Analisis Fix Banget
Analisis Fix Banget
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Sudiroprajan,
Gandekan,
Sewu,
Pucangsawit,
Jagalan,
Purwodiningratan,
Tegalharjo, Jebres, dan Mojosongo. Pada tahun 2011 tercatat terdapat 145.703 jiwa
penduduk di Kecamatan Jebres dengan tingkat kepadatan rata-rata 115 jiwa/Ha.
Dilihat dari posisinya, letak Kecamatan Jebres bisa dikatakan relatif strategis karena
berbatasan langsung dengan wilayah administrasi Kabupaten lain, sehingga Kecamatan
Jebres menjadi pintu masuk dan keluar Kota Surakarta dari sebelah utara dan timur. Hal
ini juga didukung dengan adanya jalur lingkar utara Kota Surakarta dan rencana
pembangunan jalan tol Jogja-Semarang yang akan melewati sebagian wilayah Kecamatan
Jebres. Namun untuk akses transportasi dengan kendaraan umum, Kecamatan Jebres
masih mengalami kendala terutama untuk Jebres Utara karena terbatasnya moda
transportasi umum yang melewati wilayah ini.
Berdasarkan data awal yang telah dikumpulkan, Kecamatan Jebres memiliki
permasalahan yaitu mengenai adanya kesenjangan antara wilayah bagian utara dan
wilayah bagian selatan. Masalah kesenjangan yang sangat terlihat jelas antara Jebres
bagian utara dan Jebres bagian selatan ini merupakan kondisi yang terjadi akibat dari
tidak meratanya pembangunan yang ada. Isu ketidak merataan pembangunan ini dibangun
dari beberapa sub isu yaitu tidak optimalnya pengembangan industri di Jebres Utara,
kurang meratanya pembangunan (fisik dan non fisik) antara Jebres Utara dan Jebres
Selatan, sektor perdagangan yang kurang menguntungkan untuk dikembangkan dan
tingginya kecepatan pertumbuhan kawasan hunian di Jebres bagian Selatan tidak
sebanding dengan ketersediaan lahan.
Tidak optimalnya pengembangan industri di Jebres Utara dilihat dari adanya potensi
pengembangan industri di Kecamatan Jebres dengan melihat bahwa sektor industri
pengolahan di Jebres merupakan penyumbang terbesar PDRB Kota Surakarta pada tahun
Laporan Analisis
2013
2012. Selain itu Jebres Utara yang masuk kedalam BWK IV diarahkan sebagai kawasan
perdagangan,
jasa,
pengembangan kawasan industri. Sektor industri di Jebres utara juga merupakan sektor
unggulan karena merupakan sektor basis yang memiliki laju pertumbuhan cepat, dan
berdasarkan
jumlahnya
Kelurahan
Mojosongo
memiliki jumlah
industri terbanyak
dan
Banjarsari
yang
memiliki
intensitas
perdagangan
lebih
tinggi
apabila
dikembangkan
lebih
lanjut
berdasarkan
kondisi tersebut
akan
Laporan Analisis
2013
survey lapangan, permukiman kumuh yang terletak di bantaran sungai Bengawan Solo
tersebut sudah tidak ada karena sudah dilakukan relokasi oleh pemerintah Kota Surakarta.
Sesuai dengan hirarki rencana bahwa setelah terbentuk isu awal, perlu dilakukan
analisis untuk verifikasi ulang terhadap isu-isu yang telah disebutkan diatas karena
adanya ketidakcocokan antara data awal dan data yang dikumpulkan melalui survey.
Maka dari itu di dalam dokumen ini akan dilakukan tahapan analisis sektoral untuk
memverifikasi isu awal yang telah didapatkan serta mendapatkan karakterisrik spesifik
dari wilayah studi.
1.2 Tujuan
Memverifikasi isu awal untuk mendapatkan isu strategis wilayah
1.3 Sasaran
-
Melakukan analisis sektoral berdasarkan kerangka analisis setiap sektor yang terdiri
atas :
Sektor kependudukan
Sektor ekonomi
Memverifikasi isu awal berdasarkan hasil analisis untuk mendapatkan isu strategis
lingkup
wilayah
pada
analisis
ini adalah
wilayah
administrasi
Jebres,
Purwodiningratan,
Pucangsawit,
Kelurahan
Kelurahan
Jagalan,
Sodiroprajan,
Kelurahan
Gandekan,
Kelurahan
Sewu,
Kelurahan
Kelurahan
Laporan Analisis
2013
bagian utara dan bagian selatan. Pembagian ini dilakukan berdasarkan arahan
Pembagian Wilayah Kota (BWK) dalam RTRW Kota Surakarta, dimana Jebres
bagian utara adalah area Kelurahan Mojosongo, sedangkan Jebres bagian selatan
adalah 10 kecamatan lainnya yaitu Kelurahan Jebres, Kelurahan Jagalan, Kelurahan
Gandekan, Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan Sodiroprajan, Kelurahan Sewu,
Kelurahan Pucangsawit, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Kepatihan Kulon,
dan Kelurahan Tegalharjo.
1.4.2 Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi dari analisis data ini adalah data pada tingkat kota yang
mencakup beberapa aspek yaitu :
a) Kebijakan dan program kerja yang berlaku di Kecamatan Jebres
b) Fisik dasar dan lingkungan Kecamatan Jebres
c) Kondisi kependudukan di Kecamatan Jebres
d) Ekonomi di Kecamatan Jebres
e) Sarana prasarana di Kecamatan Jebres
f) Sistem Transportasi di Kecamatan Jebres
g) Tata Guna Lahan di Kecamatan Jebres
Dimana nantinya 7 sektor tersebut akan dianalisis untuk mendapatkan substansi
terpenting yaitu berupa karakteristik spesifik wilayah.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika pelaporan proses analisis terdiri atas 5 bagian, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
terdiri dari : latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup analisis, sistematika
penulisan
BAB I disini menjelaskan tentang adanya keperluan untuk menganalisis data yang
telah dikumpulkan melalui survey data primer maupun sekunder yang memiliki
perbedaan dengan data awal yang dikumpulkan, maka dari itu diperlukan suatu proses
analisis baik sektoral maupun intersektoral.
Laporan Analisis
2013
BAB II berupa kajian literatur berisikan mengenai peran analisis di dalam sebuah
proses perencanaan, serta dasar-dasar teori dari sektor terkait yang akan digunakan
dalam proses analisis sektoral.
Laporan Analisis
2013
BAB II
KAJIAN LITERATUR
Tidak optimalnya
pengembangan
potensi industri di
Jebres bagian
utara
KONDISI YANG
DIHARAPKAN
Teroptimalkannya
pengembangan
potensi industri di
Jebres utara
SEKTOR
PENUNJANG
Kebijakan dan
Program Kerja
Kependudukan
Ekonomi
Analisis potensi
pengembangan pasar, bahan
baku dan peluang pemasaran
Sarana Prasarana
Sistem
Transportasi
Tata Guna Lahan
Kurang meratanya
pembangunan
(fisik dan non
fisik) antara
Jebres utara dan
Jebres selatan
Sektor
perdagangan yang
kurang
menguntungkan
untuk
dikembangkan
Pemerataan
pembangunan
antara Jebres utara
dan Jebres selatan
Mempertahankan
eksistensi
perdagangan sesuai
dengan kapabilitas
ANALISIS
TUJUAN ANALISIS
Mengetahui perkembangan
implementasi arahan BWK IV
dan IV
Mengetahui kemampuan
lahan/daya dukung lahan
Mengetahui kualitas SDM di
bidang industri
Mengetahui potensi
pengembangan, pasar, bahan
baku dan peluang pemasaran
guna berkembangnya potensi
Industri di Jebres Utara
Mengetahui sarana penunjang
industri dan persebaran industri
di kecamatan Jebres
Mengetahui pola pergerakan
tenaga kerja dan pola
pergerakan bahan baku
Untuk mengetahui lokasi
optimal pengembangan industri
Mengetahui program-program
pembangunan terkait
Kecamatan Jebres
Mengetahui kemampuan
lahan/daya dukung lahan
Mengetahui persebaran
penduduk di Kecamatan Jebres
Kebijakan dan
Program Kerja
Analisis program
pembangunan jebres
Kependudukan
Ekonomi
Analisis perkembangan
ekonomi dan potensi basis
yang akan dikembangkan
Sarana Prasarana
Sistem
Transportasi
Kebijakan dan
Program Kerja
Mengetahui kemampuan
lahan/daya dukung lahan
Kependudukan
Mengetahui trend
perkembangan perekonomian
Mengetahui jumlah dan jenis
sarpras, kondisi sarana
prasarana, dan kebutuhan
sarpras
Mengetahui persebaran
angkutan umum di Kecamatan
Jebres
Mengetahui kesesuaian lahan
dan ketersediaan lahan untuk
pembangunan
Mengetahui arahan BWK terkait
kawasan perdagangan
Laporan Analisis
2013
KONDISI YANG
DIHARAPKAN
(SUB ISU)
SEKTOR
PENUNJANG
ANALISIS
TUJUAN ANALISIS
struktur penduduk)
Ekonomi
Sarana Prasarana
Tingginya
kecepatan
pertumbuhan
kawasan hunian di
Jebres bagian
selatan tidak
sebanding dengan
ketersediaan lahan
Pengendalian
kawasan hunian di
Jebres selatan
Sistem
Transportasi
Mengetahui kemampuan
lahan/daya dukung lahan
Kependudukan
Sarana Prasarana
Transportasi
Kemampuan Lahan
Lahan
pengembangan
wilayah
merupakan
sumber
daya
alam yang
memiliki
keterbatasan dalam menampung kegiatan manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam
tersebut.
Banyak
fisik
dikembangkan, baik potensi sumber daya alamnya maupun kerawanan bencana yang
dikandungnya, yang kemudian diterjemahkan sebagai potensi dan kendala pengembangan
wilayah
atau
kawasan.
Analisis
mengenai
lahan
merupakan
penilaian
terhadap
kemampuan atau daya dukung lahan terhadap pengembangan penggunaan lahan tertentu.
Suatu sistem lahan dapat dikatakan sesuai untuk pengembangan kegiatan tertentu bila
kegiatan atau penggunaan lahan yang dikembangkan tersebut memiliki produktivitas
optimal dengan input yang minimal.
Laporan Analisis
2013
Analisis fisik dan lingkungan wilayah atau kawasan ini adalah untuk mengenali
karakteristik sumber daya alam tersebut, dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian
lahan, agar penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah dan/atau kawasan dapat
dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem. Hasil
studi analisis fisik dan lingkungan ini akan menjadi masukan dalam penyusunan rencana
tata ruang maupun rencana pengembangan wilayah dan/atau kawasan (rencana tindak,
rencana investasi, dan lain-lain), karena akan memberikan gambaran kerangka fisik
pengembangan wilayah dan/atau kawasan. Secara garis besar tata cara analisis kelayakan
fisik atau dikenal juga sebagai studi kesesuaian lahan wilayah dan/atau kawasan ini dapat
digambarkan dalam bentuk bagan seperti berikut :
topografi,
geologi,
hidrologi,
sumberdaya
alam,
bencana
alam dan
penggunaan lahan. Semua data tersebut dikompilasikan dalam setiap analisis satuan
Laporan Analisis
2013
kemampuan lahan dan akhirnya akan membentuk suatu klasifikasi kemampuan lahan
yang akan digunakan sebagai masukan dalam rencana pengembangan wilayah.
Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi :
Analisis SKL morfologi adalah analisis
pada wilayah atau kawasan perencanaan yang mampu dikembangkan sesuai dengan
fungsinya.
Laporan Analisis
2013
10
Laporan Analisis
2013
SKL
kemampuan
terhadap
lahan
bencana
alam adalah
dalam menerima
bencana
analisis untuk
mengetahui tingkat
alam khususnya
Pengenalan secara dini terhadap bencana alam akan bermanfaat dalam usaha tindakan
11
Laporan Analisis
2013
antisipasi ataupun menghindari pemanfaatan pada lahan yang berpotensi bencana alam
terjadi.
12
Laporan Analisis
2013
Keterangan :
Po
Pn
13
Laporan Analisis
2013
meningkat.
perkembangan
suatu
Jadi
pertumbuhan
perekonomian
dari
ekonomi
suatu
mengukur
periode
ke
prestasi
periode
dari
lainnya.
beserta
partisipasi
masyarakatnya
harus
saling
bekerja
sama
dalam menggunakan sumber daya yang ada dan harus mampu menaksir potensi dayasumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian
daerah.
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah biasanya dilihat dari Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) daerah tersebut. Produr Domestik Regional Bruto (PDRB)
merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara/ wilayah/ daerah.
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam
suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB ini sendiri dibedakan menjadi PDRB
atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga
berlaku
menggambarkan
nilai
tambah barang
dan
jasa yang
dihitung
dengan
menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan
menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.
14
Laporan Analisis
2013
(kemampuan)
wilayah
dalam
kegiatan
atau
karakteristik
tertentu
Keterangan :
= (Si/Ni)
(S/N)
Si
Ni
Jika nilai LQ > 1 menunjukkan sektor tersebut memiliki potensi dan prospek yang
besar didalam perekonomian suatu daerah atau bisa disebut sektor ini merupakan
sektor basis. Sebaliknya, jika nilai LQ < 1 menunjukkan sektor tersebut kurang
berpotensi atau kurang berprospek sehingga dapat juga disebut sebagai sebagai
15
Laporan Analisis
2013
sektor non basis. LQ suatu sektor = l dikatakan non basis atau hanya mampu
mencukupi kebutuhan daerahnya sendiri.
b. Shift-Share
Analisis Shift-Share digunakan untuk mengetahui komoditas-komoditas yang
berkembang di suatu wilayah dibandingkan dengan perkembangan ekonomi di
wilayah yang lebih besar. Teknik yang mengkaji hubungan antara struktur
ekonomi dan pertumbuhan wilayah, pertama-tama dikembangkan oleh Daniel B.
Creamer (1943) dan dipakai sebagai suatu alat analitik pada permulaan tahun
1960-an oleh Ashby (1964) sampai sekarang.
Kegunaan analisis ini yaitu untuk melihat perkembangan dari sektor
perekonomian suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih
luas, juga melihat perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan
dengan
sektor
membandingkan
lain,
besar
selain
itu
aktivitas
analisis
suatu
ini melihat
sektor
pada
perkembangan
wilayah
dalam
tertentu
dan
Pertumbuhan
Proporsional/PP
(Proportional
Mix
Growth
Laporan Analisis
2013
baik
apabila
dibandingkan
dengan
wilayah-wilayah
lainnya.
Hal ini
17
Laporan Analisis
2013
(iv) Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor ekonomi pada wilayah yang bersangkutan
pertumbuhannya lambat (PP<0), tetapi daya saingnya baik jika dibandingkan wilayah
lain (PPW>0)
Pada kuadran II dan kuadran IV terdapat garis miring yang membentuk sudut 45 o dan
memotong kedua kuadran tersebut. Bagian atau garis tersebut menunjukkan bahwa
sektor/wilayah yang bersangkutan merupakan sektor/wilayah yang progresif (maju),
sedangkan
dibawah
garis
berarti
sektor/wilayah
yang
bersangkutan
menunjukkan
18
Laporan Analisis
2013
BIDANG
PELAYANAN
KUANTITAS
INDIKATOR
CAKUPAN
1.
Air Limbah
Tingkat penyediaan
sarana sanitasi
terhadap jumlah
penduduk/kota/perkota
an (mixed sanitation
system) dan kualitas
Penanganan
80% dari
jumlah
penduduk
kota/
perkotaan
TINGKAT
PELAYANAN
Sarana sanitasi
individual dan
komunal :
- Toilet
RT/Jamban/MCK
- Septik Tank
Penanganan lumpur
tinja untuk
mendukung onsite
system :
- Truk Tinja
- PLT
Sistem onsite :
Modular/full
Sewerage System
terdiri dari jaringan
sewer dan IPAL.
2.
Persampah
an
80 % dari
jumlah
Penduduk
kota/Perkota
an dilayani
oleh Sistem
DK/PDK dan
sisanya 2096
dapat
ditangani
secara saniter
Prioritas
penanganan
sistem
persampahan :
100% u/kawasan
pusat kota/CBD
dan pasar
100%
jiwa/kawasan
permukiman dgn
kepadatan> 100
KUALITAS
Separasi antara
greywater{mandi,cuci
an) terhadap black
water (kakus)
Penyaluran black
water yang baik ke
septik tank, tanpa ada
kebocoran dan bau
Tidak ada rembcsan
langsung/pencemaran
air tinja dari septik
tank ke air tanah.
Efisien removal BOD
dan SS >=85%
Tidak ada komplain
thd permintaan
penyedolan dan
pengangkutan lumpur
tinja
Pengolahan lumpur
tinja selanjutnya di
IPLT
19
Laporan Analisis
2013
STANDAR PELAYANAN
NO
BIDANG
PELAYANAN
KUANTITAS
INDIKATOR
CAKUPAN
(on-site
system)
KUALITAS
TINGKAT
PELAYANAN
jiwa/ha rata-rata
80% u/kawasan
permukiman
perkotaan
100% u/penanganan limbah
induslri
100% u/ penanganan limbah
B3/medicalwaste
3.
