Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa derajat kesehatan
dipengaruhi 4 faktor, yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan faktor
keturunan. Menurut H.L Blum yang paling besar pengaruhnya terhadap kesehatan
adalah lingkungan, kemudian perilaku dan pelayanan kesehatan, dan yang terkecil
faktor keturunan1,2sari.
Lebih dari separuh jenis penyakit dan kematian pada anak balita disebabkan oleh
kuman yang masuk ke dalam mulut melalui makanan, air dan tangan yang kotor. Banyak
kuman yang berasal dari kotoran manusia dan binatang. Banyak penyakit, terutama
diare, dapat dicegah bila terbiasa menjaga kebersihan diri dan kesehatan lingkungan:
huang air besar di jamban, mencuci tangan dengan sabun dan air sesudah buang air
bC(sar, membersihkan tinja anak., sebelum memberi makan anak atau menyentuh
makanan. Buanglah kotoran binatang jauh dari rumah; halarnap, swnur dan tempat anakanak bernain. Setiap orang di masyarakat perlu bekerjasama untuk membuat dan
menggunakan jamban, memelihara sumber air, membuat pembuangan air limbah dan
sarana pembuangan sampah. Peran pemerintah, dalam memberi dukimgan kepada
masyarakat dengan menyediakan ipformasi tentang jamban yang murah yang dapat
dimiliki setiap keluarga, adalah peilting. Di daerah perkotaan, dukungan pemerintah
sangat diperlukan untuk sistem pembuangan air limbah dan sanitasi yang murah,
perbaikan penyediaan air minum dan pengumpulan sampah pedoman.

Kalimantan Selatan yang memiliki banyak sungai dan parit pada musim
pancaroba (peralihan musim hujan ke musim kemarau) ini kembali diserang berbagai
penyakit yang terkait buruknya sanitasi lingkungan, terutama diare. Hingga Juli ini
setidaknya sudah lima orang balita meninggal akibat menderita diare.
Wakil Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan (Kalsel) M Hatta Antan
Mas di Banjarmasin, Kamis (8/7), mengatakan hal ini. Mulai Januari hingga Juli ini
kasus diare di Kalsel mencapai 5.793 kasus.
Dari catatan Dinas Kesehatan Kalsel, kasus diare terbanyak menyerang
Kabupaten Hulu Sungai Utara yang mencapai 1.788 kasus. Disusul kemudian
Kabupaten Barito Kuala dengan 1.188 kasus.
Tahun lalu kasus diare mencapai 36.415 yang mengakibatkan empat warga
meninggal dunia. Hatta mengatakan kasus diare akan semakin meningkat seiring
dengan berlangsungnya kemarau panjang. "Saat ini baru awal kemarau saja.
Kemungkinan jika kemarau akan panjang, maka jumlah kasus diare akan bertambah
banyak pula," katanya.
Banyaknya kasus diare sangat terkait dengan faktor lingkungan dan perilaku
masyarakat yang kurang menyadari sanitasi lingkungan. Korban diare umumnya
berasal dari lapisan masyarakat bawah yang bermukim di daerah padat.
Wilayah endemis serangan diare meliputi hampir seluruh wilayah kabupaten/kota di
Kalsel. Terutama di daerah yang memiliki permukiman padat penduduk dan masih
mengandalkan pemanfaatan air sungai seperti Banjarmasin.
Dari pemantauan Kompas, saat ini sungai-sungai yang melewati Kota
Banjarmasin debit airnya sudah berkurang. Hal itu mengakibatkan air pasang yang

berasal dari laut lebih dominan mendesak masuk ke sungai sehingga air sungai masin
(terasa asin).
Selain masin, air sungai di perkotaan juga kotor karena sungai di Banjarmasin
hingga kini masih menjadi tempat pembuangan sampah nomor satu bagi warga kota.
"Padahal kami warga di Kelayan ini masih menggunakan air sungai ini untuk
konsumsi, tapi mereka masih membuang sampah di sini," kata Masdari, warga tepian
Sungai Kelayan.
Direktur

Bidang Teknik

Perusahaan

Daerah Air

Minum

(PDAM)

Bandarmasih, Banjarmasin, Fajar Desira menegaskan, air sungai di Banjarmasin


sudah tak layak konsumsi. Selain kotor, juga karena kadar garam (salinitas) sudah
mencapai

20

kali

ambang

normal

atau

5.000

miligram

per

liter.

Bahkan PDAM Bandarmasih sendiri kini sudah tidak memakai pasokan bahan baku
dari Sungai Bilu sepekan terakhir karena kualitas air sungai sudah tidak bisa diproses
lagi. PDAM mengimbau masyarakat agar tidak mengonsumsi air sungai. "Kami
sudah mengoperasikan 11 mobil, biasanya hanya 5 mobil," kata Fajar.AMPL2

Dalam upaya untuk menurunkan angka kesakitan penyakit diare maka


kegiatan intervensi pada komponen-komponen lingkungan tertentu, harus disertai
dengan kegiatan untuk membina kebiasaan dan perilaku masyarakat dalam
pemanfaatan dan pemeliharaan sarana kesehatan lingkungan dan perilaku dalam
hygiene perorangan serta kebersihan lingkungan. Bila tidak demikian, maka semua
intervensi terhadap komponen-komponen lingkungan pemukiman tidak akan
memberi dampak seperti yang diharapkan1.

II. Permasalahan
Dari uraian di atas dapat diambil suatu permasalahan yaitu bagaimana upaya
menurunkan angka kesakitan penyakit diare melalui kesehatan lingkungan dan
perorangan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.

