Anda di halaman 1dari 23

PENDAHULUAN

Dalam modul ini akan dibahas masalah-masalah yang berkaitan dengan


inti transformasi nuklir, khususnya tentang konsep-konsep: peluruhan alfa, beta,
dan gamma. Pokok-pokok bahasan ini berkaitan erat dengan pokok-pokok
bahasan dalam modul sebelumnya. Oleh karena itu, penguasaan materi pelajaran
dalam modul-modul sebelumnya akan membantu anda dalam mempelajari modul
ini.

Pemahaman yang mendasar tentang konsep-konsep tersebut akan


memantapkan penguasaan materi bagi guru yang akan mengajarkannya.
Pemahaman ini juga akan membantu mahasiswa dalam mempelajari modul-modul
berikutnya.

Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu memahami


konsep-konsep yang berkaitan dengan transformasi nuklir, khususnya peluruhan
alfa, beta, dan gamma. Secara lebih khusus Anda diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian peluruhan alfa, beta, dan gamma.
b. Menjelaskan energi peluruhan dalam proses peluruhan alfa, beta, dan
gamma.
c. Menjelaskan energi kinetik dalam proses peluruhan alfa.
d. Menghitung energi inti yang terpental dalam proses peluruhan alfa.
e. Menjelaskan pengertian neutrino.
f. Menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan peluruhan alfa, beta, dan
gamma.
Agar tujuan-tujuan tersebut tercapai pelajarilah modul ini secara cermat dan
tekun.
PELURUHAN ALFA, BETA ,DAN GAMMA

Peluruhan alfa ( 24He)

Peluruhan alfa merupakan pancaran dari pertikel induk dengan partikel


anak akibatnya partikel induk massannya berkurang 4 dan partikel anak massanya
berkurang 2. Dalam peluruhan alfa, nuklide induk (P) meluruh menjadi nuklide
anak (D) dengan memancarkan sebuah partikel alfa (α). Karena partkel alfa adalah
4
2 He , maka empat nukleon (dua proton dan dua neutron) meninggalkan inti induk.
Persamaan yang menunjukkan peluruhan alfa dapat dinyatakan sebagai

A− 4
4
2 P → z −2 D + 24He + Q (1.1)

Dengan P = inti induk


D = inti anak (inti turunan)
Q = energi yang dibebaskan

Kekekalan muatan dan kekekalan nukleon berlaku dalam peluruhan α.


Kekekalan muatan terjadi menurut penemuan eksperimen bahwa muatan inti total
adalah +Ze sebelum peluruhan dan (Z-2)e + 2e = +Ze setelah peluruhan.
Kekekalan nukleon terjadi menurut penemuan eksperimen bahwa jumlah nukleon
total adalah A sebelum peluruhan dan (A-4) +4 = A nukleon setelah peluruhan,
94 Pu mengalami peluruhan α yang diberikan dengan
sebagai contoh 239

239
94 Pu → 235
92 U + 24He + Q

Jumlah muatan inti total adalah kekal, yaitu 94e = 92e + 2e dan jumlah nukleon
total adalah kekal, yaitu 239 = 235 + 4. Jadi, inti induk yang memancarkan sinar
α, nomor massa A berkurang 4 dan nomor atom Z berkurang 2.

Energi kinetik atom-atom pada temperatur normal atau dibawah


temperatur normal jauh lebih kecil dari pada energi partikel alfa yang dipancarkan
dan nuklide anak yang terpental. Oleh karena itu, untuk menyederhanakan kita
memandang kerangka acuan dimana nuklide induk diam seperti pada gambar 1.1
(a). Keadaan ini menentukan bahwa energi kinetik mula-mula dan momentum
linier mula-mula adalah nol. Bilamana partikel alfa (α) dipancarkan dalam satu
arah dengan energi kinetik K  , inti anak akan terpental dengan momentum sama
dan berlawanan arah serta energi kinetik pental K D , seperti dalam gambar 1.1 (b).
Kita akan menganggap bahwa momentum linier dan energi massa adalah kekal
dalam proses ini.

A
Z P A− 4
Z −2 D 
PD Pα

(a) (b)

Gambar 1.1: Energi inti sebelum dan sesudah peluruhan


Dalam kerangka inti induk, partikel alfa (α)dan inti anak mempunyai momentum linier
yang sama dan berlawanan arah setelah peluruhan α.

Eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa energi kinetik unsur-


unsur dalam peluruhan α jauh lebih kecil dari pada energi diamnya. Oleh karena
P2
itu hubungan klasik K = atau P 2 = 2mK berlaku. Berdasarkan hukum
2m
energi-massa, kita dapat menuliskan:

mP C 2 = mD C 2 + m C 2 + K D + K (1.2)

Dengan mP = massa inti induk


mD = massa inti anak
m = massa inti helium/alfa
K  = energi kinetik alfa
K D = energi kinetik anak

Kita dapat menuliskan persamaan tersebut dalam massa atomiknya dengan


menambahkan massa elektron, misalnya massa elektron dinyatakan dalam m e.
Kita dapat menyusun kembali persamaan itu dan menuliskannya sebagai


K D + K  = (m p + Zme ) − (mD + (Zme − 2me ) + m + 2me ) c 2 
Dimana K D + K = Q

Sehingga 
Q = m p = Zme − (m D − Zme − 2me + m + 2me ) c 2 
= (m p + Zme − m D − Zme − m ) c 2
= (m p − m D − m ) c 2 (1.3)

Dengan nilai Q disebut energi peluruhan, yaitu energi yang dilepaskan


dalam reaksi. Dalam peluruhan  nilai Q merupakan jumlah energi kinetik inti
anak dan energi kinetik partikel alfa. Sedangkan mP , mD , dan m secara berturut-
turut menunjukkan massa atom-atom (netral) induk, anak, dan alfa. Karena energi
kinetik K harus positif, maka peluruhan  secara spontan hanya mungkin terjadi
jika Q > 0, yaitu jika mP > ( mD + m ), jika Q < 0 untuk suatu proses peluruhan
nuklide tersebut stabil.

Hukum kekekalan momentum dalam proses peluruhan  tersebut


menyatakan bahwa P = P + PD atau P = PD . Dengan menggunakan
2 2 2 2
P 2 = 2mK kita memperoleh 2m K = 2m p K p . Dengan pendekatan yang yang
cukup teliti untuk nuklide A>>4, m = 4u dan mD = (A-4)u. Jika kita
memasukkan nilai massa ini ke dalam m K  = m D K D dan menyelesaikannya,
kita memperoleh
2m K = 2m p K p
2m 
KD = K
2m D
2(4u )
= K
2( Au − 4u )
4u
= K
Au − 4u
4
KD = K (1.4)
A-4

Kemudian nilai Q = K D + K 
4
Q= K + K
A−4
4 K  + ( A − 4)K 
Q=
A−4
4 K  + AK  − 4 K 
Q=
A−4
A
Q= K
A−4

A−4
K = Q (1.5)
A

dengan A adalah nomor massa nuclide induk. Energi kinetik inti anak atau energi
inti yang terpental dapat dicari sebagai berikut
Q = K D + K
KD = Q − KD
A-4
= Q- Q
 A 
AQ - AQ + 4Q
=
A
A
KD = Q (1.6)
4
satuan rentangan energi
Jumlah partikel alfa per
0 Kα’
A−4
Q
A

Untuk mencari laju inti anak yang terpental, kita menggunakan


1
K D = mD v 2 (dengan mengubah MeV menjadi J dan u dalam Kg untuk mencari
2
dalam m/s).

Untuk nuklide yang sangat berat, A cukup besar (A – 4 ≈ A) sehingga


energi kinetik partikel α dan energi kinetik inti anak menjadi
K   Q dan k D  0
Dengan demikian, partikel α secara praktis membawa semua energi yang tersedia
dalam bentuk energi kinetik.

Karena partikel α cukup besar, mengandung empat nukleon, dan karena


mempunyai dua (+2e) muatan, maka partikel α mempunyai jangkauan rambatan
yang pendek. Sebagian besar partikel α dapat dihentikan oleh beberapa cm udara,
sedangkan jangkauan partikel α yang dipancarkan oleh radium kira-kira 3,3 cm.
Dalam deret uranium, nuklide dengan umur-paroh paling pendek (162 μs)
memancarkan partikel α paling energetik, dengan jangkauan 6,9 cm di udara.

Contoh 1.1

Kira-kira 0,01% dari semua platina yang terjadi secara alami adalah 190
78 Pt .
Dapatkah platina ini mengalami peluruhan α secara spontan? Jika platina tersebut
dapat meluruh secara spontan, berapakah:
(a) Energi peluruhannya?
(b) Energi kinetik partikel α?
(c) Energi kinetik inti yang terpental?

Penyelesain:
Reaksi peluruhan yang terjadi dituliskan sebagai

190
78 Pt→186
76 Os+ 2 He
4

(a) Dengan melihat Tabel Massa Atomik kita dapat menghitung


Q = (m p − mD − mHe )c 2
= (189,959917 u - 185,953830 u - 4,002603 u ) 931,5 MeV u
= 3,25MeV
90
Karena Q >0, maka 78 Pt dapat meluruh secara spontan dengan energi peluruhan
3,25 MeV.

90
(b) Karena nomor massa partikel induk ( 78 Pt ) A = 190, maka energi kinetik
partikel α
A−4
K = Q
A
190 − 4
= 3,25 MeV
190
= 3,18MeV

(c) Energi kinetik inti terpental


4
KD = Q
A
4
= 3,25 MeV
190
= 0,068 MeV
satuan bentangan energi
Jumlah partikel alfa per

KD

0 Ke keadaan Ke keadaan
tereksitasi dasar

Gambar 1.3

Spektrum kinetik partikel alfa untuk empat nilai Q yang berbeda. Peluruhan menuju
keadaan tereksitasi memungkinkan timbulnya spektrum ini.

