PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akne adalah penyakit self-limiting berupa perdangan menahun
pada
unit
folikel
pilo-sebasea
yang
ditandai
dengan
komedo
yaitu
wajah, leher, dada, punggung bagian atas, bahu dan lengan atas.(1)
Acne sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi satu
tahun
sebelum
perempuan
menarkhe
lebih
awal
atau
haid
daripada
pertama.
laki-laki
Onset
karena
acne
masa
pada
pubertas
diri.
Seseorang
akan
menghabiskan
waktunya
untuk
polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh
sendiri. Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi; terdiri atas
berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, nodus dan jaringan
parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang
hipotrofik maupun yang hipertropik.(5)
C. EPIDEMIOLOGI
Pada umumnya insiden akne terjadi pada usia 14-17 tahun pada
wanita dan 16-19 tahun pada laki-laki, dengan lesi predominan adalah
komedo dan papul. Rothman 1997 mengatakan akne sudah timbul pada
anak usia 9 tahun namun puncaknya pada laki-laki terutama usia 17-18
tahun sedangkan wanita usia 16-17 tahun. Dengan bertambahnya umur
angka kejadiannya berangsur berkurang, meskipun kadang-kadang,
terutama pada wanita, akne vulgaris menetap sampai pada usia 30 tahun
atau bahkan lebih. Selain itu, akne vulgaris umunya lebih banyak terjadi
pada laki-laki dibandingkan dengan wanita pada rentang usia 15-44
tahun yaitu 34 % pada laki-laki dan 27 % pada wanita. Pada laki-laki,
umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang, walaupun gejala yang
berat justru terjadi.(6)
Pada seorang gadis akne vulgaris dapat terjadi premenarke.
Setelah maa remaja kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadangkadang, terutama pada wanita, akne vulgaris menetap sampai dekade
umur 30-an atau bahkan lebih. Meskipun pada pria umumnya akne
vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian diketahui bahwa
justru gejala akne vulgaris yang berat biasanya terjadi pada pria.
Diketahui pula bahwa ras Oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang
menderita
akne
vulgaris
dibanding
dengan
ras
Kaukasia
(Eropa,
Amerika), dan lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada
negro.
Akne
vulgaris
mungkin
familial,
namun
karena
tingginya
(4,5)
biasanya
berlangsung
longgar
bembah
menjadi
padat
fraksi
asam
lemak
bebas
sebagai
penyebab
flora
folikel
(Propionibacterium
acnes,
hospes
berupa
pembentukan
circulating
serta
ACTH
(adrenocorticotropic
hormon)
yang
hipofisis
sehingga
meningkatkan
aktivitas
kelenjar
sebasea.
8. Faktor lain : seperti usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang
secara
tidak
langsung
dapat
memacu
peningkatan
proses
patogenesis tersebut.
Namun, secara keseluruhan terdapat 4 faktor utama yang berperan pada
patogenesis akne:
a. Kenaikan ekskresi sebum
Pertumbuhan kelenjar palit dan produksi sebum di bawah pengaruh
hormone androgen. Pada penderita akne terdapat peningkatan
konversi hormone androgen yang normal beredar dalam darah
(testoteron) ke bentuk metabolit yang lebih aktif. Hormone ini
mengikat
reseptor
androgen
di
sitoplasma
dan
akhirnya
pilosebasea
adalah
Corynebacterium
acnes
(Proprionibacterium acnes).
d. Inflamasi
Faktor yang menimblkan peradangan pada akne belumlah diketahui
dengan pasti. Pencetus kemotaksis adalah dinding sel dan produk
yang dihasilkan oleh Corynobacterium Acnes. Seperti lipase,
hialuronidase, protease, lesitinase, dan neuromidase, memegang
peranan penting pada proses peradangan.
E. GEJALA KLINIS
Keluhan yang sering timbul biasanya lebih karena gangguan estetik
atau keindahan yang dirasakan oleh penderita, bukan karena gangguan
fisik
kesehatan
secara
umum.
Memang
kadang-kadang
jerawat
umumnya
tidak
ada
efek
menyeluruh
pada
tubuh
yang
ditimbulkan.
Penderita biasanya mengeluh adanya erupsi kulit pada tempattempat predileksi, yakni di muka, bahu, leher, dada, punggung bagian
atas, dan lengan bagian atas. Dapat disertai rasa gatal. Erupsi kulit
berupa komedo, papul, pustula, nodus, atau kista. Isi komedo ialah
sebum, bila berwarna hitam akibat mengandung unsur melanin disebut
komedo hitam (black comedo, open comedo). Sedang bila berwarna putih
karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin
disebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup (white comedo,
close comedo).
