Anda di halaman 1dari 12

UNIVERSITAS INDONESIA

Implementasi Penerapan Good Public Governance dan Hubungannya


Dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Kementerian dan Lembaga

FINAL INDIVIDUAL ASSIGNMENT

NURHASANAH (1306498001)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM PASCASARJANA ILMU AKUNTANSI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
MARET 2015
1

BAB I
PENDAHULUAN

1. Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan untuk melihat penerapan Prinsip Good Public Governance (GPG) dan
hubungannya dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada Kementerian dan Lembaga
(K/L).
2. Latar Belakang Penulisan
Pemerintah Indonesia harus menghadapi tekanan masyarakat yang menginginkan
terciptanya Good Corporate Governance atau tata kepemerintahan yang baik. Gagasan
tentang Good Corporate Governance (GCG) awalnya melanda dunia karena kegagalan perusahaan
besar didunia, dan pada tahun 2008 GCG mempunyai GPG sebagai pasangan hidup, keduanya
berinteraksi dan saling mempengaruhi. GPG merupakan konsep prinsip-prinsip penyelenggaraan
organisasi sektor publik seperti pemerintahan, partai politik, yayasan, koperasi, rumah sakit nirlaba,
dan lain-lain. Pedoman GPG berorientasi pada penyelenggaraan kepemerintahan yang bersih dan
berwibawa (Hoesada, 2013). Penerapan GCG di Indonesia belum efektif mengingat ketiga pilar yaitu
negara, swasta dan masyarakat belum seimbang dalam menjalankan good governance (Daniri, 2008).
UU Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara, UU Pemeriksaan Keuangan Negara, PP

8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, PP 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan, dan PP 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan bertujuan menegakkan Good Public Governance (GPG). Sedikit sekali
lembaga pemerintahan dan masyarakat memperbincangkan, apalagi merujuk kepada GPG
(Hoesada, 2013).
Sebelum itu reformasi yang telah dijalankan dengan dikeluarkannya Undang-undang diatas
mewajibkan pemerintah membuat Laporan Keuangan (LK), namun LK belum dapat mencerminkan
tingkat kinerja secara keseluruhan dari suatu K/L. Oleh karena itu, selain laporan keuangan
pemerintah juga diwajibkan melaporkan capaian kinerja yang disebut Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) (Asmoko, 2014).
Kewajiban membuat LAKIP sudah dikeluarkan melalui Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun
1999, dan kemudian dilakukan evaluasi atas LAKIP K/L sebagai suatu bagian dari Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur
2

Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN - RB). Hasil evaluasi SAKIP tersebut diwujudkan dengan
nilai yang menggambarkan tingkat akuntabilitas kinerja suatu instansi pemerintah.
Secara keseluruhan K/L lebih mengetahui hasil evaluasi SAKIP ini seperti menyandingkan
dengan hasil pemeriksaan BPK (opini BPK) yang diberikan setiap tahun. Pada akhir tahun 2014,
Kementerian PAN-RB telah mengevaluasi SAKIP di 88 K/L serta 33 Pemerintah Provinsi, hasilnya
mengatakan bahwa 6 K/L memperoleh nilai A, 33 instansi meraih nilai B, nilai CC 40 instansi,
predikat C 3 instansi dan predikat D 2 instansi (KemenPAN-RB, 2014).
Namun, dalam segi content adakah keterkaitan antara GPG dan SAKIP yang telah
dijalankan instansi pemerintah?.
3. Rumusan Masalah
Bagaimanakah implementasi GPG pada kementerian dan lembaga dan apakah keterkaitan
GPG dan SAKIP yang telah dijalankan instansi pemerintah?.
4. Struktur Penulisan
Tulisan ini terbagi menjadi 3 bab, Bab 1 tentang pendahuluan yang menjelaskan : 1. Issue
khusus apa yang akan dibahas dalam penulisan ini yaitu tentang bagaimanakah implementasi GPG
di K/L karena ternyata sedikit sekali lembaga pemerintahan dan masyarakat memperbincangkan
GPG dan menggunakannya, 2. mengapa GPG penting untuk dibahas karena GPG bertujuan
mengatur pola hubungan antara penyelenggara negara dan masyarakat, antara penyelenggara
negara dan lembaga negara, serta antar lembaga negara. Penerapaan GPG mempunyai pengaruh
besar terhadap perwujudan GCG dalam sector privat. Sinergi diantara GPG dan GCG diharapkan
dapat menciptakan kepemerintahan yang bersih dan berwibawa, dan pada gilirannya dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan kesejahteraan rakyat. Pelaksanaan GPG terutama
sangat penting melalui penegakan kepatuhan terhadap hukum sehingga dapat dicegah terjadinya
praktik suap, korupsi, dan sejenisnya (Menteri PAN-RB, 2013) dan 3. bagaimanakah issue GPG
diimplementasikan dalam konteks SAKIP yang telah dijalankan oleh K/L
Bab 2, Pembahasan mengenai: 1. pedoman Umum Good Public Governance (GPG), 2.
pedoman Evaluasi SAKIP, 3. Analisa keterkaitan
Bab 3, Kesimpulan

