Anda di halaman 1dari 39

Journal Reading

Gambaran dari Pankreatitis


Akut
RIZKI OVIANTI 2010.730.93
Pembimbing
dr.Suginem Mudjiantoro,SpRad (K)
ONK,Rad
Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Radiologi
Rumah Sakit Islam Pondok Kopi Jakarta
Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jakarta

Ringkasan
Angka kejadian pankreatitis akut meningkat
Definisi klinis pankreatitis akut memerlukan dua dari ciri berikut:
1. Nyeri perut yang hebat yang merupakan sugestif dari pankreatitis akut
2. Peningkatan kerja lipase dan peningkatan serum amilasi 3x lebih tinggi dari batas normal atas
3. Hasil pencitraan ditemukan karakteristik dari pankreatitis akut

Pankreatitis ditandai oleh dua fase yang berbeda. Fase awal atau interstisial
berlangsung sekitar 1 minggu dan didominasi oleh respon inflamasi sistemi. Selama
fase sekunder peradangan pada pakreas menghilang, menjadi stabil atau
berkembang menjadi nekrosis pankreatitis yang dapat bertahan selama bermingguminggu atau berbulan-bulan
CT dengan kontras merupakan pemeriksaan pencitraan utama. Pemeriksaan ini
idealnya dilakukan 48 jam untuk menegakan keparahan dari serangan dan
mengidentifiasi nekrosis pada pankreas serta adanya komplikasi lain yang
berhubungan.
Akurasi dari penggunaan terminologi atau bahasa sangat penting, terutama untuk
komonikasi interdisiplin serta menentukan pengobatan yang tepat

Abstrak
Kebanyakan pasien dengan pankreatitis memiliki penyakit selflimitting ringan dimana dapat segera merespon terhadap
tindakan medis tanpa timbul komplikasi. Pada pankreatitis akut
yang ringan, angka kematiannya <1% dan pada pencitraan
kemungkinan normal. Sebagian kecil pasien berkembang menjadi
pankreatitis akut berat yang berhubungan dengan kegagalan
multi organ dan komplikasi lokan, serta memiliki angka kematian
antara 10-25% . Pasien ini biasanya dirawat diruang intensive
atau unit dependesi tinggi dan idialnya di spesialis center. CT
dengan kotras (CETC/Contras Enhanced CT) meruoakan
pencitraan pilihan utama. Akurasi deskripsi serta komunikasi yag
jelas dari temuan CT sangat penting, karena pemilihan tindakan
bergantung dari korelasi ahli beda, ahli digestive serta radiologi
dalam temuan radiologi dengan evaluasi klinis dari keparahan.

Di UK, pankreatitis akut paling sering diseabkan oleh batu empudu atau
alkhol. Sisanya dapat disebabkan oleh trauma, hiperlipidemia, tumor
pankreas, pengobatan, iatrogenic (Endoscopic Retrograde
Cholangioancreatography/ERCP), atau idiopatik.
Secara keseluruhan angka kejadian dari pankreatitis akut di UK adalah
22.4/100 000 populasi. Antara tahun 1998-2003 mean dari insidensi
meningkat 3.1% tiap tahunnya, peningkatan terbesar terjadi pada wanita.
Studi yang baru menunjukan bahwa peningkatan konsumsi alkohol
merupakan penyebab utama dari peningkatan ini dengan indensi yang
lebih tinggi muncul pada daerah dimana deprivasi sosial dan konsumsi
minuman kerasnya lazim.
Angka kematiannya sangat signifikan. Kasus kematian adalah 6.7%
dalam 60 hari dengan kejadian kematian lebih tinggi ditemukan pada
pankreatitis yang berhubungan dengan alkohol dibandingkan pankreatitis
akibat batu empedu

Patofisologi
Pankreatitis akut dibagi menjadi dua fase. Fase awal atau fase primer
berlangsung sekitar seminggu, dan didominasi oleh sindrom respon inflamasi
sistemik (SIRS), yang diakibatkan oleh adanya pelepasan mediator inflamasi
sebagai respon cedera jaringan. Beratnya penyakit dikaitkan dengan
kerusakan banyak organ dan hal tersebut berhubungan dengan respon
inflamasi sistemik, bukan dari nekrosis pankreas. Pada fase ini penilaian
pasien dilakukan berdasarkan indikator klinis, daripada pencitraan.
Pada fase sekunder peradangan mulai teratasi, bisa menjadi stabil atau
berkembang menjadi nekrosis pankreatitis yang berlangsung bermingguminggu atau berbulan-bulan. Kejadian kematian pada fase sekunder
biasanya berhubungan dengan sepsis atau kegagalan multi organ.
Tindakan pengobatan bergantung dari insidensi dan berkembangnya
komplikasi yang ditunjukan dari multidetector CT (MDCT) dengan kontras.

