Anda di halaman 1dari 11

Nonov Chem's Blog

Welcome to My BLOG, keep smile, enjoy, hope this can help you... :)

Tuesday, April 23, 2013


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAJU INVERSI GULA

LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA FISIKA II


LAJU INVERSI GULA
Disusun oleh:
Nama

: Yovita Novi

NIM

: H23111014

Kelompok

: 5 (Lima)

Tgl Praktikum

: 5 April 2013

Dosen Pengampu

: Berlian Sitorus,S.Si,M.Si

Syahrul Khairi, S.Si, M.Eng


Asisten

: Erlinda

Prodi

: Kimia

Anggota kelompok

: Safitri Ulfah Ramadhani


PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013
Abstrak
Telah dilakukan penentuan tetapan laju dan orde reaksi laju inversi gula (sukrosa) melalui
metode grafik dan metode kuadrat terkecil. Laju inversi gula diketahui sebagai hidrolisis sukrosa
menjadi fruktosa dan glukosa. Inversi gula (perputaran kekiri) dipercepat dengan penambahan
katalis ion hidrogen (H+) yaitu asam klorida (HCl) dan penghentian reaksi katalis oleh basa

kalium hidroksida (KOH). Digunakan reagen selliwanof spesifik untuk mendeteksi fruktosa
didalam larutan, dimana dihasilkan larutan berwarna setelah penambahan reagen tesebut yang
menandakan terdeteksinya fruktosa. Kemudian dari larutan berwarna samar yang dihasilkan
diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada rentang panjang gelombang 300nm
600nm. Percobaan dilakukan menggunakan variasi waktu. Nilai absorbansi yang diperoleh yaitu:
(t=0 menit)= 1,316 A; (t=15 menit)=1,238 A; (t=30 menit)=1,434 A; (t=60 menit)=1,387 A;
(t=120 menit)=1,843 A. Berdasarkan grafik diperoleh persamaan y = 8.10 -5x + 1,237dengan nilai
K = 1,8424.10-4. Berdasarkan metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan y=6,02.10-4x 0,182
dengan nilai .
Kata kunci: Inversi Gula, Laju Reaksi, Orde Reaksi, Sukrosa (Fruktosa &Glukosa).

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Glukosa dan fruktosa merupakan karbohidrat sederhana. Keduanya didapat melalui
hidrolisis sukrosa sehingga menjadi satu-satuan glukosa dan satu-satuan fruktosa. Glukosa yang
terdapat pada tumbuhan disistesis oleh karbondioksida melalui proses fotosintesis yang disimpan
sebagai pati yang kemudian diubah menjadi selulosa yang terdapat dalam kerangka tumbuhan.
Glukosa merupakan salah satu aldoheksosa yang berisomer, merupakan suatu yang penting di
alam, baik karena terdapat secara meluas, maupun perannya yang sangat penting dalam proses
biologi. Glukosa juga hasil ubahan

dari semua karbohidrat dalam tubuh sebelum proses

oksidasi. Fruktosa merupakan salah satu ketoheksosa yang berisomer suatu gula kristal yang
terdapat bersama glukosa dalam madu dan buah-buahan contohnya pada pepaya yang dianalisis
oleh Ihsan dan Anang,2010. Didalam dunia kedokteran, pengetahuan tentang laju inversi gula
sangat penting dalam menangani penyakit diabetes. Mengetahui hal-hal diatas maka
dilakukanlah percobaan ini.
1.2 Tujuan
Menentukan tetappan laju reaksi orde kedua dan mempelajari katalisa oleh ion hidrogen
(H+).
1.3 Prinsip
Penentuan tetapan laju inversi gula dengan metode grafik dan metode kuadrat terkecil
menggunakan pengukuran absorbansi pada rentang panjang gelombang tertentu pada sampel
menggunakan spektrofotometer berdasarkan data pada variasi waktu, dilakukan dengan
penambahan katalis asam untuk inversi hidrolisis sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa, dan
dihentikan kerja katalis dengan penambahan basa, serta reagen selliwanof untuk membantu

mendeteksi fruktosa yang terdapat didalam sampel. Adapun reaksi yang terjadi pada proses
inversi yaitu:
Rx: C12H22O11(sukrosa) + H2O

C6H12O6(glukosa)+ C6H12O5(fruktosa)