F. DIAGNOSIS
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan
ekskokleasi sebum, yaitu pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo
ekstraktor (sendok Unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak
sebagai massa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang
ujungnya kadang berwarna hitam.(5)
Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak
spesifik berupa sebukan sel radang kronis di sekitar folikel sebasea
dengan massa sebum di dalam folikel. Pada kista, radang sudah
menghilang di ganti dengan jaringan ikat pembatas massa cair sebum
yang bercampur dengan darah, jaringan mati, dan keratin yang lepas.(5)
Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai
peran
pada
etiologi
dan
patogenesis
penyakit
dapat
dilakukan
G. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding untuk akne vulgaris antara lain :
1. Erupsi akneiformis Lesi ini disebabkan oleh obat-obatan. Klinis
berupa erupsi papulopustul mendadak tanpa adanya komedo
hampir diseluruh bagian tubuh, dapat disertai demam dan dapat
terjadi pada semua usia.(5)
2. Rosacea Merupakan penyakit peradangan kronis pada kulit muka.
Penyakit ini ditandai dengan eritema yang persisten, disertai
telangiektasis, papul dan pustul, kadang-kadang diserta hipertrofi
kelenjar sebasea tetapi tidak ditemukan komedo.(5)
3. Akne venenata dan akne akibat rangsangan fisis. Umumnya lesi
monomorfi, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul dengan
tempat predileksi ditempat kontak zat kimia atau rangsangan
fisisnya.(5)
4. Dermatitis perioral Gejala klinis berupa papul eritema atau papulo
pustul dengan ukuran 1- 3mm terletak didagu, cekungan nasolabial
dan sekitar mulut disertai skuama dan rasa gatal.(5)
5. Adenoma sebaseum Sering merupakan manifestasi kulit dari
penyakit tuberous sclerosis.Nampak sebagai papul merah muda
sampai merah diwajah yang timbul sejak usai anak-anak atau
pubertas.Lesi ini merupakan angiofibroma.(8)
H. PENATALAKSANAAN(4,5)
Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah
terjadinya erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat
yang terjadi (kuratif). Kedua usaha tersebut harus dilakukan bersamaan
mengingat bahwa kelainan ini terjadi akibat pengaruh berbagai faktor
(multifaktorial), baik faktor internal dari dalam tubuh sendiri (ras, familial,
hormonal), maupun faktor eksternal (makanan, musim, stres) yang
kadang-kadang tidak dapat dihindari oleh penderita.
pengelupasan kulit
Mencegah pecahnya mikrokomedo atau meringankan reaksi
(4-8%),
resorsinol
(1-5%),
asam
salisilat
(2-5%),
misalnya
tetrasiklin
(1%),
eritromisin
(1%),
etil
laktat
(50
mg/hari),
10%
(250
eritromisin
untuk
meghambat
mg-1.0
(4x250
gr/hari),
mg/hari),
azitromisin 250-500 mg seminggu 3x, dan trimethoprimsulfanetoksazol untuk akne yang parah dan tidak responsive
(7,5
mg/hari)
atau
deksametason
(0,25-0,5
mg/hari)
Vitamin A dan retinoid oral. Vitamin A digunakan sebagai
antikertinisasi
digunakan
(50.000
sebagai
ui-150.000
obat
akne
ui/hari)
karena
sudah
efek
jarang
sampingnya.
atau
konglobata
yang
tidak
sembuh
denganpengobatan lain.
Obat lainnya misalnya antiinflamasi non-steroid ibuprofen (600
mg/hari) dapson (2 x 100 mg/hari), seng sulfat (2 x 200
mg/hari)
I. PROGNOSIS(4)
Umumnya prognosis penyakit baik, tetapi sebagian penderita sering
residif. Akne vulgaris umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30-40
an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai
gradasi sangat berat sehingga perlu rawat inap di rumah sakit. Namun
ada yang sukar diobati, mungkin ada faktor genetika. Bila banyak sikatrik
bisa dilakukan dermabrasi oleh yang ahli.
BAB II
LAPORAN KASUS
A Identitas pasien
Nama
: Reza Rezaldi
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 22 tahun
Pekerjaan
: Pelajar
Tanggal periksa
: 19-03-2015
Alamat
B Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada pasien pada tanggal
di poli kulit.