Diare

I.1 Definisi
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari, dengan/tanpa darah dan/atau
lendir dalam tinja ge.
I.2 Etiologi
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6 golongan besar,
tetapi yang sering ditemukandi lapangan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan
oleh infeksi dan keracunan. Untuk mengenal penyebab diare dapat dilihat dari bagan
1 berikut : P2diare

Bagan 1. Penyebab Penyakit Diare

I.3 Epidemiologi
Sampai saat ini penyakit diare masih merupakan masalah masyarakat di
Indonesia. Di kota Banjarmasin, penyakit diare pun masih merupakan masalah
kesehatan yang utama.................ksari
Epidemiologi diare tergantung dari 3 faktor, yaitu : P2diare
1. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui fecal oral antara lain melalui
makanan/minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja
penderita. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan
meningkatkan resiko terjadinya diare, perilaku tersebut antara lain :
a) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita
diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
b) Menggunakan botol susu, penggunakan botol ini memudahkan pencernaan
oleh kuman, karena botol susah dibersihkan.
c) Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Bila makanan disimpan
beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak.
d) Menggunakan air minum yang tercemar. Air mungkin sudah tercemar dari
sumbernya atau pada saat disimpan di rumah. Perncemaran dirumah dapat
terjadi kalau tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar
menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja
anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.
f) Tidak membuang tinja (termasuk tinja bayi) dengan benar. Sering
beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja
binatang dapat menyebabkan infeksi pada manusia.
2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare
Beberapa faktor pada penjamu dapat meningkatkan insiden, beberapa penyakit
dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Tidak memberikan ASI sampai 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang
dapat melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti :
Shigella dan V.cholerae.
b. Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama dan resiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi, terutama pada
penderita gizi buruk.
c. Campak. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak
yang sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini sebagai
akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
d. Imunodefisiensi/imunosupresi. Keadaan ini mungkin hanya berlangsung
sementaram, misalnya sesudah infeksi virus (seperti campak) atau mungkin
yang berlangsung lama seperti pada penderita AIDS (Autoimune Deficiensy
Syndrome). Pada penderita anak imunosupresi berat, diare dapat terjadi
karena kuman yang tidak patogen dan mungin juga berlangsung lama.

e. Secara proporsional, diare lebih banyak terjadi pada golongan balita (55%).
3. Faktor Lingkungan dan perilaku
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua
faktor yang dominan, yaitu : sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua
faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor
lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan
perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman,
maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.

I.4 Patogenesis kasari


Sesuai dengan perjalanan penyakit diare, patogenesis penyakit diare dibagi atas 3:
a. Diare akut
Patogenesis diare akut oleh infeksi, pada garis besarnya dapat digambarkan
sebagai berikut :
-

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran pencernaan.

Berkembangbiaknya mikroorganisme tersebut setelah berhasil melewati asam


lambung.

Dibentuknya toksin (endotoksin) oleh mikroorganisme.

Adanya rangsangan pada mukosa usus yang menyebabkan terjadinya


hiperperistaltik dan sekresi cairan usus mengakibatkan terjadinya diare.

b. Diare kronik
Patogenesis diare kronik lebih rumit karena terdapat beberapa faktor yang
satu sama lain saling mempengaruhi.

Faktor-faktor tersebut antara lain :


Infeksi bakteri, misalnya ETEC (Entero Toxigenic E. Coli) yang sudah
resisten terhadap obat. Juga diare kronik dapat terjadi kalau ada pertumbuhan
bakteri berlipat ganda (over growth) dari bakteri non patogen, seperti :
Pseudomonas, Klebsiella dsb.
Infeksi parasit : terutama E. Histolytica, Giardia lamblia, Trichuris trichiura,
Candida, dsb

KKP (Kekurangan Kalori Protein)


Pada penderita KKP terdapat atrofi semua organ termasuk atrofi mukosa usus
halus, mukosa lambung, hepar dan pankreas. Akibatnya terjadi defisiensi
enzim yang dikeluarkan oleh organ-organ tersebut (laktase, maltase, sukrase,
HCl, tripsin, pankreatin, lipase dsb) yang menyebabkan makanan tidak dapat
dicerna dan diabsorpsi dengan sempurna. Makanan yang tidak diabsorpsi
tersebut akan menyebabkan tekanan osmotik koloid di dalam lumen usus
meningkat yang menyebabkan terjadinya diare osmotik. Selain itu juga akan
menyebabkan over growth bakteri yang akan menambah beratnya
malabsorpsi dan infeksi.
Gangguan imunologik
Usus merupakan organ utama dari daya pertahanana tubuh. Defisiensi dari
Secretory Immunoglobulin A (SIgA) dan Cell Mediated Immunity (CMI) akan
menyebabkan tubuh tidak mampu mengatasi infeksi dan infestasi parasit

dalam usus. Akibatnya bakteri, virus, parasit dan jamur akan masuk ke dalam
usus dan berkembang biak dengan leluasa sehingga terjadi over growth
dengan akibat lebih lanjut berupa diare kronik dan malabsorpsi makanan.
I.5 Penatalaksanaan
Prosedur tatalaksana penderita diare terdiri dari : a) Menilai derajat dehidrasi,
b) Menentukan rencana pengobatan.
Tabel 1. Penilaian Derajat Dehidrasi dan menentukan rencana pengobatan
Penilaian
A
B
C
1. Lihat :
Keadaan umum Baik, sadar
Gelisah, rewel
*Lesu, lunglai atau
tidak sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung dan
kering
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Mulut & lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Minum biasa, tidak *Haus, ingin
*Malas minum atau
haus
minum banyak
tidak bisa minum
2. Periksa :
Turgor kulit
Kembali cepat
*Kembali lambat
*Kembali sangat
lambat
3. Derajat
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi
Dehidrasi berat
dehidrasi
ringan/sedang

4. Terapi

Rencana terapi A
Untuk mengobati
diare di rumah,
rehidrasi dengan
cairan rumah
tangga dan
makanan untuk
mencegah kurang
gizi.

