Paper GJR Fix
Paper GJR Fix
KELOMPOK A2
Anggota Kelompok :
Teguh Setyo Purwanto (Penyaji Materi)
21010113120122
21010113130134
21010113130131
21010113140130
21010113130128
21010113130136
21010113120118
21010113120120
21010113140125
21010113120121
21010113120123
21010113140127
21010113140135
13
17
20
26
38
39
1 | Page
10
34
35
36
37
11
12
15
15
15
16
16
17
20
24
24
27
Tabel 13 : Penyesuaian kapasitas untuk pengaruh lebar jalur lalu-lintas untuk jalan
perkotaan .............................................................................
28
Tabel 14 : Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan ...................
28
33
2 | Page
BAB 1
PENDAHULUAN
Pertama-tama kami memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang mana karena rahmatNya lah kami dapat menyusun tugas paper mata kuliah
3 | Page
Geometri Jalan Raya ini tanpa ada suatu halangan yang berarti. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada tim pengajar mata kuliah Geometri Jalan Raya
yang telah memberikan kami tugas paper ini. Tugas ini memicu rasa keinginan
tahu kami untuk menggali informasi mengenai materi kuliah Geometri Jalan Raya
yang dibagikan kepada tiap kelompok untuk dipresentasikan nantinya.
Semoga tugas paper yang telah kami susun ini dapat menjawab rasa
keinginantahuan para pembaca sekalian mengenai Parameter Perancang
Geometrik Jalan. Bila ada kekurangan didalam tugas kelompok ini kami mohon
maaf dan kami terbuka untuk kritik dan saran dari para pembaca guna kemajuan
kelompok penulis dan jurusan teknik sipil Universitas Diponegoro.
Pada makalah ini tim penulis membahas tema mengenai Parameter
Geometrik Jalan Raya. Jalan raya merupakan prasarana transportasi. Jalan ini
memegang peranan penting dalam menghubungkan antar daerah satu dengan
daerah lain. Sehingga antar daerah satu dengan daerah yang lain terjadi hubungan
silaturrahmi. Jalan juga berfungsi sebagai sarana pengembangan wilayah dan
sarana pembangunan.
Dunia yang kian hari kian modern mempengaruhi perkembangan sosial
masyarakat yang semakin menuntut manusia untuk lebih maju dalam banyak hal.
Perkembangan masyarakat yang demikian menyebabkan meningkatnya kebutuhan
masyarakat, Sehingga masyarakat secara sadar / tidak selalu dituntut untuk
memenuhi kebutuhan itu.
Aktifitas berjangkauan luas mengharuskan pemindahan barang maupun
manusia. Apabila keadaan yang demikian telah tercipta, mutlak diperlukan alat
angkut sebagai sarana lalu lintas dan lahan sebagai prasarana lalu lintas
Perencanaan geometrik adalah bagian dari perencanaan jalan dimana
geometrik atau dimensi nyata jalan beserta bagian-bagiannya disesuaikan dengan
tuntutan serta sifat-sifat lalu lintas. Melalui perencanaan geometrik ini perencana
berusaha menciptakan sesuatu hubungan yang baik antara waktu dan ruang
sehubungan dengan kendaraan yang bersangkutan, sehingga dapat menghasilkan
4 | Page
kendaraan rencana,
kecepatan rencana,
volume lalu lintas,
kapasitas jalan dan kinerja lalu lintas,
jarak pandang.
5 | Page
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Perencanaan geometrik adalah bagian dari perencanaan jalan dimana
geometrik atau dimensi nyata jalan beserta bagian-bagiannya disesuaikan dengan
tuntutan serta sifat-sifat lalu lintas. Melalui perencanaan geometrik ini perencana
6 | Page
berusaha menciptakan sesuatu hubungan yang baik antara waktu dan ruang
sehubungan dengan kendaraan yang bersangkutan, sehingga dapat menghasilkan
efisiensi keamanan serta kenyamanan yang paling optimal dalam pertimbangan
ekonomi yang paling layak.
