Anda di halaman 1dari 149

Laporan Analisis

2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecamatan Jebres merupakan salah satu kecamatan yang terletak di sebelah utara
Kota Surakarta. Kecamatan Jebres berbatasan langsung dengan Kabupaten Karanganyar
di sebelah utara dan timur, Kabupaten Sukoharjo serta Kecamatan Pasarkliwon di sebelah
selatan dan Kecamatan Banjarsari di sebelah barat. Kecamatan Jebres memiliki luas
1.258,21 Ha yang terdiri dari 11 kelurahan, yaitu Kelurahan Kepatihan Kulon, Kepatihan
Wetan,

Sudiroprajan,

Gandekan,

Sewu,

Pucangsawit,

Jagalan,

Purwodiningratan,

Tegalharjo, Jebres, dan Mojosongo. Pada tahun 2011 tercatat terdapat 145.703 jiwa
penduduk di Kecamatan Jebres dengan tingkat kepadatan rata-rata 115 jiwa/Ha.
Dilihat dari posisinya, letak Kecamatan Jebres bisa dikatakan relatif strategis karena
berbatasan langsung dengan wilayah administrasi Kabupaten lain, sehingga Kecamatan
Jebres menjadi pintu masuk dan keluar Kota Surakarta dari sebelah utara dan timur. Hal
ini juga didukung dengan adanya jalur lingkar utara Kota Surakarta dan rencana
pembangunan jalan tol Jogja-Semarang yang akan melewati sebagian wilayah Kecamatan
Jebres. Namun untuk akses transportasi dengan kendaraan umum, Kecamatan Jebres
masih mengalami kendala terutama untuk Jebres Utara karena terbatasnya moda
transportasi umum yang melewati wilayah ini.
Berdasarkan data awal yang telah dikumpulkan, Kecamatan Jebres memiliki
permasalahan yaitu mengenai adanya kesenjangan antara wilayah bagian utara dan
wilayah bagian selatan. Masalah kesenjangan yang sangat terlihat jelas antara Jebres
bagian utara dan Jebres bagian selatan ini merupakan kondisi yang terjadi akibat dari
tidak meratanya pembangunan yang ada. Isu ketidak merataan pembangunan ini dibangun
dari beberapa sub isu yaitu tidak optimalnya pengembangan industri di Jebres Utara,
kurang meratanya pembangunan (fisik dan non fisik) antara Jebres Utara dan Jebres
Selatan, sektor perdagangan yang kurang menguntungkan untuk dikembangkan dan
tingginya kecepatan pertumbuhan kawasan hunian di Jebres bagian Selatan tidak
sebanding dengan ketersediaan lahan.
Tidak optimalnya pengembangan industri di Jebres Utara dilihat dari adanya potensi
pengembangan industri di Kecamatan Jebres dengan melihat bahwa sektor industri
pengolahan di Jebres merupakan penyumbang terbesar PDRB Kota Surakarta pada tahun

Laporan Analisis

2013

2012. Selain itu Jebres Utara yang masuk kedalam BWK IV diarahkan sebagai kawasan
perdagangan,

jasa,

industri kecil, dan industri ringan mendukung adanya potensi

pengembangan kawasan industri. Sektor industri di Jebres utara juga merupakan sektor
unggulan karena merupakan sektor basis yang memiliki laju pertumbuhan cepat, dan
berdasarkan

jumlahnya

Kelurahan

Mojosongo

memiliki jumlah

industri terbanyak

dibandingkan kelurahan lain.


Kurang meratanya pembangunan (fisik dan non fisik) antara Jebres Utara dan Jebres
Selatan dapat terlihat dari tingginya kepadatan bangunan, terpenuhinya kebutuhan akan
sarana-prasarana, dan distribusi moda angkutan umum yang ada. Intensitas kepadatan
bangunan antara Jebres utara dan Jebres selatan memang sangat terlihat jelas jika dilihat
dari jumlah lahan kosong yang ada antara 2 wilayah bagian ini, sedangkan dari jenis
kegiatan yang ada, aktivitas pada Jebres selatan memang lebih beragam dibandingkan
dengan Jebres utara. Dilihat dari kebutuhan sarana-prasarananya, kebutuhan saranaprasarana di Jebres Utara memang belum mencukupi jika dibandingkan dengan Jebres
Selatan. Namun berdasarkan standar minimal pelayanan, jumlah sarana-prasarana yang
ada memang belum mencukupi jika menggunakan skala pelayanan per-kelurahan, namun
untuk skala pelayanan per-kecamatan, hanya fasilitas kesehatan saja yang belum
mencukupi. Sementara itu untuk distribusi moda angkutan umum, di Jebres selatan
memang terjadi penumpukan trayek angkutan umum, sedangkan untuk Jebres utara hanya
terdapat beberapa trayek angkutan umum.
Sektor perdagangan dikatakan kurang menguntungkan untuk dikembangkan karena
sektor perdagangan di Jebres memiliki wilayah saingan yaitu Kecamatan Serengan,
Pasarkliwon

dan

Banjarsari

yang

memiliki

intensitas

perdagangan

lebih

tinggi

dibandingkan Kecamatan Jebres. Namun berdasarkan data survey sekunder, sektor


perdagangan di Kecamatan Jebres memiliki laju pertumbuhan cepat dan daya saing tinggi
sehingga

apabila

dikembangkan

lebih

lanjut

berdasarkan

kondisi tersebut

akan

menguntungkan atau dapat meningkatkan perekonomian Kecamatan Jebres. Namun hal


ini juga masih terkendala karena distribusi kegiatan perdagangan yang ada di Jebres
masih memusat di bagian selatan, meskipun bagian utara sudah diarahkan menjadi
kawasan perdagangan dan jasa.
Tingginya kecepatan pertumbuhan kawasan hunian di Jebres bagian Selatan tidak
sebanding dengan ketersediaan lahan ini dilihat dari kualitas permukiman yang ada di
Jebres selatan. Berdasarkan data Departemen Pekerjaan Umum, 5 kelurahan yang ada di
Kecamatan Jebres selatan ini masuk ke dalam kategori kumuh, namun setelah dilakukan
2

Laporan Analisis

2013

survey lapangan, permukiman kumuh yang terletak di bantaran sungai Bengawan Solo
tersebut sudah tidak ada karena sudah dilakukan relokasi oleh pemerintah Kota Surakarta.
Sesuai dengan hirarki rencana bahwa setelah terbentuk isu awal, perlu dilakukan
analisis untuk verifikasi ulang terhadap isu-isu yang telah disebutkan diatas karena
adanya ketidakcocokan antara data awal dan data yang dikumpulkan melalui survey.
Maka dari itu di dalam dokumen ini akan dilakukan tahapan analisis sektoral untuk
memverifikasi isu awal yang telah didapatkan serta mendapatkan karakterisrik spesifik
dari wilayah studi.
1.2 Tujuan
Memverifikasi isu awal untuk mendapatkan isu strategis wilayah
1.3 Sasaran
-

Mengumpulkan kebutuhan data untuk keperluan analisis

Melakukan analisis sektoral berdasarkan kerangka analisis setiap sektor yang terdiri
atas :

Sektor kebijakan dan program kerja

Sektor fisik dasar dan lingkungan

Sektor kependudukan

Sektor ekonomi

Sektor sarana prasarana

Sektor sistem transportasi

Sektor tata guna lahan

Membuat SWOT sektoral dan intersektoral terintegrasi

Memverifikasi isu awal berdasarkan hasil analisis untuk mendapatkan isu strategis

1.4 Ruang Lingkup Analisis


1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang

lingkup

wilayah

pada

analisis

ini adalah

wilayah

administrasi

Kecamatan Jebres yang terdiri dari 11 kelurahan yaitu Kelurahan Mojosongo,


Kelurahan

Jebres,

Purwodiningratan,
Pucangsawit,

Kelurahan
Kelurahan

Jagalan,
Sodiroprajan,

Kelurahan

Gandekan,

Kelurahan

Sewu,

Kelurahan
Kelurahan

Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Kepatihan Kulon, dan

Kelurahan Tegalharjo. Dimana Kecamatan Jebres dibagi menjadi 2 bagian yaitu

Laporan Analisis

2013

bagian utara dan bagian selatan. Pembagian ini dilakukan berdasarkan arahan
Pembagian Wilayah Kota (BWK) dalam RTRW Kota Surakarta, dimana Jebres
bagian utara adalah area Kelurahan Mojosongo, sedangkan Jebres bagian selatan
adalah 10 kecamatan lainnya yaitu Kelurahan Jebres, Kelurahan Jagalan, Kelurahan
Gandekan, Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan Sodiroprajan, Kelurahan Sewu,
Kelurahan Pucangsawit, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Kepatihan Kulon,
dan Kelurahan Tegalharjo.
1.4.2 Ruang Lingkup Substansi
Ruang lingkup substansi dari analisis data ini adalah data pada tingkat kota yang
mencakup beberapa aspek yaitu :
a) Kebijakan dan program kerja yang berlaku di Kecamatan Jebres
b) Fisik dasar dan lingkungan Kecamatan Jebres
c) Kondisi kependudukan di Kecamatan Jebres
d) Ekonomi di Kecamatan Jebres
e) Sarana prasarana di Kecamatan Jebres
f) Sistem Transportasi di Kecamatan Jebres
g) Tata Guna Lahan di Kecamatan Jebres
Dimana nantinya 7 sektor tersebut akan dianalisis untuk mendapatkan substansi
terpenting yaitu berupa karakteristik spesifik wilayah.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika pelaporan proses analisis terdiri atas 5 bagian, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN
terdiri dari : latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup analisis, sistematika
penulisan
BAB I disini menjelaskan tentang adanya keperluan untuk menganalisis data yang
telah dikumpulkan melalui survey data primer maupun sekunder yang memiliki
perbedaan dengan data awal yang dikumpulkan, maka dari itu diperlukan suatu proses
analisis baik sektoral maupun intersektoral.

BAB II KAJIAN LITERATUR


terdiri dari : peran analisis dalam proses perencanaan, teori analisis/ teknik yang
digunakan

Laporan Analisis

2013

BAB II berupa kajian literatur berisikan mengenai peran analisis di dalam sebuah
proses perencanaan, serta dasar-dasar teori dari sektor terkait yang akan digunakan
dalam proses analisis sektoral.

BAB III METODE ANALISIS


terdiri dari : data yang digunakan dan teknik pengumpulan data, proses analisis,
teknik analisis
BAB III menjelaskan mengenai jenis-jenis data yang digunakan, bagaimana cara
untuk mengumpulkan data tersebut, dan bagaimana data tersebut diolah berdasarkan
keperluan untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN


terdiri dari : analisis sektoral
BAB IV berisikan proses analisis dari masing-masing sektor yang disusun sistematis
sesuai dengan kerangka analisis.

BAB V KARAKTERISTIK SPESIFIK WILAYAH


terdiri dari : pernyataan S.W.O.T berdasarkan aspek, S.W.O.T yang terintegrasi, isu
wilayah yang diverifikasi dengan karakteristik spesifik wilayah
BAB V merupakan isi terpenting dari buku analisis ini karena berisikan kesimpulan
dari proses analisis masing-masing sektor, yang akan diintegrasikan dengan sektorsektor lainnya untuk mendapatkan karakteristik spesifik wilayah yang menjadi isu
strategis yang telah terverifikasi.

Laporan Analisis

2013
BAB II
KAJIAN LITERATUR

2.1 Peran Sektor


Tabel 2.1 Peran Analisis Dalam Proses Perencanaan
(SUB ISU)

Tidak optimalnya
pengembangan
potensi industri di
Jebres bagian
utara

KONDISI YANG
DIHARAPKAN

Teroptimalkannya
pengembangan
potensi industri di
Jebres utara

SEKTOR
PENUNJANG
Kebijakan dan
Program Kerja

Analisis arahan struktur ruang

Fisik Dasar dan


Lingkungan

Analisis kemampuan lahan

Kependudukan

Analisis kualitas SDM sektor


industri (Analisis struktur
penduduk)

Ekonomi

Analisis potensi
pengembangan pasar, bahan
baku dan peluang pemasaran

Sarana Prasarana
Sistem
Transportasi
Tata Guna Lahan

Kurang meratanya
pembangunan
(fisik dan non
fisik) antara
Jebres utara dan
Jebres selatan

Sektor
perdagangan yang
kurang
menguntungkan
untuk
dikembangkan

Pemerataan
pembangunan
antara Jebres utara
dan Jebres selatan

Mempertahankan
eksistensi
perdagangan sesuai
dengan kapabilitas

ANALISIS

Analisis sarana penunjang


industri dan analisis persebaran
industri
Analisis pola pergerakan
tenaga kerja, analisis
pergerakan bahan baku
Analisis pengembangan lokasi
industri

TUJUAN ANALISIS
Mengetahui perkembangan
implementasi arahan BWK IV
dan IV
Mengetahui kemampuan
lahan/daya dukung lahan
Mengetahui kualitas SDM di
bidang industri
Mengetahui potensi
pengembangan, pasar, bahan
baku dan peluang pemasaran
guna berkembangnya potensi
Industri di Jebres Utara
Mengetahui sarana penunjang
industri dan persebaran industri
di kecamatan Jebres
Mengetahui pola pergerakan
tenaga kerja dan pola
pergerakan bahan baku
Untuk mengetahui lokasi
optimal pengembangan industri
Mengetahui program-program
pembangunan terkait
Kecamatan Jebres
Mengetahui kemampuan
lahan/daya dukung lahan
Mengetahui persebaran
penduduk di Kecamatan Jebres

Kebijakan dan
Program Kerja

Analisis program
pembangunan jebres

Fisik Dasar dan


Lingkungan

Analisis kemampuan lahan

Kependudukan

Analisis persebaran penduduk

Ekonomi

Analisis perkembangan
ekonomi dan potensi basis
yang akan dikembangkan

Sarana Prasarana

Analisis jenis, jumlah sarana


prasarana, dan proyeksi
kebutuhan sarpras

Sistem
Transportasi

Analisis persebaran angkutan


umum

Tata Guna Lahan

Analisis kesesuain lahan dan


ketersediaan lahan

Kebijakan dan
Program Kerja

Analisis arahan struktur ruang

Fisik Dasar dan


Lingkungan

Analisis kemampuan lahan

Mengetahui kemampuan
lahan/daya dukung lahan

Kependudukan

Analisis kualitas SDM di


sektor perdagangan (Analisis

Mengetahui kualitas SDM


sektor perdagangan

Mengetahui trend
perkembangan perekonomian
Mengetahui jumlah dan jenis
sarpras, kondisi sarana
prasarana, dan kebutuhan
sarpras
Mengetahui persebaran
angkutan umum di Kecamatan
Jebres
Mengetahui kesesuaian lahan
dan ketersediaan lahan untuk
pembangunan
Mengetahui arahan BWK terkait
kawasan perdagangan

Laporan Analisis

2013

KONDISI YANG
DIHARAPKAN

(SUB ISU)

SEKTOR
PENUNJANG

ANALISIS

TUJUAN ANALISIS

struktur penduduk)

Ekonomi
Sarana Prasarana

Tingginya
kecepatan
pertumbuhan
kawasan hunian di
Jebres bagian
selatan tidak
sebanding dengan
ketersediaan lahan

Pengendalian
kawasan hunian di
Jebres selatan

Analisis persebaran dan


kondisi perdagangan
Analisis jumlah , jenis, dan
analisis kondisi sarana
perdagangan

Mengetahui pola persebaran dan


kondisi sektor perdagangan
Mengetahui kondisi sarana
prasarana perdagangan di
Kecamatan Jebres
Mengetahui pola pergerakan
bahan baku dan pergerakan
perdagangan di Kecamatan
Jebres

Sistem
Transportasi

Analisis pergerakan bahan


baku dan Analisis pergerakan
perdagangan

Fisik Dasar dan


Lingkungan

Analisis kemampuan lahan

Mengetahui kemampuan
lahan/daya dukung lahan

Kependudukan

Analisis proyeksi penduduk

Mengetahui proyeksi jumlah


penduduk

Sarana Prasarana

Transportasi

Tata Guna Lahan

Analisis kebutuhan sarpras


minimal permukiman
Analisis Bangkitan dan
Tarikan,
Analisis Persebaran Angkutan
Umum
Analisis kepadatan bangunan,
analisis kesesuaian lahan, dan
kebutuhan lahan

Mengetahui kebutuhan sarpras


minimal perumahan
Mengetahui pola pergerakan
masyarakat
Mengetahui tata masa suatu
bangunan yang difungsikan
sebagai arahan pengaturan
bangunan dan kebutuhan lahan.

2.2. Kajian Teori


2.2.1 Aspek Fisik Dasar

Kemampuan Lahan
Lahan

pengembangan

wilayah

merupakan

sumber

daya

alam yang

memiliki

keterbatasan dalam menampung kegiatan manusia dalam pemanfaatan sumber daya alam
tersebut.

Banyak

contoh kasus kerugian ataupun korban yang disebabkan oleh

ketidaksesuaian penggunaan lahan yang melampaui kapasitasnya. Untuk itulah perlu


dikenali sedini mungkin karakteristik

fisik

suatu wilayah maupun kawasan untuk

dikembangkan, baik potensi sumber daya alamnya maupun kerawanan bencana yang
dikandungnya, yang kemudian diterjemahkan sebagai potensi dan kendala pengembangan
wilayah

atau

kawasan.

Analisis

mengenai

lahan

merupakan

penilaian

terhadap

kemampuan atau daya dukung lahan terhadap pengembangan penggunaan lahan tertentu.
Suatu sistem lahan dapat dikatakan sesuai untuk pengembangan kegiatan tertentu bila
kegiatan atau penggunaan lahan yang dikembangkan tersebut memiliki produktivitas
optimal dengan input yang minimal.

Laporan Analisis

2013

Analisis fisik dan lingkungan wilayah atau kawasan ini adalah untuk mengenali
karakteristik sumber daya alam tersebut, dengan menelaah kemampuan dan kesesuaian
lahan, agar penggunaan lahan dalam pengembangan wilayah dan/atau kawasan dapat
dilakukan secara optimal dengan tetap memperhatikan keseimbangan ekosistem. Hasil
studi analisis fisik dan lingkungan ini akan menjadi masukan dalam penyusunan rencana
tata ruang maupun rencana pengembangan wilayah dan/atau kawasan (rencana tindak,
rencana investasi, dan lain-lain), karena akan memberikan gambaran kerangka fisik
pengembangan wilayah dan/atau kawasan. Secara garis besar tata cara analisis kelayakan
fisik atau dikenal juga sebagai studi kesesuaian lahan wilayah dan/atau kawasan ini dapat
digambarkan dalam bentuk bagan seperti berikut :

Sumber : PerMen PU No. 20/PRT/M/2007


Dalam analisis aspek fisik dan lingkungan dibutuhkan berbagai data seperti data
klimatologi,

topografi,

geologi,

hidrologi,

sumberdaya

alam,

bencana

alam dan

penggunaan lahan. Semua data tersebut dikompilasikan dalam setiap analisis satuan

Laporan Analisis

2013

kemampuan lahan dan akhirnya akan membentuk suatu klasifikasi kemampuan lahan
yang akan digunakan sebagai masukan dalam rencana pengembangan wilayah.
Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi :
Analisis SKL morfologi adalah analisis

untuk memilah bentuk bentang alam/morfologi

pada wilayah atau kawasan perencanaan yang mampu dikembangkan sesuai dengan
fungsinya.

Gambar 2.1 Skala Penilaian SKL Morfologi


Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan :
Analisis SKL kemudahan dikerjakan adalah analisis yang bertujuan mengetahui tingkat
kemudahan lahan di wilayah dan/atau kawasan untuk digali/dimatangkan dalam proses
pembangunan/pengembangan kawasan.
Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng :
Analisis SKL Kestabilan lereng

adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui tingkat

kemantapan lereng di wilayah atau kawasan pengembangan dalam menerima beban.


Analisis kestabilan mengandung pengertian bahwa secara fisik lahan tersebut cukup stabil
untuk dimanfaatkan.

Laporan Analisis

2013

Gambar 2.2 Skala Penilaian SKL Kestabilan Lereng


Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi :
Analisis SKL Kestabilan Pondasi adalah analisis untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan serta jenis-jenis
pondasi yang sesuai untuk masing- masing tingkatan.

Gambar 2.3 Skala Penilaian SKL Kestabilan Pondasi


Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air :
Analisis SKL Ketersediaan Air adalah analisis untuk mengetahui tingkat ketersediaan air
dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan guna pengembangan
kawasan. Ketersediaan air tanah pada suatu lahan merupakan hal yang sangat penting,
mengingat fungsi air tanah sebagai sumber pasokan air bershuntuk berbagai kebutuhan.

10

Laporan Analisis

2013

Gambar 2.4 Skala Penilaian SKL Ketersediaan Air


Analisis Satuan Kemapuan Lahan (SKL) Terhadap untuk terhadap Drainase :
Analisis SKL untuk drainase adalah analisis yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam mematuskan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan
genangan baik bersifat lokal ataupun meluas dapat dihindari.
Analisis Satuan Kemapuan Lahan (SKL) Terhadap Erosi :
Analisis SKL terhadap erosi adalah analisis untuk mengetahui daerah-daerah yang
mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap
erosi serta antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir.

Gambar 2.5 Skala Penilaian SKL Terhadap Erosi


Analisis Satuan Kemapuan Lahan (SKL) Terhadap Bencana Alam :
Analisis

SKL

kemampuan

terhadap

lahan

bencana

alam adalah

dalam menerima

bencana

analisis untuk

mengetahui tingkat

alam khususnya

dari sisi geologi.

Pengenalan secara dini terhadap bencana alam akan bermanfaat dalam usaha tindakan
11

Laporan Analisis

2013

antisipasi ataupun menghindari pemanfaatan pada lahan yang berpotensi bencana alam
terjadi.

Gambar 2.6 Skala Penilaian SKL Terhadap Bencana Alam


Analisis Kemampuan Lahan
Analisis kemampuan lahan dilakukan dengan cara menjumlahkan hasil perkalian nilai
kali bobot dari seluruh satuan kemampuan lahan, sehingga diperoleh kisaran nilai yang
menunjukkan nilai kemampuan lahan wilayah.

Gambar 2.7 Skala Penilaian Kemampuan Lahan


2.2.2 Aspek Kependudukan
Pengertian Kependudukan
Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di suatu wilayah selama 6 bulan atau
lebih dan atau yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap (BPS).
Penduduk juga bisa diartikan sebagai orang yang tinggal di suatu daerah tertentu dan
mempunyai surat resmi untuk tinggal di daerah tersebut.

12

Laporan Analisis

2013

Sumber Daya Manusia


SDM atau Sumber Daya Manusia adalah orang-orang berada dalam suatu sistem
organisasi dan memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap jalannya suatu sistem
organisasi tersebut (Yustiono, 2011). SDM adalah manusia yang bekerja di suatu
organisasi (Nawawi, 1997). Dalam kaitannya dengan sektor kependudukan, SDM bisa
diartikan sebagai tenaga kerja yang bekerja dalam suatu bidang tertentu seperti bidang
industri maupun perdagangan.
Kualitas SDM
Kualitas SDM adalah sumber daya yang memenuhi kriteria kualitas fisik dan kesehatan,
kualitas intelektual seperti pengetahuan dan keterampilan, dan kualitas mental spiritual
(Danim, 1996). Dalam penentuan kualitas SDM, hal yang paling diperhatikan adalah
kualitas intelektual.

SDM yang berkualitas adalah SDM yang yang telah lulus

akademi/PT maupun yang lulus SMA/SMK sederajat.


Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah perbandingan jumlah penduduk yang ada di suatu wilayah
dengan luas wilayah tersebut.
Migrasi Penduduk
Migrasi penduduk adalah penduduk yang berpindah dari suatu tempat ke tempat yang
lain dengan melewati batas administrasi dengan tujuan menetap.
Proyeksi Penduduk
Proyeksi penduduk adalah perhitungan jumlah penduduk (menurut komposisis umur dan
jenis kelamin) di masa yang akan datang berdasarkan asumsi arah perkembangan
fertilitas, mortalitas dan migrasi. Dalam menghitung proyeksi penduduk menggunakan
rumus:

Keterangan :

Po

= jumlah penduduk tahun terlama

Pn

= jumlah penduduk tahun terkini

= rentang waktu dari tahun terlama

= rentang waktu dari tahun terkini

13

Laporan Analisis

2013

2.2.3 Aspek Ekonomi


Pengertian Ekonomi
Perekonomian merupakan sektor penggerak utama aktivitas manusia. Ekonomi secara
umum merupakan ilmu yang menyangkut cara memanfaatkan sumberdaya yang ada
untuk memenuhi segala kebutuhan dengan tujuan peningkatan kebutuhan. Setiap
orang memiliki kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi sendiri sehingga aktivitas
ekonomi muncul sebagai dampak adanya interaksi antar manusia dalam upaya
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sektor

ekonomi juga biasa dijadikan tolok

ukur tingkat keberhasilan pembangunan suatu wilayah.


Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi suatu wilayah
biasanya dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari angka Produk Domestik
Regional Bruto ( PDRB). Menurut Sadono Sukirno (2000) pertumbuhan ekonomi
diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran
masyarakat

meningkat.

perkembangan

suatu

Jadi

pertumbuhan

perekonomian

dari

ekonomi
suatu

mengukur

periode

ke

prestasi

periode

dari

lainnya.

Pembangunan perekonomian daerah adalah suatu proses, proses dimana pemerintah


daerah

beserta

partisipasi

masyarakatnya

harus

saling

bekerja

sama

dalam menggunakan sumber daya yang ada dan harus mampu menaksir potensi dayasumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian
daerah.
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah biasanya dilihat dari Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) daerah tersebut. Produr Domestik Regional Bruto (PDRB)
merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu negara/ wilayah/ daerah.
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam
suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB ini sendiri dibedakan menjadi PDRB
atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga
berlaku

menggambarkan

nilai

tambah barang

dan

jasa yang

dihitung

dengan

menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan
menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.

14

Laporan Analisis

2013

Sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha yang tercakup dalam


PDRB, yaitu

Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik,

Gas dan Air Bersih, Bangunan/Konstruksi, Perdagangan, Hotel dan Restoran,


Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta
Jasa-jasa.
Teknik Analisis Pertumbuhan Ekonomi
a. Analisis LQ (Location Quotien)
LQ adalah suatu teknik perhitungan yang mudah untuk menunjukkan spesialisasi
relatif

(kemampuan)

wilayah

dalam

kegiatan

atau

karakteristik

tertentu

(Rondinelli, 1985). Teknik ini menyajikan perbandingan antara kemampuan suatu


sektor di daerah yang sedang diteliti dengan kemampuan sektor yang sama pada
daerah yang lebih luas. Analisis LQ merupakan teknik analisis yang digunakan
untuk menganalisis sektor potensial atau basis dalam perekonomian suatu daerah.
Sektor basis sendiri adalah sektor atau kegiatan ekonomi yang melayani baik
pasar domestik maupun pasar luar daerah itu sendiri. Dengan mengetahui sektor
basis dan non basis maka dapat dilihat sektor mana yang merupakan sektor ekspor
dan sektor import dari suatu wilayah. Hasil dari perhitungan LQ dapat membantu
dalam melihat kekuatan dan kelemahan suatu wilayah dibandingkan secara relatif
dengan wilayah yang lebih luas. Variabel yang digunakan dalam perhitungan
basis ekonomi tersebut adalah PDRB wilayah dari suatu kegiatan yang dititik
beratkan pada kegiatan dalam struktur ekonomi wilayah. Rumus analisisnya
sebagai berikut:
LQ

Keterangan :

= (Si/Ni)
(S/N)

Si

= pendapatan sektor ekonomi di Kecamatan Jebres

Ni

= pendapatan sektor ekonomi di Kota Surakarta

= pendapatan total sektor ekonomi di Kecamatan Jebres

= pendapatan total sektor ekonomi di Kota Surakarta

Jika nilai LQ > 1 menunjukkan sektor tersebut memiliki potensi dan prospek yang
besar didalam perekonomian suatu daerah atau bisa disebut sektor ini merupakan
sektor basis. Sebaliknya, jika nilai LQ < 1 menunjukkan sektor tersebut kurang
berpotensi atau kurang berprospek sehingga dapat juga disebut sebagai sebagai

15

Laporan Analisis

2013

sektor non basis. LQ suatu sektor = l dikatakan non basis atau hanya mampu
mencukupi kebutuhan daerahnya sendiri.
b. Shift-Share
Analisis Shift-Share digunakan untuk mengetahui komoditas-komoditas yang
berkembang di suatu wilayah dibandingkan dengan perkembangan ekonomi di
wilayah yang lebih besar. Teknik yang mengkaji hubungan antara struktur
ekonomi dan pertumbuhan wilayah, pertama-tama dikembangkan oleh Daniel B.
Creamer (1943) dan dipakai sebagai suatu alat analitik pada permulaan tahun
1960-an oleh Ashby (1964) sampai sekarang.
Kegunaan analisis ini yaitu untuk melihat perkembangan dari sektor
perekonomian suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih
luas, juga melihat perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan
dengan

sektor

membandingkan

lain,
besar

selain

itu

aktivitas

analisis
suatu

ini melihat

sektor

pada

perkembangan
wilayah

dalam

tertentu

dan

pertumbuhan antar wilayah.


Tiga komponen pertumbuhan dalam Analisis Shift Share yaitu :
1. Komponen Pertumbuhan Nasional/PN (National Growth Component) yaitu
bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional terhadap daerah.
2. Komponen

Pertumbuhan

Proporsional/PP

(Proportional

Mix

Growth

Component) mengukur perubahan relatif (naik/turun) suatu sektor daerah


terhadap sektor yang sama di tingkat nasional.
3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah/PPW (Regional Share Growth
Component) mengetahui seberapa kompetitif sektor tertentu daerah dibanding
nasional. Jika nilainya (+) berarti kompetitif, jika nilainya (-) tidak kompetitif.
Disebut juga pengaruh keunggulan kompetitif.
Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat ditentukan
pergeseran bersih dan diidentifikasi perkembangan suatu sektor ekonomi pada
suatu wilayah. Pergeseran bersih diperoleh dari pertambahan antara pertumbuhan
proporsional dan pertumbuhan pangsa wilayah (PP+PPW). Apabila PP + PPW >
0, maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor ke i di wilayah ke j termasuk
ke dalam kelompok progresif (maju). Sementara itu, PP+ PPW < 0 menunjukan
bahwa pertumbuhan sektor ke i pada wilayah ke j tergolong pertumbuhan yang
lambat. Salah satu cara dalam melihat pertumbuhan sektor tersebut adalah melalui
grafik kuadran pertumbuhan sektor.
16

Laporan Analisis

2013

Profil pertumbuhan sektor perekonomian digunakan untuk mengevaluasi


pertumbuhan sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan pada kurun
waktu yang telah ditentukan, dengan cara mengekspresikan persen perubahan
komponen pertumbuhan proporsional (PPij) dan pertumbuhan pangsa wilayah
(PPWij).

