I. PENDAHULUAN
Kata epilepsi berasal dari yunani Epilambanmein yang berarti
serangan. Masyarakat percaya bahwa epilepsi disebabkan oleh
roh jahat dan juga dipercaya bahwa epilepsi merupakan penyaki
suci. Hal ini merupakan latarbelakang adanya mitos dan rasa
takut terhadap epilepsi.7
Epilepsi merupakan gangguan sistem saraf pusat (SSP) yang
dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attack, spell),
yang bersifat spontan (unprovoked), dan berkala. Bangkitan
dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat
mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekelompok besar
untuk bangkitan yang terjadi selama penyakit akut berlangsung
dan
occasional
provoked
seizures
misalnya
kejang
atau
III.
ETIOLOGI
1. Idiopatik epilepsi : biasanya berupa epilepsi dengan serangan kejang
umum, penyebabnya tidak diketahui. Pasien dengan idiopatik epilepsi
mempunyai inteligensi normal dan hasil pemeriksaan juga normal dan
umumnya predisposisi genetik.5
2. Simptomatik epilepsi : Pada simptomatik terdapat lesi struktural di otak
yang mendasari, contohnya oleh karena sekunder dari trauma kepala,
infeksi susunan saraf pusat, kelainan kongenital, proses desak ruang di
Demam
Gangguan metabolisme seperti gula darah rendah
Cedera kepala
Infeksi otak dan penutup nya
Kurangnya oksigen ke otak
Hidrosefalus
Gangguan perkembangan otak
4. PATOGENESIS
Bangkitan epilepsi terjadi apabila proses ektasi di dalam otak lebih dominan
daripada proses inhibisi. Perubahan-perubahan di dalam ekstasi aferen, inhibisi,
pergeseran konsentrasi ion ektraselular, dan menguatnya sinkroni neuron diatur
oleh konsentrasi ioan di dalam ruang ektraselular dan intraselular, dan oleh
gerakan keluar masuk ion-ion menerobos membran neuron.7
letupan depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebihan, tidak teratur
dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh sejumlah besar neuron secara
sinkron merupakan dasar suatu serangan epilepsi. Suatu sifat khas serangan
epilepsi ialah bahwa beberapa saat serangan berhenti akibat pengaruh proses
inhibisi. Diduga inhibisi ini adalah pengaruh neuron-neuron sekitar sarang
epileptic. Selain itu juga sistem-sistem inhibisi pra dan pasca sinaptik yang
menjamin agar neuron-neuron tidak terus-menerus berlepas muatan memegang
peranan. Keadaan lain yang dapat menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti
ialah kelelahan neuron-neuron akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi
otak.4
Gambar 1. Patofisiologi Kejang
juta neuron. Pada hakekatnya tugas neuron ialah menyalurkan dan mengelolah
aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan lain melalui sinaps. Dalam
sinaps terdapat zat kimia yang dinamak neutransmite. Acetylcholine dan
neurotrasmiter ekstatif sedangkan zat lain yakni GABA ( gama-amino-butiricacid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik saraf di sinaps.
Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu sumber daya listrik saraf di otak yang
dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas listrik akan menyebar
melalui sinaps dan dendrit ke neuron-neuron di sekitarnya dan dengan demikian
seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan
listrik berlebihan ( depolarisasi ). Pada keadaan ini demikian akan terlihat kejang
yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota
gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan
hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang
substansia retikularis dan inti pada thalamus yang selanjutnya akan menyebarkan
implus-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat
manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.11
5. KLASIFIKASI EPILEPSI
Epilepsi pada bayi dan anak dianggap sebagai suatu sindrom. Yang
dimaksud sindrom epilepsi adalah epilepsi yang ditandai dengan adanya
sekumpulan gejala dan klinis yang terjadi bersama-sama meliputi jenis serangan,
etiologi,anatomi, factor pencetus, umur onset, dan berat penyakit . Dikenal 4
kelompok usia yang masing-masing mempunyai korelasi dengan sindrom epilepsi
dapat dikelompokan sebagai berikut:1
6
1.
