Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai darah putih
pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi
dan
proliferasi sel induk hematopoetik.
18
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada
satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan
tertekan
pada
waktu
sel
leukemia
bertambah
banyak
sehingga
akan
menimbulkan
gejala klinis.
19
Keganasan hematologik ini adalah akibat dari proses neoplastik yang
disertai gangguan diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoetik
sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum
tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.
20
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai
bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan,
21
dapat
menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya
meninggi
pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan
Universitas Sumatera Utara
Page 18
anoreksi, nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme.
21
Nyeri tulang bisa dijumpai
terutama pada sternum, tibia dan femur.
3
pernafasan,
akibatnya
melemahnya
sistem
kekebalan
tubuh.
Penanganan CLL tergantung dari stadium kanker. Pada stadium dini tidak
memerlukan penanganan apapun kecuali pengawasan secara baik oleh dokter.
Seiring dengan perburukan kanker ke stadium pertengahan, penanganan, seperti
Etiologi
Penyebab
LLK
abnormalitas
belum
diketahui.
kromosom,
onkogen,
Kemungkinan
dan
yang
retrovirus
berperan
(RNA
tumour
adalah
virus).
Penelitian awal menunjukkan keterlibatan gen bcl-1 dan bcl-2 pada 5-15%
pasien, sedangkan gen bcl-3 hanya kadang-kadang terlibat. Protoonkogen lcr
dan c-fgr, yang menkode protein kinase tirosin diekspresikan pada limfosit yang
terkena LLK tetapi tidak pada sel B murni yang normal. Saat ini pada pasien LLK
didapatkan delesi homozigot dan region genom telomerik gen retinoblastoma
tipe-1 d13s25. Hal ini menunjukkan bahwa adanya gen suppressor tumor baru
terlibat dalam LLK.
Patogenesis
Sel B darah tepi normal adalah subpopulasi limfosit B CD5+ matur (sama dengan
sel B-1a) yang terdapat pada zona mantel limfonodi dan dalam jumlah kecil di
darah. Sel B LLK mengekpresikan immunoglobulin membrane permukaan yang
umumnya rendah kadarnya, kebanyakan IgM, IgD dibandingkan sel B darah tepi
normal, dan single light chain (kappa dan lambda). Juga mengekspresi antigen T
CD5, antigen HLA-DR dan antigen B (CD19 dan CD20) mempunyai reseptor
untuk
sel
darah
tikus,
dan
menghasilkan
autoantibodi
polireaktif.
sel
terprogram).
tersebut
pada
tingkat
molekuler.
ETIOLOGI
Penyebab penyakit tidak diketahui secara pasti. Sama seperti tipe leukemia yang
lainnya, leukemia berasal dari mutasi yang terjadi pada spesifik protein yang
disebut juga dengan gen yang mengkontrol perkembangan dan pertumbuhan
dari sel darah. Akibatnya sel berkembang dan bertumbuh tidak terkontrol.
LEUKEMIA
LIMFOBLASTIK
KRONIK
mikosis fungoides) dan leukemia sel berambut (menghasilkan sejumlah besar sel
darah putih yang memiliki tonjolan khas seperti rambut bila dilihat dibawah
mikroskop).
GAMBARAN
KLINIS
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
B.
Etiologi
Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar karena
virus (virus onkogenik).
Faktor lain yang berperan antara lain:
1.
Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol,
3.
3.
5.
6.
Kelainan kromosom
Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah masuk
ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan
struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur
antigen dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak
di permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen jaringan ditetapkan
dengan istilah HL-A (human leucocyte locus A). Sistem HL-A individu ini
diturunkan menurut hukum genetika sehingga peranan faktor ras dan keluarga
sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan.
C.
Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat sistemik
dan
biasanya
berakhir
fatal.
Leukemia
dikatakan
penyakit
darah
yang
disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu
sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang
sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang
dihasilkan
adalah
sel
darah
yang
tidak
normal
dan
sel
ini
mendesak
ditemukan pada leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini diakibatkan
karena produksi yang dihasilkan adalah sel yang immatur.
2.
normal atau jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan
sebagai bagian dari konsekuensi kompetisi untuk mendapatkan elemen makanan
metabolik.
