Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK

ASKEP STROKE

OLEH
KELOMPOK II
KELAS A

KELAS B

REZKY AMALIA ARTA

RUDI HABEL

HERMANSYAH

SITI HASMIDA

FAIDIN

KALISOM

YAYU SOFIANINGSIH

AHMATULLAH

GUFRAN

ANDI MIFTAHUL

INSANI

AYU BAHAR
JOHN PACE

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
MAKASSAR
2015

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat allah SWT. karena dengan rahmat
dan karunianyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Selawat
dan salam juga kita panjatkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW.
Kami sadar bahwa makalah yang kami susun ini masih punya banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu
dosen, agar kami dapat belajar dari kesalahan dan tidak mengulanginya untuk
kedua kalinya. Dan ucapan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian makalah ini. Harapan kami mudah-mudahan makalah ini dapat
memenuhi harapan kita semua.

Makassar, Juni 2015


Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Medis
a. Defenisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. Manifestasi klinik
e. Klasifikasi
f. Komplikasi
g. Pemeriksaaan Diagnostik
h. Penatalaksanaan
B. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
b. Diagnosa
c. Intervensi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stroke adalah infark regional kortikal, subkortikal atau pun infark
regional di batang otak yang terjadi karena kawasan perdarahan atau
penyumbatan suatu arteri sehingga jatah oksigen tidak dapat disampaikan
kebagian otak tertentu. Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada
orang dewasa. Empat juta orang amerika mengalami defisit neurologi akibat
stroke ; dua pertiga dari defisit ini bersifat sedang sampai parah. Kemungkinan
meninggal akibat stroke inisial adalah 30% sampai 35% dan kemungkinan
kecacatan mayor pada orang yang selamat adalah 35% sampai 40%.
Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan
mengalami stroke ulangan pada tahun pertama. Secara umum stroke dapat
dibagi menjadi dua . Pertama stroke non hemoragic yaitu stroke yang
disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah di otak. Kedua stroke
hemoragik yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
diotak.
Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes
mellitus, arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia
sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak
terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak
kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah
jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk
metabolisme aerobiknya.
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan
arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling
berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis. Darah
vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena interna, yang
mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena
eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah,

ke sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke


vena-vena jugularis, dicurahkan menuju ke jantung.
Kenaikan darah yang abrupt atau kenaikan dalam jumlah yang
secara mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada
pagi hari dan sore hari yang menjadi penyebab terjadinya stroke. Kematian
dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan
batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan
darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus
kaudatus, talamus dan pons.
Dengan

demikian

pada

penderita

stroke

diperlukan

asuhan

keperawatan yang komprehensif dan paripurna. Melihat fenomena di atas,


storke merupakan penyakit yang menjadi momok bagi manusia. Selain itu,
stroke menyerang dengan tiba-tiba. Orang yang menderita stroke sering tidak
menyadari bahwa dia terkena stroke. Tiba-tiba saja, penderita merasakan dan
mengalami kelainan seperti lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya, bicara pelo,
pandangan kabur, dan lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang
terkena. Oleh karena itu penting bagi kita perawat bagian dari tenaga medis
untuk mempelajari tentang patofisologi, mekanisme, manifestasi klinis,
prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang harus di berikan pada
pasien stroke.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Stroke?
2. Bagaimana etiologi dari Stroke?
3. Bagaimana patofisiologi dari Stroke?
4. Apa tanda dan gejala atau manifestasi klinik dari Stroke?
5. Apa-apa saja klasifikasi dari Stroke?
6. Apa komplikasi dari Stroke?
7. Pemeriksaan diagnostik apa yang dilakukan pada penderita Stroke?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari Stroke?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Stroke.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Stroke.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Stroke.

4.
5.
6.
7.
8.

Untuk mengetahui tanda dan gejala atau manifestasi klinik dari Stroke.
Untuk mengetahui klasifikasi dari Stroke.
Untuk mengetahui komplikasi dari Stroke.
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Stroke.
Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Stroke.