4.
Sarana
niaga
Sarana
pendidikan
Kelengkapan sarana
niaga
Jumlah anak usia
sekolah yang
tertampung
Sebaran fasilitas
pendidikan
Satuan
lingkungan
<30.000 jiwa
Minimal tersedia:
1 pasar untuk setiap
30.000 jiwa
Minimal tersedia:
Satuan
lingkungan
<30.000 jiwa
dilakukan secara
terintegrasi
(pewadahanPengumulanGerobak 1
m3/Transfer
penanganan
Akhir);
Tempat Kapasitas
pewadahan
tersedia
Pengumpulan dan
pengang-kutan
sampah dilakukan
secara reguler.
Tidak ada
penanganan akhir
sampah secara
open dumping
Tidak ada
pembuangan
sampah secara liar
Tingkat
composting dan
daur ulang sampah
minimal 10%
Penanganan akhir
sampah setidaknya
dengan controlled
lanfil
Konsep 3R sudah
diterapkan di
industri
Medical Waste
ditangani secara
swakel. oleh RS.
1 unit tk untuk
setiap 1000 jiwa
9 sd, 3 smp, 1 sma
Mudah di akses
Kelengkapan sarana
20
Laporan Analisis
2013
STANDAR PELAYANAN
BIDANG
PELAYANAN
NO
KUANTITAS
INDIKATOR
CAKUPAN
TINGKAT
PELAYANAN
KUALITAS
pendidikan
Minimal tersedia:
Sebaran dan jangkauan
fasilitas kesehatan
Sarana
kesehatan
5.
Satuan
lingkungan
<30.000 jiwa
1 balai pengobatan
/ 3000 jiwa
1 puskesmas /
30.000 jiwa
Tersedia:
Penduduk terlayani
Sarana
ruang
terbuka
6.
Penyebaran ruang
terbuka hijau
Sarana
peribadatan
7.
Jangkauan pelayanan
Satuan
lingkungan
<30.000 jiwa
Satuan
lingkungan
<30.000 jiwa
0,3 m / penduduk
dari luas
kawasan(taman,
lapangan olahraga)
0,2 m / penduduk
dari luas
kawasan(pemakama
n)
Minimal tersedia:
1 tempat ibadah(1,2
m / jamaah)
pergerakan yang berasal dari suatu zona. Zona tersebut adalah zona asal dan zona
tujuan yang memberi pengaruh besar terhadap suatu
pergerakan . Pergerakan
lalulintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu lintas.
Bangkitan dan tarikan lalulintas tergantung pada jenis tata guna lahan dan jumlah
aktivitas dan intensitasnya pada tata guna lahan tersebut.
Jenis Tata Guna Lahan, memiliki tata guna lahan yang berbeda (permukiman ,
pendidikan, dan komersial) memiliki ciri bangkitan laluintas yang berbeda yaitu
jumlah arus lalulintas, jenis lalulintas (pejalan kaki, truk, dan mobil), dan lalulintas
pada waktu tertentu.
21
Laporan Analisis
2013
Intensitas Aktivitas Tata Guna Lahan, semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang
tanah, semakin tinggipergerakan arus lalulintas yang dihasilkannya.
Pola Sebaran, Pola sebaran spasial dari ketiga jenis tata guna lahan ini sangat
berperan penting untuk menentukan pola sebaran perjalanan yaitu perjalanan orang
dan perjalanan barang, (Tamin,Perencanaan Pemodelan Transportasi).
Pola sebaran
yang memiliki porsi besar adalah adalah pola perjalanan orang. Pada pola perjalanan
orang, pusat kota menjadi hal yang sangat penting karena dari berbagi daerah akan
menuju ke pusat kota tersebut. Dalam hal ini, jarak
karena akan berpengaruh terhadap perjalanan orang menuju pusat kota tersebut. Pola
perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh aktivitas produksi dan konsumsi, yang
sangat tergantung pada pola sebaran tata guna lahan permukiman dan tata guna lahan
perdagangan dan industri.
Pemilihan Rute
Proses pemilihan rute, pergerakan anatara dua zona untuk moda tertentu dibebankan
ke rute tertentu yang terdiri dari ruas jaringan jalan tertentu (Tamin, Perencanaan dan
Pemodelan
Transportasi).
Tujuan
dari
pemilihan
rute
pergerakan
adalah
mengalokasiakan setiap pergerakan antar zona kepada berbagai rute yang paling
sering digunakan untuk seseorang begeraka dari zona asal ke zona tujuan. Pada sistem
transportasi, factor penentu utama dalam suatu pemilihan rute adalah waktu tempuh,
nilai waktu, biaya perjalanan, dan biaya operasi kendaraan.
Sistem Transportasi
Dalam transportasi
Miro, 1997) meliputi : prasarana ( jalan dan terminal ), sarana ( kendaraan ), sistem
pengoperasian.
dan sistem transportasi mikro. Sistem transportasi mikro dapat diliha dalam bagan di
bawah ini
22
Laporan Analisis
2013
Gambar Sistem Transportasi Mikro
Sistem
Jaringan
Sistem
Kegiatan
Sistem
Pergerakan
Sistem Kelembagaan
atau
lingkungan
hunian
dan
tempat
kegiatan
yang
mendukung
yang
memberikan
pelayanan
dan
kesempatan
kerja
terbatas
untuk
23
Laporan Analisis
2013
mencakup
menyangkut
kualitas
manusia
yang
diharapkan
pada
melainkan juga
generasi
mendatang
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga.
b.
c.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan maupun perdcsaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.
d.
24
Laporan Analisis
2013
Laporan Analisis
2013
Lahan menyediakan sarana fisik sebagai tempat tinggal manusia dan berbagai
aktivitas sosial bagi manusia.
8. Fungsi peninggalan dan penyimpanan
Llahan merupakan media untuk menyimpan dan melindungi benda bersejarah
sebagai sumber informasi tentang masa lalu.
9. Fungsi penghubung spasial
Lahan menyediakan ruang untuk transportasi manusia serta pemindahan tumbuhan
dan binatang antara daerah terpencil dari suatu ekosistem alami.
Sedangkan peruntukan lahan yaitu upaya untuk merencanakan suatu penggunaan lahan
pada
kawasan
tertentu
untuk
fungsi-fungsi
khusus,
seperti
fungsi
perdagangan,
daya
berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kawasan lindung adalah
wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
26
Laporan Analisis
2013
BAB III
METODE PENDATAAN
1.
Hari/Tanggal
Tempat
Kesbangpol Kota
Surakarta
PU
BAPPEDA
BPN, PLN,
PDAM,
Disperindag,
Dishub, DKP,
Dinsosnakertrans
PU, Kecamatan,
BAPPEDA,
BPN, PLN,
PDAM
Keterangan
Survey ke kesbangpol dilakukan untuk mengurus
surat izin ke instansi lain. Setelah mendapat surat
izin dari kesbangpol, lalu masing-masing surat
diberikan kepada surveyor untuk dimasukkan ke
instansi terkait.
2.
3.
4.
BPS, Disperindag
KepatihanWetan,
Sudiroprajan,
Gandekan, Sewu,
Pucangsawit,
Jagalan,
Tegalharjo,
Jebres,
Mojosongo
Kelurahan
5.
6.
27
Laporan Analisis
NO.
2013
Hari/Tanggal
Tempat
Keterangan
7.
Kepatihan Kulon,
Purwodiningratan
data
dan
Bakosurtanal,
Dishub, DLLAJ,
Dinsosnakertrans
adalah
suatu
cara
pengumpulan
data
dengan
mengadakan
pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan
mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat),
pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan kondisi
objek.
28
Laporan Analisis
2013
untuk
mengetahui kebutuhan
informasi yang
spesifik
yang
adalah
observasi guna
lahan
eksisting.
Laporan Analisis
2013
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh orang lain dan tidak
dipersiapkan
untuk
kegiatan
penelitian,
tetapi dapat
digunakan
untuk
tujuan
penelitian. Bentuk data sekunder sendiri yaitu berupa peta, tabel, foto dan deskripsi.
a. Peta
Peta disini merupakan peta yang didapatkan dari RTRW ataupun instansi.
Merupakan alat yang di gunakan untuk mengetahui posisi sesuatu hal yang di
gambarkan di bidang datar. Di dalam peta dapat kita jumpai beberapa info seperti
tata guna lahan, posisi sarana dan prasarana hingga persebaran penduduk.
b. Tabel
Merupakan sebuah data yang tersusun berdasarkan kriteria tertentu. Di dalam
tabel dapat kita jumpai suatu hal secara terperinci.
c. Deksripsi
Merupakan sebuah gambaran umum dari suatu hal dengan cara penjabaran dan
berfungsi untuk menjelaskannya secara garis besar. Deskripsi dalam data sekunder
ini diambil dari dokumen yang didapat dari instansi terkait.
1.
Kebijakan
Dokumen
RTRW Kota
Surakarta
tahun 20112031
Deskripsi
Tabel
Foto
Data
Bentuk Data
Peta
Sektoral
Primer
No
Sekunder
Jenis
Data
Metode
Pengump
ulan data
Studi
dokumen
Studi
dokumen
Unit
Data
Tahun
Kota
20112031
Kota
20112031
Sumber /
Instansi
Analisis
Sektoral
BAPPEDA
Analisis
arahan
struktur
ruang
BAPPEDA
Analisis
program
pembangun
an terkait
Kecamatan
Jebres
30
Laporan Analisis
2013
2.
3.
Fisik Dasar
Kependudu
kan
Deskripsi
Tabel
Foto
Data
Bentuk Data
Peta
Sektoral
Primer
No
Sekunder
Jenis
Data
Metode
Pengump
ulan data
Unit
Data
Tahun
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Kota
2011
Sumber /
Instansi
Data
penggunaan
lahan
Peta Morfologi
Studi
dokumen
Peta Topografi
Studi
dokumen
Kota
2011
BAPPEDA
Peta geologi
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPN
Peta hidrologi
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Peta daerah
rawan bencana
Data tingkat
pendidikan
penduduk
Data migrasi
penduduk
kecamatan
Analisis
Sektoral
Kecamatan
DPPKAD
BAPPEDA
Analisis
kemampua
n lahan
BPS
Kecamatan
BPS
Analisis
daerah
rawan
bencana
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPS
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPS
Data mata
penceharian
penduduk
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPS
Data
persebaran
penduduk
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Kecamatan,
BPS
Data
kepadatan
penduduk
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Kecamatan,
BPS
Data jumlah
penduduk
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPS
Analisis
Dinamika
Data jumlah
penduduk
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPS
Analisis
Proyeksi
Kecamatan
AnalisisStr
uktur
31
Laporan Analisis
2013
Data PDRB
kota dan
kecamatan
4.
Ekonomi
Data bahan
baku industri
5.
Deskripsi
Tabel
Unit
Data
Tahun
Sumber /
Instansi
Studi
dokumen
Kota
20072011
BPS,
Kecamatan
Keluraha
n
2011
Disperindag
Wawanc
ara
Kecamat
an
2011
Diperindag
Studi
dokumen
Kota
2011
BAPPEDA
Studi
dokumen
Kota
20072011
Kecamatan,
BPS
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Kecamatan,
BPS
Studi
dokumen
Kota
20072011
Kecamatan,
BPS
PDRB Kota
PDRB
Kecamatan
PDRB Kota
Metode
Pengump
ulan data
Studi
dokumen
,
Observas
i/Borang
Arahan
Struktur
Ruang
PDRB
Kecamatan
Sarana
dan
Prasarana
Data omset
dan pemasaran
hasil industri
Foto
Data
Bentuk Data
Peta
Sektoral
Primer
No
Sekunder
Jenis
Data
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Kecamatan,
BPS
Data jumlah
dan jenis
sarpras
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPS
Data
persebaran
sarpras
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPS
Data ketentuan
SPM
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Kecamatan,
BPS
Data proyeksi
penduduk
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPS
Analisis
Sektoral
Potensi
Pengemban
gan industri
pengolahan
, bahan
baku, dan
peluang
pemasaran
hasil
industri
Analisis
perkemban
gan
ekonomi
dan potensi
basis yang
akan
dikembang
kan
Analisis
kondisi
sektor
perdaganga
n
Analisis
jumlah dan
jenis
sarpras
Analisis
proyeksi
kebutuhan
sarpras
32
Laporan Analisis
2013
6.
Transportasi
Data jumlah
dan jenis
sarana
perdagangan
Data kondisi
sarana
perdagangan
Data SPM
sarpras
permukiman
Data jumlah
penduduk
Deskripsi
Tabel
Foto
Data
Bentuk Data
Peta
Sektoral
Primer
No
Sekunder
Jenis
Data
Metode
Pengump
ulan data
Unit
Data
Tahun
Sumber /
Instansi
Analisis
Sektoral
Analisis
jumlah dan
jenis sarana
perdaganga
n dan
analisis
kondisi
sarana
perdaganga
n
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Kecamatan,
BPS
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Kecamatan,
BPS
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Kecamatan,
BPS
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPS
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Kecamatan,
BPS
Analisis
kondisi
sarana
prasarana
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Kecamatan,
BPS
Analisis
persebaran
industri
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Kecamatan,
BPS
Analisis
sarpras
industri
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Kecamatan,
BPS
Analisis
bangkitan
dan tarikan
Observas
i
Kecamat
an
2011
Kecamatan
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Dishub
Data kondisi
sarana dan
prasarana
Data
persebaran
industri
Data ketentuan
SPM
Peta persebaran
industri dan
perdagangan
Trayek
angkutan
barang
Analisis
kebutuhan
sarpras
minimal
permukima
n
Analisis
pergerakan
bahan baku
33
Laporan Analisis
2013
Jumlah tenaga
kerja induatri
Data rute
trayek bus
perkotaan
7.
Tataguna
Lahan
Peta
persebaran
industri
Data
kemampuan
lahan
Peta
kegunaaan
lahan existing
Data
kemampuan
lahan
Peta lokasi
perdagangan
Arahan BWK
Data
Kepadatan
bangunan
Deskripsi
Tabel
Data trayek
angkutan
umum
Peta
kegunaaan
lahan existing
Foto
Data
Bentuk Data
Peta
Sektoral
Primer
No
Sekunder
Jenis
Data
Metode
Pengump
ulan data
Unit
Data
Tahun
Sumber /
Instansi
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Dishub/DLL
AJ
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
PU, Dishub
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Dishub
Studi
dokumen
Kota
2011
BAPPEDA
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPN
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BAPPEDA
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPN
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPN
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BAPPEDA
Studi
dokumen
Kota
2011
BPS
Kecamat
an
2011
Kecamatan
Angket,
Wawanc
ara,
Observas
Analisis
pergerakan
tenaga kerja
Analisis
persebaran
angkutan
umum di
kecamatan
jebres
Analisis
pengemban
gan lokasi
industri
BAPPEDA
Analisis
Sektoral
Analisis
ketersediaa
n lahan
Analisis
pengkonse
ntrasian
lokasi
perdaganga
n
Analisis
kepadatan
bangunan
34
Laporan Analisis
2013
Deskripsi
Tabel
Foto
Data
Bentuk Data
Peta
Sektoral
Primer
No
Sekunder
Jenis
Data
Metode
Pengump
ulan data
Unit
Data
Tahun
Sumber /
Instansi
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
Kecamatan,
BPS
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPN
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPN
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPS
Analisis
Sektoral
i/Borang
KDB, KLB,
dan GSB
Data
kemampuan
lahan
Peta
penggunaan
lahan eksisting
Data jumlah
penduduk
Data
kebutuhan
lahan per
orang
Peta
persebaran
industri
Data
kemampuan
lahan
Peta
penggunaan
lahan eksisting
Arahan BWK
Analisis
kesesuaian
lahan
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPN
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPS
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPN
Studi
dokumen
Kecamat
an
2011
BPN
Studi
dokumen
Kota
2011
BPS
Analisis
kebutuhan
lahan
Analisis
pengemban
gan lokasi
industri
35
Laporan Analisis
2013
Sektor
Input
Proses
Analisis arahan Struktur Ruang
1.
Dokumen
RTRW Kota
Surakarta
tahun 20112031
Kebijakan
2.
Fisik Dasar
data
klimatologi
data topografi
data geologi
data hidrologi
data bencana
alam
data
penggunaan
lahan
Output
Mengetahui arahan
dan program
pembangunan dari
pemerintah yang
medukung
pertumbuhan
Kecamatan Jebres
Teknik Analisis
Kualitatif
Kualitatif
Klasifikasi
kemampuan lahan
sebagai salah satu
faktor penentu dalam
proses pembangunan
maupun
pengembangan lahan
di Kecamatan Jebres
Kualitatif dan
Kuantitatif
Klasifikasi daerah
rawan bencana di
Kecamatan Jebres
Kualitatif
Kuantitatif
Persebaran penduduk
belum merata
Kuantitatif
3.
peta daerah
rawan bencana
Data Penduduk
Usia Produktif
Data Mata
Pencaharian
Penduduk
Data Tingkat
Pendidikan
Penduduk
Kependudu
kan
Data Jumlah
Penduduk
Data Migrasi
Penduduk
36
Laporan Analisis
No.