Ketika leukemia mempengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia
limfositik. Pada awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang ganas terjadi
di kelenjar getah bening. Kemudian menyebar ke hati dan limpa, dan keduanya
mulai membesar.Masuknya limfosit ini ke dalam sumsum tulang akan menggeser
sel-sel yang normal, sehingga terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah
putih dan trombosit di dalam darah. Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk
melawan infeksi) juga berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi
tubuh
terhadap
serangan
dari
luar,
seringkali
menjadi
salah
arah
dan
beberapa
penyebab
dari
GnGA
seperti rapidly
progressive
glomerulonephritis
(RPGN)
yang
dapat
menimbulkan
GnGA
dan
dengan
cepat
berubah
Beberapa
penyakit
ginjal
lainnya
seperti hemolytic-uremic
syndrome (HUS),
Henoch Schonlein Purpura, dan uropati obstruktif berhubungan dengan displasia
ginjal dengan
gejala seperti GnGA dimana fungsi ginjal masih normal atau sedikit berkurang
fungsinya, tetapi
Page 2
2
GnGA pada anak dihubungkan dengan terjadinya hipoksia/iskemia seperti pada
HUS,
sering
multifaktor,
seperti ischemia/hypoxic
kidney
injury yang
berhubungan
dengan
penanganan
dan
pemulihan dari perfusi ginjal, dapat dibedakan dengan nekrosis tubular akut
dimana ginjal
mengalami kerusakan yang membutuhkan perbaikan segera sebelum akhirnya
fungsi ginjal
menurun.
1-3
Pada suatu penelitian pasien dewasa, insidensi dari GnGA sekitar 209/1.000.000
populasi,
dan penyebab utama dari GnGA yaitu pre-renal sekitar 21% dari pasien dan
nekrosis tubular akut
sekitar 45%. Pada penelitian di pusat kesehatan tersier, 227 anak mendapat
dialisis selama interval
8 tahun dengan insidensi sekitar 0.8/100.000 total populasi.
1,2
Berdasarkan penelitian, pada neonatus, insidensi dari GnGA bervariasi antara 8%
sampai
24% dari neonatus, dan GnGA umumnya terjadi pada bayi yang akan menjalani
operasi bedah
jantung. Neonatus dengan asfiksia berat memiliki insidensi yang tinggi dari
GnGA dibandingkan
bayi dengan asfiksia sedang. Beberapa penelitian juga mencantumkan bahwa
bayi dengan Berat
Badan Lahir Sangat rendah (<1500 gram), dengan APGAR skor rendah,
terdapatnya patent ductus
arteriosus (PDA) dan ibu yang menerima antibiotik dan mengkonsumsi obat anti
inflamasi non
steroid dihubungkan dengan berkembangnya kejadian GnGA. Insidensi terjadinya
GnGA pada
Page 3
3
neonatus di negara sedang berkembang sekitar 3.9/1.000 neonatus yang dirawat
di ruang
perinatologi.
1,3
Beberapa
penelitian
menunjukkan,
faktor
lingkungan
dan
faktor
genetik
berperan dalam
berkembangnya GnGA pada neonatus dan anak. Gen polimorfi sebagian
dihubungkan dengan
terjadinya
GnGA.
Gen
polimorfi
dari Angiotensin
Converting
Enzym (ACE)
atau Angiotensin
Reseptor Gene, berpengaruh terhadap sistim renin angiotensin, yang sedikit
berperan dalam
berkembangnya terjadinya GnGA.
4,5
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui latar belakang risiko
terjadinya
GnGA yang dihubungkan dengan paparan obat, paparan toksin, kerugian oleh
karena proses
hipoksia atau iskemia atau kerugian lain yang akan berpengaruh dalam
penanganan dari anak
dengan risiko GnGA.
Etiologi
Acute Kidney Injury dibagi menjadi pre-renal injury, intrinsic renal disease,
termasuk kerusakan
vaskular, dan uropati obstruktif. Beberapa penyebab GnGA, termasuk nekrosis
korteks dan
trombosis vena renalis, lebih sering terjadi pada neonatus. Sedangkan HUS lebih
sering terjadi
pada anak lebih usia 1 sampai 5 tahun, dan RPGN umumnya lebih sering terjadi
pada anak lebih
besar dan remaja. Dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan laboratorium seperti
urinalisis dan
radiografi dapat menentukan penyebab dari GnGA.
1,4,8
a. Pre-renal Acute Kidney Injury
Pre-renal Acute Kidney Injury terjadi ketika aliran darah menuju ginjal berkurang,
dihubungkan
dengan kontraksi volum intravaskular atau penurunan volum darah efektif.
