PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa derajat kesehatan
dipengaruhi 4 faktor, yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor
keturunan. Menurut H.L Blum yang paling besar pengaruhnya terhadap kesehatan
adalah lingkungan, kemudian perilaku dan pelayanan kesehatan, dan yang terkecil
faktor keturunan1,2sari.
Lebih dari separuh jenis penyakit dan kematian pada anak balita disebabkan oleh
kuman yang masuk ke dalam mulut melalui makanan, air dan tangan yang kotor. Banyak
kuman yang berasal dari kotoran manusia dan binatang. Banyak penyakit, terutama
diare, dapat dicegah bila terbiasa menjaga kebersihan diri dan kesehatan lingkungan:
huang air besar di jamban, mencuci tangan dengan sabun dan air sesudah buang air
bC(sar, membersihkan tinja anak., sebelum memberi makan anak atau menyentuh
makanan. Buanglah kotoran binatang jauh dari rumah; halarnap, swnur dan tempat anakanak bernain. Setiap orang di masyarakat perlu bekerjasama untuk membuat dan
menggunakan jamban, memelihara sumber air, membuat pembuangan air limbah dan
sarana pembuangan sampah. Peran pemerintah, dalam memberi dukimgan kepada
masyarakat dengan menyediakan ipformasi tentang jamban yang murah yang dapat
dimiliki setiap keluarga, adalah peilting. Di daerah perkotaan, dukungan pemerintah
sangat diperlukan untuk sistem pembuangan air limbah dan sanitasi yang murah,
perbaikan penyediaan air minum dan pengumpulan sampah pedoman.
Kalimantan Selatan yang memiliki banyak sungai dan parit pada musim
pancaroba (peralihan musim hujan ke musim kemarau) ini kembali diserang berbagai
penyakit yang terkait buruknya sanitasi lingkungan, terutama diare. Hingga Juli ini
setidaknya sudah lima orang balita meninggal akibat menderita diare.
Wakil Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan (Kalsel) M Hatta Antan
Mas di Banjarmasin, Kamis (8/7), mengatakan hal ini. Mulai Januari hingga Juli ini
kasus diare di Kalsel mencapai 5.793 kasus.
Dari catatan Dinas Kesehatan Kalsel, kasus diare terbanyak menyerang
Kabupaten Hulu Sungai Utara yang mencapai 1.788 kasus. Disusul kemudian
Kabupaten Barito Kuala dengan 1.188 kasus.
Tahun lalu kasus diare mencapai 36.415 yang mengakibatkan empat warga
meninggal dunia. Hatta mengatakan kasus diare akan semakin meningkat seiring
dengan berlangsungnya kemarau panjang. "Saat ini baru awal kemarau saja.
Kemungkinan jika kemarau akan panjang, maka jumlah kasus diare akan bertambah
banyak pula," katanya.
Banyaknya kasus diare sangat terkait dengan faktor lingkungan dan perilaku
masyarakat yang kurang menyadari sanitasi lingkungan. Korban diare umumnya
berasal dari lapisan masyarakat bawah yang bermukim di daerah padat.
Wilayah endemis serangan diare meliputi hampir seluruh wilayah kabupaten/kota di
Kalsel. Terutama di daerah yang memiliki permukiman padat penduduk dan masih
mengandalkan pemanfaatan air sungai seperti Banjarmasin.
Dari pemantauan Kompas, saat ini sungai-sungai yang melewati Kota
Banjarmasin debit airnya sudah berkurang. Hal itu mengakibatkan air pasang yang
berasal dari laut lebih dominan mendesak masuk ke sungai sehingga air sungai masin
(terasa asin).
Selain masin, air sungai di perkotaan juga kotor karena sungai di Banjarmasin
hingga kini masih menjadi tempat pembuangan sampah nomor satu bagi warga kota.
"Padahal kami warga di Kelayan ini masih menggunakan air sungai ini untuk
konsumsi, tapi mereka masih membuang sampah di sini," kata Masdari, warga tepian
Sungai Kelayan.
Direktur
Bidang Teknik
Perusahaan
Daerah Air
Minum
(PDAM)
20
kali
ambang
normal
atau
5.000
miligram
per
liter.