Sektor
2013
Input
Data Tingkat
Kepadatan
Penduduk
Data Penduduk
Usia Produktif
Data Mata
Pencaharian
Penduduk
Data Tingkat
Pendidikan
Penduduk
Data Jumlah
Penduduk
Proses
Teknik Analisis
Kuantitatif
Mata pencaharian
penduduk Kecamatan
Jebres didominasi
oleh buruh industri
Kuantitatif
Kuantitatif
Sektor Basis,
Unggulan dan
potensial yang cocok
untuk dikembangkan
Kualitatif dan
Kuantitatif
Kondisi sektor
perdagangan
Kualitatif
Data PDRB
Kecamatan
Data PDRB Kota
Output
4.
Ekonomi
Data PDRB
Kecamatan
Data PDRB Kota
37
Laporan Analisis
No.
Sektor
2013
Input
Proses
Langkah analisis :
Output
Teknik Analisis
Kecamatan Jebres
Data PDRB
Kecamatan
Data PDRB Kota
Data Sumber
Daya Alam
Data Bahan Baku
Produksi
Data Omset dan
Pemasaran hasil
industri
Data Arahan
Struktur Ruang
Kecamatan Jebres
Potensi
pengembangan
industri Kecamatan
Jebres
Kualitatif
Peluang pemasaran
hasik industri
5.
Sarana dan
Prasarana
Data proyeksi
penduduk,
ketentunan SPM
Perkembangan sarana
perdagangan dan
penambahannya di
kecamatan jebres
Teknik kuantitatif
Teknik kuantitatif
Teknik kuantitatif
dan teknik kualitatif
38
Laporan Analisis
No.
Sektor
2013
Input
Proses
jangkauan sarana perdagangan
Menghitung kebutuhan sarana
perdagangan
Observasi untuk mengetahui
kondisi sarana perdagangan
eksisting
Mengidentifikasi kecenderungan
sarana perdagangan di kecamatan
Jebres
Analisis kebutuhan sarpras minimal
permukiman
Output
Teknik Analisis
Data standar
pelayanan
minimum sarpras
permukiman,
jumlah penduduk
Data persebaran
industri
Kebutuhan sarana
dan prasarana
penunjang
permukiman agar
permukiman tidak
hanya terkonsentrasi
di jebres selatan
Teknik kuantitatif
dan teknik kualitatif
Penilaian kondisi
sarana dan prasaraana
kecamatan jebres,
untuk menentukan
performa fasilitas
yang ada di Jebres
Utara dan Selatan
Kualitatif
Kesesuaian industri
dengan kebijakannya.
Kualitatif
Sarana prasarana
yang harus
terbangun.
Kuantitatif
Kecamatan Jebres
bagian selatan
memiliki daya tarik
yang besar dalam
suatu tarikan
pergerakan.
Kualitatif
Kebijakan
Memetakanpersebaranindustri
Membandingkandenganarahan
Standar Pelayanan
Minimum
6.
Transportasi
Jangkauan pelayanan
angkutan umum yang
ada di Kecamatan
Kualitatif
39
Laporan Analisis
No.
Sektor
2013
Input
Kecamatan Jebres
Proses
1.
2.
2.
7.
Tata Guna
Lahan
Peta Rute
Trayek
Angkutan
Barang di
Kecamatan
Jebres
Peta Persebaran
Industri dan
Perdagangan
Kecamatan
Jebres
Peta pesebaran
industri, Data
kemampuan lahan,
Peta penggunaan
lahan
eksisting,Arahan
BWK
Teknik Analisis
Jebres belu
seluruhnya melayani
daerah ini, pelayanan
yang sudah ada masih
terpusat pada Jebres
bagian selatan yang
memiliki banyak
pusat aktivitas.
Output
Pergerakan tenaga
kerja yang ada di
Kecamatan Jebres
masih terkonsentrasi
pada jaringan jalan
yang ada di Jebres
bagian selatan.
Kualitatif
Pergerakan bahan
baku yang ada di
Kecamatan Jebres
masih belum optimal
bila melihat aktivitas
ekonomi yang ada di
kecamatan ini tidak
hanya ada di Jebres
bagian selatan.
Kualitatif
Kualitatif, kuantitatif
Mengeidentifikasi persebaran
industri dan perdagangan yang ada
di Kecamatan Jebres mealalui;peta
persebaran industri dan
perdagangan Kecamatan Jebres.
2. Menganalisis pergerakan angkutan
barang dan peti kemas yang
melalui Kecamatan Jebres dengan
menggunakan peta rute trayek
angktan barang dan peti kemas.
3. Mengaitkan persebaran industri
dan perdagangan di Kecamatan
Jebres dengan rute trayek
angkutan barang dan peti kemas.
Analisis pengembangan lokasi industri.
-
40
Laporan Analisis
No.
Sektor
2013
Input
Data kemampuan
lahan, Peta
penggunaan lahan
eksisting
Peta lokasi
perdagangan,
Arahan BWK
Proses
Data kemampuan
lahan, Peta
penggunaan lahan
eksisting
Data jumlah
penduduk, Data
kebutuhan lahan
per orang
Teknik Analisis
Lokasi ketersediaan
lahan untuk
pembangunan
Kuantitatif, kualitatif
Data kepadatan
penduduk, Peta tata
guna lahan
eksisting
Output
Pengkonsentrasian
lokasi perdagangan
untuk
mempertahankan
kondisi eksisting
perdagangan yang
ada di Jebres Selatan
Arahan pengaturan
bangunan guna
mengendalikan
pertumbuhan
kawasan hunian
Kuantitatif, kualitatif
Kesesuaian
penggunaan lahan
berdasarkan kelas
kemampuan lahan
Kualitatif,
Kuantitatif
Kebutuhan lahan
penduduk Kecamatan
Jebres terhadap lahan
permukiman
Kuantitatif
Menghitung arahanpolaruang
(lindung-budidaya),
arahanrasiotutupan,
arahanketinggianbangunan,
danperkiraandayatampunglahan
berdasarkan hasil analisis
kemampuan lahan.
Membandingkan hasil analisis
diatas dengan peta penggunaan
lahan Kecamatan Jebres.
Analisis kebutuhan lahan.
-
41
Laporan Analisis
No.
Sektor
2013
Input
Peta pesebaran
industri, Data
kemampuan lahan,
Peta penggunaan
lahan
eksisting,Arahan
BWK
Proses
Output
Teknik Analisis
Kualitatif, kuantitatif
42
Laporan Analisis
2013
BAB IV
ANALISIS
Proses
Analisis arahan struktur ruang
terkait Kecamatan Jebres
Analisis program
pembangunan terkait
Kecamatan Jebres
Output
Mengetahui arahan dan program
pembangunan dari pemerintah
yang mendukung pertumbuhan
Kecamatan Jebres
43
Laporan Analisis
2013
Ekonomi
TGL
(Pola Ruang dan
Struktur Ruang)
Program
Pemantapan Kawasan
Industri, Pembagian
Fungsi Kawasan
Industri, Penataan
Kawasan Industri, dan
Pengendalian Dampak
Lingkungan di
Kawasan BWK V
Lingkup Wilayah
Pelaksanaan
BWK V :
Kel.Jebres,
Kel.Tegalharjo,
Kel.Jagalan,
Kel.Purwodiningratan,
Kel.Pucangsawit
2011-2015
Sedang dalam proses
pelaksanaan
Pengembangan
Kawasan Perdagangan
dan Jasa
Semua kelurahan di
Kecamatan Jebres
2011-2030
Sedang dalam proses
pelaksanaan
Rehabilitasi / relokasi
kawasan rawan
bencana BWK I, BWK
V (Sempadan Sungai
Bengawan Solo dan
wilayah yang
berpotensi rawan
genangan)
BWK I :
Kel.Sudiroprajan,
Kel.Gandekan,
Kel.Sewu
BWK V :
Kel.Jebres,
Kel.Tegalharjo,
Kel.Jagalan,
Kel.Purwodiningratan,
Kel.Pucangsawit
2011-2015
Sudah hampir selesai
pelaksanaannya
Perwujudan Kawasan
Lindung (Pengawasan
dan Pengendalian Penataan dan
Rehabilitasi, dsb)
Pengembangan
Kawasan Wisata
(Penataan dan
Pengembangan)
Pengembangan
Perumahan /
Permukiman (BWK IV
dan BWK V)
Sarana-Prasarana
Pengembangan
Kawasan Pendidikan:
BWK V (UNS, Techno
Park)
Pengembangan Sistem
2011-2030
Sedang dalam proses
pelaksanaan
2011-2030
2011-2030
44
Laporan Analisis
Sektor
Transportasi
2013
Program
Air Limbah
(Pembangunan IPAL
Industri, Pembangunan
Saluran penampung
buangan Rumah
Tangga sewerage
system dan
Pembangunan IPAL
domestik, dll)
Pengembangan Fungsi
Jalan Sekunder (Jl.
Kol. Sutarto)
Pembangunan jalan
akses rencana tol dan
jalur lingkar
Pengembangan Jalan
Kolektor Primer
(Pengembangkan ruas
baru sebagai jalan
kolektor primer, yaitu
di sepanjang tanggul
Bengawan Solo)
Penyediaan Terminal
(Terminal Barang dan
Terminal Tipe A di
Mojosongo)
Lingkup Wilayah
Kecamatan Jebres
Kel. Jebres
Kel. Mojosongo
Kel. Jebres,
Kel.Pucangsawit,
Kel.Sewu
Kel. Jebres,
Kel.Mojosongo
Pelaksanaan
2011-2015
2013-2017
2013-2017
2011-2015
45
Laporan Analisis
2013
Laporan Analisis
2013
Kesimpulan :
Kebijakan dari pemerintah kota yang ada sudah mendukung dalam adanya percepatan
pembangunan Jebres bagian utara sesuai dengan isu strategis dalam RTRW Kota Surakarta
yaitu pemerataan pembangunan ke arah Surakarta bagian utara, sehingga dapat tercipta
pemerataan dan keseimbangan pembangunan antara Jebres bagian selatan dengan utara.
4.2 Analisis Fisik Dasar
Analisis fisik dasar terdiri dari 2 analisis, yaitu analisis kemampuan lahan dan analisis
daerah rawan bencana. Untuk mencapai analisis kemampuan lahan, harus dilakukan 8
analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terlebih dahulu,
lahan morfologi, satuan kemampuan lahan kemudahan dikerjakan, satuan kemampuan lahan
kestabilan lereng, satuan kemampuan lahan kestabilan pondasi, satuan kemampuan lahan
ketersediaan air, satuan kemampuan lahan
data klimatologi
data topografi
data geologi
data hidrologi
data bencana alam
data penggunaan lahan
4.2.1
Proses
analisis SKL morfologi
analisis SKL kemudahan
dikerjakan
analisis SKL kestabilan lereng
analisis SKL kestabilan pondasi
analisis SKL ketersediaan air
analisis SKL terhadap erosi
analisis SKL untuk drainase
analisis SKL terhadap bencana
analisis kemampuan lahan
Analisis daerah rawan bencana
(SKL terhadap bencana)
Output
Klasifikasi kemampuan lahan
sebagai salah satu faktor
penentu dalam proses
pembangunan maupun
pengembangan lahan di
Kecamatan Jebres
47
Laporan Analisis
2013
Tabel 4.4 Hasil Analisis SKL Morfologi
Kelurahan
Nilai
SKL Morfologi
Kemampuan lahan
morfologi rendah
Kemampuan lahan
morfologi rendah
Kemampuan lahan
morfologi rendah
Kemampuan lahan
morfologi rendah
Kemampuan lahan
morfologi rendah
dari
Potensi Pengembangan
Kepatihan Kulon
4,8
Kepatihan Wetan
4,8
Sudiroprajan
4,8
Gandekan
4,8
Sewu
4,8
Pucangsawit
4,8
Jagalan
4,8
Purwodingratan
4,8
Tegalharjo
4,8
Jebres
4,4
Mojosongo
4,4
dari
dari
dari
dari
48
Laporan Analisis
2013
Kelurahan Jebres dan Mojosongo memiliki kemampuan lahan morfologi yang berbeda
dari 9 kelurahan lain yang ada di Kecamatan Jebres, oleh karena itu hal ini perlu
diperhatikan
dalam pengembangan
potensi wilayah
tersebut
agar
sesuai dengan
kemampuan lahannya.
b. SKL Kemudahan dikerjakan
Tujuan dari Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan adalah untuk mengetahui tingkat
kemudahan lahan di suatu wilayah untuk digali bagi keperluan pengembangan. Berikut
hasil analisis satuan kemampuan lahan kemudahan dikerjakan berdasarkan PerMen PU
No.20/PRT/M/2007 :
Tabel 4.5 Hasil Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan
Kelurahan
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Nilai
SKL Kemudahan
Potensi Pengembangan
4,8
4,8
4,8
4,8
4,8
Kemudahan tinggi
Kemudahan tinggi
Kemudahan tinggi
Kemudahan tinggi
Kemudahan tinggi
49
Laporan Analisis
Kelurahan
2013
Nilai
SKL Kemudahan
Potensi Pengembangan
Pucangsawit
Jagalan
Purwodingratan
Tegalharjo
4,8
4,8
4,8
4,8
Kemudahan tinggi
Kemudahan tinggi
Kemudahan tinggi
Kemudahan tinggi
Jebres
4,4
Kemudahan cukup
Mojosongo
4,4
Kemudahan cukup
Kelurahan Jebres dan Mojosongo memiliki nilai kemudahan dikerjakan yang berbeda dari
9 kelurahan lain yang ada di Kecamatan Jebres, hal ini nantinya akan mempengaruhi
intensitas pengembangan di 2 kelurahan tersebut karena memiliki tingkat efisiensi dan
efektifitas yang lebih rendah untuk dikerjakan dibandingkan kelurahan lain.
50
Laporan Analisis
2013
dari Analisis
SKL
Kestabilan
Lereng
adalah
untuk
mengetahui tingkat
kemantapan lereng wilayah didalam menerima beban. Berikut hasil analisis satuan
kemampuan lahan kestabilan lereng berdasarkan PerMen PU No.20/PRT/M/2007 :
Nilai
SKL Kestabilan
Lereng
Kestabilan Lereng
Tinggi
Kestabilan Lereng
Tinggi
Kestabilan Lereng
Tinggi
Kestabilan Lereng
Tinggi
Kestabilan Lereng
Tinggi
Potensi Pengembangan
Kepatihan Kulon
3,6
Kepatihan Wetan
3,6
Sudiroprajan
3,6
Gandekan
3,6
Sewu
3,6
Pucangsawit
3,6
Jagalan
3,6
Purwodingratan
3,6
Tegalharjo
3,6
Jebres
3,2
Kestabilan Lereng
Sedang
Mojosongo
3,2
Kestabilan Lereng
Sedang
Kestabilan Lereng
Tinggi
Kestabilan Lereng
Tinggi
Kestabilan Lereng
Tinggi
Kestabilan Lereng
Tinggi
51
Laporan Analisis
2013
dari Analisis
mengetahui tingkat
Nilai
Kepatihan Kulon
2,75
Kepatihan Wetan
2,75
Sudiroprajan
2,75
Gandekan
2,75
Potensi Pengembangan
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
52
Laporan Analisis
2013
Sewu
2,75
Pucangsawit
2,75
Jagalan
2,75
Purwodingratan
2,75
Tegalharjo
2,75
Jebres
2,25
Mojosongo
2,25
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Kestabilan pondasi tinggi : wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan apa
saja atau untuk segala jenis pondasi.
Kestabilan pondasi kurang : wilayah tersebut kurang stabil, namun mungkin untuk
jenis pondasi tertentu bisa lebih stabil.
53
Laporan Analisis
2013
Kestabilan pondasi rendah : wilayah tersebut kurang stabil untuk berbagai bangunan.