BAB II
PEMBAHASAN

1. Good Public Governance (GPG)


Dalam pedoman praktis penerapan GPG menggambarkan secara global Prinsip Dasar dalam
pelaksanaan

GPG

yaitu

komitmen

tinggi

serta

dilaksanakan

secara

sistematis

dan

berkesinambungan. Untuk itu diperlukan pedoman praktis yang dapat dijadikan acuan pelaksanaan
GPG oleh penyelenggara negara, baik yang memiliki fungsi legislatif dan pengawasan, eksekutif,
yudikatif, maupun lembaga-lembaga non struktural
Pedoman pokok pelaksanaan terbagai menjadi 3 poin yang terdiri dari masing-masing
subpoin, yaitu :
1. Setiap lembaga negara harus menyusun pedoman GPG dengan mengacu pada Pedoman Umum
GPG ini. Pedoman GPG bagi masing-masing lembaga negara tersebut mencakup sekurangkurangnya hal-hal sebagai berikut : 1.1 Visi, misi dan nilai-nilai lembaga negara yang
bersangkutan. 1.2 Kedudukan dan fungsi lembaga negara, pimpinan dan organ pengawasan
internal. 1.3 Kebijakan untuk memastikan terlaksananya fungsi organ setiap lembaga negara
secara efektif. 1.4 Kebijakan untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas, pengendalian
internal yang efektif serta pelaporan keuangan
didasarkan pada nilai-nilai lembaga

dan kinerja. 1.5 Pedoman perilaku yang

negara dan etika penyelenggaraan negara. 1.6 Sarana

pengungkapan informasi untuk pemangku kepentingan. 1.7 Kebijakan penyempurnaan berbagai


peraturan lembaga negara yang bersangkutan dalam rangka memenuhi asas GPG;
2. Keikutsertaan semua pihak dalam lembaga negara yang bersangkutan dalam proses persiapan
dan pelaksanaan sehingga penerapan GPG dapat berjalan efektif. Untuk itu diperlukan tahapan
sebagai berikut: 2.1 Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan
GPG oleh semua anggota, pimpinan, dan jajaran lembaga negara serta pemangku kepentingan.
2.2 Melakukan kajian terhadap kondisi lembaga negara yang berkaitan dengan pelaksanaan GPG
dan tindakan korektif yang diperlukan. 2.3 Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GPG
lembaga negara yang bersangkutan. 2.4 Melakukan internalisasi pelaksanaan GPG sehingga
terbentuk

rasa memiliki dari semua pihak dalam lembaga negara, serta pemahaman atas

pelaksanaan pedoman GPG dalam kegiatan sehari-hari. 2.5 Melakukan penilaian sendiri atau
dengan menggunakan jasa pihak eksternal yang independen untuk memastikan penerapan GPG
secara berkesinambungan. Hasil penilaian tersebut diungkapkan dalam laporan tahunan dan
dilaporkan kepada lembaga negara yang berwenang untuk melakukan pengawasan serta
disediakan untuk dapat diakses oleh masyarakat luas;
4