Pada sumbu horizontal, terdapat PP sebagai absis, sedangkan pada

sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat.


Gambar 2.8 Profil pertumbuhan sektor ekonomi

Sumber : Budiharsono, 2001


Keterangan :
(i) Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki
pertumbuhan yang cepat, demikian juga daya saing wilayah untuk sektor-sektor
tersebut

baik

apabila

dibandingkan

dengan

wilayah-wilayah

lainnya.

Hal ini

menunjukkan bahwa sektor/wilayah yang bersangkutan merupakan wilayah progresif


(maju)
(ii) Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di wilayah yang
bersangkutan pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor
tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya tidak baik.
(iii) Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan
memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik jika
dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini menunjukkan bahwa sektor/wilayah yang
bersangkutan merupakan wilayah lamban.

17

Laporan Analisis

2013

(iv) Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor ekonomi pada wilayah yang bersangkutan
pertumbuhannya lambat (PP<0), tetapi daya saingnya baik jika dibandingkan wilayah
lain (PPW>0)
Pada kuadran II dan kuadran IV terdapat garis miring yang membentuk sudut 45 o dan
memotong kedua kuadran tersebut. Bagian atau garis tersebut menunjukkan bahwa
sektor/wilayah yang bersangkutan merupakan sektor/wilayah yang progresif (maju),
sedangkan

dibawah

garis

berarti

sektor/wilayah

yang

bersangkutan

menunjukkan

sektor/wilayah yang lamban.


Sektor Unggulan
Sektor unggulan menurut Tumenggung (1996) adalah sektor yang memiliki keunggulan
komperatif dan keunggulan kompetitif dengan produk sektor sejenis dari daerah lain serta
memberikan nilai manfaat yang besar. Sektor unggulan juga memberikan nilai tambah dan
produksi yang besar, memiliki multiplier effect yang besar terhadap perekonomian lain,
serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal maupun pasar ekspor (Mawardi,
1997).
2.2.4 Aspek Sarana dan Prasarana
Sarana adalah peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat
utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang
sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Untuk menunjang agar sarana dapat berfungsi
dengan baik maka dibutuhkan prasarana yang baik juga, karena prasarana merupakan
kelengkapan dasar fisik lingkungan dimana kondisi dan kinerjanya akan berpengaruh pada
kelancaran aktifitas dari masyarakat sebagai pengguna atau pemanfaat prasarana.
Demikian juga di Kecamatan Jebres, sarana tersebut menjadi penting di daerah ini.
Sarana yang ada berupa sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana peribadatan, sarana
ruang terbuka, serta sarana perdagangan. Berdasarkan Permen PU Nomer 14 tahun 2014,
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang selanjutnya
disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal. Indikator SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan
kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi
dalam pencapaian SPM berupa masukan, proses keluaran, hasil dan/atau manfaat pelayanan
dasar.

18

Laporan Analisis

2013

Tabel 2.2 Standar Pelayanan Minimum Permukiman


STANDAR PELAYANAN
NO

BIDANG
PELAYANAN

KUANTITAS

INDIKATOR
CAKUPAN

1.

Air Limbah

Tingkat penyediaan
sarana sanitasi
terhadap jumlah
penduduk/kota/perkota
an (mixed sanitation
system) dan kualitas
Penanganan

80% dari
jumlah
penduduk
kota/
perkotaan

TINGKAT
PELAYANAN
Sarana sanitasi
individual dan
komunal :
- Toilet
RT/Jamban/MCK
- Septik Tank
Penanganan lumpur
tinja untuk
mendukung onsite
system :
- Truk Tinja
- PLT

Sistem onsite :
Modular/full
Sewerage System
terdiri dari jaringan
sewer dan IPAL.

2.

Persampah
an

Tingkat pena- nganan


generasi sampah
terhadap jumlah
penduduk
kota/perkotaan dan
Kualitas Penanganan

80 % dari
jumlah
Penduduk
kota/Perkota
an dilayani
oleh Sistem
DK/PDK dan
sisanya 2096
dapat
ditangani
secara saniter

Prioritas
penanganan
sistem
persampahan :
100% u/kawasan
pusat kota/CBD
dan pasar
100%
jiwa/kawasan
permukiman dgn
kepadatan> 100

KUALITAS

Separasi antara
greywater{mandi,cuci
an) terhadap black
water (kakus)
Penyaluran black
water yang baik ke
septik tank, tanpa ada
kebocoran dan bau
Tidak ada rembcsan
langsung/pencemaran
air tinja dari septik
tank ke air tanah.
Efisien removal BOD
dan SS >=85%
Tidak ada komplain
thd permintaan
penyedolan dan
pengangkutan lumpur
tinja
Pengolahan lumpur
tinja selanjutnya di
IPLT

Tidak ada separasi


antara grey water thd
black water,tetapi
disain sewarage dapat
bersatu dengan storm
sewer
Tidak ada blokade
dan/atau kebocoran
sewerage
Efisiensi removal
BOD,SS IPAL >90% dan
E-coli >= 99,9%
Penanganan
sampah on-site
dilakukan secara
saniter individual
composting,
separasi sampah
u/diambil
pemulung.
Penanganan
sampah oleh
sistem DKlPDK

19

Laporan Analisis

2013
STANDAR PELAYANAN

NO

BIDANG
PELAYANAN

KUANTITAS

INDIKATOR
CAKUPAN
(on-site
system)

KUALITAS

TINGKAT
PELAYANAN
jiwa/ha rata-rata
80% u/kawasan
permukiman
perkotaan
100% u/penanganan limbah
induslri
100% u/ penanganan limbah
B3/medicalwaste

3.

4.

Sarana
niaga

Sarana
pendidikan

Kelengkapan sarana
niaga
Jumlah anak usia
sekolah yang
tertampung
Sebaran fasilitas
pendidikan

Satuan
lingkungan
<30.000 jiwa

Minimal tersedia:
1 pasar untuk setiap
30.000 jiwa
Minimal tersedia:

Satuan
lingkungan
<30.000 jiwa

dilakukan secara
terintegrasi
(pewadahanPengumulanGerobak 1
m3/Transfer
penanganan
Akhir);
Tempat Kapasitas
pewadahan
tersedia
Pengumpulan dan
pengang-kutan
sampah dilakukan
secara reguler.
Tidak ada
penanganan akhir
sampah secara
open dumping
Tidak ada
pembuangan
sampah secara liar
Tingkat
composting dan
daur ulang sampah
minimal 10%
Penanganan akhir
sampah setidaknya
dengan controlled
lanfil
Konsep 3R sudah
diterapkan di
industri
Medical Waste
ditangani secara
swakel. oleh RS.

1 unit tk untuk
setiap 1000 jiwa
9 sd, 3 smp, 1 sma

Mudah di akses

Bersih, mudah dicapai,


tidak bisisng, jauh dari
sumber penyakit, bau,
sampah, dan
pencemaran
lingkungan lainnya

Kelengkapan sarana

20

Laporan Analisis

2013
STANDAR PELAYANAN

BIDANG
PELAYANAN

NO

KUANTITAS

INDIKATOR
CAKUPAN

TINGKAT
PELAYANAN

KUALITAS

pendidikan
Minimal tersedia:
Sebaran dan jangkauan
fasilitas kesehatan

Sarana
kesehatan

5.

Angka harapan hidup

Satuan
lingkungan
<30.000 jiwa

1 balai pengobatan
/ 3000 jiwa
1 puskesmas /
30.000 jiwa

Bersih, mudah dicapai,


tidak bisisng, jauh dari
sumber penyakit, bau,
sampah, dan
pencemaran
lingkungan lainnya

Tersedia:

Penduduk terlayani

Sarana
ruang
terbuka

6.

Penyebaran ruang
terbuka hijau

Sarana
peribadatan

7.

Jangkauan pelayanan

Satuan
lingkungan
<30.000 jiwa

Satuan
lingkungan
<30.000 jiwa

0,3 m / penduduk
dari luas
kawasan(taman,
lapangan olahraga)
0,2 m / penduduk
dari luas
kawasan(pemakama
n)

Bersih, mudah dicapai,


terawatt, indah, dan
nyaman

Minimal tersedia:
1 tempat ibadah(1,2
m / jamaah)

Sumber: Kepmen Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001


2.1.5 Aspek Transportasi

Bangkitan dan Tarikan Pergerakan


Bangkitan

pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah

pergerakan yang berasal dari suatu zona. Zona tersebut adalah zona asal dan zona
tujuan yang memberi pengaruh besar terhadap suatu

pergerakan . Pergerakan

lalulintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu lintas.
Bangkitan dan tarikan lalulintas tergantung pada jenis tata guna lahan dan jumlah
aktivitas dan intensitasnya pada tata guna lahan tersebut.
Jenis Tata Guna Lahan, memiliki tata guna lahan yang berbeda (permukiman ,
pendidikan, dan komersial) memiliki ciri bangkitan laluintas yang berbeda yaitu
jumlah arus lalulintas, jenis lalulintas (pejalan kaki, truk, dan mobil), dan lalulintas
pada waktu tertentu.

21

Laporan Analisis

2013

Intensitas Aktivitas Tata Guna Lahan, semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang
tanah, semakin tinggipergerakan arus lalulintas yang dihasilkannya.
Pola Sebaran, Pola sebaran spasial dari ketiga jenis tata guna lahan ini sangat
berperan penting untuk menentukan pola sebaran perjalanan yaitu perjalanan orang
dan perjalanan barang, (Tamin,Perencanaan Pemodelan Transportasi).

Pola sebaran

yang memiliki porsi besar adalah adalah pola perjalanan orang. Pada pola perjalanan
orang, pusat kota menjadi hal yang sangat penting karena dari berbagi daerah akan
menuju ke pusat kota tersebut. Dalam hal ini, jarak

lokasi memiliki peran penting

karena akan berpengaruh terhadap perjalanan orang menuju pusat kota tersebut. Pola
perjalanan barang sangat dipengaruhi oleh aktivitas produksi dan konsumsi, yang
sangat tergantung pada pola sebaran tata guna lahan permukiman dan tata guna lahan
perdagangan dan industri.

Pemilihan Rute
Proses pemilihan rute, pergerakan anatara dua zona untuk moda tertentu dibebankan
ke rute tertentu yang terdiri dari ruas jaringan jalan tertentu (Tamin, Perencanaan dan
Pemodelan

Transportasi).

Tujuan

dari

pemilihan

rute

pergerakan

adalah

mengalokasiakan setiap pergerakan antar zona kepada berbagai rute yang paling
sering digunakan untuk seseorang begeraka dari zona asal ke zona tujuan. Pada sistem
transportasi, factor penentu utama dalam suatu pemilihan rute adalah waktu tempuh,
nilai waktu, biaya perjalanan, dan biaya operasi kendaraan.

Sistem Transportasi
Dalam transportasi

memiliki sebuah sistem dimana sistem tersebut memperlihatkan

komponen komponen yang berhubungan,

komponen sistem transportasi tersebut (

Miro, 1997) meliputi : prasarana ( jalan dan terminal ), sarana ( kendaraan ), sistem
pengoperasian.

Sistem transportasi dapat dijelaskan dalam sistem transportasi makro

dan sistem transportasi mikro. Sistem transportasi mikro dapat diliha dalam bagan di
bawah ini

22

Laporan Analisis

2013
Gambar Sistem Transportasi Mikro

Sistem
Jaringan

Sistem
Kegiatan
Sistem
Pergerakan
Sistem Kelembagaan

Sumber : Tamin 2007


Dari bagan tersebut diketahui bahwa setiap tata guna lahan atau sistem kegiatan
tertentu akan membangkitkan pergerakan dan akan menarik pergerakan dalam proses
pemenuhan kebutuhan. Sistem tersebut merupakan sistem pola kegiatan tata guna
lahan yang terdiri dari sistem kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaaan, dan lain-lain.
Sistem pergerakan yang berupa pergerakan manusia dan barang sangat membutuhkan
transportasi baik sarana maupun prasarananya. Untuk mengkover seluruh sistem
transportasi mikro

maka dibutuhkan sistem kelembagaan agar tercipta sistem

transportasi yang aman, nyaman, dan lancar.


2.2.6 Aspek Tata Guna Lahan

Perumahan dan Permukiman


Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan
dan penghidupan (UU no.4 tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman).
Permukiman adalah tempat atau daerah untuk bertempat tinggal dan menetap (Kamus
Tata Ruang 1997) Permukiman di dalam kamus tata ruang terdiri dari tiga pengertian
yaitu :
a. Bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan
perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal

atau

lingkungan

hunian

dan

tempat

kegiatan

yang

mendukung

perikehidupan dan penghidupan.


b. Kawasan yang didomisili oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai
tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan dan tempat
kerja

yang

memberikan

pelayanan

dan

kesempatan

kerja

terbatas

untuk
23

Laporan Analisis

2013

mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi permukiman tersebut


dapat berdaya guna dan berhasil guna.
c. Tempat atau daerah untuk bertempat tinggal atau tempat untuk menetap.
Permukiman adalah suatau lingkungan hidup yang meliputi masalah lapangan
kerja,

struktur perekonomian dan masalah kependudukan yang bukan saja

mencakup

mengenai pemerataan dan penyebaran penduduk

menyangkut

kualitas

manusia

yang

diharapkan

pada

melainkan juga

generasi

mendatang

(Hardriyanto. D, 1986: 17).


Batubara Dalam Blaang (1986) merumuskan bahwa permukiman adalah suatu
kawasan perumahan yang ditata secara fungsional, ekonomi dan fisik tata ruang yang
dilengkapi dengan prasarana lingkungan, sarana secara umum dan fasilitas sosial
sebagai suatu kesatuan yang utuh dengan membudidayakan sumber daya dan dana,
mengelolah lingkungan yang ada untuk mendukung kelangsungan peningkatan mutu
kehidupan manusia, memberi rasa aman, tentram dan nikmat, nyaman dan sejahtera
dalam keserasian dan keseimbangan agar berfungsi sebagai wadah yang dapat
melayani kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan
dan Permukiman, ada beberapa definisi yaitu:
a.

Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga.

b.

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat


tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan.

c.

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan maupun perdcsaan yang berfungsi sebagai
lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.

d.

Satuan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai


bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana dan sarana
lingkungan yang terstruktur.

24

Laporan Analisis

2013

Lahan, Penggunaan Lahan dan Peruntukan Lahan


Menurut purwowidodo (1983), lahan adalah suatu lingkungan fisik yang mencakup
iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai batas tertentu akan
mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan. Sedangkan menurut Rafii (1985,
lahan merupakan permukaan daratan dengan benda-benda padat, cair bahkan gas.
Lahan juga dapat diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief,
tanah, air, dan vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya
terhapad penggunaan lahan. Termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia di masa
lalu dan sekarang (FAO dalam Arsyad, 1989).
Menurut FAO (1995) dalam Luthfi Rayes (2007:2), lahan memiliki banyak
fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya,
yaitu :
1. Fungsi produksi
Lahan merupakan hal yang penting bagi berbagai sistem penunjang kehidupan,
melalui produksi biomassa yang menyediakan makanan dan bahan biotik lainnya
bagi manusia baik secara langsung maupun tidak langsung.
2. Fungsi lingkungan biotik
Lahan merupakan hal potensial bagi ekragaman daratan yang menyediakan habitat
biologi bagi tumbuhan dan hewan yang ada diatas dan dibawah permukaan tanah.
3. Fungsi pengatur iklim
Lahan dan penggunaannnya merupakan sumber gas rumah kaca yang menentukan
neraca energi berupa pantulan, serapan dan transformasi energi radiasi matahari
dan daur hidrologi global.
4. Fungsi hidrologi
Lahan mengatur simpanan dan aliran sumberdaya air tanah dan air permukaan
serta mempengaruhi kualitasnya.
5. Fungsi penyimpanan
Lahan merupakan sumber berbagai bahan mentah dan mineral untuk dimanfaatkan
oleh manusia.
6. Fungsi pengendali sampah dan polusi
Lahan berfungsi sebagai penerima, penyaring, penyangga dan pengubah senyawa
berbahaya.

7. Fungsi ruang kehidupan


25

Laporan Analisis

2013

Lahan menyediakan sarana fisik sebagai tempat tinggal manusia dan berbagai
aktivitas sosial bagi manusia.
8. Fungsi peninggalan dan penyimpanan
Llahan merupakan media untuk menyimpan dan melindungi benda bersejarah
sebagai sumber informasi tentang masa lalu.
9. Fungsi penghubung spasial
Lahan menyediakan ruang untuk transportasi manusia serta pemindahan tumbuhan
dan binatang antara daerah terpencil dari suatu ekosistem alami.
Sedangkan peruntukan lahan yaitu upaya untuk merencanakan suatu penggunaan lahan
pada

kawasan

tertentu

untuk

fungsi-fungsi

khusus,

seperti

fungsi

perdagangan,

perindustrian, dan lain-lain.


Kemampuan lahan adalah kemampuan suatu lahan untuk digunakan sesuai dengan
peruntukannya dengan tindakan yang tidak merusak lahan itu sendiri. Kemampuan
bangunan merupakan jumlah bangunan pada suatu luasan lahan tertentu, yang dinyatakan
dengan bangunan/Ha.
Kesesuaian lahan merupakan kecocokan suatu lahan untuk penggunaan tertentu.
Penggunaan lahan merupakan setiap bentuk campur tangan manusia terhadap lahan dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spiritual (Arsyad, 1989).
Penggunaan lahan dapat dikelompokkan menajdi penggunaan lahan pertanian dan non
pertanian. Sedangkan menurut Luthfi Rayes (2007) penggunaan lahan secara umum
digolongkan menjadi pertanian tadah hujan, pertanian irigasi, padang rumput, kehutanan
datau daerah rekreasi. Penggunaan lahan pertaniana dapat dibagi menajdi tegalan, sawah,
kebun, hutan, dan lain-lain. Sedangkan penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibagi
menjadi lahan permukiman, industri, perdagangan dan lain-lain.

Kawasan budidaya dan Kawasan Lindung


Berdasarkan Permen PU No.41/PRT/M/2007, Kawasan budi daya adalah wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi
sumber

daya

alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Sedangkan

berdasarkan UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Kawasan lindung adalah
wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup
yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

26

Laporan Analisis

2013
BAB III
METODE PENDATAAN

3.1 Survey Data


Pada tahapan survey data, survey telah dilakukan oleh Kelompok Jebres pada
29 April 2013 hingga 29 Mei 2013. Survey dimulai dari pengurusan surat ijin instansi
dari Jurusan Asritektur UNS, dilanjutkan ke KESBANGPOL Kota Surakarta, hingga
Bappeda. Setelah mendapat surat ijin, kemudian memasukkan ke instansi terkain untuk
membuat janji dilakukannya survey.
Selain survey instansi dilakukan juga survey lapangan. Survey ini dilakukan dengan
membagi penanggungjawab tiap kelurahan kemudian tiap penanggungjawab tersebut
mencari data yang diperlukan hingga batas waktu yang ditentukan. Berikut merupakan
jadwal survey instansi dan lapangan.
Tabel 3.1 Survey Studio Proses Kecamatan Jebres
NO.

1.

Hari/Tanggal

Rabu, 1 Mei 2013

Tempat
Kesbangpol Kota
Surakarta
PU
BAPPEDA
BPN, PLN,
PDAM,
Disperindag,
Dishub, DKP,
Dinsosnakertrans
PU, Kecamatan,
BAPPEDA,
BPN, PLN,
PDAM

Keterangan
Survey ke kesbangpol dilakukan untuk mengurus
surat izin ke instansi lain. Setelah mendapat surat
izin dari kesbangpol, lalu masing-masing surat
diberikan kepada surveyor untuk dimasukkan ke
instansi terkait.

Pada hari tersebut, dilakukan pemasukan surat ke


instansi terkait, untuk selanjutnya menunggu
konfirmasi penerimaan ijin dari dinas terkait.

2.

Kamis, 2 Mei 2013

3.

Rabu 7 Mei 2013

4.

Kamis 8 Mei 2013

BPS, Disperindag

Sabtu, 10 Mei 2013

KepatihanWetan,
Sudiroprajan,
Gandekan, Sewu,
Pucangsawit,
Jagalan,
Tegalharjo,
Jebres,
Mojosongo

Survey dilakukan dengan meminta data dan


wawancara kekantor kelurahan. Surveyor dibagi
berdasarkan banyakny akelurahan yang terdapat di
Kecamatan Jebres. Satu kelurahan dipegang oleh 23 surveyor. Selain itu dilakukan observasi kelurahan
dengan mengis borang observasi.

Kelurahan

Survey lapangan, survey dilakukan dengan


observasi kekelurahan yang telah ditentukan dengan
mengisi borang observasi, survey ini merupakan
observasi lanjutan dari observasi sebelumnya.

5.

6.

Minggu, 11 Mei 2013

Survey dilakukan ke instansi untuk mengambil data


dan mewawancarai narasumber terkait dengan
informasi yang ingin diperoleh

27

Laporan Analisis

NO.

2013

Hari/Tanggal

Tempat

Keterangan

7.

Selasa, 13 Mei 2013

Kepatihan Kulon,
Purwodiningratan

Survey dilakukan dengan meminta


wawancara ke kantor kelurahan

data

dan

Rabu, 14 Mei 2013

Bakosurtanal,

Survey dilakukan dengan meminta data berupa peta


ke bakosurtanal

Kamis, 15 Mei 2013

Dishub, DLLAJ,
Dinsosnakertrans

Survey lanjutan ke instansi ini terkait dengan


pengambilan data yang belum diperoleh dari survey
instansi awal.

Dalam mengumpulkan data, dilakukan dengan mengumpulkan terhadap data primer


dan data sekunder, yaitu dengan cara :
a. Survey Data Primer
Survey primer dilakukan secara langsung kelapangan dengan melihat keadaan
yang sesungguhnya, untuk mendapatkan data primer di Kecamatan Jebres telah
dilakukan melalui teknik :
i. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah aktivitas dialog antara dua pihak atau lebih
untuk membahas sebuah tema. Wawancara merupakan alat pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara
mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau
narasumber dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Narasumber
dapat berupa individu maupun kelompok yang merupakan penduduk wilayah
penelitian maupun orang yang benar-benar mengerti mengenai topik wawancara
yang ingin diperoleh.
ii. Observasi
Observasi

adalah

suatu

cara

pengumpulan

data

dengan

mengadakan

pengamatan langsung terhadap suatu obyek dalam suatu periode tertentu dan
mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat),
pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan kondisi
objek.

28

Laporan Analisis

2013

Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran


realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu
mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap
aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Dalam
observasi biasanya menggunakan form yang disebut dengan borang observasi,
borang observasi merupakan form yang harus di isi oleh peneliti atau surveyor untuk
mengetahui dan memperoleh informasi mengenai objek yang ingin di teliti.
Observasi dibedakan menjadi dua yaitu :
- Observasi lokasi
Observasi lokasi dilakukan dengan menggunakan denah dasar wilayah
penelitian

untuk

mengetahui kebutuhan

informasi yang

spesifik

yang

biasanya berupa karakteristik tempat. Contohnya adalah observasi yang


dilakukan terhadap kondisi sarana
- Observasi area
Observasi area dilakukan dengan menggunakan peta dasar wilayah
penelitian untuk mengetahui kebutuhan informasi pada skala yang tepat.
Contohnya

adalah

observasi distribusi sarana,

observasi guna

lahan

eksisting.

b. Survey Data Sekunder


Survey sekunder dilakukan untuk mencari data sekunder yang berupa peta,
tabel, foto maupun deskripsi dari setiap instansi terkait melalui studi dokumen. Studi
dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan
kepada subjek penelitian. Instansi yang didatangi meupakan instansi pemerintahan
seperti BAPPEDA, BPS, DTRK, Dinas PU, serta Kantor Kecamatan maupun
Kelurahan.

Data yang diperoleh dari Primer dan Sekunder adalah berupa :


1. Data Primer
Data primer adalah data yang didapatkan secara langsung atau melalui survey
primer yang berupa traskrip wawancara, observasi, maupun transkip kompilasi
kuisioner. Bentuk data dapat berupa deskripsi (hasil wawancara), borang observasi,
peta hasil observasi, serta tabel checklist. Contoh dari data primer adalah data kondisi
sarana prasarana wilayah penelitian yang didapatkan dari observasi.
29

Laporan Analisis

2013

2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh orang lain dan tidak
dipersiapkan

untuk

kegiatan

penelitian,

tetapi dapat

digunakan

untuk

tujuan

penelitian. Bentuk data sekunder sendiri yaitu berupa peta, tabel, foto dan deskripsi.
a. Peta
Peta disini merupakan peta yang didapatkan dari RTRW ataupun instansi.
Merupakan alat yang di gunakan untuk mengetahui posisi sesuatu hal yang di
gambarkan di bidang datar. Di dalam peta dapat kita jumpai beberapa info seperti
tata guna lahan, posisi sarana dan prasarana hingga persebaran penduduk.
b. Tabel
Merupakan sebuah data yang tersusun berdasarkan kriteria tertentu. Di dalam
tabel dapat kita jumpai suatu hal secara terperinci.
c. Deksripsi
Merupakan sebuah gambaran umum dari suatu hal dengan cara penjabaran dan
berfungsi untuk menjelaskannya secara garis besar. Deskripsi dalam data sekunder
ini diambil dari dokumen yang didapat dari instansi terkait.

3.2 Data yang dikumpulkan


Berikut adalah data yang dikumpulkan dari survey yang telah dilakukan:
Tabel 3.2 Daftar Data yang Dikumpulkan

1.

Kebijakan

Dokumen
RTRW Kota
Surakarta
tahun 20112031

Deskripsi

Tabel

Foto

Data

Bentuk Data

Peta

Sektoral

Primer

No

Sekunder

Jenis
Data

Metode
Pengump
ulan data

Studi
dokumen

Studi
dokumen

Unit
Data

Tahun

Kota

20112031

Kota

20112031

Sumber /
Instansi

Analisis
Sektoral

BAPPEDA

Analisis
arahan
struktur
ruang

BAPPEDA

Analisis
program
pembangun
an terkait
Kecamatan
Jebres

30

Laporan Analisis

2013

2.

3.

Fisik Dasar

Kependudu
kan

Deskripsi

Tabel

Foto

Data

Bentuk Data

Peta

Sektoral

Primer

No

Sekunder

Jenis
Data

Metode
Pengump
ulan data

Unit
Data

Tahun

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Kota

2011

Sumber /
Instansi

Data
penggunaan
lahan

Peta Morfologi

Studi
dokumen

Peta Topografi

Studi
dokumen

Kota

2011

BAPPEDA

Peta geologi

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPN

Peta hidrologi

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Peta daerah
rawan bencana

Data tingkat
pendidikan
penduduk

Data migrasi
penduduk
kecamatan

Analisis
Sektoral

Kecamatan
DPPKAD
BAPPEDA
Analisis
kemampua
n lahan

BPS
Kecamatan
BPS

Analisis
daerah
rawan
bencana

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPS

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPS

Data mata
penceharian
penduduk

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPS

Data
persebaran
penduduk

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Kecamatan,
BPS

Data
kepadatan
penduduk

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Kecamatan,
BPS

Data jumlah
penduduk

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPS

Analisis
Dinamika

Data jumlah
penduduk

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPS

Analisis
Proyeksi

Kecamatan

AnalisisStr
uktur

31

Laporan Analisis

2013

Data PDRB
kota dan
kecamatan

4.

Ekonomi

Data bahan
baku industri

5.

Deskripsi

Tabel

Unit
Data

Tahun

Sumber /
Instansi

Studi
dokumen

Kota

20072011

BPS,
Kecamatan

Keluraha
n

2011

Disperindag

Wawanc
ara

Kecamat
an

2011

Diperindag

Studi
dokumen

Kota

2011

BAPPEDA

Studi
dokumen

Kota

20072011

Kecamatan,
BPS

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Kecamatan,
BPS

Studi
dokumen

Kota

20072011

Kecamatan,
BPS

PDRB Kota

PDRB
Kecamatan

PDRB Kota

Metode
Pengump
ulan data

Studi
dokumen
,
Observas
i/Borang

Arahan
Struktur
Ruang

PDRB
Kecamatan

Sarana
dan
Prasarana

Data omset
dan pemasaran
hasil industri

Foto

Data

Bentuk Data

Peta

Sektoral

Primer

No

Sekunder

Jenis
Data

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Kecamatan,
BPS

Data jumlah
dan jenis
sarpras

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPS

Data
persebaran
sarpras

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPS

Data ketentuan
SPM

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Kecamatan,
BPS

Data proyeksi
penduduk

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPS

Analisis
Sektoral

Potensi
Pengemban
gan industri
pengolahan
, bahan
baku, dan
peluang
pemasaran
hasil
industri

Analisis
perkemban
gan
ekonomi
dan potensi
basis yang
akan
dikembang
kan
Analisis
kondisi
sektor
perdaganga
n

Analisis
jumlah dan
jenis
sarpras

Analisis
proyeksi
kebutuhan
sarpras

32

Laporan Analisis

2013

6.

Transportasi

Data jumlah
dan jenis
sarana
perdagangan

Data kondisi
sarana
perdagangan

Data SPM
sarpras
permukiman

Data jumlah
penduduk

Deskripsi

Tabel

Foto

Data

Bentuk Data

Peta

Sektoral

Primer

No

Sekunder

Jenis
Data

Metode
Pengump
ulan data

Unit
Data

Tahun

Sumber /
Instansi

Analisis
Sektoral

Analisis
jumlah dan
jenis sarana
perdaganga
n dan
analisis
kondisi
sarana
perdaganga
n

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Kecamatan,
BPS

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Kecamatan,
BPS

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Kecamatan,
BPS

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPS

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Kecamatan,
BPS

Analisis
kondisi
sarana
prasarana

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Kecamatan,
BPS

Analisis
persebaran
industri

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Kecamatan,
BPS

Analisis
sarpras
industri

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Kecamatan,
BPS

Analisis
bangkitan
dan tarikan

Observas
i

Kecamat
an

2011

Kecamatan

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Dishub

Data kondisi
sarana dan
prasarana

Data
persebaran
industri

Data ketentuan
SPM

Peta Tata Guna


Lahan Eksisting

Peta persebaran
industri dan
perdagangan

Trayek
angkutan
barang

Analisis
kebutuhan
sarpras
minimal
permukima
n

Analisis
pergerakan
bahan baku

33

Laporan Analisis

2013

Jumlah tenaga
kerja induatri

Data rute
trayek bus
perkotaan

7.