Semua kelurahan di Kecamatan Jebres memiliki tingkat kestabilan pondasi kurang,
hal ini perlu diperhatikan dalam proses pembangunan pondasi karena tidak semua
jenis pondasi cocok untuk wilayah ini.
e. SKL Ketersediaan air
Tujuan dari Analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan
air dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna pengembangan
kawasan. Berikut hasil analisis satuan kemampuan lahan ketersediaan air berdasarkan
PerMen PU No.20/PRT/M/2007 :
Tabel 4.8 Hasil Analisis SKL Ketersediaan Air
Kelurahan
Nilai
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
2,66
2,66
2,66
2,66
2,66
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Pucangsawit
2,66
Sedang
Jagalan
Purwodingratan
Tegalharjo
2,66
2,66
2,66
Sedang
Sedang
Sedang
Jebres
2,5
Rendah
Mojosongo
2,5
Rendah
54
Laporan Analisis
2013
Tujuan dari Analisis SKL Erosi adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang mengalami
keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi serta
antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Berikut hasil analisis satuan
kemampuan lahan terhadap erosi berdasarkan PerMen PU No.20/PRT/M/2007 :
Tabel 4.9 Hasil Analisis SKL Terhadap Erosi
Kelurahan
Nilai
SKL Erosi
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
4,4
4,2
4,2
Gandekan
Sewu
4,2
4,2
55
Laporan Analisis
2013
Kelurahan
Nilai
SKL Erosi
Pucangsawit
Jagalan
4,2
4,4
Purwodingratan
4,4
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo
4,2
4
4
Nilai
SKL Drainase
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
2
2
2
2
2
Drainase Rendah
Drainase Rendah
Drainase Rendah
Drainase Rendah
Drainase Rendah
Pucangsawit
Drainase Rendah
Jagalan
Purwodingratan
2
2
Drainase Rendah
Drainase Rendah
Tegalharjo
Drainase Rendah
Jebres
2,33
Drainase Rendah
Mojosongo
2,33
Drainase Rendah
56
Laporan Analisis
2013
lahan
dalam
menerima
bencana
alam
untuk
menghindari/mengurangi
Tingkat Kerawanan
Banjir
Nilai
Rawan
Rawan
Rawan
Sangat rawan
Sangat rawan
Sangat rawan
Sangat rawan
Rawan
4
4
4
5
5
5
5
4
57
Laporan Analisis
2013
Kelurahan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo
Tingkat Kerawanan
Banjir
Nilai
Tidak rawan
Kurang rawan
Kurang rawan
1
2
2
semua
wilayah
di Kecamatan
jebres
merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana banjir. Kecamatan Jebres menjadi
salah satu wilayah rawan banjir karena dilewati DAS Bengawan Solo dari sebelah
utara hingga selatan.
i.
Setelah mendapatkan hasil dari 8 analisis satuan kemampuan lahan, barulah bisa
dilakukan analisis kemampuan lahan. Analisis kemampuan lahan dilakukan dengan cara
menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan kemampuan lahan,
sehingga diperoleh kisaran nilai yang menunjukkan nilai kemampuan lahan wilayah.
58
Laporan Analisis
2013
Berikut hasil analisis kemampuan lahan untuk drainase berdasarkan PerMen PU No.20/PRT/M/2007 :
Tabel 4.12 Hasil Analisis Kemampuan Lahan
SKL
Morfologi
SKL
Kemudaha
n
SKL
Lereng
SKL
Pondasi
SKL
Air
SKL
Drainase
SKL
Erosi
SKL
Bencana
Kemampuan Lahan
Bobot : 5
Bobot : 1
Bobot : 5
Bobot :
3
Bobot :
5
Bobot : 3
Bobot
:5
Bobot :
5
Total
Nilai
Kelas
4,8
4,8
3,6
2,75
2,66
4,4
116.35
Budidaya
4,8
4,8
3,6
2,75
2,66
4,2
115.35
Budidaya
4,8
4,8
3,6
2,75
2,66
4,2
115.35
Budidaya
4,8
4,8
4,8
4,8
3,6
3,6
2,75
2,75
2,66
2,66
2
2
4,2
4,2
5
5
120.35
120.35
D
D
Budidaya
Budidaya
Pucangsawit
4,8
4,8
3,6
2,75
2,66
4,2
120.35
Budidaya
Jagalan
4,8
4,8
3,6
2,75
2,66
4,4
121.35
Budidaya
4,8
4,8
3,6
2,75
2,66
4,4
116.35
Budidaya
4,8
4,8
3,6
2,75
2,66
4,2
100.35
Budidaya terbatas
Jebres
4,4
4,4
3,2
2,25
2,5
2,33
98.64
Budidaya terbatas
Mojosongo
4,4
4,4
3,2
2,25
2,5
2,33
98.64
Budidaya terbatas
Kelurahan
Kepatihan
Kulon
Kepatihan
Wetan
Sudiropraja
n
Gandekan
Sewu
Purwodingr
atan
Tegalharjo
Potensi
pengembangan
Laporan Analisis
2013
Klasifikasi :
32-58
59-83
84-109
110-134
135-160
:
:
:
:
:
kelas
kelas
kelas
kelas
kelas
A kemampuan
B kemampuan
C kemampuan
D kemampuan
E kemampuan
pengembangan
pengembangan
pengembangan
pengembangan
pengembangan
sangat rendah Peruntukan ruang dengan fungsi lindung, atau budidaya non-manusia
rendah Peruntukan ruang dengan fungsi budidaya terbatas
sedang Peruntukan ruang dengan fungsi budidaya terbatas
agak tinggi Peruntukan ruang dengan fungsi budidaya
tinggi Peruntukan ruang dengan fungsi budidaya
Laporan Analisis
2013
4.3.2
Proses
Output
Analisis struktur
penduduk
Analisis dinamika
penduduk
Analisis proyeksi
penduduk
Analisis Struktur
Analisis struktur kependudukan bertujuan untuk mengetahui komposisi penduduk
1) Persebaran Penduduk
Untuk mengetahui persebaran penduduk di kecamatan Jebres digunakan data jumlah
penduduk, data migrasi penduduk, dan data kepadatan penduduk. Data jumlah penduduk
kecamatan Jebres digunakan untuk mengetahui persebaran penduduk tiap kelurahan.
Tabel 4.14 Jumlah Penduduk Kecamatan Jerbres tahun 2007-2011
Jumlah
Kelurahan
2007
2008
2009
2010
2011
Kepatihan Kulon
2209
2930
2926
2930
2972
Kepatihan Wetan
3494
3080
3043
3050
3081
Sudiroprajan
4571
5014
5055
5037
5025
Gandekan
9460
9513
9469
9529
9548
Sewu
8396
7828
7763
7663
7537
Pucangsawit
14391
14084
14200
13903
13640
Jagalan
12633
12220
12299
12382
12443
Purwodiningratan
4584
5327
5428
5453
5449
Tegalharjo
6458
6096
6077
6078
6116
61
Laporan Analisis
2013
Jebres
33883
32461
32394
32112
32086
Mojosongo
43210
43694
44665
46256
47806
143289
142247
143319
144393
145703
JUMLAH
62
Laporan Analisis
2013
Datang
Pindah
Kepatihan Kulon
139
95
Kepatihan Wetan
67
45
Sudiroprajan
77
86
Gandekan
109
87
Sewu
160
308
Pucangsawit
347
632
Jagalan
289
217
Purwodiningratan
117
106
Tegalharjo
162
106
Jebres
615
733
2114
841
4196
3256
Mojosongo
JUMLAH
Laporan Analisis
2013
dari total penduduk kecamatan Jebres. Penduduk yang datang paling banyak berada di
kelurahan Mojosongo, yakni 2.114 orang.
Gambar 4.3 Persebaran Penduduk Pindah Kecamatan Jebres tahun 2011
Jumlah
Penduduk (jiwa)
Luas Wilayah
(Ha)
Kepadatan
(jiwa/Ha)
Kepatihan Kulon
2972
18
165
Kepatihan Wetan
3081
23
134
Sudiroprajan
5025
23
218
Gandekan
9548
35
273
64
Laporan Analisis
Kelurahan
Sewu
2013
Jumlah
Penduduk (jiwa)
Luas Wilayah
(Ha)
Kepadatan
(jiwa/Ha)
7537
49
154
Pucangsawit
13640
127
107
Jagalan
12443
65
191
Purwodiningratan
5449
37
147
Tegalharjo
6116
33
185
Jebres
32086
317
101
Mojosongo
47806
533
90
65
Laporan Analisis
2013
66
Laporan Analisis
2013
Gambar 4.6 Persebaran Penduduk Usia Produktif Kecamatan Jebres tahun 2011
67
Laporan Analisis
2013
3) Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan penduduk dibagi menjadi lima, yakni Pra KS, KS I, KS II, KS III, dan
KS III plus. Keluarga yang termasuk dalam Pra KS dan KS I tergolong menjadi keluarga
non-sejahtera, sedangkan keluarga yang termasuk dalam KS II, KS III, dan KS III plus
tergolong menjadi keluarga sejahtera.
Tabel 4.17 Tingkat Kesejahteraan Kecamatan Jebres
Kelurahan
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo
Jumlah
Kelurahan
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo
Jumlah
2007
419
356
621
1318
1228
1944
1880
635
943
3483
6678
19505
2007
242
256
248
719
657
1125
774
513
260
3257
2679
10730
2008
327
312
580
1309
1063
2080
1826
642
877
3681
6879
19576
Sejahtera
2009
385
332
584
1323
1052
2121
1842
614
853
3830
7603
20539
2010
385
332
586
1327
1053
2121
1846
614
854
3837
7607
20562
2011
385
332
586
1327
1053
2121
1846
614
854
3840
7610
20568
2008
269
274
287
752
741
1192
860
501
308
3166
2416
10766
Non-Sejahtera
2009
225
242
291
737
679
1026
866
538
329
3322
1951
10206
2010
225
242
296
694
679
1031
877
541
332
3330
1966
10213
2011
225
242
296
748
679
1031
877
541
332
3330
1995
10296
68
Laporan Analisis
2013
Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa jumlah keluarga sejahtera dari tahun ke tahun fluktuatif
cenderung meningkat sedangkan keluarga non-sejahtera dari tahun ke tahun fluktuatif
cenderung menurun.
Gambar 4.8 Persebaran Keluarga Sejahtera Kecamatan Jebres tahun 2011
69
Laporan Analisis
2013
Tidak
Sekolah
Belum
Tamat SD
Tidak
Tamat SD
Tamat SD
Tamat
SLTP
Tamat
SLTA
Tamat
Akademi/PT
Kepatihan Kulon
636
393
37
181
432
725
371
Kepatihan Wetan
380
340
20
592
573
352
369
Sudiroprajan
758
365
420
749
694
1190
563
Gandekan
1068
913
616
1786
1659
1569
879
Sewu
1897
403
398
588
1951
1112
150
Pucangsawit
160
1962
1870
2720
1850
2112
264
Jagalan
334
1782
559
3528
3107
1531
209
Purwodiningratan
250
641
322
1402
1131
868
89
Tegalharjo
1183
353
1083
1033
1224
577
219
Jebres
3068
1607
2427
5754
5255
8761
3169
Mojosongo
7485
5369
6166
5749
5084
5080
2643
17219
14128
13918
24082
22960
23877
8925
Jumlah
70
Laporan Analisis
2013
Dari data di atas bisa dilihat bahwa penduduk yang telah menempuh pendidikan tinggi
adalah 8.925 orang atau 6,13% dari seluruh penduduk kecamatan Jebres yang berjumlah
145.703 orang.
Gambar 4.10 Persebaran Penduduk Berpendidikan Tinggi Kecamatan Jebres tahun
2011
71
Laporan Analisis
2013
Pemilik
Usaha
Petani
Buruh
Industri
Buruh
Bangunan
Pedagang
Angkutan
PNS/TNI/
POLRI
Pensiunan
Kepatihan Kulon
49
347
67
206
114
112
48
Kepatihan Wetan
25
481
462
572
182
195
16
Sudiroprajan
706
293
321
478
326
354
349
Gandekan
71
693
818
936
792
890
771
Sewu
30
2516
711
261
43
60
68
Pucangsawit
350
960
664
520
301
456
342
Jagalan
86
574
240
133
47
192
92
Purwodiningratan
47
543
296
544
54
142
92
Tegalharjo
21
299
134
81
292
139
149
Jebres
441
4712
4663
616
134
946
607
Mojosongo
85
393
5215
7713
773
426
4557
1117
Jumlah
85
2219
16633
16089
5120
2711
8043
3651
Jumlah
2007-2008
-1042
-0,00727
2008-2009
1072
0,007536
2009-2010
1074
0,007494
2010-2011
1310
0,009072
Rata-rata
604
0,004208
22
72
Laporan Analisis
2013
Dari rumus di atas, dihasilkan perhitungan proyeksi penduduk kecamatan Jebres tahun
2033 adalah 159.805
Dari data-data di atas, dapat dianalisis bahwa jumlah penduduk kecamatan Jebres pada
tahun 2033 diproyeksikan mencapai 159.805 penduduk. Hal ini mengakibatkan ketersediaan
lahan di kecamatan Jebres untuk hunian semakin berkurang. Dibutuhkan langkah yang bisa
mendistribusikan penduduk yang kebanyakan memilih Jebres bagian selatan. Jika dilihat dari
persentase penduduknya, 67,19% penduduk bertempat tinggal di selatan, atau selatan
bertambah 9.476 penduduk pada 2033.
Kesimpulan Analisis Aspek Kependudukan:
Dari analisis yang dilakukan dari sektor kependudukan bisa dilihat bahwa kepadatan
penduduk di Jebres belum merata antara Jebres utara dan Jebres selatan. Kecamatan Jebres
memiliki potensi dari banyaknya penduduk usia produktif yang ada, selain itu kesejahteraan
penduduk fluktuatif cenderung meningkat dari awal tahun 2007 hingga tahun 2011.
Kelurahan yang memiliki jumlah keluarga sejahtera terbanyak adalah kelurahan Mojosongo,
sedangkan
kelurahan
yang
adalah
kelurahan Jebres. Dari tingkat pendidikan kelurahan Jebres memiliki jumlah penduduk
dengan
tingkat
penduduk kecamatan Jebres adalah buruh industri. Laju pertumbuhan penduduk kecamatan
Jebres fluktuatif cenderung naik, hingga didapat nilai r sebesar 0,004208. Dari nilai r tersebut
digunakan untuk menghitung proyeksi penduduk tahun 2033 dan didapatkan hasil 159.805
orang penduduk di tahun 2033.
4.3.4 Rekomendasi Aspek Kependudukan :
Diperlukan pendistribusian penduduk ke Jebres utara karena Jebres utara tingkat
kepadatannya masih rendah, sedangkan Jebres selatan tingkat kepadatannnya cukup tinggi.
Dari hasil proyeksi penduduk sendiri Jebres selatan diperkirakan akan bertambah 9.476
penduduk di tahun 2033, hal ini tentu akan menambah padat Jebres selatan sehingga perlu
dilakukan distribusi penduduk ke Jebres utara.
4.4 Analisis Aspek Ekonomi
Tabel 4.21 Kerangka Analisis Sektor Ekonomi
Input
Data PDRB Kecamatan
Data PDRB Kota
Proses
Analisis perkembangan ekonomi
dan potensi basis yang akan
dikembangkan
Output
Struktur Ekonomi, Sektor Basis,
Unggulan dan potensial yang cocok
untuk dikembangkan
73
Laporan Analisis
Input
Data PDRB Kecamatan
Data PDRB Kota
Data PDRB Kecamatan
Data PDRB Kota
Data Sumber Daya Alam
Data Bahan Baku Produksi
Data Omset dan Pemasaran hasil
industri
2013
Proses
Analisis kondisi sektor
perdagangan
Output
Kondisi sektor perdagangan
Kecamatan Jebres
4.4.1 Analisis Perkembangan Ekonomi Dan Potensi Basis Yang Akan Dikembangkan
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui tren perkembangan ekonomi Kecamatan
Jebres dengan cara mengetahui struktur dan dinamika perekonomian Kecamatan Jebres tahun
2007-2011. Selain itu analisis ini juga dimaksudkan untuk mengetahui sektor basis serta
komoditas unggulan, sektor basis tersebut dapat diketahui dengan menggunakan analisis LQ
(Location Quotient) dan Shift Share. Tujuan utama dari analisis ini secara umum adalah
untuk mengetahui potensi industri di Kecamatan Jebres.
Langkah analisis :
1. Mengidentifikasi struktur ekonomi Kecamatan Jebres
2. Mengidentifikasi Dinamika Perekonomian Kecamatan Jebres
3. Menentukan sektor basis dan unggulan menggunakan perhitungan LQ dan Shift-Share
4. Grafik LQ dan Pertumbuhan Bersih
5. Kesimpulan
1. Mengidentifikasi struktur ekonomi Kecamatan Jebres
Struktur dan dinamika perekonomian Kecamatan Jebres dapat diketahui melalui
PDRB Kecamatan Jebres atas Dasar Harga Konstan dengan rentang waktu 5 tahun yaitu
2007-2011 yang telah diolah terlebih dahulu. Perekonomian di Kecamatan Jebres terdiri dari
9 sektor lapangan usaha yaitu sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalihan, Industri
Pengolahan,
Perdagangan,
Listrik,
Pengangkutan dan Perhubungan, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta Jasa-jasa.
Apabila dilihat dari presentase tiap-tiap sektor terhadap perekonomian Kecamatan Jebres
pada grafik diatas, secara umum sektor Industri Pengolahan merupakan sektor yang menjadi
penyumbang utama yaitu sebesar 31,64%, sedangkan posisi kedua ditempati oleh sektor
Perdagangan, lalu disusul oleh sektor Bangunan dan Konstruksi. Hal ini jelas menunjukkan
74
Laporan Analisis
2013
bahwa industri pengolahan memiliki omset yang paling besar terhadap perekonomian
Kecamatan Jebres.
