Anda di halaman 1dari 19

JOURNAL READING

Riki Ovianti (2010730093)


Pembimbing
dr.Nurul Endah, SpTHT-KL

Pendahuluan
Epistaksis atau perdarahan hidung sering dijumpai
pada anak maupun usia lanjut. Seringkali
merupakan gejala atau manifestasi dari penyakit
lain. Kebanyakan ringan dan sering berhenti sendiri
tanpa perlu bantuan medis.
Epistaksis berat merupakan masalah kedaruratan
yang dapat berakibat fatal bila tidak segera
ditangani dan termasuk salah satu dari kegawat
daruratan otorhinolaryngological yang umum
terjadi di seluruh dunia.

Lokal
Etiologi
Sistemik

Etiologi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Trauma
Kelainan pembuluh darah (lokal)
Kelainan darah
Infeksi lokal
Infeksi sistemik
Tumor
Kelainan kongenital
Perubahan udara atau tekanan atmosfir
Gangguan hormonal

Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga Hidungd Tenggorok Kepala& Leher FKUI Ed-7

Epistak
sis
Anterio
Epistak
r
sis
Posteri
or

Kebanyakan berasal dari pleksus


Kisselbach (Little Area) atau dari arteri
etmoidalis anterior

Berasal dari arteri etmoidalis posterior


atau arteri sfenopalatina

Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan epistaksis
1.
2.
3.
4.

Perbaiki keadaan umum


Cari sumber perdarahan
Hentikan pendarahan
Cari faktor penyebab cegah perdarahan berulang

Hentikan pendarahan dan mengurangi nyeri


dengan menggunakan tamponkapas yang di
bahasi adrenalin 1/5000-1/10000 dan pantocain
atau lidocain 2% (10-15 menit)
Buku Ajar Ilmu Kesehatan: Telinga Hidungd Tenggorok Kepala& Leher FKUI Ed-7

Latar Belakang Masalah


Epistaksis atau perdarahan hidung termasuk salah satu
dari kegawat daruratan otorhinolaryngological yang
umum terjadi di seluruh dunia dan merupakan masalah
yang paling sering muncul di praktik umum dan
dianggap sebagai suatu kegawatdaruratan.
Estimasi kejadian epistaksis di seluruh dunia yaitu 60% ,
dan diketahui sebanyak 6% membutuhkan tidakan medis
Umumnya tidak mempengaruhi hemodinamik, tetapi
dapat menimbulkan kecemasan pada pasien dan
keluarga pasien

Latar Belakang Masalah

Prevalensi meningkat pada anak <10 tahun dan >35 tahun


Laki-laki > perempuan
Epistaksis anterior > posterior >80%
80-90% dianggap epistaksis idiopatik
Epistaksis traumatik <35 tahun
Epistaksis non-traumatik >50 tahun
Epistaksis anterior <10 tahun
Epistaksis posterior >50 tahun (berat), dapat menyebabkan kehilangan
darah yang signifikan
Tatalaksana epistaksis yaitu berupa sistemik dan pendekatan metodikal.
Pemilihannya bergantung dari penyebab, lokasi, dan beratnya perdarahan.
Baik tindakan konservatif dan bedah telah digunakan untuk menangani
epistaksis. Tetapi hasi akhirnya belum pernah dievaluasi dikarenakan
kurangnya data.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi penyebab tersering dari
epistaksis, dan untuk menentukan hasil dari
tiap tatalaksananya.

Metode
Design penelitian : Study deskriptf prospektif
Lokasi Penelitian : Bugando Medical Center,
Nortwestern Tanzania
Periode Penelitian: Januari 2008-Desember
2010
Jumlah Sampel : 104 orang

Subjek Penelitian
Pasien diambil dari departemen gawat
darurat dan kecelakan, poliklinik ENT, dan
departemen lain.
Pasien yang meninggal sebelum dilakukan
pemeriksaan awal dan pasien yang tanpa
persetujuan kerabat tidak diikut sertakan

Intervensi
Sampel diperoleh dari IGD, poli THT, dan poli lain.
Pasien perdarahan beratriwayat pentakit diperoleh setelah perdarahan
terkontrol.
Pasien kehilangan darah yang banyak/ shocka kondisi pasien di stabilkan
th dahulu dengan melakukan resusitaasi, baru setelah itu diambil riwayat
penyakitnya, dan pemeriksaan umum, sistemik, serta telinga, hidung, dan
tenggorok
Sampel darah menilai Hb dan kelompok darah
Setelah itu semua pasien pertama ditangani dengan terapi konservatif,
tindakan pembedahan dilakukan apabila epistaksis tidak dapat tertangani
dengan konservatif
Terapi berhasil tidak terdapat rekuren atau epistaksis berulang dalamonset
24 jam perawatan RS

Pengumpulan Data dan Analisa


Statistik
Data dikumpulka dengan menggunakan pretested. Data yang diambil yaitu, data
demografi, penyebab epistaksis, lokasi
anatomi perdarahan, penanganan,
komplikasi, kematian, lama rawat inap, dan
adanya tranfus darah
Data dianalisis dengan menggunakan SPSS
versi 15.0

Hasil

Kesimpulan
Dari hasil pengamatan trauma akibat kecelakaan
kendaraan menjadi faktor etiologi yang paling umum
terhadap kejadian epistaksis.
Kebanyakan kasus sukses ditangani dengan tindakan
konservatif saja, dan pada banyak kasus tindakan
pembedahan dengan potensi komplikasi tidak terlalu
penting dan harus dijadikan pilihan terakhir
Dengan mengurangi insidensi trauma akibat
kecelakaan kendaraan, dapat menurunkan kejadian
kegawatdaruratan epistaksis.

Anda mungkin juga menyukai