Tehnik Pencitraan
Peran dari pemeriksaan radiologi yaitu:
1. Menegakan diagnosis
2. Mengidentifikasi etiologi
3. Menilai adanya komplikasi

Kapan dilakukannya?
Pemeriksaan CT dini diindikasi kan apabila ada keraguan
diagnosis, atau curiga kemungkinan adanya komplikasi dini atau
peningkatan klinis yang diharapkan gagal. Meskibegitu,
pemeriksaan CT bukan suata cara untuk menentukan beratnya
pankreatitis awal, tetapi harus berdasarkan dari pemeriksaan
parameter klinis, dan fokus pada deteksi kegagalan multiorgan.
Nekrosis biasanya ditegakan dalam waktu 48-72 jam.

Tehnik CT
Gambar diperoleh dari CT dengan kontras, hal ini bertuuan agar mendapatkan vaskular
yang optimal dan peningkatan parenkim dengan gerakan respiratori artefact minimal.
Pada penelitian ini menggunakan tiga tahap penilaian. Scan tanpa kontras melalui
permukaan pankrea bukan suatu kewajiban, tetapi dalam beberapa alasan dapat
berguna. Perdarahan lebih mudah ditemukan melalui gambar tanpa kontras dan tingkat
pankreas dapat diidentifikasi untuk merencanakan fase post kontras yang akurat.
Diagnosis dari nekrosis pankreatitis bergantung dari penilaian parenkrim pankreas
dengan kontras, evaluasi lebih mudah dibuat dengan membandingkan gambaran post
dan pre kontras.
100ml kontras diberikan secara injeksi bolus cepat (3mls-1), potongan tipis diperoleh
melalui pankreas pada fase awal (30-40 s post onset injeksi) dari pemberian kontras.
Pada vase vena portal (60-70s post onset dari penyutikan) kontras mengalir ke abdomen
dan pelvis. Gambar kemudian dapat direkonstruksi dan dilihat dari segala sisi dalam
volum scan.

Menegakan Diagnosis
Definisi klinis dari pankreatitis akut (baik dengan latar pankreatitis kronik atau tidak)
memerlukan 2 dari ciri berikut: (1) nyeri abdomen kuat sugestif pankreatitis akut (2)
peningkatan serum amilase dan/atau lipase paling tidak 3x lebih tinggi dari batas atas
normal (3) temuan radiologi karaktersitik pankreatitis akut (CETC merupakan pilihan
tehnik pencitraan). Pencitraan tidak selalu diperulan untuk mendiagnosis, bila terdapat
keraguan klinis CT dapat mengkomfirmasi pankreatitis akut atau memberikan diagnosi
alternatif dari temuan pasien. Hal ini sanget penting ketika mendiagnosis iskemik usus
atau perforasi yang membutuhkan emergensi laparotomi. Pankreatitis akut jarang tidak
memberikan rasa sakit. Biasanya ditemukan pada pasien dengan peritonial dialisis dan
transpaltasi renal.
Foto polos memberikan hasil minimal dalam penilaian pankreatitis akut tetapi biasanya
digunakan sebaga evaluasi umum sebelum operasi. Penggunaan USG untuk menilai
serangan awal pankreas tidak direkomendasika, adanya gas sekunder pada usus pada
ileus biasanya membahayakan studi pada kebanyakan pasien. Setelah serangan teknik
pemeriksaan USG yang simple, cepat, dapat menilai pankreas dan peripankreas.
Keterbatasan dari USG yaitu menilai kantuk dari cairan didalam area retroperitonium
yang tidak dapat dijangkau.

