilai tahanan pentanahannya lebih kecil. Pada
pengukuran tahun 2013 ini akibat curah hujan yang tinggi, air tanah telah
naik sampai mencapai ground rod, yang sebelumnya ground rod tidak
dapat mencapai air tanah, sehingga nilainya menjadi turun dan cukup
signifikan.
b. Penurunan yang tidak signifikan
Penurunan nilai tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV yang tidak
signifikan semua jenis pengukuran, yaitu sebagai berikut :
a) Pengukuran tahanan pentanahan gabungan
Penurunan nilai tahanan pentanahan yang tidak signifikan dimungkinkan
karena terjadi perubahan sedikit pada salah satu komponen sistem
pentanahan

yang

terhubung dengan tower SUTT. Perubahan dapat

terjadi pada tahanan pentanahan ardenya atau pada tahanan pentanahan


pada kawat tanah.
b) Pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde
Penurunan nilai tahanan pentanahan yang tidak signifikan pada
pengukuran ini dimungkinkan karena kondisi tahanan pentanahan kawat
tanah yang berubah akibat dari perubahan tahanan pentanahan pada Gardu
Induk yang terhubung dengankawat tanah menjadi lebih baik.

62

c) Pengukuran tahanan pentanahan arde masing masing sisi yang


berlawanan
Penurunan nilai tahanan pentanahan yang tidak signifikan pada
pengukuran ini dimungkinkan karena pada pengukuran tahun 2013 kondisi
kelembaban tanah mengalami kenaikan yang tidak signifikan dibanding
periode pengukuran tahun sebelumnya. Hal ini dapat disebabkan karena
curah hujan cenderung lebih tinggi dari periode pengukuran tahun
sebelumnya.
4) Nilai tahanan pentanahannya tidak dapat dibandingkan
Berdasarkan tabel 4.1, 4.2, 4.3, nilai tahanan pentanahan tower SUTT 150
KV transmisi Srondol Krapyak terdapat nilai yang tidak bisa dibandingkan
antara 2 waktu pengukuran, yaitu sebagai berikut :
a. Pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde
Pada pengukuran ini, nilai tahanan pentanahan yang tidak dapat
dibandingkan dan penyebabnya adalah :
-

Tower nomor A3, D13, D18, D20, A22, D23, D24, D25, A28, D29,
A30, D34a, D42 dan A44
Pada waktu pengukuaran tersebut, kondisi tower nomor A3, D13,

D18, D20, A22, D23, D24, D25, A28, D29, A30, D34a, D42 dan A44,
penyambungan arde pada kaki tower menggunakan las dan tidak bisa
dilepas dengan menggunakan kunci pas, sehingga tahanan pentanahan kaki
tower tanpa arde tidak dapat diukur.

63

b. Pengukuran tahanan pentanahan arde masing masing sisi yang


berlawanan
Pada pengukuran ini, nilai tahanan pentanahan yang tidak dapat
dibandingkan dan penyebabnya adalah :
1) Tower nomor A4, D14, D16 (arde kaki B)
Pada waktu pengukuran tahun 2012, dalam arsip data tidak diketemukan
nilai tahanan pentanahan arde pada bagian kaki B. Tidak demikian halnya
pada tahun 2013, tahanan pentanahan arde kaki B tetap dilaksanakan
pengukuran.
2)

Tower nomor A3 (arde kaki B dan C), A12 (arde kaki A dan C), D13,
D18, D20, A22, D23, D24, D25, A28, D29, A30, D34a, D42, A44
(arde kaki B dan C)
Pada waktu pengukuran tersebut, kondisi tower nomer A3, A12, D13,

D18, D20, A22, D23, D24, D25, A28, D29, A30, D34a, D42, A44,
penyambungan arde kaki tower menggunakan las dan tidak bisa dilepas
dengan menggunakan kunci pas pada saat pengukuran, sehingga tahanan
pentanahan arde untuk kaki tersebut tidak dapat diukur.
3) Tower nomor A17 (arde kaki B), D33 (arde kaki C)
Pada waktu pengukuran tahun 2013, arde telah rusak ialah pengahantar
pentanahan telah putus dari ground rod, sehingga tahanan pentanahan
tower nomer A17 (arde kaki B) dan D33 (arde kaki C) tidak bisa diketahui.

64

4.4.