Seperti diketahui pada
pre-renal injury secara intrinsik ginjal normal, dimana volum darah dan kondisi
hemodinamik
dapat kembali normal secara reversibel. Keadaan pre-renal injury yang lama
dapat menimbulkan
intrinsic
GnGA dihubungkan
dengan
hipoksia/iskemia acute
tubular
Page 4
4
Pemberian inhibitor siklooksigenase seperti aspirin atau obat anti inflamasi non
steroid dapat
menghambat terjadinya mekanisme kompensasi dan mencetuskan insufisiensi
ginjal akut.
1,8
Ketika tekanan perfusi ginjal rendah, dengan akibat terjadi stenosis arteri renalis,
tekanan
intraglomerular
berusaha
untuk
meningkatkan
kecepatan
filtrasi,
yang
diperantarai oleh
peningkatan pembentukan angiotensin II intrarenal sehingga terjadi peningkatan
resistensi eferen
arteriolar. Pemberian inhibitor angiotensin-converting enzyme pada kondisi ini
dapat
menghilangkan tekanan gradien yang dibutuhkan untuk meningkatkan filtrasi
dan mencetuskan
terjadinya acute kidney injury.8,9
Pre-renal injury dihasilkan dari hipoperfusi ginjal berhubungan dengan kontraksi
volum
dari perdarahan, dehidrasi, penyakit adrenal, diabetes insipidus nefrogenik atau
sentral, luka bakar,
sepsis, sindrom nefrotik, trauma jaringan, dan sindrom kebocoran kapiler.
Penurunan volum darah
efektif terjadi ketika volum darah normal atau meningkat, namun perfusi ginjal
menurun
berhubungan dengan penyakit seperti gagal jantung kongestif, tamponade
jantung, dan sindrom
dan chronic injury, dan sel endotel telah diidentifikasi sebagai target dari
kelainan ini. Aliran darah
kapiler peritubular telah diketahui abnormal selama reperfusi, dan juga terdapat
kehilangan fungsi
Page 5
5
sel endotel normal yang dihubungkan dengan gangguan morfologi perikapiler
peritubular dan
fungsinya. Mekanisme dari kerusakan sel pada Hypoxic/ishemic acute kidney
injury tidak
diketahui, tetapi pengaruh terhadap endotel atau pengaruh nitrit oksida pada
tonus vaskular,
penurunan ATP dan pengaruh pada sitoskeleton, mengubah heat shock protein,
mencetuskan
respon inflamasi dan membentuk oksigen reaktif serta molekul nitrogen yang
masing-masing
berperan dalam terjadinya kerusakan sel.
8,9
Nitrit oksida merupakan vasodilator yang diproduksi dari endothelial nitric oxide
synthase
(eNOS), dan nitrit oksida membantu mengatur tonus vaskular dan aliran darah
ke ginjal. Penelitian
terkini
menduga
bahwa
kehilangan
fungsi
normal
eNOS
mengikuti
kejadian ischemic/hypoxic
injury yang mencetuskan vasokonstriksi. Berlawanan dengan hal tersebut,
peningkatan aktifitas
inducible
nitric
oxide
synthase (iNOS)
bersamaan
dengan
iNOS
membantu
terjadinya
pembentukan
oksigen
pembentukan
metabolit
reaktif
dan
molekul
synthase,
bersamaan
toksik
nitrit
oksida
termasuk peroxynitrate,
telah
diketahui
sebagai
perantara tubular
injury pada
hewan
percobaan
anak
dengan
kegagalan
multiorgan, systemic
inflammatory
response dipikirkan
berperan dalam GnGA sebagai disfungsi organ oleh aktivasi respon inflamasi,
termasuk
peningkatan
produksi
sitokin
dan
molekul
oksigen
reaktif,
Page 6
6
radikal hidroksil, asam hipokloral, dan peroksinitrit, atau melalui pelepasan dari
enzim proteolitik.
Myeloperoksidase dari aktivasi PMN menjadi hidrogen peroksida kemudian asam
hipoklor, yang
bereaksi dengan kelompok amino menjadi bentuk kloramin. Masing-masing
dapat mengoksidasi
protein, DNA, dan lipid, menghasilkan kerusakan jaringan penting. Molekul
adhesi sel endotel
lekosit diperlihatkan pada acute tubular necrosis yang tidak teratur, dan
pemberian molekul anti
adhesi dapat menurunkan kerusakan ginjal pada hewan percobaan dengan ATN.
10
Perbaikan dari hipoxic/ischemic dan nephrotoxic GnGA dapat sempurna ditandai
dengan
kembalinya fungsi ginjal menjadi normal, tetapi penelitian terkini menyebutkan
bahwa perbaikan
bersifat parsial dan pasien memiliki risiko tinggi untuk terjadi chronic kidney
disease kemudian.