Bila ada 1 tanda *


ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Rencana terapi B

Bila ada 1 tanda *


ditambah 1 atau
lebih tanda lain
Rencana terapi C

Rehidrasi dengan
minum oralit
peroral

Rehidrasi dengan
oralit peroral
melalui minum/pipa
nasogastrik atau
pemberian cairan
parenteral(intavena)

10

RENCANA TERAPI A

Selain terapi cairan, juga diberikan pengobatan kausal dan pengobatan


simtomatik.
Pengobatan Kausal
Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah kita mengetahui
penyebabnya yang pasti. Jika kausa diare ini penyakit parenteral, diberikan antibiotia
sistemik. Jika tidak terdapat infeksi parenteral, sebenarnya antibiotika baru boleh
diberikan kalau pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan bakteri patogen.
Karena pemeriksaan untuk menemukan bakteri ini kadang-kadang sulit atau hasil
pemeriksaan datang terlambat, antibiotika dapat diberikan dengan memperhatikan
umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja dan sebagainya. ge
Di Indonesia diperkirakan kasus diare yang disebabkan oleh infeksi (termasuk
virus) kira-kira 50-75%. Menemukan kuman pada pemeriksaan mikroskopik
umumnya sulit. Oleh karena itu dipakai pegangan yang lebih mudah : bila pada
pemeriksaan tinja ditemukan leukosit 10-20/LP (dengan menggunakan pembesaran
200x), maka penyebab diare tersebut dapat dianggap infeksi enteral., maka penyebab
diare tersebut dapat dianggap infeksi enteral. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas,
pada penderita diare antibiotika hanya boleh diberika jika :
Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan/atau biakan.

11

Pada pemeriksaan makroskopik dan/atau mikroskopik ditemukan darah pada


tinja.
Secara klinis terdapat tandat-tanda yang menyokokng adanya infeksi enteral
(lihat Tabel 1).
Di daerah endemik kolera (diberikan tetrasiklin).
Pada neonatus jika diduga terjadi infeksi nosokomial.
Pengobatan Simtomatik
Obat-obat anti diare : Obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara
cepat seperti antispamodik/spasmolitik atau opium (papaverin, ekstraktum
beladona, loperamid, kodein) justru akan memperburuk keadaan karena akan
menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan menyebabkan
terjadinya perlipatgandaan (over growth) bakteri, gangguan digesti dan
absorpsi.
Adsorbents : Obat-obat adsorbents seperti kaolin, pektin, charcoal (norit,
tabonal), bismuth subbikarbonat dan sebagainya, telah dibuktikan tidak ada
manfaatnya
Stimulan : Obat-obat stimulan seperti adrenalin, nikotonamide tidak akan
memerbaiki renjatan atau dehidrasi karena penyebab dehidrasi ini adalah
kehilangan cairan (syok hipovolemik) sehingga pengobatan yang paling tepat
adalah pemberian cairan secepatnya.
Antiemetik : Obat antiemetik seperti chlorpromazine (largactil) terbukti
selain mencegah muntah juga dapat mengurngi sekresi dan kehilangan cairan

12

bersama

tinja.

Pemberian

dalam

dosis

adekuat

(sampai

dengan

1mg/kgbb/hari) kiranya cukup bermanfaat.


Antipiretik : Obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosal, aspirin)
dalam dosis rendah (25 mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk
menurunkan panas yang terjadi sebagai akibat dehidrasi atau panas karena
infeksi penyerta, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
I.6 Pencegahan
Hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa cara pencegahan yang benar
dan efektif yang dapat dilakukan adalah : diare
1. Pemberian ASI.
2. Memperbaiki makanan sapihan.
3. Menggunakan air bersih yang cukup banyak
4. Mencuci tangan.
5. Menggunakan jamban keluarga.
6. Cara membuang tinja yang baik dan benar.
7. Pemberian imunisasi campak.

III.

Kesehatan Lingkungan

A. Definisi
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan
yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan
yang optimum pula 1.

13

B. Hubungan Kesehatan Lingkungan dan Kebersihan Perorangan dengan


Mortality dan Morbidity
Pentingnya lingkungan sehat telah dibuktikan WHO dengan penyelidikanpenyelidikan di seluruh dunia. WHO mendapatkan hasil bahwa angka kematian
(mortality), angka perbandingan orang sakit (morbidity) yang tinggi serta seringnya
terjadi epidemi terdapat di tempat-tempat yang hygieni dan sanitasi lingkungannya
buruk. Tempat-tempat tersebut ialah yang terdapat banyak lalat, nyamuk,
pembuangan kotoran, sampah, air limbah rumah tangga yang tidak teratur,
perumahan yang terlalu sesat, dan sosial ekonomi yang rendah. Ternyata pula bahwa
di tempat-tempat dimana hygieni dan sanitasi lingkungan diperbaiki, mortality dan
morbidity menurun dan wabah berkurang dengan sendirinya. ikm
Menurut menyelidikan WHO bahwa di negara-negara yang sedang
berkembang terdapat banyak penyakit kronis endemis, sering terjadi epidemi, masa
hidup yang pendek, angka kematian bayi dan anak yang tinggi, hal ini disebabkan
karena : ikm
Pengotoran persediaan air rumah tangga
Infeksi, karena kontak langsung ataupun tak langsung dengan faeces manusia.
Infeksi yang disebabkan oleh arthropoda, rodent, mollusca dan vektor-vektor
penyakit lainnya.
Pengotoran air susu dan makanan lainnya.
Perumahan yang terlalu sempit
Penyakit-penyakit hewan yang berhubungan dengan manusia.

