Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN GONORHOE

3.1 Pengkajian
A. Anamnese
a) Riwayat Keperawatan
a.

Identitas
Meliputi :

1. Nama,
2. Umur : angka terjadi pada perempuan berusia 15 19 th dan laki-laki berusia 20 24 tahun
3. Jenis kelamin : bisa terjadi pada kedua jenis kelamin tetapi angka tertinggi pada perempuan
4. Agama
5. Auku bangsa : angka gonnorea di Amerika serikat lebih tinggi daripada di negara-negara
inustri lainnya
6. Pekerjaan
7. Pendidikan
8. Status perkawinan
9. Alamat
10. Tgl MRS.
b. Keluhan Utama
Klien biasanya mengatakan nyeri saat kencing namun ada juga yang asimtomatik.
c.

Riwayat Penyakit Dahulu


Perlu ditanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.

d. Riwayat Penyakit Sekarang


P = Tanyakan penyebab terjadinya infeksi ?
(Terinfeksinya dikarenakan sering berhubungan seks tanpa pengaman )
Q = Tanyakan bagaimana gambaran rasa nyeri tersebut.
(Berupa rasa gatal, panas sewaktu kencing terdapat pada ujung penis atau bagian distal uretra,
perasaan nyeri saat ereksi)
R = Tanyakan pada daerah mana yang sakit, apakah menjalar ?
(Rasa tidak nyaman pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih)
S = Kaji skala nyeri untuk dirasakan.
(Rata-rata nyeri berskala 7)
T = Kapan keluhan dirasakan ?
(Keluhan dirasakan pada saat akan berkemih)

e.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Tanyakan pada kx apakah ada anggota keluarga px yang menderita penyakit yang sama
seperti yang diderita px sekarang dan juga apakah ada penyakit keturunan yang di derita
keluarganya.

b) Pola Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola persepsi dan tata laksana hidup
Perlu dikaji bagaimana kebiasaan kesehatannya dalam kehiduoan sehati harinya, misalnya
PH dari klien seperti mandi dan gosok, gigi serta kebiasaan kebiasaan dalam
mengkonsumsi minum minuman keras dan perokok.
2. Pola tidur dan istirahat
Perlu dikaji bagaimana kebiasaan pola tidur klien setiap harinya, sebelum dan setelah sakit,
biasanya klien akan mengalami gangguan pola tidur karena proses inflamasi dan
pembengkakan jika telah terjadi komplikasi.
3. Pola aktifitas dan latihan
Perlu dikaji kegiatan keseharian dari klien, dan keteraturan klien dalam berolahraga.
4. Pola hubungan dan peran
Perlu dikaji bagaimana peran klien dengan keluarganya dan lingkungan sekitarnya, biasanya
pada klien dengan gonore hubungan peran dengan keluarga terutama suami atau istri kurang
baik sehingga menyebabkan pelampiasannya dengan orang lain yang telah terjangkit gonore.
5. Pola persepsi dan konsep diri
Perlu dikaji bagaimana persepsi klien dengan kondisi tubuhnya yang menderita gonore,
apakah hal ini akan mempengaruhi konsep diri klien yang menyebabkan klien ini akan
merasa rendah diri.
6. Pola sensori dan kognitif
Perlu dikaji tingkat pengetahuan klien mengenai penyakit yang dideritanya dan juga kognitif
klien, misalnya tingkatan pendidikannya. Biasanya pada klien gonore tingkat pendidikannya
rendah sehingga mereka sulit mendapatkan pekerjaan dan akan melakukan pekerjaan yang
bisa menyebabkan tertularnya gonore.
7. Pola penanggulangan stress
Perlu dikaji bagaimana klien dalam menangani stress yang dialami berhubungan dengan
kondisi sakitnya.
8. Pola tata nilai dan kepercayaan
Perlu dikaji bagaimana kebiasaan beribadah klien, serta kepercayaannya.
9. Pola reproduksi dan seksual

Perlu dikaji apakah klien masih dalam masa subur atau tidak, berapa jumlah anaknya, apakah
menggunakan alat kontrasepsi dan dengan kondisi sakitnya saat ini bagaimana pola
seksualitas dari klien, biasnya klien mengalami perubahan dalam pola seksualnya karena
adanya inflamasi pada organ reproduksinya.
10. Pola eliminasi
Perlu dikaji frekuensi dan konsistensi BAB serta BAK klien setiap harinya, apakah
mengalami gangguan atau tidak, biasanya klie mengalami disuria dan sulit untuk BAB serta
diikuti dengan rasa nyeri.
11. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien perlu dikaji dengan kondisi sakitnya, apakah klien mengalami gangguan pola makan,
namun biasanya klien akan merasa malas, dan mengalami gangguan pola makannya karena
adanya inflamasi pada faringnya sehingga akan mengalami penurunan metabolisme tubuh.
c) Pemeriksaan Fisik
1. Tingkat Kesadaran
GCS : biasanya kesadaran pasien normal yaitu 4,5,6
Observasi TTV Klien, yaitu :
Nadi
Tekanan Darah
RR
Suhu
2. Pengkajian Persistem
a.