Bahkan PDAM Bandarmasih sendiri kini sudah tidak memakai pasokan bahan baku
dari Sungai Bilu sepekan terakhir karena kualitas air sungai sudah tidak bisa diproses
lagi. PDAM mengimbau masyarakat agar tidak mengonsumsi air sungai. "Kami
sudah mengoperasikan 11 mobil, biasanya hanya 5 mobil," kata Fajar.AMPL2
II. Permasalahan
Dari uraian di atas dapat diambil suatu permasalahan yaitu bagaimana upaya
menurunkan angka kesakitan penyakit diare melalui kesehatan lingkungan dan
perorangan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Diare
I.1 Definisi
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari, dengan/tanpa darah dan/atau
lendir dalam tinja ge.
I.2 Etiologi
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar,
tetapi yang sering ditemukandi lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan
oleh infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare dapat dilihat dari bagan
1 berikut : P2diare
I.3 Epidemiologi
Sampai saat ini penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di
Indonesia. Di kota Banjarmasin, penyakit diare pun masih merupakan masalah
kesehatan yang utama.................ksari
Epidemiologi diare tergantung dari 3 faktor, yaitu : P2diare
1. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan resiko terjadinya diare, perilaku tersebut antara lain :
a) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita
diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
b) Menggunakan botol susu, penggunakan botol ini memudahkan pencernaan
oleh kuman, karena botol susah dibersihkan.
c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak.
d) Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari
sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Perncemaran dirumah dapat
terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar
menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
f) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering
beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja
binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit
dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang
dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti :
Shigella dan V.cholerae.
b. Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan resiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada
penderita gizi buruk.
c. Campak. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak
yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai
akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
d. Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung
sementaram, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin
yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (Autoimune Deficiensy
Syndrome). Pada penderita anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi
karena kuman yang tidak patogen dan mungin juga berlangsung lama.
e. Secara proporsional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55%).
3. Faktor Lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua
faktor yang dominan, yaitu : sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua
faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman,
maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
b. Diare kronik
Patogenesis diare kronik lebih rumit karena terdapat beberapa faktor yang
satu sama lain saling mempengaruhi.
dalam usus. Akibatnya bakteri, virus, parasit dan jamur akan masuk ke dalam
usus dan berkembang biak dengan leluasa sehingga terjadi over growth
dengan akibat lebih lanjut berupa diare kronik dan malabsorpsi makanan.
I.5 Penatalaksanaan
Prosedur tatalaksana penderita diare terdiri dari : a) Menilai derajat dehidrasi,
b) Menentukan rencana pengobatan.
Tabel 1. Penilaian Derajat Dehidrasi dan menentukan rencana pengobatan
Penilaian
A
B
C
1. Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar
Gelisah, rewel
*Lesu, lunglai atau
tidak sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung dan
kering
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Mulut & lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Minum biasa, tidak *Haus, ingin
*Malas minum atau
haus
minum banyak
tidak bisa minum
2. Periksa :
Turgor kulit
Kembali cepat
*Kembali lambat
*Kembali sangat
lambat
3. Derajat
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi
Dehidrasi berat
dehidrasi
ringan/sedang
4. Terapi
Rencana terapi A
Untuk mengobati
diare di rumah,
rehidrasi dengan
cairan rumah
tangga dan
makanan untuk
mencegah kurang
gizi.
Rehidrasi dengan
minum oralit
peroral
Rehidrasi dengan
oralit peroral
melalui minum/pipa
nasogastrik atau
pemberian cairan
parenteral(intavena)
10
RENCANA TERAPI A
11
12
bersama
tinja.
Pemberian
dalam
dosis
adekuat
(sampai
dengan
III.
Kesehatan Lingkungan
A. Definisi
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan
yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan
yang optimum pula 1.
13
14
Mengingat hal-hal tersebut di atas, maka usaha dalam hygieni dan sanitasi
lingkungan di Indonesia terutama meliputi : ikm
Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas dan kuantitasnya.
Mengatur pembuangan kotoran, sampah dan air limbah.