14

Mengingat hal-hal tersebut di atas, maka usaha dalam hygieni dan sanitasi
lingkungan di Indonesia terutama meliputi : ikm
Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas dan kuantitasnya.
Mengatur pembuangan kotoran, sampah dan air limbah.
Mendirikan rumah-rumah sehat, menambah jumlah rumah agar rumah-rumah
tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang yang sehat
Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit sepeti : lalat, nyamuk, kutukutu serta binatang reservoir penyakitnya.
Disamping itu juga dilakukan pengawasan terhadap : ikm
Bahaya pengotoran udara (air pollution)
Bahaya radiasi dari sisa-sisa zat radioaktif sesuai dengan perkembangan negara

C. Tujuan Umum
Kegiatan peningkatan kesehatan lingkungan bertujuan terwujudnya kualitas
lingkungan yang lebih sehat agar dapat melindungi masyarakat dari segala
kemungkinan resiko kejadian yang dapat menimbulkan gangguan dan atau bahaya
kesehatan menuju derajat kesehatan keluarga dan masyarakat yang lebih baik 9.
D. Tujuan Khusus 9
a. Meningkatkan mutu lingkungan yang dapat menjamin masyarakat
mencapai derajat kesehatan yang optimal.
b. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat dan keikutsertaan sektor lain
yang berkaitan, serta bertanggung jawab atas upaya peningkatan dan
pelestarian lingkungan hidup.

15

c. Terlaksananya

peraturan

perundang-undangan

tentang

penyehatan

lingkungan dan pemukiman yang berlaku.


d. Terselenggaranya pendidikan kesehatan guna menunjang kegiatan dalam
peningkatan kesehatan lingkungan dan pemukiman.
e. Terlaksananya pengawasan secara teratur pada sarana sanitasi perumahan,
kelompok

masyarakat,

tempat

pembuatan/

penjualan

makanan,

perusahaan dan tempat-tempat umum.


E. Kegiatan
Kegiatan kesehatan lingkungan antara lain : program/kegiatan penyediaan air
minum; pengolahan dan pembuangan limbah cair, gas dan padat; mencegah
kebisingan; mencegah kecelakaan; mencegah penyakit bawaan air, udara, makanan
dan vektor; pengelolaan kualitas lingkungan air, udara, makanan, pemukiman dan
bahan berbahaya; pengelolaan keamanan dan sanitasi transportasi, kepariwisataan
seperti hotel, motel, tempat makan umum, pelabuhan; turut mencegah dan memberi
pertolongan pada bencana alam; dan pengelolaan lingkungan kerja.kesling
Kegiatan pokok unit kesehatan lingkungan Puskesmas Alalak Tengah tahun
2008 meliputi9:
1. Penyehatan air
Inspeksi sanitasi sarana air bersih umum
Pengawasan kualitas air
2. Hygiene sanitasi makanan dan minuman
Pengawasan tempat pengolahan makanan
Pengawasan kualitas air

16

3. Hygiene sanitasi tempat-tempat umum


Pengawasan tempat-tempat umum
4. Pengawasan tempat pembuangan sampah dan limbah
Pengawasan tempat pembuangan sampah(TPS)/ tempat pembuangan akhir
(TPA)
Pengawasan limbah puskesmas/RS
5. Penyehatan lingkungan pemukiman
Inspeksi sanitasi jamban umum
Penyuluhan rumah sehat
6. Pengawasan tempat pengolahan pestisida
Inspeksi sanitasi tempat pengolahan pestisida
Pembinaan tempat pengolahan pestisida
7. Pengendalian vektor

Pengawasan tempat-tempat perindukan vektor di pemukiman penduduk


dan sekitarnya.

Pemberdayaan sarana/kelompok/pokja potensi dalam upaya pengawasan


tempat perindukan vektor penyakit di pemukiman penduduk dan
sekitarnya.

Desa/lokasi potensial yang mendapat intervensi pemberantasan vektor


penyakit menular.

8. Klinik sanitasi

Konseling sanitasi

17

Kunjungan sanitasi desa

F. Program-Program Kesehatan
Pemberantasan Penyakit Diare
1.

Lingkungan

yang

Terkait

dengan

Program Penyehatan Air 1,9,10


Upaya penyehatan air dimaksudkan untuk membantu penyediaan air bersih

yang memenuhi syarat kesehatan bagi seluruh penduduk baik yang di pedesaan
maupun di perkotaan disertai peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan
masyarakat dalam pengamanan kualitas air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan.
Air diperlukan untuk minum, memasak, mandi, mencuci, membersihkan dan
keperluan lainnya. Untuk semua keperluan ini diperlukan air yang memenuhi syarat
kesehatan baik kuantitas maupun kualitasnya. Syarat-syarat air minum yang sehat :
ikm

Syarat kuantitas
Jumlah air untuk keprluan rumah tangga per hari per kapita tidaklah sama pada
setiap negara. Pada umumnya dapat dikatakan di negara-negara yang sudah
maju, jumlah pemakaian air per hari per kapita lebih besar dari pada di negaranegara yang sedang berkembang. Di Indonesia diperkirakan 100 liter/hari/kpita
dengan perincian :
Minum

: 5 liter

Memasak

: 5 liter

Membersihkan/mencuci

: 15 liter

Mandi

: 30 liter

Kakus (WC)

: 45 liter

18

Syarat kualitas
Air rumah tangga harus memenuhi syarat : fisis, khemis, dan syarat
bakteriologis.
o Syarat fisis, yaitu :

Jernih

Tak berwarna

Tak berasa

Tak berbau

o Syarat kimiawi
Yaitu tidak mengandung zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan
seperti zat-zat racun, dan tidak mengandung mineral-mineral serta zat-zat
organik lebih tinggi dari jumlah yang ditentukan. Misalnya zat-zat berikut
tidak boleh lebih dari : ikm
Zn

: 0,05 mg/L

Pb

: 0,05 mg/L

Cu

: 0,05 mg/L

FE

: 0,01 mg/L

Cl

: 250,00 mg/L

Sulfat

: 250,00 mg/L

Fluorida

: 1,00 mg/L

Zat organik : 10,00 mg/L


pH antara 6-8
Kesadahan antara 5-10 derajat Jerman (1 derajat Jerman = 10 mg CaO/L)
19

o Syarat bakteriologis
1. Tidak mengandung suatu bibit penyakit. Air tidak boleh mengandung
bibit penyakit. Penyakit-penyakit yang sering menular dengan perantaran
air adalah penyakit-penyakit yang tergolong dalam water born disease
yaitu :
Cholera dan Paracholera Eltor
Typhus abdomninalis dan Paratypus A, B dan C
Dysenteria bacillaris dan dysenteria amoebica
Hepatitis infectiosa
Poliomyelitis anterior acuta
Penyakit-penyakit karena cacing
2. Tidak mengandung bakteri Eschericia coli.
3. Bakteri saprofit tidak lebih dari 100/ml air.

