Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 4

KEBIJAKAN IKLIM
ME4035

Shafira Anindita
15512049
Program Studi Teknik Kelautan
Institut Teknologi Bandung
2015

I.

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KLHK

Rapat Kerja antara Komisi VII DPR RI dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) untuk pertama kalinya berlangsung tanggal 4 Pebruari 2015. Rapat Kerja
dipimpin oleh Ir. H. Mulyadi, wakil Ketua Komisi VII DPR RI ini dihadiri oleh para pimpinan
dan Anggota Komisi VII DPR RI, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Ir. Siti Nurbaya,
MSc, Sekretaris KLH, Sekjen Kemenhut serta Para Eselon I dan II di lingkup KLHK. Dalam
Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
memaparkan Evaluasi Pelaksanaan Program KLH Tahun 2014 dan Rencana Program Kerja
Tahun 2015 dengan fokus pada lingkungan hidup. Pada Kabinet Kerja 2014 2019, dua
kementerian digabung menjadi satu, yakni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sehubungan dengan itu, Menteri LHK menyatakan Penggabungan ini membawa harapan
penekanan pada prospek pembangunan lingkungan hidup yang lebih baik aktualisasinya dalam
pembangunan terutama pembangunan dengan memanfaatkan sumber daya alam. Dengan adanya
penyatuan kelembagaan, semakin dapat memperkuat peran dan kemampuan mendorong serta
melaksanakan pembangunan dengan visi lingkungan, serta peran untuk mampu
mengaktualisasikan konsep pembangunan berkelanjutan. Adanya kehadiran bersama kehutanan
mempertegas misi untuk pentingnya sumber daya alam (hutan) secara arif dengan sepenuhnya
menerapkan kebijakan berbasis lingkungan.

Secara umum prinsip-prinsip dalam arah kebijakan pembangunan lingkungan hidup dan
kehutanan yang didorong, meliputi :
1. Prinsip aktualisasi Nawa Cita terutama menyangkut kehadiran negara di tengah rakyat, taat
kelola pemerintahan yang demokratis, membangun perdesaan dan small holders, menggerakkan
sektor strategis ekonomi domestik, reformasi sistem dan penegakan hukum serta produktivitas
rakyat dan kemampuan daya saing dan restorasi sosial;

2. Kualitas lingkungan hidup untuk pemenuhan hak azasi manusia.


3. Prinsip produksi dan konservasi (sustainable development).
4. Hutan untuk kesejahteraan rakyat dan citizenship.
5. Pendekatan ekosistem dan penataan kelembagaan pusat dan daerah (inter-government
relation).
Dengan prinsip-prinsip arahan tersebut, terdapat tiga peran strategis pembangunan lingkungan
hidup dan kehutanan meliputi :
Terdapat tiga peran strategis pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan yang meliputi:
1. Menjaga kualitas lingkungan hidup yang memberikan daya dukung (kualitas udara, air, dan
tanah), pengendalian pencemaran, pengelolaan DAS, keanekaragaman hayati serta pengendalian
perubahan iklim;
2. Menjaga keseimbangan ekosistem dan keberadaan sumber daya alam untuk kelangsungan
kehidupan seperti menjaga keseimbangan alam untuk keseimbangan alam dan kehidupan,
menjaga DAS dan sumber mata air untuk ketersediaan air yang mencukupi bagi kelangsung
hidup dan menjaga daya dukung fisik ruang wilayah serta kualitasnya.
3. Menjaga luasan dan fungsi hutan yang mencukupi untuk menopang kehidupan (life support
system) serta menyediakan hutan (produksi dan APL) untuk kegiatan sosial ekonomi rakyat,
menjaga jumlah dan jenis flora dan fauna serta endangered species.

Dalam Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI, beberapa hal diajukan oleh Anggota
Komisi VII DPR RI, seperti Amdal, perizinan, struktur organisasi, reklamasi pasca tambang,
rencana pembangunan politeknik, proses monitoring untuk limbah, hutan lindung berubah
menjadi hutan produksi yang merusak lingkungan, program DAS, penegakan hukum terhadap
kawasan hutan produksi, praktek penjualan satwa, minimalisir kegiatan pertambangan, fasilitas
pembangunan infrastruktur hijau, kriteria Adipura, fokus penanganan danau, polusi udara akibat
dari industri, target untuk pengurangan emisi, serta kelembagaan badan perubahan iklim yang
diintegrasikan ke KLHK.

II.

Pertimbangan Ekologis Dalam Tata Ruang Wilayah dan Kota

Lowe dalam Sarosa menyatakan bahwa, " the environment is profoundly affected by the
way cities use land and other resources" 3). Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan yang erat
antara pola pemanfaatan ruang kota dengan kualitas lingkungan. Pola pemanfaatan ruang kota
yang tidak mempertimbangkan keseimbangan ekosistem akan menyebabkan timbulnya
permasalahan-permasalahan lingkungan. Terus berlangsungnya masalah-masalah lingkungan
tersebut akan menurunkan kualitas lingkungan kota, sehingga kota tidak mampu memberikan
lingkungan yang nyaman, sehat dan aman bagi penghuninya, dan pada akhirnya akan
mengancam keberlanjutan agenda utama kota-kota di Indonesia, mengingat semakin beratnya
beban kota baik oleh permasalahan lingkungan maupun jumlah penduduknya yang semakin
meningkat. Pada tahun 2010 sekitar 50.9% penduduk Indonesia diperkirakan terkonsentrasi di
perkotaan.
Berdasarkan berbagai literature, kota berkelanjutan adalah kota yang memiliki
karakteristik antara lain menselaraskan lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam
pengembangan kotanya; menerapkan efisiensi pemanfaatan ruang, energy dan sumberdaya serta
meminimalkan limbah; serta kota yang memiliki kualitas lingkungan kehidupan yang nyaman,
aman, sehat, manusiawi dan beridentitas bagi warganya secara berkelanjutan, baik untuk
generasi saat ini maupun yang akan dating. Secara spesifik, Research Triangle Institute
mendefinisikan kota berkelanjutan sebagai kota yang menerapkan prinsip 54 (ecology,
economy, equity, engagement, and energy) dalam pembangunan kotanya.

Pemanfaatan Ruang Kota


Pola penggunaan lahan
Transportasi
Disain dan orientasi bangunan

Dampak langsung

Mobilitas dan Perjalanan


Penduduk
Panjang perjalanan
Kemacetan

Dampak tdk langsung

Kualitas Lingkungan
Habitat
Kualitas air
Ekosistem
Kualitas udara
Keanekaragamanhayati
Iklim global

Anda mungkin juga menyukai