10
- Nephrotoxic acute kidney injury
Obat-obatan yang dihubungkan dengan kejadian acute kidney injury, saat ini
dihubungkan dengan
toxic tubular injury, termasuk antibiotik golongan aminoglikosida,media kontras
intravaskular,
amfoterisin B, obat kemoterapi seperti ifosfamid dan cisplatin, asiklovir, dan
asetaminofen.
Nefrotoksisitas karena amoniglikosida ditandai dengan non oliguria GnGA,
dengan urinalisis
menunjukkan abnormalitas urin minimal. Insidensi dari nefrotoksisitas karena
aminoglikosa
dihubungkan dengan dosis dan lama penggunaan dari antibiotik serta fungsi
ginjal yang menurun
berhubungan dengan lama penggunaan aminoglikosa. Etiologi kejadian tersebut
dihubungkan
dengan disfungsi lisosom dari tubulus proksimal dan perbaikan fungsi ginjal akan
tercapai jika
pemakaian antibiotik dihentikan. Namun, setelah penghentian pemakaian
antibiotik
aminoglikosida, kreatinin serum dapat meningkat dalam beberapa hari, hal ini
dihubungkan
penyebab
dapat
menghasilkan
hemoglobinuria
atau
yang
mencetuskan terjadinya
kerusakan tubular dan acute kidney injury
- Uric acid nephropathy dan tumor lysis syndrome
Anak dengan acute lymphocytic leukemia dan B-cell lymphoma memiliki risiko
tinggi untuk
terjadinya GnGA, hal ini dihubungkan dengan uric acid nephropathy dan
atau tumor lysis
syndrome. Walaupun patogenesis dari uric acid nephropathy bersifat komplek,
mekanisme penting
Page 7
7
terjadinya kerusakan dihubungkan dengan munculnya kristal dalam tubulus,
yang menyebabkan
aliran urin terhambat, atau hambatan mikrovaskular ginjal, yang mengakibatkan
aliran darah ginjal
terhambat. Penyebab utama GnGA pada lekemia adalah berkembangnya tumor
lysis syndome
selama kemoterapi, tetapi dengan alopurinol akan membatasi peningkatan
ekskresi asam urat
merupakan
bentuk
rekombinan
dari urate
kali
larut
oxidase yang
allantoin,
yang
lima
lebih
daripada
asam
GnGA
selama tumor
lysis
syndrome dapat
menimbulkan
Acute kidney injury (AKI), yang sebelumnya dikenal dengan gagal ginjal akut
(GGA, acute renal failure [ARF]) merupakan salah satu sindrom dalam bidang
nefrologi yang dalam 15 tahun terakhir menunjukkan peningkatan insidens.
Peningkatan insidens AKI antara lain dikaitkan dengan peningkatan sensitivitas
kriteria
diagnosis
yang
menyebabkan
kasus
yang
lebih
ringan
dapat
terdiagnosis. Selain itu, juga disebabkan oleh peningkatan nyata kasus AKI akibat
meningkatnya populasi usia lanjut dengan penyakit komorbid yang beragam,
meningkatnya jumlah prosedur transplantasi organ selain ginjal, intervensi
diagnostik dan terapeutik yang lebih agresif.