2.

Program Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman


Program ini bertujuan untuk terwujudnya pengelolaan makanan, pengelolaan

makanan dan perilaku masyarakat pengelola makanan yang memenuhi persyaratan


kesehatan agar masyarakat terlindung dari penyakit bawaan makanan dan keracunan
makanan9. Untuk memelihara kesehatan masyarakat perlu sekali pengawasan
terhadap pembuatan dan penyediaan bahan makanan dan minuman agar tidak
membahayakan kesehatan masyarakat. Hal-hal yang dapat membahayakan itu antara
lain :

20

1.

Zat-zat kimia yang bersifat racun

2.

Bakteri-bakteri patogen dan bibit penyakit lainnya

3.

Parasit-parasit yang berasal dari hewan

4.

Tumbuh-tumbuhan yang beracun


Untuk mencegah timbulnya penyakit-penyakit, maka diperlukan usaha agar

sanitasi makanan dan minuman tetapt terjaga, yaitu : ikm


1.

Pendidikan dan penerangan kepada masyarakat tentang pentingnya hygiene dan


sanitasi makanan/minuman.

2.

Pengawasan terhadap hewan-hewan potong.

3.

Susu sapi dan hasil-hasilnya

4.

Pengawasan terhadap pembuatan bahan makanan dan minuman pada perusahaan


makanan dan minuman. Pengawasan terhadap :

Bahan baku yang digunakan pada perusahaan

Alat-alat perlengkapan yang digunakan

Cara kerja dalam pengolahan

Kesehatan dan kebersihan karyawannya

Cara penyimpanan dan pengirima bahan makanan dan minuman yang sudah
jadi.

Hygiene dan sanitasi perusahaan pada umumnya seperti ruangan-ruangan,


cara pembuangan sampah/sisa-sisa pengolahan.

Adanya sumber air bersih, kakus, tempat cuci tangan dalam perusahaan
untuk para karyawannya.

5.

Pengawasan kebersihan pasardan tenpat pemotongan hewan


21

6.

Pengawasan terhadap kebersihan restoran dan hotel.

3. Program Pengawasan Tempat Pembuangan Sampah dan Limbah1,9,10


Program ini bertujuan :
1.

Termotivasinya keluarga dan masyarakat untuk menyediakan, menggunakan


dan memelihara sarana pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan.

2.

Terlaksananya pemberian nasihat tentang pengurusan sampah yang memenuhi


syarat kesehatan bagi rumah tangga dan masyarakat.

3.

Terlaksananya pengawasan pembinaan sarana pembuangan sampah yang


memenuhi syarat kesehatan, serta tata cara penanganan sampah sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.

Pembuangan Sampah
Yang dimaksud dengan sampah adalah semua zat/benda yang sudah tidak
terpakai lagi baik berasal dari rumah, maupun sisa-sisa proses industri. Sampah ini
dibagi dalam :
a) Garbage : adalah sisa-sisa pengolahan ataupun sisa makanan yang mudah
membusuk.
b) Rubbish : adalah bahan-bahan sisa pengolahan yang tidak membusuk. Rubbish
ini ada yang mudah terbakar, misalnya : kayu, kertas. Ada yang tidak
terbakar misalnya : kaleng, kawat.
Agar sampah ini tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu
pengaturan pembuangannya. Dalam pengelolaan sampah perlu diperhatikan :
1) Penyimpanan (storage)

22

Untuk tempat-tempat sampah di tiap-tiap rumah isinya cukup 1 meter kubik.


Tempat sampah janganlah ditempatkan di dalam rumah atau di pojok dapur,
karena akan merupakan gudanga makanan bagi tikus-tikus sehingga rumah
banyak tikusnya. Tempat sampah sebaiknya :
Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak mudah rusak.
Harus ditutup rapat, ehingga tidak menarik serangga atau binatang-binatang
lainnya seperti : tikus, ayam, kucing dan sebagainya.
Ditempatkan di luar rumah. Bila pengumpulannya dilakukan oleh pemerintah,
tempatkanlah tempat sampah sedemikian rupa sehingga karyawan pengumpul
sampah mudah mencapainya.
2) Pengumpulan (collection)
Pengumpulan sampah dapat dilakukan :
a) Perorangan
Tiap-tiap keluarga mengumpulkan sampah dari rumahnya masing-masing
untuk dibuang pada tempat tertentu
b) Pemerintah
Pengumpulan

sampah

di

kota-kota

dilakukan

pemerintah

dengan

menggunakan truk sampah atau gerobak sampah.


c) Swasta
Pihak swasta biasanya hanya mengambil sampah-sampah tertentu sebagai
bahan baku pada perusahaannya, misalnya untuk pembuatan kertas, karton,
plastik.
3) Pembuangan (disposal)

23

Pembuangan sampah dapat dilakukan dengan cara :


a) Land fill, sampah dibuang pada tanah yang lebih rendah. Pembuangan
sampah secara ini hanya baik unutk sampa-sampah jenis rubbish. Sedangkan
bila jenis garbage atau tercampur dengan garbage, tempat pembuangan
sampah ini akan menjadi tempat perkembangbiakan serangga, dan tikus, juga
menimbulkan bau-bauan yang tidak sedap.
b) Sanitary land fill, sampah dibuang pada tanah yang lebih rendah, kemudian
ditutup lagi dengan tanah paling sedikit 60 cm, untuk menvegah pengorekan
oleh anjing, tikus dan binatang lainnya. Cara ini memenuhi syarat kesehatan.
c) Individual incineration
Sampah dari rumah dikumpulkan sendiri, kemudian dibakar sendiri.
Pembakaran sampah ini harus dilakukan dengan baik, sebab bila tidak
asapnya akan mengotori udara, bila tak terbakar semprna sisanya berceceran
kemana-mana.
d) Incineration dengan incinerator khusus
Cara ini dikerjakan oleh pemerintah. Sampah-sampah yang telah
dikumpulkan dari truk/gerobak sampah dibakar dalam incinerator khusus
(alat pembakar sampah). Cara pembuangan sampah ini baik sekali tapi
biayanya mahal.
e) Pulverisation
Semua sampah baik garbage maupun rubbish digiling (dihaluskan) dengan
alat khusus, kemudian dibuang ke laut. Dalam bentuk yang sudah digiling