Perencanaan geometrik pada umumnya menyangkut aspek perencanaan
jalan seperti lebar, tikungan, landai, jarak pandang dan juga kombinasi dari
bagian-bagian tersebut. Perencanaan geometrik ini berhubungan erat dengan arus
lalu lintas, sedangkan perencanaan konstruksi jalan lebih bersangkut paut dengan
beban lalu lintas tersebut.
Dilihat
dari
sudut
tahapan
pembangunan,
perencanaan
geometrik
merupakan fase lanjutan dari over all plan yang selanjutnya diikuti oleh fase
pembangunan. Sedangkan tujuan akhirnya adalah menyediakan jalan standar
tertinggi dan sesuai dengan fungsinya.
2.2 Kendaraan Rencana
Kendaraan sebagai sarana lalu intas pada moda transportasi darat
merupakan komponen terbesar yang menggunakan jalan. Kendaraan (vehicle)
dapat berupa kendaraan bermotor dan kendaraan tidak. Mempunyai variasi dan
ukuran kecil sampai kendaraan besar, serta berkecepatan rendah sampai cepat.
Pengertian kendaraan bermotor adalah suatu alat angkut yang digerakkan
peralatan teknik yang ada pada alat angkut tersebut, kendaraan bermotor
digunakan untuk mengangkut barang atau orang yang berjalan di jalan, dan tidak
termasuk kendaraan bermotor (alat angkut) yang berjalan di atas rel.
Kendaraan rencana adalah kendaraan dengan berat, dimensi, dan
karakteristik operasi tertentu yang dipilih sebagai masukan oleh perancang jalan
agar dapat menampung kendaraan dari tipe yang telah ditentukan.
Pada umumnya alat untuk membelokkan kendaraan adalah berupa setir,
maka konsep kendaraan rencana sangat diperlukan, jejak roda setiap kendaraan
pada saat membelok akan selalu lebih besar dari lebar kendaraannya sendiri. Roda
belakang akan mempunyai jejak yang berbeda dengan roda depan, ini disebut
7 | Page
dengan off tracking. Lebar maksimum jejak roda tersebut terjadi pada jari-jari
minimum saat membelok dengan kecepatan 10 Km/jam.
Konsep kendaraan rencana sangat bermanfaat dalam perencanaan
geometrik jalan, terutama dalam penentuan lebar dan jumlah jalur, area parkir,
tikungan-tikungan jalan, serta lebar median dimana kendaraan diperkenankan
untuk membelok (U-turn). Gambar 2a, 2b, dan 2c memperlihatkan jejak roda
suatu jenis kendaraan standar.
8 | Page
Minimum turning
vehicle
Ganbar 2 Jejak Roda Kendaraan Standar
9 | Page
10 | P a g e
Inggris mengenal 3 jenis kendaraan standar yaitu : Car, Rigid vehicle, dan
Articulated bus. Kanada mengenal 5 jenis kendaraan standar yaitu : Passenger
vehicle, Single unit, Bus, WE-12, WB15. Sedangkan Australia mengguanakan 3
jenis kendaraan standar yaitu : Passenger vehicle, Bus/Single unit. Articulated
Truck.
Pengelompokan
jenis
kendaraan
rencana
yangrelevan
dengan
Dimensi Kendaraan
Kendaraa
(cm)
n Rencana
Tonjolan
(cm)
Tingg
Leba
Panjan
Depa
Belakan
Kecil
130
210
580
90
Sedang
410
260
1210
210
Radius Putar
Radius
(cm)
Tonjolan
(cm)
Maks.
Min.
150
420
730
780
240
740
128
1410
0
Besar
410
260
2100
120
90
290
140
1370
11 | P a g e
PANJANG TOTAL
LEBAR TOTAL
TINGGI
DEPAN
TERGANTUNG
JARAK GANDAR
BELAKANG
TERGANTUNG
RADIUS PUTAR
MIN
Kendaraan
4.7
1.7
2.0
0.8
2.7
1.2
12.0
2.5
4.5
1.5
6.5
4.0
12
16.5
2.5
4.0
1.3
4.0
2.2
1.2
JENIS
KENDARAA
penumpan
g
Truk/Bus
tanpa
gandenga
m
Kombinasi
(depan)
9.0
(belakan
g)
12 | P a g e
(km/h).