Menentukan Etiologi
Penyebab paling umum dari pankreatitis akut di negaranegara bangkan adalah penyakit batu empedu (38%)
dan penggunaan alkohol (36%) dengan penyebabnya
yang tampak jelas pada 75-85% pasien.
Apabila tidak ada etiologi yang jelas, pencarian lebih
lanjut terhadap penyebab yang berpotensi terjadinya
pankreatitis akut, diperlukan untuk mencegah terjadinya
serangan berulang. Riwayat dan investigasi secara hatihati perlu untuk menyingkirkan penyebab yang jarang
timbul, seperti riwayat keluarga, obat-obatn atau
hiperlipidemia yangberhubungan dengan pankreatitis

Batu Empedu
Pencarian batu empedu harus dilakukan dan pemeriksaan uSG abdominal ulangan perlu
direncanakan apabila pemeriksaan awal tidak memberikan kesimpulan atau negatif. Pemeriksaan
USG menjadi suatu pemilihan dalam pemeriksaan ini, tetapi batu saluran empedu daoat normal
ketika batu telah bermigrasi keluar dan menyebabkan serangan. Peningkatan transaminase ( 2x
dari batas normal) selama dua hari pertama dari serangan, sangat sensitif untuk mengidentifikasi
batu empedu yang dapat menyebabkan pankreatitis dengan pemeriksaan USG. Dari beberapa
pedoman menyatakan bahwa USG abdominal harus dilaksanakan dalam waktu 24 jam untuk
mendeteksi batu empedu atau bukti lain dari penekanan saluran empedu.
Apabila batuempedu dan microlithiasis dilaporkan maka diindikasikan cholocystectomy untuk
mencegah serangan berulang.
Magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP) sama sensitivenya dengan USG dalam
mendeteksi batu empedu pada pasien pankreatitis akut. Studi yyang ada menuunjukan bahwa
penggunaan MRCP pada paseien dengan batu saluran empedu teanpa sepsi, mengurangi
kebutuhan diagnostik endoskopik retrograde cholangiopancreatography (ERCP), hasilnya berupa
rawap inap yang singkat dan korelasi yang baik antara MRCP dengan teraoi ERCP.
Pera dari ERCP pada pankreatitis yaitu sebagai terapi, dan hanya diindikasikan pada pasien acute
biliary pankreatitis dan yang berhubungan dengan cholangitis. Apabila dicuriga kerusakan saluran
empedu, pemasangan stent pankreas merupakan suatu pilihan.
75% yang dikatakan pankreatitis idio[atik diperkirakan mengalami microlithiasis, USG
endoluminal merupakan tehnik pilihan untuk menegakkan diagnosis

Perkembangan Abnoral dari Sistem


Pancreaticobilier
Saluran pancreaticobiliar yang abnormal merupakan
penyebab lain dari pankreatitis idiopathic. Terdapat dua
subtipe: tipe 1 yaitu saluran empedu bersatu dengan saluran
pankreas, tipe 2 saluran empedu bergabung dengan sistem
bilier. Keduanya menimbulkan saluran abnormal yang
panjang. Tipe 2 berhubungan dengan pankreatitis berulang,
dan meningkatkan risiko dari malignansi saluran empedu.
Anomali dari oancreaticobiliary berhubungan dengan
peningkatan kejadian disfungsi spincter oddi, sebagia pada
anak-anak dan remaja muda. Pankrea annular dan pankreas
divisum merupakan penyebab lain yang harus diwaspadai.

Pankreatitis Autoimun
Pankreatitis autoimun merupakan kondisi yang tidak umum bengan
karakteristik infiltrasi limphoplasmacytic pada pankrear yang menyebabkan
inflamasi periductal, fibrosis dan penyemoitan saluran pankreas utama yang
ireguler. Hasilnya berupa pembesaran dari kelenjar yag difuse atau lokal dan
diagnosis ditegakan berdasarkan peningkatan kadar IgG4 yang signifikan.
Parenkim pankreas dapat menunjukan peningkatan pola jeruji-jeruji dengan
kepadatan jaringan peripankreas. Pada pasien dengan pankreatitis autoimun
dapat terjadi robeknya kortek renal, fibrosis retroperitoneal atau limfadenopati
atau kelainan paru dan mediastinum. Ditemukannya kondisi tersebut sangat
penting sebagai respon untuk pemberian terapi steroid.
Apabila tidak dapat penjelasan yang jelas dari serangan biasanya didiagnosis
sebagai pankreatitis akut. Insidensi dari idiopatik pankreatitis bergantung dari
ketelitian dalam menemukan penyebab. Pedoman UK yang dipublikasi pada
tahun 2005 menyatakan bahwa tidak kurang dari 20% pasien pankreatitis
dikatakan idiopatik