Tataguna
Lahan

Peta
persebaran
industri

Data
kemampuan
lahan

Peta
kegunaaan
lahan existing

Data
kemampuan
lahan

Peta lokasi
perdagangan

Arahan BWK

Data
Kepadatan
bangunan

Deskripsi

Tabel

Data trayek
angkutan
umum

Peta
kegunaaan
lahan existing

Foto

Data

Bentuk Data

Peta

Sektoral

Primer

No

Sekunder

Jenis
Data

Metode
Pengump
ulan data

Unit
Data

Tahun

Sumber /
Instansi

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Dishub/DLL
AJ

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

PU, Dishub

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Dishub

Studi
dokumen

Kota

2011

BAPPEDA

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPN

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BAPPEDA

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPN

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPN

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BAPPEDA

Studi
dokumen

Kota

2011

BPS

Kecamat
an

2011

Kecamatan

Angket,
Wawanc
ara,
Observas

Analisis
pergerakan
tenaga kerja

Analisis
persebaran
angkutan
umum di
kecamatan
jebres

Analisis
pengemban
gan lokasi
industri

BAPPEDA

Analisis
Sektoral

Analisis
ketersediaa
n lahan

Analisis
pengkonse
ntrasian
lokasi
perdaganga
n
Analisis
kepadatan
bangunan

34

Laporan Analisis

2013

Deskripsi

Tabel

Foto

Data

Bentuk Data

Peta

Sektoral

Primer

No

Sekunder

Jenis
Data

Metode
Pengump
ulan data

Unit
Data

Tahun

Sumber /
Instansi

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

Kecamatan,
BPS

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPN

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPN

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPS

Analisis
Sektoral

i/Borang

KDB, KLB,
dan GSB

Data
kemampuan
lahan

Peta
penggunaan
lahan eksisting

Data jumlah
penduduk

Data
kebutuhan
lahan per
orang

Peta
persebaran
industri

Data
kemampuan
lahan

Peta
penggunaan
lahan eksisting

Arahan BWK

Analisis
kesesuaian
lahan

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPN

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPS

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPN

Studi
dokumen

Kecamat
an

2011

BPN

Studi
dokumen

Kota

2011

BPS

Analisis
kebutuhan
lahan

Analisis
pengemban
gan lokasi
industri

Sumber: Kelompok Studio Proses Kecamatan Jebres 2013

35

Laporan Analisis

2013

3.3 Proses dan Teknik Analisis


Tabel 3.3 Proses dan Teknik Analisis
No.

Sektor

Input

Proses
Analisis arahan Struktur Ruang

1.

Dokumen
RTRW Kota
Surakarta
tahun 20112031

Kebijakan

Mengidentifikasi arahan dari kebijakan


RTRW
Analisis program pembangunan terkait
Kecamatan Jebres

2.

Fisik Dasar

data
klimatologi
data topografi
data geologi
data hidrologi
data bencana
alam
data
penggunaan
lahan

Mengidentifikasi arahan dari kebijakan


RTRW
analisis SKL morfologi
analisis SKL kemudahan dikerjakan
analisis SKL kestabilan lereng
analisis SKL kestabilan pondasi
analisis SKL ketersediaan air
analisis SKL terhadap erosi
analisis SKL untuk drainase
analisis SKL terhadap bencana
(mengidentifikasi keadaan fisik Jebres dan
mengklasifikasikannya ke dalam
tingkatan)
analisis kemampuan lahan
(mengkombinasikan hasil semua SKL, dan
mengklasifikasikan ke dalam kelas
pengembangan setiap kelurahan)

Output
Mengetahui arahan
dan program
pembangunan dari
pemerintah yang
medukung
pertumbuhan
Kecamatan Jebres

Teknik Analisis

Kualitatif

Kualitatif

Klasifikasi
kemampuan lahan
sebagai salah satu
faktor penentu dalam
proses pembangunan
maupun
pengembangan lahan
di Kecamatan Jebres

Kualitatif dan
Kuantitatif

Klasifikasi daerah
rawan bencana di
Kecamatan Jebres

Kualitatif

10.676 dari 16.633


pekerja bidang
industri kurang
berkualitas

Kuantitatif

Persebaran penduduk
belum merata

Kuantitatif

Analisis daerah rawan bencana

3.

peta daerah
rawan bencana

Data Penduduk
Usia Produktif
Data Mata
Pencaharian
Penduduk
Data Tingkat
Pendidikan
Penduduk

Kependudu
kan

Data Jumlah
Penduduk
Data Migrasi
Penduduk

(SKL terhadap bencana)


Mengidentifikasi kawasan rawan
bencana banjir
Analisis Struktur Penduduk (Kualitas SDM
sektor industri)
1. Menghitung jumlah penduduk usia
produktif atau penduduk usia kerja
2. Membandingkan penduduk yang
bermata pencaharian di bidang industri
dengan penduduk usia produktif
3. Membandingkan penduduk yang lulus
SLTA dan akademi/PT dengan
penduduk usia produktif untuk
mengetahui pekerja berkualitas
4. Membandingkan pekerja di bidang
industri dengan pekerja berkualitas
untuk mengetahui pekerja bidang
industri yang berkualitas
Analisis Persebaran Penduduk
1. Menghitung penduduk yang datang dan
dibandingkan dengan jumlah penduduk
untuk mengetahui pengaruh penduduk

36

Laporan Analisis

No.

Sektor

2013

Input

Data Tingkat
Kepadatan
Penduduk

Data Penduduk
Usia Produktif
Data Mata
Pencaharian
Penduduk
Data Tingkat
Pendidikan
Penduduk

Data Jumlah
Penduduk

Proses

Teknik Analisis

64,18% atau 3.286


pekerja sektor
perdagangan kurang
berkualitas

Kuantitatif

Mata pencaharian
penduduk Kecamatan
Jebres didominasi
oleh buruh industri

Kuantitatif

Pada tahun 2033


diproyeksikan
penduduk kecamatan
Jebres selatan
bertambah 7.173

Kuantitatif

Sektor Basis,
Unggulan dan
potensial yang cocok
untuk dikembangkan

Kualitatif dan
Kuantitatif

Kondisi sektor
perdagangan

Kualitatif

yang datang terhadap jumlah penduduk


2. Memetakan penduduk yang datang dan
dikaitkan dengan tingkat kepadatan
penduduk
Analisis Struktur Penduduk (Kualitas SDM
di Sektor Perdagangan)
1. Menghitung jumlah penduduk usia
produktif atau penduduk usia kerja
2. Membandingkan penduduk yang
bermata pencaharian di sektor
perdagangan dengan penduduk usia
produktif
3. Membandingkan penduduk yang lulus
SLTA dan akademi/PT dengan
penduduk usia produktif untuk
mengetahui pekerja berkualitas
4. Membandingkan pekerja di sektor
perdagangan dengan pekerja berkualitas
untuk mengetahui pekerja bidang
industri yang berkualitas
Analisis mata pencaharian penduduk

Analisis Proyeksi Penduduk


1. Menghitung proyeksi penduduk hingga
tahun 2033
2. Menghitung penduduk yang bertambah
di Jebres bagian selatan

Data PDRB
Kecamatan
Data PDRB Kota

Output

Analisis perkembangan ekonomi dan


potensi basis yang akan dikembangkan
Langkah analisis :
1. Mengidentifikasi struktur ekonomi
Kecamatan Jebres
2. Mengidentifikasi Dinamika
Perekonomian Kecamatan Jebres

4.

Ekonomi

3. Menentukan sektor basis dan unggulan


menggunakan perhitungan LQ dan ShiftShare
4. Grafik LQ dan Pertumbuhan Bersih
5. Kesimpulan

Data PDRB
Kecamatan
Data PDRB Kota

Analisis kondisi sektor perdagangan

37

Laporan Analisis

No.

Sektor

2013

Input

Proses
Langkah analisis :

Output

Teknik Analisis

Kecamatan Jebres

1. Mengidentifikasi kondisi sektor


perdagangan berdasarkan struktur
ekonomi, hasil perhitungan LQ dan hasil
perhitungan Shift-Share
2. Kesimpulan

Data PDRB
Kecamatan
Data PDRB Kota
Data Sumber
Daya Alam
Data Bahan Baku
Produksi
Data Omset dan
Pemasaran hasil
industri
Data Arahan
Struktur Ruang
Kecamatan Jebres

Analisis potensi pengembangan industri


pengolahan, bahan baku dan peluang
pemasaran industri di jebres bagian utara
Langkah analisis :
1. Menganalisis potensi industri Kecamatan
Jebres dari hasil perhitungan LQ dan Shift
Share
2. Mengidentifikasi Peta tata guna lahan

Potensi
pengembangan
industri Kecamatan
Jebres

Kualitatif

Peluang pemasaran
hasik industri

3. Membuat mata rantai produksi


4. Kesimpulan

Data jumlah dan


jenis sarpras, data
persebaran sarpras

5.

Sarana dan
Prasarana

Data proyeksi
penduduk,
ketentunan SPM

Analisis jumlah dan jenis sarpras

Mencari data jumlah dan jenis


sarpras
Memetakan persebaran dan
jangkauan sarpras
Menghitung kebutuhan sarpras
Membandingkan sarpras eksisting
dengan kebutuhan sarpras untuk
mengetahui cukup tidaknya
ketersediaan sarpras
Analisis proyeksi kebutuhan sarpras

Data jumlah dan


jenis sarana
perdagangan,
kondisi sarana
perdagangan

Menghitung proyeksi penduduk


Mencari ketentuan standar
pelayanan minimum(SPM)
Menghitung proyeksi kebutuhan
sarpras di tahun akhir
perencanaan(2033)

Analisis jumlah dan jenis sarana


perdagangan dan analisis kondisi sarana
perdagangan

Kecukupan sarana dan


prasarana untuk
mengatasi ketidak
merataan
pembangunan di
kecamatan jebres

Kebutuhan sarana dan


prasarana 20 tahun
mendatang untuk
mengatasi ketidak
merataan
pembangunan di
kecamatan jebres

Perkembangan sarana
perdagangan dan
penambahannya di
kecamatan jebres

Teknik kuantitatif

Teknik kuantitatif

Teknik kuantitatif
dan teknik kualitatif

Mencari data jumlah dan jenis


sarana perdagangan
Memetakan persebaran dan

38

Laporan Analisis

No.

Sektor

2013

Input

Proses
jangkauan sarana perdagangan
Menghitung kebutuhan sarana
perdagangan
Observasi untuk mengetahui
kondisi sarana perdagangan
eksisting
Mengidentifikasi kecenderungan
sarana perdagangan di kecamatan
Jebres
Analisis kebutuhan sarpras minimal
permukiman

Output

Teknik Analisis

Data standar
pelayanan
minimum sarpras
permukiman,
jumlah penduduk

Data kondisi sarana


dan prasarana di
Kecamatan Jebres

Mencari ketentuan standar


pelayanan minimum sarpras
permukiman
Menghitung kebutuhan sarpras
permukiman

Analisis kondisi sarana prasarana


Menghimpun data kondisi
Memberikanpenilaian/pembobotan

Data persebaran
industri

Kebutuhan sarana
dan prasarana
penunjang
permukiman agar
permukiman tidak
hanya terkonsentrasi
di jebres selatan

Teknik kuantitatif
dan teknik kualitatif

Penilaian kondisi
sarana dan prasaraana
kecamatan jebres,
untuk menentukan
performa fasilitas
yang ada di Jebres
Utara dan Selatan

Kualitatif

Kesesuaian industri
dengan kebijakannya.

Kualitatif

Sarana prasarana
yang harus
terbangun.

Kuantitatif

Kecamatan Jebres
bagian selatan
memiliki daya tarik
yang besar dalam
suatu tarikan
pergerakan.

Kualitatif

Analisi persebaran industri


Menghimpun data Industri

Kebijakan
Memetakanpersebaranindustri
Membandingkandenganarahan
Standar Pelayanan
Minimum

Analisis sarpras Industri


Menghimpun data
luasanindustritiapkelurahan
MenghitungdenganStandarPelayanan
Minimum

Peta TGL eksisting


Kecamatan Jebres

Analisis Bangkitan dan Tarikan di


Kecamatan Jebres
1.

6.

Transportasi

Peta Rute Trayek


Angkutan Kota di

Mengidentifikasi daerah yang


menjadi bangkitan berdasarkan
aktivitas ekonomi dan persebaran
permukiman di Kecamatan Jebres

Analisis Persebaran Angkutan Umum Di


Kecamatan Jebres

Jangkauan pelayanan
angkutan umum yang
ada di Kecamatan

Kualitatif

39

Laporan Analisis

No.

Sektor

2013

Input
Kecamatan Jebres

Proses
1.

2.

Peta Rute Trayek


Bus Perkotaaan di
Kecamatan Jebres

2.

7.

Tata Guna
Lahan

Peta Rute
Trayek
Angkutan
Barang di
Kecamatan
Jebres
Peta Persebaran
Industri dan
Perdagangan
Kecamatan
Jebres

Peta pesebaran
industri, Data
kemampuan lahan,
Peta penggunaan
lahan
eksisting,Arahan
BWK

Teknik Analisis

Jebres belu
seluruhnya melayani
daerah ini, pelayanan
yang sudah ada masih
terpusat pada Jebres
bagian selatan yang
memiliki banyak
pusat aktivitas.

Analisis Pergerakan Tenaga Kerja yang


Menggunakan Angkutan Umum di
Kecamatan Jebres
1.

Mengidentifikasi rute trayek


angkutan umum dari peta rute
trayek angkutan kota dan peta rute
trayek bis perkotaan.
Menentukan rute trayek ankutan
umum yang merupakan rute
terpadat (yang mengalami
tumpang tinding) dan terjarang
(yang masih sedikit terlayanani
angkutan umum) di Kecamatan
Jebres.

Output

Mengetahui persebaran industri


yang ada di Kecamatan Jebres
melalui peta persebaran industri
dan perdagangan.
Mengidentifikasi pergerakan
tenaga kerja yang menggunakan
angutan umum melalui peta rute
trayek angkutan umum yang ada
di Kecamatan Jebres.

Pergerakan tenaga
kerja yang ada di
Kecamatan Jebres
masih terkonsentrasi
pada jaringan jalan
yang ada di Jebres
bagian selatan.

Kualitatif

Pergerakan bahan
baku yang ada di
Kecamatan Jebres
masih belum optimal
bila melihat aktivitas
ekonomi yang ada di
kecamatan ini tidak
hanya ada di Jebres
bagian selatan.

Kualitatif

Lokasi optimal dalam


pengembangan
industri

Kualitatif, kuantitatif

Analisis Pergerakan Bahan Baku dan


Analisis Pergerakan Perdanganan di
Kecamatan Jebres
1.

Mengeidentifikasi persebaran
industri dan perdagangan yang ada
di Kecamatan Jebres mealalui;peta
persebaran industri dan
perdagangan Kecamatan Jebres.
2. Menganalisis pergerakan angkutan
barang dan peti kemas yang
melalui Kecamatan Jebres dengan
menggunakan peta rute trayek
angktan barang dan peti kemas.
3. Mengaitkan persebaran industri
dan perdagangan di Kecamatan
Jebres dengan rute trayek
angkutan barang dan peti kemas.
Analisis pengembangan lokasi industri.
-

Melihat lokasi optimal bagi


pengembangan industri dengan
mempertimbangkan kemampuan
lahan, arahan BWK yang ada serta
faktor lain yang menunjang
industri.

40

Laporan Analisis

No.

Sektor

2013

Input
Data kemampuan
lahan, Peta
penggunaan lahan
eksisting

Peta lokasi
perdagangan,
Arahan BWK

Proses

Data kemampuan
lahan, Peta
penggunaan lahan
eksisting

Data jumlah
penduduk, Data
kebutuhan lahan
per orang

Teknik Analisis

Lokasi ketersediaan
lahan untuk
pembangunan

Kuantitatif, kualitatif

Analisis ketersediaan lahan.


-

Melihat adanya lahan kosong di


Kecamatan Jebres dari peta
penggunaan lahan.
Mempertimbangkan dengan
kemampuan lahan pada lahan
kosong tersebut untuk
pembangunan.
Analisis pengkonsentrasian lokasi
perdagangan.
-

Data kepadatan
penduduk, Peta tata
guna lahan
eksisting

Output

Melihat pengkonsentrasian lokasi


perdagangan berdasarkan peta
penggunaan lahan dan peta
sebaran sarana perdagangan.
Memproyeksikan
pengkonsentrasian lokasi
perdagangan dengan melihat
beberapa faktor yang ada.
Analisis kepadatan bangunan.

Pengkonsentrasian
lokasi perdagangan
untuk
mempertahankan
kondisi eksisting
perdagangan yang
ada di Jebres Selatan

Melihat kepadatan bangunan yang


ada di Kecamatan Jebres dari peta
penggunaan lahan.
Melihat kepadatan penduduk yang
ada di Kecamatan Jebres.
Menyesuaikan kepadatan
bangunan yang ada dengan
kepadatan penduduk Kecamatan
Jebres.
Memproyeksikan kepadatan
permukiman di Kecamatan Jebres.
Analisis kesesuaian lahan.

Arahan pengaturan
bangunan guna
mengendalikan
pertumbuhan
kawasan hunian

Kuantitatif, kualitatif

Kesesuaian
penggunaan lahan
berdasarkan kelas
kemampuan lahan

Kualitatif,
Kuantitatif

Kebutuhan lahan
penduduk Kecamatan
Jebres terhadap lahan
permukiman

Kuantitatif

Menghitung arahanpolaruang
(lindung-budidaya),
arahanrasiotutupan,
arahanketinggianbangunan,
danperkiraandayatampunglahan
berdasarkan hasil analisis
kemampuan lahan.
Membandingkan hasil analisis
diatas dengan peta penggunaan
lahan Kecamatan Jebres.
Analisis kebutuhan lahan.
-

Mengetahui standar minimum


kebutuhan lahan per orang
Menghitung kebutuhan lahan
penduduk Kecamatan Jebres
berdasarkan standar minimum
Mengetahui kecukupan lahan di
Kecamatan Jebres

41

Laporan Analisis

No.

Sektor

2013

Input
Peta pesebaran
industri, Data
kemampuan lahan,
Peta penggunaan
lahan
eksisting,Arahan
BWK

Proses

Output

Teknik Analisis

Lokasi optimal dalam


pengembangan
industri

Kualitatif, kuantitatif

Analisis pengembangan lokasi industri.


-

Melihat lokasi optimal bagi


pengembangan industri dengan
mempertimbangkan kemampuan
lahan, arahan BWK yang ada serta
faktor lain yang menunjang
industri.

Sumber : Kelompok Studio Proses Kecamatan Jebres 2013

42

Laporan Analisis

2013
BAB IV
ANALISIS

4.1 Analisis Kebijakan


Tabel 4.1 Kerangka Analisis Sektor Kebijakan
Input

Proses
Analisis arahan struktur ruang
terkait Kecamatan Jebres

Dokumen RTRW Kota Surakarta


tahun 2011-2031

Analisis program
pembangunan terkait
Kecamatan Jebres

Output
Mengetahui arahan dan program
pembangunan dari pemerintah
yang mendukung pertumbuhan
Kecamatan Jebres

4.1.1 Analisis arahan BWK Kecamatan Jebres (Arahan Struktur Ruang)


Analisis struktur ruang dilakukan dengan tujuan mengetahui arahan fungsi-fungsi
kegiatan pelayanan di Kecamatan Jebres.

Peta 4.1 Peta Arahan Struktur Ruang Kota Surakarta


Sumber : RTRW Kota Surakarta
Implementasi dari arahan struktur ruang ini dilakukan melalui program sektoral
berupa perwujudan struktur ruang, antara lain :

43

Laporan Analisis

2013

Perwujudan Pusat-Pusat Pelayanan,

Perwujudan Sistem Prasarana Transportasi,

Perwujudan dan Pengembangan Sistem Prasarana Lingkungan.


4.1.2 Analisis program pembangunan terkait Kecamatan Jebres (Indikasi Program)
Tabel 4.2 Analisis Program Pembangunan Kecamatan Jebres
Sektor

Ekonomi

TGL
(Pola Ruang dan
Struktur Ruang)

Program
Pemantapan Kawasan
Industri, Pembagian
Fungsi Kawasan
Industri, Penataan
Kawasan Industri, dan
Pengendalian Dampak
Lingkungan di
Kawasan BWK V

Lingkup Wilayah

Pelaksanaan

BWK V :
Kel.Jebres,
Kel.Tegalharjo,
Kel.Jagalan,
Kel.Purwodiningratan,
Kel.Pucangsawit

2011-2015
Sedang dalam proses
pelaksanaan

Pengembangan
Kawasan Perdagangan
dan Jasa

Semua kelurahan di
Kecamatan Jebres

2011-2030
Sedang dalam proses
pelaksanaan

Rehabilitasi / relokasi
kawasan rawan
bencana BWK I, BWK
V (Sempadan Sungai
Bengawan Solo dan
wilayah yang
berpotensi rawan
genangan)

BWK I :
Kel.Sudiroprajan,
Kel.Gandekan,
Kel.Sewu
BWK V :
Kel.Jebres,
Kel.Tegalharjo,
Kel.Jagalan,
Kel.Purwodiningratan,
Kel.Pucangsawit

2011-2015
Sudah hampir selesai
pelaksanaannya

Perwujudan Kawasan
Lindung (Pengawasan
dan Pengendalian Penataan dan
Rehabilitasi, dsb)
Pengembangan
Kawasan Wisata
(Penataan dan
Pengembangan)

Pengembangan
Perumahan /
Permukiman (BWK IV
dan BWK V)
Sarana-Prasarana
Pengembangan
Kawasan Pendidikan:
BWK V (UNS, Techno
Park)
Pengembangan Sistem

Taman Satwa Taru


Jurug, TMP
Kusumabhakti
2011-2030
Taman Satwa Taru
Jurug
BWK IV :
Kel.Mojosongo
BWK V :
Kel.Jebres,
Kel.Tegalharjo,
Kel.Jagalan,
Kel.Purwodiningratan,
Kel.Pucangsawit
Universitas Sebelas
Maret
Solo Techno Park
Semua kelurahan di

2011-2030
Sedang dalam proses
pelaksanaan

2011-2030

2011-2030

44

Laporan Analisis

Sektor

Transportasi

2013
Program
Air Limbah
(Pembangunan IPAL
Industri, Pembangunan
Saluran penampung
buangan Rumah
Tangga sewerage
system dan
Pembangunan IPAL
domestik, dll)
Pengembangan Fungsi
Jalan Sekunder (Jl.
Kol. Sutarto)
Pembangunan jalan
akses rencana tol dan
jalur lingkar
Pengembangan Jalan
Kolektor Primer
(Pengembangkan ruas
baru sebagai jalan
kolektor primer, yaitu
di sepanjang tanggul
Bengawan Solo)
Penyediaan Terminal
(Terminal Barang dan
Terminal Tipe A di
Mojosongo)

Lingkup Wilayah
Kecamatan Jebres

Kel. Jebres

Kel. Mojosongo

Kel. Jebres,
Kel.Pucangsawit,
Kel.Sewu

Kel. Jebres,
Kel.Mojosongo

Pelaksanaan

2011-2015

2013-2017

2013-2017

2011-2015

Sumber : Indikasi Program RTRW Kota Surakarta 2011-2031

45

Laporan Analisis

2013

Peta 4.2 Program Kerja Sektoral


Sumber : Hasil Analisis Kelompok STUPRO Jebres, 2013

Laporan Analisis

2013

Kesimpulan :
Kebijakan dari pemerintah kota yang ada sudah mendukung dalam adanya percepatan
pembangunan Jebres bagian utara sesuai dengan isu strategis dalam RTRW Kota Surakarta
yaitu pemerataan pembangunan ke arah Surakarta bagian utara, sehingga dapat tercipta
pemerataan dan keseimbangan pembangunan antara Jebres bagian selatan dengan utara.
4.2 Analisis Fisik Dasar
Analisis fisik dasar terdiri dari 2 analisis, yaitu analisis kemampuan lahan dan analisis
daerah rawan bencana. Untuk mencapai analisis kemampuan lahan, harus dilakukan 8
analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terlebih dahulu,

antara lain: satuan kemampuan

lahan morfologi, satuan kemampuan lahan kemudahan dikerjakan, satuan kemampuan lahan
kestabilan lereng, satuan kemampuan lahan kestabilan pondasi, satuan kemampuan lahan
ketersediaan air, satuan kemampuan lahan

terhadap erosi, satuan kemampuan lahan untuk

drainase, dan satuan kemampuan lahan terhadap bencana alam.


Tabel 4.3 Kerangka Analisis Fisik Dasar
Input

data klimatologi
data topografi
data geologi
data hidrologi
data bencana alam
data penggunaan lahan

peta daerah rawan


bencana

4.2.1

Proses
analisis SKL morfologi
analisis SKL kemudahan
dikerjakan
analisis SKL kestabilan lereng
analisis SKL kestabilan pondasi
analisis SKL ketersediaan air
analisis SKL terhadap erosi
analisis SKL untuk drainase
analisis SKL terhadap bencana
analisis kemampuan lahan
Analisis daerah rawan bencana
(SKL terhadap bencana)

Output
Klasifikasi kemampuan lahan
sebagai salah satu faktor
penentu dalam proses
pembangunan maupun
pengembangan lahan di
Kecamatan Jebres

Klasifikasi daerah rawan


bencana di Kecamatan Jebres

Analisis Kemampuan lahan


a. SKL Morfologi
Tujuan dari Analisis SKL Morfologi adalah untuk memilah bentuk bentang

alam/morfologi pada wilayah perencanaan yang mampu dikembangkan sesuai dengan


fungsinya. Berikut hasil analisis satuan kemampuan lahan morfologi berdasarkan PerMen
PU No.20/PRT/M/2007 :

47

Laporan Analisis

2013
Tabel 4.4 Hasil Analisis SKL Morfologi

Kelurahan

Nilai

SKL Morfologi
Kemampuan lahan
morfologi rendah
Kemampuan lahan
morfologi rendah
Kemampuan lahan
morfologi rendah
Kemampuan lahan
morfologi rendah
Kemampuan lahan
morfologi rendah

dari

Potensi Pengembangan

Kepatihan Kulon

4,8

Kepatihan Wetan

4,8

Sudiroprajan

4,8

Gandekan

4,8

Sewu

4,8

Pucangsawit

4,8

Jagalan

4,8

Purwodingratan

4,8

Tegalharjo

4,8

Jebres

4,4

Kemampuan lahan dari


morfologi kurang

Permukiman dan budidaya


terbatas

Mojosongo

4,4

Kemampuan lahan dari


morfologi kurang

Permukiman dan budidaya


terbatas

dari
dari
dari
dari

Kemampuan lahan dari


morfologi rendah
Kemampuan lahan dari
morfologi rendah
Kemampuan lahan dari
morfologi rendah
Kemampuan lahan dari
morfologi rendah

Permukiman dan budidaya


Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya

Sumber : Hasil analisis kelompok STUPRO Jebres

48

Laporan Analisis

2013

Peta 4.3 Morfologi Kecamatan Jebres


Sumber : Hasil Analisis Kelompok STUPRO Jebres, 2013

Kelurahan Jebres dan Mojosongo memiliki kemampuan lahan morfologi yang berbeda
dari 9 kelurahan lain yang ada di Kecamatan Jebres, oleh karena itu hal ini perlu
diperhatikan

dalam pengembangan

potensi wilayah

tersebut

agar

sesuai dengan

kemampuan lahannya.
b. SKL Kemudahan dikerjakan
Tujuan dari Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan adalah untuk mengetahui tingkat
kemudahan lahan di suatu wilayah untuk digali bagi keperluan pengembangan. Berikut
hasil analisis satuan kemampuan lahan kemudahan dikerjakan berdasarkan PerMen PU
No.20/PRT/M/2007 :
Tabel 4.5 Hasil Analisis SKL Kemudahan Dikerjakan
Kelurahan
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu

Nilai

SKL Kemudahan

Potensi Pengembangan

4,8
4,8
4,8
4,8
4,8

Kemudahan tinggi
Kemudahan tinggi
Kemudahan tinggi
Kemudahan tinggi
Kemudahan tinggi

Permukiman dan budidaya


Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya

49

Laporan Analisis

Kelurahan

2013

Nilai

SKL Kemudahan

Potensi Pengembangan

Pucangsawit
Jagalan
Purwodingratan
Tegalharjo

4,8
4,8
4,8
4,8

Kemudahan tinggi
Kemudahan tinggi
Kemudahan tinggi
Kemudahan tinggi

Jebres

4,4

Kemudahan cukup

Mojosongo

4,4

Kemudahan cukup

Permukiman dan budidaya


Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
terbatas
Permukiman dan budidaya
terbatas

Sumber : Hasil analisis kelompok STUPRO Jebres

Peta 4.4 Kemudahan Dikerjakan Kecamatan Jebres


Sumber : Hasil Analisis Kelompok STUPRO Jebres, 2013

Kelurahan Jebres dan Mojosongo memiliki nilai kemudahan dikerjakan yang berbeda dari
9 kelurahan lain yang ada di Kecamatan Jebres, hal ini nantinya akan mempengaruhi
intensitas pengembangan di 2 kelurahan tersebut karena memiliki tingkat efisiensi dan
efektifitas yang lebih rendah untuk dikerjakan dibandingkan kelurahan lain.

50

Laporan Analisis

2013

c. SKL Kestabilan lereng


Tujuan

dari Analisis

SKL

Kestabilan

Lereng

adalah

untuk

mengetahui tingkat

kemantapan lereng wilayah didalam menerima beban. Berikut hasil analisis satuan
kemampuan lahan kestabilan lereng berdasarkan PerMen PU No.20/PRT/M/2007 :

Tabel 4.6 Hasil Analisis SKL Kestabilan Lereng


Kelurahan

Nilai

SKL Kestabilan
Lereng
Kestabilan Lereng
Tinggi
Kestabilan Lereng
Tinggi
Kestabilan Lereng
Tinggi
Kestabilan Lereng
Tinggi
Kestabilan Lereng
Tinggi

Potensi Pengembangan

Kepatihan Kulon

3,6

Kepatihan Wetan

3,6

Sudiroprajan

3,6

Gandekan

3,6

Sewu

3,6

Pucangsawit

3,6

Jagalan

3,6

Purwodingratan

3,6

Tegalharjo

3,6

Jebres

3,2

Kestabilan Lereng
Sedang

Permukiman dan budidaya


terbatas

Mojosongo

3,2

Kestabilan Lereng
Sedang

Permukiman dan budidaya


terbatas

Kestabilan Lereng
Tinggi
Kestabilan Lereng
Tinggi
Kestabilan Lereng
Tinggi
Kestabilan Lereng
Tinggi

Permukiman dan budidaya


Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya

Sumber : Hasil analisis kelompok STUPRO Jebres

51

Laporan Analisis

2013

Peta 4.5 Kestabilan Lereng Kecamatan Jebres


Sumber : Hasil Analisis Kelompok STUPRO Jebres, 2013
Wilayah di Kecamatan Jebres memiliki tingkat kestabilan lereng sedang hingga tinggi,
artinya semua wilayah di Kecamatan Jebres aman dikembangkan untuk bangunan atau
pemukiman dan budidaya.
d. SKL Kestabilan pondasi
Tujuan

dari Analisis

SKL Kestabilan Pondasi adalah untuk

mengetahui tingkat

kemampuan lahan untuk mendukung bangunan berat dalam pengembangan perkotaan.