Mendirikan rumah-rumah sehat, menambah jumlah rumah agar rumah-rumah
tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang yang sehat
Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit sepeti : lalat, nyamuk, kutukutu serta binatang reservoir penyakitnya.
Disamping itu juga dilakukan pengawasan terhadap : ikm
Bahaya pengotoran udara (air pollution)
Bahaya radiasi dari sisa-sisa zat radioaktif sesuai dengan perkembangan negara
C. Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan terwujudnya kualitas
lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari segala
kemungkinan resiko kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan atau bahaya
kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga dan masyarakat yang lebih baik 9.
D. Tujuan Khusus 9
a. Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin masyarakat
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
b. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikutsertaan sektor lain
yang berkaitan, serta bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan
pelestarian lingkungan hidup.
15
c. Terlaksananya
peraturan
perundang-undangan
tentang
penyehatan
masyarakat,
tempat
pembuatan/
penjualan
makanan,
16
8. Klinik sanitasi
Konseling sanitasi
17
F. Program-Program Kesehatan
Pemberantasan Penyakit Diare
1.
Lingkungan
yang
Terkait
dengan
yang memenuhi syarat kesehatan bagi seluruh penduduk baik yang di pedesaan
maupun di perkotaan disertai peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat dalam pengamanan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan.
Air diperlukan untuk minum, memasak, mandi, mencuci, membersihkan dan
keperluan lainnya. Untuk semua keperluan ini diperlukan air yang memenuhi syarat
kesehatan baik kuantitas maupun kualitasnya. Syarat-syarat air minum yang sehat :
ikm
Syarat kuantitas
Jumlah air untuk keprluan rumah tangga per hari per kapita tidaklah sama pada
setiap negara. Pada umumnya dapat dikatakan di negara-negara yang sudah
maju, jumlah pemakaian air per hari per kapita lebih besar dari pada di negaranegara yang sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan 100 liter/hari/kpita
dengan perincian :
Minum
: 5 liter
Memasak
: 5 liter
Membersihkan/mencuci
: 15 liter
Mandi
: 30 liter
Kakus (WC)
: 45 liter
18
Syarat kualitas
Air rumah tangga harus memenuhi syarat : fisis, khemis, dan syarat
bakteriologis.
o Syarat fisis, yaitu :
Jernih
Tak berwarna
Tak berasa
Tak berbau
o Syarat kimiawi
Yaitu tidak mengandung zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan
seperti zat-zat racun, dan tidak mengandung mineral-mineral serta zat-zat
organik lebih tinggi dari jumlah yang ditentukan. Misalnya zat-zat berikut
tidak boleh lebih dari : ikm
Zn
: 0,05 mg/L
Pb
: 0,05 mg/L
Cu
: 0,05 mg/L
FE
: 0,01 mg/L
Cl
: 250,00 mg/L
Sulfat
: 250,00 mg/L
Fluorida
: 1,00 mg/L
o Syarat bakteriologis
1. Tidak mengandung suatu bibit penyakit. Air tidak boleh mengandung
bibit penyakit. Penyakit-penyakit yang sering menular dengan perantaran
air adalah penyakit-penyakit yang tergolong dalam water born disease
yaitu :
Cholera dan Paracholera Eltor
Typhus abdomninalis dan Paratypus A, B dan C
Dysenteria bacillaris dan dysenteria amoebica
Hepatitis infectiosa
Poliomyelitis anterior acuta
Penyakit-penyakit karena cacing
2. Tidak mengandung bakteri Eschericia coli.
3. Bakteri saprofit tidak lebih dari 100/ml air.
2.
20
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
Cara penyimpanan dan pengirima bahan makanan dan minuman yang sudah
jadi.
Adanya sumber air bersih, kakus, tempat cuci tangan dalam perusahaan
untuk para karyawannya.
5.
6.
2.
3.
Pembuangan Sampah
Yang dimaksud dengan sampah adalah semua zat/benda yang sudah tidak
terpakai lagi baik berasal dari rumah, maupun sisa-sisa proses industri. Sampah ini
dibagi dalam :
a) Garbage : adalah sisa-sisa pengolahan ataupun sisa makanan yang mudah
membusuk.
b) Rubbish : adalah bahan-bahan sisa pengolahan yang tidak membusuk. Rubbish
ini ada yang mudah terbakar, misalnya : kayu, kertas. Ada yang tidak
terbakar misalnya : kaleng, kawat.