90
Inti 78 Pt meluruh dengan satu kelompok partikel α monoenergetik pada
3,18 MeV. Banyak pemancar alfa lain yang memancarkan kelompok-kelompok
partikel α pada beberapa energi yang berlainan, seperti ditunjukkan dalam
gambar1.3. Energi-energi yang berlainan ini mungkin disebabkan oleh karena
peluruhan radioaktif tidak selalu menuju keadaan dasar inti anak. Beberapa
peluruhan menuju keadaan tereksitasi. Inti anak dalam keadaan tereksitasi
mempunyai energi lebih besar dan oleh karenanya mempunyai massa lebih besar
daripada keadaan dasar. Kenaikan mD akan menurunkan Q dan K  .

Kenyataan menunjukkan bahwa proses peluruhan tidak terjadi dengan


segera. Sebagai contoh, Pt-190 mempunyai umur-paroh sangat panjang yaitu
7,0 x 1011 tahun. Eksperimen-eksperimen menunujukkan bahwa nuklide yang
memancarkan partikel alfa lebih tinggi cenderung mempunyai umur-paroh lebih
pendek. Ganow, Gurney, dan Condon menggunakan efek terobosan dalam
mekanika kuantum untuk menjelaskan kecenderungan ini.

Bagaimana partikel alfa bisa meloloskan diri dari dalam inti? Gambar 1.4
menunjukkan energi potensial partikel alfa sebagai fungsi jarak dari pusat inti.
Partikel α terus menerus bergerak dalam inti dan dibatasi oleh potensial rintangan
di sekelilingnya. Menurut mekanika kuantum, partikel α ini mempunyai peluang
untuk menerobos potensial rintangan.

Misalkan partikel α yang mempunyai massa m dan energi inetik K jatuh


pada potensial rintangan yang tingginya V ( K < V). Jika potensial rintangan
bebrbentuk persegi dengan tebal L, peluang transmisi (nisbah antara jumlah
partikel yang menerobos rintangan dan jumlah partikel yang datang) dapat
dinyatakan sebagai

T = e −2 kL , (1.7)
dengan
2m(V − K )
k=

Dalam kasus partikel α tinggi potensial rintangan tidak sama, sehingga


peluang transmisinya dapat dituliskan dalam bentuk logaritma natural dan integral
sebagai
L
ln T = -2 k(x) dx
0

= -2 k(x ) dx
R
(1.8)
Ro
Dengan Ro = jari-jari inti
R = jarak dari pusat inti yang menunujukkan V = K.

Untuk X > R energi kinetik K lebih besar daripada energi potensial V, sehingga
partikel α yang mampu melampaui jarak R akan melepaskan diri dari inti.

Enrgi potensial listrik sebuah partikel α yang berada pada jarak x dari
pusat inti dapat dinyatakan sebagai
2Ze 2
V = (1.9)
4 0 x

dengan Z = nomor atom inti anak,


e = muatan elektron
εo = permitivitas ruang hampa.

Karena energi kinetik partikel α sama dengan energi potensialnya pada kedudukan
x = R, maka
2Ze 2 2Ze 2
K= atau R= (1.10)
4 0 R 4 0 K

Oleh karenaitu, kita dapat memperoleh


2m(V − K )
k=

12
 2m 
= 2  (V - K )1 2
 
12
 2Ze 2 
12
 2m  
= 2  − K 
   4 0 x 
12
 2Ze 2 R 
12
 2m  
= 2  − K 
   4 0 Rx 
12 12
 2m   KR 
= 2   −K
   x 
12 12
 2mK   R 
k =  2   − 1
   x 

Dengan memasukkan nilai k ini ke dalam persamaan (1.8) diperoleh


ln T = −2  k ( x )dx
R

R0
12 12
 2mk   R 
= -2  2  
R

R0
    x -1
12 12
 2mk  R 
R0  x − 1
R
= -2 2 
  
 2mk 
12
 -1  R0 1 2  R0 1 2  R0 1 2 
= -2 2  R cos   −   1 −   (1.11)
     R  R  R  

Karena potensial rintangan, cukup lebar, R>>R0, dan


  R0 
12 12
−1  R0 
cos    −  
 R 2  R
12
 R0 
1 −  1
 R
sehingga
 2mK 
12
 R  
12

ln T = −2 2  R  − 2 0  
    2  R  

Dengan memasukkan persamaan (1.10) ke dalam persamaan terakhir ini kita


memperoleh
12
4e  m 
12
e2 m
ln T =   −  
12
Z1 2 R0 ZK1 2 (1.12)
   0   0 2

Jika nilai berbagai konstanta dimasukkan ke dalam persamaan (1.12) kita


memperoleh
ln T = 2,97 Z1 2 R 0 − 3,95 ZK 1 2
12
(1.13)

dengan K = energi kinetik partikel α yang dinyatakan dalam MeV,


R0 = jari-jari inti yang dinyatakan dalam fm,
Z = nomor atom inti anak (atau nomor atom inti induk dikurangi
nomor partikel alfa).