24

ini, sampah menjadi tidak disukai lagi baik oleh serangga maupun tikustikus.
f) Composting
Dari sampah ayng terbuang masih dapat dibuat pupuk sebagai penyubur
tanah pertanian.
g) Hogfeeding (sebagai makanan ternak)
Yang dapat dipergunakan ialah jenis garbage misalnya sisa sayuran, ampas
pembuatan tapioka, ampas pembuatan tahu. Diberikan kepada ternak sebagai
makanannya.
h) Recycling
Dengan cara ini dimaksudkan : untuk mengurangi jumlah sampah, maka
bagian-bagian sampah yang masih dapat dipakai/digunakan diambil kembali.
Pembuangan air Limbah
Yang dimaksud dengan air limbah (sewage) adalah air eksreta manusia, air
kotor dari dapur, kamar mandi, WC, dari perusahaan-perusahaan termasuk pula air
kotor dari permukaan tanah dan air hujan. Sewage ini dibedakan :
Domestic sewage : sewage yang berasal dari rumah-rumah
Industrial sewage : sewage yang berasal dari sisa-sisa proses industri
Maksud pengaturan pembuangan air limbah adalah :
Untuk mencegah pengotoran sumber air rumah tangga
Untuk menjaga makanan kita misalnya sayuran yang dicuci dengan air permukaan
Perlindungan terhadap ikan yang hidup dalam kolam ataupun di kali
Menghindari pengotoran tanah permukaan
25

Perlindungan air untuk ternak


Menghilangkan tempat berkembang biaknya bibit penyakit (bakteri, cacing) dan
vektor penyebar penyakit (nyamuk, lalat).
Menghilangkan adanya bau-bauan dan pemandanganyang tidak sedap
Cara-cara pembuangan air limbah :
1. Dengan pengenceran (disposal by dilution)
Air limbah dibuang ke sungai, danau atau laut agar mendapat pengenceran.
Cara ini hanya dapat dilaksanakan di tempa-tempat yang banyak air
permukaannya. Dengan cara ini maka air limbah akan mengalami purifikasi alami.
Karena kontaminasi air permukaan oleh bakteri patogen, larva dan telur cacing
serta bibit penyakit lainnya yang berasal dari faeces penderita, maka disyaratkan :
Sungai atau danau itu airnya tidak boleh digunakan untuk keperluan lain
Airnya harus cukup banyak sehingga pengencerannya paling sedikit 30-40
kali.
Airnya harus cukup mengandung O2 artinya mengalir sehingga tidak bau
2. Cesspool
Cesspool menyerupai sumur tapi gunanya untuk pembuangan air limbah.
Dibuat pada tanah yang berpasir agar air buangannya mudah meresap ke dalam
tanah. Bagian atasnya ditembok agar tidak tembus air. Bila sudah penuh (+6
bulan) lumpurnya dihisap keluar atau sejk semula dibuat cesspool secara
berangkai, sehingga bila yang satu penuh, airnya akan mengalir ke cesspool
berikutnya. Jarak dengan sumur 45 meter dan minimal 6 meter dari fondasi
rumah.

26

3. Seepage pit (sumur resapan)


Seepage pit merupakan sumur tempat menerima air limbah yang telah
mengalami pengolahan dalam sistem lain, misalnya dari aqua-privy atau septic
tank. Di dalam Seepage pit ini airnya hanya tinggal mengalami peresapan saja ke
tanah. Seepage pit dibuat pada tanah yang berpasir. Diameternya 1-2,5 meter,
dalamnya 2,5 meter. Lama pekaian 6-10 tahun.
4. Septic tank
Merupakan cara yang terbaik yang dianjurkan WHO, tapi biayannya
mahal, tekniknya sukar dan memerlukan tanah yang luas.
5. Sistem riool (sewerage)
Sistem rool merupakan cara pembuangan sewage di kota-kota dan selalu
harus termasuk dalam rencana pembangunan kota. Semua sewage baik dari rumah
maupun dri perusahaan dialirkan ke sistem riool. Sewage yang dibuang ini masih
memerlukan pengolahan. Proses pengolahan yang dilakuakn meliputi :
penyaringan, pengendapan, proses biologis, disaring dengan saringan pasir,
desinfeksi, dan pengenceran.
4.

Program Penyehatan Lingkungan Pemukiman

Inspeksi sanitasi jamban umum

Penyuluhan rumah sehat

Pengawasan /inspeksi saniatsi jamban umum


Tujuan dari program ini adalah terciptanya perilaku sehat dan lingkungan
yang terlindung dari pencemaran kotoran manusia.

27

Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak
dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan
CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia yang
dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urine, yang pada umumnya disebut
latrine (water closet, jamban atau kakus).
Pembuangan kotoran (faeces dan urina) yang tidak menurut aturan
memudahkan terjdinya penyebaran water borne disease. Syarat pembuangan yang
memenuhi aturan kesehtan menurut Ehlers dan Steel adalah ;
a) Tidak boleh mengotori tanah permukaan
b) Tidak boleh mengotori air permukaan
c) Tidak boleh megotori air dalam tanah
d) Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai lalat bertelur atau
perkembangbiakan vektor penyakit lainnya.
e) Kakus harus terlingdung dari penglihatan orang lain
f) Pembuatannya mudah dan murah
Bangunan kakus yang memenuhi syarat kesehatan terdiri atas (Gambar 1): ikm
1.