berbalik
keatas
sejenak,
lengan
berkedut-kedut,
badan
2. Epilepsi Umum
A. Absens
B. Epilepsi mioklonik
C. Epiklepsi klonik
D. Epilepsi tonik
E. Epilepsi atonik
F. Epilepsi tonik-klonik
3. Epilepsi yang tidak diklasifikasikan
Idiopatik (primer)
-
Simptomatik (sekunder)
-
Lobus temporalis
Lobus frontalis
Lobus parietalis
Lobus oksipitalis
Umum
Idiopatik (primer)
-
Simptomatik
-
Sindrom Ohtahara
Malformasi serebral.
Gangguan Metabolisme.
Epilepsi dan sindrom yang tak dapat ditentukan fokal atau umum
10
Serangan neonatal
Sindroma Taissinare
Kejang demam
Eklampsi.
6. MANIFESTASI KLINIK
Serangan di mana pasien akan tetap sadar.Pasien akan mengalami gejala berupa:4
-
Perasaan senang atau takut yang muncul secara tiba-tiba dan tidak
dapat dijelaskan
11
Halusinasi
Serangan yang mengenai bagian otak yang lebih luas dan biasanya bertahan lebih
lama. Pasien mungkin hanya sadar sebagian dan kemungkinan besar tidak akan
mengingat waktu serangan. Gejalanya meliputi:4
-
12
13
terhadap
imunisasi,
kejang
demam).
Bagaiman
perkembangan
14
7. DIAGNOSIS
Diagnosis epilepsi di dasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan fisik
dengan hasl EEG dan radiologi.1
KEJANG
1.
2.
3.
4.
Konrol ABC
Monitor tanda vital
Monitor pulse oximetry dan fungsi jantung
Lakukan uji glukosa darah
5. R/ Kejang
( sesuai protokol )
Pasang Infus
Beri glukosa : 5 ml/kgbb Dextore 10 % ( Jika hipoglikemia )
Terapi antikonvulsan
Pemeriksaan penunjang
Epilepsi ?
Trauma ?
Tanda neurologis ?
Infeksi penyakit hati/ginjal,
narkoba
Darah lengkap
Elektrolit
Fungsi hepar dan ginjal
Toksikologi
EEG dan radologi
Etiologi
Terapi
15
kebetulan melihat serangan yang sedang berlangsung maka epilepsi sudah dapat
ditegakkan.1
1. Anamnesis
kesadaran,
meningitis,
ensefalitis,
gangguan
16
Melihat
adanya
tanda-tanda
dari
gangguan
yang
adanya
keterlambatan
perkembangan,
3. Pemeriksaan penunjang
17
paling
rnenegakkan diagnosis
kelainan
umum
pada
EEG
menunjukkan
hipsaritmia,
epilepsi
EEG
nya
18
19
yang
sedang
mengalami
serangan
dapat
fenomena
klinis
dan
EEG,
serta
memberi
20
c. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan yang dikenal dengan istilah neuroimaging
bertujuan untuk melihat struktur otak dan melengkapi data
EEG. Bila dibandingkan dengan CT Scan maka MRl lebih
sensitif dan secara anatomik akan tampak lebih rinci. MRI
bermanfaat untuk membandingkan hipokampus kanan dan
kiri.1
8. PENATALAKSANAAN
Pengobatan kausal.
