ABSTRAK
Reaksi nuklir merupakan proses pengubahan inti atom melalui reaksi pertukaran dengan partikelpartikel dasar penyusun inti atom. Misalnya pada unsur radioaktif yang mana inti-intinya meluruh
menjadi inti yang lain yang lebih stabil. Dalam pembetukan reaksi inilah diperlukan mekanisme reaksi
ini atom atau lebih dikenal dengan mekanisme reaksi nuklir, yang terdiri dari dua mekanisme.
Pertama, mekanisme reaksi inti majemuk yang terjadi dalam dua tahap yaitu; (1) pembentukan inti
majemuk dan; (2) disintegrasi inti majemuk menjadi hasil reaksi. Kedua, reaksi langsung, partikel
datang berinteraksi langsung dengan inti target tanpa menimbulkan keadaan antara.
Kata Kunci: Reaksi inti, Reaksi Nuklir, Inti Majemuk, Reaksi Langsung
PENDAHULUAN
Reaksi inti, seperti halnya reaksi kimia melibatkan perubahan energi. Energi yang dilepas
oleh suatu reaksi inti tertentu dapat dilakukan dalam reaktor tenaga nuklir. Misalnya pada unsur
radioaktif yang mana inti-intinya meluruh menjadi inti yang lain yang lebih stabil. Pada peristiwa
peluruhan radioaktif, inti-inti berubah dengan sendirinya tanpa dipengaruhi atau berlangsung secara
alami. Tetapi sebenarnya perubahan inti-inti radioaktif juga dapat dilakukan dengan cara
menembakkan partikel-pertikel yang mempunyai energi cukup sehingga berlangsung reaksi pada
unsur yang ditembaki. Reaksi yang terjadi dinamakan reaksi nuklir.
Jadi, reaksi inti atau reaksi nuklir adalah proses yang terjadi apabila partikel-pertikel nuklir
(nukleon atau inti atom) saling mengadakan kontak atau proses perubahan yang terjadi dalam inti
atom akibat tumbukan dengan partikel lain atau berlangsung dengan sendirinya. Pada reaksi nuklir
atau inti terdapat dua mekanisme. Mekanisme reaksi inti terbagi menjadi dua yaitu, Reaksi Inti
Majemuk dan Reaksi Langsung.
Pada reaksi inti majemuk, partikel datang ditangkap oleh inti sehingga inti berada dalam
keadaan labil (tereksitasi) yang kemudian diikuti oleh terjadinya hasil reaksi. Pada reaksi langsung,
partikel datang berinteraksi langsung dengan inti target tanpa menimbulkan keadaan antara.
Perbedaan kualitatif paling sederhana antara kedua mekanisme tersebut adalah dalam hal waktu
interaksi. Pada reaksi langsung, waktu interaksinya kira-kira sebanding dengan waktu transit partikel
pada inti target, ordenya ~ 3 x 10-22 detik. Sedangkan pada mekanisme Inti Majemuk, waktu
peluruhan yang tercepat beberapa orde lebih besar dari nilai tersebut.
Q = energi reaksi
= KB + Kb Ka
(Energi kinetik)
p = tetap
Partikel yang digunakan untuk menembaki inti-inti radioaktif agar terjadi reaksi nuklir adalah
partikel , partikel , sinar , netron, proton dan deuteron. Pada peristiwa reaksi nuklir, inti yang
ditembaki akan berubah menjadi inti yang lain disertai pelepasan partikel lain dan energi. Besarnya
energi yang terbentuk pada peristiwa reaksi sama dengan selisih massa mula-mula dengan massa
akhir.