Gambar 1. Autoimun pankreatitis. Pontongan axial dari CT scan


kontras yang sudah terjadi 2 tahun. Menunjukan kekambuhan yang
terjadi pada penyakit ini pada gambar terjadi pelebaran pada
pankreas dan penurunan densitas yang lebih rendah dari yang
diduga, dan gambaran garis-garis bertambah pada daerah perifer
dari jaringan lunak. Pada korteks renal tampan gambaran bentuk
baji pada korteks renalis (tanda panah) menunjukan keterlibatan
ginjal, dan ditemukan pada 35% pasien

Menentukan Tingkat Keparahan

Penilaian Klins dari Beratnya


Penyakit
Mmenentukan keparahan penyakit telah menjadi tantangan selama bertahuntahun dan dengan membedakan necrotising pankreatitis dari penyakit dengan
bentuk ringan melalui evaluasi klinis saja telah terbukti dapat diandalkan,
terutama pada awal serangan.
Sistem penilaian keparahan telah digunakan sejak tahun 1970-an, awalnya
disebut kriteria Ranson. Dan kemudian dikenal sebagai APACHE II (Acute
Physiology a d Chronic Health Evaluation II) sistem memungkinkan scoring dalam
24 jam dari timbulnya serangan dan seluruh penyakit. Meskipun versi yang lebih
baru dari sistem APACHE telah dikembangkan, APACHE II tetap menjadi metode
yang dapat diterima secara luas untuk stratifikasi risiko. Keterbatasannya adalah
kompleksitas dan kedibutuhkannya parameter yang tidak rutin dilakukan.
Baru-baru ini marker awal dari respon inflamasi sistemik, pengukuran enzim , dan
aktivasi tripsinogen telah dinvestigasi sebgat prediktor dari tingkat keparahan dan
dipertimbangkan sebagai sistem penilaian yang digunakan untuk mempermudah
proses

Penilaian Radiologi Terhadap Beratnya


Penyakit
Umumnya pasien pankreatitis tanpa komplikasi tidak memerlukan
pemiraksaan radiologi untuk menentukan keparahan penyakit. Bagi
mereka yang perlu, CT Severity indeks (CTSI) dikembangkan oeh
Balthazar dan kawan-kawan pada tahun 1990, dan secara signifikan
berguna dalam membantu dokter membandingkan pankreatitis
ringan, sedang dan berat dengan mengevaluasi perubahan inflamasi
dan nekrosis pankreas pada CT. Dan akhir-akhir ini CTSI yang telah
dikembangkan dapat memasukan komplikasi pankreatitis, untuk
meningkatkan hasil klinis, dengan disertai penggunaan bahasa yang
mudah untuk mengurangi variabilitas interobserver dalam melakukan
penilaian.
MR severity index juga telah diusulkan menggunakan dynamic threedimensional T1 deisertai gambaran kontras gradient-echo gadolinium

Temuan Radiologi: Terminologi


Perlunya deskripsi yang akurat dengan
menggunakan terminologi yang unequivocal
ketika melaporkan pencitraan pasien dengan
pankreatitis telah dikenal sejak 15 tahun lalu,
dan hasilnya secara luas dipublikasi
menggunakan klasifikasi Atlanta

Temuan Radiologi Pada


Pankreatitis Akut

Pankreatitis Ringan (Udematosa)


Secara klinis terjadi peningkatan pada pasien dalam waktu 2-3
hari tanpa adanya kegagalan multiorgan, dan umumnya tidak
membutuhkan pencitraan. Inflamasi dibatasi oleh udem
interstisial pada pankreas dan mikronekrosis. Meningkatnya
keparahan menyebabkan kelenjar tampak membesar secara difus
dngan batas yang ireguler dan inflamasi peripankreas yang lebih
hebat, disertai dengan peebalan bidang fasial yang berdekatan.
Terjadi penebalan kapsul fibrosus pankreas, cairan pankreas
umumnya mengalami ekstravasasi kedalam retroperitonium
peripankreatik. Rongga pararenal anterior, subperitonial, dan
interfisial umumnya terpengaryg dan disebabkan karena efek
sekunder dari saluran gastrointestinal yang berdekatan

