Anda di halaman 1dari 21

Deman Berdarah Dengue

Misnawati

Latar belakang
Demam Berdarah Dengue banyak ditemukan di
daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh
dunia menunjukkan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap
tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun
1968 hingga tahun 2009,WorldHealth
Organization (WHO)mencatat negara Indonesia
sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di
Asia Tenggara. Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) masih merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat yang utama di
Indonesia.

Prevalensi
A.Prevalensi DBD Di Dunia
MenurutWord Health Organization(1995) populasi di dunia
diperkirakan berisiko terhadap penyakit DBD mencapai 2,5-3 miliar
terutama yang tinggal di daerah perkotaan di negara tropis dan
subtropis. Saat ini juga diperkirakan ada 50 juta infeksi dengue yang
terjadi diseluruh dunia setiap tahun. Diperkirakan untuk Asia Tenggara
terdapat 100 juta kasus demam dengue (DD) dan 500.000 kasus DHF
yang memerlukan perawatan di rumah sakit, dan 90% penderitanya
adalah anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun.
Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan
pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu,
terhitung sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat negara
Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara
dan tertiggi nomor dua di dunia setelah Thailand (Depkes, 2010).

B. Prevalensi DBD Di Indonesia


Pada tahun 2007, jumlah kasus penyakit DBD di
Indonesia adalah 158.115 kasus, sedangkan pada
tahun 2008, jumlah kasus penyakit DBD adalah
136.339 kasus.
Pada tahun 2014, sampai pertengahan bulan
Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di
Indonesia sebanyak 71.668 orang, dan 641
diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut lebih
rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yakni
tahun 2013 dengan jumlah penderita sebanyak
112.511 orang dan jumlah kasus meninggal
sebanyak
871
penderita.

c. Prevalensi sulawesi selatan


Pada tahun 2007, jumlah kasus penyakit DBD
adalah 5.333 kasus dengan jumlah kasus
terbesar berada di Kabupaten Bone (1030)
kasus, menyusul Makassar (452) kasus,
Bulukumba ( 376) kasus, dan Pangkep (358)
kasus.
Kasus DBD di Sulawesi Selatan pada tahun 2008
kategori tinggi pada kabupaten Bone,
Bulukumba, Pinrang, Makassar, dan Gowa (217668 kasus). Sedangkan pada tahun 2009 jumlah
kasus DBD adalah 44.71/100.000 penduduk
Indonesia.

Angka KLB
Provinsi Jawa Timur dan Sumatera Selatan
menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB)
Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak tanggal 1
Januari 2015. Terjadi peningkatan jumlah kasus
DBD di 2 provinsi tersebut. Selama bulan Januari
2015 di Provinsi Jawa Timur KLB DBD terjadi di 37
Kabupaten/Kota, dengan total jumlah kasus
sebanyak 3.136 kasus DBD dan angka kematian
sebanyak 52 kasus, sementara di Provinsi
Sumatera Selatan terjadi KLB DBD di 13
Kabupaten/Kota dengan jumlah kasus sebanyak
335 kasus DBD.

Angka kematian
MenurutWord Health Organization(WHO)
jumlah kematian oleh penyakit DHF di dunia
mencapai 5% dengan perkiraan 25.000 kematian
setiap tahunnya (WHO, 2012).
Jumlah kasus kematian akibat penyakit DBD di
Indonesia pada tahun 2007 sebesar 1.01%, pada
tahun 2008 jumlah kematian 1.170 orang (CFR=
0,86% dan IR=60,06/100.000 penduduk.
Untuk Provinsi Sulawesi Selatan sendiri, angka
kematian DBD pada tahun 2008 sebesar 0,83,
sedangkan pada tahun 2009 angka kematian
sebanyak 0.67%.

DBD?
Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) {bahasa medisnya disebut
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)}
adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue dengan genusnya
adalah favivirus.

Penyebab dbd
Penyebab DBD adalah virus dengue
yang sampai saat ini dikenal dengan
4 serotipe :
1. Dengue 1
2. Dengue 2
3. Dengue 3
4. Dengue 4
Setiap serotipe cukup berbeda
sehingga tidak ada proteksi silang
dan wabah yang disebabkan
beberapa serotipe dapat terjadi.

Klasifikasi DBD menurut


WHO
a.DD
Demam disertai 2 atau lebih tanda: sakit kepala, nyeri retroorbital, mialgia, artralgia
b.Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, terdapat manifestasi
perdarahan (uji bendung positif)
c.Derajat II
Derajat I ditambah gejala perdarahan spontan dikulit dan
perdarahan lain.
d.Derajat III
Kegagalan sirkulasi darah, nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menurun (20 mmhg, kulit dingin, lembab, gelisah, hipotensi)
e.Derajat IV
Syok berat disertai dengan Nadi tak teraba dan tekanan darah
tidak dapat diukur

PENULARAN DBD
Penularan DBD umumya melalui
gigitan
nyamuk
Aedes
Aegypti.
Meskipun dapat juga ditularkan oleh
Aedes Albopictus yang biasanya hidup
di kebun-kebun.

