Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu fisika merupakan ilmu alam yang telah memberikan banyak
manfaat bagi kehidupan manusia, salah satunya adalah konsep kalor (Aris
Prasetyo, 2016:3). Sub materi kalor pada mata pelajaran IPA maupun mata
pelajaran fisika terdiri atas beberapa konsep salah satunya yaitu perpindahan
kalor.
Kalor berpindah dari satu tempat satu ke tempat lainnya melalui tiga
cara, yaitu dengan konduksi, konveksi dan radiasi (Giancoli,2001:501).
Penguasaan konsep pembelajaran tentang perpindahan kalor secara konduksi dan
konveksi sering dilakukan dengan praktikum, sedangkan perpindahan kalor secara
radiasi belum pernah dilakukan dengan praktikum seperti yang terjadi di beberapa
SMA (Sekolah Menengah Atas) Negeri Surakarta. Fakta tersebut diperkuat
dengan hasil observasi dan wawancara kepada lima mahasiswa PPL pendidikan
Fisika pada tanggal 14 Juli 2017 yang mengatakan bahwa di SMA Negeri
Surakarta belum pernah melakukan praktikum kalor radiasi dengan alasan tidak
mengetahui konsep tersebut bisa dipraktikumkan.
Praktikum perpindahan panas secara konduksi dapat dilakukan melalui
pemanasan beberapa batang logam (alumunium, besi, kuningan) dengan
musschenbroke, sedangkan praktikum perpindahan panas secara konveksi dapat
dilakukan dengan memanaskan minyak goreng yang diberi pewarna makanan
untuk melihat pergerakan pewarna makanan tersebut (Budi Suryatin, 2008:115-
117). Perpindahan kalor secara radiasi, menurut Seftia Haryani (2014) dan Jumiati
(2016), diajarkan menggunakan metode praktikum atau demonstrasi dengan alat
termoskop berbasis teknologi sederhana, murah, dan mudah didapat, sehingga
memudahkan pola pikir siswa dalam memahami sub konsep perpindahan kalor
secara radiasi ketika pembelajaran fisika berlangsung.
Termoskop adalah alat yang digunakan untuk mengetahui adanya radiasi
kalor atau energi pancaran kalor dan dapat dipakai untuk menyelidiki sifat
pancaran dari permukaan zat (Haryani, 2014 : 27). Termoskop terdiri dari dua

1
2

bohlam lampu tanpa filament berwarna hitam dan putih yang dihubungkan dengan
pipa U yang berisi alkohol, dan satu bohlam berfilament sebagai daya atau sumber
panas, sehingga termoskop dapat dikatakan sebagai teknologi sederhana, murah,
dan mudah didapat (Jumiati, 2016 : 3).
Alat percobaan termoskop yang dapat membantu pola pikir siswa dalam
membuktikan daya serap bahan terhadap perbedaan warna dimana bohlam hitam
lebih cepat menyerap panas dibandingkan bohlam bening (Seftia Haryani, 2014 :
34), namun kelemahannya adalah alat tersebut adalah tidak dapat membuktikan
konsep radiasi secara analitis karena tidak ada pengukuran suhu dalam bohlam
tersebut. Alat yang sama digunakan oleh Jumiati (2016) dalam jurnal skripsinya
tahun 2016 menghasilkan perhitungan energi kalor yang diserap botol putih
sebesar 0,010 x 10-16 J per detik sedangkan pada botol hitam kalor yang diserap
sebesar 0,011 x 10-16 J per detik (Jumiati, 2016 : 7-8). Kelemahan praktikum yang
dilakukan oleh Jumiati (2016) adalah tidak memiliki alat ukur suhu sehingga suhu
dalam ruang bohlam tidak dapat dideteksi, serta tidak mencantumkan analisa
perhitungan energi kalor yang dimiliki botol hitam dan putih.
Pengukuran suhu termoskop dapat diukur menggunakan termometer
manual seperti termometer alkohol, namun kurang efisien karena akan
menyebabkan kebocoran ruangan pada bohlam. Penyebab kebocoran tersebut
adalah plantisin, karena tidak bisa menahan kaca dalam jangka waktu yang lama.
Penyebab lain tidak tepatnya penggunaan termometer alkohol adalah termometer
itu sendiri sudah memenuhi lubang bohlam sehingga ruang untuk masuk pipa U
yang berisi alkohol tidak ada atau menjadi sempit. Solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut, yaitu dengan mengganti termometer alkohol dengan sensor
suhu.
Sensor suhu adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk
mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan (Fanny
Astria, 2014 : 49-50). Salah satu sensor suhu yang dapat digunakan untuk
mengukur suhu ruang paling akurat dan stabil yaitu sensor suhu DS18B20 (Yoga
Alif, 2016: 145). Oleh sebab itu, sensor suhu DS18B20 sangat tepat digunakan
untuk mengukur suhu ruang di dalam bohlam pada termoskop.
3