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS
a. Definisi
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak.
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran
darah otak. Stroke dapat terjadi akibat pembentukan trombus disuatu arteri
serebrum, akibat embolus yang mengalir ke otak dari tempat lain di tubuh,
atau akibat perdarahan otak.
Menurut WHO (1997) stroke adalah adanya tanda-tanda klinik
yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global)
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler.
b. Etiologi
Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian :
1. Trombusis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)
2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain)
3. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)
4. Hemoragi serebral
(pecahnya pembulih darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak)
Faktor risiko pada stroke
o Hipertensi

: faktor resiko utama, pengendalian hipertensi adalah

kunciuntuk mencegah stroke


o Penyakit kardiovaskular ; embolisme serebral berasal dari jantung,
penyakit arteri koronaria, gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel
kiri.
o Kolesterol tinggi
o Obesitas
o Diabetes
o Merokok
c. Patofisiologi

Stroke merupakan penyakit peredarah darah otak yang diakibatkan


oleh tersumbatnya aliran darah ke otak atau pecahnya pembuluh darah di
otak, sehingga supplay darah ke otak berkurang.
Tekanan

yang

tinggi

seringkali

menyebabkan

kerusakan

dipembuluh darah terutama di otak yang di ikuti oleh kematian pada


sebagian besar otak. Bergantung pada bagian otak mana yang terkena,
stroke dapat menyebabkan kelumpuhan, demensia, kebutaan, atau
berbagai gangguan otak serius lainnya.
Secara umum ganguan pembuluh darah otak atau stroke
merupakan gangguan sirkulasi serebral. Merupakan gangguan neurologik
fokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses patologi pada
pembuluh darah serebral. Stroke bukan merupakan penyakit tunggal tetapi
merupakan

kumpulan

tanda

dan gejala

dari

beberapa

penyakit

diantaranya ; hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam


darah, diabetes mellitus, dan penyakit vaskuler perifer.
Penyebab utama stroke berdasarkan urutan adalah aterosklerosis
(trombosis), embolisme, hipertensi yang dapat menimbulkan perdarahan
intraserebral dan rupture aneurisme sakuler. Stroke hemoragik terjadi
perdarahan yang berasal dari pecahnya arteri penetrans yang merupakan
cabang dari pembuluh darah superfisial dan berjalan tegak lurus menuju
parenkim otak yang di bagian distalnya berupa anyaman kapiler.
Aterosklerosis dapat terjadi dengan bertambahnya umur dan adanya
hipertensi kronik, sehingga sepanjang arteri penetrans terjadi aneurisma
kecil-kecil dengan diameter 1 mm. Peningkatan tekanan darah yang terus
menerus akan mengakibatkan pecahnya aneurisme ini, sehingga dapat
terjadi perdarahan dalam parenkim otak yang bisa mendorong struktur
otak dan merembas kesekitarnya bahkan dapat masuk kedalam ventrikel
atau ke ruang intrakranial.
Perdarahan intracranial biasanya disebabkan oleh karena ruptur
arteri serebri. Ekstravasasi darah terjadi di daerah otak dan atau
subaraknoid, sehingga jaringan yang ada disekitarnya akan tergeser dan

tertekan. Darah ini sangat mengiritasi jaringan otak, sehingga dapat


mengakibatkan vasospasme pada arteri di sekitar perdarahan. Spasme ini
dapat menyebar ke seluruh hemisfer otak dan sirkulus willis. Bekuan
darah yang semula lunak akhirnya akan larut dan mengecil. Daerah otak
disekitar bekuan darah dapat membengkak dan mengalami nekrosis,
karena kerja enzim-enzim maka bekuan darah akan mencair, sehingga
terbentuk suatu rongga. Sesudah beberapa bulan semua jaringan nekrotik
akan diganti oleh astrosit dan kapiler-kapiler baru sehingga terbentuk
jalinan desekitar rongga tadi. Akhirnya rongga-rongga tersebut terisi oleh
astroglia yang mengalami proliferasi.
d. Manifestasi Klinis
a. Kehilangan motorik
Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan mengakibatkan
kehilangan control volunteer terhadap gerakan motorik. Karena neuron
motor atas melintas, gangguan control motor volunter pada salah satu
sisi tubuh dapat menunjukan kerusakan pada neuron motor atas pada
sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi motor paling umum adalah
hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada satu sisi
otak yang berlawanan. Hemiparesis, atau kelemahan salah satu sisi
tubuh.
Di awal tahapan stroke, gambaran klinis yang muncul biasanya
adalah paralisis dan hilang atau menurunnya reflex tendon dalam.
Apabila reflek tendon dala ini muncul kembali (biasanya dalam 48
jam), peningkatan tonus disertai dengan spastisitas (peningkatan tonus
otot abnormal) pada ekstremitas yang terkena dapat dilihat.
b. Kehilangan komunikasi
Fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah bahasa
dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum.
Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan sebagai
berikut:

Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit


dan dimengerti disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung

jawab untuk mneghasilkan bicara.


Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang

terutama ekspresif atau reseptif


Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang

dipelajari sebelumnya).
c. Gangguan persepsi
Ketidakmampuan untuk meninterpretasikan sensasi. Stroke
dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam
hubungan visual-spasial dan kehilangan sensori.
d. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik
Bila kerusakan telah terjadi pada lobus frontal, mempelajari
kapasitas, memori atau fungsi intelektual kortikal yang lebih tinggi
mungkin rusak. Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam lapang perhatian
terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lipa dan kurang motivasi, yang
menyebabkan pasien ini menghadapi masalah frustasi dalam program
rehabilitasi mereka. Depresi umum terjadi dan mungkin akan
diperberat oleh respon alamiah pasien terhadap penyakit katastrofik
ini. Masalah psikologis lain yang umum terjadi yaitu labilitas
emosional, bermusuhan, frustasi, dendam, dan kurang kerja sama.
e. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke mungkin pasien mengalami inkontinensia
urinarius

sementara

mengkomunikasikan

karena

kebutuhan,

konfusi,
dan

ketidakmampuan

ketidakmampuan

untuk

menggunakan urinal/bedpan karena kerusakan control motorik dan


postural. Kadang setelah stroke kandung kemih menjadi atonik.
Dengan kerusakan sensasi dalam respon terhadap pengisian kandung
kemih.
e. Klasifikasi
Stroke dapat diklasifikasikan menjadi :
o Stroke Hemoragik

Terjadi

perdarahan

cerebral

dan

mungkin

juga

perdarahan

subarachnoid yeng disebabkan pecahnya pembuluh darah otak.


Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga dapat
terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab
yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
o Stroke Non Hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus
pembuluh darah otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat
cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan,
kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh
karena hipoksia jaringan otak.

f. Komplikasi
o Hipoksia serebral
o Penurunan aliran darah serebral
o Embolisme serebral
o Disritmia
g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :
1. Laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit,
kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau
infark
3. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan
bergesernya struktur otak
4. angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas
mengenai pembuluh darah yang terganggu
h. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis
sebagai berikut
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai
kateter.

4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan


secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan
dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
5. Stroke diterapi dengan tirah baring dan penurunan rangsang
eksternal untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebrum. Dapat
dilakukan tinadaka-tindakan untuk menurunkan tekanan dan edema
intrakranium.
6. Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi pemberian
diuretik, antikoagulan
7. Stroke diobati dengan penekanan pada penghentian perdarahan dan

pencegahan kekambuhan
Pengobatan Konservatif
1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral ( ADS ) secara
percobaan, tetapi maknanya :pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intra arterial.
3. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk
menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi

sesudah ulserasi alteroma.


Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral :
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis , yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
4. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Anamnesis
Kelainan system saraf bias menimbulkan berbagai macam
gejala, diantaranya:

Nyeri kepala

Kejang, pingsan, gerakan aneh


Pening atau vertigo
Masalah penglihatan
Kelainan pengdiuman atau penglihatan
Kesulitan berbicara
Kesulitan menelan
Kesulitan berjalan
Ekstremitas lemah
Gangguan sensori
Gerakan involunter dan tremor
Masalaha pengendalian sfinkter (buang air besar atau kecil)
Gangguan fungsi mental luhur, seperti bingung atau perubahan

kepribadian
3. Riwayat penyakit dahulu
Adakah penyakit gangguan neurolohis lainnya ?
Adakah riwayat penyakit sistemik, khususnya

kelainan

kardiovaskuler ?
Obat obatan
4. Riwayat keluarga
Adakah riwayat penyakit neurologis dalam keluarga?
5. Riwayat sosial
6. Pemeriksaan fisik
Bagaimana tingkat kesadaran pasien, tentukan dengan skor koma

Glasgow
Pandanglah pasien, apakah ada kelainan postur yang jelas,

pengecilan otot atau tremor?


7. Periksa ekstremitas atas
a. Lakukan inspeksi untuk mencari pengecilan otot yang jelas, tremor,
fasikulasi, deformitas, dan perubahan warna kulit.
b. Periksa kekuatan, bandingkan kedua lengan. Gunakan skala MRC :
0 lumpuh sempurna
1 masih terlihat kontraksi
2 gerak aktif tanpa gravitasi
3 bergerak melawan arah
4 bergerak melawan tahanan
5 kekuatan normal
c. Periksa koordinasi dengan tes telunjuk-hidung, gerak cepat jarijari, gerak cepat bergantian (jika ada kesulitan = disdiadokokinesis
pada gangguan serebelum)

d. Periksa reflek dengan ketukan biseps, triseps dan supinator


e. Periksa sensasi. Tes raba halus, tusuk jarum, rasa getar, rasa posisi
sendi, dan reaksi panas/dingin.
8. Periksa ekstremitas bawah
a.

Lakukan inspkesi

b.