Persamaan Reaksi Nuklir
Reaksi nuklir dituliskan sebagai berikut :
A B C D
(1)
X(a,b)Y
a dan b dapat berupa partikel elementer (nukleon, elektron) atau juga berupa inti atom
(deuteron, alpha)
Misalnya reaksi nuklir tersebut :
4
2
He 36Li 49 Be 11H
Persamaan reaksi diatas belum dapat menginformasikan berapa probabilitas terjadinya reaksi
tersebut ataupun apakah reaksi tersebut bersifat eksotermik atau endotermik. Namun persamaan
reaksi nuklir diatas mengilustrasikan dua kekekalan yang harus dipenuhi yaitu kekekalan muatan (Z)
dan kekekalan jumlah nukleon (N+Z). Kekekalan muatan dipenuhi dengan jumlah Z (jumlah proton)
antara kedua sisi persamaan harus sama, pada kasus diatas 2+3 = 4+1. Kekekalan jumlah nukleon
dipenuhi dengan jumlah indeks atas (N+Z) yang sama, pada kasus diatas 4+6 = 9+1.
Koordinat Laboratorium dan Koordinat Pusat Massa
Jika partikel yang bermassa mA dan berkelajuan v
bermassa mB, jika dilihat dari pengamat dalam laboratorium, maka kelajuan V dari pusat massa
didefinisikan melalui persamaan
m A v V m BV
mA
V
m A mB
Untuk sebagia besar reaksi nuklir, v << c, sehingga perlakuan nonrelativistik cukup memadai.
Dalam sistem laboratorium, energi kinetik timbul dari energi kinetik partikel datang saja:
K lab
1
mAv 2
2
Dalam sistem pusat massa, kedua partikel itu bergerak dan memberi kontribusi pada energi kinetik
total
K cm 1 m A (v V ) 2 1 m BV 2 1 m A v 2 1 (m A m B )V 2
2
2
2
2
K cm K lab 1 (m A m B )V 2
2
mA
K lab
K cm
m A mB
Energi kinetik total partikel relatif terhadap pusat massanya ialah energi kinetik total dalam sistem
laboratorium dikurangi energi kitenik
1 (m A mB )V 2
2
dapat menganggap Kcm sebagai energi kinetik gerak relative partikel itu. jika partikel bertumbukan,
energi kinetik maksimum yang dapat berubah menjadi energi eksitasi dari inti majemuk yang terjadi
dengan tetap mempertahankan kekekalan momentum ialah K cm yang lebih kecil dari Klab.
Cross Section
Cross Section menggambarkan peluang terjadinya suatu reaksi:
t ( ) SC ( ) r ( )
Dimana t ( ) merupakan peluang total, SC ( ) merupakan peluang elastic scattering, dan
Jalan bebas rata-rata suatu partikel yang memasuki 5ucleon jauh lebih kecil dari ukuran inti
jika energi kinetiknya tidak terlalu besar (kurang dari 50 MeV).
~ 0.4 x 10-13 cm;
untuk ~ 20 MeV
(A-1)S
Cross Section untuk reaksi inti majemuk:
Untuk reaksi inti majemuk X(a,b)Y cross section-nya dapat dinyatakan
Gc (b) merupakan peluang inti majemuk yang terjadi menghasilkan partikel b dan inti hasil Y.
(b) 1
Dengan asumsi:
Inti mempunyai bentuk yang jelas, dengan jejari R. Gaya nuklir hanya bekerja jika jarak
2
Model klasik untuk partikel datang neutron: c ( n) R
Jika partikel datang bermuatan (bukan neutron), maka ada efek interaksi coulomb:
V ( R)
c (a ) R 2 1
untuk V ( R )
c (a ) 0 untuk V ( R )
Adanya gaya inti menyebabkan ada perubahan potensial, seperti potensial tangga:
Terdapat efek transmisi pada batas x = 0. Dan koefisien transmisi T berhubungan dengan energi
partikel datang:
4 Kk
K k2
; dimana
2( M )
k
1
2
2
M
(
V
)
O
dan K
sama dengan
C (n)
1
1
2
1
c ( n) ( R ) 2
4 Kk
k K2
;dimana
(impact parameter). Sedangkan untuk pembentukan inti majemuk akibat penembakan oleh partikel
bermuatan, sulit memperoleh bentuk yang sederhana. Aproksimasi kasar untuk partikel bermuatan:
V ( R )
2
c R 1
2 ). Konstanta pembandingnya
bergantung pada nomor massa inti. Ada kemungkinan penguapan satu partikel masih menyisakan
inti yang panas sehingga terjadi penguapan kedua (secondary reaction), dinotasikan dengan
X(a,bc)Z. reaksi seperti ini disebut dengan Reaksi Nuklir Sekunder dimana untuk reaksi X(a,bc)Z
ada tiga mekanisme prosesnya:
X+aY+c
(Z + c)
X + a Y + c
(Z + b)
X + a Z + b + c jika selang waktu antar kedua peluruhan sangat singkat.