3. Agar pedoman GPG dapat diterapkan dengan baik diperlukan adanya tiga hal dibawah ini: 3.1
Penyelenggara negara yang mendukung dan menciptakan suasana agar GPG tidak hanya
merupakan pedoman diatas kertas tetapi dilaksanakan dengan baik. 3.2 Penyelenggara negara
yang berperilaku sebagai teladan dan melakukan sosialisasi pedoman GPG bagi seluruh
jajarannya. 3.3 Sanksi yang konsekuen terhadap pelanggaran nilai-nilai, etika dan pedoman
perilaku penyelenggara negara dan jajarannya
Sumber :diolah dari Pedoman Umum Good Public Governanc, Komite Nasional Kebijakan
Governance, 2010

2. Evaluasi SAKIP
Dalam lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 tahun 2013 Evaluasi akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, terdiri atas
evaluasi penerapan komponen manajemen kinerja (Sistem AKIP) yang meliputi: perencanaan
kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan kinerja, evaluasi kinerja internal, dan pencapaian kinerja
sesuai dengan criteria masing-masing komponen yang dituangkan dalam Lembar Kriteria Evaluasi
(LKE) dan diberikan penilaian/ scoring secara terstruktur sebagai berikut :
1. Perencanaan Kinerja, yang terdiri dari :
1.1 Perencanaan Strategis : a. Pemenuhan Renstra yaitu apakah Dokumen Renstra telah ada dan
memuat visi, misi, tujuan, sasaran, program, indikator kinerja sasaran, target tahunan, indikator
kinerja tujuan dan target jangka menengah, b. Kualitas Renstra yaitu apakah Tujuan dan sasaran
telah berorientasi hasil, kegiatan merupakan cara untuk mencapai tujuan/sasaran/hasil
program/hasil kegiatan, Indikator kinerja tujuan (outcome) dan sasaran (outcome dan output)
telah memenuhi kriteria indikator kinerja yang baik, Dokumen Renstra telah selaras dengan
Dokumen RPJMD, Dokumen Renstra telah menetapkan hal-hal yang seharusnya ditetapkan
(dalam kontrak kinerja/tugas fungsi) c. Implementasi Renstra yaitu apakah Dokumen Renstra
digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dokumen perencanaan tahunan, Dokumen Renstra
digunakan sebagai acuan penyusunan Dokumen Rencana Kerja dan Anggaran, Dokumen
Renstra telah direviu secara berkala.
1.2 Perencanaan Kinerja Tahunan : a. Pemenuhan perencanaan kinerja tahunan yaitu apakah
Dokumen perencanaan kinerja telah memuat sasaran, program, indikator kinerja sasaran, dan
5

target kinerja tahunan, b. Kualitas Perencanaan Kinerja tahunan yaitu apakah Sasaran telah
berorientasi hasil, Kegiatan merupakan cara untuk mencapai sasaran, Dokumen PK telah selaras
dengan dokumen PK atasannya dan dokumen Renstra, Target kinerja ditetapkan dengan baik,
Dokumen PK telah menetapkan hal-hal yang seharusnya ditetapkan (dalam kontrak kinerja/tugas
fungsi), c. Implementasi Perencanaan Kinerja Tahunan yaitu Target kinerja yang diperjanjikan
telah