Selain dilihat dari PDRB selama satu tahun, struktur perekonomian Kecamatan Jebres
juga dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok sektor yaitu sektor primer, sekunder dan
tersier. Proporsi ketiga kelompok sektor tersebut dapat dilihat dari grafik berikut :
Gambar 4.11 Struktur Perekonomian Kecamatan Jebres Tahun 2011
75
Laporan Analisis
2013
Gambar 4.12 Perkembangan Kontribusi Sektor Ekonomi Kecamatan Jebres Tahun 2007-2011
kelompok sektor tersier sebesar 52,52%, tetapi mengalami penurunan sebesar 2,17% di tahun
2008 menjadi 50,35%. Menuju tahun 2009, dominasi sektor tersier naik kembali sebesar
0,34% menjadi 590,69%. Di tahun 2010 kelompok sektor tersier berjumlah 49,77% atau
mengalami penurunan sebesar 0,94% dari tahun sebelumnya, kemudian naik lagi sebesar
0,6% menjadi 50,37% di tahun 2011.
76
Laporan Analisis
2013
Meskipun demikian, dlilihat dari data PDRB yang sama, pada tahun 2007 sampai
tahun 2011 secara berturut-turut, sektor industri pengolahan, yang termasuk kelompok sektor
sekunder merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kecamatan
Jebres yang disusul oleh sektor Perdagangan serta sektor Konstruksi dan Bangunan. Dengan
kata lain, aktivitas ekonomi Kota Surakarta selama lima tahun dari tahun 2007 sampai tahun
2011 didominasi oleh kelompok sektor tersier dengan sektor dengan kontribusi terbesar
terhadap kelompok sektor adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor
dengan kontribusi terbesar terhadap PDRB dari tahun 2007-2011 adalah sektor industri
pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tren dominasi kelompok sektor Kota
Surakarta dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa dominasi sektor tersier mengalami
penguatan.
2. Mengidentifikasi Dinamika Perekonomian Kecamatan Jebres
Gambar 4.13 Pergeseran PDRB Kecamatan Jebres Atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2007-2011
77
Laporan Analisis
2013
menurut lapangan
usaha, periode 2007 sampai dengan 2011, dapat diketahui bahwa selama periode tahu 2007
sampai dengan tahun 2011 sektor perekonomian yang paling berkontribusi terhadap PDRB
adalah sektor industri pengolahan. Pada tahun 2007 sektor industri pengolahan memiliki
presentase sebesar 28,86% atau sebesar 262.548,86 juta rupiah. Sektor industri ini selama
kurun waktu 2007-2008 mengalami kenaikan sebesar 2,93% menjadi 31,79%. Memasuki
tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 2,49% menjadi 29,3%. Tetapi pada tahun
berikutnya yaitu tahun 2010, sektor ini kembali mengalami kenaikan sebesar 3,09% menjadi
32,39% lalu pada tahun 2011 mencapai 31,64% setara dengan 348.404,41 juta rupiah atau
mengalami penurunan sebesar 0,75% dari tahun 2010.
Sektor perekonomian yang mempunyai kontribusi besar kedua pada tahun 2007
sampai dengan tahun 2011 yaitu sektor perdagangan dengan kontribusi pada tahun 2007
sebesar 16,63% atau sebesar 151286.77 juta rupiah. Sektor ini selama tahun 2007 hingga
tahun 2011 terus menjadi sektor yang paling berkontribusi kedua bagi perekonomian di
Kecamatan Jebres dan terus mengalami peningkatan. Hingga tahun terakhir, yaitu tahun
2011, besar kontribusi sektor perdagangan terhadap perekonomian Kecamatan Jebres adalah
sebesar 23.91% atau setara dengan 263267.55 juta rupiah. Sektor perdagangan merupakan
sektor dengan pertumbuhan paling kuat karena terus mengalami peningkatan.
Sektor yang bersaing di posisi 3, 4 dan 5 ditempati oleh sektor Jasa-jasa, sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Bangunan dan Kontruksi. Ketiga
sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Pada tahun 2007 sampai tahun 2008,
Sektor Jasa-jasa dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan menempati posisi ke 3
dan 4. Pada tahun 2007-2009 sektor Jasa-jasa dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
memiliki persentasi yang sama yaitu 15,62% di tahun 2007, 14,88% di tahun 2008 dan 11,9%
di tahun 2009. Pada tahun 2009 terjadi perubahan struktur yaitu turunnya sektor Jasa-jasa dan
sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahan menjadi posisi ke 4 dan 5, sedangkan sektor
Bangunan dan Konstruksi naik ke posisi ke 3 dengan presentase sebesar 17,4 %. Memasuki
tahun 2010 kedua sektor tersebut mengalami penurunan. Pada tahun 2010 terjadi perubahan
struktur perekonomian yaitu sektor Pengangkutan dan Perhubungan yang sebelumnya pada
tahun 2007 sampai tahun 2009 menempati urutan ke 6, naik ke urutan 4 yaitu dengan
presentase sebesar 10,49%. Sedangkan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
serta sektor Jasa-jasa turun ke urutan 5 dan 6. Struktur tersebut bertahan sampai tahun 2011.
Kemudian
78
Laporan Analisis
2013
adalah sektor pertanian, pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih
dengan sektor pertanian yang menempati posisi terakhir yaitu dengan presentase 0,06% pada
tahun 2007
dan 0,05% pada tahun 2011. Hal ini dikarenakan Kecamatan Jebres tidak
menunjukkan
spesialisasi
relatif
(kemampuan)
wilayah
dalam
kegiatan
atau
2007
2011
Pertumbuhan
Pertanian
0.82
0.88
Konstan
1.49
1.06
1.49
1.23
2.47
1.30
1.24
1.13
Naik
Naik
Turun
Turun
Keterangan
Tetap, Sektor Non Basis
Tetap, Sektor Basis
Tetap, Sektor Basis
Tetap, Sektor Basis
Tetap, Sektor Basis
79
Laporan Analisis
2013
2007
2011
Pertumbuhan
Keterangan
0.64
0.47
1.58
1.29
0.88
1.08
0.84
0.54
Naik
Naik
Turun
Turun
Air Bersih,
80
Laporan Analisis
2013
lain, selain itu analisis ini melihat perkembangan dalam membandingkan besar aktivitas suatu
sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah.
Tabel 4.23 Rasio Komponen Kegiatan PDRB Kecamatan Jebres dan Kota Surakarta
No.
Komponen Kegiatan
SEKTOR
Ra
Ri
ri
1.
Pertanian
0.26
0.00
0.04
2.
0.26
-0.01
0.58
3.
Industri Pengolahan
0.26
0.12
0.33
4.
0.26
0.33
0.06
5.
0.26
0.36
0.19
6.
Perdagangan
0.26
0.30
0.74
7.
0.26
0.28
1.87
8.
9.
Jasa-jasa
0.26
0.26
0.33
0.28
-0.32
-0.48
0.26
0.26
0.21
TOTAL
81
Laporan Analisis
2013
ditempati sektor Pengangkutan dan Perhubungan yaitu sebesar 1,87. Hal ini dikarenakan
tingkat pertumbuhan sektor tersebut paling besar bila dibandingkan dengan sektor-sektor
lainnya, sedangkan nilai ri terkecil terdapat pada sektor Jasa-jasa yaitu sebesar -0,48.
Tabel 4.24 Besarnya Komponen Pertumbuhan Proporsional Sektor Ekonomi
Kecamatan Jebres Tahun 2007-2011
No.
SEKTOR
Komponen Pertumbuhan
Proporsional
PPij
% PPij
1.
Pertanian
-127.24
-25.32
2.
-154.08
-26.78
3.
Industri Pengolahan
-36344.07
-13.84
4.
2157.11
7.08
5.
13644.88
9.90
6.
Perdagangan
6782.04
4.48
7.
1037.34
2.46
8.
9.
Jasa-jasa
10939.12
2924.43
7.70
2.06
859.51
-32.28
TOTAL
merupakan
komponen
pertumbuhan
proporsional
sektor
untuk
wilayah
Kecamatan Jebres, Apabila PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah kabupaten
pertumbuhannya lambat sedangkan apabila PPij > 0, menunjukan bahwa sektor i pada
wilayah kabupaten pertumbuhannya cepat. PPij, merupakan hasil perhitungan antara nilai Ri
dikurangi dengan nilai Ra di tiap-tiap sektor, kemudian dikalikan dengan nilai PDRB di tiap
sektor di Kecamatan Jebres pada tahun 2007.
Berdasarkan tabel diatas,
memiliki laju
kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Subang terdapat pada Pertanian, Pertambangan dan
Penggalian, dan Industri Pengolahan. Sektor-sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang
lambat.
82
Laporan Analisis
2013
Sektor yang memiliki nilai pertumbuhan proporsi terbesar adalah Bangunan dan
Konstruksi yaitu mencapai 9,9%. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor Bangunan dan
Konstruksi mempunyai laju pertumbuhan yang cepat. Sektor Pertambangan dan Penggalian
memiliki persentase terkecil yaitu -26.78%, Hal ini dikarenakan sedikitnya kawasan
pertambangan dan penggalian di Kecamatan Jebres.
Tabel 4.25 Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kecamatan Jebres Tahun 2007-2011
No.
Komponen Pertumbuhan
Wilayah
SEKTOR
PPWij
1.
Pertanian
2.
3.
% PPWij
19.50
3.88
339.12
58.94
Industri Pengolahan
54637.76
20.81
4.
-8153.32
-26.74
5.
-22681.90
-16.45
6.
Perdagangan
66268.03
43.80
7.
66856.59
158.34
8.
9.
Jasa-jasa
-92772.20
-108112.69
-65.27
-76.06
-43599.12
101.25
TOTAL
pertumbuhan
sektor
perekonomian
digunakan
untuk
mengevaluasi
pertumbuhan sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan pada kurun waktu yang
telah ditentukan, dengan cara mengekspresikan persen perubahan komponen pertumbuhan
83
Laporan Analisis
2013
proporsional (PPij) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPWij). Pada sumbu horizontal,
terdapat PP sebagai absis, sedangkan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat.
Gambar 4.14 Profil Pertumbuhan Sektor Di Kecamatan Jebres
84
Laporan Analisis
2013
Tabel 4.26 Profil Pertumbuhan Sektor
Kuadran II (-,+)
Kuadran 1 (+,+)
Industri Pengolahan
Perdagangan
Kuadran IV(+,-)
bersangkutan merupakan wilayah lamban. Sektor di Kecamatan Jebres tidak ada yang masuk
dalam kriteria ini.
Kuadran IV (+,-) menunjukkan bahwa sektor ekonomi pada wilayah yang
bersangkutan pertumbuhannya lambat (PP<0), tetapi daya saingnya baik jika dibandingkan
wilayah lain (PPW>0). Sektor yang masuk dalam kriteria ini adalah sektor Listrik, Gas dan
85
Laporan Analisis
2013
Air Bersih, Bangunan dan Kondtruksi, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, Jasa-jasa
serta Pertanian.
Pada kuadran II dan kuadran IV terdapat garis miring yang membentuk sudut 45 o dan
memotong kedua kuadran tersebut.
sektor/wilayah
sedangkan
yang
dibawah
bersangkutan
garis
berarti
sektor/wilayah
sektor/wilayah
yang
yang
progresif
bersangkutan
(maju),
menunjukkan
komponen progresif (maju), sedangkan apabila PB< 0, maka pertumbuhan sektor i pada
wilayah kabupaten termasuk lamban. Berikut ditampilkan Tabel Pergeseran Bersih Kotor
Kecamatan Jebres.
Tabel 4.27 Pergeseran Bersih Kotor
No.
Komponen Pertumbuhan
Proporsional
PPij
PPWij
SEKTOR
Pergeseran
Bersih Sektor
Kesimpulan
1.
Pertanian
-127.24
19.50
-107.74
Lamban
2.
-154.08
339.12
185.04
Progresif
3.
Industri Pengolahan
-36344.07
54637.76
18293.69
Progresif
4.
2157.11
-8153.32
-5996.21
Lamban
5.
13644.88
-22681.90
-9037.02
Lamban
6.
Perdagangan
6782.04
66268.03
73050.07
Progresif
7.
8.
9.
Jasa-jasa
1037.34
66856.59
67893.92
Progresif
10939.12
2924.43
-92772.20
-108112.69
-81833.08
Lamban
-105188.26
Lamban
Laporan Analisis
2013
Berdasarkan tabel pertumbuhan bersih sektor diatas, sektor yang progresif atau maju adalah
sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, serta
Sektor Pengangkutan dan Jasa Perusahaan. Sedangkan sektor lain mengalami pertumbuhan
yang lambat.
4. Grafik LQ dan Pertumbuhan Bersih
Grafik ini merupakan grafik penggabungan antara nilai LQ dan Shift Share. Grafik ini
digunakan untuk mengetahui sektor mana yang merupakan unggulan, potensial, berkembang
maupun terbelakang dengan menggabungkan hasil analisis LQ dan Shift Share.
Gambar 4.15 Grafik LQ dan Pertumbuhan Bersih
dalam
kriteria
tersebut
adalah
sektor
Perdagangan,
Industri
pengolahan,
87
Laporan Analisis
2013
Sedangkan untuk sektor potensial sendiri didapatkan dari perhitungan LQ>1 dan
PB<0, menandakan bahwa sektor yang berada dalam kriteria tersebut merupakan sektor
basis, memiliki daya saing tinggi tetapi memiliki pertumbuhan yang lambat. Sektor yang
masuk dalam kriteria ini adalah sektor Pertanian, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan dan
Konstruksi, Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan, serta Jasa-Jasa.
5. Kesimpulan
Dari analisis-analisis diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan perekonomian di
Kecamatan Jebres didominasi oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, serta bangunan
dan konstruksi. Tetapi apabila dilihat dari stuktur dan dinamika ekonomi, sektor industri
pengolahan dan perdagangan merupakan sektor yang paling potensial dibandingkan dengan
sektor lain. Sedangkan berdasarkan analisis LQ, sektor yang merupakan sektor basis di
Kecamatan Jebres adalah sektor Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik,
Gas dan Air Bersih, Bangunan dan Konstruksi, serta Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan Shift-Share, sektor dengan laju pertumbuhan
cepat dengan daya saing tinggi adalah sektor Perdagangan serta sektor Pengangkutan dan
Perhubungan. Sedangkan berdasarkan penggabungan antara hasil LQ dan Shift-Share
didapatkan sektor unggulan dan potensial. Sektor unggulan meliputi sektor Perdagangan,
Industri Pengolahan, Pengangkutan dan Perhubungan, serta Pertambangan dan Penggalian.
Sektor selain sektor tersebut yaitu sektor Pertanian, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan
dan Konstruksi, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta Jasa-jasa merupakan sektor
potensial. Dari seluruh analisis tersebut secara umum sektor yang paling berkembang dan
berpontensi
di
Kecamatan
Jebres
adalah
sektor
Perdagangan,
Pengangkutan
dan
88
Laporan Analisis
2013
Sektor
Struktur
Dinamika
Pertanian
Proporsi sangat
rendah
Pertumbuhan kuat
Proporsi sangat
rendah
Pertumbuhan fluktuatif
Proporsi Tinggi
Pertumbuhan
fluktuatif, cenderung
naik
Proporsi rendah
Pertumbuhan
fluktuatif, cenderung
konstan
Proporsi sedang
Pertumbuhan
Fluktuatif cenderung
naik
Sektor basis
Perdagangan
Proporsi Tinggi
Pertumbuhan kuat
Proporsi sedang
Pertumbuhan kuat
Sektor basis
Proporsi rendah
Pertumbuhan
fluktuatif, cenderung
menurun
Proporsi rendah
Pertumbuhan
fluktuatif, cenderung
menurun
Industri Pengolahan
Jasa-jasa
LQ
Non basis
Shift-Share
Laju
pertumbuhan
lambat, Daya
saing tinggi
Sektor basis
Laju
pertumbuhan
cepat, Daya
saing rendah
Sektor basis
Laju
pertumbuhan
cepat, Daya
saing rendah
Sektor basis
Laju
pertumbuhan
lambat, Daya
saing tinggi
Laju
pertumbuhan
lambat, Daya
saing tinggi
Laju
pertumbuhan
cepat, daya
saing tinggi
Laju
pertumbuhan
cepat , Daya
saing tinggi
Laju
pertumbuhan
lambat, Daya
saing tinggi
Laju
pertumbuhan
lambat, Daya
saing tinggi
LQ
menunjukkan bahwa hasil dari analisis berupa potensi dari sektor. Semakin banyak blok hijau
dalam tabel menunjukkan bahwa semakin baik potensi sektor tersebut. Apabila dilihat dari
tabel diatas, kondisi perdagangan menunjukkan hasil yang baik atau potensial. Walaupun
sektor perdagangan bukan sektor basis dalam Kecamatan Jebres, tetapi apabila dilihat dari
hasil analisis diatas sektor perdagangan sangat berkembang di Kecamatan Jebres dan apabila
akan dikembangkan lebih lanjut akan menguntungkan.