Sistem Integumen
Biasanya terjadi inflamasi jaringan sekitar uretra, genital lesions dan skin rashes.

b. Sistem Kardiovaskuler
Kaji apakah bunyi jantung normal / mengalami gangguan, biasanya pada klien bunyi jantung
normal, namun akan mengalami peningkatan nadi karena proses dari inflamasi yang
mengakibatkan demam.
c.

Sistem Pernafasan
Perlu dikaji pola nafas klien, auskultasi paru paru untuk mengetahui bunyi nafas, dan juga
kaji anatomi pada sistem pernafasan, apakah terjadi peradangan atau tidak. Biasanya pada
klien terdapat peradangan pada faringnya karena adanya penyakit.

d. Sistem Penginderaan

Kaji konjungtiva, apakah ada peradangan / tidak.


( Konjungtiva tidak mengalami peradangan, namun akan mengalami peradangan jika pada
konjungtivitis gonore dan juga bisa ditemukan adanya pus )
e.

Sistem Pencernaan

Kaji mulut dan tenggorokan termasuk toksil.


( Mulut sudah terjaga PHnya dan tidak terdapat toksil )

Pada faring biasanya mengalami inflamasi sehingga akan mengalami gangguan dalam pola
makan

Apakah terdapat diare / tidak.


( Pola eliminasi vekal tidak mengalami gangguan )

Anus
Biasanya pasien mengalami inflamasi jaringan akibat infeksi yang menyebabkan klien sulit
dan nyeri saat BAB

f.

Sistem Perkemihan
Biasanya klien akan mengalami , retensi urin karena inflamasi prostat, keluar nanah dari
penis dan kadang kadang ujung uretra disertai darah, pembengkakan frenulum pada pria,
dan pembengkakan kelenjar bartoloni serta labio mayora pada wanita yang juga disertai
dengan nyeri tekan.

g. Sistem Muskuluskeletal
Biasanya pada pasien laki laki tidak mengalami kesulitan bergerak, sedangkan pada pasien
wanita yang sudah mengalami komplikasi akan mengalami kesulitan dalam bergerak dan juga
saat duduk karena terjadinya komplikasi pembengkakan pada kelenjar bartholini dan juga
labio mayoranya.
1.2 Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman nyeri saat BAK berhubungan dengan adanya reaksi inflamasi pada
uretra ditandai dengan klien mengeluh sakit dan keluat nanah pada saat berkemih.
2. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya reaksi penyakit ( reaksi inflamasi )
3.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan yang ditandai dengan
adanya abses dan kemerahan

4. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan inflamasi pada prostat ditandai dengan
retensi urin dan disuria
5.

Cemas berhubungan dengan proses penyakit yang ditandai dengan klien banyak bertanya
tentang penyakitnya.

6. Risiko penularan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang cara penularan.
7. Resiko harga diri rendah berhubungan dengan proses penyakitnya.
1.3 Intervensi
1) Diagnosa I
Gangguan rasa nyaman nyeri saat BAK berhubungan dengan adanya reaksi inflamasi pada
uretra ditandai dengan klien mengeluh sakit dan keluat nanah pada saat berkemih.
Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam, klien akan merasa
nyaman saat berkemih.
Kriteria Hasil :
Klien tampak rileks saat berkemih
Klien secara verbal mengatakan tidak sakit / tidak nyeri
Klien akan menggunakan pencegahan non analgetik untuk mengurangi rasa nyerinya.
Skala nyeri klien 2 3 / 0
Tanda tanda vital klien dalam batas normal
Klien tampak tenang
Rencana Tindakan :
1. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
R/ : agar klien dan keluarga lebih kooperatif ketika dilakukan tindakan
2. Jelaskan pada klien penyebab rasa nyeri
R/ : klien mengerti dari penyebab rasa nyeri dan mengurangi rasa cemas
3. Observasi tanda-tanda nyeri non verbal, seperti ekspresi wajah gelisah, menangis
R/ : Mengetahui tingkat rasa nyeri yang dirasakan pasien
4. Observasi skala nyeri
R/ : Mengetahui skala nyeri yang dirasakan oleh pasien
5. Observasi tanda-tanda vital
R/ : Mengetahui perkembangan dari penyakit
6. Ajarkan klien tehnik relaksasi dan dekstraksi untuk mengurangi nyeri
R/ : Dengan tehnik relaksasi dan dekstraksi dapat mengurangi rasa nyeri
7. Anjurkan klien untuk napas panjang
R/ : Untuk mengurangi rasa nyeri
8. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang
R/ : klien akan merasa nyaman dan tenang

9. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian terapi analgesik


R/ : Melaksanakan fungsi independen dan analgesik dapat mengurangi rasa nyeri
2) Diagnosa II
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya reaksi penyakit ( reaksi inflamasi )
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam waktu 1 x 24 jam suhu tubuh klien
dalam batas normal
Kriteria Hasil :
-

Suhu tubuh klien normal

Klien tampak nyaman

Secara verbal klien mengatakan nyaman

Tanda vital klien normal

Tidak ada perubahan warna kulit dan klien tidak pusing


Rencana Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien


R/ : memudahkan perawat dalam melakukan tindakan keperwatan
2.