Gagal ginjal akut ialah suatu sindroma klinik akibat adanya gangguan fungsi
ginjal
yang
terjadi
secara
mendadak
(dalam
beberapa
jam-hari)
yang
2.3 ETIOLOGI
Etiologi AKI dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan patogenesis AKI,
yakni (1) penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal tanpa menyebabkan
gangguan pada parenkim ginjal (AKI prarenal,~55%); (2) penyakit yang secara
langsung
menyebabkan
gangguan
pada
parenkim
ginjal
(AKI
I. Hipovolemia
-
obstruksi
-
usus
Kehilangan darah
Melalui
saluran
cerna
(muntah,
diare,
drainase),
melalui saluran
-
kulit
-
(luka bakar)
Aritmia
Sepsis,
sindrom
hepatorenal,
obat
dalam
dosis
berlebihan
-
Vasokonstriksi ginjal
Hiperkalsemia,
norepinefrin,
epinefrin,
siklosporin,
takrolimus,
-
amphotericin B
Perubahan
struktural
(usia
lanjut,
aterosklerosis,
hipertensi
-
kronik,
PGK
(penyakit
ginjal
kronik),
hipertensi
maligna),
-
2inhibi
-
tor),
vasokonstriksi
arteriol
aferen
(sepsis,
hiperkalsemia,
-
sindrom
radiokontras)
hepatorenal,
siklosporin,
takrolimus,
Stenosis a. renalis
V. Sindrom hiperviskositas
AKI Renal
I. Obstruksi renovaskular
-
trombosis,
emboli,
-
diseksi
aneurisma,
vaskulitis),
obstruksi
v.renalis
(trombosis,
-
kompresi)
Glomerulonefritis, vaskulitis
Toksin
Eksogen
(radiokontras,
siklosporin,
antibiotik,
asetaminofen),
endogen
kemoterapi,
-
pelarut
organik,
(rabdomiolisis, hemolisis,
-
(bakteri,
-
idiopatik
Protein
mieloma,
asam
urat,
oksalat,
asiklovir,
metotreksat,
sulfonamida
VI. Rejeksi alograf ginjal
AKI pascarenal
I. Obstruksi ureter
-
Batu,
gumpalan
darah,
papila
ginjal,
keganasan,
kompresi
eksternal
II. Obstruksi leher kandung kemih
-
keganasan, darah
III. Obstruksi uretra
-
ATOFISIOLOGI
Unit kerja fungsional ginjal disebut sebagai nefron. Setiap nefron terdiri
dari kapsula Bowman yang mengitari kapiler glomerolus, tubulus kontortus
proksimal, lengkung Henle, dan tubulus kontortus distal yang mengosongkan diri
ke duktus pengumpul.
Dalam
keadaan
ginjal
dan laju
filtrasi glomerolus
relatif konstan yang diatur oleh suatu mekanisme yang disebut otoregulasi. Dua
mekanisme yang berperan dalam autoregulasi ini adalah (9):
Selain
itu,
norepinefrin,
angiotensin
II,
dan
hormon
lain
juga
dapat
AKI Renal
Pada AKI renal, terjadi kelainan vaskular yang sering menyebabkan
nekrosis tubular akut (NTA), dimana pada NTA terjadi kelainan vaskular dan
tubular
Kelainan vaskular
Pada kelainan vaskular terjadi:
1.
Peningkatan
Ca2+ sitosolik
dan
arteriol
afferen
glomerulus
yang
serta penurunan prostaglandin dan ketersediaan nitrit oxide yang berasal dari
endotelial NO-sintase.
3.
Kelainan Tubular
Pada kelainan tubular terjadi:
1.
debris seluler akan membentuk substrat yang menyumbat tubulus, dalm hal ini
pada thick assending limb diproduksi Tamm-Horsfall protein (THP) yang
disekresikan ke dalam tubulus dalam bentuk monomer yang kemudian berubah
menjadi polimer yang akan membentuk materi berupa gel dengan adanya
natrium yang konsentrasinya meningkat pada tubulus distalis. Gel polimerik THP
bersama sel epitel tubulus yang terlepas, baik sel yang sehat, nekrotik, maupun
yang apoptopik, mikrovili dan matriks ekstraseluler seperti fibronektin akan
membentuk silinder-silinder yang akan menyebabkan obstruksi tubulus ginjal.
4.
proses
tersebut
di
atas
secara
bersama-sama
yang
akan
Page 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hiperurisemia telah dikenal sejak abad ke-5 SM. Penyakit ini lebih banyak
menyerang pria daripada perempuan, karena pria memiliki kadar asam urat
yang lebih
tinggi daripada perempuan selain itu karena perempuan mempunyai hormon
esterogen
yang ikut membuang asam urat melalui urin. Faktor tersebut semakin
menambah
kekhawatiran masyarakat terutama yang tinggal di daerah perkotaan karena
pola makan
mereka yang serba mewah tetapi salah (Utami,2004)
A. Definisi Hiperurisemia
1. Definisi
Hiperurisemia adalah konsentrasi monosodium urat dalam plasma yang
melebihi batas kelarutan yaitu lebih dari 7 mg/dl (Asdie,2000). Hiperurisemia
berkaitan dengan resiko mengalami penyakit gout (Asdie,2000)
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hiperurisemia dibagi menjadi 2 yaitu :
Hiperurisemia primer, yang penyebabnya belum diketahui dan hiperurisemia
sekunder, yang diketahui penyebabnya seperti kelainan glikogen dan ginjal
(Utami,2004). Sedang menurut buku lain karangan Krisnatuti, penyebab
hiperurisemia adalah gangguan metabolisme sejak lahir. Gangguan ini
menyebabkan kadar asam urat dalam serum tinggi. Selain itu, kadar asam urat
juga tegantung pada beberapa faktor antara lain konsumsi makanan yang tinggi
purin, berat badan, jumlah alkohol yang diminum,obat diuretik atau analgetik,
faal
ginjal dan volume urin perhari (Krisnatuti,2008). Sedangkan menurut Junaidi,
hiperurisemia terjadi karena pembentukan asam urat berlebihan, pengeluaran
asam urat melalui ginjal kurang dan perombakan dalam usus yang berkurang
(Junaidi,2006)
Page 1
2
Page 7
8
Model Hewan untuk Gout
Ketika terjadi ketidakseimbangan kedua proses tersebut maka terjadi keadaan
hiperurisemia, yang menimbulkan hipersaturasi asam urat, yaitu kelarutan
asam urat pada serum melewati ambang batas, sehingga merangsang
timbunan urat dalam bentuk garamnya terutama monosodium urat di berbagai
tempat/jaringan
Page 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengetahuan
Salah satu domain perilaku kesehatan adalah pengetahuan. Pengetahuan
merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap objek tertentu. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan
lebih
langgeng
daripada
perilaku
yang
tidak
didasari
pengetahuan.