Agar sampah ini tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu
pengaturan pembuangannya. Dalam pengelolaan sampah perlu diperhatikan :
1) Penyimpanan (storage)
22
sampah
di
kota-kota
dilakukan
pemerintah
dengan
23
24
ini, sampah menjadi tidak disukai lagi baik oleh serangga maupun tikustikus.
f) Composting
Dari sampah ayng terbuang masih dapat dibuat pupuk sebagai penyubur
tanah pertanian.
g) Hogfeeding (sebagai makanan ternak)
Yang dapat dipergunakan ialah jenis garbage misalnya sisa sayuran, ampas
pembuatan tapioka, ampas pembuatan tahu. Diberikan kepada ternak sebagai
makanannya.
h) Recycling
Dengan cara ini dimaksudkan : untuk mengurangi jumlah sampah, maka
bagian-bagian sampah yang masih dapat dipakai/digunakan diambil kembali.
Pembuangan air Limbah
Yang dimaksud dengan air limbah (sewage) adalah air eksreta manusia, air
kotor dari dapur, kamar mandi, WC, dari perusahaan-perusahaan termasuk pula air
kotor dari permukaan tanah dan air hujan. Sewage ini dibedakan :
Domestic sewage : sewage yang berasal dari rumah-rumah
Industrial sewage : sewage yang berasal dari sisa-sisa proses industri
Maksud pengaturan pembuangan air limbah adalah :
Untuk mencegah pengotoran sumber air rumah tangga
Untuk menjaga makanan kita misalnya sayuran yang dicuci dengan air permukaan
Perlindungan terhadap ikan yang hidup dalam kolam ataupun di kali
Menghindari pengotoran tanah permukaan
25
26
27
Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan
CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia yang
dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, yang pada umumnya disebut
latrine (water closet, jamban atau kakus).
Pembuangan kotoran (faeces dan urina) yang tidak menurut aturan
memudahkan terjdinya penyebaran water borne disease. Syarat pembuangan yang
memenuhi aturan kesehtan menurut Ehlers dan Steel adalah ;
a) Tidak boleh mengotori tanah permukaan
b) Tidak boleh mengotori air permukaan
c) Tidak boleh megotori air dalam tanah
d) Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai lalat bertelur atau
perkembangbiakan vektor penyakit lainnya.
e) Kakus harus terlingdung dari penglihatan orang lain
f) Pembuatannya mudah dan murah
Bangunan kakus yang memenuhi syarat kesehatan terdiri atas (Gambar 1): ikm
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bidang resapan
28
Pit-privy (Cubluk)
Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanaj dengan
diameter 80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Dindingnya diperkuat dengan
batu/bata, dapat ditembok ataupun tidak, agar tidak mudah ambruk. Lama
pemakaian 5-15 tahun.
Bila permukaan eksreta sedah mencapai + 50 cm dari permukaan
tanah, dianggap cubluk sudah penuh. Cubluk yang penuh ini ditimbun dengan
tanah. Tunggu 9-12 bulan, isinya digali kembali untuk digunakan sebagai pupuk,
sedangkan lubangnya dapat dipergunakan kembali. Sementara yang penuh
ditimbun, maka untuk defekasi dibuat cubluk yang baru. Kakus jenis ini hanya
baik dibuat di tempat-tempat di mana air tanah letaknya dalam.
29
30
3.
lebih praktis
31
5.
6.
Trench latrine
Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempat defekasi.
Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya.
7.
Overhung latrine
32
Rumah Sehat
Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan
hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan
yang tidak cukup dn terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit
dalam masyarakat. Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow :
ikm
33
Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, jadi harus ada ruangan untuk
menerima tamu.
Harus ada tempat pembuanga kotoran, sampah dan air limbah yang baik.
Harus cukup luas. Luas kamar tidur + 5 m2 per kapita per luas lantai.
34
35
BAB III
KESIMPULAN
36
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
37
10.
11.
12.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
38