Periksa kekuatan, bandingkan kedua sisi.

c.

Periksa koordinasi

d.

Periksa sensasi

9. Periksa saraf kranial


a. Olfaktorius, periksa sensasi penghidu di kedua lubang hidung
b. Optikus, periksa ketajaman penglihatan, periksa lapang pandang,
periksa reaksi cahaya langsung dan tak langsung serta akomodasi
c. Okulomotorius, troklearis, dan abdusen, Cari adanya ptosis
(sebelah atau kedua kelopak mata menutup), Periksa adanya
nigtagmus, tanyakan adanya penglihatan ganda .
d. Trigeminus, Periksa sensasi wajah terhadap raba halus dan tusuk
jarum.
Periksa kekuatan otot pengunyah dan temporalis
Tes reflek kornea
Tes ketuk rahang
e. Fasialis, Periksa oto otot ekspresi wajah (angkat alis, tutup mata
kuat kuat, tunjukan gigi)
f. Vesibulokoklearis, Tes pendengaran, lakukan tes rine dan tes
weber. Tes keseimbangan (berdiri dengan mata tertutup, berjalan
sepanjang garis lurus)
g. Vagus dan glosofaringeus, Periksa gerak palatum
Periksa reflek muntah dan batuk
h. Aksesorius, Periksa kekuatan otot sternomastoideus

dan

mengangkat bahu
i. Hipoglosus, Periksa lidah untuk mencari pengecilan otot, fasikulasi
dan uji kekuatan
j. Tes fungsi mental luhur
Nilailah kemampuan berbicara
Periksa ingatan
Nilailah kemampuan pemahaman
2. Diagnosa

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan pembuluh


darah perifer
b. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan
perdarahan intracerebral.
c. Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif b.d menurunnya reflek batuk,
menelan,imobilisasi.
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia.
e. Gangguan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi,
intake cairan yang tidak adekuat.
3. Intervensi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan pembuluh
darah perifer
Tujuan : Dapat mempertahankan tekanan darah
Kriteria hasil :
o TD dalam batas normal
o Irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal.
Intervensi :
a. Panatau TD
R/ Perbandingan dari tekanan memberikann gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler.
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
R/ Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati/terpalpasi. Denyutan pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek pada vasokonstriksi dan kongesti vena.
c. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan
lingkungan
R/ Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis, meningkatkan
relaksasi.
d. Pertahankan pembatasan aktivitas, seperti istirahat ditempat tidur
R/ Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi
tekanan darah
e. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman, seperti pijatan punggung
dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
R/ Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang
simpatis.
f. Anjurkan teknik relaksasi
Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, sehingga
dapat menurunkan TD.

g. Berikan obat sesuai indikasi


R/ Dapat membantu mempercapat proses penyembuhan dan
mengontrol TD.
2. Gangguan perfusi jaringan serebral yang berhubungan dengan
perdarahan intracerebral.
Tujuan : Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria Hasil :
o Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik
o Mendemonstrasikan tanda-tanda vital normal
o Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang
Intervensi :
a. Tentukan

faktor-faktor

yang

berhubungan

dengan

keadaan/penyebab selama koma


R/ mempengaruhi penetapan intervensi. Kerusakan/kemunduran
tanda/gejala

neurologis

memerlukan

tindakan

pembedahan

dan/atau pasien harus dipindahkan ke ruang perawatan kritis untuk


melakukan pemantauan peningkatan TIK.
b. Pantau/catat status neurologis
R/ Mengetahui kecenderungan tingkat kesadaran dan potensial
peningkatan TIK
c. Pantau tanda-tanda vital
R/ Variasi mungkin terjadi oleh karena tekanan/trauma serebral
pada daerah vasomotor otak
d. Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi
anatomis (netral)
R/ Menurunkan tekanan arteri dengan peningkatan drainase dan
meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral
e. Pertahankan keadaan tirah baring
R/ Aktivitas/stimulus yangkontinu dapatmeningkatkan TIK
f. Berikan oksigen sesuai indikasi
R/ Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi
serebral dan tekanan meningkat/terbentuknya edema
g. Berikan obat sesuai indikasi
R/ Membantu proses penyembuhan
3. Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif b.d menurunnya refleks batuk,
menelan, imobilisasi.
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
o Dapat mengeluarkan sekret