Perhitungan nilai tahanan pentanahan menggunakan elektroda


batang
Perhitungan nilai tahanan pentanahan dengan masing masing nilai

tahanan jenis tanah yang berbeda ini dilakukan dengan menggunakan elektroda
jenis rod dengan panjang 3 m, jarak 5 m, diameter 16 mm (0,016 m), serta
panjang kedalaman yang sama 2 dan 3 m. Dalam hal ini spesifik jenis tanah tidak
dilakukan pengukuran secara langsung, jadi untuk menentukan besarnya tahanan
jenis tanah ini dapat dilihat pada tabel 2.1.
Ln

: Logaritmus (dasar e = 2,7182818)

Jenis tanah

: Tanah liat dan tanah ladang = 20 100 Ohm-m


Tanah rawa = 10 40 Ohm-m
Pasir basah = 50 200 Ohm-m

Untuk melakukan perhitungan tahanan pentanahan kaki tower yang dipasang


setiap tower dengan jumlah 4 buah tiap tower . Bila tahanan pentanahan masih
lebih besar dari 10 Ohm, maka diusahakan dengan pentanahan counterpoise yang
dibuat dari kawat baja 38 mm2 sebagai counterpoise yang ditanam secara radial.
Dengan standar diatas, maka kita dapat menghitung pentanahan kaki tower
dengan rumus persamaan yang telah tersedia :
Untuk pentanahan sistem ground rod dengan 4 buah ground rod seperti
persamaan 2.4 :

1
22

65

a.

Perhitungan nilai tahanan pentanahan pada kondisi tanah yang berbeda

dengan kedalaman 2 m
1.

Untuk tanah rawa


Minimal :

= 0,796

= 0,966

1
22

4
1,189

10

2 3.14 2

22

1
2 2 5 0,016

Maksimal :

= 3,185

1
22

4
1,189

40

2 3.14 2

22

1
2 2 5 0,016

= 3,185 1,213
2.

= 3,863

Untuk tanah liat & ladang


Minimal :

1
22

= 1,592 1,213

20

2 3.14 2

22

1
2 2 5 0,016

= 1,913

66

Maksimal :

1
22

= 7,962 1,213
3.

100

2 3.14 2

22

1
2 2 5 0,016

= 9,658

Untuk tanah pasir basah


Minimal :

1
22

= 3,981 1,213

50

2 3.14 2

22

1
2 2 5 0,016

= 4,829

Maksimal :

1
22

= 15,924 1,213

200

2 3.14 2

22

1
2 2 5 0,016

= 19,316

Tabel 4.5. Hasil perhitungan nilai tahanan pentanahan pada kondisi tanah
yang berbeda dengan kedalaman 2 m
No.
Jenis tanah
Tahanan jenis
Nilai tahanan
tanah (Ohm-m) pentanahan (Ohm)
1. Tanah rawa (min)
10
0,966
2. Tanah rawa (maks)
40
3,863
3. Tanah ladang & liat (min)
20
1,913
4. Tanah ladang & liat (maks)
100
9,658
5. Pasir basah (min)
50
4,829
6. Pasir basah (min)
200
15,316

67

b. Perhitungan nilai tahanan pentanahan pada kondisi tanah yang berbeda


dengan kedalaman 3 m
1.

Untuk tanah rawa


Minimal :

= 0,531

1
22

6
1,189

10

2 3.14 3

23

1
2 2 5 0,016

= 0,531 1,169
= 0,621

Maximal :

1
22

= 2,123 1,169
2.

100

2 3.14 3

2.3

1
2 2 5 0,016

= 2,482

Untuk Tanah liat dan ladang


Minimal :

1
22

= 1,062 1,169

20

2 3.14 3

23

1
2 2 5 0,016

= 1,241

68

Maximal :

1
22

= 5,308 1,169
3.

100

2 3,14 3

23

1
2 2 5 0,016

= 6,205

Untuk pasir basah


Minimal :

1
22

= 2,654 1,169

50

2 3,14 3

23

1
2 2 5 0,016

= 3,103

Maximal :

1
22

= 10,616 1,169

200

2 3,14 3

23

1
2 2 5 0,016

= 12,41

69

Tabel 4.6. Hasil perhitungan nilai tahanan pentanahan pada kondisi tanah
yang berbeda dengan kedalaman 3 m
No.
Jenis tanah
Tahanan jenis
Nilai tahanan
tanah (Ohm-m) pentanahan (Ohm)
1. Tanah rawa (min)
10
0,621
2. Tanah rawa (maks)
40
2,482
3. Tanah ladang & liat (min)
20
1,241
4. Tanah ladang & liat (maks)
100
6,205
5. Pasir basah (min)
50
3,103
6. Pasir basah (min)
200
12,41
Hasil perhitungan menunjukkan pada jenis tanah rawa, tanah liat & ladang
dan pasir basah dapat memenuhi syarat ketetapan sesuai dengan spln mendekati
10 Ohm. Secara teori untuk tanah pada kondisi tanah yang sama, semakin dalam
penanaman elektroda, tahaan tanah dan tahanan jenis tanah akan menurun, karena
semakin dekat dengan air tanah yang berpengaruh dengan kelembaban yang
nantinya berpengaruh terhadap konduktivitas. Berdasarkan rumus juga terlihat
bahwa tahanan tanah sebanding dengan tahanan jenis dan berbanding terbalik
dengan kedalaman penanaman elektroda. Semakin dalam kedalaman elektroda
yang tertanam maka nilai tahanan pentanahan semakin rendah. Hal ini terjadi pada
semua kondisi tanah berbeda beda (tanah rawa, tanah liat & ladang dan pasir
basah).