digunakan

untuk

mengukur

keberhasilan,

Penetapan

Kinerja

telah

dimonitor

pencapaiannya secara berkala, Penetapan Kinerja telah dimanfaatkan dalam pengarahan dan
pengorganisasian kegiatan
2. Pengukuran Kinerja, yang terdiri dari :
a. Pemenuhan Pengukuran yaitu apakah Telah terdapat indikator kinerja utama (IKU) sebagai
ukuran kinerja secara formal, Terdapat mekanisme pengumpulan data kinerja
b. Kualitas Pengukuran yaitu apakah IKU telah dapat diukur secara obyektif, IKU telah
menggambarkan hasil, IKU telah relevan dengan kondisi yang akan diukur, IKU telah cukup
untuk mengukur kinerja, IKU telah diukur realisasinya, IKU unit kerja telah selaras dengan IKU
Instansi, Indikator kinerja sasaran dapat diukur secara obyektif, Indikator kinerja sasaran unit
kerja telah selaras dengan indikator kinerja Instansi, Pengumpulan data kinerja dapat diandalkan
c. Implementasi Pengukuran yaitu apakah IKU telah dimanfaatkan dalam dokumen-dokumen
perencanaan dan penganggaran, IKU telah dimanfaatkan untuk penilaian kinerja, IKU telah
direviu secara berkala, Pengukuran kinerja digunakan untuk pengendalian dan pemantauan
kinerja secara berkala,
3. Pelaporan Kinerja, yang terdiri dari :
a. Pemenuhan Pelaporan yaitu apakah LAKIP telah disusun, LAKIP telah disampaikan tepat
waktu, LAKIP menyajikan informasi mengenai pencapaian IKU
b. penyajian informasi kinerja yaitu apakah LAKIP bukan merupakan kompilasi dari Unit Kerja di
bawahnya, LAKIP menyajikan informasi pencapaian sasaran yang berorientasi outcome, LAKIP
menyajikan informasi mengenai kinerja yang telah diperjanjikan, LAKIP menyajikan evaluasi
dan analisis mengenai capaian kinerja, LAKIP menyajikan pembandingan data kinerja yang
memadai antara realisasi tahun ini dengan realisasi tahun sebelumnya dan pembandingan lain
yang diperlukan, LAKIP menyajikan informasi keuangan yang terkait dengan pencapaian
kinerja, Informasi kinerja dalam LAKIP dapat diandalkan
6

c. Pemanfaatan Informasi Kinerja yaitu apakah Informasi yang disajikan telah digunakan dalam
perbaikan perencanaan, Informasi yang disajikan telah digunakan untuk menilai dan
memperbaiki pelaksanaan program dan kegiatan organisasi, Informasi yang disajikan telah
digunakan untuk peningkatan kinerja, Informasi yang disajikan telah digunakan untuk penilaian
kinerja
4. Evaluasi Kinerja, yang terdiri dari :
a. Pemenuhan Evaluasi yaitu apakah terdapat pemantauan mengenai kemajuan pencapaian kinerja
beserta hambatannya, Evaluasi program telah dilakukan, Hasil evaluasi telah disampaikan dan
dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
b. Kualitas Evaluasi yaitu apakah Evaluasi program dilaksanakan oleh SDM yang berkompeten,
Pelaksanaan evaluasi program telah disupervisi dengan baik melalui pembahasan-pembahasan
yang reguler dan bertahap, Evaluasi program dilaksanakan dalam rangka menilai keberhasilan
program, Evaluasi program telah memberikan rekomendasi-rekomendasi perbaikan perencanaan
kinerja yang dapat dilaksanakan, Evaluasi program telah memberikan rekomendasi-rekomendasi
peningkatan kinerja yang dapat dilaksanakan
c. Pemanfaatan Evaluasi yaitu apakah hasil evaluasi Program/akuntabilitas kinerja telah
ditindaklanjuti untuk perbaikan perencanaan, hasil evaluasi Program telah ditindaklanjuti untuk
perbaikan kinerja,
5. Pencapaian Sasaran/Kinerja Organisasi, yang terdiri dari :
a. kinerja yang dilaporkan (output) yaitu berapa scoring berdasarkan rata-rata interval capaiannya,
apakah Capaian kinerja lebih baik dari tahun sebelumnya, Informasi mengenai kinerja dapat
diandalkan
b. kinerja yang dilaporkan (outcome) yaitu berapa scoring berdasarkan rata-rata interval
capaiannya, apakah Capaian kinerja lebih baik dari tahun sebelumnya, Informasi mengenai
kinerja dapat diandalkan
Sumber :diolah dari lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 25 tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah

3. Analisa
Analisa didasarkan pada perbandingan Pedoman Umum Good Public Governance (GPG)
Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) di Indonesia
dan Petunjuk pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang
dikeluarkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi (PAN-RB)
tahun 2013
a. Pedoman yang dibuat oleh KNKG tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Pedoman
Good Public Governance bukan merupakan bentuk peraturan perundang-undangan, tetapi suatu
acuan yang berisi prinsip prinsip yang dapat dijadikan landasan, acuan, dan rujukan bagi
penyelenggara negara baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta lembaga non structural
dalam mewujudkan good governance. Sebagai tindak lanjut dari pedoman yang sudah disusun
oleh KNKG diharapkan masing-masing lembaga Negara menyusun manual yang lebih
operasional dan diinternalisasikan kepada seluruh jajarannya (KNKG, 2008), dan ini belum
seluruhnya terlaksana di K/L dan bahkan GPG belum tersosialisasikan dengan baik. Hal ini
dapat dilihat dari website K/L yang menyinggung tentang GPG masih sedikit yaitu : OJK,
Kementerian Keuangan, BPK, BPKP.
Berbeda dengan GCG yang telah dilaporkan secara regular oleh sector privat dan perbankan
karena perusahaan yang terdaftar dalam bursa diwajibkan menjalankan dan melaporkan dalam
laporan tahunannya, GPG masih belum dilaporkan implementasinya dalam laporan tahunan
kementerian dan lembaga.
b. Pedoman GPG dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah dua hal yang berbeda
berikut ini perbedaannya:
GPG

AKIP

Adanya pedoman tentang 1.1 Visi, misi dan


nilai-nilai lembaga. 1.2 Kedudukan dan fungsi
lembaga negara, pimpinan dan organ
pengawasan internal. 1.3 Kebijakan untuk
memastikan terlaksananya fungsi organ setiap
lembaga negara secara efektif. 1.4 Kebijakan
untuk memastikan terlaksananya akuntabilitas,
pengendalian internal yang efektif serta
pelaporan keuangan dan kinerja. 1.5 Pedoman
perilaku dan etika 1.6 Sarana pengungkapan
informasi untuk pemangku kepentingan. 1.7

Adanya dokumen dan kualitas perencanaan


strategis tentang visi, misi tujuan, sasaran,
program, indikator kinerja sasaran, target
tahunan, indikator kinerja tujuan dan target
jangka menengah.

GPG
Kebijakan penyempurnaan
memenuhi asas GPG

AKIP
dalam

rangka

Keikutsertaan semua pihak dalam penerapan Adanya pengukuran kinerja


GPG : 2.1 Membangun pemahaman, pemenuhan maupun kualitas
kepedulian
dan
komitmen
untuk
melaksanakan GPG oleh semua anggota,
pimpinan, dan jajaran lembaga negara serta
pemangku kepentingan. 2.2 Melakukan kajian
terhadap kondisi lembaga negara yang
berkaitan dengan pelaksanaan GPG dan
tindakan korektif yang diperlukan. 2.3
Menyusun program dan pedoman pelaksanaan
GPG lembaga negara yang bersangkutan. 2.4
Melakukan internalisasi pelaksanaan GPG 2.5
Melakukan penilaian, Hasil penilaian tersebut
diungkapkan dalam laporan tahunan dapat
diakses oleh masyarakat luas