o Bunyi nafas tambahan tidak ada


Inetrvensi :
a. Kaji kepatenan jalan nafas
R/ Obstruksi dapat disebabkan oleh akumulasi sekret, perlengketan
mukosa, perdarahan, spasme bronkus.
b. Auskultasi suara nafas
R/ Mengetahui kelainan suara napas
c. Catat batuk berlebihan
R/ Gangguan kemampuan untuk batuk pasien ini bergantung pada
pilihan seperti penghisapan untuk membuang secret
d. Beri posisi semi fowler.
R/ Posisi semi fowler memaksimalkan ekspansi paru.
e. Cegah terjadinya batuk secara terus-menerus.
R/ Dapat meningkatkan TIK dan memperbesar resiko terjadinya
perdarahan
f. Berikan oksigen sesuai indikasi
R/ Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi
serebral dan tekanan meningkat/terbentuknya edema
4. Kerusakan
mobilitas
fisik
berhubungan

dengan

hemiparese/hemiplagia.
Tujuan : Dapat melakukan mempertahankan posisi fungsi optimal
dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur
Kriteri hasil :
Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh
yang sakit/kompensasi.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan awal dengan
cara yang teratur
R/ Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan
informasi mengenai pemulihan.
b. Kaji derajat imobilisasi pasien dengan menggunakan skala
ketergantungan.
R/ Pasien mampu/mandiri

(nilai

0)

atau

memerlukan

bantuan/peralatan yang minimal (nilai 1); memerlukan bantuan


pengawasan/diajarkan (nilai 2); memerlukan bantuan/peralatan
terus menerus dan alat khusus (nilai 3); atau tergantung secara total
pada pemberian asuhan (nilai 4).
c. Beri/bantuan mengubah posisi.

R/ Menurunkan resiko terjadinya trauma/iskemia jaringan.


Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi/posisi normal
ekstremitas dan menurunkan terjadinya vena yang statis.
d. Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua
ekstremitas
R/ Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu
mencegah kontraktur.
e. Tempatkan bantal dibawah aksila untuk melakukan abduksi pada
tangan
R/ Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku
f. Tinggikan tangan dan kepala
R/ Meningkatkan aliran balik vena dan membantu mencegah
terjadinya edema.
5. Gangguan eliminasi (konstipasi) berhubungan dengan imobilisasi,
intake cairan yang tidak adekuat.
Tujuan :Gangguan eliminasi (konstipasi) tidak terjadi
Kriteria Hasil :
o Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan
obat
o Konsistensi faeces lunak
o Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )
Intervensi :
a. Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab
konstipasi.
R/ Klien dan keluarga akan mengeti tentang penyebab obstipasi.
b. Auskultasi bising usus.
R/ Bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltik
c. Anjurkan pada klien untuk makan makananan yang mengandung
serat.
R/ Diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltic
usus dan eliminasi reguler.
d. Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada
kontraindikasi.
R/ Makanan cairan adekuat membantu mempertahan kan
konsistensi faeces yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi
reguler.
e. Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien.

R/ Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki


tonus otot abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltic.
f. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak faeces
(laxatif, suppositoria, enema).
R/ Pelunak faeces meningkatkan efisiensi pembasahan air usus,
yang melunakkan faeces dan membantu eliminasi.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke
adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari
24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa di temukan penyebab selain
daripada gangguan vaskular. Gangguan peredaran darah otak dapat
mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup
besar dapat mengakibatkan kematian sebagian otak (infark), gejala-gejala
yang terjadi tergantung pada daerah otak yang di pengaruhi.
Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes
mellitus, arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia
sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak
terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak
kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah
jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk
metabolisme aerobiknya.
B. SARAN
Kami dari kelompok mengharapkan saran dari pembaca agar dapat
member kritik dan saran untuk kesempurnaan makalah Asuhan Keperawatan
pada klien dengan STROKE

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth, , 2001, Keperawatan Medikal Bedah,EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Brae. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC

LAMPIRAN
Penyimpangan KDM Stroke
Ateroskelrosis, Embolisme , Aneurisma sakular, Hipertensi

TIA (Serangan Iskemik Sepintas)


Insufisiensi suplai darah keotak karena kontriksi
ateroma pada arteri yang menyuplai darah ke
otak

Interupsi aliran darah


keotak;
Udema serebral

Tekanan pembuluh
darah perifer
meningkat

Penurunan aliran darah


cerebral

Resistensi ejeksi darah


dari ventrikel

Gangguan Metabolisme
cerebral
Penurunan fungsi cerebral

Penurunan curah

Gangguan neurologis
Perubahan perfusi
Penurunan tingkat
kesadaran

Gangguan saraf
otonom

Kerusakan mobilitas fisik


Imobilisa
si

Fungsi saraf otonom tidak


terkontrol

Tirah
baring
Komplain paru tidak
efektif
Akumulasi
sekret
Tidak mampu
mengeluarkan sekre

Bersihan jalan nafas tidak


efektif

Gangguan

Anda mungkin juga menyukai