Kecepatan = jarak / waktu (km/jam atau m/det)
Kecepatan rencana (VR)
13 | P a g e
Kecepatan truk
Klasifikasi medan
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Antar Kota (1997)
14 | P a g e
15 | P a g e
4.
5.
b)
1.
2.
3.
Lengkung peralihan
Perubahan kelandaian melintang maksimum
Tanjakan/turunan (alinyemen vertikal)
Kelandaian maksimum
Penentuan lengkung vertikal cembung
Penentuan lengkung vertikal cekung
16 | P a g e
17 | P a g e
Lalu lintas harian rata rata adalah volume lalu lintas rata-rata dalam satu
hari. Dari cara memperoleh data tersebut dikenal 2 jenis Lalu lintas Harian
Rata-rata Tahunan (LHRT) dan Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR).
LHRT adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata-rata yang melewati satu jalur
jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahun penuh.
LHRT=
18 | P a g e
LHR dan LHRT adalah volume lalu lintas dalam satu hari,merupakan
volume harian ,sehingga nilai LHR dan LHRT itu tak dapat memberikan
gambaran perubahan perubahan yang terjadi pada berbagai jam dalam hari
,yang nilainya dapat bervariasi antara 0-100 % LHR.Oleh karena itsu tak dapat
langsung dipergunakan dalm perencanaan geometric.
Arus lalu lintas bervariasi dari jam ke jam berikutnya dalam satu hari ,maka
sangat cocoklah jika volume lalu lintas dalam 1 jam dipergunakan untuk
perencanaan dinamakan Volume Jam Perencanaan (VJP)
Volume 1 jam yang dapat dipergunakan sebagai VJP haruslah sedemikian rupa
sehingga:
1. Volume tersebut tidak boleh terlalu sering terdapat pada distribusi arus
lalul lintas setiap jam untuk periode satu tahun.
2. Apabila terdapat volume arus lalu lintas per jam yang melebihi jam
perencanaan, maka kelebihan tersebut tidak boleh mempunyai nilai
yang terlalu besar.
3. Volume tersebut tidak boleh mempunyai nilai yang sangat besar,
sehingga akan mengakibatkan jalan akan menjadi lenggang dan
biayanya pun mahal.
(2 lajur 2 arah)
Keterangan :
k = faktor jam sibuk ke-30 untuk VJR, dimana k = 10% - 15% (antar
kota), k = 8-10% (dalam kota)
f = faktor variasi tingkat lalu lintas seperempat jam dalam satu jam
VLRH= volume lalu lintas harian rencana, yaitu perkiraan volume lalu
lintas harian pada akhir tahun rencana (smp/hari)
19 | P a g e
Fsp = koefisien volume lalu lintas dalam arah tersibuk per arah (%). Nilai
default = 60
2.4.
Jarak Pandang
Jarak pandang adalah panjang bagian suatu jalan di depan pengemudi yang
masih dapat dilihat dengan jelas diukur dari titik kedudukan pengemudi.
Keamanan dan kenyamanan pengemudi kendaraan untuk dapat melihat dengan
jelas dan menyadari situasinya pada saat mengemudi, sangat tergantung pada
jarak yang dapat dilihat dari tempat kedudukannya.
Untuk itu harus diadakan jarak pandangan yang cukup panjang, sehingga
pengemudi dapat memilih kecepatan kendaraan terbaik dan tidak menghantam
benda yang tak terduga di atas jalan.
20 | P a g e
P : Perception
Pengemudi perlu menelaah rangsangan yang diterima (melalui mata,
telinga, maupun badan).
Proses ini perlu waktu (perception time).