89
Laporan Analisis
2013
Dari hasil analisis struktur ekonomi proporsi dari sektor perdagangan terhadap PDRB
Kecamatan Jebres cukup tinggi yaitu menempati urutan kedua sebesar 23,91 %. Dari hasil
analisis dinamika ekonomi, pertumbuhan sektor perdagangan dari tahun 2007 hingga tahun
2011 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
dari sektor perdagangan kuat. Sedangkan dari hasil analisis Shift-Share, sektor perdagangan
berada pada kuadran I yang berarti memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan daya saing
yang tinggi, sehingga cocok untuk dikembangkan.
3. Kesimpulan
Dari analisis ini kondisi sektor perdagangan Kecamatan Jebres walaupun bukan sektor
basis, tetapi termasuk sektor yang memiliki laju pertumbuhan cepat dan daya saing yang
tinggi sehingga apabila dikembangkan lebih lanjut berdasarkan kondisi tersebut akan
menguntungkan atau dapat meningkatkan perekonomian Kecamatan Jebres
4.4.3 Analisis Potensi Pengembangan Industri Pengolahan, Bahan Baku Dan Peluang
Pemasaran Hasil Industri Di Jebres Bagian Utara
Analisis ini berfungsi untuk mengetahui potensi pengembangan industri pengolahan,
bahan baku dan peluang pemasaran guna berkembangnya potensi Industri di Jebres Utara.
Input dari analisis ini adalah hasil perhitungan LQ dan Shift Share, Peta Tata Guna Lahan,
Data bahan baku industri serta peluang pemasaran hasil industri. Nantinya juga akan
digunakan rantai produksi dalam menganalisis asal bahan baku dan daerah pemasarannya
Langkah-langkah dalam analisis ini adalah :
1. Menganalisis potensi industri Kecamatan Jebres dari hasil perhitungan LQ dan Shift
Share
2. Mengidentifikasi Arahan Struktur Ruang Kecamatan Jebres
3. Analisis mata rantai produksi
4. Kesimpulan
90
Laporan Analisis
2013
1. Menganalisis potensi industri Kecamatan Jebres dari hasil perhitungan LQ dan Shift
Share
Tabel 4.29 Hasil Perhitungan LQ PDRB Kota Surakarta Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 dan 2011
HASIL PERHITUNGAN LQ PDRB KOTA SURAKARTA ATAS DASAR HARGA
KONSTAN MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2007 dan 2011
Lapangan Usaha
2007
2011
Pertumbuhan
Keterangan
Pertanian
0.82
0.88
Turun
1.49
1.06
1.49
1.23
0.64
0.47
1.58
1.29
2.47
1.30
1.24
1.13
0.88
1.08
0.84
0.54
Naik
Naik
Turun
Turun
Naik
Naik
Naik
Turun
91
Laporan Analisis
2013
Dari hasil perhitungan LQ diatas, sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor
basis di Kecamatan Jebres, dan menjadi salah satu sektor yang potensial. Sektor industri
pengolahan mampu memenuhi kebutuhan daerah lain selain daerah Kecamatan Jebres
sendiri. Sedangkan berdasarkan grafik profil pertumbuhan sektor berdasarkan perhitungan
Shift Share, industri pengolahan masuk dalam kuadaran II yaitu sektor yang memiliki laju
pertumbuhan yang cepat, prospeknya maju, tetapi belum dapat bersaing dengan sektor
industri Kecamatan lain. Tetapi walaupun begitu, sektor industri pengolahan ini masih bisa
dikembangkan karena termasuk sektor yang potensial.
2. Mengidentifikasi Arahan Struktur Ruang Kecamatan Jebres
Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui arahan pembangunan di Kecamatan
Jebres.
ditunjukkan peta
92
Laporan Analisis
2013
mengembangkan industri di Jebres Utara sudah sesuai dengan arahan struktur ruang yang
tersedia. Selain itu ini berarti industri cocok atau memiliki potensi untuk dikembangkan di
Jebres Utara.
3. Mata Rantai Produksi
Dalam mengidentifikasi mata rantai produksi ini dibutuhkan beberapa data antara lain
adalah data sumberdaya Kecamatan Jebres (diambil dari PDRB), data bahan baku industri,
data hasil produksi, serta daerah pemasaran. Data bahan baku industri sendiri berfungsi untuk
mengetahui darimana asal bahan baku industri berasal, apakah dari luar Kecamatan Jebres
apakah dari Kecamatan Jebres itu tersendiri. Sedangkan Data hasil produksi dan daerah
pemasaran berfungsi untuk melihat bagaimana omset hasil produksi di Jebres Utara
(Mojosongo) apabila dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan lain di Jebres Selatan.
Untuk data sumber daya alam sendiri diasumsikan berasal dari PDRB Kecamatan
Jebres. Data Sumberdaya ini berfungsi untuk mengetahui intensitas pemanfaatan SDA yang
dimiliki Kecamatan Jebres yang digunakan sebagai bahan baku untuk kegiatan industri.
Karena tidak adanya data jenis sumber daya alam yang ada di Kecamatan Jebres, maka
digunakan data PDRB menurut lapangan usaha Kecamatan Jebres dan Kota Surakarta yang
dapat menggambarkan jenis-jenis sumber daya alam.
Tabel 4.30 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan Kota Surakarta Per Kecamatan Tahun 2011 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha
Nilai
Pertanian
Tanaman bahan makanan
140,27
Kecamatan Jebres
Tanaman perkebunan
80,90
301,05
0,00
1,86
Total
524,08
0.00
0.00
Penggalian
908,46
Total
908,46
93
Laporan Analisis
2013
521,931.32
531,610.96
545,868.01
560,822.14
574,513.67
183,244.56
188,604.64
197,920.25
206,447.09
214,723.38
79,239.80
77,252.31
80,798.87
80,066.55
79,806.77
127,134.81
10,565.28
134,141.55
10,020.41
140,272.21
10,537.77
150,417.79
10,477.02
156,126.42
10,770.16
23,742.83
21,502.66
22,003.03
22,677.30
23,811.80
57,078.14
65,248.98
73,794.90
78,537.19
81,734.62
170,485.86
172,225.42
164,757.73
167,765.01
171,458.99
Sumber : BPS
Tabel 4.32 Data Bahan Baku Industri Kecamatan Jebres Tahun 2011
Industri
Mebel
Amplop
Baby set/Grito bayi
Bengel bubut
Gypsum
Percetakan
Buku
Daur ulang limbah
Pakaian
Konveksi
Garment
Kain perca
Kripik
Rambak
Roti
Sangkar burung
Serabi
Snack
Tape ketan
Telur asin
Tempat Lampu, meja , almari
Tempe
Teralis, kanopi
Tutup botol
Wayang kulit
Wingko babat/makanan
Hendy craft(perca batik)
Sandal 033
Sepatu selop pengantin
Batik
Batik warna alam
Susu kedelai
Bahan Baku
Kayu (Jati, Sengon, Akasia, Nangka), Triplek, Kayu Lapis
Kertas HVS, CD putih, Duplux
Kain , benang obras (sanggan)
Mesin bubut, boor milling, Logam
Kasting gypsum,solar
Kertas, tinta, bahan pembantu
Kertas HVS
Bungkus kemasan (kertas)
Kain (katun, tekstil, Rayon)
Kain Berbagai Jenis
Kain (sanggan)
Kain perca
Tepung, Telur,Minyak, Telur, bahan pelengkap
Tapioka, terigu, telur
Gandum,Mentega, Telur
Bambu,lem,kayu lapis/triplek
Tepung, telur, dll
Tepung, telur, dll
Ketan, ragi
Garam, telur, bubuk bata
Kayu Jati,sengon
Kedelai,ragi
Besi ornamen, besi beton
Daur ulang ldpe
Kulit kerbau, tanduk kerbau
Kelapa, ketan, gula
Batik perca
Kulit split,latek,karet,kardus,lem
Hak,lem,mutasi,kardus
Katun, malan, pewarna
Kain(seal slendang)
Kedelai
94
Laporan Analisis
Intip goreng
Kerajinan jok mobil/sova
Tahu
Sablon jasa
Sablon plastik
Ruji sangkar burung
Balon( mainan anak )
2013
Nasi, minyak goreng
Oskar
Kedelai
Kain Sudah jadi Potongan
Plastik, cat sablon
Bambu
Balon
95
Laporan Analisis
2013
Tabel 4.33 Hasil Produksi (Omset) Industri Kecil dan Menengah Jebres Utara Tahun 2011
Kelurahan
Mojosongo
Pucangsawit
Purwodiningratan
Industri
Pakaian
Intip goreng
Kerajinan jok mobil/sova
Tempe
Tahu
Sablon jasa
Sablon plastik
Sangkar burung
Roti
Rambak tepung
Ruji sangkar burung
Terima jahitan
Jumlah
Balon( mainan anak )
Konfeksi
Jumlah
Roti & cake
Jumlah
Jumlah
Industri
2
1
1
19
34
1
1
38
4
1
1
1
1
1
1
1,352,916,667
66,770,833
11,638,333
484,195,000
1,183,952,083
1,250,000
12,510,417
147,748,333
156,100,000
3,391,667
1,412,500
41,604,167
3,460,990,000
1,416,667
11,875,000
13,291,667
43,958,333
43,958,333
Pemasaran
DN
LN
96
Laporan Analisis
2013
Mata Rantai Produksi
4. Kesimpulan
Potensi pengembangan industri di Jebres Utara dapat lebih dioptimalkan karena
industri di kecamatan jebres merupakan salah satu sektor unggulan, merupakan sektor basis
yang memiliki laju pertumbuhan cepat.
Potensi pengembangan industri di Jebres Utara yang terbesar adalah dalam industri
pakaian dan industri tahu karena omset dari kedua industri itu adalah paling besar. Sedangkan
pemasarannya masih dalam lingkup dalam negeri.
Rekomendasi
97
Laporan Analisis
2013
pertumbuhan cepat.
Potensi pengembangan industri di Jebres Utara
adalah dalam industri pakaian dan industri tahu,
karena omset dari kedua industri itu adalah paling
besar. Sedangkan pemasarannya masih dalam lingkup
dalam negeri .
Kondisi sektor perdagangan Kecamatan Jebres
walaupun bukan sektor basis, tetapi termasuk sektor
yang memiliki laju pertumbuhan cepat dan Daya saing
yang tinggi sehingga apabila dikembangkan lebih
lanjut berdasarkan kondisi tersebut akan
menguntungkan atau dapat meningkatkan
perekonomian Kecamatan Jebres
Analisis jumlah dan jenis sarana dan prasana bertujuan untuk mengetahui kecukupan
sarana dan prasarana dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di kecamatan Jebres.Dengan
mengetahui kecukupan sarana dan prasarana yang ada diharapkan dapat mengatasi ketidak
merataan pembangunan antara jebres utara dan jebres selatan.
Kecamatan Jebres terdiri dari 11 kelurahan dimana setiap kelurahannya memiliki
sarana dan prasarana yang berbeda-beda.Berikut ini dijelaskan mengenai sarana prasarana
yang ada di tiap kelurahan di kecamatan Jebres
98
Laporan Analisis
2013
Persampahan
Jumlah penduduk
2011
145703
2033
159805
Eksisting
Kemampuan
Eksisting
proyeksi
Prasarana
15
1000 m
1200 m
-
99
Laporan Analisis
2013
puskemas atau balai pengobatan. Sedangkan untuk rumah sakit yang ada di kecamatan jebres
diasumsikan sudah terpenuhi.
Tabel 4.36 Proyeksi kebutuhan sarana kesehatan tahun 2033
TAHUN
JUMLAH
PENDUDUK
Eksisting
Kemampuan
Eksisting
2033
159805
proyeksi
PENAM BAHAN SARANA SAAT INI
2011
145703
BALAI
PENGOBATAN
5
50
6
-
53
45
6
-
RS
100
Laporan Analisis
2013
Gambar 4.18 Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan Jebres Kecamatan Jebres 2033
Keberadaan sarana
pendidikan di jebres masih banyak yang belum mencukupi baik dalam jenjang SD, SMP,
maupun SMA. Hanya perguruan tinggi saja yang diasumsikan cukup karena tidak ada
ketentuan standar pelayanannya di SPM.
101
Laporan Analisis
2013
102
Laporan Analisis
2013
SARANA PENDIDIKAN
JUMLAH
PENDUDUK
Eksisting
Kemampuan
Eksisting
2033
159805
Proyeksi
PENAMBAHAN SARANA SAAT INI
2011
145703
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
54
16
14
44
15
47
-
16
-
6
-
2
-
PT karena eksisting saat ini masih lebih banyak daripada proyeksi kebutuhan
103
Laporan Analisis
2013
Sarana Perdagangan
Perdagangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian.Maka
dari itu untuk menunjang agar perdagangan dapat berjalan maksimal diperlukan pula sarana
perdagangan yang baik.
Sarana perdagangan di Jebres utara belum dapat tercukupi, hanya di beberapa
kelurahan saja di jebres bagian selatan yang sudah tercukupi sarana perdagangannya. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari peta keterjangkauan sarana perdagangan di bawah ini:
2011
Sarana perdagangan
Jumlah
penduduk
145703
Pasar tradisional
Swalayan
Eksisting
12
Kemampuan
eksisting
25
104
Laporan Analisis
Tahun
2033
2013
Sarana perdagangan
Jumlah
penduduk
159805
Pasar tradisional
Proyeksi
Swalayan
27
13
kepatihan
ini menyebabkan
pelayanan akan kebutuhan sarana peribadatan berupa masjid belum dapat tercukupi.
105
Laporan Analisis
2013
Sarana Peribadatan
Jumlah
Penduduk
Eksisting
2011
145703
Kemampuan
Eksisting
2033
159805
Proyeksi
PENAMBAHAN SARANA SAAT INI
MASJID
GEREJA
PURA
KUIL/VIHARA
124
62
59
59
menyesuaikan
Menyesuaikan
63
-
63
-
menyesuaikan
-
Menyesuaikan
-
106
Laporan Analisis
2013
107
Laporan Analisis
2013
2011
JUMLAH
PENDUDUK
145703
22,6 Ha
LAPANGAN
OLAHRAGA
10,51 Ha
11,7 Ha
4,3 Ha
4,3 Ha
2,9 Ha
TAMAN
Eksisting
Kemampuan
Eksisting
TPU
108
Laporan Analisis
TAHUN
2013
SARANA RUANG TERBUKA
JUMLAH
PENDUDUK
LAPANGAN
OLAHRAGA
4,7 Ha
TAMAN
2033
159805
Proyeksi
PENAMBAHAN SARANA SAAT INI
4,7 Ha
-
TPU
3,2 Ha
-
109
Laporan Analisis
2013
ada beberapa wilayah di Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Jebres yang masih berada di
luar jangkauan pelayanan.
4.5.2 Analisis Kondisi Sarana Prasarana
Analisis ini digunakan untuk melihat bagaimana kondisi sarana prasarana yang ada di
Kecamatan Jebres. Berikut akan dibahas data kondisi sarana di Jebres Utara, data kondisi
sarana di Jebres Utara, dan prasarana di tiap-tiap kelurahan.
Tabel 4.41 Kondisi Sarana di Kecamatan Jebres bagian Utara
Jebres Utara
Jebres S elatan
S arana
Kondisi
Foto
Kondisi
Sarana
Kesehatan
Sarana
Pendidikan
Sarana
Perdagangan
Sarana
Peribadatan
Sarana
Ruang
Terbuka
Foto
110
Laporan Analisis
2013
Drainase
Persampahan
Air Bersih
Air Limbah
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo
Baik
Sedang
Baik
Buruk
Buruk
Baik
Sangat Buruk
Baik
Sedang
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sedang
Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat Buruk
Baik
Baik
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Baik
Sedang
Sedang
Sedang
Baik
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sangat Buruk
Sangat Buruk
Sedang
Buruk
Sedang
Sangat Buruk
Baik
Drainase
Persampahan
Air Bersih
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo
1
3
1
5
5
1
7
1
3
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
7
1
1
3
3
3
3
1
3
3
3
1
Air
Limbah
3
3
3
3
7
7
3
5
3
7
1
Total
Peringkat
6
8
8
12
16
14
12
10
10
12
10
11
9
9
3
1
2
3
6
6
3
6
111
Laporan Analisis
2013
Gambar 4.21 Kondisi Prasarana Kecamatan Jebres
112
Laporan Analisis
2013
Sarana Perdagangan
Perdagangan
merupakan
suatu
hal
yang
sangat
penting
dalam
kegiatan
perekonomian.Maka dari itu untuk menunjang agar perdagangan dapat berjalan maksimal
diperlukan pula sarana perdagangan yang baik.
standar
pelayanan
minimum maka
113
Laporan Analisis
2013
JUMLAH
PENDUDUK
TAHUN
Eksisting
PASAR
TRADISIONAL
5
SWALAYAN
12
2011
145703
Kemampuan
Eksisting
25
2033
159805
Proyeksi
27
13
Laporan Analisis
2013
Kesimpulan :
Persebaran sarana perdagangan masih belum merata antara jebres utara dan jebres
selatan. Meskipun jangkauan pelayanan sarana perdagangan sudah mencapai hampir semua
wilayah di jebres selatan, namun kebutuhan sarana perdagangan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di kecamatan jebres masih kurang.