Jika kebolehjadian partikel α diteruskan oleh potensial rintangan adalah T dan


partikel itu menumbuk dinding rintangan sebanyak  kali tiap sekon, maka
kebolehjadian peluruhan tiap satuan waktu dapat dinyatakan sebagai

 = T

Apabila kita menganggap pada suatu saat hanya satu partikel α yang ada dalam
inti semacam itu dan partikel itu bergerak bolak-balik sepanjang diameter inti 2R0,
maka
v
=
2 R0

dengan v adalah kecepatan partikel α ketika meninggalkan inti. Dari dua


persamaan terakhir ini kita memperoleh
v
= T
2R 0
Dengan mengambil logaritma natural kedua ruas persamaan ini dan
memasukkannya ke dalam persamaan (1.13) kita memperoleh
 v 
ln T = ln   + 2,97 Z1 2 R 01 2 − 3,95 ZK 1 2 (1.14)
 2R 0 

Peluruhan β ( 0
−1  atau 10 )

Selanjutnya kita akan membahas peluruhan β, yang terdiri dari tiga jenis:
peluruhan positron ( atau β+), peluruhan elekktron (atau β-), dan penangkapan
elektron.

➢ Peluruhan positron atau β+


Peluruhan positron atau β+ dapat ditulisan dalam bentuk
A
Z P→ A
D -1 D + 10 +  , (1.15)

Dengan P = inti induk


D = inti anak
1  = positron
0

 = neutrino

Neutrino adalah partikel yang mempunyai massa diam nol, tidak bermuatan dan
1
mempunyai bilangan kuantum momentum spin .
2

Keberadaan partikel ini diramalkan secara teoritis oleh W. Pauli pada


tahun 1931 dan diberi nama neotrino oleh Enrico fermi. Makalah Fermi pada
tahun 1934 tentang peluruhan β dianggap sebagai salah satu karya yang sangat
penting dalam sejarah fisika nuklir. Neutrino ditemukan secara eksperimen oleh F.
Reines dan C.L. Cowan pada tahun 1956. Antipartikel neutrino disebut anti
neutrino  . Untuk neutrino, momentum sudut spin (S ) dan momentum linier ( p )
mempunyai komponen-komponen berlawanan arah. Untuk antineutrino, S dan p
mempunyai komponen-komponen sejajar.
V

Ap VD AD

p
(a) induk (b) anak

VV
Gambar 1.5 melukiskan peluruhan beta. Peluruhan
positron dapat

Inti induk meluruh menjadi tiga partikel dalam peluruhan beta

diinterprestasikan sebagai proses peluruhan menjadi neutron, positron, dan


neutrino, yang dapat diberikan sebagai

1
1 p → 01n + -10e +  ,

Reaksi ini tidak terjadi untuk proton bebas karena massa proton lebih kecil
daripada massa neutron.

Menurut asas kekekalan energi-massa dalam peluruhan positron kita dapat


menuliskan

(m p − Zme ) c 2 = m D − (Z − 1) m e  c 2 + me c 2 + K P + K D + K (1.16)

Dengan mP = massa diam atom-atom induk


mD = massa diam atom-atom anak
me = massa diam atom-atom positron atau elektron
K P = energi kinetik induk
K D = energi kinetik anak
K = energi kinetik neutrino

Oleh karena itu, nilai Q dalam proses peluruhan  + dapat dituliskan sebagai
Q = K P + K D + K
Q = (mP − mD − 2me ) c 2 (1.17)

Dan peluruhan akan mungkin terjadi jika

mp > mD + 2me
dan berarti Q > 0. Untuk perhitungan-perhitungan dengan persamaan (1.17), kita
dapat menggunakan 2me c2 = 1,022 MeV, atau 2me = 0,001097u.

Jumlah positron yang


dipanaskan

0 Kβ(max)=Q

Gamabar 1.6

Spektrum energi positron dalam peluruhan β+

Spektrum energi positron merupakan distribusi kontinu seperti


ditunjukkan dalam gambar 1.6. Jika tidak ada neutrino yang dipancarkan, berkas
neutron haruslah monoenergenetik, dengan satu momentum linier saja.

p = pD

Yang sama dengan momentum atom anak karena atom induk praktis diam.

Untuk menjelaskan distribusi energi yang kontinu tersebut, diperlukan


partikel ketiga, yaitu neutrino. Karena atom induk dianggap diam, maka
kekekalan momentum linier dapat dinyatakan sebagai

PD + P + P = 0 (1.18)

Pemasukkan neutrino dalam gambaran peluruhan positron memberikan


penjelasan tentang spektrum energi positron yang kontinu karena PD + P + P
dapat mempunyai banyak kombinasi nilai dan penjumlahan secara vektornya tetap
nol. Titik potong K  (maks) = Q dalam gambar 1.6 bersesuaian dengan keadaan
K D = K = 0 , yang berarti bahwa positron membawa semua energi yang ada
dalam reaksi.