Cross section peluruhan yang melibatkan reaksi sekunder adalah jumlah dari cross section
masing-masing mekanisme: (a;bc)=(a;b,c)+(a;c,b). Umumnya salah satu lebih dominan. Cross
section untuk reaksi yang melibatkan reaksi peluruhan sekunder:
Reaksi langsung
Tumbukan yang terjadi di dalam inti sedikit dan tidak ada kemungkinan partikel datang
mengalami pemantulan oleh permukaan inti bagian dalam. Pada reaksi inti majemuk terjadi
perubahan momentum sudut akibat pemantulan oleh permukaan inti. Dapat dikatakan tidak terjadi
perubahan arah momentum sudut pada reaksi langsung.
Partikel datang mendekati inti menyebabkan nukleon dalam inti target mengalami vibrasi atau
menyebabkan inti mengalami rotasi (akibat interaksi dengan gaya inti). Partikel datang mengalami
penyimpangan (deflection). Reaksi jenis ini digunakan untuk mempelajari keadaan vibrasi dan rotasi
inti.
Direct Reaction Inelastic : partikel datang mendekati inti menyebabkan nucleon dalam inti
target mengalami vibrasi / menyebabkan inti mengalami rotasi. Contoh reaksi (p,n)
Pickup Reaction : Partikel datang mendekati inti dan memungut nukleon dari permukaan inti
sehingga menjadi deuteron. Contohnya Reaksi (p,d), (p,t), (d,t), reaksi Zr(p,)Y, dll.
Stripping Reaction : Kebalikan dari pickup reaction dimana deutron datang mendekati inti,
salah satu nukleonnya masuk ke inti dan yang lainnya terdefleksi. Nukleon dalam inti mengupas
partikel datang. Contohnya reaksi (d,p), (d,n), (t,d), (He, 3d), (,He3), (,t), (C13,C12).
Salah satu karakteristik reaksi langsung adalah hubungan antara perubahan momentum
sudut dan distribusi angular partikel yang dihasilkan. Partikel yang dihasilkan pada reaksi langsung
cenderung terdistribusi pada sudut angular kecil (yang menyatakan arah langsung).
Reaksi langsung merupakan cara untuk mempelajari struktur inti. Misalnya reaksi
memasukkan neutron ke dalam inti Ni58. Inti target ditembaki dengan deuteron berenergi tunggal dan
distribusi energi proton yang dihasilkan pada berbagai sudut diamati.
Reaksi yang dihasilkan dengan menembakkan neutron juga dapat digunakan untuk
mempelajari struktur inti. Hanya saja reaksi tersebut menghasilkan keadaan inti dengan energi
eksitasi > 8 MeV, pada rentang ini keadaan partikel tunggal merupakan gabungan dari banyak
keadaan nuklir sehingga sulit untuk memisahkan keadaan yang satu dengan yang lainnya.
Sedangkan dengan reaksi langsung (stripping reaction) dapat dipelajari keadaan dengan energi yang
lebih rendah di mana struktur inti lebih sederhana dan rentang energinya juga lebih lebar.
Aspek Energi
Persamaan Einstein yang menyatakan kesamaan antara massa dan energi menentukan aspek
energi dari reaksi nuklir :
E total mc 2
(i)
Dimana , m, dan c adalah energi total inti atom, massa inti atom dan kecepatan cahaya, secara
berturutan. Massa pada persamaan diatas bergantung pada kecepatan relative inti atom tersebut
terhadap kecepatan cahaya sebagai berikut :
m0
v
1
c
(ii)
Dimana mo adalah massa diam inti atom yaitu massa inti atom ketikakecepatannya v=0.