Bab II Tinjauan Pustaka


Kinetika kimia adalah bagian dari kimia fisik yang mempelajari kecepatan reaksi kimia
dan mekanismenya. Mekanisme reaksi merupakan tahapan reaksi yang terjadi hingga terbentuk
produk ( Oxtoby,dkk,2001). Dua konsep didalamnya yaitu laju reaksi dan orde reaksi. Laju
reaksi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Reaksi dapat dikendalikkan bila diketahui faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Orde reaksi adalah pangkat dari konsentrasi dalam hukum laju
( Achmad,2001).
Laju inversi gula adalah laju reaksi hidrolisa sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa.
Inversi gula ini terjadi saat sukrosa dihidrolisis dengan bantuan asam (Sastrohamidjojo,2001).
Sukrosa atau yang lebih dikenal dengan gula tebu dapat terhidrolisis dengan bantuan
asam atau enzim menghasilkan fruktosa dan glukosa yang sama banyaknya jumlahnya. Proses
hidrolisis ini disebut inversi. Campuran fruktosa dan glukosa yang sama banyak disebut gula
inversi ( Keenan,dkk,1996).
Gula invert adalah gula yang mengandung glukosa dan fruktosa dengan jumlah sama
(equimolar) yang banyak digunakan dalam industri pangan dan farmasi. Dalam industri pangan
gula invert digunakan sebagai pemanis, pemberi aroma dan pengawet olahan pangan. Sedangkan
dalam industri farmasi, gula invert digunakan sebagai pemanis pada obat bentuk sirup. Gula
invert dihasilkan dari hidrolisis sukrosa baik secara enzimatik maupun secara kimia dengan
katalis asam bebas. Hidrolisis sukrosa secara enzimatik menghasilkan gula invert yang jernih dan
bermutu tinggi, tetapi proses produksinya memerlukan biaya yang tinggi karena harga enzim
mahal (Razak,et.al, 2012).
Reagen selliwanof adalah reagen yang digunakan untuk menandai atau mengidentifikasi
adanya fruktosa dalam larutan ( Daintith,1994 ). Reagen selliwanof dibuat dengan mereaksikan
resinol yang dilarutkan dalam asam klorida dan akuades. Pembuatan reagen ini dilakukan dengan
cepat dan segera, karena sifat dari reagen ini yang mudah teroksidasi dengan udara, sehingga
dikhawatirkan reagen yang digunakan akan rusak yang tettunya akan mempengaruhi reaksi yang

akan dihasilkan( Mulyono,2006). Ketika larutan fruktosa direaksikan dengan asm klorida dan
reagen selliwanof dan dilakukan pemanasan, maka akan terjadi perubahan warna larutan yang
semula tidak berwarna menjadi berwarna. Warna ini dihasilkan dari reaksi fruktosa dan reagen
selliwanof ( Anshory, 1988; Daintith,1994 ).
Katalis asan (HCl) merupakan katalis homogen, yaitu katalis yang mempunyai fasa yang
sama dengan fasa reaktan atau pereduksi dalam larutan ( Syukri,1999 ).
Spektofotometri adalah metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan
komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi
antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut
spektrofotometer. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah,
sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron
valensi ( Sutopo, 2006 ).
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Pada
spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan
bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber
spektrum tampak yang kontiniu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau
blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding (Eka, 2007; Khopkar, 2002).
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam larutan
tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang ada, konsentrasi dan
tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin
banyak sinar yang diserap (Anonim, 2011).
Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama adalah cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua adalah cahaya
discattering. Bila energi dari cahaya (foton) harus sesuai dengan perbedaan energi dasar dan
energi eksitasi dari molekul tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran absorbansi
dalam spektrofotometer (sutopo, 2006).
Bab III Metodologi
3.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, botol semprot, bulb, pipet volume dan
pipet tetes, tanung reaksi besar, rak tabung reaksi dan penjepit tabung, gelas beker, stopwatch,
erlenmeyer, labu ukur, dan spektro UV/VIS.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu akuades(H2O), asam klorida(HCL), sukrosa(aq),
kalium hidroksida(KOH) dan reagen selliwanof.
Gula (sukrosa)
3.2 Prosedur kerja
Ditimbang 20 gr
H2O
+100ml
Bila larutan tidak jenuh, disaring
Gula (aq)
HCl
Diambil masing-masing 25 ml,dimasukkan kedalam 5 buah erlenmeyer
+12ml
pada masing-masing tabung, dimulai dari waktu yang paling lama (120, 60, 30,
15, 0)menit
Dijalankan stopwatch (dicatat waktu kontaknya pada t=n), diaduk
KOH
Reagen Selliwanof
+12ml
, diaduk
+10 tetes
, diaduk
Dibiarkan sukrosa terhidrolisis, sampai kesemua waktu t telah tercapai
Sesudah periode 120 menit, dipanaskan larutan, selama 20 menit
Didinginkan
Diabsorbansi kesemua sampel dengan spektrofotometer
Dicatat perolehan absorbansinya
Nilai Absorbansi
Bab IV Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil
Panjang Gelombang Pada Waktu 2 Jam
Tabel 4.1 Panjang Gelombang vs Absorbansi