baik

secara

Agar pedoman GPG dapat diterapkan dengan Adanya pelaporan kinerja


baik 3.1 Penyelenggara negara yang pemenuhan maupun kualitas
mendukung dan menciptakan suasana agar
GPG tidak hanya merupakan pedoman diatas
kertas tetapi dilaksanakan dengan baik. 3.2
Penyelenggara negara yang berperilaku
sebagai teladan dan melakukan sosialisasi
pedoman GPG bagi seluruh jajarannya. 3.3
Sanksi pelanggaran nilai-nilai, etika dan
pedoman perilaku penyelenggara negara dan
jajarannya

baik

secara

baik

secara

Adanya evaluasi kinerja


pemenuhan maupun kualitas

Adanya pencapaian sasaran/kinerja organisasi


baik output dan outcome

c. Pembentukan GPG sedang dilaksanakan

Kementerian PAN-RB selaku koordinator

instansi pemerintah dalam bentuk : Penyusunan roadmap pembenahan dan model penilaian
(assessment) Reformasi Birokrasi, Pengembangan Sistem Pelaporan Pelanggaran (Whistle
Blowing System), Sosialisasi dan edukasi Program Anti Korupsi yang dilakukan KPK, BPK
dan BPKP, Perampingan birokrasi secara bertahap, melanjutkan reformasi birokrasi nasional
melalui implementasi UU ASN
9

BAB III
KESIMPULAN

Tulisan ini bertujuan untuk melihat penerapan Prinsip Good Public Governance (GPG) dan
hubungannya dengan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah pada Kementerian dan Lembaga (K/L)
dengan menggunakan analisa didasarkan pada Pedoman Umum Good Public Governance (GPG)
10

Indonesia

yang

dikeluarkan

oleh

Komite

Nasional

Kebijakan Governance (KNKG)

dan

dibandingkan dengan Pedoman Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan reformasi Birokrasi (PANRB) tahun 2013.
Hasil dari tulisan ini adalah bahwa: 1. GPG belum seluruhnya terlaksana di K/L dan bahkan
GPG belum tersosialisasikan dengan baik sehingga K/L belum membuat pedoman GPG dimasingmasing instansinya, 2. GPG dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah dua hal yang
berbeda, GPG lebih mengatur hubungan ke pihak eksternal yaitu masyarakat, antara penyelenggara
negara dan lembaga negara, serta antar lembaga Negara. Sedangkan AKIP merupakan internal sistem
akuntabilitas kinerja instansi, 3. Implementasi GPG lebih cenderung dijalankan Kementerian PAN-RB
dalam penyusunan roadmap pembenahan dan model penilaian (assessment) Reformasi Birokrasi,
pengembangan sistem pelaporan pelanggaran (whistle blowing system), sosialisasi dan edukasi
program anti korupsi, perampingan birokrasi secara bertahap, implementasi UU ASN.

DAFTAR PUSTAKA

Asmoko, Hindri, 2014. Korelasi Opini Audit BPK atas LKKL dengan Hasil Evaluasi LAKIP K/L.
Balai Diklat Kepemimpinan, BPPK
Daniri, Mas Achmad, 2008. Sambutan Ketua Komite Nasional Kebijakan Governance, dalam
Konsep Pedoman Umum Good Public Governance, Jakarta, PP.144
11

http://www.menpan.go.id/berita-terkini/2079-akip-membaik-makin-banyak-k-l-raih-nilai-a
Hoesada, Jan, 2013. Good Public Governance. Artikel dalam website Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Komite Nasional Kebijakan Governance, 2008. Public Governance, Proceeding Diskusi Panel dan
Workshop Konsep Pedoman Umum, Jakarta. Penerbit Salemba. PP. 153
Komite Nasional Kebijakan Governance, 2010. Pedoman Umum Good Public Governance
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 tahun 2013
tentang perubahan lampiran Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 25 tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah

12

Anda mungkin juga menyukai