Untuk keadaan dimana kecepatan inti atom jauh lebih kecil dari kecepatan cahaya, v<<c , kita dapat
melakukan ekspansi sebagai berikut
1 v
m m0 1
2 c
v
0
c
(iii)
dan hanya mengambil dua suku pertama. Dengan memasukkan hasil kepada persamaan (i) maka
Etotal m0 c 2
1
m0 v 2 (iv)
2
Suku pertama di kanan adalah energi diam partikel (misalnya inti atom) dan suku kedua adalah
energi kinetik. Neutron yang terdapat pada reaktor nuklir, begitupun inti atom penyusun reaktor nuklir,
akan selalu dalam keadaan non relativistic dengan v<<c sehingga kita bisa menggunakan persamaan
(iv). Selanjutnya kita gunakan E untuk menunjukkan energi kinetic. Sehingga untuk partikel non
relativistic dengan massa diam MX energi kinetic nya adalah
1
M X v 2 (v)
2
Sebagian elektron berenergi tinggi dapat melaju dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya,
sehingga pada kasus ini kita harus menggunakan persamaan relativistic. ditentukan dari persamaan
(i) dan (ii) lalu energi kinetic didapat dengan hubungan E E total m0 c
Sinar gamma tidak memiliki massa dan melaju dengan kecepatan cahaya. Energinya sebagai
berikut :
E hv
.(vi)
Dimana h adalah konstanta Planck dan v adalah frequensi dari sinar gamma tersebut. Kita sekarang
akan menerapkan hukum kekekalan energi. Untuk persamaan reaksi (1.1) kekekalan energi
dinyatakan sebagai berikut
E A M A c 2 E B M B c 2 EC M C c 2 E D M D c 2
(vii)
Dimana E A dan M A adalah energi kinetic dan massa diam dari A, begitupun untuk B,C,
dan D. Bila salah satu partikel yang bereaksi adalah sinar gamma maka energi totalnya digantikan
oleh hv.
Nilai Q dari reaksi nuklir didefinisikan Q EC E D E A E B
(viii)
Yang menentukan apakah reaksi nuklir bersifat eksotermik atau endotermik. Dari persamaan
(viii) dapat difahami bahwa nilai Q adalah perbandingan antara energi kinetic total setelah dan
sebelum reaksi. Nilai Q positif menunjukkan penambahan energi kinetic, sedangkan nilai Q negatif
menunjukkan adanya energi kinetic yang hilang. Dengan persamaan (vii) maka definisi nilai Q yang
sebelumnya merupakan perbandingan energi kinetic dapat kita rubah menjadi perbandingan massa
sebelum dan setelah reaksi sebagai berikut : Q M A M B M C M D c
(ix)
Nilai Q yang positif menunjukkan terjadinya reaksi eksotermik dimana terjadi penambahan
energi kinetic dengan pengurangan total massa diam. Sebaliknya, nilai Q negatif menunjukkan
terjadinya reaksi endotermik dimana energi kinetic total setelah reaksi berkurang namun total massa
diam setelah reaksi meningkat.
dilepaskan oleh reaksi itu. jika Q kuantitas negatif, energi kinetik dalam sistem pusat massa cukup
besar harus diberikan oleh partikel-partikel yang bereaksi sehingga
K cm Q 0
Secara umum hal yang berlaku pada reaksi kimia berlaku pula pada reaksi nuklir. Namun pada
reaksi kimia perubahan energi terjadi pada orde beberapa eV, sedangkan pada reaksi nuklir
perubahan energi terjadi pada orde MeV, dengan perubahan massa yang terlalu kecil untuk diukur.