➢ Peluruhan β- (atau elektron)

Peluruhan β- (atau elektron) dapat disajikan secara bagan sebagai


A
Z P→ A
Z +1 D + -10 +  (1.19)
dengan −10  adalah elektron dan  adalah antineutrino. Antineutrino merupakan
pertikel netral yang bermassa seperti foton. Dalam proses terlihat bahwa inti anak
mempunyai Z+1 proton atau lebih satu proton daripada inti induk dan kekurangan
satu neutron. Oleh karena itu peluruhan β - dapat ditafsirkan sebagai peluruhan
neutron menjadi proton, elektron, dan antinutrino yang terjadi dalam inti, yang
dapat dituliskan sebagai
1
0 n → 11 p+ −10 + 

Neutron bebas juga dapat meluruh dengan cara seperti ini, dengan umur paroh
10,5 menit.

Hubungan kekekalan energi-massa dalam proses ini dapat dituliskan


sebagai

(m p − Zme ) c 2 = m D − (Z + 1)me  c 2 + K D + K  + K (1.20)

dengan K  adalah energi kinetik antinutrino.

Nilai Q untuk peluruhan elektron dapat dituliskan sebagai

Q = K D + K  + K = (m p − m D ) c 2 (1.21)

sehingga peluruhan elektron terjadi jika mp > mD atau Q >0.

➢ Penagkapan Elektron

Rapat kebolehjadian elektron-elektron dalam atom tidak sama dengan nol


bilamana r mendekati ukuran inti. Oleh karena itu, ada peluang bagi elektron-
elektron di sebelah dalam untuk berinteraksi kuat dengan inti. Dengan perkataan
lain, inti dapat menyerap salah satu elektron yang mengelilinginya. Peristiwa ini
sering disebut sebagai penangkap elektron. Karena elektron-elektron yang paling
mungkin ditangkap adalah elektron-elektron yang paling dekat dengan inti, maka
elektron-elektron dalam kulit L dan kulit M bisa juga tertangkap oleh inti, namun
kebolehjadiannya lebih kecil.

Bilamana penangkapan elektron terjadi, jumlah proton dalam atom anak


kurang satu dibandingkan dengan jumlah proton dalam aton induk. Elektron-
elektron lainnya mengatur dirinya kembali bersesuaian dengan struktur atom yang
baru, yaitu atom tereksitasi.

Bagan penangkapan elektron dapat dituliskan dalam bentuk reaksi sebagai


0
−1 e + ZAP → A
Z-1 D + (1.22)
Menurut asas kekekalan energi-massa, proses ini dapat dituliskan

me c 2 + (m p − Zme ) c 2 = mD (Z − 1) m e  c 2 + K D + K (1.23)

dengan nilai energi peluruhan


Q = K D + K
= (m p − m D ) c 2 (1.24)

Proses ini dapat berlangsung jika Q > 0 atau mp > mD. Setelah penangkapan
elektron, atom anak segera berada dalam keadaan tereksitasi. Kita mengabaikan
pertambahan energi eksitasi yang kecil ini terhadap m D.

Dalam proses penangkapan elektron, hampir semua energi peluruhan Q


menjadi energi neutrino yang massa diamnya dapat diabaikan. Inti anak yang
bermassa tinggi terpental dengan energi kinetik rendah dengan jangkauan
beberapa eV.

Karena jumlah proton dalam inti anak kurang satu dibandingkan dengan
jumlah proton dalam inti induk, maka jumlah pengakapan elektron dapat
ditafsirkan sebagai penangkapan elektron oleh proton dalam inti dengan reaksi.
0
−1 e + 11p → 01n + 

Kita dapat membayangkan reaksi ini sebagai hasil penambahan −10 e pada kedua
ruas dari reaksi 11 p → 01n + 10e +  , dengan elektron dan positron dalam ruas kanan
saling meniadakan. Hanya dua partikel itu seharusnya bergerak berlawanan
dengan momentum yang sama tetapi berlawanan arah. Hal ini meyakinkan kepada
kita bahwa neutrino dan nuklide anak bergerak dengan energi kinetik tertentu.
Spektrum energi nuklide anak dan neutrino tersebut adalah monoenergetik.

Kulit L Kulit L

Kulit K Kulit K Hole

A A
z P Z−A D

(a) Inti induk ( sebelum ) (b) Inti anak ( bsesudah )

Gambar 1.7
Penggambaran penagkapan elektron-K

Neutrino bukan satu-satunya radiasi yang dipancarkan dalam penangkapan


elektron. Seperti ditunjukkan dalam gambar 1.7, penangkapan elektron pada suatu
lintasan (dalam atom induk) akan menghasilkan atom anak dengan ”hole” (atau
”lubang”) pada lintasan yang bersangkutan. Elektron lain dari lintasan yang lebih
luas dapat mengisi ”hole” ini, sehingga karakteristik sinar-x dipancarkan.
Karakteristik sinar-x inilah yang segera menunjukkan bahwa penagkapan elektron
telah menjadi.
57
Contoh 1.2Dapatkah 27 Co meluruh dengan pemancaran positron?

Penyelesaian:

Jika terjadi peluruhan, reaksinya dapat dituliskan sebagai


57
27 Co → 57
26 Fe + 10e + 

Dengan melihat Tabel Massa Atomik kita dapat memperoleh

Q = (56,936294 – 56,935396 u – 0,001097 u) (931,5 MeV/u)

Q = - 0,1853685 MeV

Karena Q < 0, maka reaksi tersebut tidak dapat terjadi secara spontan dan Co-57
adalah stabil terhadap peluruhan positron.