Rumah kakus : agar pemakai terlindung

2.

Lantai kakus : sebaiknya ditembok agar mudah dibersihkan

3.

Slab (tempat kaki memijak waktu si pemakai jongkok)

4.

Closet (lubang tempat faeces masuk)

5.

Pit (sumur penampungan faeces-cubluk)

6.

Bidang resapan

28

Gambar 1. Bangunan Kakus (Latrine=water closet)ikm


Macam-macam kakus : ikm
1.

Pit-privy (Cubluk)
Kakus ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanaj dengan
diameter 80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Dindingnya diperkuat dengan
batu/bata, dapat ditembok ataupun tidak, agar tidak mudah ambruk. Lama
pemakaian 5-15 tahun.
Bila permukaan eksreta sedah mencapai + 50 cm dari permukaan
tanah, dianggap cubluk sudah penuh. Cubluk yang penuh ini ditimbun dengan
tanah. Tunggu 9-12 bulan, isinya digali kembali untuk digunakan sebagai pupuk,
sedangkan lubangnya dapat dipergunakan kembali. Sementara yang penuh
ditimbun, maka untuk defekasi dibuat cubluk yang baru. Kakus jenis ini hanya
baik dibuat di tempat-tempat di mana air tanah letaknya dalam.

29

Gambar 2. Pit-privy (Cubluk)ikm


2.

Aqua-privy (Cubluk berair)


Terdiri atas bak yang kedap air, diii air di dalam tanah sebagai tempat
pembuangan ekskreta. Proses pembusukan sama seperti halnya pembusukkan
faeces dalam air kali. Untuk kakus ini agar berfungsi dengan baik, perlu
pemasukan air setiap hari, baik sedang digunakan atau tidak. Jenis kakus ini
hanya baik dibuat ditempat yang banyak air. Bila iarnya penuh, kelebihannya
dapat dialirkan ke sistem lain misalnya seepage pit (sumur resapan).ikm

30

Gambar 3. Aqua-privy (cubluk berair)ikm

3.

Watersealed latrine (Angsa-trine)


Kakus ini bukan merukan tipe kakus tersendiri tapi hanya modifiaksi
closetnya saja. Pada kakus ini closetnya berbentuk leher angsa sehingga akan
selalu terisi air. Fungsi air ini gunanya sebagai sumbat sehingga bau busuk dari
cubluk tidak tercium di ruangan rumah kakus. ikm
Bila dipakai, faecesnya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru
masuk ke bagian yang menurun untuk masuk ke tempat penampungannya (pit).
Keuntungan kakus ini : ikm

Baik untuk masyarakat kota karena memenuhi syarat aesthetis (keindahan).


Dapat ditempatkan di dalam rumah karena tidak bau sehingga pemakaiannya

lebih praktis

Aman untuk anak-anak

Gambar 4. Leher angsa (Angsa-trine) di atas lubang cublukikm

31

Gambar 5. Leher angsa (Angsa-trine) jauh dari lubang cublukikm


(Rumah kakus dapat ditempatkan di dalam rumah)
4.

Bored hole latrine


Sama dengan cubluk, hanya ukurannya lebih kecil karena untuk
pemakaian yang tidak lama, misalnua untuk perkampungan sementara.
Kerugiannya : bial air permukaan banyak, mudah terjadi pengotoran tanah
permukaan (meluap)

5.

Bucket latrine (pail closet)


Faeces ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di
tempat lain, misalnya untuk penderita yang tak dapat meninggalkan tempat tidur.
ikm

6.

Trench latrine
Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempat defekasi.
Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya.

7.

Overhung latrine

32

Kakus jenis ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam, selokan,


kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya : faeces mengotori air permukaan
sehingga bibit penyakit yang terdapat di dalamnya dapat tersebar ke mana-mana,
sehingga dapat menimbulkan wabah.
8.

Chemical toilet (Chemical closet)


Faeces ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga
dihancurkan sekalian didefekasi. Biasanya digunakan dalam kendaraan umum
misalnya pesawat udara atau kereta api. Dapat pula digunakan di dalam rumah.
Sebagai pembersih tidak digunakan air, tetapi dengan kertas (toilet paper).ikm

Rumah Sehat
Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan
hygiene dan sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan WHO bahwa perumahan
yang tidak cukup dn terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit
dalam masyarakat. Rumah sehat yang diajukan oleh Winslow :

ikm

a) Harus memenuhi kebutuhan fisiologis


-

Suhu ruangan 18-20oC

Harus cukup mendapatkan penerangan

Harus cukup mendapatka pertukaran udara (luas jendela keseluruhan + 15%


dari luas lantai)

Harus cukup mempunyai isolasi suara

b) Harus memenuhi kebutuhan psikologis


-

Harus memenuhi rasa keindahan

33

Terdapat jaminan kebebasan yang cukup

Privacy tidak terganggu

Harus ada ruangan untuk menjalankan kehidupan keluarga dimana semua


anggota keluarga dapat berkumpul.

Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, jadi harus ada ruangan untuk
menerima tamu.

c) Harus dapat menghindarkan terjadinya kecelakaan


-

Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan ahrus kuat sehingga tidak


mudah ambruk.

Terdapat saranan pencegahan terjadinya kecelakaan di sumur, kolam dan


tempat-tempat lain terutama anak-anak.

Diusahakan agar tidak mudah terbakar.

Adanya alat pemadam kebakaran terutama yang mempergunakan gas

d) Harus dapat menghindarkan terjadinya penyakit


-

Adanya sumber air yang sehat, cukup kualitas maupun kuantitasnya.

Harus ada tempat pembuanga kotoran, sampah dan air limbah yang baik.

Harus dapat encegah berkembangbiaknya vektor penyakit, seperti : nyamuk,


lalat, tikus.

