Anda di halaman 1dari 18

Penguburan Massal

Misnawati

Pengelolaan Jenazah
Pengelolaan jenazah adalah salah satu
aspek yang paling sulit dari tanggap
bencana, dan bencana alam, khususnya
yang menyebabkan kematian dalam
jumlah besar. Hal ini dapat melebihi
kapasitas lokal. Salah urus jenazah
memiliki efek mendalam dan berdampak
lama pada korban dan masyarakat.

Langkah-langkah dalam
pengelolaan jenazah:
1. Pemulihan Tubuh.
2. Penyimpanan
3. Identifikasi dan sertifikat
kematian
4. Informasi dan komunikasi
5. Pembuangan

Kuburan Massal
Kuburan massaladalahmakam
yang berisi lebih dari satujenazah
yang seringkalitak dikenal. Kuburan
massal biasanya diciptakan setelah
sejumlah besar orangmeninggal
atau dibunuh/terbunuh, dan
jenazahnya perlu dengan segera
dikuburkan

Indikasi
1. Semua jezah yang telah teridentikasi
diberikan kepada keluarga atau
komunitas untuk di kuburkan sesuai
dengan adat istiadat setempat.
2. Penyimpanan jangka panjang akan
diperlukan untuk jenazah yang tidak
teridentifikasi/dikenali yang tersisa.

Metode penyimpana
jangka panjang
Penguburan
Kremasi

Lokasi tempat
pemakaman
1. Harus difikirkan dengan baik dalam pemilihan lokasi
2. Kondisi tanah, tiingkat ketinggian air dan ruang yang
tersedia harus dipertimbangkan.
3. Lokasi harus diterima oleh masyarakat yang tinggal
di dekat lokasi pemakaman.
4. Lokasi sebaiknya dekat dengan lingkungan
masyarakat
5. Area pemakaman harus ditandai dengan jelas dan
dikellingi oleh zona penyangga dengan lebar kurang
lebih 10 m untuk memungkinkan penanam vegatasi
berakar dan untuk memisahkan situs dengan daerah
hunian.

Jarak dari sumber air


Penguburan harus setidaknya
200 m dari sumber air, mis:
sungai, danau, air terjun,
pantai dan garis pantai.

Jumlah badan
4 atau kurang
5-60 korban
60 atau lebih
120 korban atau
lebih

Jarak dari sumber


air
200
250
350
350

meter
meter
meter
meter

Konstruksi kuburan
1. Jika memungkinkan, sisa-sisa jenazah harus
dikubur dan ditandai dengan jelas , kuburan
individu
2. Untuk bencana yang sangat besar, kuburan
massal tidak dapat dihindari.
3. Berlaku praktik keagamaan dapat menunjukkan
preferensi untuk orientasi tubuh. Mis, kepala
menghadap ke timur, atau ke arah mekkah dll.
4. Kuburan massal harus terdiri dari parit satu baris
dimana tubuh ditempatkan sejajar dengan yang
lain. 0,4 meter terpisah.?
5. Setiap tubuh harus dikubur dengan nomor
referensi unik dengan label yang tahan air.

Meskipun tidak ada referensi standar


kuburan, disarankan bahwa:
1. Kedalam kuburan 1,5-3 meter
2. Kuburan dengan kurang dari 5 orang memungkinkan
1,2 meter. (1.5 jika penguburan berada di pasir)
3. Jarak ini harus ditingkatkan sesuai dengan kondisi
tanah dan ketinggian air.

Pandangan islam
Penguburan Massal karena Kondisi
Darurat
Jumhur ulama membolehkan
penguburan massal dengan catatan
karena kondisi darurat, seperti kondisi
dalam peperangan atau bencana alam.
Pada saat itu sangat banyak korban jiwa
yang berjatuhan sehingga akan sulit
jikalau harus menggali kubur satu per
satu korban yang meninggal. Pendapat
jumhur dikuatkan dengan beberapa dalil
:



Penguburan Massal, Laki-laki dengan


Perempuan perlu Dipisahkah?
Jumhur empat madzhab bersepakat membolehkan
penguburan laki-laki dan perempuan disatukan dalam
penguburan, jika benar-benar kondisi pada saat itu sangat
terdesak dan darurat. Imam Al-Kharqi dari Al-Hanabilah
dikuatkan dengan penjelasan ibnu hajar dalam syarh
shahih bukharimengatakan dalam kitab Al-Mughni tata
cara pnguburan masal dengan menyatukan dalam satu
galian adalah mayit laki-laki dihadapkan samping kiblat,
disusul belakangnya mayit perempuan kemudian
dibelakangnya lagi mayit anak kecil. Diantara mayit diberi
batas dengan taburan tanah.
Ibnu qudamah menekankan, penguburan masal dengan
menyatukan mayit laki-laki dalam satu galian dengan
mayit perempuan hanyalah berlaku pada saat sangat
terdesak saja.

Resiko terinfeksi oleh


jenazah
Ketakutan bahwa Jenazah akan menyebabkan
epidemi adalah keyakinan yang salah. Jenazah
tidak menyebabkan epidemi setelah bencana
alam. Korban biasanya meninggal oleh
cedera, tenggelam atau kebakaran,penyakit
menular tidak. Pada saat kematian, korban
tidak mungkin sakit dengan epidemi yang
menyebabkan infeksi (misalnya wabah, kolera,
tifus). Beberapa korban akan mengalami
infeksi darah kronis, kebanyakan organisme
menular tidak bertahan melampaui 48 jam
dalam mayat. (kecuali HIV 6 hari)

References

Anda mungkin juga menyukai