Berikut hasil analisis satuan kemampuan lahan kestabilan pondasi berdasarkan PerMen
PU No.20/PRT/M/2007 :
Tabel 4.7 Hasil Analisis SKL Kestabilan Pondasi
Kelurahan

Nilai

Kepatihan Kulon

2,75

Kepatihan Wetan

2,75

Sudiroprajan

2,75

Gandekan

2,75

SKL Kestabilan Pondasi


Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan

Potensi Pengembangan
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya

52

Laporan Analisis

2013

Sewu

2,75

Pucangsawit

2,75

Jagalan

2,75

Purwodingratan

2,75

Tegalharjo

2,75

Jebres

2,25

Mojosongo

2,25

pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang
Daya dukung & kestabilan
pondasi kurang

Permukiman dan budidaya


Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
Permukiman dan budidaya
terbatas
Permukiman dan budidaya
terbatas

Sumber : Hasil analisis kelompok STUPRO Jebres

Peta 4.6 Kestabilan Pondasi Kecamatan Jebres


Sumber : Hasil Analisis Kelompok STUPRO Jebres, 2013
Keterangan :

Kestabilan pondasi tinggi : wilayah tersebut akan stabil untuk pondasi bangunan apa
saja atau untuk segala jenis pondasi.

Kestabilan pondasi kurang : wilayah tersebut kurang stabil, namun mungkin untuk
jenis pondasi tertentu bisa lebih stabil.

53

Laporan Analisis

2013

Kestabilan pondasi rendah : wilayah tersebut kurang stabil untuk berbagai bangunan.
Semua kelurahan di Kecamatan Jebres memiliki tingkat kestabilan pondasi kurang,
hal ini perlu diperhatikan dalam proses pembangunan pondasi karena tidak semua
jenis pondasi cocok untuk wilayah ini.
e. SKL Ketersediaan air

Tujuan dari Analisis SKL Ketersediaan Air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan
air dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna pengembangan
kawasan. Berikut hasil analisis satuan kemampuan lahan ketersediaan air berdasarkan
PerMen PU No.20/PRT/M/2007 :
Tabel 4.8 Hasil Analisis SKL Ketersediaan Air
Kelurahan

Nilai

SKL Ketersediaan Air

Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu

2,66
2,66
2,66
2,66
2,66

Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang

Pucangsawit

2,66

Sedang

Jagalan
Purwodingratan
Tegalharjo

2,66
2,66
2,66

Sedang
Sedang
Sedang

Jebres

2,5

Rendah

Mojosongo

2,5

Rendah

Sumber : Hasil analisis kelompok STUPRO Jebres

54

Laporan Analisis

2013

Peta 4.7 Ketersediaan Air Kecamatan Jebres


Sumber : Hasil Analisis Kelompok STUPRO Jebres, 2013
Kelurahan Jebres dan Mojosongo memiliki tingkat ketersediaan air rendah, sedangkan 9
kelurahan lain di Kecamatan Jebres memiliki tingkat ketersediaan air sedang, artinya di 2
kelurahan tersebut untuk memperoleh air tanah umumnya harus menggunakan sumur
dalam.
f.

SKL terhadap erosi

Tujuan dari Analisis SKL Erosi adalah untuk mengetahui daerah-daerah yang mengalami
keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui tingkat ketahanan lahan terhadap erosi serta
antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih hilir. Berikut hasil analisis satuan
kemampuan lahan terhadap erosi berdasarkan PerMen PU No.20/PRT/M/2007 :
Tabel 4.9 Hasil Analisis SKL Terhadap Erosi
Kelurahan

Nilai

SKL Erosi

Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan

4,4
4,2
4,2

Erosi Sangat Rendah


Erosi Sangat Rendah
Erosi Sangat Rendah

Gandekan
Sewu

4,2
4,2

Erosi Sangat Rendah


Erosi Sangat Rendah

55

Laporan Analisis

2013

Kelurahan

Nilai

SKL Erosi

Pucangsawit
Jagalan

4,2
4,4

Erosi Sangat Rendah


Erosi Sangat Rendah

Purwodingratan

4,4

Erosi Sangat Rendah

Tegalharjo
Jebres
Mojosongo

4,2
4
4

Erosi Sangat Rendah


Erosi Sangat Rendah
Erosi Sangat Rendah

Sumber : Hasil analisis kelompok STUPRO Jebres


Semua wilayah di Kecamatan Jebres memiliki tingkat erosi sangat rendah, hal itu berarti
lapisan tanah di wilayah ini tidak mudah mengalami erosi.
g. SKL Drainase
Tujuan dari Analisis SKL Drainase adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan lahan
dalam meresapkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik bersifat
lokal ataupun meluas dapat dihindari. Berikut hasil analisis satuan kemampuan lahan
untuk drainase berdasarkan PerMen PU No.20/PRT/M/2007 :
Tabel 4.10 Hasil Analisis SKL Untuk Drainase
Kelurahan

Nilai

SKL Drainase

Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu

2
2
2
2
2

Drainase Rendah
Drainase Rendah
Drainase Rendah
Drainase Rendah
Drainase Rendah

Pucangsawit

Drainase Rendah

Jagalan
Purwodingratan

2
2

Drainase Rendah
Drainase Rendah

Tegalharjo

Drainase Rendah

Jebres

2,33

Drainase Rendah

Mojosongo

2,33

Drainase Rendah

Sumber : Hasil analisis kelompok STUPRO Jebres

56

Laporan Analisis

2013

Peta 4.8 Drainase Kecamatan Jebres


Sumber : Hasil Analisis Kelompok STUPRO Jebres, 2013
Semua wilayah di Kecamatan Jebres memiliki tingkat drainase rendah, dimana air sulit
mengalir dan mudah tergenang. Oleh karena itu Kecamatan Jebres menjadi salah satu
kecamatan yang rawan terhadap banjir ketika musim hujan.
h. SKL terhadap bencana alam
Tujuan dari Analisis SKL Bencana Alam adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan

lahan

dalam

menerima

bencana

alam

untuk

menghindari/mengurangi

kerugian dan korban akibat bencana tersebut.


Tabel 4.11 Hasil Analisis SKL Bencana Alam
Kelurahan
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodingratan

Tingkat Kerawanan
Banjir

Nilai

Rawan
Rawan
Rawan
Sangat rawan
Sangat rawan
Sangat rawan
Sangat rawan
Rawan

4
4
4
5
5
5
5
4

57

Laporan Analisis

2013

Kelurahan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo

Tingkat Kerawanan
Banjir

Nilai

Tidak rawan
Kurang rawan
Kurang rawan

1
2
2

Sumber : Hasil analisis kelompok STUPRO Jebres

Peta 4.9 Rawan Bencana Alam Kecamatan Jebres


Sumber : Hasil Analisis Kelompok STUPRO Jebres, 2013
Hampir

semua

wilayah

di Kecamatan

jebres

(kecuali kelurahan Tegalharjo)

merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana banjir. Kecamatan Jebres menjadi
salah satu wilayah rawan banjir karena dilewati DAS Bengawan Solo dari sebelah
utara hingga selatan.
i.

Analisis Kemampuan Lahan

Setelah mendapatkan hasil dari 8 analisis satuan kemampuan lahan, barulah bisa
dilakukan analisis kemampuan lahan. Analisis kemampuan lahan dilakukan dengan cara
menjumlahkan hasil perkalian nilai kali bobot dari seluruh satuan kemampuan lahan,
sehingga diperoleh kisaran nilai yang menunjukkan nilai kemampuan lahan wilayah.

58

Laporan Analisis

2013

Berikut hasil analisis kemampuan lahan untuk drainase berdasarkan PerMen PU No.20/PRT/M/2007 :
Tabel 4.12 Hasil Analisis Kemampuan Lahan
SKL
Morfologi

SKL
Kemudaha
n

SKL
Lereng

SKL
Pondasi

SKL
Air

SKL
Drainase

SKL
Erosi

SKL
Bencana

Kemampuan Lahan

Bobot : 5

Bobot : 1

Bobot : 5

Bobot :
3

Bobot :
5

Bobot : 3

Bobot
:5

Bobot :
5

Total
Nilai

Kelas

4,8

4,8

3,6

2,75

2,66

4,4

116.35

Budidaya

4,8

4,8

3,6

2,75

2,66

4,2

115.35

Budidaya

4,8

4,8

3,6

2,75

2,66

4,2

115.35

Budidaya

4,8
4,8

4,8
4,8

3,6
3,6

2,75
2,75

2,66
2,66

2
2

4,2
4,2

5
5

120.35
120.35

D
D

Budidaya
Budidaya

Pucangsawit

4,8

4,8

3,6

2,75

2,66

4,2

120.35

Budidaya

Jagalan

4,8

4,8

3,6

2,75

2,66

4,4

121.35

Budidaya

4,8

4,8

3,6

2,75

2,66

4,4

116.35

Budidaya

4,8

4,8

3,6

2,75

2,66

4,2

100.35

Budidaya terbatas

Jebres

4,4

4,4

3,2

2,25

2,5

2,33

98.64

Budidaya terbatas

Mojosongo

4,4

4,4

3,2

2,25

2,5

2,33

98.64

Budidaya terbatas

Kelurahan

Kepatihan
Kulon
Kepatihan
Wetan
Sudiropraja
n
Gandekan
Sewu

Purwodingr
atan
Tegalharjo

Potensi
pengembangan

Sumber : Hasil analisis kelompok STUPRO Jebres

Laporan Analisis

2013

Klasifikasi :
32-58
59-83
84-109
110-134
135-160

:
:
:
:
:

kelas
kelas
kelas
kelas
kelas

A kemampuan
B kemampuan
C kemampuan
D kemampuan
E kemampuan

pengembangan
pengembangan
pengembangan
pengembangan
pengembangan

sangat rendah Peruntukan ruang dengan fungsi lindung, atau budidaya non-manusia
rendah Peruntukan ruang dengan fungsi budidaya terbatas
sedang Peruntukan ruang dengan fungsi budidaya terbatas
agak tinggi Peruntukan ruang dengan fungsi budidaya
tinggi Peruntukan ruang dengan fungsi budidaya

Peta 4.10 Tingkat Kemampuan Kecamatan Jebres


Sumber : Hasil Analisis Kelompok STUPRO Jebres, 2013

Laporan Analisis

2013

4.2.2 Rekomendasi aspek fisik dasar dan lingkungan :


Pembangunan maupun pengembangan lahan yang akan dilakukan di Kecamatan
Jebres harus disesuaikan dengan kemampuan lahan yang ada dan memperhatikan keadaan
fisik wilayah terkait

4.3 Analisis Kependudukan


Tabel 4.13 Kerangka Analisis Kependudukan
Input
Data persebaran penduduk
Data usia produktif
Data kesejahteraan penduduk
Data tingkat pendidikan
Data mata pencaharian
Data jumlah penduduk

Data jumlah penduduk

4.3.2

Proses

Output

Analisis struktur
penduduk

Mengetahui struktur kependudukan


kecamatan Jebres
Mengetahui laju pertumbuhan penduduk
kecamatan Jebres sehingga bisa diketahui
diamikanya
Mengetahui berapa jumlah penduduk di
tahun 2033

Analisis dinamika
penduduk
Analisis proyeksi
penduduk

Analisis Struktur
Analisis struktur kependudukan bertujuan untuk mengetahui komposisi penduduk

berdasarkan perebaran penduduk, usia produktif, kesejahteraan, pendidikan, dan mata


pencaharian.

1) Persebaran Penduduk
Untuk mengetahui persebaran penduduk di kecamatan Jebres digunakan data jumlah
penduduk, data migrasi penduduk, dan data kepadatan penduduk. Data jumlah penduduk
kecamatan Jebres digunakan untuk mengetahui persebaran penduduk tiap kelurahan.
Tabel 4.14 Jumlah Penduduk Kecamatan Jerbres tahun 2007-2011
Jumlah

Kelurahan
2007

2008

2009

2010

2011

Kepatihan Kulon

2209

2930

2926

2930

2972

Kepatihan Wetan

3494

3080

3043

3050

3081

Sudiroprajan

4571

5014

5055

5037

5025

Gandekan

9460

9513

9469

9529

9548

Sewu

8396

7828

7763

7663

7537

Pucangsawit

14391

14084

14200

13903

13640

Jagalan

12633

12220

12299

12382

12443

Purwodiningratan

4584

5327

5428

5453

5449

Tegalharjo

6458

6096

6077

6078

6116

61

Laporan Analisis

2013

Jebres

33883

32461

32394

32112

32086

Mojosongo

43210

43694

44665

46256

47806

143289

142247

143319

144393

145703

JUMLAH

Sumber: Jebres Dalam Angka 2007-2011

Gambar 4.1 Persebaran Jumlah Penduduk Kecamatan Jebres tahun 2011

Sumber : Hasil Analisis kelompok STUPRO Jebres, 2013


Berdasarkan peta diatas, kelurahan dengan penduduk terbanyak adalah kelurahan
Mojosongo, yakni 47.806 orang.
Data migrasi penduduk digunakan untuk mengetahui penduduk yang datang ke
kecamatan Jebres dan penduduk yang pindah dari kecamatan Jebres.

62

Laporan Analisis

2013

Tabel 4.15 Migrasi Penduduk Kecamatan Jebres tahun 2011


Kelurahan

Datang

Pindah

Kepatihan Kulon

139

95

Kepatihan Wetan

67

45

Sudiroprajan

77

86

Gandekan

109

87

Sewu

160

308

Pucangsawit

347

632

Jagalan

289

217

Purwodiningratan

117

106

Tegalharjo

162

106

Jebres

615

733

2114

841

4196

3256

Mojosongo
JUMLAH

Sumber: Jebres Dalam Angka 2011


Gambar 4.2 Persebaran Penduduk Pendatang Kecamatan Jebres tahun 2011

Sumber : Hasil Analisis kelompok STUPRO Jebres, 2013


Penduduk yang datang ke kecamatan Jebres tidak begitu banyak, hanya 4.196 orang
dari total penduduk kecamatan Jebres yang mencapai 145.703 orang, atau hanya 2,88%
63

Laporan Analisis

2013

dari total penduduk kecamatan Jebres. Penduduk yang datang paling banyak berada di
kelurahan Mojosongo, yakni 2.114 orang.
Gambar 4.3 Persebaran Penduduk Pindah Kecamatan Jebres tahun 2011

Sumber : Hasil Analisis kelompok STUPRO Jebres, 2013


Berdasarkan peta diatas, kelurahan dengan penduduk yang pindah terbanyak juga
berasal dari kelurahan Mojosongo, yakni 841 penduduk.
Data kepadatan penduduk digunakan untuk mengetahui tingkat kepadatan penduduk di
kecamatan Jebres tiap kelurahan sekaligus untuk mengetahui persebaran penduduk
yang ada di kecamatan Jebres.
Tabel 4.16 Distribusi Kepadatan Penduduk Kecamatan Jebres
Kelurahan

Jumlah
Penduduk (jiwa)

Luas Wilayah
(Ha)

Kepadatan
(jiwa/Ha)

Kepatihan Kulon

2972

18

165

Kepatihan Wetan

3081

23

134

Sudiroprajan

5025

23

218

Gandekan

9548

35

273

64

Laporan Analisis

Kelurahan
Sewu

2013
Jumlah
Penduduk (jiwa)

Luas Wilayah
(Ha)

Kepadatan
(jiwa/Ha)

7537

49

154

Pucangsawit

13640

127

107

Jagalan

12443

65

191

Purwodiningratan

5449

37

147

Tegalharjo

6116

33

185

Jebres

32086

317

101

Mojosongo

47806

533

90

Sumber: Jebres Dalam Angka 2011


Gambar 4.4 Kepadatan Penduduk Kecamatan Jebres tahun 2011

Sumber : Hasil Analisis kelompok STUPRO Jebres, 2013


Berdasarkan peta diatas, kelurahan terpadat adalah kelurahan Gandegan dengan
kepadatan 273 penduduk / hektar. Sementara kelurahan dengan kepadatan terendah
adalah kelurahan Mojosongo dengan kepadatan 90 penduduk / hektar.

65

Laporan Analisis

2013

Dari data-data di atas, bisa dianalisis bahwa persebaran penduduk belum


merata. Kelurahan Mojosongo yang memiliki jumlah penduduk terbanyak dan jumlah
pendatang terbanyak ternyata bukan kelurahan yang terpadat. Hal ini dikarenakan luas
wilayah kelurahan Mojosongo sangat besar. Yang terpadat adalah Gandekan yang
memiliki wilayah tidak terlalu luas dan memiliki jumlah penduduk 9.548.
2) Usia Produktif
Usia produktif dikelompokkan berdasarkan kelompok umur 15 60 tahun. Sementara 0
15 dan 60 ke atas merupakan penduduk non-produktif.
Gambar 4.5 Piramida Penduduk Kecamatan Jebres

Sumber: Jebres Dalam Angka 2011


Dari piramida penduduk Kecamatan Jebres di atas bissa dilihat penduduk usia produktif
cukup banyak.

66

Laporan Analisis

2013

Gambar 4.6 Persebaran Penduduk Usia Produktif Kecamatan Jebres tahun 2011

Sumber : Hasil Analisis kelompok STUPRO Jebres, 2013


Berdasarkan peta diatas, jumlah penduduk produktif terbanyak berada di kelurahan
Mojosongo, yakni 26.667 penduduk produktif.
Gambar 4.7 Persebaran Penduduk Usia Non-Produktif Kecamatan Jebres tahun 2011

Sumber : Hasil Analisis kelompok STUPRO Jebres, 2013

67

Laporan Analisis

2013

Untuk penduduk non-produktif yang terbanyak juga berada di kelurahan Mojosongo,


yakni 20.139 penduduk non-produktif.

3) Kesejahteraan
Tingkat kesejahteraan penduduk dibagi menjadi lima, yakni Pra KS, KS I, KS II, KS III, dan
KS III plus. Keluarga yang termasuk dalam Pra KS dan KS I tergolong menjadi keluarga
non-sejahtera, sedangkan keluarga yang termasuk dalam KS II, KS III, dan KS III plus
tergolong menjadi keluarga sejahtera.
Tabel 4.17 Tingkat Kesejahteraan Kecamatan Jebres
Kelurahan
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo
Jumlah

Kelurahan
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo
Jumlah

2007
419
356
621
1318
1228
1944
1880
635
943
3483
6678
19505

2007
242
256
248
719
657
1125
774
513
260
3257
2679
10730

2008
327
312
580
1309
1063
2080
1826
642
877
3681
6879
19576

Sejahtera
2009
385
332
584
1323
1052
2121
1842
614
853
3830
7603
20539

2010
385
332
586
1327
1053
2121
1846
614
854
3837
7607
20562

2011
385
332
586
1327
1053
2121
1846
614
854
3840
7610
20568

2008
269
274
287
752
741
1192
860
501
308
3166
2416
10766

Non-Sejahtera
2009
225
242
291
737
679
1026
866
538
329
3322
1951
10206

2010
225
242
296
694
679
1031
877
541
332
3330
1966
10213

2011
225
242
296
748
679
1031
877
541
332
3330
1995
10296

Sumber: Jebres Dalam Angka 2007-2011

68

Laporan Analisis

2013

Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa jumlah keluarga sejahtera dari tahun ke tahun fluktuatif
cenderung meningkat sedangkan keluarga non-sejahtera dari tahun ke tahun fluktuatif
cenderung menurun.
Gambar 4.8 Persebaran Keluarga Sejahtera Kecamatan Jebres tahun 2011

Sumber : Hasil Analisis kelompok STUPRO Jebres, 2013


Keluarga sejahtera yang tersebar di kecamatan Jebres paling banyak berada di kelurahan
Mojosongo, yakni 7.610 keluarga sejahtera.

69

Laporan Analisis

2013

Gambar 4.9 Persebaran Keluarga Non-Sejahtera Kecamatan Jebres tahun 2011

Sumber : Hasil Analisis kelompok STUPRO Jebres, 2013


Keluarga non-sejahtera yang tersebar di kecamatan Jebres paling banyak berada di
kelurahan Jebres, yakni 3.330 keluarga non-sejahtera.
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk dibagi menjadi tujuh, yakni tidak sekolah, belum tamat SD,
tidak tamat SD, tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, tamat akademi / perguruan tinggi.
Tabel 4.18 Tingkat Pendidikan Penduduk Kecamatan Jebres tahun 2011
Kelurahan

Tidak
Sekolah

Belum
Tamat SD

Tidak
Tamat SD

Tamat SD

Tamat
SLTP

Tamat
SLTA

Tamat
Akademi/PT

Kepatihan Kulon

636

393

37

181

432

725

371

Kepatihan Wetan

380

340

20

592

573

352

369

Sudiroprajan

758

365

420

749

694

1190

563

Gandekan

1068

913

616

1786

1659

1569

879

Sewu

1897

403

398

588

1951

1112

150

Pucangsawit

160

1962

1870

2720

1850

2112

264

Jagalan

334

1782

559

3528

3107

1531

209

Purwodiningratan

250

641

322

1402

1131

868

89

Tegalharjo

1183

353

1083

1033

1224

577

219

Jebres

3068

1607

2427

5754

5255

8761

3169

Mojosongo

7485

5369

6166

5749

5084

5080

2643

17219

14128

13918

24082

22960

23877

8925

Jumlah

Sumber: Jebres Dalam Angka 2011

70

Laporan Analisis

2013

Dari data di atas bisa dilihat bahwa penduduk yang telah menempuh pendidikan tinggi
adalah 8.925 orang atau 6,13% dari seluruh penduduk kecamatan Jebres yang berjumlah
145.703 orang.
Gambar 4.10 Persebaran Penduduk Berpendidikan Tinggi Kecamatan Jebres tahun
2011

Sumber : Hasil Analisis kelompok STUPRO Jebres, 2013


Penduduk yang berpendidikan tinggi tersebar di seluruh kelurahan di kecamaan Jebres.
Kelurahan yang memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi adalah kelurahan
Jebres, yakni 3.169 penduduk. Sementara yang paling sedikit adalah kelurahan
Purwodiningratan, yakni hanya 89 orang.
5) Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk kecamatan Jebres terbagi menjadi delapan, yakni petani,
pemilik usaha, buruh industri, buruh banguunan, pedagang, angkutan, PNS / TNI / POLRI,
dan pensiunan.

71

Laporan Analisis

2013

Tabel 4.19 Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Jebres tahun 2011


Kelurahan

Pemilik
Usaha

Petani

Buruh
Industri

Buruh
Bangunan

Pedagang

Angkutan

PNS/TNI/
POLRI

Pensiunan

Kepatihan Kulon

49

347

67

206

114

112

48

Kepatihan Wetan

25

481

462

572

182

195

16

Sudiroprajan

706

293

321

478

326

354

349

Gandekan

71

693

818

936

792

890

771

Sewu

30

2516

711

261

43

60

68

Pucangsawit

350

960

664

520

301

456

342

Jagalan

86

574

240

133

47

192

92

Purwodiningratan

47

543

296

544

54

142

92

Tegalharjo

21

299

134

81

292

139

149

Jebres

441

4712

4663

616

134

946

607

Mojosongo

85

393

5215

7713

773

426

4557

1117

Jumlah

85

2219

16633

16089

5120

2711

8043

3651

Sumber: Jebres Dalam Angka 2011


Dari tabel di atas bisa dilihat bahwa mata pencaharian penduduk kecamatan Jebres adalah
buruh, baik buruh industri maupun buruh bangunan. Buruh industri adalah mata pencaharian
yang terbanyak, yakni 16.633 penduduk.
4.3.2 Analisis Dinamika
Analisis ini digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan penduduk kecamatan Jebres dari
tahun 2007 sampai 2011.
Tabel 4.20 Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Jebres tahun 2007-2011
Tahun

Jumlah

2007-2008

-1042

-0,00727

2008-2009

1072

0,007536

2009-2010

1074

0,007494

2010-2011

1310

0,009072

Rata-rata

604

0,004208

Sumber: Kecamatan Jebres Dalam Angka 2007-2011


4.3.3 Analisis Proyeksi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui perkiraan jumlah penduduk tahun 2033.
Dalam menghitung proyeksi penduduk, digunakan rumus sebagai berikut:
Pt = Po (1 + r) n
P 2033 = P 2011 (1+0,004208)

22

72

Laporan Analisis

2013

Dari rumus di atas, dihasilkan perhitungan proyeksi penduduk kecamatan Jebres tahun
2033 adalah 159.805
Dari data-data di atas, dapat dianalisis bahwa jumlah penduduk kecamatan Jebres pada
tahun 2033 diproyeksikan mencapai 159.805 penduduk. Hal ini mengakibatkan ketersediaan
lahan di kecamatan Jebres untuk hunian semakin berkurang. Dibutuhkan langkah yang bisa
mendistribusikan penduduk yang kebanyakan memilih Jebres bagian selatan. Jika dilihat dari
persentase penduduknya, 67,19% penduduk bertempat tinggal di selatan, atau selatan
bertambah 9.476 penduduk pada 2033.
Kesimpulan Analisis Aspek Kependudukan:
Dari analisis yang dilakukan dari sektor kependudukan bisa dilihat bahwa kepadatan
penduduk di Jebres belum merata antara Jebres utara dan Jebres selatan. Kecamatan Jebres
memiliki potensi dari banyaknya penduduk usia produktif yang ada, selain itu kesejahteraan
penduduk fluktuatif cenderung meningkat dari awal tahun 2007 hingga tahun 2011.
Kelurahan yang memiliki jumlah keluarga sejahtera terbanyak adalah kelurahan Mojosongo,
sedangkan

kelurahan

yang

memiliki jumlah keluarga non-sejahtera terbanyak

adalah

kelurahan Jebres. Dari tingkat pendidikan kelurahan Jebres memiliki jumlah penduduk
dengan

tingkat

pendidikan tinggi terbanyak.

Sedangkan mata pencaharian terbanyak

penduduk kecamatan Jebres adalah buruh industri. Laju pertumbuhan penduduk kecamatan
Jebres fluktuatif cenderung naik, hingga didapat nilai r sebesar 0,004208. Dari nilai r tersebut
digunakan untuk menghitung proyeksi penduduk tahun 2033 dan didapatkan hasil 159.805
orang penduduk di tahun 2033.
4.3.4 Rekomendasi Aspek Kependudukan :
Diperlukan pendistribusian penduduk ke Jebres utara karena Jebres utara tingkat
kepadatannya masih rendah, sedangkan Jebres selatan tingkat kepadatannnya cukup tinggi.
Dari hasil proyeksi penduduk sendiri Jebres selatan diperkirakan akan bertambah 9.476
penduduk di tahun 2033, hal ini tentu akan menambah padat Jebres selatan sehingga perlu
dilakukan distribusi penduduk ke Jebres utara.
4.4 Analisis Aspek Ekonomi
Tabel 4.21 Kerangka Analisis Sektor Ekonomi
Input
Data PDRB Kecamatan
Data PDRB Kota

Proses
Analisis perkembangan ekonomi
dan potensi basis yang akan
dikembangkan

Output
Struktur Ekonomi, Sektor Basis,
Unggulan dan potensial yang cocok
untuk dikembangkan

73

Laporan Analisis

Input
Data PDRB Kecamatan
Data PDRB Kota
Data PDRB Kecamatan
Data PDRB Kota
Data Sumber Daya Alam
Data Bahan Baku Produksi
Data Omset dan Pemasaran hasil
industri

2013
Proses
Analisis kondisi sektor
perdagangan

Output
Kondisi sektor perdagangan
Kecamatan Jebres

Analisis potensi pengembangan


industr i pengolahan, bahan baku
dan peluang pemasaran hasil
industri di jebres bagian utara

Potensi pengembangan industri


Kecamatan Jebres
Peluang pemasaran hasik industri

4.4.1 Analisis Perkembangan Ekonomi Dan Potensi Basis Yang Akan Dikembangkan
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui tren perkembangan ekonomi Kecamatan
Jebres dengan cara mengetahui struktur dan dinamika perekonomian Kecamatan Jebres tahun
2007-2011. Selain itu analisis ini juga dimaksudkan untuk mengetahui sektor basis serta
komoditas unggulan, sektor basis tersebut dapat diketahui dengan menggunakan analisis LQ
(Location Quotient) dan Shift Share. Tujuan utama dari analisis ini secara umum adalah
untuk mengetahui potensi industri di Kecamatan Jebres.
Langkah analisis :
1. Mengidentifikasi struktur ekonomi Kecamatan Jebres
2. Mengidentifikasi Dinamika Perekonomian Kecamatan Jebres
3. Menentukan sektor basis dan unggulan menggunakan perhitungan LQ dan Shift-Share
4. Grafik LQ dan Pertumbuhan Bersih
5. Kesimpulan
1. Mengidentifikasi struktur ekonomi Kecamatan Jebres
Struktur dan dinamika perekonomian Kecamatan Jebres dapat diketahui melalui
PDRB Kecamatan Jebres atas Dasar Harga Konstan dengan rentang waktu 5 tahun yaitu
2007-2011 yang telah diolah terlebih dahulu. Perekonomian di Kecamatan Jebres terdiri dari
9 sektor lapangan usaha yaitu sektor Pertanian, Pertambangan dan Penggalihan, Industri
Pengolahan,

Perdagangan,

Listrik,

Gas dan Air Bersih,

Bangunan dan Konstruksi,

Pengangkutan dan Perhubungan, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, serta Jasa-jasa.
Apabila dilihat dari presentase tiap-tiap sektor terhadap perekonomian Kecamatan Jebres
pada grafik diatas, secara umum sektor Industri Pengolahan merupakan sektor yang menjadi
penyumbang utama yaitu sebesar 31,64%, sedangkan posisi kedua ditempati oleh sektor
Perdagangan, lalu disusul oleh sektor Bangunan dan Konstruksi. Hal ini jelas menunjukkan

74

Laporan Analisis

2013

bahwa industri pengolahan memiliki omset yang paling besar terhadap perekonomian
Kecamatan Jebres.
Selain dilihat dari PDRB selama satu tahun, struktur perekonomian Kecamatan Jebres
juga dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok sektor yaitu sektor primer, sekunder dan
tersier. Proporsi ketiga kelompok sektor tersebut dapat dilihat dari grafik berikut :
Gambar 4.11 Struktur Perekonomian Kecamatan Jebres Tahun 2011

Sumber Data : BPS 2011


Dari grafik diatas dapat dilihat proporsi tiap kelompok Sektor primer, Sekunder maupun
Tersier. Proporsi terbesar diberikan oleh sektor Tersier yaitu sebesar 50,37%, disusul oleh
sektor Sekunder sebesar 49,5%, dan proporsi terkecil diberikan oleh sektor Primer yaitu
sebesar 0,13%. Sektor Primer tersebut meliputi lapangan usaha Pertanian serta Pertambangan
dan Penggalian, Sektor Sekunder meliputi lapangan usaha Industri Pengolahan, Listrik, gas
dan Air bersih, serta Bangunan dan Konstruksi, sedangkan sektor Tersier meliputi lapangan
usaha Perdagangan, Pengangkutan dan Perhubungan, Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan, serta Jasa-jasa.
Secara umum perkembangan ketiga sektor tersebut dapat dilihat dari grafik berikut :

75

Laporan Analisis

2013

Gambar 4.12 Perkembangan Kontribusi Sektor Ekonomi Kecamatan Jebres Tahun 2007-2011

Sumber Data : BPS 2011


Grafik diatas menunjukkan perkembangan kontribusi sektor ekonomi yang terdiri dari sektor
primer, sekunder dan tersier di Kecamatan Jebres tahun 2007 sampai 2011. Setelah
melakukan perhitungan dan analisis kontribusi masing-masing sektor maupun kelompok
sektor ekonomi terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta
selama kurun waktu 5 (lima) tahun, yakni dari tahun 2007 sampai tahun 2011 maka dapat
diperoleh gambaran struktur ekonomi Kota Surakarta. Perkembangan kontribusi kelompok
sektor ekonomi cukup fluktuatif selama lima tahun, hal ini dapat dilihat dari naik turunnya
persentase masing- masing sektor .
Apabila dilihat dari kontribusi berdasarkan kelompok sektor ekonomi yang dihitung
berdasarkan data PDRB Kecmatan Jebres ternyata kelompok sektor tersier memberikan
kontribusi terbesar terhadap PDRB Kecamatan Jebres selama lima tahun berturut-turut yang
kemudian disusul oleh kelompok sektor sekunder dan kelompok sektor primer. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa kelompok sektor tersier adalah kelompok sektor yang mendominasi
aktivitas ekonomi Kota Surakarta.
Dalam perkembangannya selama lima tahun berturut-turut,

pada tahun 2007 total

kelompok sektor tersier sebesar 52,52%, tetapi mengalami penurunan sebesar 2,17% di tahun
2008 menjadi 50,35%. Menuju tahun 2009, dominasi sektor tersier naik kembali sebesar
0,34% menjadi 590,69%. Di tahun 2010 kelompok sektor tersier berjumlah 49,77% atau
mengalami penurunan sebesar 0,94% dari tahun sebelumnya, kemudian naik lagi sebesar
0,6% menjadi 50,37% di tahun 2011.