Besarnya waktu yang pasti sukar ditentukan, bervariasi tergantung keadaan
pengemudi dan rangsangannya
I : Intelection
Penelaahan terhadap rangsangan sering tidak begitu saja langsung berhasil,
tetapi memerlukan proses pemikiran / pembandingan dengan ingatan yang
lalu (intelection process).
E : Emotion
Merupakan proses penanggapan terhadap rangsangan setelah proses
perception dan intelection.
Reaksi yang akan diambil pengemudi sering sangat dipengaruhi proses
emosi.
V : Volition
Kemauan untuk mengambil tindakan sesuai dengan pertimbangan
pertimbangan yang diambil.
Faktor yang berpengaruh terhadap besarnya waktu reaksi :
a. Keadaan cuaca & penerangan
b. Jarak obyek
c. Kemampuan melihat pengemudi
d. Kondisi jalan
e. Tipe, warna, & kondisi penghalang
untuk perencanaan ditetapkan waktu sadar 2,5 detik (rural) dan 1,5 detik
(urban)
21 | P a g e
Waktu yang diperlukan untuk menghindari bahaya dalam keadaan tertentu yang
beresiko terhadap keselamatan.
Kecepatan kendaraan.
Jenis Jarak Pandang :
1. Jarak pandang henti (stopping sight distance)
Definisi :
jarak pandangan minimum yang diperlukan oleh seorang pengemudi
untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya
halangan di depannya.
Suatu jarak yang memungkinkan kendaraan yang berjalan dengan
kecepatan maksimum untuk jalan tersebut dapat diberhentikan sebelum
mencapai suatu penghalang yang ada pada lintasannya.
jarak yang ditempuh oleh kendaraan dari saat pengemudi melihat suatu
penghalang yang mengharuskan kendaraan untuk berhenti sampai saat
pengemudi mulai menginjak rem.
Besarnya : dari 0,5 detik (untuk rangsangan sederhana) s/d 4 detik (untuk
rangsangan yang sukar).
Jarak pandang henti merupakan gabungan dari:
Jarak PIEV, adalah jarak yang ditempuh kendaraan dari saat pengemudi
melihat suatu penghalang sampai saat pengemudi mulai menginjak rem.
Jarak mengerem, adalah jarak yang diperlukan untuk menghentikan
kendaraan dengan menggunakan atau memakai rem.
Besarnya jarak PIEV dapat ditentukan dengan rumus :
dp = 0,278 V t
keterangan : dp = jarak PIEV (meter)
V = kecepatan rencana (km/jam)
t = waktu PIEV (detik)
22 | P a g e
23 | P a g e
pengemudi
24 | P a g e
25 | P a g e
26 | P a g e
Faktor yang memengaruhi kapasitas jalan kota adalah lebar jalur atau lajur,
ada tidaknya pemisah/median jalan, hambatan bahu/kerb jalan, gradient jalan,
didaerah perkotaan atau luar kota, ukuran kota. Rumus di wilayah perkotaan
ditunjukkan berikut ini:
C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
Dimana: C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas dasar (smp/jam), biasanya digunakan angka 2300 smp/jam
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan
FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya utk jalan tak terbagi)
FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb
FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
27 | P a g e
Tabel 13 Penyesuaian kapasitas untuk pengaruh lebar jalur lalu-lintas untuk jalan
perkotaan (FCW) (MKJI 1997)
Tabel 14 Faktor penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah (FCSP) (MKJI 1997)
28 | P a g e
29 | P a g e
Tabel 17 Faktor penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (FCCS) pada jalan
perkotaan (MKJI 1997)
b. Kapasitas Jalan Antarkota
Kapasitas jalan antar kota dipengaruhi oleh lebar jalan, arah lalu lintas dan
gesekan samping.
C=Co x FCW X FCSP X FCSF
dimana
C = Kapasitas (smp/jam)
Co = Kapasitas Dasar
30 | P a g e
oleh
pengemudi
berdasarkan
batasan
kecepatan
31 | P a g e
32 | P a g e
2. kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi
kemacetan untuk durasi yang cukup lama;
3. dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0.