300
305
310
315
320

Absorbansi
(t=120m)
1,843
1,338
0,868
0,538
0,327

325
330
335
340
345
350
355
360
365
370
375
380
385
390
395
400
405
410
415
420
425
430
435
440
445
450
455
460
465
470
475
480
485
490
495
500
505
510
515
520
525
530
535

0,226
0,192
0,167
0,149
0,132
0,117
0,107
0,108
0,098
0,085
0,078
0,077
0,069
0,06
0,055
0,055
0,046
0,037
0,041
0,028
0,03
0,026
0,023
0,024
0,015
0,013
0,012
0,009
0,005
0,01
0,006
0,006
0,001
-0,002
-0,001
-0,002
-0,006
-0,004
-0,004
-0,006
-0,001
-0,004
-0,007

540
545
550
555
560
565
570
575
580
585
590
595
600

-0,003
-0,008
-0,012
-0,013
-0,006
0
-0,008
-0,013
-0,013
-0,01
-0,011
-0,01
-0,015

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan


NO
1
2
3
4
5

x (waktu) (s)
0
900
1800
3600
7200

n=5

y (absorbansi)
1,316
1,238
1,434
1,387
1,843
7,218

xy
0
1114,2
2581,2
4993,2
13269,6

x2
0
810000
3240000
12960000
51840000
68850000

K grafik =K = 1,8424.10-4
K kuadrat terkecil = .
4.2 Pembahasan
Laju reaksi adalah banyaknya reaksi yang berkurang persatuan waktu, banyaknya produk
yang terbentuk per satuan waktu (Keenan,dkk,1996). Laju inversi gula adalah laju reaksi
hidrolisis sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa.
Inversi gula ini terjadi saat larutan sukrosa dihidrolisis dengan asam. Seperti yang
dikatakan Fessenden dan Fessenden (1992), sukrosa merupakan zat optik aktif yang memutar
bidang polarisasicahaya kearah kanan (dextrorotary), yang sifatnya akan berkurang bila sukrosa
dilarutkan dalam air, dan akhirnya bidang polarisasi cahaya sedikit berputar kekiri, inilah yang
disebut inversi. Daintith (1994) mengemukakan optik aktif adalah kemampuan suatu zat untuk
memutar bidang polarisasi cahaya tertutup, yaitu bidang ketiika cahaya itu melewati kristal,
cermin atau larutan.
Orde reaksi adalah bilangan pangkat dari konsentrasi zat yang terikat pada persamaan
laju reaksinya yang menunjukan seberapa besar pengaruh perubahan konsentrasi zat itu terhadap
perubahan laju reaksinya (Sukardjo,2002). Diketahui baahwa ada tiga jenis orde, yaitu orde nol,
orde satu dan orde dua, dan pada percobaan ini tentang orde satu, dimana darii grafik
menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi benar orde satu, walaupun tidak linier garis lurus, tetapi
setidaknya sangat dominan reaksi orde satu. Diungkapkan pula oleh Hardjasasmita (2000) laju

inversi gula termasuk kedalam reaksi berorde satu. Menurut Daintith (1994), orde rekasi adalah
jumlah semua eksponen dari konsentrasi dalam persamaan laju.
Sukrosa mempunyai sifat dextrorotary kekanan. Hidrolisisnya menghasilkan glukosa dan
fruktosa dalam jumlah yang ekuimolekuler. Fruktosa mempunyai rotasi spesiifik lebih besar
daripada glukosa, maka camuran itu akan memutar kekiri. Apabila kita makan makanan yang
mengandung gula, dalam usus halus, sukrosa diubah menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim
sukrase (Pudjadi,1994).
Pada percobaan diamati pengaruh variasi waktu terhadap laju reaksi inversi sukrosa, yang
mana sukrosa yang digunakan dilarutkan dengan akuades, dilakukannya pelarutan ini
menyebabkan kemampuan dextrorotary pada sukrossa berkurang, sehingga menyebabkan
hidrolisis sukrosa (Fessenden dan Fessenden,1992):
Rx: C12H22O11(sukrosa) + H2O(air)