76

Laporan Analisis

2013

Meskipun demikian, dlilihat dari data PDRB yang sama, pada tahun 2007 sampai
tahun 2011 secara berturut-turut, sektor industri pengolahan, yang termasuk kelompok sektor
sekunder merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kecamatan
Jebres yang disusul oleh sektor Perdagangan serta sektor Konstruksi dan Bangunan. Dengan
kata lain, aktivitas ekonomi Kota Surakarta selama lima tahun dari tahun 2007 sampai tahun
2011 didominasi oleh kelompok sektor tersier dengan sektor dengan kontribusi terbesar
terhadap kelompok sektor adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor
dengan kontribusi terbesar terhadap PDRB dari tahun 2007-2011 adalah sektor industri
pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Tren dominasi kelompok sektor Kota
Surakarta dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa dominasi sektor tersier mengalami
penguatan.
2. Mengidentifikasi Dinamika Perekonomian Kecamatan Jebres
Gambar 4.13 Pergeseran PDRB Kecamatan Jebres Atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2007-2011

Sumber : Analisis kelompok Jebres Studio Proses 2013

77

Laporan Analisis

Berdasarkan data PDRB Kecamatan Jebres atas dasar harga konstan

2013
menurut lapangan

usaha, periode 2007 sampai dengan 2011, dapat diketahui bahwa selama periode tahu 2007
sampai dengan tahun 2011 sektor perekonomian yang paling berkontribusi terhadap PDRB
adalah sektor industri pengolahan. Pada tahun 2007 sektor industri pengolahan memiliki
presentase sebesar 28,86% atau sebesar 262.548,86 juta rupiah. Sektor industri ini selama
kurun waktu 2007-2008 mengalami kenaikan sebesar 2,93% menjadi 31,79%. Memasuki
tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 2,49% menjadi 29,3%. Tetapi pada tahun
berikutnya yaitu tahun 2010, sektor ini kembali mengalami kenaikan sebesar 3,09% menjadi
32,39% lalu pada tahun 2011 mencapai 31,64% setara dengan 348.404,41 juta rupiah atau
mengalami penurunan sebesar 0,75% dari tahun 2010.
Sektor perekonomian yang mempunyai kontribusi besar kedua pada tahun 2007
sampai dengan tahun 2011 yaitu sektor perdagangan dengan kontribusi pada tahun 2007
sebesar 16,63% atau sebesar 151286.77 juta rupiah. Sektor ini selama tahun 2007 hingga
tahun 2011 terus menjadi sektor yang paling berkontribusi kedua bagi perekonomian di
Kecamatan Jebres dan terus mengalami peningkatan. Hingga tahun terakhir, yaitu tahun
2011, besar kontribusi sektor perdagangan terhadap perekonomian Kecamatan Jebres adalah
sebesar 23.91% atau setara dengan 263267.55 juta rupiah. Sektor perdagangan merupakan
sektor dengan pertumbuhan paling kuat karena terus mengalami peningkatan.
Sektor yang bersaing di posisi 3, 4 dan 5 ditempati oleh sektor Jasa-jasa, sektor
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Bangunan dan Kontruksi. Ketiga
sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Pada tahun 2007 sampai tahun 2008,
Sektor Jasa-jasa dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan menempati posisi ke 3
dan 4. Pada tahun 2007-2009 sektor Jasa-jasa dan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
memiliki persentasi yang sama yaitu 15,62% di tahun 2007, 14,88% di tahun 2008 dan 11,9%
di tahun 2009. Pada tahun 2009 terjadi perubahan struktur yaitu turunnya sektor Jasa-jasa dan
sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahan menjadi posisi ke 4 dan 5, sedangkan sektor
Bangunan dan Konstruksi naik ke posisi ke 3 dengan presentase sebesar 17,4 %. Memasuki
tahun 2010 kedua sektor tersebut mengalami penurunan. Pada tahun 2010 terjadi perubahan
struktur perekonomian yaitu sektor Pengangkutan dan Perhubungan yang sebelumnya pada
tahun 2007 sampai tahun 2009 menempati urutan ke 6, naik ke urutan 4 yaitu dengan
presentase sebesar 10,49%. Sedangkan sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
serta sektor Jasa-jasa turun ke urutan 5 dan 6. Struktur tersebut bertahan sampai tahun 2011.
Kemudian

sektor yang tidak begitu berpengaruh terhadap perekonomian Kota Surakarta

78

Laporan Analisis

2013

adalah sektor pertanian, pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih
dengan sektor pertanian yang menempati posisi terakhir yaitu dengan presentase 0,06% pada
tahun 2007

dan 0,05% pada tahun 2011. Hal ini dikarenakan Kecamatan Jebres tidak

memiliki banyak daerah pertanian.


3. Menentukan Sektor Basis dan Unggulan
a. Analisis LQ (Location Quotien)
Analisis LQ merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis sektor
potensial atau basis dalam perekonomian suatu daerah. Dengan mengetahui sektor basis dan
non basis maka dapat dilihat sektor mana yang merupakan sektor ekspor dan sektor import
dari suatu wilayah. Hasil dari perhitungan LQ dapat membantu dalam melihat kekuatan dan
kelemahan Kecamatan Jebres dibandingkan secara relatif dengan wilayah yang lebih luas,
dalam hal ini berupa Kota Surakarta. Variabel yang digunakan dalam perhitungan basis
ekonomi tersebut adalah PDRB wilayah dari suatu kegiatan yang dititik beratkan pada
kegiatan dalam struktur ekonomi wilayah. LQ adalah suatu teknik perhitungan yang mudah
untuk

menunjukkan

spesialisasi

relatif

(kemampuan)

wilayah

dalam

kegiatan

atau

karakteristik tertentu (Rondinelli, 1985).


Jika nilai LQ > 1 menunjukkan sektor tersebut memiliki potensi dan prospek yang
besar didalam perekonomian suatu daerah atau bisa disebut sektor ini merupakan sektor
basis. Sebaliknya, jika nilai LQ < 1 menunjukkan sektor tersebut kurang berpotensi atau
kurang berprospek sehingga dapat juga disebut sebagai sebagai sektor non basis. LQ suatu
sektor = l dikatakan non basis atau hanya mampu mencukupi kebutuhan daerahnya sendiri.
Berdasarkan hasil analisa Location Quotient (LQ) terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Jebres atas dasar harga konstan tahun 2007 dan 2011,
maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.22 Hasil Perhitungan LQ PDRB Kecamatan Jebres Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 Dan 2011
HASIL PERHITUNGAN LQ PDRB KECAMATAN JEBRES ATAS DASAR HARGA
KONSTAN MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2007 dan 2011
Lapangan Usaha

2007

2011

Pertumbuhan

Pertanian

0.82

0.88

Konstan

Pertambangan dan Penggalian


Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air bersih
Bangunan dan Konstruksi

1.49
1.06
1.49
1.23

2.47
1.30
1.24
1.13

Naik
Naik
Turun
Turun

Keterangan
Tetap, Sektor Non Basis
Tetap, Sektor Basis
Tetap, Sektor Basis
Tetap, Sektor Basis
Tetap, Sektor Basis

79

Laporan Analisis

2013

HASIL PERHITUNGAN LQ PDRB KECAMATAN JEBRES ATAS DASAR HARGA


KONSTAN MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2007 dan 2011
Lapangan Usaha
Perdagangan
Pengangkutan dan Perhubungan
Keuangan, Persewaaan, dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

2007

2011

Pertumbuhan

Keterangan

0.64
0.47
1.58
1.29

0.88
1.08
0.84
0.54

Naik
Naik
Turun
Turun

Tetap, Sektor Non Basis


Berubah dari sektor Non Basis ke sektor Basis
Berubah dari sektor Basis ke sektor Non Basis
Berubah dari sektor Basis ke sektor Non Basis

Sumber : Analisis kelompok Jebres Studio Proses 2013


Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa sektor perekonomian di Kecamatan Jebres yang
memiliki LQ>1 dikatakan sebagai sektor basis, yakni sektor yang memiliki prospek besar
dalam perekonomian daerah serta dapat memenuhi kebutuhan di luar Kecamatan Jebres
(potensi ekspor). Berdasarkan tabel diatas, lapangan usaha yang merupakan sektor basis
adalah sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas
dan

Air Bersih,

sektor Bangunan dan Konstruksi serta sektor Pengangkutan dan

Perhubungan. Sedangkan sektor lainnya yaitu sektor Pertanian, Perdagangan, Keuangan,


Persewaan dan Jasa Perusahan, serta sektor Jasa-jasa tidak termasuk dalam sektor basis.
Apabila dilihat dari pertumbuhan LQ masing-masing lapangan usaha, dapat dilihat bahwa
dari tahun 2007 ke tahun 2011 sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Industri
Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, dan sektor Bangunan dan Konstruksi tetap
menjadi sektor basis. Untuk sektor Pertanian dan sektor Perdagangan dari tahun 2007 ke
tahun 2011 tetap menjadi sektor non basis. Untuk sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahan, serta sektor Jasa-jasa pada tahun 2007 merupakan sektor basis di Kecamatan
Jebres, tetapi pada tahun 2011 sektor-sektor tersebut mengalami penurunan LQ dan menjadi
sektor non basis. Sedangkan untuk sektor Pengangkutan dan Perhubungan mengalami
pertumbuhan dari sektor non basis pada tahun 2007 menjadi sektor basis pada tahun 2011.
b. Shift-Share
Analisis S-S adalah suatu analisis mengenai perubahan berbagai indikator kegiatan
ekonomi, seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah.
Penelitian ini menggunakan metode analisis S-S karena dalam analisis dapat memperinci
penyebab perubahan berbagai faktor yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur
ekonomi suatu daerah dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya.
Kegunaan Analisis S-S ini yaitu melihat perkembangan dari sektor perekonomian
suatu wilayah terhadap perkembangan ekonomi wilayah yang lebih luas, juga melihat
perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif dengan sektor

80

Laporan Analisis

2013

lain, selain itu analisis ini melihat perkembangan dalam membandingkan besar aktivitas suatu
sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah.
Tabel 4.23 Rasio Komponen Kegiatan PDRB Kecamatan Jebres dan Kota Surakarta
No.

Komponen Kegiatan

SEKTOR
Ra

Ri

ri

1.

Pertanian

0.26

0.00

0.04

2.

Pertambangan dan Penggalian

0.26

-0.01

0.58

3.

Industri Pengolahan

0.26

0.12

0.33

4.

Listrik, Gas dan Air bersih

0.26

0.33

0.06

5.

Bangunan dan Konstruksi

0.26

0.36

0.19

6.

Perdagangan

0.26

0.30

0.74

7.

Pengangkutan dan Perhubungan

0.26

0.28

1.87

8.

Keuangan, Persewaaan, dan Jasa Perusahaan

9.

Jasa-jasa

0.26
0.26

0.33
0.28

-0.32
-0.48

0.26

0.26

0.21

TOTAL

Sumber : Analisis kelompok Jebres Studio Proses 2013


Ra, merupakan hasil perhitungan antara total PDRB Kota Surakarta pada tahun 2011
yang dikurangi dengan total PDRB Kota Surakarta pada tahun 2011, kemudian dibagi dengan
total PDRB Kota Surakarta tahun 2007. Dari tabel diatas, nilai Ra antara tahun 2007-2011
yang didapat tiap sektor di Kota Surakarta memiliki nilai yang sama besar yaitu sebesar 0,26.
Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi propinsi meningkat sebesar 0,26.
Ri, merupakan hasil perhitungan antara nilai PDRB di tiap sektor di Kota Surakarta
pada tahun 2011 yang dikurangi dengan nilai PDRB di tiap sektor di Kota Surakarta pada
tahun 2007, kemudian dibagi dengan nilai PDRB di tiap sektor di Kota Surakarta pada tahun
2007. Dari tabel diatas, nilai Ri di sebagian sektor perekonomian Kota Surakarta bernilai
positif, karena terjadi peningkatan kontribusi pada masing-masing sektor perekonomian.
Nilai Ri terbesar terdapat pada Bangunan dan Konstruksi yaitu sebesar 0,36. Sedangkan nilai
Ri terkecil diperoleh oleh sektor Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar -0,01.
ri, merupakan hasil perhitungan antara nilai PDRB di tiap sektor di Kecamatan Jebres
pada tahun 2011 yang dikurangi dengan nilai PDRB di tiap sektor di Kecamatan Jebres pada
tahun 2007, kemudian dibagi dengan nilai PDRB di tiap sektor di Kecamatan Jebres pada
tahun 2007. Dari tabel diatas dapat dilihat sebagian besar kontribusi sektor ekonomi di
Kecamatan Subang mengalami peningkatan sehingga nilai ri yang diperoleh bernilai positif,
kecuali sektor Keuangan, Persewaaan, dan Jasa Perusahaan, serta Jasa-jasa. Nilai ri terbesar

81

Laporan Analisis

2013

ditempati sektor Pengangkutan dan Perhubungan yaitu sebesar 1,87. Hal ini dikarenakan
tingkat pertumbuhan sektor tersebut paling besar bila dibandingkan dengan sektor-sektor
lainnya, sedangkan nilai ri terkecil terdapat pada sektor Jasa-jasa yaitu sebesar -0,48.
Tabel 4.24 Besarnya Komponen Pertumbuhan Proporsional Sektor Ekonomi
Kecamatan Jebres Tahun 2007-2011
No.

SEKTOR

Komponen Pertumbuhan
Proporsional
PPij

% PPij

1.

Pertanian

-127.24

-25.32

2.

Pertambangan dan Penggalian

-154.08

-26.78

3.

Industri Pengolahan

-36344.07

-13.84

4.

Listrik, Gas dan Air bersih

2157.11

7.08

5.

Bangunan dan Konstruksi

13644.88

9.90

6.

Perdagangan

6782.04

4.48

7.

Pengangkutan dan Perhubungan

1037.34

2.46

8.

Keuangan, Persewaaan, dan Jasa Perusahaan

9.

Jasa-jasa

10939.12
2924.43

7.70
2.06

859.51

-32.28

TOTAL

Sumber : Analisis kelompok Jebres Studio Proses 2013


PPij

merupakan

komponen

pertumbuhan

proporsional

sektor

untuk

wilayah

Kecamatan Jebres, Apabila PPij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah kabupaten
pertumbuhannya lambat sedangkan apabila PPij > 0, menunjukan bahwa sektor i pada
wilayah kabupaten pertumbuhannya cepat. PPij, merupakan hasil perhitungan antara nilai Ri
dikurangi dengan nilai Ra di tiap-tiap sektor, kemudian dikalikan dengan nilai PDRB di tiap
sektor di Kecamatan Jebres pada tahun 2007.
Berdasarkan tabel diatas,

kontribusi sektor-sektor ekonomi Kecamatan Jebres

berdasarkan komponen pertumbuhan proporsional, ada yang memberikan kontribusi positif


dan ada juga yang memberikan kontribusi negatif terhadap PDRB Kecamatan Jebres. Sektor
yang memiliki persentase pertumbuhan proporsional yang bernilai positif yaitu sektor Listrik,
Gas dan Air bersih, Bangunan dan Konstruksi, Perdagangan, Keuangan, Persewaaan, dan
Jasa Perusahaan, Pengangkutan dan Perhubungan, serta sektor Jasa-jasa. Maka sektor-sektor
tersebut

memiliki laju

pertumbuhan yang cepat.

Sektor yang mengalami penurunan

kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Subang terdapat pada Pertanian, Pertambangan dan
Penggalian, dan Industri Pengolahan. Sektor-sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang
lambat.

82

Laporan Analisis

2013

Sektor yang memiliki nilai pertumbuhan proporsi terbesar adalah Bangunan dan
Konstruksi yaitu mencapai 9,9%. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor Bangunan dan
Konstruksi mempunyai laju pertumbuhan yang cepat. Sektor Pertambangan dan Penggalian
memiliki persentase terkecil yaitu -26.78%, Hal ini dikarenakan sedikitnya kawasan
pertambangan dan penggalian di Kecamatan Jebres.
Tabel 4.25 Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kecamatan Jebres Tahun 2007-2011
No.

Komponen Pertumbuhan
Wilayah

SEKTOR

PPWij
1.

Pertanian

2.

Pertambangan dan Penggalian

3.

% PPWij

19.50

3.88

339.12

58.94

Industri Pengolahan

54637.76

20.81

4.

Listrik, Gas dan Air bersih

-8153.32

-26.74

5.

Bangunan dan Konstruksi

-22681.90

-16.45

6.

Perdagangan

66268.03

43.80

7.

Pengangkutan dan Perhubungan

66856.59

158.34

8.

Keuangan, Persewaaan, dan Jasa Perusahaan

9.

Jasa-jasa

-92772.20
-108112.69

-65.27
-76.06

-43599.12

101.25

TOTAL

Sumber : Analisis kelompok Jebres Studio Proses 2013


PPWij merupakan komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor tertentu untuk
wilayah Kecamatan Jebres. Apabila PPWij > 0, berarti sektor wilayah Kecamatan Jebres
mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan sektor/wilayah lainnya untuk sektor
tertentu, apabila PPWij < 0, berarti sektor tertentu pada wilayah Kecamatan Jebres tidak
dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya. PPWij, merupakan
hasil perhitungan antara nilai ri dikurangi dengan nilai Ri di tiap-tiap sektor, kemudian
dikalikan dengan nilai PDRB di tiap sektor di Kecamatan Jebres pada tahun 2007.
Pada tabel diatas hampir semua sektor ekonomi mempunyai daya saing yang baik,
kecuali sektor Listrik, Gas dan Air bersih, Bangunan dan Konstruksi, Keuangan, Persewaaan,
dan Jasa Perusahaan, serta sektor Jasa-jasa yang memiliki nilai PPWij<0.
a. 1. Profil Pertumbuhan Sektor Perekonomian
Profil

pertumbuhan

sektor

perekonomian

digunakan

untuk

mengevaluasi

pertumbuhan sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan pada kurun waktu yang
telah ditentukan, dengan cara mengekspresikan persen perubahan komponen pertumbuhan

83

Laporan Analisis

2013

proporsional (PPij) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPWij). Pada sumbu horizontal,
terdapat PP sebagai absis, sedangkan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat.
Gambar 4.14 Profil Pertumbuhan Sektor Di Kecamatan Jebres

Sumber : Analisis kelompok Jebres Studio Proses 2013

84

Laporan Analisis

2013
Tabel 4.26 Profil Pertumbuhan Sektor

Kuadran II (-,+)

Kuadran 1 (+,+)

Laju pertumbuhan cepat, Daya saing rendah

Laju pertumbuhan cepat , Daya saing tinggi

Industri Pengolahan

Perdagangan

Pertambangan dan Penggalian

Pengangkutan dan Perhubungan

Kuadran III (-,-)

Kuadran IV(+,-)

Laju pertumbuhan lambat, Daya saing rendah

Laju pertumbuhan lambat, Daya saing tinggi

Listrik, Gas dan Air bersih


Bangunan dan Konstruksi
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
Pertanian

Sumber : Hasil Analisis Kelompok STUPRO Jebres, 2013


Kuadran I (+,+) menunjukkan bahwa sektor-sektor di Kecamatan Jebres memiliki
pertumbuhan yang cepat, demikian juga daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik
apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor
perekonomian di Kecamatan Jebres merupakan sektor progresif (maju). Sektor perekonomian
yang masuk dalam kriteria ini bila dilihat dari grafik diatas adalah sektor Perdagangan serta
Sektor Pengangkutan dan Perhubungan.
Kuadran II (-,+) menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di Kecamatan
Jebres pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut
dibandingkan dengan wilayah lainnya tidak baik. Sektor perekonomian yang masuk dalam
kriteria ini adalah sektor industri Pengolahan dan Pertambangan dan Penggalian.
Kuadran III (-,-) menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang
bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik jika
dibandingkan dengan wilayah lain.

Hal ini menunjukkan bahwa sektor/wilayah yang

bersangkutan merupakan wilayah lamban. Sektor di Kecamatan Jebres tidak ada yang masuk
dalam kriteria ini.
Kuadran IV (+,-) menunjukkan bahwa sektor ekonomi pada wilayah yang
bersangkutan pertumbuhannya lambat (PP<0), tetapi daya saingnya baik jika dibandingkan
wilayah lain (PPW>0). Sektor yang masuk dalam kriteria ini adalah sektor Listrik, Gas dan

85

Laporan Analisis

2013

Air Bersih, Bangunan dan Kondtruksi, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan, Jasa-jasa
serta Pertanian.
Pada kuadran II dan kuadran IV terdapat garis miring yang membentuk sudut 45 o dan
memotong kedua kuadran tersebut.
sektor/wilayah
sedangkan

yang

dibawah

bersangkutan
garis

berarti

Bagian atau garis tersebut menunjukkan bahwa


merupakan

sektor/wilayah

sektor/wilayah

yang

yang

progresif

bersangkutan

(maju),

menunjukkan

sektor/wilayah yang lamban.


a. 2. Pergeseran Bersih
Apabila komponen pertumbuhan proporsional dan pangsa wilayah dijumlahkan, maka
akan diperoleh pergeseran bersih yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pertumbuhan
suatu sektor perekonomian. Pergeseran bersih sektor i pada wilayah kabupaten dapat
dirumuskan sebagai berikut :
PB = PPij + PPWij

Dimana : PBij = pergeseran bersih sektor i pada wilayah kabupaten


PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah kabupaten
PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah kabupaten
Apabila

PB > 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah kabupaten termasuk ke dalam

komponen progresif (maju), sedangkan apabila PB< 0, maka pertumbuhan sektor i pada
wilayah kabupaten termasuk lamban. Berikut ditampilkan Tabel Pergeseran Bersih Kotor
Kecamatan Jebres.
Tabel 4.27 Pergeseran Bersih Kotor

No.

Komponen Pertumbuhan
Proporsional
PPij
PPWij

SEKTOR

Pergeseran
Bersih Sektor

Kesimpulan

1.

Pertanian

-127.24

19.50

-107.74

Lamban

2.

Pertambangan dan Penggalian

-154.08

339.12

185.04

Progresif

3.

Industri Pengolahan

-36344.07

54637.76

18293.69

Progresif

4.

Listrik, Gas dan Air bersih

2157.11

-8153.32

-5996.21

Lamban

5.

Bangunan dan Konstruksi

13644.88

-22681.90

-9037.02

Lamban

6.

Perdagangan

6782.04

66268.03

73050.07

Progresif

7.

Pengangkutan dan Perhubungan

8.

Keuangan, Persewaaan, dan Jasa Perusahaan

9.

Jasa-jasa

1037.34

66856.59

67893.92

Progresif

10939.12
2924.43

-92772.20
-108112.69

-81833.08

Lamban

-105188.26

Lamban

Sumber : Analisis kelompok Jebres Studio Proses 2013


86

Laporan Analisis

2013

Berdasarkan tabel pertumbuhan bersih sektor diatas, sektor yang progresif atau maju adalah
sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Perdagangan, serta
Sektor Pengangkutan dan Jasa Perusahaan. Sedangkan sektor lain mengalami pertumbuhan
yang lambat.
4. Grafik LQ dan Pertumbuhan Bersih
Grafik ini merupakan grafik penggabungan antara nilai LQ dan Shift Share. Grafik ini
digunakan untuk mengetahui sektor mana yang merupakan unggulan, potensial, berkembang
maupun terbelakang dengan menggabungkan hasil analisis LQ dan Shift Share.
Gambar 4.15 Grafik LQ dan Pertumbuhan Bersih

Sumber : Hasil Analisis Kelompok STUPRO Jebres, 2013


Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa sektor di Kecamatan Jebres msuk pada kriteria
unggulan (kuadran 1) dan potensial (kuadran 4). Sektor unggulan disini didapatkan dari hasil
perhitungan LQ>1 dan PB>0, menandakan bahwa sektor yang berada dalam kriteria tersebut
merupakan sektor basis, pertumbuhannya progresif serta berdaya saing tinggi. Sektor yang
termasuk

dalam

kriteria

tersebut

adalah

sektor

Perdagangan,

Industri

pengolahan,

Pengangkutan dan Perhubungan, serta Pertambangan dan Penggalihan.

87

Laporan Analisis

2013

Sedangkan untuk sektor potensial sendiri didapatkan dari perhitungan LQ>1 dan
PB<0, menandakan bahwa sektor yang berada dalam kriteria tersebut merupakan sektor
basis, memiliki daya saing tinggi tetapi memiliki pertumbuhan yang lambat. Sektor yang
masuk dalam kriteria ini adalah sektor Pertanian, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan dan
Konstruksi, Keuangan, persewaan dan Jasa Perusahaan, serta Jasa-Jasa.
5. Kesimpulan
Dari analisis-analisis diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan perekonomian di
Kecamatan Jebres didominasi oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, serta bangunan
dan konstruksi. Tetapi apabila dilihat dari stuktur dan dinamika ekonomi, sektor industri
pengolahan dan perdagangan merupakan sektor yang paling potensial dibandingkan dengan
sektor lain. Sedangkan berdasarkan analisis LQ, sektor yang merupakan sektor basis di
Kecamatan Jebres adalah sektor Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik,
Gas dan Air Bersih, Bangunan dan Konstruksi, serta Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan Shift-Share, sektor dengan laju pertumbuhan
cepat dengan daya saing tinggi adalah sektor Perdagangan serta sektor Pengangkutan dan
Perhubungan. Sedangkan berdasarkan penggabungan antara hasil LQ dan Shift-Share
didapatkan sektor unggulan dan potensial. Sektor unggulan meliputi sektor Perdagangan,
Industri Pengolahan, Pengangkutan dan Perhubungan, serta Pertambangan dan Penggalian.
Sektor selain sektor tersebut yaitu sektor Pertanian, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan
dan Konstruksi, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta Jasa-jasa merupakan sektor
potensial. Dari seluruh analisis tersebut secara umum sektor yang paling berkembang dan
berpontensi

di

Kecamatan

Jebres

adalah

sektor

Perdagangan,

Pengangkutan

dan

Perhubungan, serta Sektor Industri Pengolahan.

4.4.2 Analisis Kondisi Sektor Perdagangan


Analisis ini berfungsi untuk mengetahui kondisi sektor perdagangan di Kecamatan
Jebres apakah menguntungkan untuk dikembangkan atau tidak menguntungkan. Analisis ini
dilakukan dengan melihat hasil analisis Struktur ekonomi, dinamika ekonomi, LQ, dan Shift
Share.

88

Laporan Analisis

2013

Tabel 4.28 Hasil Analisis Struktur, Dinamika Ekonomi, LQ dan Shift-Share


Hasil Analisis

Sektor

Struktur

Dinamika

Pertanian

Proporsi sangat
rendah

Pertumbuhan kuat

Pertambangan dan Penggalian

Proporsi sangat
rendah

Pertumbuhan fluktuatif

Proporsi Tinggi

Pertumbuhan
fluktuatif, cenderung
naik

Proporsi rendah

Pertumbuhan
fluktuatif, cenderung
konstan

Bangunan dan Konstruksi

Proporsi sedang

Pertumbuhan
Fluktuatif cenderung
naik

Sektor basis

Perdagangan

Proporsi Tinggi

Pertumbuhan kuat

Sektor non basis

Pengangkutan dan Perhubungan

Proporsi sedang

Pertumbuhan kuat

Sektor basis

Keuangan, Persewaaan, dan Jasa


Perusahaan

Proporsi rendah

Pertumbuhan
fluktuatif, cenderung
menurun

Sektor non basis

Proporsi rendah

Pertumbuhan
fluktuatif, cenderung
menurun

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air bersih

Jasa-jasa

LQ
Non basis

Shift-Share
Laju
pertumbuhan
lambat, Daya
saing tinggi

Sektor basis

Laju
pertumbuhan
cepat, Daya
saing rendah

Sektor basis

Laju
pertumbuhan
cepat, Daya
saing rendah

Sektor basis

Laju
pertumbuhan
lambat, Daya
saing tinggi

Sektor non basis

Laju
pertumbuhan
lambat, Daya
saing tinggi
Laju
pertumbuhan
cepat, daya
saing tinggi
Laju
pertumbuhan
cepat , Daya
saing tinggi
Laju
pertumbuhan
lambat, Daya
saing tinggi
Laju
pertumbuhan
lambat, Daya
saing tinggi

Sumber : Hasil Analisis Kelompok STUPRO Jebres, 2013


Tabel diatas menunjukkan hasil analisis masing-masing sektor dari analisis struktur ekonomi,
dinamika ekonomi,

LQ

dan analisis shift-share.

Warna hijau dalam tabel tersebut

menunjukkan bahwa hasil dari analisis berupa potensi dari sektor. Semakin banyak blok hijau
dalam tabel menunjukkan bahwa semakin baik potensi sektor tersebut. Apabila dilihat dari
tabel diatas, kondisi perdagangan menunjukkan hasil yang baik atau potensial. Walaupun
sektor perdagangan bukan sektor basis dalam Kecamatan Jebres, tetapi apabila dilihat dari
hasil analisis diatas sektor perdagangan sangat berkembang di Kecamatan Jebres dan apabila
akan dikembangkan lebih lanjut akan menguntungkan.

