PROPOSAL PENELITIAN
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Ilmu Kedokteran
dan mencapai gelar Sarjana Kedokteran
Oleh :
Galih Dwiki Dharmawan
NIM 1120101010007
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang memiliki prevalensi tinggi
beberapa
Perumusan Masalah
1.3.2
Hipertensi
2.1.1
Definisi
Hipertensi merupakan keadaan peningkatan kronik pada tekanan darah
(sistolik 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg). Secara umum, 80-95% tidak
diketahui penyebabnya. Selalu diperlukan koreksi kedua untuk hipertensi,
khususnya pada pasien dibawah 30 tahun atau seseorang yang hipertensi setelah
55 tahun. Sistolik hipertensi (sistolik 140 mmHg, diastolik < 90 mmHg)
kebanyakan didapat pada pasien usia lanjut, karena akibat dari penurunan
resistensi vaskular. (Harrisons edisi 18, 2013).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi
sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk
penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu
sebagai peringatan bagi korbannya (Nurhaedar, 2010).
Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi.
Apabila penyakit ini tidak terkontrol, akan menyerang target organ, dan dapat
menyebabkan serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, serta kebutaan. Dari
beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan peluang 7 kali lebih besar terkena stroke, 6 kali lebih besar
terkena congestive heart failure, dan 3 kali lebih besar terkena serangan jantung.
(Ekowati, 2009)
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat
melebihi batas normal. Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia.
Berbagai faktor dapat memicu terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar
(90%) penyebab hipertensi tidak diketahui (hipertensi essential). Penyebab
tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung,
peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah dari tepi dan peningkatan
volume aliran darah (Nurhaedar, 2010).
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi
adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik (sistolik 140 mmHg
atau diastolik 90 mmHg) karena gangguan pada pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya.
2.1.2
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan
yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau hipertensi
esensial terjadi karena peningkatan persisten tekanan arteri akibat ketidakteraturan
mekanisme kontrol homeostatik normal, dapat juga disebut hipertensi idiopatik.
Hipertensi
ini
mencakup
sekitar
95%
kasus.
Banyak
faktor
yang
Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam
keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan
peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik. (Agnesia, 2012)
Ada beberapa klasifikasi hipertensi yang dapat digunakan sekarang ini.
Menurut WHO dan ISH yang digunakan adalah sebagai berikut
Kategori
Tekanan Sistolik
Tekanan Diastolik
Optimal
Normal
Normal Tinggi
Grade 1 Hipertensi
Border line
Grade 2 Hipertensi
Grade 3
Isolated Systolic Hypertention
Border line
(mmHg)
<120
<130
130-139
140-159
140-149
160-179
180
140
140-149
(mmHg)
<80
<85
85-89
90-99
90-94
100-109
110
<90
<90
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHU dan ISH tahun 1999.
Selain itu terdapat pula klasifikasi hipertensi menurut JNC 7.
Kategori
Tekanan Sistolik
Normal
Pre hipertensi
Hipertensi Grade 1
Hipertensi Grade 2
(mmHg)
<120
120-139
140-159
>160
Tekanan Diastolik
Dan
Atau
Atau
Atau
(mmHg)
<80
80-89
90-99
>100
Patofisiologi
Tekanan dalam suatu pembuluh darah merupakan tekanan yang bekerja
pembuluh melalui setiap lubang, yang berarti tekanan darah normal yang cukup
tinggi dalam arteri akan memaksa darah mengalir dalam arteri kecil, kemudian
memalui kapiler dan akhirnya masuk ke dalam vena. Oleh karena itu tekanan
darah penting untuk mengalirkan darah dalam lingkaran sirkulasi (Guyton, 1994).