Peluruhan γ
Akhirnya kita akan membahas peluruhan gamma (atau peluruhan γ), yang
terjadi bilamana inti meluruh dari keadaan tereksitasi ke keadaan dengan energi
lebih rendah atau keadaan dasar. Dalam proses peluruhan gamma tidak terjadi
perubahan A atau Z. Nuklide anak hanya berada dalam keadaan energi yang lebih
rendah daripada keadaan energi nuklide induk. Peluruhan alfa atau beta seringkali
meninggalkan inti dalam keadaan tereksitasi, sehingga peluruhan γ sering
menyertai peluruhan α atau peluruhan β. Sama seperti atom, inti akhir yang
berada dalam keadaan eksitasi akan mencapai keadaan dasar (ground state)
setelah memancarkan sinar gamma.
Contoh:
12 Mg → 13 Al * + -1 e + 
27 27 0

27
13 Al * (keadaan eksitasi )

27
13 Al (keadaan dasar)
Inti radioaktif yang sudah meluruh selalu menuju ke inti stabil di keadaan
dasarnya. Pada contoh di atas merupakan inri tidak stabil, karena berada pada
keadaan eksitasinya.

Inti induk

−

Ei Keadaan eksitasi

AE

E0 Keadaan dasar

Gambar keadaan suatu induk ke keadaan dasar eksitasi ke keadaan dasar.

E = E - E R

dengan

E = E i − E 0
1 E 2
ER =
2 MC 2

keterangan:

E = beda energi keadaan eksitasi dengan keadaan dasar


E1 = energi keadaan eksitasi
E 0 = energi keadaan dasar

M = massa mula-mula (sebelum terjadi peluruhan γ)

C = kecepatan cahaya

ER = energi pentalan inti setelah peluruhan

Sebagian besar peluruhan γ terjadi sangat cepat. Tetapi, beberapa


peluruhan γ begitu kuat dilarang oleh aturan seleksi sehingga peluruhan-peluruhan
itu mempunyai umur-paroh lebih besar dari 10-6 sekon. Nuklide yang berada
dalam keadaan tereksitasi lebih dari 10-6 sekon disebut isomer. Sebagai contoh,
dalam eksperimen laboratorium Cs-137 (T1/2 = 30,17 tahun) meluruh dengan
pemancaran β- menjadi Ba-137m dalam keadaan isomerik (Isomer digambarkan
dengan huruf m setelah nomor massa). Umur-paroh Ba-137m adalah 2,552 menit,
jauh lebih lama daripada 10-6s. Sinar γ dengan energi 661,65 keV yang
dipancarkan oleh Ba-137m dalam peralihannya ke keadaan dasar merupakan
radiasi yang dideteksi dalam eksperimen tersebut.

Bilaman sinar gamma dipancarkan dalam proses peralihan elektron dari


suatu keadaan dengan energi E2 ke keadaan dengan energi E1 yang lebih rendah,
tidak semua enrgi (E2-E1) menjadi foton sinar γ. Seperti ditunjukkan dalam
gambar 1.8, sejumlah energi kinetik Kr diberikan kepada inti yang terpental.

h = (E2-E1)-Kr

Kr

V1

Energi sinar γ sebesar h lebih kecil daripada (E2-E1) karena energi kinetik Kr
harus diberikan kepada inti.

 E merupakan penyebaran pada suatu puncak. Nilai minimumnya diperoleh dari asas
ketidakpastian Heisenberg.

Namun demikian, energi kinetik Kr yang kecil itu sudah cukup untuk
mempertahankan sinar gamma yang dipancarkan dari serapan yang dilakukan oleh
inti yang serupa. Jika serapan terjadi, inti yang menyerap seharusnya juga
terpental agar momentum kekal. Oleh karena itu inti yang menyerap memerlukan
h ' = (E2 − E1 ) + K r . Sebagai rangkuman, sinar gamma yang dipancarkan
mempunyai h = (E2 − E1 ) − Kr dan sinar gamma yang diserap harus mempunyai
h ' = (E2 − E1 ) + Kr . Energi hυ dan hυ’ berbeda Kr, seperti ditunjukkan dalam
gambar 1.9.

Dalam efek Mossbauer, energi pental, K r = p 2 2m D diambil oleh semua


atom dalam suatu zat padat, bukan oleh inti tunggal. Jadi m D bertambah dari
massa atom tunggal menjadi massa seluruh zat padat yang bersangkutan. Energi
kinetik Kr yang terbagi dalam massa yang sangat besar ini bisa dianggap
mendekati nol. Oleh karena itu sinar γ yang dipancarkan oleh satu inti dapat
diserap oleh inti serupa yang lain.