Jelaskan pada klien dan keluarga klien untuk mengompres klien pada daerah arteri besar
misalnya pada aksila dan leher
R/ : dengan melakukan kompres pada daerah arteri besar bisa membantu menyeimbangkan
termoregulasi tubuh, agar suhu tubuh klien normal

3. Jelaskan pada klien agar mengompres menggunakan air hangat , tidak boleh menggunakan
air dingin
R/ : menggompres menggunakan air hangat akan mempercepat proses evaporasi tubuh untuk
menurunkan suhu tubuh hingga batas normal, namun jika menggunakan air dingin akan
beresiko terjadinya hipotermi.
4. Observasi suhu tubuh klien setiap 2 jam sekali
R/ : dengan memonitor secar rutin tentang suhu tubuh klien bisa memantau perubahan
perubahan yang terjadi sehingga bisa segera dilakukan tindakan keperawatan.
5. Observasi nadi, tekanan darah dan respirasi rate klien
R/ : jika tubuh mengalami peningkatan maka nadi klien juga bisa mengalami peningkatan,
sehingga bisa memperburuk kondisi klien jika tidak dilakukan observasi.
6. Tingkatkan inktake cairan dan nutrisi klien
R/ : peningkatan cairan bisa membantu menstabilkan termoregulasi panas klien
7. Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian obat antipiretik

R/ : obat antipiretik akan membantu menurunkan suhu tubuh klien sesuai batas normal.
3) Diagnosa III
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan yang ditandai dengan
adanya abses dan kemerahan.
Tujuan : setelah dilakukan intervensi keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam gangguan
integritas kulit klien akan teratasi.

Kriteria Hasil :
-

Abses tidak ada

Kemerahan tidak ada

Mempertahankan integritas kulit

Tidak terjadi infeksi dan komplikasi


Rencana Tindakan

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga klien


R/ : mempermudah perawat melakukan tindakan keperawatan
2. Jelaskan pada klien agar tetap menjaga kekeringan dan kebersihan di daerah luka
R/ : mengurangi dan mencegah terjadinya iritasi yang meluas pada area kulit lain yang bisa
memperparah kondisi klien
3.

Observasi kondisi kerusakan jaringan kulit klien, catat adanya pembengkakan dan
kemerahan.
R/ : daerah ini cenderung terkena radang dan infeksi dan memantau kondisi kerusakan
integritas kulit klien

4. Bersihkan dan keringkan kulit khususnya daerah dengan kelembaban tinggi


R/ : kulit yang bersih dan kering tidak akan cenderung mengalami kerusakan
5. Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian obat antibiotik
R/ : obat antibiotik akan mempercepat proses penyembuhan dengan membunuh bakteri
penyebabnya.
4) Diagnosa VI
Resiko harga diri rendah berhubungan dengan proses penyakitnya.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam resiko HDR tidak
menjadi aktual.
Kriteria Hasil :
-

Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri

Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya

Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi hasil


Rencana Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien


R/ : jika terjalin hubungan saling percaya antara perawat dan klien maka akan mempermudah
dalam melakukan proses keperawatan
2. Jelaskan pada klien mengenai proses penyakitnya
R/ : jika klien tahu tentang penyakitnya akan mengurangi kekhawatiran klien
3. Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
R/ : dengan mengekspresikan perasaannya klien bisa mengurangi beban pikirannya sehingga
klien akan lebih terbuka terhadap masalahnya
4. Motivasi klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari kehidupan
R/ : motivasi yang positif bisa meningkatkan kepercayaan diri klien
5. Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan, penampilan, pekerjaan)
R/ : dengan memperkuat kemampuan dan karakter positif bisa membantu klien untuk
bersosialisasi dengan masyarakat dan keluarganya.
6. Bantu klien menerima perasaan positif dan negatif
R/ : dengan menerima kondisi dari klien akan lebih bersabar dan menerima apa adanya
sehingga klien tidak akan atau klien akan membangkitkan kepercayaan dirinya
1.4 Implementasi
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana tindakan, meliputi
beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan, dan
pengumpulan data. (Lismidar, 1990)
Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun dengan melihat
situasi dan kondisi pasien.
1.5 Evaluasi
1.

Klien tampak rileks saat berkemih

2.

Klien secara verbal mengatakan tidak sakit / tidak nyeri

3.

Klien akan menggunakan pencegahan non analgetik untuk mengurangi rasa nyerinya.

4.

Skala nyeri klien 2 3 / 0

5.

Tanda tanda vital klien dalam batas normal

6.

Klien tampak tenang

7.

Suhu tubuh klien normal

8.

Klien tampak nyaman

9.

Secara verbal klien mengatakan nyaman

10. Tanda vital klien normal


11. Tidak ada perubahan warna kulit dan klien tidak pusing
12. Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
13. Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
14. Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol dan mempengaruhi hasil

Anda mungkin juga menyukai