Tekanan darah dari suatu tempat peredaran darah ditentukan oleh tiga
macam faktor yaitu (1) jumlah darah yang ada di dalam peredaran yang dapat
membesarkan pembuluh darah; (2) aktivitas memompa jantung, yaitu mendorong
darah sepanjang pembuluh darah; (3) tahanan perifer terhadap aliran darah
Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi tahanan perifer yaitu viskositas
darah, tahanan pembuluh darah (jenis pembuluh darah, panjang, dan diameter),
serta turbulence. (Suprayog, 2004)
Dengan dipengaruhi faktor-faktor diatas, tekanan darah dapat naik maupun
turun. Untuk hipertensi, tekanan darah menjadi naik melalui beberapa mekanisme
salah satunya adalah sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (RAA). Menurut
Guyton dan Hall (1997), renin adalah enzim dengan protein kecil yang dilepaskan
oleh ginjal bila tekanan arteri turun sangat rendah. Renin bekerja secara enzimatik
pada protein plasma lain, yaitu suatu globulin yang disebut bahan renin (atau
angiotensinogen), untuk melepaskan peptida asam amino-10, yaitu angiotensin I.
Angiotensin I memiliki sifat vasokonstriktor yang ringan tetapi tidak cukup untuk
menyebabkan perubahan fungsional yang bermakna dalam fungsi sirkulasi. Renin
menetap dalam darah selama 30 menit sampai 1 jam dan terus menyebabkan
pembentukan angiotensin I selama sepanjang waktu tersebut. (Guyton dan
Hall,1997)
Dalam beberapa detik setelah pembentukan angiotensin I, terdapat dua
asam amino tambahan yang memecah dari angiotensin untuk membentuk
angiotensin II peptida asam amino-8. Perubahan ini hampir seluruhnya terjadi
selama beberapa detik sementara darah mengalir melalui pembuluh kecil pada
paru-paru, yang dikatalisis oleh suatu enzim, yaitu enzim pengubah, yang
terdapatdi endotelium pembuluh paru yang disebut Angiotensin Converting
menyerap kembali lebih banyak ion natrium (Na+) dan air, serta meningkatkan
volume dan tekanan darah (Campbell, et al. 2004). Hal tersebut akan
memperlambat
kenaikan
voume
cairan
ekstraseluler
yang
kemudian
ACE Inhibitor
ACE Inhibitor adalah obat yang menghambat perubahan Angiotensin I
Hipotensi
Batuk kering
Hiperkalemia
Rash
Physalia physalis
Portugues-man-of war adalah istilah lain dari Physalia physalis. Secara
fisik Physalia physalis terlihat seperti ubur-ubur lain dengan tentakel yang
mengambang dan menyeret. Namun beberapa ilmuwan mengatakan bahwa
Physalia physalis bukanlah ubur-ubur yang sesungguhnya. Mereka beranggapan
bahwa ubur-ubur yang sesungguhnya bearasal dari kelas Scyphozoa. Lebih jauh
lagi, Physalia physalis bukanlah hewan tunggal. Mereka ini sebenarnya sebuah
koloni dari beberapa organisme yang disebut polyps yang sangat spesial tidak bisa
hidup tanpa organisme lainnya (Rachael, ).
Terdapat empat tipe utama dari polyps Physalia physalis. Satu polyps
menjadi large gas filled float atau yang sering disebut pneumatophore. Polyps
ini secara horisontal mengapung di lautan. Polyps ini juga bisa mengapung 15 cm
diatas air dan secara umum transparan ditambah sedikit warna merah muda, ungu
atau biru. Polyps lain adalah feeding tentakel atau gastrozooids, defensive/prey
capturing tentakel atau dactylozooids dan reproductive polyps atau
Taxomoni
Secara taxonomi Physalia physalis dapat disebutkat sebagai berikut :
2.3.2
Kingdom
Animalia
Phylum
Cnidaria
Class
Hydrozoa
Order
Siphonophora
Suborder
Rhizophysaliae
Family
Physaliidae
Genus
Physalia
Species
Physalia physalis
Habitat
Physalia physalis dapat ditemukan mengapung di permukaan laut di
wilayah tropis yang hangat dan wilayah subtropik di dunia. Di Amerika Serikat,
mereka dapat ditemukan didaerah pesisir di Florida (Pesisir Atlantik, karangkarang Florida, Teluk Meksiko) sampai Texas. Meski demikian, beberapa juga
dapat diketahui singgah ke pesisir Atlantik saat musim panas atau dengan badai
sehingga pindah ke daerah yang lebih dingin di Wilayah utara Amerika Serikat.
Sebagai catatan bahwa Physalia physalis yang berada di Indo-Pasifik bisa jadi
spesies yang berebeda yaitu Physalia utriculus.