4.5.4 Analisis Persebaran Industri
Sektor Industri merupakan salah sektor yang paling dominan di Kecamatan Jebres.
Sektor ini merupakan sektor yang memiliki kontribusi paling besar terhadap perekonomian
Kecamatan Jebres. Setiap kelurahan di Kecamatan Jebres memiliki banyak industri. Secara
umum industri di Kecamatan Jebres dibedakan menjadi Industri Besar, Industri Menengah,
dan Industri Kecil. Industri di Kecamatan Jebres sendiri sangat beragam jenisnya mulai dari
industri makanan, meubel, sangkar burung dan lain sebagainya. Pada analisis kali ini
ditujukan untuk mengetahui kesesuaian persebaran industri yang ada dengan arahannya.
Gambar 4.23 Persebaran Industri Kecamatan Jebres 2011
115
Laporan Analisis
2013
Dari gambar persebaran industri di Kecamatan Jebres tahun 2011 dapat dilihat bahwa
persebaran industri kecil banyak berada di Jebres bagian selatan sedangkan untuk industri
besar dan sedang hampir sama antara Jebres bagian Utara dan Jebres bagian Selatan.
Kesimpulan :
Arahan BWK IV sebagai industri di Jebres, Tegalharjo, Jagalan, Purwodiningratan,
Pucangsawit penempatannya sudah sesuai kebijakan. Namun, terdapat pula banyak Industri
di Mojosongo. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan kebijakan.
4.5.5 Analisis Sarpras Penunjang Industri
Pada sub isu tidak optimalnya pengembangan potensi industri di Jebres bagian utara
dilakukan analisis sarpras penunjang industri yang bertujuan untuk mengetahui sarana
prasarana minimal yang menunjang indutsri agar industri dapat berkembang dengan baik.
Dalam analisis ini data yang diperlukan yaitu luas penggunaan lahan industri Kecamatan
Jebres dan Standar Pelayanan Minimum Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Tabel 4.45 Perhitungan Kebutuhan Sarana Prasarana Penunjang Industri Kecamatan Jebres
Kelurahan
Luas
(Ha)
Industri
Tenaga
Kerja
(jiwa)
Listrik
(MVA)
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jebres
M ojosongo
0.12
0.7
0
0
1.73
11.13
5.34
0.08
0
4.55
1.3
3
2
9
25
26
18
48
18
7
32
72
11
63
0
0
156
1002
481
7
0
410
117
0.018
0.105
0
0
0.2595
1.6695
0.801
0.012
0
0.6825
0.195
0.066
0.385
0
0
0.952
6.122
2.937
0.044
0
2.503
0.715
Hunian
(unit)
16
95
0
0
234
1503
721
11
0
614
176
sarpras
mengetahui kebutuhan
minimal sarpras permukiman. Data yang diperlukan untuk analisis ini antara lain data standar
116
Laporan Analisis
2013
117
Laporan Analisis
2013
Tabel 4.46 Sarana Eksisting Di Kecamatan Jebres Tahun 2011
S ARANA KES EHATAN
KELURAHAN
S ARANA PENDIDIKAN
JUMLAH
S ARANA
PERDAGANGAN
S ARANA
PERIBADATAN
RS
B. PENGO
SD
S MP
S MA
PAS AR
S WALAYAN
MAS JID
GEREJA
TAMAN
LAP.
OR
TPU
KepatihanKulon
2972
KepatihanWetan
3081
Sudiroprajan
5025
Gandekan
9548
Sewu
7537
1,00 Ha
13640
0,20 Ha
11,50
Ha
Jagalan
12443
Purwodiningratan
5449
1,48 Ha
Tegalharjo
6116
16,75 Ha
6,03 Ha
2,00 Ha
Pucangsawit
Jebres
32086
M ojosongo
47806
1
1
0
1
1
1
12
14
5
1
6
1
0
1
3
2
42
48
18
13
5,85 Ha
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah sarana dan prasarana permukiman eksisting yang ada di Kecamatan Jebres. Dapat
dilihat adanya perbedaan jumlah sarana yang signifikan antara jebres utara dengan jebres selatan. Hal ini dikarenakan daerah di
jebres utara memiliki luas wilayah yang lebih besar dibanding daerah di jebres selatan sehingga jangkauan pelayanannya juga
banyak.
Laporan Analisis
2013
Tabel 4.47 Kebutuhan Sarana dan Prasarana Minimal Permukiman Kecamatan Jebres Tahun 2033
PRAS ARANA
KELURAHAN
S ARANA
PENDIDIKAN
S ARANA
PERDAGANGAN
S ARANA
PERIBADATAN
S ARANA RUANG
TERBUKA
JUMLAH
S AMPAH
AIR
BERS IH
RS
B.
PENGO
SD
S MP
S MA
PAS AR
S WALAYAN
MAS JID
GEREJA
TAMAN
LAP.
OR
TPU
KepatihanKulon
2972
20
148600
menyesuaikan
0,09
0,09
0,06
KepatihanWetan
3081
21
154050
menyesuaikan
0,09
0,09
0,06
Sudiroprajan
5025
34
251250
menyesuaikan
0,15
0,15
0,10
Gandekan
9548
64
477400
menyesuaikan
0,29
0,29
0,19
Sewu
7537
50
376850
menyesuaikan
0,23
0,23
0,15
Pucangsawit
13640
91
682000
menyesuaikan
0,41
0,41
0,27
Jagalan
12443
83
622150
menyesuaikan
0,37
0,37
0,25
Purwodiningratan
5449
36
272450
menyesuaikan
0,16
0,16
0,11
Tegalharjo
6116
41
305800
menyesuaikan
0,18
0,18
0,12
Jebres
32086
214
1604300
11
10
13
menyesuaikan
0,96
0,96
0,64
M ojosongo
47806
319
2390300
16
14
19
menyesuaikan
1,43
1,43
0,96
Laporan Analisis
2013
perdagangan terutama di jebres bagian utara. Sedangkan untuk jebres bagian selatan sarana
perdagangan yang sudah ada tetap terkonsentrasi di sepanjang jalan arteri maupun kolektor
tanpa adanya penambahan.
Dengan penambahan fasilitas atau sarana yang masih belum mencukupi standar
kebutuhan masyarakat, diharapkan dapat mengatasi perbedaan signifikan dalam pertumbuhan
kawasan hunian antara jebres utara dengan jebres selatan. Sarana yang akan ditambahkan
sebaiknya berada di kelurahan mojosongo maupun jebres, karena di dua kelurahan tersebut
120
Laporan Analisis
2013
masih kekurangan sarana kesehatan. Sedangkan untuk kelurahan lain yang belum mencukupi
kebutuhannya juga harus ditambahkan jumlah sarana dan prasarananya agar semua kelurahan
di kecamatan jebres dapat tumbuh dengan seimbang antara jebres utara dengan jebres
selatan.
satu tempat menuju ke tempat tujuan menggunakan system jaringan transportasi. Penduduk
Kecamatan Jebres pun juga memanfaatkan system jaringan jalan yang ada di dalamnya
sebagai wadah untuk melakukan perjalanan menuju tempat aktivitas aktivitas tertentu.
121
Laporan Analisis
2013
Dari peta tata guna lahan KecamatanJebres, dapat dilihat bahwa banyaknya kegiatan atau
aktivitas ekonomi berada pada Jebres bagian selatan. Jebres bagian Selatan menjadi tarikan
terbesar untuk pergerakan eksternal maupun internal. Karena tidak hanya aktivitas ekonomi
saja yang terdapat disana, namun juga sarana prasarana kesehatan dan pendidikan lebih
banyak di temui di Jebres Selatan. Jebres bagian utara yang sebagian besar didominasi oleh
kawasan permukiman menjadi bangkitan terbesar dalam pergerakan di Kecamatan Jebres.
122
Laporan Analisis
2013
123
Laporan Analisis
2013
Dari peta di atas dapat dilhat bahwa angkutan umum ( baik bus perkotaan maupun angkutan
kota) yang ada telah melayani daerah internal dan eksternal. Akan tetapi pelayanan angkutan
umum yang ada di Kecamatan Jebres belum merata. Terlihat jelas bahwa pelayanan angkutan
umum yang menjangkau Kelurahan Mojosongo belum sesuai dengan luas lahan yang ada.
Bis perkotaan yang ada menjangkau di Kelurahan Mojosongo hanya ada 3 trayek akan tetapi
yang masih aktif hanya tinggal satu saja. Hal yang berbeda tampak dari peta rute trayek
angkutan kota yang menunjukkan bahwa pelayanan angkutan kota ini sudah melayani secara
merata antara Jebres Utara dan Jebres Selatan. Dari kondisi ini terlihat jelas bahwa
persebaran angkutan umum di Kecamatan Jebres hanya terpusat pada Kecamatan Jebres
bagian selatan.
4.6.3 Analisis Pergerakan Tenaga Kerja yang Menggunakan Angkutan Umum dan Analisis
Pergerakan Bahan Baku.
Untuk analisis pergerakan tenaga kerja dapat dilihat dari tenaga kerja yang
menggunakan
angkutan
umum.
Hal
ini
dikarenakan
banyaknya
masyarakat
yang
menggunakan kendaraan pribadi. Untuk Kecamatan Jebres sendiri tenaga kerja yang memilih
menggunakan kendaraan pribadi dapat disebabkan angkutan umum yang melayani di
kecamatan ini belum sepenuhnya merata, contohnya di Kelurahan Mojosongo.
Di Kelurahan Mojosongo, sebagian penduduk yang merupakan tenaga kerja maupun
bukan tenaga kerja. Pola pergerakan tenaga kerja sebagian besar juga menggunakan jaringan
jalan yang menuju ke arah Jebres bagian selatan, karena sebagian besar lokasi industri dan
perdagangan berada pada Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo.
124
Laporan Analisis
2013
Dari peta di atas dapat dilihat bahwa pola pergerakan tenaga kerja mengikuti persebaran letak
industry yang ada di Kecamatan Jebres. Letak industry yang sebagian besar berada di
Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Jebres juga menjelasakan bahwa adanya trayek
angkutan umum ini menyesuaikan letak industry yang ada di Kecamatan Jebres. Sehingga
terlihat bahwa pergerakan tenaga kerja yang menggunakan angkutan umum juga sesuai
dengan rute angkutan umum yang melayani Kecamatan Jebres.
juga bahwa pola pergerakan tenaga kerja masih terpusat di Jebres Selatan, meskipun di Jebres
Utara sudah ada namun belum merata ke semua daerah di Jebres Utara.
125
Laporan Analisis
2013
Peta di atas menunjukkan bahwa pola pergerakan bahan baku yang ada di Kecamatan Jebres
sudah melayani baik Jebres Utara maupun Selatan. Pada peta juga tersebut menjelaskan
pergerakan bahan baku yang ada di Kecamatan Jebres masih menggunakan jaringan jalan
yang ada di Jebres bagian selatan. Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan lokasi
industry yang banyak berada pada Kelurahan Mojosongo. Meskipun juga tidak dapat
diabaikan bahwa Jebres bagian selatan juga memiliki perdagangan yang cukup besar.
Sehingga didapatkan bahwa pola pergerakan bahan baku yang ada di Kecamatan Jebres
sudah merata.
126
Laporan Analisis
2013
Dari peta VCR di atas dapat dilihat bahwa jaringan jalan yang memiliki kepadatan tinggi
adalah Jalan Bridgen Katamso, Jalan Sumpah Pemuda, Jalan Ring Road Solo, Jalan Kolonel
Sutarto. Kepadatan jaringan jalan di Kecamatan Jebres ini terjadi karena jalan tersebut
merupakan jaringan jalan yang termasuk kelas jalan arteri primer dan kelas jalan kolektor
primer. Pendukung utama adanya kepadatan jaringan jalan tersebut karena adanya aktivitas
yang ada di Kecamatan Jebres yang meliputi aktivitas pendidikan, ekonomi, perdagangan,
dan kesehatan. Hal yang tidak kalah pentingnya yaitu adanya sarana kesehatan yang besar
dan menjadi tujuan dari penduduk Kota Surakarta yaitu Rumah Sakit Moewardi. Proyeksi
VCR jaringan jalan yang ada di Kecamatan Jebres dapat digambarkan sebagai berikut
127
Laporan Analisis
2013
Dari peta di atas menunujukkan proyeksi VCR Kecamatan Jebres Tahun 2033. Berdasarkan
peta di atas maka dapat diketahui bahwa proyeksi rasio volume kapasitas jalan yang ada di
Kecamatan Jebres akan mengalami kepadatan yang merata. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kepadatan jalan yang ada di Kecamatan Jebres sebagian besar akan mengalami kemacetan.
4.6.5 Analisis Pemilihan Rute
Secara umum dalam melakukan suatu pergerakan setiap orang akan mencari efisiensi
dari pergerakan tersebut. Efisisensi dalam pergerakan biasanya terlihat pada pemilihan rute
untuk melakukan pergerakan tersebut. Setiap manusia yang melakukan pergerakan cenderung
akan memilih rute terpendek dari tempat aktivitas tujuan dan biaya yang kecil untuk
menempuh perjalanan tersebut.
Pemilihan
rute
tarikan
pergerakan, tata guna lahan, dan volume dan kapasitas jalan. Dominasi kegiatan ekonomi di
Kecamatan Jebres adalah industry dan perdagangan. Sebelum mengidentifikasi pemilihan
rute tersebut maka perlu dilihat lokasi dari industry dan perdagangan yang ada di Kecamatan
Jebres.
128
Laporan Analisis
2013
Peta tata guna lahan tersebut menunjukkan bahwa lokasi industry dan perdagangan
sebagian besar berada pada Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Jebres. Sehingga dapat
diketahui pula bahwa terjadi tarikan yang besar pada kedua kelurahan ini yang menyebabkan
jaringan jalan menuju kedua kelurahan ini akan menjadi padat. Selain itu juga dapat diketahui
pemilihan rute yang dipilih pada jaringan jalan yang ada di Kecamatan Jebres juga dapat
didasarkan dari lokasi industri dan perdagangan yang ada di kecamatan tersebut. Untuk
mengetahui bagaimana pemilihan rute pada jaringan jalan maka dapat diperoleh dari Peta
VCR Kecamatan Jebres.
129
Laporan Analisis
2013
Peta tersebut menunjukkan bahwa kepadatan pergerakan yang ada di Kecamatan Jebres
didominasi oleh jalan provinsi misalnya Jalan Ir. Sutami dan Jalan Ring Road Solo.
Sedangkan untuk jalan kota yang memiliki volume jalan yang tinggi adalah Jalan Bridgen
Katamso, Jalan Kolonel Sutarto dan Jalan Urip Sumoharjo. Dari peta VCR Kecamatan Jebres
dapat diketahui bahwa jaringan jalan yang sering dilewati di Kecamatan Jebres adalah Jalan
Ir. Sutami, Jalan Kolonel Sutarto, Jalan Bridgen Katamso, Jalan Ring Road Solo, dan Jalan
Urip Sumoharjo.
Jaringan jalan di
Ir. Sutami dan Jalan Ring Road Solo. Hal ini dikarenakan kedua jalan tersebut merupakan
akses menuju jalan provinsi yang dapat menghubungkan dengan kabupaten lain. Selain itu
dua jalan tersebut juga menghubungkan pada perdagangan, industry yang ada di Kelurahan
Mojosongo dan Jebres, pusat sarana kesehatan yaitu Rumah Sakit Moewardi dan kawasan
pendidikan yaitu SMK Warga, Universitas Sebelas Maret, dan Institut Seni Indonesia.
Sehingga dari analisis ini dapat diketahui bahwa, pembebanan jaringan jalan yang ada di
Kecamatan Jebres tidak merata dikarenakan lokasi sarana terpusat pada Kecamatan Jebres
bagian selatan.