Gambar 2. Pankreatitis akut berat. (a) CT scan axial menunjukan


pembesaran pankreas dengan sparing peri renal yang mencolok serta
perubahan inflamasi extrapancreas mempengaruhi kolon. (b) CT-scan Axial
dengan kontras dari pasien lain dengan pankreatitis batu empedu
menunjukan tanda penebalan lambung memberikan gambaran klinis dari
obstruksi gaster (tanda panah). (c) pada pasien yang sama juga
menunjukan tanda penebalan pada dinding colon dan usus kecil (tanda
panah)

Nekrosis pankreatitis/Pankreatitis
Secara histologis terdapat makronikrosis
Berat
yang terimpit s yang dapat mengganggu saluran
pankreas dan menyebabkan nekrosis pada jaringan lemak retroperitonial yang
berdekatan. Pada CECT, nekrosis pankreas dapat terlihat area tanpa adanya kontras atau
secara signifikan kontras yang menggantikan parenkim yang normal berkurang.
Densitas parenkim pankreas normal sama dengan spleen dan apabila dapat perbedaan
densitas mudah untuk dekanal sebagai nekrosis. Nekrosis dihitung sebagai <30%,3050%, dan >50% dari volume parenkim. Meskibegitu tidak terdapat perbedaan yang
signifikan pada hasil dari kelompok ke dua dan ketiga, sehingga modifikasi CTSI
diperlukan umtuk mempermudah penilaian dari nekrosis <30% atau lebih dari 30%.
Areah yang dinilai tidak terdapat perluasan dengan nilai <30% kemungkinan menunjukan
adanya cairan focal dibandingkan nekrosis.
Pada MRI, nekrosis terlihat sebagai penurunan intensitas sinyal pada T1, jaringan lemak
menekan pencitraan analog post gadolinium sebagai pengganti CT dengan kontras.
Intensitas sinyal cairan yang tinggi pada T1 menandakan perdarahan.
Bentuk pankreatitis pada bentuk segmental dapat tempak pada 18% pasien. Biasanya
melibatkan kepala, dan secara tipikal berhubungan dengan batu. Pada pasien ini perlu
dilakukan evaluasi yang hati-hati untuk menentukan adanya adenocarcinoma yang
enstimulus aau menyebabkan pankreatitis. Endoscopic ultrasound (EUS), MRI atau follow
up jangka pendek sesuai, tergntuk dari tingkat perhatian klinis.

Nekrosis peripankreas
Nekrosis peripankreas sulit dinilai dengan
menggunakan CT tetapi harus dicurigai
ketika densitas dari lapisan luar heterogen
dapat terlihat langsung didalam jaringan
peripankreas. Pasien dengan nekrosis
peripankreas saja memiliki prognosis dan
hasil yang lebih baik dibandingkan pasien
yang berkembang menjadi nekrosis parenkim

Nekrosis pankreas. (a) Pankreatitis sekunder dari batu empedu.


CT-scan tanpa kontras axial >30% dari leher dan badan pankreas
tapak batu pada kandung empedu distal (arah). (b) gambaran fase
arterial potongan axial dari pasien dengan klinis ruptur aneurisma
aorta, menunjukan hipoperfusi dari pankreas dengan perluasan
pada kelenjar adrenal (panah), vena cafa inferior (panah hitam)
indikasi dari pasien dengan klinis shock. (c) Proyeksi modifikasi
koronal pada fase arteri menunjukan adanya gambaran tidak
kontras pada seluruh pankreas bila dibandingkan dengan limpa.

Gambar 4. Nekroris peripankreas,CT scan dengan kontras Axial


menunjukan pembesaran difus pada pankreas dengan perubahan
inflamasi disekitarnya, tetapitidak terdapat bukti dari nekrosis
parenkim. Meski begitu, masi terdapat inflamasi pada jaringan lemak
peripankreas dengan menurunya densitas jaringan lunak sesuai
dengan nekrosis peri-pankreas (panah)

Timbunan cairan yang berhubungan


dengan pankreatitis

Timbunan Cairan Peripankreas


Akut
Timbunan cairan timbul pada sebagian besar pasien
pankreatitis akut. Timbunan ini merupakan kumpulan cairan
pankreas, serum atau darah, yang semuanya diakibatkan oeh
rupturnya saluran pankreas atau eksudat dipermukaan
pankrean. Timbunan cairan yang akut tidak memiliki dinding
yang dapat terdeteksi, cairan menjadi terbatas oleh karena
struktur anatomi yang berdekatan. Terbentuk dalam waktu 48
jam dan yang paling penting mereka tidak mengandung
komponen padat kecuali terjadi komplikasi. Mereka dapat
tetap steril atau menjadi terinfeksi, tetapi pasien tanpa
nekrosis, mengalami resolusi spontan yang sangat tinggi (7090%) dan biasanya muncul dalam waktu 2-3 minggu