Topografi merupakan faktor penting dalam menentukan lokasi jalan raya dan pada
umumnya mempengaruhi alignement sebagai standart perencanaan geometrik,
seperti jalan landai, jarak pendangan, penampang melintang dll.
Untuk melihat klasifikasi medan dan besarnya kelerengan melintang, maka dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Golongan Medan
Datar ( D )
Perbukitan ( B )
Pegunungan ( G )
Tabel 18 Klasifikasi Medan Jalan
Lereng Melintang
0-9.9%
10-24.9%
> 25%
Salah satu permasalahan transportasi adalah kemacetan. Baik dari segi kapasitas
jalan dan kinerja lalu lintas saling berhubungan.
Berikut adalah penyebab kemacetan yang sering terjadi di sejumlah perkotaan :
Kapasitas jalan lebih kecil dari jumlah kendaraan yang ada.
Jumlah kendaraan meningkat tajam sementara jalan yang ada tidak mampu
jalan raya.
Kemanaan yang tidak baik sehingga membuat terganggunya aktifitas lalu
lintas kendaraan.
Pengurangan lebar jalan yang ada karena berbagai aktifitas seperti
33 | P a g e
Pembebasan lahan
Pembebasan lahan terkait dengan pengoptimalan kondisi jalan. Sebaiknya
jalan yang dibangun harus disediakan lahan bebas agar nantinya di suatu
saat jika kapasitas jalan tidak memenuhi dapat dilakukan pelebaran jalan.
Kondisi cuaca
Gambar 5 Kemacetan
Yang
Diakibatkan
Oleh
Kondisi
Cuaca
Jika
suatu
daerah
sering terjadi hujan, maka kapasitas jalan di daerah tersebut menjadi lebih
besar dan kinerja lalu lintas di daerah tersebut kurang baik karena biasanya
jika hujan turun maka para pengemudi relatif mengurangi kecepatan
34 | P a g e
Pemilihan trase
Simpang
35 | P a g e
Hampir di setiap simpang sering kali dijumpai kemacetan sehingga kinerja lalu
lintas dari jalan tersebut sangat buruk.
Berikut adalah penyebab terjadinya kemacetan di simpang, yaitu :
-
36 | P a g e
Mengatasi Kemacetan
BAB 3
PENUTUP
37 | P a g e
Parameter perencanaan geometrik jalan yang ada saling berkaitan satu sama
lain dan berisikan nilai nilai dari komponen output desain yang ingin dihasilkan.
Seperti contoh parameter memiliki komponen kecepatan rencana. Komponen ini
menetukan besaran komponen jalan yang nantinya akan dibangun seperti besar
tikungan, superelevasi jalan dan komponen lainnya yang nantinya akan terwujud
sesuai standar kecepatan rencana yang kita kehendaki.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari paragraf di atas adalah dalam
perancangan deain suatu jalan kita sebagai pihak pendesain harus selalu
mengutamakan aspek keamanan dan kenyamanan pihak pengguna jalan lainnya.
Parameter perancangan geometrik jalan raya hadir sebagai pedoman kita untuk
mendesain jalan dengan pertimbangan aspek keamanan dan kenyamanan yang
telah teruji.
Demikian karya tulis paper dari kelompok kami mengenai parameter
perancangan geometri jalan raya. Kami berharap apa yang kami sajikan dapat
memberikan manfaat pada para pembaca sekalian dan kami mengucapkan terima
kasih atas kesediaaan waktunya untuk membaca paper kelompok kami .
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997.Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta :
Direktorat Bina Jalan Kota.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI),
Sweroad and PT. Bina Karya (Persero), Jakarta.
Sukiman, Silvia. 1999. Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan. Bandung :
NOVA.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. 1997. Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina
38 | P a g e
Marga.
Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. 1992. Standar
Geometrik Jalan Perkotaan. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Marga.
39 | P a g e