(Notoatmodjo,
2003).
Ada beberapa langkah / proses sebelum orang mengadopsi perilaku baru.
Pertama adalah awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari
stimulus
Page 2
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi
dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode prinsip dsb.
4. Analisa (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja,
dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada misalnya dapat menyusun,
merencanakan, meringkas, dan dapat menyesuaikan terhadap teori yang
ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu
Universitas Sumatera Utara
Page 3
kriteria yang ditemukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang
telah ada. (Notoatmodjo, 2003)
Page 4
2.3. Gout
2.3.1 Defenisi gout
Menurut American College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan
potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama,
gejalanya
biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu sendi.
Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang
paling sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol
kaki, dapat juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki,
lutut,
lengan, pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan
tendon. Biasanya hanya mempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa
menjadi semakin parah dan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa
sendi. Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan
metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat
(hiperurisemia).
Asam urat merupakan senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses
katabolisme purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam
deoksiribonukleat). (Syukri, 2007). Gout dapat bersifat primer, sekunder,
maupun
idiopatik. Gout primer merupakan akibat langsung pembentukan asam urat
tubuh
yang berlebihan atau akibat penurunan ekskresi asam urat. Gout sekunder
disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekskresi asam
urat yang berkurang akibat proses penyakit lain atau pemakaian obat-obatan
tertentu sedangkan gout idiopatik adalah hiperurisemia yang tidak jelas
penyebab
primer, kelainan genetik, tidak ada kelainan fisiologis atau anatomi yang
jelas.(Putra, 2009)
2.3.2. Etiologi
Page 5
produksi yang berlebih (10-20%). Hiperurisemia karena kelainan enzim spesifik
diperkirakan hanya 1% yaitu karena peningkatan aktivitas varian dari enzim
phosporibosylpyrophosphatase (PRPP) synthetase, dan kekurangan sebagian dari
enzim hypoxantine phosporibosyltransferase (HPRT). Hiperurisemia primer
karena penurunan ekskresi kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik dan
menyebabkan
gangguan
pengeluaran
asam
urat
yang
menyebabkan
hiperurisemia.
Hiperurisemia akibat produksi asam urat yang berlebihan diperkirakan terdapat
3
mekanisme.
pertama, kekurangan enzim menyebabkan kekurangan inosine monopospate
(IMP) atau purine nucleotide yang mempunyai efek feedback inhibition
proses biosintesis de novo.
Kedua, penurunan pemakaian ulang menyebabkan peningkatan jumlah
PRPP yang tidak dipergunakan. Peningkatan jumlah PRPP menyebabkan
biosintesis de novo meningkat.
Ketiga, kekurangan enzim HPRT menyebabkan hipoxantine tidak bisa
diubah kembali menjadi IMP, sehingga terjadi peningkatan oksidasi
Page 6
akibat penurunan ekskresi dikelompokkan dalam beberapa kelompok yaitu
karena
penurunan masa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus, penurunan fractional uric
acid clearence dan pemakaian obat-obatan.(Putra, 2009)
2.3.2.3. Hiperurisemia dan Gout idiopatik
Hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primernya, kelainan genetik,
tidak ada kelainan fisiologis dan anatomi yang jelas