89

Laporan Analisis

2013

Dari hasil analisis struktur ekonomi proporsi dari sektor perdagangan terhadap PDRB
Kecamatan Jebres cukup tinggi yaitu menempati urutan kedua sebesar 23,91 %. Dari hasil
analisis dinamika ekonomi, pertumbuhan sektor perdagangan dari tahun 2007 hingga tahun
2011 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
dari sektor perdagangan kuat. Sedangkan dari hasil analisis Shift-Share, sektor perdagangan
berada pada kuadran I yang berarti memiliki laju pertumbuhan yang cepat dan daya saing
yang tinggi, sehingga cocok untuk dikembangkan.
3. Kesimpulan
Dari analisis ini kondisi sektor perdagangan Kecamatan Jebres walaupun bukan sektor
basis, tetapi termasuk sektor yang memiliki laju pertumbuhan cepat dan daya saing yang
tinggi sehingga apabila dikembangkan lebih lanjut berdasarkan kondisi tersebut akan
menguntungkan atau dapat meningkatkan perekonomian Kecamatan Jebres

4.4.3 Analisis Potensi Pengembangan Industri Pengolahan, Bahan Baku Dan Peluang
Pemasaran Hasil Industri Di Jebres Bagian Utara
Analisis ini berfungsi untuk mengetahui potensi pengembangan industri pengolahan,
bahan baku dan peluang pemasaran guna berkembangnya potensi Industri di Jebres Utara.
Input dari analisis ini adalah hasil perhitungan LQ dan Shift Share, Peta Tata Guna Lahan,
Data bahan baku industri serta peluang pemasaran hasil industri. Nantinya juga akan
digunakan rantai produksi dalam menganalisis asal bahan baku dan daerah pemasarannya
Langkah-langkah dalam analisis ini adalah :
1. Menganalisis potensi industri Kecamatan Jebres dari hasil perhitungan LQ dan Shift
Share
2. Mengidentifikasi Arahan Struktur Ruang Kecamatan Jebres
3. Analisis mata rantai produksi
4. Kesimpulan

90

Laporan Analisis

2013

1. Menganalisis potensi industri Kecamatan Jebres dari hasil perhitungan LQ dan Shift
Share
Tabel 4.29 Hasil Perhitungan LQ PDRB Kota Surakarta Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007 dan 2011
HASIL PERHITUNGAN LQ PDRB KOTA SURAKARTA ATAS DASAR HARGA
KONSTAN MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2007 dan 2011
Lapangan Usaha

2007

2011

Pertumbuhan

Keterangan

Pertanian

0.82

0.88

Turun

Tetap, Sektor Non Basis

Pertambangan dan Penggalian


Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan Air bersih
Bangunan dan Konstruksi
Perdagangan
Pengangkutan dan Perhubungan
Keuangan, Persewaaan, dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa

1.49
1.06
1.49
1.23
0.64
0.47
1.58
1.29

2.47
1.30
1.24
1.13
0.88
1.08
0.84
0.54

Naik
Naik
Turun
Turun
Naik
Naik
Naik
Turun

Tetap, Sektor Basis


Tetap, Sektor Basis
Tetap, Sektor Basis
Tetap, Sektor Basis
Tetap, Sektor Non Basis
Berubah dari sektor Non Basis ke sektor Basis
Berubah dari sektor Basis ke sektor Non Basis
Berubah dari sektor Basis ke sektor Non Basis

Sumber : Analisis kelompok Jebres Studio Proses 2013


Gambar 4.16 Profil Pertumbuhan Sektor Shift Share

Sumber: Hasil Analisis Kelompok STUPRO Jebres, 2013

91

Laporan Analisis

2013

Dari hasil perhitungan LQ diatas, sektor industri pengolahan merupakan salah satu sektor
basis di Kecamatan Jebres, dan menjadi salah satu sektor yang potensial. Sektor industri
pengolahan mampu memenuhi kebutuhan daerah lain selain daerah Kecamatan Jebres
sendiri. Sedangkan berdasarkan grafik profil pertumbuhan sektor berdasarkan perhitungan
Shift Share, industri pengolahan masuk dalam kuadaran II yaitu sektor yang memiliki laju
pertumbuhan yang cepat, prospeknya maju, tetapi belum dapat bersaing dengan sektor
industri Kecamatan lain. Tetapi walaupun begitu, sektor industri pengolahan ini masih bisa
dikembangkan karena termasuk sektor yang potensial.
2. Mengidentifikasi Arahan Struktur Ruang Kecamatan Jebres
Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui arahan pembangunan di Kecamatan
Jebres.

Dimana kedudukan Industri untuk

diarahkan di Kecamatan Jebres. Berikut

ditunjukkan peta

Peta 4.11 Arahan Struktur Ruang Kota Surakarta


Sumber: Hasil Analisis Kelompok STUPRO Jebres, 2013
Dari peta diatas dapat dilihat bahwa arahan Kelurahan Mojosongo (Jebres Utara) adalah
sebagai permukiman, perdagangan dan jasa, industri, kesehatan dan pendidikan. Apabila akan

92

Laporan Analisis

2013

mengembangkan industri di Jebres Utara sudah sesuai dengan arahan struktur ruang yang
tersedia. Selain itu ini berarti industri cocok atau memiliki potensi untuk dikembangkan di
Jebres Utara.
3. Mata Rantai Produksi
Dalam mengidentifikasi mata rantai produksi ini dibutuhkan beberapa data antara lain
adalah data sumberdaya Kecamatan Jebres (diambil dari PDRB), data bahan baku industri,
data hasil produksi, serta daerah pemasaran. Data bahan baku industri sendiri berfungsi untuk
mengetahui darimana asal bahan baku industri berasal, apakah dari luar Kecamatan Jebres
apakah dari Kecamatan Jebres itu tersendiri. Sedangkan Data hasil produksi dan daerah
pemasaran berfungsi untuk melihat bagaimana omset hasil produksi di Jebres Utara
(Mojosongo) apabila dibandingkan dengan kelurahan-kelurahan lain di Jebres Selatan.
Untuk data sumber daya alam sendiri diasumsikan berasal dari PDRB Kecamatan
Jebres. Data Sumberdaya ini berfungsi untuk mengetahui intensitas pemanfaatan SDA yang
dimiliki Kecamatan Jebres yang digunakan sebagai bahan baku untuk kegiatan industri.
Karena tidak adanya data jenis sumber daya alam yang ada di Kecamatan Jebres, maka
digunakan data PDRB menurut lapangan usaha Kecamatan Jebres dan Kota Surakarta yang
dapat menggambarkan jenis-jenis sumber daya alam.
Tabel 4.30 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Konstan Kota Surakarta Per Kecamatan Tahun 2011 (Jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha

Nilai

Pertanian
Tanaman bahan makanan

140,27

Kecamatan Jebres

Tanaman perkebunan

80,90

Peternakan dan hasil-hasilnya


Kehutanan
Perikanan

301,05
0,00
1,86

Total

524,08

Pertambangan dan Penggalian


Minyak dan Gas Bumi
Pertambangan Non Migas

0.00
0.00

Penggalian

908,46
Total

908,46

Sumber : PDRB Kota Surakarta tahun 2011

93

Laporan Analisis

2013

Tabel 4.31 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha


Atas Dasar Harga Konstan Kota Surakarta Per Kecamatan Tahun 2011 (Jutaan Rupiah)
INDUSTRI PENGOLAHA N
Makanan, Minuman, &
Tembakau
Tekstil, Brg. Kulit & Alas Kaki
Brg. Kayu & Hasil Hutan
lainnya
Kertas & Barang Cetakan
Pupuk, Kimia & Brg. Dari Karet
Semen & Brg. Galian bukan
logam
Alat Angk., Mesin &
Peralatannya
Barang Lainnya

521,931.32

531,610.96

545,868.01

560,822.14

574,513.67

183,244.56

188,604.64

197,920.25

206,447.09

214,723.38

79,239.80

77,252.31

80,798.87

80,066.55

79,806.77

127,134.81
10,565.28

134,141.55
10,020.41

140,272.21
10,537.77

150,417.79
10,477.02

156,126.42
10,770.16

23,742.83

21,502.66

22,003.03

22,677.30

23,811.80

57,078.14

65,248.98

73,794.90

78,537.19

81,734.62

170,485.86

172,225.42

164,757.73

167,765.01

171,458.99

Sumber : BPS
Tabel 4.32 Data Bahan Baku Industri Kecamatan Jebres Tahun 2011
Industri
Mebel
Amplop
Baby set/Grito bayi
Bengel bubut
Gypsum
Percetakan
Buku
Daur ulang limbah
Pakaian
Konveksi
Garment
Kain perca
Kripik
Rambak
Roti
Sangkar burung
Serabi
Snack
Tape ketan
Telur asin
Tempat Lampu, meja , almari
Tempe
Teralis, kanopi
Tutup botol
Wayang kulit
Wingko babat/makanan
Hendy craft(perca batik)
Sandal 033
Sepatu selop pengantin
Batik
Batik warna alam
Susu kedelai

Bahan Baku
Kayu (Jati, Sengon, Akasia, Nangka), Triplek, Kayu Lapis
Kertas HVS, CD putih, Duplux
Kain , benang obras (sanggan)
Mesin bubut, boor milling, Logam
Kasting gypsum,solar
Kertas, tinta, bahan pembantu
Kertas HVS
Bungkus kemasan (kertas)
Kain (katun, tekstil, Rayon)
Kain Berbagai Jenis
Kain (sanggan)
Kain perca
Tepung, Telur,Minyak, Telur, bahan pelengkap
Tapioka, terigu, telur
Gandum,Mentega, Telur
Bambu,lem,kayu lapis/triplek
Tepung, telur, dll
Tepung, telur, dll
Ketan, ragi
Garam, telur, bubuk bata
Kayu Jati,sengon
Kedelai,ragi
Besi ornamen, besi beton
Daur ulang ldpe
Kulit kerbau, tanduk kerbau
Kelapa, ketan, gula
Batik perca
Kulit split,latek,karet,kardus,lem
Hak,lem,mutasi,kardus
Katun, malan, pewarna
Kain(seal slendang)
Kedelai

94

Laporan Analisis

Intip goreng
Kerajinan jok mobil/sova
Tahu
Sablon jasa
Sablon plastik
Ruji sangkar burung
Balon( mainan anak )

2013
Nasi, minyak goreng
Oskar
Kedelai
Kain Sudah jadi Potongan
Plastik, cat sablon
Bambu
Balon

Sumber : Disperindag 2011


Dari ketiga data diatas, apabila data bahan baku industri dibandingkan dengan PDRB
Kecamatan Jebres dan PDRB Kota Surakarta, maka dapat dilihat sumber bahan baku industri
Kecamatan Jebres sendiri seperti kulit kerbau, kedelai, kayu, bambu, dll dapat diambil dari
sumbersaya Kecamatan Jebres. Sedangkan dari data PDRB lapangan usaha industri
pengolahan Kota Surakarta, dapat dilihat bahwa bahan baku Industri di Kecamatan Jebres
seperti kayu, tekstil, bhan makanan didapatkan masih dalam lingkup Kota Surakarta
Gambar 4.17 Jumlah Industri di Jebres Utara Tahun 2007-2010

Sumber Data : Disperindag


Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Industri di Jebres Utara didominasi oleh industri Kecil
di setiap tahunnya. Industri kecil merupakan industri yang paling banyak dikembangkan di
Jebres Utara dan merupakan penyumbang penghasilan terbesar dibandingkan dengan industri
Besar maupun menengah. Maka apabila industri kecil terus dikembangkan, nantinya akan
lebih menguntungkan dan menghasilkan pendapatan yang besar. Selain itu juga dapat
merambah ke luar daerah bahkan ke luar negeri. Berikut merupakan rincian jenis industri dan
omset tiap Kelurahan di Kecamatan Jebres.

95

Laporan Analisis

2013

Tabel 4.33 Hasil Produksi (Omset) Industri Kecil dan Menengah Jebres Utara Tahun 2011
Kelurahan

Mojosongo

Pucangsawit
Purwodiningratan

Industri
Pakaian
Intip goreng
Kerajinan jok mobil/sova
Tempe
Tahu
Sablon jasa
Sablon plastik
Sangkar burung
Roti
Rambak tepung
Ruji sangkar burung
Terima jahitan
Jumlah
Balon( mainan anak )
Konfeksi
Jumlah
Roti & cake
Jumlah

Jumlah
Industri
2
1
1
19
34
1
1
38
4
1
1
1
1
1
1

Produksi (per bulan)


Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

1,352,916,667
66,770,833
11,638,333
484,195,000
1,183,952,083
1,250,000
12,510,417
147,748,333
156,100,000
3,391,667
1,412,500
41,604,167
3,460,990,000
1,416,667
11,875,000
13,291,667
43,958,333
43,958,333

Pemasaran
DN
LN

Sumber : Disperindag 2011


Dari data diatas, dapat dilihat bahwa hasil produksi di Kelurahan Mojosongo merupakan
yang terbesar dibandingkan dengan Kelurahan-kelurahan lain dengan penyumbang terbesar
adalah dari industri pakaian (pakaian jadi, pakaian batik). Tetapi apabila dibandingkan antara
Jebres Utara dan Jebres Selatan. Mojosongo (Jebres Utara) memiliki hasil produksi lebih
rendah dibandingkan dengan Jebres Selatan. Tetapi walaupun demikian tidak menutup
peluang bagi Jebres Utara untuk mengembangkan Industrinya.
Sedangkan dari segi pemasaran, semua industri di Kecamatan Jebres lingkup
pemasarannya sudah merambah berbagai daerah tetapi masih sebatas dalam negeri dan belum
merambah luar negeri. Berikut merupakan mata rantai produksi yang berupa asal bahan baku,
proses produksi serta daerah pemasaran hasil industri tersendiri.

96

Laporan Analisis

2013
Mata Rantai Produksi

4. Kesimpulan
Potensi pengembangan industri di Jebres Utara dapat lebih dioptimalkan karena
industri di kecamatan jebres merupakan salah satu sektor unggulan, merupakan sektor basis
yang memiliki laju pertumbuhan cepat.
Potensi pengembangan industri di Jebres Utara yang terbesar adalah dalam industri
pakaian dan industri tahu karena omset dari kedua industri itu adalah paling besar. Sedangkan
pemasarannya masih dalam lingkup dalam negeri.

4.4.4 Rekomendasi Sektor Ekonomi :


Tabel 4.34 Kesimpulan Rekomendasi Sektor Ekonomi
Kesimpulan
Perkembangan sektor ekonomi di Kecamatan
Jebres didominasi sektor industri pengolahan,
perdagangan, bangunan dan konstruksi
Sektor yang merupakan sektor basis di Kecamatan
Jebres adalah sektor Pertambangan dan Penggalian,
Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih,
Bangunan dan Konstruksi, serta Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan.
Sektor yang paling berkembang dan berpontensi di
Kecamatan Jebres adalah sektor Perdagangan,
Pengangkutan dan Perhubungan, serta Sektor Industri
Pengolahan.
Potensi pengembangan industri di Jebres Utara
dapat lebih dioptimalkan karena industri di kecamatan
jebres merupakan salah satu sektor unggulan,
merupakan sektor basis yang memiliki laju

Rekomendasi

Lebih meningkatkan hasil produksi terutama dalam


industri pakaian dan tahu agar dapat merambah
permintaan pasar (dalam maupun luar negeri) demi
teroptimalkannya potensi industri yang ada di Jebres
Utara selain itu dilakukan pengoptimalan sektor
perdagangan agar lebih menguntungkan untuk
dikembangkan

97

Laporan Analisis

2013

pertumbuhan cepat.
Potensi pengembangan industri di Jebres Utara
adalah dalam industri pakaian dan industri tahu,
karena omset dari kedua industri itu adalah paling
besar. Sedangkan pemasarannya masih dalam lingkup
dalam negeri .
Kondisi sektor perdagangan Kecamatan Jebres
walaupun bukan sektor basis, tetapi termasuk sektor
yang memiliki laju pertumbuhan cepat dan Daya saing
yang tinggi sehingga apabila dikembangkan lebih
lanjut berdasarkan kondisi tersebut akan
menguntungkan atau dapat meningkatkan
perekonomian Kecamatan Jebres

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Perencanaan, 2013

4.5 Analisis Aspek Sarana Prasarana


4.5.1 Analisis Jumlah dan Jenis Sarpras

Analisis jumlah dan jenis sarana dan prasana bertujuan untuk mengetahui kecukupan
sarana dan prasarana dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di kecamatan Jebres.Dengan
mengetahui kecukupan sarana dan prasarana yang ada diharapkan dapat mengatasi ketidak
merataan pembangunan antara jebres utara dan jebres selatan.
Kecamatan Jebres terdiri dari 11 kelurahan dimana setiap kelurahannya memiliki
sarana dan prasarana yang berbeda-beda.Berikut ini dijelaskan mengenai sarana prasarana
yang ada di tiap kelurahan di kecamatan Jebres

98

Laporan Analisis

2013

Persampahan

Peta 4.12 Jangkauan Prasarana Persampahan Jebres 2011


Sumber: Kelompok Studio Proses Jebres, 2013
Dari peta di atas dapat dilihat persebaran sarana persampahan yang ada di kecamatan jebres,
antara lain transfer depo dan TPS(tempat pembuangan sementara). Dengan luas kecamatan
jebres yang cukup luas maka masih diperlukan penambahan sarana persampahan untu
memenuhi kebutuhan yang diperlukan.
Tabel 4.35 proyeksi kebutuhan prasarana persampahan tahun 2033
Tahun

Jumlah penduduk

2011

145703

2033

159805

Eksisting
Kemampuan
Eksisting
proyeksi

Penambahan sarana saat ini

Prasarana
15
1000 m
1200 m
-

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013


Sarana kesehatan
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Berdasarkan tabel standar pelayanan minimum, sarana kesehatan di Kecamatan Jebres yang
masih belum mencukupi ada di beberapa kelurahan di Jebres bagian selatan, bahkan ada
beberapa kelurahan yang tidak memiliki sarana kesehatan sehingga pelayanan kesehatan di
kelurahan tersebut kurang terlayani dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari peta
keterjangkauan sarana kesehatan di kecamatan Jebres berikut ini:

99

Laporan Analisis

2013

Peta 4.13 Jangkauan Sarana Kesehatan Jebres 2011


Sumber: Kelompok Studio Proses Jebres, 2013
Dari peta keterjangkauan pelayanan sarana kesehatan di kecamatan jebres dapat dilihat
bahwa di jebres bagian selatan sudah dapat tercukupi.sedangkan di jebres bagian utara
terutama di daerah kelurahan mojosongo bagian timur masih belum masuk kedalam
jangkauan pelayanan sarana kesehatan, hal ini menyebabkan pelayanan kesehatan di wilayah
tersebut kurang maksimal, sehingga diperlukan penambahan

sarana kesehatan berupa

puskemas atau balai pengobatan. Sedangkan untuk rumah sakit yang ada di kecamatan jebres
diasumsikan sudah terpenuhi.
Tabel 4.36 Proyeksi kebutuhan sarana kesehatan tahun 2033
TAHUN

S ARANA KES EHATAN

JUMLAH
PENDUDUK

Eksisting
Kemampuan
Eksisting
2033
159805
proyeksi
PENAM BAHAN SARANA SAAT INI
2011

145703

BALAI
PENGOBATAN
5

50

6
-

53
45

6
-

RS

PUS KES MAS


4

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

100

Laporan Analisis

2013

Gambar 4.18 Proyeksi Kebutuhan Sarana Kesehatan Jebres Kecamatan Jebres 2033

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013


Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan berupa balai pengobatan masih
kurang. Untuk proyeksi sampai tahun 2033 diperlukan penambahan sekitar 3 rumah sakit, 48
balai pengobatan, dan 2 puskesmas agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat kecamatan
jebres akan sarana kesehatan.Sedangkan untuk saat ini hanya perlu dilakukan penambahan 45
balai pengobatan.Sarana kesehatan tersebut dapat di letakkan di kelurahan mojosongo yang
mempunyai jumlah penduduk paling besar namun sarana kesehatan yang berada di wilayah
tersebut masih kurang terutama di kelurahan mojosongo bagian timur yang masih belum
masuk ke dalam area keterjangkauan sarana kesehatan.
Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan merupakan sarana penunjang bagi proses belajar-mengajar. Menurut Tim
Penyusun Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar-mengajar,
baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dapat
berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien. Sarana pendidikan yang baik akan mampu
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada di suatu tempat.

Keberadaan sarana

pendidikan di jebres masih banyak yang belum mencukupi baik dalam jenjang SD, SMP,
maupun SMA. Hanya perguruan tinggi saja yang diasumsikan cukup karena tidak ada
ketentuan standar pelayanannya di SPM.

101

Laporan Analisis

2013

Peta 4.14 Jangkauan Sarana Pendidikan SD Jebres 2011


Sumber: Kelompok Studio Proses Jebres, 2013
Dari peta di atas dapat dilihat bahwa jebres bagian selatan hampir semua
kelurahannya sudah terjangkau oleh pelayanan sarana pendidikan berupa SD. Sementara itu
terdapat beberapa wilayah di jebres bagian utara yaitu di daerah mojosongo bagian timur
belum masuk ke dalam area keterjangkauan sarana pendidikan berupa SD.

Peta 4.15 Jangkauan Sarana Pendidikan SMP Jebres 2011


Sumber: Kelompok Studio Proses Jebres, 2013
Dari peta di atas dapat dilihat bahwa hampir semua kelurahannya di kecamatan jebres
sudah terjangkau oleh pelayanan sarana pendidikan berupa SMP.

102

Laporan Analisis

2013

Peta 4.16 Jangkauan Sarana Pendidikan SMA Jebres 2011


Sumber: Kelompok Studio Proses Jebres, 2013
Berdasarkan peta di atas lingkup keterjangkauan sarana pendidikan berupa SMA
sudah mencakup semua wilayah di kecamatan jebres.Sehinnga untuk saat ini belum perlu
dilakukan penambahan fasilitas pendidikan SMA.
Tabel 4.37 Proyeksi Kebutuhan Sarana Pendidikan Tahun 2033
TAHUN

SARANA PENDIDIKAN

JUMLAH
PENDUDUK

Eksisting
Kemampuan
Eksisting
2033
159805
Proyeksi
PENAMBAHAN SARANA SAAT INI
2011

145703

SD

SMP

SMA

Perguruan Tinggi

54

16

14

44

15

47
-

16
-

6
-

2
-

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013


Pada tahun 2033 tidak diperlukan penambahan fasilitas pendidikan baik SD, SMP,
SMA, dan

PT karena eksisting saat ini masih lebih banyak daripada proyeksi kebutuhan

sarana pendidikan pada tahun 2033.

Untuk perguruan tinggi sendiri diasumsikan sudah

mampu mencukupi kebutuhan masyarakat di kecamatan jebres.Jika dilakukan penambahan


fasilitas pendidikan itu bukan karena belum mencukupi kebutuhan tapi lebih kepada di
wilayah tersebut belum terjangkau oleh pelayanan sarana pendidikan, seperti di kelurahan
mmojosongo bagian timur.

103

Laporan Analisis

2013

Sarana Perdagangan
Perdagangan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian.Maka
dari itu untuk menunjang agar perdagangan dapat berjalan maksimal diperlukan pula sarana
perdagangan yang baik.
Sarana perdagangan di Jebres utara belum dapat tercukupi, hanya di beberapa
kelurahan saja di jebres bagian selatan yang sudah tercukupi sarana perdagangannya. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dari peta keterjangkauan sarana perdagangan di bawah ini:

Peta 4.17 Jangkauan Sarana Perdagangan Jebres 2011


Sumber: Kelompok Studio Proses Jebres, 2013
Hampir semua wilayah di jebres bagian selatan sudah terjangkau pelayanan sarana
perdagangan berupa kios, sedangkan di jebres bagian utara terdapat wilayah yang belum
masuk ke dalam area keterjangkauan pelayanan sarana perdagangan, yaitu di kelurahan
mojosongo bagian timur. Hal ini dapat di akibatkan karena di jebres bagian utara tidak
banyak dilalui jalan kolektor maupun arteri, ini berbeda dengan jebres bagian selatan yang
terdapat beberapa jalan kolektor maupun arteri seperti Jalan Ir. Sutami, Jalan Brigjen
Katamso, Jalan Kolonel Sutarto. Di jalan tersebut terletak sebagian besar sarana perdagangan
berupa kios.Sedangkan untuk srana perdagangan berupa pasar maupun swalayan diasumsikan
sudah mencukupi kebutuhan masyarakat di kecamatan Jebres.
Tabel 4.38 Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan Tahun 2033
Tahun

2011

Sarana perdagangan

Jumlah
penduduk
145703

Pasar tradisional

Swalayan

Eksisting

12

Kemampuan
eksisting

25

104

Laporan Analisis

Tahun
2033

2013
Sarana perdagangan

Jumlah
penduduk
159805

Pasar tradisional
Proyeksi

Penambahan sarana saat ini

Swalayan

27

13

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013


Gambar 4.19 Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan Kecamatan Jebres 2033

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013


Sarana perdagangan di kecamatan jebres pada tahun 2011 memerlukan tambahan 13
swalayan untuk mampu mencukupi kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut, sedangkan
pasar yang ada sudah mampu mencukupi kebutuhan. Di tahun 2033 diperlukan penambahan
sarana perdagangan berupa 1 pasar dan 2 buah swalayan di kecamatan jebres terutama di
jebres utara yang

belum terjangkau oleh pelayanan sarana perdagangan antara lain di

sebagian wilayah kelurahan mojosongo.


Sarana Peribadatan
Sarana peribadatan merupakan salah satu sarana yang penting karena menjadi tempat yang
digunakan oleh umat beragama untuk beribadah menurut ajaran agama mereka masingmasing.
Hampir semua kelurahan sudah tercukupi akan sarana peribadatannya, hanya
dikelurahan

kepatihan

kulon saja yang belum mempunyai masjid,

ini menyebabkan

pelayanan akan kebutuhan sarana peribadatan berupa masjid belum dapat tercukupi.

105

Laporan Analisis

2013

Peta 4.18 Jangkauan Sarana Peribadatan Jebres 2011


Sumber: Kelompok Studio Proses Jebres, 2013
Berdasarkan peta jangkauan pelayanan sarana peribadatan, sarana peribadatan berupa
masjid dan gereja sudah mampu melayani sebagian besar wilayah di jebres bagian selatan
sedangkan untuk jebres bagian utara masih ada wilayah yang belum masuk jangkauan
pelayanan yaitu di kelurahan mojosongo bagian timur.sementara untuk sarana peribadatan
berupa kuil dan pura di asumsikan sudah mampu mencukupi pelayanan sarana peribadatan di
kecamatan jebres.

Tabel 4.39 Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan Tahun 2033


Tahun

Sarana Peribadatan

Jumlah
Penduduk
Eksisting

2011

145703

Kemampuan
Eksisting
2033
159805
Proyeksi
PENAMBAHAN SARANA SAAT INI

MASJID

GEREJA

PURA

KUIL/VIHARA

124

62

59

59

menyesuaikan

Menyesuaikan

63
-

63
-

menyesuaikan
-

Menyesuaikan
-

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

106

Laporan Analisis

2013

Gambar 4.19 Proyeksi Kebutuhan Sarana Peribadatan Kecamatan Jebres 2033

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013


Di kecamatan jebres terdapat berbagai sarana peribadatan yang tersebar di beberapa
kelurahan.Sarana peribadatan eksisting berupa masjid dan gereja yang ada saat ini jauh lebih
banyak daripada kebutuhan yang diperlukan saat ini dan di tahun 2033 hanya perlu dilakukan
penambahan 1 unit gereja. Sementara untuk sarana peribadatan berupa kuil dan pura
diasumsikan mampu mencukupi kebutuhan masyarakat di kecamatan jebres karena termasuk
agama minoritas. Sehingga di kecamatan jebres

tidak perlu dilakukan penambahan sarana

peribadatan karena seluruh wilayahnya sudah terlayani.


Sarana Ruang Terbuka
Ruang terbuka adalah ruang public berupa tempat lapang yang tidak tertutup oleh
bangunan dan memiliki berbagai fungsi seperti taman, lapangan olahraga, tempat pemakaman
umum (TPU), hutan kota , dan tempat pembuangan akhir.
Ruang terbuka dibeberapa kelurahan seperti di kepatihan kulon dan kepatihan wetan
belum mencukupi hal ini membuat warga dikelurahan tersebut sulit untuk mendapatkan
ruang terbuka.

107

Laporan Analisis

2013

Peta 4.19 Jangkauan Sarana Ruang Terbuka Jebres 2011


Sumber: Kelompok Studio Proses Jebres, 2013
Masih ada beberapa kelurahan yang belum terjangkau pelayanan ruang terbuka berupa
taman dan lapangan olahraga antara lain kelurahan kepatihan kulon dan wetan, tegalharjo,
sudiroprajan, dan sebagian besar pucang sawit. sedangkan untuk TPU di asumsikan sudah
mampu mencukupi kebutuhan masyarakat karena luas keseluruhannya sudah lebih besar dari
SPM.
Secara keseluruhan sarana dan prasarana yang ada di kecamatan jebres di beberapa
kelurahan masih belum mencukupi kebutuhan masyarakatnya. Jebres bagian selatan jauh
lebih baik dalam hal perseberan dan ketersediaan pada semua jenis sarana dan prasarana
dibandingkan dengan Jebres bagian utara, seperti di kelurahan Mojosongo. Sehingga perlu
diadakan penambahaan pembangunan beberapa jenis sarana dan prasarana yang ada di
kecamatan Jebres untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya terutama di wilayah yang
masih belum tercukupi dan terjangkau oleh pelayanan sarana dan prasarana, seperti di
kelurahan Mojosongo.
Tabel 4.40 Proyeksi Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka Tahun 2033
TAHUN

2011

SARANA RUANG TERBUKA

JUMLAH
PENDUDUK

145703

22,6 Ha

LAPANGAN
OLAHRAGA
10,51 Ha

11,7 Ha

4,3 Ha

4,3 Ha

2,9 Ha

TAMAN
Eksisting
Kemampuan
Eksisting

TPU

108

Laporan Analisis

TAHUN

2013
SARANA RUANG TERBUKA

JUMLAH
PENDUDUK

LAPANGAN
OLAHRAGA
4,7 Ha

TAMAN

2033
159805
Proyeksi
PENAMBAHAN SARANA SAAT INI

4,7 Ha
-

TPU
3,2 Ha
-

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013


Gambar 4.20 Proyeksi Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka Kecamatan Jebres 2033

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013


Pada tahun 2011 jumlah sarana ruang terbuka yang ada di kecamatan jebres sudah
melebihi kebutuhan eksistingnya dan kebutuhan di tahun 2033. Namun masih tetap
diperlukan penambahan sarana ruang terbuka khususnya berupa taman dan lapangan olahraga
karena belum semua wilayah di kecamatan ini terjangkau pelayanannya, antara lain di
kelurahan kepatihan kulon, kepatihan wetan, dan sudiroprajan.
Kesimpulan :
Sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Jebres berupa sarana kesehatan, sarana
pendidikan, sarana perdagangan, dan sarana ruang terbuka jika dilihat dari skala kelurahan
masih belum mencukupi kebutuhan masyarakat, namun jika dilihat secara keseluruhan dari
skala kecamatan kebutuhan sarana dan prasarana di Kecamatan Jebres untuk saat ini hanya
perlu dilakukan penambahan sarana kesehatan sebanyak 45 unit balai pengobatan dan sarana
perdagangan sebanyak 13 unit swalayan. Sedangkan dari segi cakupan jangkauan pelayanan

109

Laporan Analisis

2013

ada beberapa wilayah di Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Jebres yang masih berada di
luar jangkauan pelayanan.
4.5.2 Analisis Kondisi Sarana Prasarana
Analisis ini digunakan untuk melihat bagaimana kondisi sarana prasarana yang ada di
Kecamatan Jebres. Berikut akan dibahas data kondisi sarana di Jebres Utara, data kondisi
sarana di Jebres Utara, dan prasarana di tiap-tiap kelurahan.
Tabel 4.41 Kondisi Sarana di Kecamatan Jebres bagian Utara
Jebres Utara

Jebres S elatan

S arana
Kondisi

Foto

Kondisi

Sarana
Kesehatan

Kondisi sarana kesehatan


yang ada di kecamatan
jebres sudah cukup baik.