ZM P NM N M X
(x)
yang bernilai positif untuk semua inti atom. Sehingga berat inti atom lebih kecil daripada total massa
neutron dan proton yang menyusunnya. Bila kita mengalikan dengan kuadrat kecepatan cahaya
maka kita akan mendapatkan energi : c 2 . Energi ini adalah energi ikat inti atom. Kita dapat
memahami energi ikat atom ini sebagai berikut. Apabila inti atom dapat dipisahkan kedalam
penyusunnya neutron dan proton, maka kita akan memperoleh penambahan massa sebesar . Maka
sejumlah energi yang sama dengan massa ini, sebagaimana diberikan oleh persamaan Einstein,
dibutuhkan untuk dapat melakukan pemisahan tersebut. Energi tersebut adalah energi ikat. Semua
inti atom stabil memiliki energi ikat bernilai positif yang mengikat proton dan neutron penyusunnya
menjadi sebuah inti atom. Bila kita normalisasi energi ikat terhadap jumlah nukleon (partikel inti)
sebagai berikut
c 2
N Z
(xi)
energi ikat per nukleon. Kuantitas ini menjadi ukuran kestabilan inti atom.
Semakin besar energi ikat per nukleon maka inti atom tersebut semakin stabil. Gambar 1.1
adalah kurva energi ikat per nukleon. Pada inti atom dengan nomor massa kecil kurva meningkat
secara cepat. Untuk nomor mass yang semakin besar, sekitar 40, kurva semakin mendatar dan
mencapai nilai maksimum sedikit dibawah 9MeV dan secara bertahap menurun. Reaksi eksotermik
adalah reaksi nuklir dimana produk dari reaksi nuklir tersebut memiliki energi ikat yang lebih besar,
dengan kata lain reaksi nuklir merubah inti atom menjadi inti atom lain yang lebih stabil.
Reaksi nuklir eksotermik merupakan kandidat untuk dapat digunakan untuk menghasilkan
energi. Terdapat dua jenis reaksi nuklir yang merupakan reaksi eksotermik yaitu reaksi fusi dimana
dua inti atom ringan bergabung membentuk inti atom yang lebih besar, lebih tinggi pada kurva energi
ikat. Reaksi lainnya adalah reaksi fisi dimana inti atom berat terpisah menjadi dua (atau beberapa) inti
atom yang lebih ringan, yang masing-masing inti atom yang lebih ringan tersebut memiliki energi ikat
per nukleon yang lebih besar.
KESIMPULAN
Reaksi nuklir adalah proses yang terjadi apabila partikel-pertikel nuklir (nukleon atau inti
atom) saling mengadakan kontak atau proses perubahan yang terjadi dalam inti atom akibat
tumbukan dengan partikel lain atau berlangsung dengan sendirinya. Dalam reaksi nuklir berlaku
beberapa hukum kekekalan, yaitu hukum kekekalan muatan, hukum kekekalan massa dan energi,
hukum kekekalan nomor massa, hukum kekekalan momentum sudut inti, hukum kekekalan paritas,
dan hukum kekekalan momentum linier. Mekanisme reaksi inti terbagi menjadi dua yaitu, Reaksi Inti
Majemuk dan Reaksi Langsung. Pada reaksi inti majemuk, partikel datang ditangkap oleh inti
sehingga inti berada dalam keadaan labil (tereksitasi) yang kemudian diikuti oleh terjadinya hasil
reaksi. Pada reaksi langsung, partikel datang berinteraksi langsung dengan inti target tanpa
menimbulkan keadaan antara.
DAFTAR PUSTAKA
Beiser, A. 1982. Konsep Fisika Modern. Jakarta : Erlangga
Kenneth, Krane. 1992. Fisika Modern. Jakarta : Erlangga
Anonim, Pengertian Reaksi Nuklir, Sridianti.com, diakses dari http://www.sridianti.com/pengertianreaksi-nuklir.html pada tanggal 2 Juni 2015 pukul 10.00
Anonim, Reaksi Nuklir, PDF, diakses dari https://medianuklir.files.wordpress.com/2010/08/bab1reaksinuklir.pdf pada tanggal 2 juni 2015 pukul 10.30
Erik,
Reaksi
Nuklir,
Ericson
Concept
diakses
dari
Fachruddin,
Mengenal
Fisika
Nuklir,
PPT,
diakses
dari
Basar,
Reaksi
Nuklir
dan
Aplikasinya
PDF,
diakses
dari