Physalia physalis dapat beradaptasi untuk hidup di seluruh perairan di
dunia. Mereka mengapung disepanjang permukaan laut, terbawa tiupan angin.
Saat koloni baru diproduksi, mereka dapat bergerak ke arah yang berbeda dan
menyebar di lautan. Yang menjadi predator mereka adalah kura-kura laut,
beberapa ikan, juga kepiting.
2.3.3
Makanan
Sebagai koloni, Physalia physalis secara konstan memancing makanan
Reproduksi
Para ilmuwan percaya bahwa Physalia physalis yang berupa koloniakan
melepaskan gamet-gamet ke dalam air untuk nantinya akan difertilisasi. Larvalarva yang dihasilkan kemudian akan mengalami perkembangan aseksual untuk
menghasilkan koloni baru.
2.3.5
Toxin
Toxin Physalia physalis sebenarnya berada pada nematocysts yang
dilaporkan setelah terjadi kontak dengan dactylozooids. Akibatnya sangat luas dan
beragam, dari rasa sakit, mual, muntah eritema dan nekrosis kulit. Selain itu,
untuk gejala sistemik dapat pula distress pernapasan, decomp cordis sampai
kematian. Toxin ini juga menyebabkan pelepasan histamine dari sel mast dan
menyebabkan vasodilatasi. Keadaan tersebut terlihat dalam induksi toxin pada
anjing dan tikus yang diperkuat dengan sensitibilitas dengan antihistamine dan
prostaglandin sistesis inhibitor. Data lain juga menyebutkan bahwa toxin dengan
berat molekul 240 kDa bersifat hemolitik dan terkandung sekitar seperempat dari
prosentase total. Juga dalam penelitian lain disebutkan bahwa dengan toxin berat
molekul rendah <5 kDa dapat menginduksi sekresi dari insulin oleh sel
pankreas. (Diaz-Garcia, 2012)
Dari penelitian yang terdahulu juga telah disebutkan pemberian beberapa
ragam dosis toxin (0.02, 0.2, 2.0) mengakibatkan peningkatan pelepasan
ACE KIT
ACE KIT atau ACE screening kit adalah sebuah produk yang digunakan
untuk mengukur aktivitas ACE inhibitor dari sebuah bahan coba. Prosedur dari
ACE KIT sebenarnya mudah. 3-Hydroxybutyryl-Gly-Gly-Gly (3HB-GGG)
digunakan sebagai substrat untuk ACE dan jumlah pemecahan 3-hydroxybutyric
acid (3HB) dari 3HB-GGG dihitung dengan metode enzimatik. Tidak satu pun
pelarut organik maupun prosedur ekstraksi yang dibutuhkan di keseluruhan
prosedur. Sebagai tambahan, kita dapat menggunakan sampel dengan jumlah
banyak dalam satu kali tes. Berikut daftar komponennya :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.4.1 Persiapan
2.4.1.1 Persiapan Larutan Enzim
Tambahkan 2 ml air deionisasi ke enzim B.
Tambahkan 1,5 ml larutan enzim B ke enzim A untuk pembuatan
larutan enzim.
2.4.1.2 Persiapan Larutan Indikator
Tambahkan 3 ml air deionisasi ke dalam enzim C dan koenzim.
Tambahkan 2,8 ml larutan enzim C dan larutan koenzim untuk
pembuatan larutan indikator..
2.4.1.3 Persiapan Larutan Sampel
deionisasi.
Rasio pengenceran : 1(tanpa pengenceran), 1/5, 1/52, 1/53, 1/54,1/55,
1/56
2.4.1.4 Protokol
a. Tambahkan 20l larutan sampel dan air deionisasi pada blank 1
(kontrol + ) dan blank 2 ( kontrol - ).
b. Tambahkan 20l substrat buffer pada larutan sampel, blank 1 (kontrol
+ ) dan blank 2 ( kontrol - ).
c. Tambahkan 20l larutan enzim pada larutan sampel dan blank 1
(kontrol + ) .
d. Inkubasi pada suhu 37C selama 60 menit.
e. Tambahkan 200l larutan indikator pada larutan sampel, blank 1
(kontrol + ) dan blank 2 ( kontrol - ).
f. Inkubasi pada suhu ruangan selama 10 menit.
g. Baca/analisis menggunakan microplate reader pada absorban 450 nm.