Kondisi sarana kesehatan


yang ada di kecamatan jebres
sudah cukup baik.

Sarana
Pendidikan

Secara umum kondisi


sarana pendidikan yang ada
sudah baik.

Secara umum kondisi sarana


pendidikan yang ada sudah
baik.

Sarana
Perdagangan

Sarana perdagangan berupa


pasar di kecamatan jebres
kondisinya kurang baik
terutama dalam hal
kebersihan.

Sarana perdagangan berupa


pasar di kecamatan jebres
kondisinya kurang baik
terutama dalam hal
kebersihan.

Sarana
Peribadatan

Secara keseluruhan kondisi


sarana peribadatan yang
ada sudah baik

Secara keseluruhan kondisi


sarana peribadatan yang ada
sudah baik

Sarana
Ruang
Terbuka

Kondisi ruang terbuka yang


ada kurang baik karena
kurang terawat. Semak
belukar mulai tumbuh dan
rumputnya mengering.

Kondisi ruang terbuka yang


ada kurang baik karena
kurang terawat. Semak
belukar mulai tumbuh dan
rumputnya mengering.

Foto

Sumber: Observasi Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

110

Laporan Analisis

2013

Tabel 4.42 Kondisi Prasarana di Kecamatan Jebres


Kelurahan

Drainase

Persampahan

Air Bersih

Air Limbah

Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo

Baik
Sedang
Baik
Buruk
Buruk
Baik
Sangat Buruk
Baik
Sedang
Baik
Baik

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Sedang
Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat Buruk

Baik
Baik
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Baik
Sedang
Sedang
Sedang
Baik

Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sangat Buruk
Sangat Buruk
Sedang
Buruk
Sedang
Sangat Buruk
Baik

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013


Berikut ini adalah tabel penilaian kondisi prasarana yang ada di Jebres:
Tabel 4.43 Penilaian Kondisi Prasarana Kecamatan Jebres
Kelurahan

Drainase

Persampahan

Air Bersih

Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo

1
3
1
5
5
1
7
1
3
1
1

1
1
1
1
1
3
1
1
1
1
7

1
1
3
3
3
3
1
3
3
3
1

Air
Limbah
3
3
3
3
7
7
3
5
3
7
1

Total

Peringkat

6
8
8
12
16
14
12
10
10
12
10

11
9
9
3
1
2
3
6
6
3
6

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

111

Laporan Analisis

2013
Gambar 4.21 Kondisi Prasarana Kecamatan Jebres

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013


Melihat data di atas dapat disimpulkan bahwa, kondisi sarana Jebres bagian utara dan
selatan rata-rata sama yaitu cukup baik. Sedangkan mengenai kondisi prasarana, terjadi
perbedaan kondisi prasana sangat mencolok di Jebres Selatan. Pada bagian ini, kondisi
prasarananya Jebres Selatan baik hingga buruk. Kondisi yang baik, mengumpul di dekat
pusat kota (bagian barat Jebres Selatan), kondisi prasarana yang buruk juga mengumpul di
Jebres Selatan bagian timur.
4.5.3 Analisis Jenis, Jumlah Dan Kondisi Sarana Perdagangan

112

Laporan Analisis

2013

Sarana Perdagangan
Perdagangan

merupakan

suatu

hal

yang

sangat

penting

dalam

kegiatan

perekonomian.Maka dari itu untuk menunjang agar perdagangan dapat berjalan maksimal
diperlukan pula sarana perdagangan yang baik.

Peta 4.20 Persebaran dan Jangkauan Sarana Perdagangan Jebres 2011


Sumber: Kelompok Studio Proses Jebres, 2013
Dari peta di atas dapat dilihat persebaran dan jangkauan sarana perdagangan berupa
kios yang umumnya tersebar dipinggir jalan-jalan arteri maupun kolektor yang sering dilalui
oleh masyarakat. Seperti di Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Kolonel Sutarto, dan Jalan Ir.
Sutami. Pasar tradisional juga lebih banyak berada di Jebres bagian selatan antara lain di
kelurahan sewu, pucangsawit, purwodiningratan, dan sudiroprajan. Hampir semua wilayah di
jebres selatan sudah terjangkau oleh pelayanan sarana perdagangan berupa kios.
Sesuai perhitungan

standar

pelayanan

minimum maka

pasar tradisional yang

memenuhi standar untuk memenuhi kebutuhan hanya berada di kelurahan Sudiroprajan,


Sewu, Pucangsawit, dan Purwodiningratan. Sedangkan untuk swalayan berada di kelurahan
Sudiroprajan, Sewu, Jagalan, dan Tegalharjo. Sehingga Jebres bagian utara masih belum
dapat mencukupi kebutuhan penduduknya akan sarana perdagangan.

113

Laporan Analisis

2013

Tabel 4.44 Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan Tahun 2033


SARANA PERDAGANGAN

JUMLAH
PENDUDUK

TAHUN

Eksisting

PASAR
TRADISIONAL
5

SWALAYAN
12

2011

145703

Kemampuan
Eksisting

25

2033

159805

Proyeksi

27

13

PENAMBAHAN SARANA SAAT INI

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013


Gambar 4.22 Proyeksi Kebutuhan Sarana Perdagangan Kecamatan Jebres 2033

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013


Sarana perdagangan di kecamatan jebres pada tahun 2011 memerlukan tambahan 13
swalayan untuk mampu mencukupi kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut, sedangkan
pasar yang ada sudah mampu mencukupi kebutuhan. Di tahun 2033 diperlukan penambahan
sarana perdagangan berupa 1 pasar dan 2 buah swalayan di kecamatan jebres terutama di
jebres utara yang

belum terjangkau oleh pelayanan sarana perdagangan antara lain di

sebagian wilayah kelurahan mojosongo.


Kondisi pasar tradisional yang berada di kecamatan jebres secara keseluruhan masih
kurang baik.Untuk di kelurahan purwodiningratan, sewu, tegalharjo, maupun jagalan masih
kurang terutama dari aspek kebersihan tempatnya.Sedangkan untuk swalayan sudah dapat
dikatakan baik.
114

Laporan Analisis

2013

Kesimpulan :
Persebaran sarana perdagangan masih belum merata antara jebres utara dan jebres
selatan. Meskipun jangkauan pelayanan sarana perdagangan sudah mencapai hampir semua
wilayah di jebres selatan, namun kebutuhan sarana perdagangan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di kecamatan jebres masih kurang.
4.5.4 Analisis Persebaran Industri
Sektor Industri merupakan salah sektor yang paling dominan di Kecamatan Jebres.
Sektor ini merupakan sektor yang memiliki kontribusi paling besar terhadap perekonomian
Kecamatan Jebres. Setiap kelurahan di Kecamatan Jebres memiliki banyak industri. Secara
umum industri di Kecamatan Jebres dibedakan menjadi Industri Besar, Industri Menengah,
dan Industri Kecil. Industri di Kecamatan Jebres sendiri sangat beragam jenisnya mulai dari
industri makanan, meubel, sangkar burung dan lain sebagainya. Pada analisis kali ini
ditujukan untuk mengetahui kesesuaian persebaran industri yang ada dengan arahannya.
Gambar 4.23 Persebaran Industri Kecamatan Jebres 2011

Sumber: Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

115

Laporan Analisis

2013

Dari gambar persebaran industri di Kecamatan Jebres tahun 2011 dapat dilihat bahwa
persebaran industri kecil banyak berada di Jebres bagian selatan sedangkan untuk industri
besar dan sedang hampir sama antara Jebres bagian Utara dan Jebres bagian Selatan.
Kesimpulan :
Arahan BWK IV sebagai industri di Jebres, Tegalharjo, Jagalan, Purwodiningratan,
Pucangsawit penempatannya sudah sesuai kebijakan. Namun, terdapat pula banyak Industri
di Mojosongo. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan kebijakan.
4.5.5 Analisis Sarpras Penunjang Industri
Pada sub isu tidak optimalnya pengembangan potensi industri di Jebres bagian utara
dilakukan analisis sarpras penunjang industri yang bertujuan untuk mengetahui sarana
prasarana minimal yang menunjang indutsri agar industri dapat berkembang dengan baik.
Dalam analisis ini data yang diperlukan yaitu luas penggunaan lahan industri Kecamatan
Jebres dan Standar Pelayanan Minimum Permukiman dan Prasarana Wilayah.
Tabel 4.45 Perhitungan Kebutuhan Sarana Prasarana Penunjang Industri Kecamatan Jebres
Kelurahan

Luas
(Ha)

Industri

Tenaga
Kerja
(jiwa)

Listrik
(MVA)

Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jebres
M ojosongo

0.12
0.7
0
0
1.73
11.13
5.34
0.08
0
4.55
1.3

3
2
9
25
26
18
48
18
7
32
72

11
63
0
0
156
1002
481
7
0
410
117

0.018
0.105
0
0
0.2595
1.6695
0.801
0.012
0
0.6825
0.195

Telekomunikasi Air bersih


(S S T)
(liter)
1
3
0
0
7
45
21
0
0
18
5

0.066
0.385
0
0
0.952
6.122
2.937
0.044
0
2.503
0.715

Hunian
(unit)
16
95
0
0
234
1503
721
11
0
614
176

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013


Dengan hasil analisis tersebut dapat diketahui jumlah prasarana industri yang harus
disiapkan pada saat ini. Perhitungan tersebut adalah penyediaan minimal agar sektor industri
dapat berjalan dengan optimal.
4.5.6 Analisis Kebutuhan Sarpras Minimal Permukiman
Pada sub isu yang ketiga yaitu tingginya kecepatan pertumbuhan kawasan hunian di jebres
selatan tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan. Analisis yang dibutuhkan yaitu analisis
kebutuhan

sarpras

minimal permukiman yang bertujuan untuk

mengetahui kebutuhan

minimal sarpras permukiman. Data yang diperlukan untuk analisis ini antara lain data standar
116

Laporan Analisis

2013

pelayanan minimum sarpras permukiman. Diharapkan dengan pemenuhan kebutuhan sarana


dan prasarana permukiman yang ada di kecamatan jebres maka pertumbuhan kawasan hunian
dapat merata dan tidak hanya terkonsentrasi di jebres bagian selatan. Berikut ini tabel jumlah
sarpras eksisting di setiap kelurahan di kecamatan jebres.

117

Laporan Analisis

2013
Tabel 4.46 Sarana Eksisting Di Kecamatan Jebres Tahun 2011
S ARANA KES EHATAN

KELURAHAN

S ARANA PENDIDIKAN

JUMLAH

S ARANA
PERDAGANGAN

S ARANA
PERIBADATAN

S ARANA RUANG TERBUKA

RS

B. PENGO

PUS KES MAS

SD

S MP

S MA

PAS AR

S WALAYAN

MAS JID

GEREJA

TAMAN

LAP.
OR

TPU

KepatihanKulon

2972

KepatihanWetan

3081

Sudiroprajan

5025

Gandekan

9548

Sewu

7537

1,00 Ha

13640

0,20 Ha
11,50
Ha

Jagalan

12443

Purwodiningratan

5449

1,48 Ha

Tegalharjo

6116

16,75 Ha

6,03 Ha

2,00 Ha

Pucangsawit

Jebres

32086

M ojosongo

47806

1
1

0
1

1
1

12
14

5
1

6
1

0
1

3
2

42
48

18
13

5,85 Ha

Sumber: Jebres Dalam Angka 2011

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah sarana dan prasarana permukiman eksisting yang ada di Kecamatan Jebres. Dapat
dilihat adanya perbedaan jumlah sarana yang signifikan antara jebres utara dengan jebres selatan. Hal ini dikarenakan daerah di
jebres utara memiliki luas wilayah yang lebih besar dibanding daerah di jebres selatan sehingga jangkauan pelayanannya juga
banyak.

Laporan Analisis

2013

Tabel 4.47 Kebutuhan Sarana dan Prasarana Minimal Permukiman Kecamatan Jebres Tahun 2033
PRAS ARANA
KELURAHAN

S ARANA KES EHATAN

S ARANA
PENDIDIKAN

S ARANA
PERDAGANGAN

S ARANA
PERIBADATAN

S ARANA RUANG
TERBUKA

JUMLAH
S AMPAH

AIR
BERS IH

RS

B.
PENGO

PUS KES MAS

SD

S MP

S MA

PAS AR

S WALAYAN

MAS JID

GEREJA

TAMAN

LAP.
OR

TPU

KepatihanKulon

2972

20

148600

menyesuaikan

0,09

0,09

0,06

KepatihanWetan

3081

21

154050

menyesuaikan

0,09

0,09

0,06

Sudiroprajan

5025

34

251250

menyesuaikan

0,15

0,15

0,10

Gandekan

9548

64

477400

menyesuaikan

0,29

0,29

0,19

Sewu

7537

50

376850

menyesuaikan

0,23

0,23

0,15

Pucangsawit

13640

91

682000

menyesuaikan

0,41

0,41

0,27

Jagalan

12443

83

622150

menyesuaikan

0,37

0,37

0,25

Purwodiningratan

5449

36

272450

menyesuaikan

0,16

0,16

0,11

Tegalharjo

6116

41

305800

menyesuaikan

0,18

0,18

0,12

Jebres

32086

214

1604300

11

10

13

menyesuaikan

0,96

0,96

0,64

M ojosongo

47806

319

2390300

16

14

19

menyesuaikan

1,43

1,43

0,96

Sumber: Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

Laporan Analisis

2013

Tabel di atas berdasarkan Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang


Penataan Ruang, Perumahan Dan Permukiman Dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri
Permukiman Dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001).Dapat dilihat bahwa sarana dan
prasarana yang ada di kecamatan jebres sebagian besar sudah mencukupi kebutuhan
masyarakat, hanya beberapa fasilitas saja yang masih belum mencukupi, seperti sarana
kesehatan berupa balai pengobatan dan sarana perdagangan berupa kios.
Kesimpulan :
Maka dari itu dengan penambahan fasilitas atau sarana yang masih belum mencukupi
standar kebutuhan masyarakat, diharapkan dapat mengatasi perbedaan signifikan dalam
pertumbuhan kawasan hunian antara jebres utara dengan jebres selatan. Sarana yang akan
ditambahkan sebaiknya berada di kelurahan mojosongo maupun jebres, karena di dua
kelurahan tersebut masih kekurangan sarana kesehatan. Sedangkan untuk kelurahan lain yang
belum mencukupi kebutuhannya juga harus ditambahkan jumlah sarana dan prasarananya
agar semua kelurahan di kecamatan jebres dapat tumbuh dengan seimbang antara jebres utara
dengan jebres selatan.
4.5.7 Rekomendasi Sektor Sarana Prasarana :
Perlu diadakan penambahaan pembangunan beberapa jenis sarana dan prasarana yang
ada di kecamatan jebres untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya terutama di wilayah
yang masih belum tercukupi dan terjangkau oleh pelayanan sarana dan prasarana. Hal ini
agar tidak menyebabkan kesenjangan antara jebres utara dengan jebres selatan terutama di
bidang pembangunan infrastruktur. Perbaikan prasarana di Kelurahan Gandekan, Sewu,
Pucangsawit, Jagalan dan Jebres. Pembatasan industri yang ada di Kelurahan Mojosongo,
Kepatihan Kulon, Kepatihan Wetan, Sudiroprajan, Gandekan dan Sewu.
Sesuai dengan arahan BWK

IV maka perlu dilakukan penambahan sarana

perdagangan terutama di jebres bagian utara. Sedangkan untuk jebres bagian selatan sarana
perdagangan yang sudah ada tetap terkonsentrasi di sepanjang jalan arteri maupun kolektor
tanpa adanya penambahan.
Dengan penambahan fasilitas atau sarana yang masih belum mencukupi standar
kebutuhan masyarakat, diharapkan dapat mengatasi perbedaan signifikan dalam pertumbuhan
kawasan hunian antara jebres utara dengan jebres selatan. Sarana yang akan ditambahkan
sebaiknya berada di kelurahan mojosongo maupun jebres, karena di dua kelurahan tersebut

120

Laporan Analisis

2013

masih kekurangan sarana kesehatan. Sedangkan untuk kelurahan lain yang belum mencukupi
kebutuhannya juga harus ditambahkan jumlah sarana dan prasarananya agar semua kelurahan
di kecamatan jebres dapat tumbuh dengan seimbang antara jebres utara dengan jebres
selatan.

4.6 Analisis Transportasi

4.6.1 Analisis Bangkitan Dan Tarikan Kecamatan Jebres


Tata guna lahan sangat berperan penting dalam terjadinya bangkitan dan tarikan
pergerakan.

Untuk memenuhi kebutuhan manusia biasanya melakukan pergerakan di antara

satu tempat menuju ke tempat tujuan menggunakan system jaringan transportasi. Penduduk
Kecamatan Jebres pun juga memanfaatkan system jaringan jalan yang ada di dalamnya
sebagai wadah untuk melakukan perjalanan menuju tempat aktivitas aktivitas tertentu.

121

Laporan Analisis

2013

Peta 4.21 Tata Guna Lahan Kecamatan Jebres


Sumber : Analisisi Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

Dari peta tata guna lahan KecamatanJebres, dapat dilihat bahwa banyaknya kegiatan atau
aktivitas ekonomi berada pada Jebres bagian selatan. Jebres bagian Selatan menjadi tarikan
terbesar untuk pergerakan eksternal maupun internal. Karena tidak hanya aktivitas ekonomi
saja yang terdapat disana, namun juga sarana prasarana kesehatan dan pendidikan lebih
banyak di temui di Jebres Selatan. Jebres bagian utara yang sebagian besar didominasi oleh
kawasan permukiman menjadi bangkitan terbesar dalam pergerakan di Kecamatan Jebres.

4.6.2 Analisis Persebaran Angkutan Umum


Dalam setiap pergerakan moda transportasi menjadi hal yang sangat penting dan
berperan. Angkutan umum merupakan salah satu moda transportasi yang disediakan oleh
pemrintah untuk masyarakat. Kota Surakarta merupakan kota yang menyediakan angkutan
umum yang cukup lengkap mulai dari bus perkotaan, angkutan kota, taksi, hingga becak.
Kecamatan Jebres yang merupakan bagian dari Kota Surakarta, sudah terlayani oleh angkutan
umum antara lain bus perkotaan dan angkutan kota .

122

Laporan Analisis

2013

Peta 4.22 Rute Trayek Bus Perkotaan Kecamatan Jebres


Sumber : Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

Peta 4.23 Rute Trayek Angkutan KotaKecamatan Jebres


Sumber : Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

123

Laporan Analisis

2013

Dari peta di atas dapat dilhat bahwa angkutan umum ( baik bus perkotaan maupun angkutan
kota) yang ada telah melayani daerah internal dan eksternal. Akan tetapi pelayanan angkutan
umum yang ada di Kecamatan Jebres belum merata. Terlihat jelas bahwa pelayanan angkutan
umum yang menjangkau Kelurahan Mojosongo belum sesuai dengan luas lahan yang ada.
Bis perkotaan yang ada menjangkau di Kelurahan Mojosongo hanya ada 3 trayek akan tetapi
yang masih aktif hanya tinggal satu saja. Hal yang berbeda tampak dari peta rute trayek
angkutan kota yang menunjukkan bahwa pelayanan angkutan kota ini sudah melayani secara
merata antara Jebres Utara dan Jebres Selatan. Dari kondisi ini terlihat jelas bahwa
persebaran angkutan umum di Kecamatan Jebres hanya terpusat pada Kecamatan Jebres
bagian selatan.
4.6.3 Analisis Pergerakan Tenaga Kerja yang Menggunakan Angkutan Umum dan Analisis
Pergerakan Bahan Baku.
Untuk analisis pergerakan tenaga kerja dapat dilihat dari tenaga kerja yang
menggunakan

angkutan

umum.

Hal

ini

dikarenakan

banyaknya

masyarakat

yang

menggunakan kendaraan pribadi. Untuk Kecamatan Jebres sendiri tenaga kerja yang memilih
menggunakan kendaraan pribadi dapat disebabkan angkutan umum yang melayani di
kecamatan ini belum sepenuhnya merata, contohnya di Kelurahan Mojosongo.
Di Kelurahan Mojosongo, sebagian penduduk yang merupakan tenaga kerja maupun
bukan tenaga kerja. Pola pergerakan tenaga kerja sebagian besar juga menggunakan jaringan
jalan yang menuju ke arah Jebres bagian selatan, karena sebagian besar lokasi industri dan
perdagangan berada pada Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo.

124

Laporan Analisis

2013

Peta 4.24 Pola Pergerakan Tenaga Kerja Berdasarkan Letak Industri


Sumber : Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

Dari peta di atas dapat dilihat bahwa pola pergerakan tenaga kerja mengikuti persebaran letak
industry yang ada di Kecamatan Jebres. Letak industry yang sebagian besar berada di
Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Jebres juga menjelasakan bahwa adanya trayek
angkutan umum ini menyesuaikan letak industry yang ada di Kecamatan Jebres. Sehingga
terlihat bahwa pergerakan tenaga kerja yang menggunakan angkutan umum juga sesuai
dengan rute angkutan umum yang melayani Kecamatan Jebres.

Kondisi yang didapatkan

juga bahwa pola pergerakan tenaga kerja masih terpusat di Jebres Selatan, meskipun di Jebres
Utara sudah ada namun belum merata ke semua daerah di Jebres Utara.

125

Laporan Analisis

2013

Peta 4.25 Pergerakan Bahan Baku Kecamatan Jebres


Sumber : Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

Peta di atas menunjukkan bahwa pola pergerakan bahan baku yang ada di Kecamatan Jebres
sudah melayani baik Jebres Utara maupun Selatan. Pada peta juga tersebut menjelaskan
pergerakan bahan baku yang ada di Kecamatan Jebres masih menggunakan jaringan jalan
yang ada di Jebres bagian selatan. Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan lokasi
industry yang banyak berada pada Kelurahan Mojosongo. Meskipun juga tidak dapat
diabaikan bahwa Jebres bagian selatan juga memiliki perdagangan yang cukup besar.
Sehingga didapatkan bahwa pola pergerakan bahan baku yang ada di Kecamatan Jebres
sudah merata.

4.6.4 Analisis Volume Kapasitas Ratio Jalan


Kondisi eksisiting kepadatan jaringan jalan di Kecamatan Jebres dapat di tunjukkan
pada peta di bawah ini

126

Laporan Analisis

2013

Peta 4.26 VCR Kecamatan Jebres


Sumber : Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

Dari peta VCR di atas dapat dilihat bahwa jaringan jalan yang memiliki kepadatan tinggi
adalah Jalan Bridgen Katamso, Jalan Sumpah Pemuda, Jalan Ring Road Solo, Jalan Kolonel
Sutarto. Kepadatan jaringan jalan di Kecamatan Jebres ini terjadi karena jalan tersebut
merupakan jaringan jalan yang termasuk kelas jalan arteri primer dan kelas jalan kolektor
primer. Pendukung utama adanya kepadatan jaringan jalan tersebut karena adanya aktivitas
yang ada di Kecamatan Jebres yang meliputi aktivitas pendidikan, ekonomi, perdagangan,
dan kesehatan. Hal yang tidak kalah pentingnya yaitu adanya sarana kesehatan yang besar
dan menjadi tujuan dari penduduk Kota Surakarta yaitu Rumah Sakit Moewardi. Proyeksi
VCR jaringan jalan yang ada di Kecamatan Jebres dapat digambarkan sebagai berikut

127

Laporan Analisis

2013

Peta 4.27 Proyeksi VCR Kecamatan Jebres Tahun 2033


Sumber : Dishub, 2009

Dari peta di atas menunujukkan proyeksi VCR Kecamatan Jebres Tahun 2033. Berdasarkan
peta di atas maka dapat diketahui bahwa proyeksi rasio volume kapasitas jalan yang ada di
Kecamatan Jebres akan mengalami kepadatan yang merata. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kepadatan jalan yang ada di Kecamatan Jebres sebagian besar akan mengalami kemacetan.
4.6.5 Analisis Pemilihan Rute
Secara umum dalam melakukan suatu pergerakan setiap orang akan mencari efisiensi
dari pergerakan tersebut. Efisisensi dalam pergerakan biasanya terlihat pada pemilihan rute
untuk melakukan pergerakan tersebut. Setiap manusia yang melakukan pergerakan cenderung
akan memilih rute terpendek dari tempat aktivitas tujuan dan biaya yang kecil untuk
menempuh perjalanan tersebut.
Pemilihan

rute

dalam suatu pergerakan tergantung dari bangkitan

tarikan

pergerakan, tata guna lahan, dan volume dan kapasitas jalan. Dominasi kegiatan ekonomi di
Kecamatan Jebres adalah industry dan perdagangan. Sebelum mengidentifikasi pemilihan
rute tersebut maka perlu dilihat lokasi dari industry dan perdagangan yang ada di Kecamatan
Jebres.

128

Laporan Analisis

2013

Peta 4.28 Tata Guna Lahan Kecamatan Jebres


Sumber : Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

Peta tata guna lahan tersebut menunjukkan bahwa lokasi industry dan perdagangan
sebagian besar berada pada Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan Jebres. Sehingga dapat
diketahui pula bahwa terjadi tarikan yang besar pada kedua kelurahan ini yang menyebabkan
jaringan jalan menuju kedua kelurahan ini akan menjadi padat. Selain itu juga dapat diketahui
pemilihan rute yang dipilih pada jaringan jalan yang ada di Kecamatan Jebres juga dapat
didasarkan dari lokasi industri dan perdagangan yang ada di kecamatan tersebut. Untuk
mengetahui bagaimana pemilihan rute pada jaringan jalan maka dapat diperoleh dari Peta
VCR Kecamatan Jebres.

129

Laporan Analisis

2013

Peta 4.29 VCR Kecamatan Jebres


Sumber : Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

Peta tersebut menunjukkan bahwa kepadatan pergerakan yang ada di Kecamatan Jebres
didominasi oleh jalan provinsi misalnya Jalan Ir. Sutami dan Jalan Ring Road Solo.
Sedangkan untuk jalan kota yang memiliki volume jalan yang tinggi adalah Jalan Bridgen
Katamso, Jalan Kolonel Sutarto dan Jalan Urip Sumoharjo. Dari peta VCR Kecamatan Jebres
dapat diketahui bahwa jaringan jalan yang sering dilewati di Kecamatan Jebres adalah Jalan
Ir. Sutami, Jalan Kolonel Sutarto, Jalan Bridgen Katamso, Jalan Ring Road Solo, dan Jalan
Urip Sumoharjo.
Jaringan jalan di

Kecamatan Jebres yang memiliki volume jalan tinggi adalah Jalan

Ir. Sutami dan Jalan Ring Road Solo. Hal ini dikarenakan kedua jalan tersebut merupakan
akses menuju jalan provinsi yang dapat menghubungkan dengan kabupaten lain. Selain itu
dua jalan tersebut juga menghubungkan pada perdagangan, industry yang ada di Kelurahan
Mojosongo dan Jebres, pusat sarana kesehatan yaitu Rumah Sakit Moewardi dan kawasan
pendidikan yaitu SMK Warga, Universitas Sebelas Maret, dan Institut Seni Indonesia.
Sehingga dari analisis ini dapat diketahui bahwa, pembebanan jaringan jalan yang ada di
Kecamatan Jebres tidak merata dikarenakan lokasi sarana terpusat pada Kecamatan Jebres
bagian selatan.

130

Laporan Analisis

2013

4.6.6 Kesimpulan dan Rekomendasi


Tabel 4.48 Kesimpulan dan Rekomendasi Sektor Trnasportasi
HASIL ANALISIS

KESIMPULAN

REKOMENDASI

Kecamatan Jebres bagian selatan


memiliki daya tarik yang besar baik dari
segi aktivitas ekonomi maupun sarana
prasarana kesehatan dan pendidikan
dalam suatu tarikan pergerakan di
kecamatan ini.

Lengkapnya sarana prasarana


transportasi dan daya tarik lain
yang ada di Jebres bagian selatan
menyebabkan banyaknya hunian di
Jebres selatan.

Jangkauan pelayanan angkutan umum


yang ada di Kecamatan Jebres belu
seluruhnya melayani daerah ini,
pelayanan yang sudah ada masih
terpusat pada Jebres bagian selatan yang
memiliki banyak pusat aktivitas.

Kurang meratanya ketersediaan


sarana prasarana transportasi yang
ada di Kecamatan Jebres

Pergerakan tenaga kerja yang ada di


Kecamatan Jebres masih terkonsentrasi
pada jaringan jalan yang ada di Jebres
bagian selatan.

Kurangnya pengoptimalan industri


yang ada di Jebres bagian utara
sehingga pergerakan tenaga kerja
terpusat di Jebres bagian selatan.

Pergerakan bahan baku yang ada di


Kecamatan Jebres sudah cukup merata,
namun masih belum optimal bila melihat
aktivitas ekonomi yang ada di kecamatan
ini tidak hanya ada di Jebres bagian
selatan.

Pengalihan pergerakan bahan baku


dan pendistribusian pada jaringan
jalan yang lain untuk
mengoptimalkan aktivitas industri
dan menjaga capabilitas
perdagangan yang ada di Jebres

Kapasitas jalan yang ada di Kecamatan


Jebres masih terpusat di Jebres Selatan.