Sinar γ tidak selalu dipancarkan sebagai hasil transisi ke suatu keadaan inti
tereksitasi yang lebih rendah. Dalam proses konversi internal, inti memberikan
energi (E2-E1) secara langsung ke salah satu elektron dalam salah satu kulit atom
sebelah dalam. Energi ini cukup kuat untuk melepaskan elektron tersebut ke luar
dari atom. Elektron ini akan meninggalkan atom dengan energi kinetik (E 2-E1)
dikurangi energi ionisasi elektron tersebut. Seperti peristiwa penangkapan
elektron, suatu lubang (atau ”hole”) akan dihasilkan dalam kulit elektron bagian
dalam tersebut, dan karakteristik sinar x dapat dipancarkan selama ”hole” itu
terisi.

Contoh 1.3

Gambar 1.10 menunjukkan bahwa Na-22 mempunyai dua jenis peluruhan dari
keadaan dasarnya ke keadaan tereksitasi Ne-22. peluruhan penangkapan elektron
terjadi 10,2 persen dari waktunya, sedangkan peluruhan β + terjadi 89,8 persen dari
waktunya, dengan energi kinetik maksimum 0,545 MeV. Sedangkan 0,06 persen
peluruhan adalah peluruhan β+ lainnya dari keadaan dasar Na-22 secara langsung
ke keadaan dasar Ne-22. akhirnya, gambar 1.10 menunjukkan bahwa sinar γ
dengan energi 1,275 MeV dipancarkan dalam peralihan dari keadaan tereksitasi
Ne-22 ke keadaan dasar Ne-22.

a. Berapa persen peluruhan dari keadaan Na-22 ke keadaan dasar Ne-22 yang
melibatkan sinar gamma?

b. Berapa energi kinetik maksimum positron-positron yang dipancarkan dalam


peluruhan yang ditunjukkan?

c. Berapa massa atomik Na-22 dalam keadaan dasar?

d. Berapa massa atomik netral Ne-22 dalam keadaan tereksitasi?

22
Na

Penagkapan 1+ 89.8%


elektron
10,2 % 1+ 0,545 meV

γ( 1,275MeV)  2+ 0,06%

22
Ne
22
Bagan tingkat energi nuklir untuk peluruhan Na
Penyelesaian

a. Baik penangkapan elektron maupun peluruhan β + pertama-tama menuju ke


keadaan tereksitasi. kemudian peralihan dari keadaan tereksitasi ke keadaan
dasar menghasilkan sinar γ dengan energi 1,275 MeV. Dengan menjumlahkan
10,2% dan 89,8% tampaknya memberikan nilai 100%, tetapi hal ini hanya
karena kesalahan pembulatan. Sebenarnya, karena 0,06% peluruhan terjadi
secara langsung ke keadaan dasar, sisanya 100,00% - 0,06% = 99,94%
peluruhan yang melibatkan sinar γ dengan energi 1,275MeV.

b. Energi yang dilepaskan dalam peralihan β+1ditambah energi sinar γ adalah


0,545MeV + 1,275Mev = 1,820Mev. Tetapi peralihan β+2 terjadi secara
langsung ke keadaan dasar, sehingga 1,820MeV merupakan energi kinetik
maksimum dari positron yang terpencar.

c. Kita menggunakan Q = (mP − mD − 2me ) c 2 . Kemudian diambil nilai Q =


1,820MeV, mD = 21,991383u (massa atom netral Ne-22 dalam keadaan dasar,
dapat dilihat dalam Tabel Massa Atomik) dan 2m = 0,001097u, sehingga
diperoleh massa Ne-22 dalam keadaan dasar.

mp = 1,82MeV/ (931,5 MeV) + 21,991383u + 0,001097u

= 21,994434u

d. Dalam keadaan tereksitasi, energi Ne-22 lebih besar 1,275 MeV daripada
keadaan dasar, sehingga menurut E = mc2 massanya lebih besar 1,275
MeV/c2. dengan demikian, massanya.

m = 21,991383u + 1,275MeV/ (931,5 MeV/u)

= 21,99275u
Soal-soal

Untuk memperdalam pengertian anda tentang materi ini, kerjakan soal-sola


latihan berikut dengan teliti.

1. Hitunglah energi peluruhan (Q) dalam peristiwa peluruhan α sebagai berikut:


239
94 Pu → U + 24He
235
92

Kemudian hitunglah energi kinetik partikel α dan energi kinetik partikel anak
yang terbentuk.

2. Nuklide 127 N meluruh dengan memancarkan positron yang mempunyai energi


maksimum 16,316MeV. Hitunglah massa atomik netral dari atom induk.

3. dapatkah 146C meluruh dengan pemancaran  − dan membentuk 14


7 N ? Jika
dapat, hitunglah energi peluruhannya.

4. Carilah energi peluruhan (Q) dalam proses penangkapan elektron:


0
−1 e+ Co →
57
27
57
26 Fe +  .

Kemudian hitunglah energi kinetik neutrino dan energi kinetik inti anak.

5. tiga partikel α dan tiga sinar γ dipancarkan bilaman Am-241 meluruh menjadi
Np-237, seperti ditunjukkan dalam gambar 1.11. Partikel  6 mempunyai
( )
energi kinetik K6 5,443meV dan partikel   mempunyai energi kinetik
6,486Mev. Hitunglah energi kinetik sinar  1 ,  2 , dan  3 .