Harus cukup luas. Luas kamar tidur + 5 m2 per kapita per luas lantai.

5. Program Sektor Klinik Sanitasi 9,12


Klinik sanitasi adalah bagian integral kegiatan puskesmas yang merupakan
suatu wahana masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat melalui

34

upaya terintegrasi kesehatan lingkungan pemberantasan penyakit dengan bimbingan,


penyuluhan dan bantuan teknis dari petugas Puskesmas.
Tujuan klinik sanitasi adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat
melalui upaya preventif dan kuratif yang dilakukan secara terpadu, terarah dan terus
menerus.
Ruang lingkup kegiatan klinik sanitasi dalam pemberantasan penyakit diare
mencakup berbagai upaya meliputi antara lain :
1) Penyediaan dan penyehatan air bersih/ jamban dalam rangka pencegahan
penyakit diare/ kecacingan/ penyakit kulit.
2) Penyehatan rumah dan lingkungan.
3) Penyehatan makanan/ minuman dalam rangka pencegahan penyakit saluran
pencernaan/ keracunan makanan.
Kegiatan klinik sanitasi ada yang di dalam gedung dan ada yang di luar
gedung. Di dalam gedung meliputi : a) Konsultasi, informasi dan edukasi tentang
kesehatan lingkungan. b) Identifikasi masalah kesehatan lingkungan. c) Membahas
permasalahan, pemecahan masalah, evaluasi, dan perencanaan klinik sanitasi dalam
mini lokakarya Puskesmas. Di luar gedung meliputi : a) Kunjungan rumah/ lokasi
sebagai tindak lanjut kunjungan pasien/ klien. b) Pemantauan lingkungan. c)
Pembinaan peran serta masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan lingkungan.
d) Mengusulkan kegiatan pembangunan sarana sanitasi dasar yang diperlukan kepada
instansi terkait.

35

BAB III
KESIMPULAN

Penyakit diare di Indonesia pada umumnya dan Banjarmasin pada


khususnya sampai sekarang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
angka kesakitannya masih tinggi. Manipulasi lingkungan dengan program
penyehatan air, penyehatan makanan dan minuman, pengawasan pembuangan
kotoran manusia, pengawasan dan pembuangan sampah dan limbah dan klinik
sanitasi yang ditunjang dengan peningkatan kebersihan perorangan diharapkan dapat
menurunkan angka kesakitan penyakit diare.

36

DAFTAR PUSTAKA

1.

Notoatmodjo Soekidjo. Kesehatan Lingkungan. Dalam : Ilmu Kesehatan


Masyarakat. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta Jakarta, 2003

2.

Mukti Sofyan. Peranan Kesehatan Lingkungan Dan Perorangan Dalam


Menurunkan Angka Kesakitan Penyakit Diare. Dalam : Seminar Nasional
Pemberantasan Diare di Yogyakarta 12-15 Agustus 1990. Jakarta : DepKes
RI Ditjen PPM & PLP, 1992

3.

Suraatmaja Sudaryat. Diare. Dalam : Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung


Seto, 2005

4.

Depkes Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan. Berita Epidemiologi Kota


Banjarmasin. Edisi II. Banjarmasin, 2002

5.

Staf Pengajar IKA FKUI. Gastroenterologi. Dalam : Buku Kuliah Ilmu


Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta : FKUI, 1998

6.

Ngastiyah. Perawatan Bayi Dan Anak Dengan Gangguan Sistem Pencernaan.


Dalam : Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC, 1993

7.

Anonim. Tatalaksana Penderita Diare. http://www. ppmplp.depkes

8.

Depkes RI Ditjen PPM & PLP. Buku Pedoman Penatalaksanaan Penderita


ISPA dan Diare Untuk Petugas Kesehatan. Jakarta, 1988

9.

DepKes RI. Pedoman Kerja Puskesmas. Jilid 2. Jakarta, 1999

37

10.

Ilmi Rosida, Faridah, Halil, Tahdi, Jumiati. Lingkungan Sehat. Dalam :


Pedoman Hidup Sehat Bagi LKMD. Sub Dinas Kesehatan Propinsi
Kalimantan Selatan Tahun Anggaran 1993/1994

11.

Mukono. Higiene Sanitasi Makanan. Dalam : Prinsip Dasar Kesehatan


Lingkungan. Surabaya : Airlangga University Press, 2000

12.

Depkes RI Ditjen PPM & PLP. Klinik Sanitasi. Jakarta, 2000

1.

2.
3.
4.
5.
6.

7.

8.

9.

Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal PPM dan PL. Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1216/MENKES/SK/XI/ 2001. Tentang
pedoman pemberantasan diare. Edisi ke 3. Jakarta, 2003.
Noerasid H, Suraatmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (Diare) akut. Dalam :
Gastroenterologi anak praktis. Jakarta : Balai penertiban FKUI, 2003; 51-76.
Slamet JS. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada university press,
2002.
Entjang I. Ilmu kesehatan masyarakat. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1997.
Tim pengelola UPGK tingkat pusat. Buku kader usaha perbaikan gizi keluarga.
Jakarta, 1999.
Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 1457/MENKES/SK/X/2003. Standar pelayanan minimal bidang
kesehatan di kabupaten/kota. Jakarta, 2004.
Departemen Kesehatan RI. Buku pedoman P2ISPA, rencana kerja jangka
menengah nasional, penanggulangan pneumonia balita tahun 2005-2009.
Jakarta, 2005.
Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular
dan Penyehatan Ligkungan. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor : 1479MENKES/SK/XI/2003. Tentang pedoman penyelanggaraan
sistem surveilans epidemiologi penyakit menular dan penyakit tidak menular
terpadu. Jakarta, 2004.
Pemerintah Daerah Kalimantan Selatan. Pedoman hidup sehat. Edisi ke 3. New
York : United Nations Childrens Fund, 2002.

38

Anda mungkin juga menyukai