C6H12O6(glukosa)+ C6H12O5(fruktosa)

Variasi waktu digunakan dengan maksud melakukan pembandingan terhadap masingmasing sampel hasil hidrolisisnya, dengan harapan semakin lama waktu hidrolisisnya, semakin
banyak fruktosa yang terbentuk.
Fruktosa yang menjadi pusat perhatian karena digunakan reagen selliwanof yang spesifik
untuk fruktosa, yang mana keberadaannya akan mengidentifikasi fruktosa dalam larutan dengan
memberikan warna samar-samar pertanda reagen mendeteksi fruktosa.
Dalam langkah kerja larutan sukrosa ditambahkan HCl lalu pada selang waktu tertentu
(0,15,30,60,120)menit, kemudian pemberian KOH untuk menghentikan kerjja katalis HCl, hal
ini sebenarnya karena terbentuk garam KCl yang mana tidak menggangu H+ dan OH-.
Dilakukan pengukuran absorbansi larutan menggunakan spektrofotometer pada variasi
waktu reaksi pada rentang panjang gelombang 300nm-600nm. Dari data yang diperoleh,
seharusnya semakin lama waktu reaksi, semakin, nilai absorbansi meningkat sebab semakin
banyak fruktosa yang dihasilkan, namuhasil percobaan tidak demikian, hasilnya tidak konstan,
yang kemungkinan disebabkan ketidak merataan perlakuan pada tiap sampel, diantaranya
pengadukan pada sampel. Hasil tetapan laju yang diperoleh yaitu K=1,8424.10-4pada meode
grafik danK=1,386.10-3 pada metode kuadrat terkecil. Spektrofotometer adalah alat untuk
spektroskopi, yang pada prinsip kerja spektrofotometri adalah dengan menggunakan
spektrofotometer yang pada umumnya terdiri dari unsur-unsur seperti sumber cahaya,
monokromator, sel, fotosel, dan detektor.

Berikut gambar spektrofotometer:


Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber
sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang
diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian
menyampaikan ke layar pembaca (Sastrohamidjojo, 1992).

Bab IV Penutup
5.1 Simpulan
- Tetapan laju yang diperoleh adalah:
#metode grafik :
#metode kuadrat terkecil :
- Ion H+ dari HCl berfungsi sebagai katalis dapat mempercepat perputaran bidang polarisasi
larutan sukrosa ke arah kiri (mengurangi kemampuan dextrorotary larutan sukrosa) sehingga
terjadi inversi dan terhidrolisis membentuk glukosa dan fruktosa.
5.2 Saran
Bisa menggunakkan variasi konsentrasi jua, selain itu kombinasi keduanya.
Daftar Pustaka
Achmad,H. 2001. Elektrokimia dan Kinetika Kimia. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Anonim. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari.
Anshory,I. 1988. Mudah Memahami Kimia. Armi CO. Bandung.
Daintith,J. 1994. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta.
Eka. 2007. Metode Analisa Kimia-Spektrofotometri. Gramedia: Jakarta.
Fessenden,RJ dan Fessenden,JS.1992. kimia Organik. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Hardjisasmita, Panjita. 2000. Ikhtisar Biokimia Dasar. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Ihsan,F dan Anang,W. 2010. Teknik Analisis Kadar Sukrosa Pada Buah Pepaya. Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika. Sumatera Barat.
Keenan,CW; Kleinfelter,C; Wood,JH.1996. kimia Untuk Universitas. Edisi 3, jilid 1. AB: A.H.
Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Mulyono. 2006. Kamus Kimia. Bumi Aksara. Jakarta.

Oxtoby,PW; Gills,HP; Nachtrieb,NH. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Poedjadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta.
Razak,AR; Ni Ketut Sumarni; Basuki Rahmat. 2012. Optimalisasi Hidrolisis Sukrosa Menggunakan
Resin Penukar Kation Tipe Sulfonat. Jurnal Natural Science. Jurusan Kimia, Fakultas MIPA,
Universitas Tadulako, Palu.
Sastrohamidjojo,H.2001. kimia Dasar. UGM. Yogyakarta.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 1992. Spektroskopi Inframerah. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.
Sutopo. 2006. Kimia Analisa. Exacta: Solo.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB.

Anda mungkin juga menyukai