241
Am
α6
α7
α9

γ1

γ2 γ3

237
NP
Jika anda mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal latihan tersebut,
perhatikan petunjuk penyelesaian untuk masing-masing soal sebagai berikut:

1. Gunakan persamaan-persamaan (1.3), (1.5), dan (1.6) dan perhatikan pula


contoh 1.1. Gunakan data massa atomik sebagai berikut:
Pu-239 = 239,052158u
U-235 = 235,043924u
He-4 = 4,002603u

2. Energi kinetik positron maksimum sama dengan energi peluruhan (Q).


Gunakan persamaan (1.7) dan massa atomik C-12 = 12u dan 2me = 0,001097u
untuk menghitung massa atomik netral dari N-12. jangna lupa menyesuaikan
satuan massa dalam u dan satuan energi dalam MeV.

3. Gunakan persamaan (1.21) dan massa atomik sebagai berikut:


C-14 = 14,003242u
N-14 = 14,003074u

4. untuk menghitung Q gunakan persamaan (1.24) dan massa atomik Co-57 =


56,936294u, fe-57 = 56,935396u. Sesungguhnya hampir semua energi
peluruhan diteruskan ke neutrino, sehingga energi kinetik neutrino K = Q ,
karena massa diam neutrino dapat dianggap nol, maka energinya
E = K dan p = E c = K c . Momentum anak fe-57 sama dengan
momentum neutrino, tetapi arahnya berlawanan. Oleh karena itu energi
kinetiknya KD = p2/2mD=.

5. karena Q9 merupakan energi peluruhan dari nuklide induk dalam keadaan


dasar ke nuklide anak dalam keadaan dasar, maka Q9 dapat dihitung dengan
menggunakan rumus Q = (mP − mD − 2me ) c 2 . Gunakan massa atomik sebagai
berikut:
Am-241 = 241,056284u
Np-237 = 237,048168u
He-4 = 4,002603u
A−4
Kemudian hitunglah K  9 = Q9
A
Kita perlu menghitung nilai Q yang lain, yaitu
A A
Q7 = K 7 dan Q 6 = K 6
A−4 A−4

Perbedaan energi antara keadaan tereksitasi partikel α7 dan keadaan tereksitasi


partikel α9 adalah (α9- α7), berarti keadaan ini berada di atas keadaan dasar
sebesar (α9- α7). Demikian pula, keadaan hasil perhitungan tingkat-tingkat
energi ini anda dapat menghitung energi partikel-partikel  1 ,  2 , dan 3 .
RANGKUMAN

Dalam peluruhan alfa, nuklide induk (P) meluruh menjadi nuklide anak
(D) dengan memancarkan sebuah partikel alfa (α). Bagan peluruhan partikel α
dapat disajikan sebagai
A− 4
2 P → z − 2 D + 2 He + Q
4 4

Energi peluruhan dalam proses tersebut dapat dihitung dengan persamaan


Q = K D + K  = (m p − m D − m ) c 2
Energi kinetik partikel α yang dipancarkan dapat ditulis sebagai
A−4
K = Q
A
Dengan A adalah nomor massa nuclide induk. Sedangkan energi kinetik inti anak
atau energi inti yang terpental dapat dicari sebagai berikut
Q = K D + K
KD = Q − KD
A-4
= Q- Q
 A 
AQ - AQ + 4Q
=
A
A
KD = Q
4
Teori peluruhan α dapat diterangkan dengan menggunakan efek terobosan dalam
mekanika kuantum

Ada tiga jenis peluruhan β, yaitu: peluruhan positron ( atau β+), peluruhan
elekktron (atau β-), dan penangkapan elektron. Dengan bagan sebagai berikut:

1. Peluruhan positron atau β+


A
Z P→ A
D -1 D + 10 +  ,

dengan energi peluruhan

Q = K P + K D + K = (mP − mD − 2me ) c 2

2. Peluruhan elektron
A
Z P→ A
Z +1 D + -10 + 

dengan energi peluruhan

Q = K D + K  + K = (m p − m D ) c 2
3. Penagkapan elektron
0
−1 e + ZAP → A
Z-1 D +

dengan energi peluruhan Q = K D + K = (m p − m D ) c 2

Peluruhan γ terjadi bilamana inti meluruh dari keadaan tereksitasi ke


keadaan dengan energi lebih rendah atau ke keadaan dasar. Jika terjadi peralihan
elektron dari suatu keadaan dengan energi E2 ke keadaan dengan energi E1 yang
lebih rendah, dan energi kinetik partikel anak yang terpental adalah K r, maka
h = (E2 − E1 ) − Kr
Dengan h adalah energi sinar γ yang dipancarkan. Peluruhan sinar γ ini
biasanya menyertai peluruhan partikel α dan partikel β. Intensitas sinar γ (I) yang
melewati bahan akan berkurang menurut
I = Io e-μx
Dengan Io adalah intensitas mula-mula, μ adalah koefisien serapan dan x adalah
tebal bahan yang menyerap.

Anda mungkin juga menyukai