MASA INKUBASI DBD


Masa inkubasi DBD biasanya 4 7 hari atau bahkan 3 15 hari sesudah
masa tunas/inkubasi selama 3 15 hari orang yang tertular dapat
mengalami/menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut
ini :
Bentuk Abortif, Penderita tidak merasakan suatu gejala apapun.
Dengue Klasik, Penderita mengalami demam tinggi selama 4 7 hari
nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau
bercak-bercak pendarahan dibawah kulit.

Dengue Haemorhagig Fever (Demam Berdarah Dengue/DBD),


Gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan pendarahan
dari hidung (Epitaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb.

Dengue Syok Sindrom, Gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan


syok/presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.

MEKANISME PENULARAN
Seorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan
sumber penularan DBD, virus ini berada dalam darah selama 4 7 hari.
Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan
ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk, selanjutnya virus akan
memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk
termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap
darah penderita nyamuk tersebut siap menularkan kepada orang lain. Virus
ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya dan
menjadi penular (Infektif).

DBD pada umumnya menyerang anak-anak 15


Tahun, tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat
adanya kecenderungan proporsi pada dewasa.
Biasanya nyamuk Aedes Aegypti betina mencari
mangsa pada siang hari. Aktifitas menggigit
biasanya mulai pagi sampai petang hari dengan 2
puncak aktifitas antara pukul 09.00 10.00 dan
pukul 16.00 17.00.

Tanda dan gejala


Dasar diagnosis DBD menurut WHO 1997
1.Pasien penyakit DBD pada umumnya disertai dengan kriteria
klinis sebagai berikut:
Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7
hari
Manifestasi perdarahan dengan tes RumpelLeode (+), mulai dari
petekie (+) sampai perdarahan spontan seperti mimisan, muntah
darah atau berak darah-hitam
Pembesaran hati
Ruam kulit
Syok yang ditandai oleh nadi lemah, cepat disertai tekanan nadi
menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah
menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau
kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama
pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul
sianosis disekitar mulut.Hasil pemeriksaan trombosit menurun
(nominal: 150.000-300.000 mL), hemotokrit meningkat (nominal:
pria<45, Wanita <40)

2.Kriteria Laboratorium
a.Trombositopenia (<100.000/mm3)
b.Himokonsentrasi (nilai hematokrit lebih 20% dari normal)

3.Indikator fase syok


a.Hari sekitar 4-5
b.Suhu turun
c.Nadi cepat tanpa demam
d.Tekanan nadi turun/hipotensi
e.Leukopenia <5.000/mm3

4.Derajat (WHO 1997)


a.Demam dengan uji bendung positif
b.Derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan lain
c.Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun (<20mmHg) atau hipotensi disertai kulit yang
dingin, lembab dan pasien menjadi gelisah
d.Syok berat dengan nadi yang tidak terabadan tekanan darah tidak
dapat diukur

TEMPAT POTENSIAL BAGI


PENULARAN DBD
A. Wilayah yang banyak kasus DBD (Endermis).
B. Tempat-tempat umum seperti sekolah, RS,
Puskesmas, Hotel, Pasar, Restoran, dan
Tempat Ibadah.
C. Pemukiman baru di pinggir kota.
Karena lokasi ini penduduknya berasal dari
berbagai
wilayah
maka
kemungkinan
diantaranya terdapat penderita atau orier
yang membawa virus dengue yang berlainan
dari masing-masing lokasi asal.

TEMPAT PERKEMBANGBIAKAN NYAMUK AEDES


AEGYPTI
Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari
seperti : drum, tangki, tempayan, bak mandi/wc dan ember.
Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari
seperti : tempat minum burung, vas bunga, barang-barang
bekas (ban, kaleng, botol, plastik,dll).
Tempat penampungan air alamiah seperti : lobang
batu/pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu.

PENCEGAHAN
Tidak ada vaksin yang tersedia secara komersial
untuk penyakit DBD, pencegahan utama demam
berdarah
terletak
pada
menghapuskan
atau
mengurangi vektor nyamuk DBD.
Pemberantasan sarang nyamuk DBD adalah kegiatan
membrantas telur, jentik dan kepompong nyamuk
DBD di tempat-tempat pembiakannya.

PEMBERANTASAN
Cara Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD dilakukan dengan cara
3M yaitu :
1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air,
seperti : Bak mandi/WC, drum, dll. (M1)
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti :
Gentong Air, Tempayan, dll (M2).
3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang
dapat menampung air hujan (M3).

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

SELAIN ITU DITAMBAH DENGAN CARA LAIN YANG


DISEBUT 3M PLUS
Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat lainnya
yang sejenis seminggu sekali.
Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar / rusak.
Menutup lubang pada potongan bambu / pohon dengan tanah.
Menaburkan bubuk Larvasida.
Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak penampung air.
Memasang kawat kasa.
Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
Menggunakan kelambu.
Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.

Anda mungkin juga menyukai