Hitung aktivitas ACE inhibitor (inhibisi %) menggunakan rumus :
ACE inhibitory activity (inhibition rate %) =
Ablank2)}
x 100
Larutan sampel
Air yang diionisasi
Substrate buffer
Larutan Kerja Enzim
Larutan Kerja Indikator
Sampel
20 L
20 L
20 L
200 L
Blank 1
20 L
20 L
20 L
200 L
Blank 2
40 L
20 L
200 L
ACE KIT
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental
sebenarnya (True Experimental Design). Pada perlakuan ini benar-benar
dilakukan randomisasi dan diberi perlakuan serta ada kelompok kontrolnya
(Suparyanto., 2010).
3.2
Rancangan Penelitian
A
Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan eksperimental
sederhana (Posttest Only Control Group Design). Rancangan
penelitian
Keterangan
A
: ACE KIT
3.3
K (-)
: kontrol negatif
: Sampel
: Inkubasi
x 100
3.4
Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah toksin Physalia
physalis dan toksin tersebut diperoleh dari Laboratorium Patologi Anatomi
Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
3.5
Tempat Penelitian
Tempat pemurnian toksin Physalia physalis dan pengujian aktivitas ACE
Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan.
3.6
Variabel Penelitian
3.6.1
Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah toksin Physalia physalis dengan
Variabel Terikat
Aktivitas ACE inhibitor pada toksin Physalia physalis dengan berat
Variabel Terkendali
a. Proses pemurnian toksin Physalia physalis.
b. Inkubasi ACE KIT pada suhu ruangan selama 10 menit.
c. Pembacaan hasil menggunakan microplate reader absorban 450 nm.
3.7
Definisi Operasional
a.
b.
ACE KIT
ACE kit adalah kit yang digunakam untuk mengukur aktivitas ACE
inhibitor.
Hydroxybutyryl-Gly-Gly-Gly
(3HB-GGG)
digunakan
3.8.1
Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini:
a. Alat untuk pemurnian toksin Physalia physalis
Alat Liofilisasi
Alat Hidrolisis
Sentrifuge
b. ACE KIT
Microplate reader (450 nm filter).
20 L & 20-200 L pipet dan a multi-channel pipet
Inkubator.
3.8.2
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini:
a. Bahan untuk pemurnian toksin Physalia physalis
Toksin Physalia physalis
Enzim Papain
b. ACE KIT
Substrate Buffer
Enzim A
Enzim B
Enzim C
Koenzim
Larutan Indikator
Air de-ionisasi
3.9
Prosedur Penelitian
3.9.1
Persiapan Alat
Semua alat yang akan dipakai dalam penelitian ini disterilkan dalam
sterilisator panas kering selama 15 menit dengan suhu 110 0C terlebih dahulu.
Setelah itu bahan media disterilkan dalam autoklaf selama 20 menit dengan suhu
1210C (Suswati and Mufida, 2009).
3.9.2
Pemurnian toksin Physalia physalis untuk mendapatkan berat molekul 33.5 kDa
Toksin Physalia physalis di liofilisasi untuk menghilangkan kelebihan air
deionisasi.
Rasio pengenceran : 1(tanpa pengenceran), 1/5, 1/52, 1/53, 1/54,1/55,
1/56
3.10
x 100
Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk mengetahui aktivitas toksin Physalia
physalis dengan berat molekul 3-3.5 kDa dilakukan analisis secara diskriptif.
3.11
Alur Penelitian
3.11.1 Pemurnian toksin Physalia physalis untuk mendapatkan berat molekul 33.5 Da
Toksin Physalia Physalis
buk toksin Physalia physalis dihidrolisis menggunakan enzim papain 100 ml dengan perbandingan w
is : pake baker glass ada pengaduk, selama 4 jam suhu 60 pH 6, dihentikan suhu dinaikkan 90C
Dianalisis
3.11.2 Pengujian aktivitas ACE inhibitor toksin Physalia physalis 3-3.5 kDa
menggunakan ACE KIT
Kontrol +
Kontrol -
Sampel
Daftar Pustaka