Pada tiap penderita epilepsi harus diselidiki apakah ia menderita penyakit
yang masih aktif, misalnya tumor serebri, hematoma subdural klonik. Bila
demikian, kelainan ini harus segera diobati. Kadang-kadang ditemukian lesi
aktif/progresif yang belum ada obatnya, misalnya penyakit degeneratif. Pada
sebagian besar penderita epilepsi, kita tidak dapat menentukan adanya lesi
(idiopatik, kriptogenik) atau lesinya sudah inaktif (sekuele), misalnya sekuele
karena trauma lahir, meningoensefalitis. Dalam hal seperti ini, pengobatan
ditunjukan terhadap gejala epilepsinya.9
Pengobatan rumat
21
Pemberian
Dosis
Ulangan
Diazepam
IV, IO
0,3 mg/kg
5 menit
Maks 10 mg
Diazepam
Rektal
0,5 mg/kg
tiap 5-10
menit
Lorazepam
SL
0,1 mg/kg
maks 4 mg
2 kali tiap
10 menit
Efek samping
Sakit kepala,
mengantuk, mulut
kering, mual, lelah,
anoreksia.
Sakit kepala,
mengantuk, mulut
kering, lelah,
anoreksia.
Hipotensi, depresi
nafas
22
Midazolam
IM
0,2 mg/kg
2 kali tiap Hipoensi, depresi
Maks 10 mg 5-10 menit nafas
Fenitoin
IV, IO
20 mg/kg
Maks 1000
mg
(30mg/kg)
Fenobarbital IV
Tambahka
n 5 mg/kg
iv bila
masih
kejang
20 mg/kg
Maks 600
mg
(30mg/kg)
Hipotensi, Aritmia
Depresi nafas
Kejang pada anak harus segerah ditangani, pertama dengan pemberian diazepam
dosis 0,3-0,5 mg/kgbb. Kemudian apabila kejang tak teratasi selama 15 menit di
tambahkan dengan Fenitoin 20 mg/kg/bb. Pada menit ke 30 diberikan
Fenobarbital dosis 20 mg/kgbb. Dan kemudian pada menit ke 45 apabila kejang
belum teratasi diberikan Midazolam diberikan secara bolus 0,2 mg/kgbb
dilanjutkan dengan drip 0,02-0,4 mg/kgbb.
KEJANG
KEJANG (+)
Diazepam rektal
(5 menit)
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------10 20 menit
Di Rumah Sakit
Pencarian akses vena
Laboratorium : darah tepi, gula darah, natrium, kalsium, magnesium, ureum, kreatinin
KEJANG (+)
23
KEJANG (+)
Lanjutkan OAE dengan
menaikkan dosis
KEJANG (+)
IV 0,3 0,5 mg/kgBB
( hati-hati depresi pernapasan )
KEJANG (+)
Rumatan Fenitoin IV 5 7
mg/kgBB/hari, 12 jam kemudian
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------Status epileptikus
KEJANG (+)
Transfer ke ruang perawatan intensif
Phenobarbital 5 15 mg/kg/BB/hari
Bolus IV dilanjutkan dengan dosis 1 6 mg/kg menit drip atau midazolam 0,2 mg/kg
dilanjutkan dengan 0,1 - 0,4 mg/kg/jam
Tujuan terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup optimal untuk pasien.
Prinsip terapi farmakologi epilepsi yakni:
24
Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai
dosis efektif tercapai atau timbul efek samping; kadar obat dalam plasma
ditentukan bila bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif.
25
Tabel 4 :
Mekanisme
kerja OAE 4
9. PROGNOSIS
Epilepsi merupakan kondisi neurologic kronik oleh bangkitan kejang
berulang. Yang dimaksud dengan bangkitan epilepsi adalah manifestasi klinik
aktivitas neuron di korteks otak yang bersifat abnormal, berlebihan, berulang, dan
biasanya akan berhenti dengan sendirinya.7
Perlu diketahui bahwa tidak semua kejadian yang bersifat paroksismal
merupakan bangkitan epilepsy. Identifikasi yang keliru tentang kejadian
paroksismal tadi dapat mengakibatkan kelirunya terapi, dan prognosis sebenarnya.
Didalam prognosis epilepsy terdapat dua hal pening, ialah kesempatan untuk
mencapai remisi bangkitan serta kemungkinan terjadinya kematian secara
premature.7
26
KESIMPULAN
1
Bangkitan epilepsi terjadi apabila proses ektasi di dalam otak lebih dominan
daripada proses inhibisi.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
29