1 Keluhan Utama :
Bintik merah
Riwayat Penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan mnculnya bintik-bintik merah di
badan, yang dirasakan 2 minggu yang lalu pasien merasa ada
tumbuh berbintik-bintik di badan yang bernanah, kadang gatal.
Pasien juga mengeluh jerawat pada muka terasa nyeri, gatal , dan
bernanah serta keluar darah. Karena dirasa jerawatnya semakin
parah dan merusak penampilan, lalu pasien berobat ke dokter
spesialis kulit di RSUD Syekh Yusuf Gowa.
2 Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit seperti ini
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
Pemeriksaan Fisik
Status dermatologis :
Lokasi
Punggu
D Diagnosis
1 Acne vulgaris
wajah
Banding
Dada
2 Erupsi Akneiformis
3 Dermatitis Kontak Alergi
E Diagnosis
Akne Vulgaris grade III
F Penatalaksanaan
Pengobatan Sistemik :
Doksisiklin
100mg
Vitamin A
50.000 IU
Vitamin C
tablet
Pengobatan Topikal
lotion Kummerfeldi
BAB III
PEMBAHASAN
Dari
anamnesis,
diketahui
bahwa
penderita
datang
dengan
keluhan
paul milier tersebar pada seluruh permukaan wajah, dan punggung disetai pustul
dan ekskoriasi karena garukan.
Selain itu, ada juga beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding pada
Akne Vulgaris:
1
Erupsi akneformis:
Dari hasil anamnesis, diketahui bahwa penderita tidak memiliki riwayat
meminum obat-obatan yang dapat menyebabkan induksi obat. Obat
obatan tersebut meliputi: kortikosteroid, INH, Barbiturat, Bromida, Yodida,
difenil hidantoin, trimetadion, ACTH, dan lainya. Erupsi papulopustul tidak
terjadi secara mendadak. Dari hasil pemeriksaan klinis ditemukan adanya
komedo, sedangkan pada erupsi akneformis tidak ditemukan adanya
komedo.
dengan
rangsang
fisis lainnya.
Dari hasil
Rosasea
Dari hasil pemeriksaan klinis, tidak ditemukan adanya peradangan kronik,
telangiektasis, dan pembesaran kelenjar sebasea. Pada rosasea tidak
ditemukan adanya komedo.
memperberat peradangan
Memberikan informasi mengenai penyebab penyakit, pencegahan dan
Prognosis dari Akne Vulgaris pada umumnya adalah baik, biasanya dapat sembuh
sendiri pada usia dekade 30-40 tahun. Jarang terjadi Akne vulgaris yang menetap
sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat sehingga perlu rawar inap di rumah
sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonym.
Indonesiaan
acne
expert
meeting
20012;
Centra
communications
2. Movita, theresia. Acne vulgaris. Contuining medical education. CDK203/ vol. 40 no. 4, th. 2013 Jakarta: Erha Clinic & Erha Apothecary,
Kelapa
Gading:
2013.
Available
from:
http://www.kalbemed.com/Portals/6/203_CME-Acne%20Vulgaris.pdf
Accesed 2 april 2015
3. Ichsan B, Abi M. Aspek psikiatri akne vulgaris.Volume 1 No.3 ISSN
1979-2697;
2008.hlm.143-6.
Available
from:
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/500/3h.p
df?sequence=1 Accesed 2 April 2015
4. Widjaja ES. Rosasea dan akne vulgaris. Dalam: Marwali Harahap.,
editor. Ilmu Penyakit Kulit .Jakarta: Hipokrates.2000.hlm 35-45.
5. Wasitaatmadja SM. Akne, akneiformis, rosasea, rinofima. Dalam:
Djuanda,Adhi,editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin,edisi 4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.hlm.235-245.
6. Tjekyan RMS. Kejadian dan faktor resiko akne vulgaris. Media Medika
Indonesian;
2009.Available
from:
http://eprints.undip.ac.id/14101/1/vol_43_no_1_2008_hal_37_43.pdf
Accesed 2 April 2015
7. Truter, ilse. Evidence-based pharmacy practice (EBPP): Acne Vulgaris,
SA Pharmaceutical Journal April 2009
8. Rata, I gusti Agung K. tumor kulit. Dalam: Djuanda,Adhi,editors. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin,edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007.hlm.229-130