Nilai suhu dapat dihasilkan sebuah komponen elektronik apabila


komponen tersebut memiliki mata (penglihat), otak, dan mulut (pembaca). Jika
sensor DS18B20 sebagai mata, maka otak yang digunakan untuk mengatur nilai
suhunya adalah Arduino Uno dengan memasukkan coding yang sesuai, dan yang
berperan sebagai mulut (pembaca) adalah LCD, karena LCD dapat menampilkan
nilai suhunya.
Berdasarkan uraian diatas, dibuat inovasi alat percobaan termoskop yang
lebih modern, murah, dan mudah didapat berbasis mikrokontroler ATMEGA-328
dan sensor suhu DS18B20 waterproof. Alat tersebut dibuat dengan harapan alat
percobaan Termoskop dapat beralih menjadi alat praktikum Termoskop, yaitu alat
tersebut dapat di gunakan guru atau mahasiswa sebagai alat demonstrasi maupun
praktikum. Maka dari itu, diberikan judul penelitian Eksperimen Fisika II sebagai
berikut : “PEMBUATAN ALAT PERCOBAAN TERMOSKOP BERBASIS
MIKROKONTROLER ATMEGA-328 DAN SENSOR SUHU DS18B20
WATERPROOF”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi
masalah yang muncul, antara lain :
1. Masih banyak sekolah SMA Negeri di wilayah Surakarta dan Universitas
Sebelas Maret belum mempunyai alat praktikum radiasi berupa Termoskop,
sehingga menyebabkan pembelajaran kalor radiasi menjadi monoton bagi
siswa.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam Makalah Eksperimen Fisika II antara lain:
1. Konsep perpindahan kalor secara radiasi atau konsep radiasi benda hitam
dapat dipraktikumkan menggunakan alat percobaan Termoskop.
2. Alat percobaan termoskop ini dapat digunakan sebagai alat demonstrasi untuk
menunjukkan bahwa :
a) Konsep radiasi dapat pelajari melalui grafik hubungan antara ketinggian
permukaan alkohol dengan waktu penyerapan kalor pada masing-masing
bohlam,
4

b) Dapat digunakan untuk menentukan besar kalor serap bohlam hitam dan
bohlam putih, dan
Q
c) Dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dengan T4 pada
t
masing-masing bohlam.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah prinsip kerja dari alat percobaan Termoskop agar dapat
menjelaskan konsep radiasi kalor atau radiasi benda hitam?
2. Bagaimanakah cara menjelaskan konsep radiasi melalui grafik hubungan
antara ketinggian permukaan alkohol dengan waktu penyerapan kalor pada
masing-masing bohlam?
3. Bagaimanakah cara menentukan besar kalor serap bohlam hitam dan besar
kalor serap bohlam putih pada alat percobaan Termoskop?
Q
4. Bagaimana cara menjelaskan hubungan antara dengan T pada masing-
t
masing bohlam?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Makalah Eksperimen Fisika
II ini adalah :
1. Untuk mengetahui prinsip kerja dari alat percobaan termoskop.
2. Untuk menjelaskan konsep radiasi melalui grafik hubungan antara ketinggian
permukaan alkohol dengan waktu penyerapan kalor pada masing-masing
bohlam.
3. Untuk menentukan besar kalor serap bohlam hitam dan besar kalor serap
bohlam putih pada alat percobaan Termoskop.
Q
4. Untuk menjelaskan hubungan antara dengan T pada masing-masing
t
bohlam
5

F. Manfaat Penelitian
Makalah Eksperimen Fisika II diharapkan dapat memberikan manfaat
antara lain :
1. Menghasilkan alat prakikum untuk pembelajaran sub materi radiasi kalor atau
radiasi benda hitam yaitu alat percobaan Termoskop.
2. Mengetahui konsep radiasi melalui grafik hubungan antara ketinggian
permukaan alkohol dengan waktu penyerapan kalor pada masing-masing
bohlam.
3. Mengetahui besar kalor serap bohlam hitam dan bohlam putih melalui alat
percobaan Termoskop.
Q
4. Mengetahui hubungan antara dengan T pada masing-masing bohlam
t
5. Mempermudah mahasiswa dan guru dalam mencari alat percobaan
Termoskop untuk kebutuhan microteaching maupun praktek mengajar di
sekolah.

Anda mungkin juga menyukai