130
Laporan Analisis
2013
KESIMPULAN
REKOMENDASI
Pemerataan Pembangunan
Sarana Prasarana
Transportasi Kecamatan
Jebres
PROSES
OUTPUT
131
Laporan Analisis
2013
4.7.1
kesesuaian
lahan
bertujuan
untuk
mengetahui
arahan-arahan
Kelurahan
Kelas
Arahan Tata
Ruang
Rasio
Tutupan
Kepatihan Kulon
Budidaya
Max 30%
Perkiraan
Daya
Tampung
(jiwa)
4259
Kepatihan Wetan
Budidaya
Max 30%
8903
3081
Sudiroprajan
Budidaya
Max 30%
5289
5025
Gandekan
Budidaya
Max 30%
7767
9548
Sewu
Budidaya
Max 30%
10664
7537
Pucangsawit
Budidaya
Max 30%
28830
13640
Jagalan
Budidaya
Max 30%
13932
12443
Purwodingratan
Budidaya
Max 30%
8743
5449
Tegalharjo
Budidaya
Max 30%
5088
6116
Jebres
Budidaya
Max 20%
64842
32086
Mojosongo
Budidaya
Max 20%
81904
47806
Populasi
2010
(jiwa)
2972
132
Laporan Analisis
2013
lainnya.
Berikut
ini merupakan
peta
kemampuan
lahan
berdasarkan
pembagian kelas:
133
Laporan Analisis
2013
Gambar 4.24 Arahan Tata Ruang menurut Kemampuan Lahan Kecamatan Jebres
Dari peta diatas dapat dilihat bahwa 8 Kelurahan di Kecamatan Jebres yaitu di
Kelurahan
Kepatihan
Kulon,Kepatihan Wetan,
Sudiroprajan,
Gandekan,
Sewu,
134
Laporan Analisis
2013
kawasan
Jebres
pendidikan,
memiliki
kawasan
persebaran
militer,
penggunaan
dan
lahan
kawasan pariwisata.
yang
terdiri atas
135
Laporan Analisis
2013
Dari perbandingan peta penggunaan lahan Kecamatan Jebres dengan peta rencana
pola ruang diatas, dapat diketahui masih terdapat beberapa penggunaan lahan di Kecamatan
Jebres yang belum sesuai dengan rencana pola ruang Kecamatan Jebres. Yaitu pada
Kelurahan Mojosongo terdapat arahan pola ruang industri namun pada penggunaan lahan
eksisting masih berupa lahan kosong dan permukiman. Selain itu adanya arahan pola ruang
sepanjang jalan sebagai kawasan perdagangan, namun kondisi eksisting belum sesuai dengan
rencana pola ruang. Berikut ini merupakan diagram perbandingan luas pengggunaan tanah
eksisting dengan luas penggunaan tanah menurut arahan pola ruang :
136
Laporan Analisis
2013
Gambar 4.25 Diagram perbandingan luas pengggunaan tanah eksisting dengan arahan pola
ruang
Berdasarkan
diagram
diatas,
diketahui bahwa
penyimpangan
luasan
eksisting
permukiman dengan arahan pola ruang yaitu sekitar 0,57% dari luas total Kecamatan Jebres.
Sedangkan
penyimpangan
luasan
kawasan
perdagangan
dan
jasa
memiliki
luas
penyimpangan yang besar yaitu sekitar 10,40%. Sedangkan luas penyimpangan yang terkecil
yaitu penyimpangan sawah sekitar 0,49% dari luas total Kecamatan Jebres.
Dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan kemampuan lahan, seluruh kelurahan di
kecamatan Jebres sudah memenuhi kriteria kesesuaian lahan. Sedangkan menurut rencana
pola ruang, penggunaan lahan di Kecamatan Jebres belum sesuai dengan arahan pola ruang
Kota Surakarta.
4.7.2
pembangunan
dapat dilihat dari adanya lahan kosong di Kecamatan Jebres berdasarkan peta penggunaan
lahan dan melihat kemampuan lahan pada lahan kosong yang ada untuk pembangunan.
Proporsi penggunaan lahan terbangun dan tidak terbangun di Kecamatan Jebres dapat dilihat
dari diagram berikut :
137
Laporan Analisis
2013
Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa proporsi lahan terbangun mendominasi
penggunaan lahan di Kecamatan Jebres yaitu sekitar 77%. Sedangkan proporsi lahan tidak
terbangun sebesar 23%. Untuk melihat kelurahan yang memiliki lahan tidak terbangun,
berikut ini merupakan peta penggunaan lahan Kecamatan Jebres:
138
Laporan Analisis
2013
Dari peta diatas dapat dilihat bahwa di Kecamatan Jebres masih terdapat penggunaan
lahan berupa tegalan dan lahan kosong yang ada di Kelurahan Mojosongo. Jika dilihat dari
tabel analisis kemampuan lahan dibawah, dapat diketahui bahwa Kelurahan Mojosongo
memiliki kelas C yaitu kemampuan pengembangan sedang.
Tabel 4.51 Hasil Analisis Kemampuan Lahan
Kelurahan
Morfologi
Kemudahan
Dikerjakan
Kestabilan
Lereng
Kepatihan Kulon
M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
kurang
M orfologi
kurang
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
cukup
Kemudahan
cukup
Kepatihan Wetan
S udiroprajan
Gandekan
S ewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodingratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo
Ketersediaan
Air
Drainase
Erosi
Bencana
Tinggi
Daya
Dukung dan
Kestabilan
Pondasi
Kurang
Sedang
Rendah
Rawan
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Sedang
Kurang
Rendah
Rendah
Sedang
Kurang
Rendah
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Rawan
Rawan
Sangat
rawan
Sangat
rawan
Sangat
rawan
Sangat
rawan
Rawan
Tidak
rawan
Kurang
rawan
Kurang
rawan
139
Laporan Analisis
4.7.3
2013
bagi pengembangan industri dan kebutuhan lahan akibat pengembangan industri. Penentuan
lokasi untuk industri berkaitan erat dengan usaha pengembangan industri sebagai sarana
penggerak ekonomi daerah dan pengaturan spasial dalam rangka memelihara lingkungan
hidup yang serasi. Untuk menentukan lokasi optimal bagi industri ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan yaitu faktor fisik dan faktor manusia dan ekonomi. Faktor fisik terdiri dari
tanah, bahan baku, dan tenaga kerja. Sedangkan faktor manusia dan ekonomi terdiri dari
penyediaan tenaga kerja, transportasi, pasar dan pengaruh pemerintah ( Radjiman, G., 1998).
Untuk itu dalam pemilihan lokasi industri, harus diperhatikan beberapa hal seperti potensi
sumber daya penunjang seperti air tanah atau air sungai yang dapat dimanfaatkan guna air
industri dan air minum, potensi energi yang memadai, potensi atau keterjangkauan pada
sarana dan prasarana yang diperlukan, perangkat institusional yang diperlukan. Berikut ini
merupakan peta persebaran indsutri yang ada di Kecamatan Jebres :
Gambar 4.27 Persebaran Industri Kecamatan Jebres
Dari peta diatas dapat diketahui persebaran industri yang ada di Kecamatan Jebres. Indsutri
kecil merupakan jenis industri yang dominan di Kecamatan Jebres. Industri kecil menyebar
hampir di semua kelurahan di Kecamatan Jebres meski persebarannya tidak merata.
140
Laporan Analisis
2013
Industri
Besar
3
1
3
Industri
Menengah
1
1
1
2
-
Industri
Kecil
3
1
1
2
2
1
7
4
2
9
12
Jika dilihat dari data diatas, jumlah industri terbanyak berada di Kelurahan
Mojosongo. Melihat dari arahan tata ruang kota, Kelurahan Mojosongo masuk kedalam
BWK IV dengan peruntukkan sebagai kawasan permukiman, perdagangan jasa, kesehatan
dan pendidikan. Sehingga dapat dilihat bahwa perkembangan Kelurahan Mojosongo di
bidang industri tidak sesuai dengan arahan pembagian wilayah kota sesuai rencana tata ruang
kota. Arahan tata ruang kota dengan peruntukkan kawasan industri yaitu BWK V. Kelurahan
yang masuk kedalam BWK V yaitu kelurahan Jebres, Tegalharjo, Jagalan, Purwodiningratan,
dan Pucangsawit. Melihat jumlah industri yang ada di Kelurahan Jebres dan Pucangsawit,
kedua kelurahan tersebut sudah mendukung arahan tata ruang kota BWK V dengan
peruntukkan industri karena kedua kelurahan tersebut juga memiliki jumlah industri yang
banyak walaupun tidak sebanyak Kelurahan Mojosongo.
Selain melihat dari peraturan pemerintah yang ada di daerah tersebut, faktor pemilihan
lokasi industri yang lain yaitu kemampuan lahan yang ada di lokasi tersebut. Kemampuan
lahan tersebut meliputi ketersediaan air, kestabilan pondasi dan lainnya. Berikut ini
merupakan data kemampuan lahan di Kecamatan Jebres.
Tabel 4.53 Analisis Kemampuan Lahan
Kelurahan
Morfologi
Kemudahan
Dikerjakan
Kestabilan
Lereng
Ketersediaan
Air
Kemampuan
Drainase
Erosi
Bencana
Tinggi
Daya
Dukung
dan
Kestabilan
Pondasi
Kurang
Kepatihan
Kulon
Kepatihan
Wetan
Sudiroprajan
Morfologi
rendah
Morfologi
rendah
Morfologi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
Sedang
Rendah
Rawan
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rawan
Rawan
141
Laporan Analisis
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodingratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo
rendah
Morfologi
rendah
Morfologi
rendah
Morfologi
rendah
Morfologi
rendah
Morfologi
rendah
Morfologi
rendah
Morfologi
kurang
Morfologi
kurang
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
cukup
Kemudahan
cukup
2013
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Tinggi
Kurang
Sedang
Rendah
Sedang
Kurang
Rendah
Rendah
Sedang
Kurang
Rendah
Rendah
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
rawan
Sangat
rawan
Sangat
rawan
Sangat
rawan
Rawan
Tidak
rawan
Kurang
rawan
Kurang
rawan
142
Laporan Analisis
2013
Dari beberapa faktor diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa daerah di jebres utara
kurang potensial untuk dikembangkan menjadi lokasi industri jika dilihat dari morfologi,
keadaan tanah serta akses transportasinya. Namun dari tingkat kerawanan bencana dan
ketersediaan lahan yang ada, daerah di jebres utara cukup potensial untuk dikembangkan
menjadi lokasi industri jika dibandingkan dengan jebres bagian selatan.
4.7.4
suatu wilayah yang difungsikan sebagai arahan pengaturan bangunan. Berikut ini merupakan
peta penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Jebres:
Dari peta diatas dapat dilihat kepadatan bangunan perumahan dan permukiman yang ada di
Kecamatan Jebres. Beberapa kelurahan di Kecamatan Jebres bagian selatan memiliki
kepadatan bangunan yang sangat tinggi, dapat dilihat dari kerapatan blok-blok perumahan
yang tinggi. Hal ini dapat juga dilihat dari data kepadatan penduduk yang ada di Kecamatan
Jebres.
143
Laporan Analisis
Gambar
2013
4.28 Kepadatan penduduk Kecamatan Jebres
Dari gambar diatas dapat dilihat kepadatan penduduk yang ada di Kecamatan Jebres.
Kelurahan Jebres, Mojosongo dan Kepatihan Wetan memiliki kepadatan penduduk yang
sedang. Sedangkan Kelurahan Pucangsawit, Sewu, Purwodiningratan dan Kepatihan Kulon
memiliki kepadatan penduduk tinggi. Tiga kelurahan lain yaitu Gandekan, Jagalan dan
Sudiroprajan merupakan kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi.
Kepadatan penduduk yang tinggi juga mengakibatkan tingginya kepadatan bangunan karena
kebutuhan lahan penduduk yang ada di Kelurahan tersebut tidak sebanding dengan luas
wilayah yang ada.
Tabel 4.54 Kepadatan Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2010
Kelurahan
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
2972
3081
5025
9548
7537
13640
12443
5449
6116
Luas
Wilayah (ha)
Kepadatan
(jiwa/ha)
18
23
23
35
49
127
65
37
33
165
134
218
273
154
107
191
147
185
144
Laporan Analisis
2013
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
32086
47806
Kelurahan
Jebres
Mojosongo
Luas
Wilayah (ha)
Kepadatan
(jiwa/ha)
317
533
101
89
Sumber : BPS, 2010
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa beberapa kelurahan di Kecamatan Jebres memiliki luas
wilayah
kecil
namun
dengan
jumlah
penduduk
yang
banyak
sehingga
kepadatan
rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi,
kakus, cuci dan
masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per
Unit
Rumah
Ideal
Unit
Rumah
Ideal
21,6
60
72-90
200
28,8
60
72-90
200
27
60
72-90
200
36
60
72-90
200
36
60
...
...
48
60
...
...
Laporan Analisis
2013
Dari tabel standar diatas dapat dihitung kebutuhan lahan minimal bagi penduduk yang
ada di Kecamatan Jebres berdasarkan proyeksi penduduk. Berikut ini merupakan tabel hasil
perhitungan berdasarkan kebutuhan lahan minimal:
Tabel 4.56 Hasil Analisis Proyeksi Kebutuhan Lahan Kecamatan Jebres tahun 2033
Kelurahan
Jumlah
Penduduk (jiwa)
Proyeksi
Penduduk 2033
Luas Wilayah
(m2)
Kebutuhan
Lahan
Minimal
(m2)
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo
2972
3081
5025
9548
7537
13640
12443
5449
6116
32086
47806
17952
1594
8611
10049
4191
10175
11484
14727
4567
23853
83437
180000
230000
230000
350000
490000
1270000
650000
370000
330000
3170000
5330000
215421
19129
103338
120587
50297
122103
137811
176722
54802
286240
1001240
ketersediaan
lahan
permukiman
(m2)
90700
47000
119700
285600
297900
572700
454100
177500
211400
1148900
3185400
4.7.6
menghindari kepadatan bangunan yang semakin tinggi. Selain itu, perlu adanya penambahan
kawasan terbangun di Jebres bagian Utara untuk meratakan pembangunan di Kecamatan
Jebres.
146
Laporan Analisis
2013
BAB V
KARAKTERISTIK SPESIFIK WILAYAH
S (Potensi)
W (Kelemahan)
O (Peluang)
KEBIJAKAN
FISIK DASAR
Tingkat pengembangan
lahan di Kecamatan
Jebres berada dalam kelas
sedang-agak tinggi.
KEPENDUDUKA
N
EKONOMI
Perkembangan sektor
ekonomi di Kecamatan
Jebres didominasi
sektor industri
pengolahan,
perdagangan, bangunan
dan konstruksi.
Potensi pengembangan
industri di Jebres Utara
dapat lebih
dioptimalkan karena
industri di kecamatan
Jebres memiliki
daya saing sedang
dalam BWK arahan
perdagangan
dibandingkan
kecamatan lain.
Arahan BWK
IV di Jebres
Selatan adalah
industri.
Arahan BWK V
di Jebres Utara
adalah
perdagangan.
T (Tantangan)
Kecamatan
Banjarsari dan
Pasarkliwon
merupakan
Kecamatan
saingan dalam
arahan
perdagangan
dan jasa.
Sebagian besar
wilayah Kecamatan
Jebres rawan
terhadap bencana
banjir.
10.676 dari 16.633
pekerja bidang
industry kurang
berkualitas.
Persebaran
penduduk belum
merata.
64,18% atau 3.286
pekerja sector
perdagangan
kurang berkualitas.
Pada tahun 2033
diproyeksikan
penduduk
kecamatan Jebres
selatan bertambah
7.173.
Kondisi sektor
perdagangan bukan
merupakan sektor
basis.
147
Laporan Analisis
2013
SARANA
PRASARANA
TRANSPORTAS I
Sarpras di Jebres
selatan lebih baik dalam
hal jumlah, kondisi, dan
persebaran.
Sarana perdagangan
terkonsentrasi di
pinggir jalan kolektor
dan arteri.
Kecamatan Jebres
bagian selatan memiliki
daya tarik yang besar
dalam suatu tarikan
pergerakan.
Pergerakan tenaga kerja
yang ada di Kecamatan
Jebres masih
terkonsentrasi pada
jaringan jalan yang ada
148
Laporan Analisis
2013
TATA GUNA
LAHAN
Penggunaan lahan di
Kecamatan Jebres
sesuai dengan arahan
tata ruang berdasarkan
kemampuan lahan.
Lokasi perdagangan
tersebar di pinggir jalan
daerah Jebres selatan.
Ketersediaan lahan
kosong untuk
pembangungan di
Jebres utara.
di Jebres bagian
Selatan.
Jangkauan
pelayanan angkutan
umum yang ada di
Kecamatan Jebres
belum seluruhnya
melayani daerah
ini, pelayanan yang
belum optimal ada
di Jebres Utara.
Belum optimalnya
pergerakan bahan
baku pada jaringan
jalan di Jebres
bagian Utara.
Di Jebres Utara
hanya terdapat
sedikit jalan arteri
dan kolektor.
Kepadatan jalan
(Kapasitas jalan)
yang ada di Jebres
Selatan tinggi
Kepadatan
bangunan
permukiman di
Jebres selatan
tinggi.
Jebres Utara kurang
optimal untuk
dikembangkan
menjadi lokasi
industri.
Kurang meratanya
persebaran lokasi
perdagangan yang
ada di Jebres utara.
Karakteristik tanah
di Jebres utara tidak
mendukung adanya
pembangunan.
149