Belum optimalnya penggunaan


jaringan jalan yang ada di Jebres
Utara

Pemerataan Pembangunan
Sarana Prasarana
Transportasi Kecamatan
Jebres

4.7 Analisis Tata Guna Lahan


Tabel 4.49 Kerangka Analisis Sektor Tata Guna Lahan
INPUT

PROSES

OUTPUT

Peta pesebaran industri, data


kemampuan lahan, peta
penggunaan

Analisis pengembangan lokasi


industri

Lokasi optimal dalam


pengembangan industri

131

Laporan Analisis

2013

Data kemampuan lahan, peta


penggunaan lahan eksisting,
peta Arahan Pola Ruang

Analisis kesesuaian lahan

Lokasi optimal pembangunan di


Jebres Utara guna meratakan
pembangunan antara Jebres Utara
dan Selatan

Analisis ketersediaan lahan


Data kepadatan penduduk,
peta tata guna lahan eksisting,
Peta Arahan Pola Ruang

Analisis kepadatan bangunan


Analisis kesesuaian lahan

Arahan pengaturan bangunan


guna mengendalikan pertumbuhan
kawasan hunian

Analisis Kebutuhan Lahan

4.7.1

Analisis Kesesuaian Lahan


Analisis

kesesuaian

lahan

bertujuan

untuk

mengetahui

arahan-arahan

kesesuaian lahan, sehingga diperoleh arahan kesesuaian peruntukan lahan untuk


pengembangan kawasan berdasarkan karakteristik fisiknya. Hasil analisis kesesuaian
lahan terdiri dari: arahan pola ruang (lindung-budidaya), arahan rasio tutupan, arahan
ketinggian bangunan, dan perkiraan daya tampung lahan dan pembagian kelas
kemampuan lahan. Berikut ini merupakan tabel hasil perhitungan analisis kesesuaian
lahan:
Tabel 4.50 Hasil Analisis Kesesuaian Lahan Kecamatan Jebres

Kelurahan

Kelas

Arahan Tata
Ruang

Rasio
Tutupan

Kepatihan Kulon

Budidaya

Max 30%

Perkiraan
Daya
Tampung
(jiwa)
4259

Kepatihan Wetan

Budidaya

Max 30%

8903

3081

Sudiroprajan

Budidaya

Max 30%

5289

5025

Gandekan

Budidaya

Max 30%

7767

9548

Sewu

Budidaya

Max 30%

10664

7537

Pucangsawit

Budidaya

Max 30%

28830

13640

Jagalan

Budidaya

Max 30%

13932

12443

Purwodingratan

Budidaya

Max 30%

8743

5449

Tegalharjo

Budidaya

Max 30%

5088

6116

Jebres

Budidaya

Max 20%

64842

32086

Mojosongo

Budidaya

Max 20%

81904

47806

Populasi
2010
(jiwa)
2972

Sumber : Hasil analisis studio proses kelompok Jebres, 2013

132

Laporan Analisis

2013

Dari perhitungan analisis kesesuaian lahan dapat dilihat perkiraan daya


tampung penduduk di suatu wilayah. Dapat dilihat bahwa kelurahan gandekan dan
tegalharjo memiliki jumlah penduduk pada tahun 2010 yang melebihi kapasitas daya
tampung lahan. Dari tabel analisis kesesuaian lahan diatas dapat dilihat pembagian
kelas berdasarkan kemampuan lahan yang terdiri dari kelas C dan D. Pembagian kelas
tersebut dapat menentukan arahan tata ruang berupa kawasan budidaya dan kawasan
lindung. Kawasan budidaya terdiri dari fungsi guna lahan perumahan, perdagangan
jasa, perkantoran, industri, ruang terbuka non hijau, sawah, pergudangan, kawasan
pendidikan, kawasan militer, dan kawasan pariwisata. Sedangkan kawasan lindung
Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan,
nilai sejarah serta budaya. Kawasan lindung terdiri dari fungsi guna lahan hutan
lindung; kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya,
yang meliputi kawasan bergambut dan kawasan resapan air; kawasan perlindungan
setempat, yang meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau
atau waduk, kawasan sekitar mata air; ruang terbuka hijau (rth) kota, yang antara lain
meliputi taman rt, taman rw, taman kota dan permakaman; kawasan suaka alam dan
cagar budaya; kawasan rawan bencana alam, yang meliputi kawasan rawan tanah
longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir; dan kawasan
lindung

lainnya.

Berikut

ini merupakan

peta

kemampuan

lahan

berdasarkan

pembagian kelas:

133

Laporan Analisis

2013

Gambar 4.24 Arahan Tata Ruang menurut Kemampuan Lahan Kecamatan Jebres

Sumber : Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

Dari peta diatas dapat dilihat bahwa 8 Kelurahan di Kecamatan Jebres yaitu di
Kelurahan

Kepatihan

Kulon,Kepatihan Wetan,

Sudiroprajan,

Gandekan,

Sewu,

Pucangsawit, Jagalan, dan Purwodiningratan memiliki kelas D yaitu kemampuan


pengembangan agak tinggi dengan arahan tata ruang kawasan budidaya. Sedangkan
kelurahan Tegalharjo, Jebres dan Mojosongo memiliki kemampuan lahan kelas C
yaitu kemampuan pengembangan sedang dengan arahan tata ruang kawasan budidaya.
Hasil analisis kesesuaian lahan berupa arahan tata ruang tersebut kemudian di
bandingkan dengan peta penggunaan lahan eksisting Kecamatan Jebres.

134

Laporan Analisis

2013

Peta 4.29 Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres


Sumber : Kelompok StudioProses Jebres, 2013

Dari perbandingan peta kemampuan lahan dan penggunaan lahan eksisting


dapat dilihat bahwa penggunaan lahan yang ada di Kecamaran Jebres sudah sesuai
dengan arahan kemampuan lahan sebagai kawasan budidaya dengan peruntukan lahan
perumahan, perdagangan jasa, perkantoran, industri, ruang terbuka non hijau, sawah,
pergudangan,
Kecamatan

kawasan
Jebres

pendidikan,

memiliki

kawasan

persebaran

militer,

penggunaan

dan
lahan

kawasan pariwisata.
yang

terdiri atas

permukiman, pendidikan, taman kota, tegalan, tempat pembuangan akhir, industri,


kantor, tanah kosong, sawah dan makam.
Selain itu, arahan kesesuaian lahan juga membahas tentang penyimpangan
penggunaan lahan eksisting terhadap rencana pola ruang Kota Surakarta. Berikut ini
merupakan peta rencana pola ruang Kecamatan Jebres:

135

Laporan Analisis

2013

Peta 4.30 rencana Pola ruang Kecamatan Jebres


Sumber : Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

Dari perbandingan peta penggunaan lahan Kecamatan Jebres dengan peta rencana
pola ruang diatas, dapat diketahui masih terdapat beberapa penggunaan lahan di Kecamatan
Jebres yang belum sesuai dengan rencana pola ruang Kecamatan Jebres. Yaitu pada
Kelurahan Mojosongo terdapat arahan pola ruang industri namun pada penggunaan lahan
eksisting masih berupa lahan kosong dan permukiman. Selain itu adanya arahan pola ruang
sepanjang jalan sebagai kawasan perdagangan, namun kondisi eksisting belum sesuai dengan
rencana pola ruang. Berikut ini merupakan diagram perbandingan luas pengggunaan tanah
eksisting dengan luas penggunaan tanah menurut arahan pola ruang :

136

Laporan Analisis

2013

Gambar 4.25 Diagram perbandingan luas pengggunaan tanah eksisting dengan arahan pola
ruang

Sumber : Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

Berdasarkan

diagram

diatas,

diketahui bahwa

penyimpangan

luasan

eksisting

permukiman dengan arahan pola ruang yaitu sekitar 0,57% dari luas total Kecamatan Jebres.
Sedangkan

penyimpangan

luasan

kawasan

perdagangan

dan

jasa

memiliki

luas

penyimpangan yang besar yaitu sekitar 10,40%. Sedangkan luas penyimpangan yang terkecil
yaitu penyimpangan sawah sekitar 0,49% dari luas total Kecamatan Jebres.
Dapat disimpulkan bahwa sesuai dengan kemampuan lahan, seluruh kelurahan di
kecamatan Jebres sudah memenuhi kriteria kesesuaian lahan. Sedangkan menurut rencana
pola ruang, penggunaan lahan di Kecamatan Jebres belum sesuai dengan arahan pola ruang
Kota Surakarta.
4.7.2

Analisis Ketersediaan Lahan


Bertujuan untuk mengetahui ketersediaan lahan untuk pembangunan yang ada di

Kecamatan Jebres berdasarkan kemampuan lahan. Ketersediaan lahan untuk

pembangunan

dapat dilihat dari adanya lahan kosong di Kecamatan Jebres berdasarkan peta penggunaan
lahan dan melihat kemampuan lahan pada lahan kosong yang ada untuk pembangunan.
Proporsi penggunaan lahan terbangun dan tidak terbangun di Kecamatan Jebres dapat dilihat
dari diagram berikut :

137

Laporan Analisis

2013

Gambar 4.26 Diagram Proporsi Guna Lahan Kecamatan Jebres

Sumber : Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa proporsi lahan terbangun mendominasi
penggunaan lahan di Kecamatan Jebres yaitu sekitar 77%. Sedangkan proporsi lahan tidak
terbangun sebesar 23%. Untuk melihat kelurahan yang memiliki lahan tidak terbangun,
berikut ini merupakan peta penggunaan lahan Kecamatan Jebres:

Peta 4.31 Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres


Sumber : Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

138

Laporan Analisis

2013

Dari peta diatas dapat dilihat bahwa di Kecamatan Jebres masih terdapat penggunaan
lahan berupa tegalan dan lahan kosong yang ada di Kelurahan Mojosongo. Jika dilihat dari
tabel analisis kemampuan lahan dibawah, dapat diketahui bahwa Kelurahan Mojosongo
memiliki kelas C yaitu kemampuan pengembangan sedang.
Tabel 4.51 Hasil Analisis Kemampuan Lahan
Kelurahan

Morfologi

Kemudahan
Dikerjakan

Kestabilan
Lereng

Kepatihan Kulon

M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
rendah
M orfologi
kurang
M orfologi
kurang

Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
cukup
Kemudahan
cukup

Kepatihan Wetan
S udiroprajan
Gandekan
S ewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodingratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo

Ketersediaan
Air

Drainase

Erosi

Bencana

Tinggi

Daya
Dukung dan
Kestabilan
Pondasi
Kurang

Sedang

Rendah

Rawan

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Sedang

Kurang

Rendah

Rendah

Sedang

Kurang

Rendah

Rendah

Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah

Rawan
Rawan
Sangat
rawan
Sangat
rawan
Sangat
rawan
Sangat
rawan
Rawan
Tidak
rawan
Kurang
rawan
Kurang
rawan

Sumber : Hasil analisis studio proses kelompok Jebres, 2013


Dari hasil analisis kemampuan lahan diatas, Kelurahan Mojosongo memiliki kelas
kemampuan pengembangan yang sedang. Dengan tingkat kemudahan dikerjakan sedang
yaitu tingkat efisiensi dan efektifitas yang lumayan baik untuk dikembangkan. Kelurahan
Mojosongo juga memiliki kestabilan pondasi yang kurang sehingga dalam pengembangannya
harus memperhatikan jenis pondasi untuk kestabilannya. Selain itu Kelurahan Mojosongo
juga memiliki ketersediaan air yang rendah sehingga untuk pengadaan air bagi pembangunan
harus melalui sumur dalam. Sedangkan untuk kerawanan bencana, Kelurahan Mojosongo
merupakan kelurahan yang kurang rawan terhadap bencana. Dapat disimpulkan bahwa
ketersediaan lahan untuk pembangunan di Kelurahan Mojosongo dapat dikembangkan namun
dengan tingkat pengembangan sedang.

139

Laporan Analisis

4.7.3

2013

Analisis Pengembangan Lokasi Industri


Analisis pengembangan lokasi industri bertujuan untuk mengetahui lokasi optimal

bagi pengembangan industri dan kebutuhan lahan akibat pengembangan industri. Penentuan
lokasi untuk industri berkaitan erat dengan usaha pengembangan industri sebagai sarana
penggerak ekonomi daerah dan pengaturan spasial dalam rangka memelihara lingkungan
hidup yang serasi. Untuk menentukan lokasi optimal bagi industri ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan yaitu faktor fisik dan faktor manusia dan ekonomi. Faktor fisik terdiri dari
tanah, bahan baku, dan tenaga kerja. Sedangkan faktor manusia dan ekonomi terdiri dari
penyediaan tenaga kerja, transportasi, pasar dan pengaruh pemerintah ( Radjiman, G., 1998).
Untuk itu dalam pemilihan lokasi industri, harus diperhatikan beberapa hal seperti potensi
sumber daya penunjang seperti air tanah atau air sungai yang dapat dimanfaatkan guna air
industri dan air minum, potensi energi yang memadai, potensi atau keterjangkauan pada
sarana dan prasarana yang diperlukan, perangkat institusional yang diperlukan. Berikut ini
merupakan peta persebaran indsutri yang ada di Kecamatan Jebres :
Gambar 4.27 Persebaran Industri Kecamatan Jebres

Sumber : Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

Dari peta diatas dapat diketahui persebaran industri yang ada di Kecamatan Jebres. Indsutri
kecil merupakan jenis industri yang dominan di Kecamatan Jebres. Industri kecil menyebar
hampir di semua kelurahan di Kecamatan Jebres meski persebarannya tidak merata.
140

Laporan Analisis

2013

Tabel 4.52 Jumlah Industri Kecamatan Jebres tahun 2010


Kelurahan
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo

Industri
Besar
3
1
3

Industri
Menengah
1
1
1
2
-

Industri
Kecil
3
1
1
2
2
1
7
4
2
9
12

Sumber : Disperindag, 2010

Jika dilihat dari data diatas, jumlah industri terbanyak berada di Kelurahan
Mojosongo. Melihat dari arahan tata ruang kota, Kelurahan Mojosongo masuk kedalam
BWK IV dengan peruntukkan sebagai kawasan permukiman, perdagangan jasa, kesehatan
dan pendidikan. Sehingga dapat dilihat bahwa perkembangan Kelurahan Mojosongo di
bidang industri tidak sesuai dengan arahan pembagian wilayah kota sesuai rencana tata ruang
kota. Arahan tata ruang kota dengan peruntukkan kawasan industri yaitu BWK V. Kelurahan
yang masuk kedalam BWK V yaitu kelurahan Jebres, Tegalharjo, Jagalan, Purwodiningratan,
dan Pucangsawit. Melihat jumlah industri yang ada di Kelurahan Jebres dan Pucangsawit,
kedua kelurahan tersebut sudah mendukung arahan tata ruang kota BWK V dengan
peruntukkan industri karena kedua kelurahan tersebut juga memiliki jumlah industri yang
banyak walaupun tidak sebanyak Kelurahan Mojosongo.
Selain melihat dari peraturan pemerintah yang ada di daerah tersebut, faktor pemilihan
lokasi industri yang lain yaitu kemampuan lahan yang ada di lokasi tersebut. Kemampuan
lahan tersebut meliputi ketersediaan air, kestabilan pondasi dan lainnya. Berikut ini
merupakan data kemampuan lahan di Kecamatan Jebres.
Tabel 4.53 Analisis Kemampuan Lahan
Kelurahan

Morfologi

Kemudahan
Dikerjakan

Kestabilan
Lereng

Ketersediaan
Air

Kemampuan
Drainase

Erosi

Bencana

Tinggi

Daya
Dukung
dan
Kestabilan
Pondasi
Kurang

Kepatihan
Kulon
Kepatihan
Wetan
Sudiroprajan

Morfologi
rendah
Morfologi
rendah
Morfologi

Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan

Sedang

Rendah

Rawan

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat

Rawan
Rawan

141

Laporan Analisis

Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodingratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo

rendah
Morfologi
rendah
Morfologi
rendah
Morfologi
rendah
Morfologi
rendah
Morfologi
rendah
Morfologi
rendah
Morfologi
kurang
Morfologi
kurang

tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
tinggi
Kemudahan
cukup
Kemudahan
cukup

2013

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Tinggi

Kurang

Sedang

Rendah

Sedang

Kurang

Rendah

Rendah

Sedang

Kurang

Rendah

Rendah

Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah
Sangat
Rendah

Sangat
rawan
Sangat
rawan
Sangat
rawan
Sangat
rawan
Rawan
Tidak
rawan
Kurang
rawan
Kurang
rawan

Sumber : Hasil analisis studio proses Jebres, 2013


Dari tabel diatas dapat dilihat kemampuan lahan yang ada di Kecamatan Jebres. Untuk
pengembangan kawasan industri, dibutuhkan lahan yang memiliki kemiringan lereng yang
stabil dengan ketersediaan air yang cukup. Jika dilihat dari analisis kemampuan lahan diatas,
hampir semua kelurahan di Kecamatan Jebres memilik kestabilan lereng tinggi kecuali
Kelurahan Jebres dan Mojosongo. Sedangkan untuk ketersediaan air, Kelurahan Jebres dan
Mojosongo memiliki ketersediaan air yang rendah jika dibanding dengan kelurahan lain yang
ada di Kecamatan Jebres. Dengan melihat ketersediaan air dan kestabilan lereng diatas,
semua kelurahan di kecamatan Jebres potensial untuk dikembangkan menjadi lokasi industri
kecuali Jebres dan Mojosongo. Dalam pengembangan lokasi industri di Jebres dan
Mojosongo, perlu diadakan sumur dalam untuk mendapatkan kecukupan air bagi kebutuhan
industri.
Sedangkan jika melihat daya dukung dan kestabilan pondasi untuk pembangunan di
Kecamatan Jebres, semua kelurahan memiliki daya dukung dan kestabilan yang kurang.
Kestabilan pondasi ini digunakan untuk melihat lahan yang stabil untuk dikembangkan
menjadi bangunan industri. Dengan kestabilan yang kurang, artinya semua kecamatan di
Jebres kurang stabil, namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu bisa lebih stabil.
Pemilihan lokasi industri juga harus mempertimbangkan tingkat kerawanan bencana
yang ada di suatu wilayah atau kawasan. Dari data diatas, kelurahan yang tidak memiliki
kerawanan terhadap bencana yaitu kelurahan tegalharjo. Sedangkan kelurahan Jebres dan
Mojosongo merupakan kelurahan dengan tingkat kerawanan yang kurang. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa jika dilihat dari tingkat kerawanan bencana, pengembangan lokasi
optimal untuk industri berada di kelurahan tegalharjo, jebres, dan mojosongo.

142

Laporan Analisis

2013

Dari beberapa faktor diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa daerah di jebres utara
kurang potensial untuk dikembangkan menjadi lokasi industri jika dilihat dari morfologi,
keadaan tanah serta akses transportasinya. Namun dari tingkat kerawanan bencana dan
ketersediaan lahan yang ada, daerah di jebres utara cukup potensial untuk dikembangkan
menjadi lokasi industri jika dibandingkan dengan jebres bagian selatan.
4.7.4

Analisis Kepadatan Bangunan


Analisis kepadatan bangunan bertujuan untuk mengetahui kepadatan bangunan di

suatu wilayah yang difungsikan sebagai arahan pengaturan bangunan. Berikut ini merupakan
peta penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Jebres:

Peta 4.32 Penggunaan lahan Kecamatan Jebres


Sumber : BPN, 2013

Dari peta diatas dapat dilihat kepadatan bangunan perumahan dan permukiman yang ada di
Kecamatan Jebres. Beberapa kelurahan di Kecamatan Jebres bagian selatan memiliki
kepadatan bangunan yang sangat tinggi, dapat dilihat dari kerapatan blok-blok perumahan
yang tinggi. Hal ini dapat juga dilihat dari data kepadatan penduduk yang ada di Kecamatan
Jebres.

143

Laporan Analisis

Gambar

2013
4.28 Kepadatan penduduk Kecamatan Jebres

Sumber : Kelompok Studio Proses Jebres, 2013

Dari gambar diatas dapat dilihat kepadatan penduduk yang ada di Kecamatan Jebres.
Kelurahan Jebres, Mojosongo dan Kepatihan Wetan memiliki kepadatan penduduk yang
sedang. Sedangkan Kelurahan Pucangsawit, Sewu, Purwodiningratan dan Kepatihan Kulon
memiliki kepadatan penduduk tinggi. Tiga kelurahan lain yaitu Gandekan, Jagalan dan
Sudiroprajan merupakan kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi.
Kepadatan penduduk yang tinggi juga mengakibatkan tingginya kepadatan bangunan karena
kebutuhan lahan penduduk yang ada di Kelurahan tersebut tidak sebanding dengan luas
wilayah yang ada.
Tabel 4.54 Kepadatan Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2010
Kelurahan
Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo

Jumlah
Penduduk
(jiwa)
2972
3081
5025
9548
7537
13640
12443
5449
6116

Luas
Wilayah (ha)

Kepadatan
(jiwa/ha)

18
23
23
35
49
127
65
37
33

165
134
218
273
154
107
191
147
185

144

Laporan Analisis

2013
Jumlah
Penduduk
(jiwa)
32086
47806

Kelurahan
Jebres
Mojosongo

Luas
Wilayah (ha)

Kepadatan
(jiwa/ha)

317
533

101
89
Sumber : BPS, 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa beberapa kelurahan di Kecamatan Jebres memiliki luas
wilayah

kecil

namun

dengan

jumlah

penduduk

yang

banyak

sehingga

kepadatan

penduduknya tinggi. Kelurahan Mojosongo memiliki jumlah penduduk terbanyak namun


karena memiliki luas wilayah yang besar sehingga kepadatan penduduk yang ada di
Kelurahan tersebut juga kecil. Hal ini dapat mempengaruhi kepadatan bangunan yang ada di
Kelurahan tersebut, karena wilayah yang luas sehingga dapat memenuhi kebutuhan penduduk
terhadap lahan permukiman. Sedangkan Kelurahan Gandekan memiliki jumlah penduduk
yang tidak begitu banyak namun karena memiliki luas wilayah yang kecil sehingga
kepadatannya menjadi tinggi. Dengan kepadatan penduduk yang tinggi dapat mempengaruhi
kepadatan bangunan yang ada.
Dengan melihat kepadatan bangunan yang ada di masing-masing kelurahan, dapat
dilihat pula bahwa kebanyakan kelurahan di bagian selatan Kecamatan Jebres memiliki
kepadatan bangunan yang tinggi jika dibandingkan dengan kepadatan bangunan kelurahan di
Kecamatan Jebres bagian utara.
4.7.5

Analisis Kebutuhan Lahan


Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam

rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi,
kakus, cuci dan

masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per

orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2.80 m.


Sedangkan untuk kebutuhan lahan minimal per orang adalah 20 m2. Berikut ini merupakan
tabel kebutuhan luas minimum lahan untuk rumah.
Tabel 4.55 Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan untuk Rumah Sederhana
Sehat
Standar Per Jiwa
(M2)
(Ambang Batas)
7,2
(Indonesia)
9
(Internasional)
12

Unit
Rumah

Luas (M2) Untuk 3 Jiwa


Lahan
Minimal
Efektif

Ideal

Unit
Rumah

Luas (M2) Untuk 4 Jiwa


Lahan
Minimal
Efektif

Ideal

21,6

60

72-90

200

28,8

60

72-90

200

27

60

72-90

200

36

60

72-90

200

36

60

...

...

48

60

...

...

Sumber : Pedoman umum rumah sederhana sehat


145

Laporan Analisis

2013

Dari tabel standar diatas dapat dihitung kebutuhan lahan minimal bagi penduduk yang
ada di Kecamatan Jebres berdasarkan proyeksi penduduk. Berikut ini merupakan tabel hasil
perhitungan berdasarkan kebutuhan lahan minimal:
Tabel 4.56 Hasil Analisis Proyeksi Kebutuhan Lahan Kecamatan Jebres tahun 2033

Kelurahan

Jumlah
Penduduk (jiwa)

Proyeksi
Penduduk 2033

Luas Wilayah
(m2)

Kebutuhan
Lahan
Minimal
(m2)

Kepatihan Kulon
Kepatihan Wetan
Sudiroprajan
Gandekan
Sewu
Pucangsawit
Jagalan
Purwodiningratan
Tegalharjo
Jebres
Mojosongo

2972
3081
5025
9548
7537
13640
12443
5449
6116
32086
47806

17952
1594
8611
10049
4191
10175
11484
14727
4567
23853
83437

180000
230000
230000
350000
490000
1270000
650000
370000
330000
3170000
5330000

215421
19129
103338
120587
50297
122103
137811
176722
54802
286240
1001240

ketersediaan
lahan
permukiman
(m2)
90700
47000
119700
285600
297900
572700
454100
177500
211400
1148900
3185400

Sumber : Hasil analisis studio proses kelompok Jebres, 2013


Dari tabel diatas dapas disimpulkan bahwa lahan permukiman yang ada di Kelurahan
Kepatihan Kulon untuk tahun 2033 kurang dari kebutuhan lahan minimal penduduk.
Sedangkan kelurahan lain untuk tahun 2033, lahan permukiman sudah mencukupi sesuai
dengan kebutuhan lahan minimum masyarakat.

4.7.6

Rekomendasi Sektor Tata Guna Lahan


Perlu adanya pengendalian kawasan terbangun di Jebres bagian Selatan untuk

menghindari kepadatan bangunan yang semakin tinggi. Selain itu, perlu adanya penambahan
kawasan terbangun di Jebres bagian Utara untuk meratakan pembangunan di Kecamatan
Jebres.

146

Laporan Analisis

2013
BAB V
KARAKTERISTIK SPESIFIK WILAYAH

5.1 Pernyataan SWOT berdasarkan aspek


Berdasarkan hasil analisis sektoral, didapatkan potensi, kelemahan, peluang dan
tantangan yang ada di Kecamatan Jebres. Berikut ini merupakan tabel SWOT Kecamatan
Jebres :
Tabel 5.1. SWOT Sektoral
SEKTOR

S (Potensi)

W (Kelemahan)

O (Peluang)

KEBIJAKAN

FISIK DASAR

Tingkat pengembangan
lahan di Kecamatan
Jebres berada dalam kelas
sedang-agak tinggi.

KEPENDUDUKA
N

EKONOMI

Perkembangan sektor
ekonomi di Kecamatan
Jebres didominasi
sektor industri
pengolahan,

perdagangan, bangunan
dan konstruksi.
Potensi pengembangan
industri di Jebres Utara
dapat lebih
dioptimalkan karena
industri di kecamatan

Jebres memiliki
daya saing sedang
dalam BWK arahan
perdagangan
dibandingkan
kecamatan lain.

Arahan BWK
IV di Jebres
Selatan adalah
industri.
Arahan BWK V
di Jebres Utara
adalah
perdagangan.

T (Tantangan)

Kecamatan
Banjarsari dan
Pasarkliwon
merupakan
Kecamatan
saingan dalam
arahan
perdagangan
dan jasa.

Sebagian besar
wilayah Kecamatan
Jebres rawan
terhadap bencana
banjir.
10.676 dari 16.633
pekerja bidang
industry kurang
berkualitas.
Persebaran
penduduk belum
merata.
64,18% atau 3.286
pekerja sector
perdagangan
kurang berkualitas.
Pada tahun 2033
diproyeksikan
penduduk
kecamatan Jebres
selatan bertambah
7.173.

Kondisi sektor
perdagangan bukan
merupakan sektor
basis.

147

Laporan Analisis

2013

jebres merupakan salah


satu sektor unggulan,
merupakan sektor basis
yang memiliki laju
pertumbuhan cepat.
Potensi pengembangan
industri di Jebres Utara
adalah dalam industri
pakaian dan industri
tahu, karena omset dari
kedua industri itu
adalah paling besar.
Sedangkan
pemasarannya masih
dalam lingkup dalam
negeri.
Sektor basis yang cocok
untuk dikembangkan
baik di Jebres Utara
maupun Selatan yaitu
sektor Industri
Pengolahan,
Perdagangan serta
Pengangkutan dan
Perhubungan.
Sektor perdagangan
memiliki laju
pertumbuhan cepat dan
Daya saing yang tinggi
sehingga apabila
dikembangkan lebih
lanjut berdasarkan
kondisi tersebut akan
menguntungkan atau
dapat meningkatkan
perekonomian
Kecamatan Jebres .

SARANA
PRASARANA

TRANSPORTAS I

Sarpras di Jebres
selatan lebih baik dalam
hal jumlah, kondisi, dan
persebaran.
Sarana perdagangan
terkonsentrasi di
pinggir jalan kolektor
dan arteri.

Kecamatan Jebres
bagian selatan memiliki
daya tarik yang besar
dalam suatu tarikan
pergerakan.
Pergerakan tenaga kerja
yang ada di Kecamatan
Jebres masih
terkonsentrasi pada
jaringan jalan yang ada

Daya saing Industri


di Jebres Utara
rendah.
Persebaran sarana
perdagangan masih
belum merata
antara jebres utara
dan jebres selatan.
Kebutuhan, kondisi,
dan persebaran
sarpras di jebres
utara masih kurang.
Pelayanan angkutan
umum yang sudah
ada masih terpusat
pada Jebres bagian
selatan karena
memiliki banyak
pusat aktivitas.
Pergerakan bahan
baku yang terpusat
pada jaringan jalan

148

Laporan Analisis

2013

di Jebres bagian selatan.

TATA GUNA
LAHAN

Penggunaan lahan di
Kecamatan Jebres
sesuai dengan arahan
tata ruang berdasarkan
kemampuan lahan.
Lokasi perdagangan
tersebar di pinggir jalan
daerah Jebres selatan.
Ketersediaan lahan
kosong untuk
pembangungan di
Jebres utara.

di Jebres bagian
Selatan.
Jangkauan
pelayanan angkutan
umum yang ada di
Kecamatan Jebres
belum seluruhnya
melayani daerah
ini, pelayanan yang
belum optimal ada
di Jebres Utara.
Belum optimalnya
pergerakan bahan
baku pada jaringan
jalan di Jebres
bagian Utara.
Di Jebres Utara
hanya terdapat
sedikit jalan arteri
dan kolektor.
Kepadatan jalan
(Kapasitas jalan)
yang ada di Jebres
Selatan tinggi
Kepadatan
bangunan
permukiman di
Jebres selatan
tinggi.
Jebres Utara kurang
optimal untuk
dikembangkan
menjadi lokasi
industri.
Kurang meratanya
persebaran lokasi
perdagangan yang
ada di Jebres utara.
Karakteristik tanah
di Jebres utara tidak
mendukung adanya
pembangunan.

Sumber : Hasil Analisis Kelompok Studio Proses Jebres, 2013


5.2 SWOT terintegrasi
Diagram SWOT terintregasi disusun dari isu sektoral yang dikelompokkan
kedalam potensi, ancaman, peluang dan masalah. Isu sektoral kemudian ditarik untuk
mendapatkan isu intersektoral yang merupakan isu yang dibangun dari beberapa sektor.
Dari isu intersektoral kemudian ditarik menjadi isu multisektoral yang kemudian ditarik
lagi menjadi sub isu. Dari beberapa sub isu kemudian disimpulkan kedalam satu isu
strategis yang merupaka isu utama yang ada di Kecamatan Jebres.

149

Anda mungkin juga menyukai