70

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran dan perhitungan yang dilakukan terhadap tahanan

pentanahan tower SUTT 150 KV, dapat disimpulkan bahwa :


1.

Karakteristik tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi Srondol


Krapyak pada tahun 2013 relatif dalam kondisi baik.

2.

Karakteristik nilai tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi


Srondol Krapyak dalam waktu satu tahun yaitu tahun 2012 sampai tahun
2013 ada sedikit kenaikan.

3.

Nilai hasil pengukuran tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi


Srondol Krapyak pada bulan November 2013 relatif dalam kondisi standar
dengan rata rata dibawah 10 Ohm.

4.

Penelitian tersebut diharapkan akan memberikan informasi nilai tahanan jenis


tanah mendekati nilai 10 Ohm, dengan cara memasang elektroda pentanahan
dari jenis baja galvanis berlapis tembaga berdiameter 16 mm, panjang 3 m
berjumlah 4 batang dihubungkan secara paralel pada jarak antar elektroda 5
m, dengan model sistem pentanahan counterpoise.

5.

Hasil perhitungan tahanan pentanahan kaki tower dengan jenis tanah yang
berbeda yang paling bagus menggunakan elektroda yang panjang 3 m dengan
kedalaman yang sama yaitu :
a. Tanah rawa yang didapat min : 0.621 Ohm dan max : 2,482 Ohm.

71

b. Tanah liat/ladang yang didapat min : 1.241 Ohm dan max : 6,205 Ohm.
c. Pasir basah yang didapat min : 3,103 Ohm dan max : 12,41 Ohm.
5.2

Saran
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap tahanan pentanahan

tower SUTT 150 KV transmisi Srondol Krapyak, dapat disampaikan saran :


1.

Pengukuran tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV yang merupakan


bagian dari pemeliharaan tahunan tower SUTT 150 KV pada PT. PLN
(Persero) Base Camp Semarang, APP Semarang tidak boleh dilakukan secara
asal.

2.

Untuk dilakukan pemeriksaan berkala dalam pengukuran dan pemeriksaan


agar nilai kestabilan tahanan pentanahan dan sistem pentanahan secara
mekanis terjaga, karena faktor perubahan cuaca.

72

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta


: Rineka Cipta
Arismunandar, Artono. 2001. Teknik Tegangan Tinggi. Jakarta : Pradnya
Paramita.
Aslimeri, dkk. 2008. Teknik Transmisi Tenaga Listrik Jilid 2. Jakarta.
Hutauruk, T.S. 1991. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga dan Pengetanahan
Peralatan. Jakarta : Erlangga.
__________ . 1985. Transmisi Daya Listrik. Jakarta : Erlangga.
Muslim Supari, dkk. 2008. Teknik pembangkit Tenaga Listrik Jilid 1. Jakarta.
Pusdiklat PLN. 1985. Teknologi Listrik Peralatan Pelindung. Jakarta.
SK 114/DIR/2010. Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan SUTT SUTET : PT.
PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali.
Soepartono dan A.Rida Ismu. 1980. Teknik Tenaga Listrik 2. Jakarta : Depdikbud
SPLN. 1996. Konstruksi Saluran Udara Tegangan Tinggi 70 KV dan 150 KV
dengan Tiang Beton/Baja. Jakarta.
Udiklat PLN. 2008. Grounding. UNDIP Semarang
http://www.scribd.com/doc/197536792/Buku-AST-Yusreni-Warmi

Sambungan arde dengan kaki tower SUTT 150 KV

Perlengkapan pengukuran tahanan pentanahan SUTT 150 KV

Pengukuran tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi


Srondol Krapyak

Proses pelepasan sambungan arde dari kaki tower SUTT 150 KV

Arde kaki tower SUTT 150 KV yang sudah dilepas

Pengukuran tahanan pentanahan gabungan arde dan kaki tower SUTT 150 KV
transmisi Srondol - Krapyak

Arde kaki tower SUTT 150 KV yang sudah dilepas

Pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde SUTT 150 KV transmisi
Srondol Krapyak

Penanaman arde bantu pada proses pengukuran

Petugas PLN pada pengukuran tahunan pentanahan tower SUTT 150 KV


transmisi Srondol Krapyak

Konstruksi salah satu tower SUTT 150 KV dilihat dari bawah

Anda mungkin juga menyukai