Psudokista Pankreas
Berdasarkan simposium Atlanta, didefinisikan sebagai kumpulan
cairan pankreas yang berbentuk bulat atau ouval yang mengandung
jaringan granulasi yang timbul dalam waktu 4 minggu.
Secara signifikan klinis dari pseudokista berkaitan dengan ukuran,
posisi, dan potensial terhadap komplikasi dan perbaikan tanpa
adanya efek lanjut. Pada CT gambaran dari pseudokista yaitu adanya
dinding tebal, homogen, dengan atenuasi yang rendah (<15HU).
Atenuasi yang lebih tinggi harus curiga terjadinya infeksi,
perdarahan, atau adanya jaringan padat.
Pada NRI kista yang uncomplicated densitas cairannya mennunjukan
intensitas yang low signal pada T1 dan high signal pada T2. Apabila
terjadi komplikasi, proteinaceous/perdarahan dapat meunjukan
intesita signal yang lebih tinggi pada T1. Jaringan padat digambarkan
dengan aik pada gambaran T2. Pencitraan harus diperlukan untuk
mengidentifikasi komunikasi terhadap saluran pankreas yang
mungkin mengubah tatalaksana.

Apabila curiga infeksi biasanya ditemukan penebalan dinding psudokista dengan


bentuk yang irregulas dan adanya gelembung gas didalamnya. Gambaran
tersebut lebih jelas dilihat dengan Ct dibanding MRI. Nekrosis pankreas dapat
berair dan tetap steril atau terinfeksi
Jika resorpsi lengkap dari nekrosis cair tidak terjadi, dapat timbul timbunan cairan
yang tidak berdinding pada retroperitonium, biasanya timbul sekitar 4 minggu.
Beberpa pasien tidak tampak kemajuan meski mendapatkan tindakan pengobatan
suportif, dan telah dilakukan tindakan bedah dengan debridement/nekrosectomi.
Sebuah studi baru menunjukan CT-gide drainase prekutaneus berhasil pada
beberapa pasien dengan nekrosis pankreatitis, baik itu steril atau terinfeksi.
Debris nekrosis dapat dihilangkan dengan tindakan bedah, atau endoskopi.
Angka kematian pasien yang disertai abses adlah 25% angka ini dapat meningkat
menjadi 48% apabila berkembang menjadi nekrosis pankreas yang terinfeksi

Gambar 5. Post nekrosis timbunan cairan pada


pankreas. (a) CT scan dengan kontras pada
minggu ke 3 serangan dan (b) T2 dari MRI 1
bulan setelahnya menunjukan timbunan cairan
diikti nekrosis pankreas. Intensitas yang rendah
pada jaringan mudah terlihat melalui MRI
dengan resulusi dari inflamasi peripancreatik

Gambar 6. Nekrosis
pankreas yang terinfeksi.
CT scan kontras Axial
mununjukan
pembentukan udara yang
luas pada daerah
nekrosis pankreas tanpa
adanya komponen cairan
dan udara bebas
intraperitonial di anterior
(panah)

Gambar 7. Nekrosis
dengam infeksi. CT
scan kontras Axial
menunjukan
timbunan cairan di
daerah bekas
nekrosis yang
sebelumnya
mengandung focus
dari udara (panah)

Komplikasi Vaskuler
Komplikasi vaskural dapat terjadi akibat penekenan vena porta atau
mesentrika, atau oklusi ayau kerusakan sekunder pembuluh darah hingga
menyebabkan erupsi langsing pada arteri atau vena. Trombosis vena
merupakan komplikasi vaskular yang paling sering dengan temuan okulsi
pada vena spleenic. Trombus dapat menyebar dan mempengaruhi vena
mesentrika posterior tetapi jarang mempengaruhi vena porta untama atau
cabang vena porta intrahepatic, dan umumnya tidak berhubungan dengan
klinis lanjut selama episode akut. Disrupsi vaskular dapan menyebabkan
perdarahan catastropic dan perlu dipertimbangkan kapanpun ditemukan
desterusi klinis yang tidak diduga. Kombinasi dari CT tanpa kontras dan
CETC berguna untuk mengkonfirmasi diagnosis. Perdarahan vena harus
dicurigai ketika ditemukan perdarahan tetapi harus dibedakan dengan
psudoaneurisma yang biasanya memberikan kuatias temuan yang bagus,
dengan waktu optimal post pencitraan dengan kontras.

Pseudoaneurysma biasanya terbentuk akibat komplikasi dari pembentuka


psudokista tetapi sering berkembang menjadi sepsis. Erosi enzim pembuluh
darah peripancreatic atau erosi dari pseudokista kedalam pembuuh darah
dapat mengubah rongga psudokista menjadi pseudoaneurysma. Saat
ditegakan, psudoaneurysma dibentuk dari kandungan kapsul fibrosa atau
dapat robak dan masuk kedalam saluran pencernaan, duktus pankreatikus,
rongga intraperitonial atau ekstraperitonial. Menyingkirkan
paseudoaneurysma sangat penting karena merukan prosedur inteventiola
dali timbunan cairan peripankreatik dan baiknya dilakukan CECT. Deteksi
dan tatalaksana yang berhasil terhadap psudoaneurisma sangay penting
sebagaimana management konservatif beruhubang dengan angka kematian
>95%. Radiologi interventional diketahui memiliki tingkat kesuksesan 67100% Pilihanya termasuk embolisasi coilatau suntikan trombin langsung ke
dalam psudoaneurisma dengan menggunakan USG atau pedoman CT

Gambar 8. Nekrosis yang


luas serta trombus vena
splenic merupakan
komplikasi dari pankreatitis
akibat batu empedu. Pada
fase interstisial CT axial
menunjukan penurunan
densitas pada badan dan
ekor pankreas dan redaman
trombus yang rendah
didalam pembuluh darah
limpa.

Gambar 9. Perdarahan didalam pseudokista pankreas.


Peningkatan nyeri menimbulkan tindakan scan pada
pasien yang diketahui pankratitis. Hasil dari pemeriksan
scan tanpa kontras (a) menunjukan peningkatan densitas
cairan didalam kista (panah) yang dengan mudah
terlewatkan pada post kontras (b) pencitraan saja.

Gambar 10. (a1-3) Pseudoaneurisma; setelah


satu bulan tampak perkembangan dari
pseudoaneurisma sebesar 2 cm didalam
psudokista di daerah ekor pankreas (arah).
Gangguan ini secara sukses diterpai dengan
embolisasi coil pada arteri spleenic. (b)
Pseudoaneurisma; pseudoaneurisma besar
yang terdapat fistul didalam pembuluh vena
mesentrik superior dan dikonfrimasi dengan
angiografi dari arteri gastroduodenal.
Pembuluh darah besar collateral dapat
terlihat disekitar duodenum (panah). Pasien
ini ditatalaksana dengan pemasangan sten
pada defek arteri gastroduodenal

Komplikasi Gastrointestinal
Peradangan Extrapancreatic menimbulkan variasi derajat dari gambaran
penebalan usus yang berdekatan dan perut. Iskemik usus selalu
menjadi perhatian pada pankreatitis akut berat dan menjadi tanggung
jawab seorang radiologis untuk mengusulkan diagnosis. Diagnosis pasti
antara penebalan dinding dan iskemik dapat sangat sulit, dan
diperlukan pencurigaan.
Fistula yang menghubungkan antara oankreas atau peripankreas dengan
saluran GI biasanya tidak ditemukan. Apabila terdapat gas,
dipertimbangkan suatu infeksi dan harus perlu diajukan imaging-guade
aspiration. Fistula pancreaticocolic mimiliki prognosis yang buruk, den
merupakan gambaran dari sepsis. Fistula pancreatogastroc dan
pancreatoduedenum bukan merupakan masalah dalam tatalaksana.
Fistula dapat muncul pada tiap bagian abdomen, pelvis atau dada yang
dapat di capai oleh penyebaran enzimatik

Kesimpulan
Pemeriksaan radiologi, terutama CECT,
memainkan peran penting dalam
penanganan pasien dengan pankreatitis
akut, dimana penilaian lebih sulit apa bila
berdasarkan klinis saja

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai