Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)


A. KONSEP DASAR BBLR

1.

Pengertian
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir
yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram.
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir
(Sitohang, 2007).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah neonatus dengan
berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram
(2499 gram). (Saifuddin, 2008).
Pada tahun 2006 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants
(BBLR).
Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan
lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan:
1. Prematuritas murni.
Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa
Kehamilan ( NKBSMK).
2. Dismaturitas.
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam
preterm, aterm, dan post term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus
Kurang Bulan-Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-KMK). Neonatus
Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih
Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB-KMK).
Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan.
Berasarkan

kesepakatan WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi

menjadi 3, yaitu :

1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu.
2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34
minggu.
3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang
dari 28 minggu.
(Hari. 2007)
2.

Etiologi
a. Faktor Ibu.
1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan,
misalnya: perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM,
toksemia gravidarum, dan nefritis akut.
2) Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia < 20
tahun, dan multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat. Kejadian
terendah ialah pada usia antara 26 35 tahun.
3) Keadaan sosial ekonomi

Keadaan

ini

sangat

berperanan

terhadap

timbulnya

prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial


ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang
baik dan pengawasan antenatal yang kurang Demikian pula kejadian
prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah.ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir
dari perkawinan yang sah.
4) Sebab lain
a) Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
b) Faktor janin
Hidramion, kehamilan ganda dan kelainan kromosom
c) Faktor lingkungan
Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.
(Alimul, 2008).
3.

Patofisiologi

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan


yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),
tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya,
yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi
dengan berat normal.

Dengan kondisi kesehatan yang baik, system

reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada
masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar
dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya.
Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi
bila ibu menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb
berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu
gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan.

Ibu hamil

umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi


kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal.
Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu
turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan
pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin

didalam kandungan, abortus, cacat

bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi.

Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat

meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi,


kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.
(Handayani. 2006).

4.

Manifestasi Klinis
a. Fisik.
1)

Bayi kecil

2)

Pergerakan kurang dan masih lemah

3)

Kepala lebih besar dari pada badan

4)

Berat badan < 2500 gram

b. Kulit dan kelamin

1) Kulit tipis dan transparan


2) Lanugo banyak
3) Rambut halus dan tipis
4) Genitalia belum sempurna
c. Sistem syaraf
1) Refleks moro
2) Refleks menghisap, menelan, batuk belum sempurna.
d. Sistem muskuloskeletal
1) Axifikasi tengkorak sedikit
2) Ubun-ubun dan satura lebar
3)

Tulang rawan elastis kurang

4)

tot-otot masih hipotonik

5)

Tungkai abduksi

6)

Sendi lutut dan kaki fleksi

e. Sistem pernafasan
1) Pernafasan belum teratur sering apnea
2) Frekuensi nafas bervariasi
(Donna L. 2004).

5.

Komplikasi
1. Sindrom distest pernafasan, disebut juga penyakit membran hialin
yang melapisi alveolus perut.
2. Aspirasi

pnemunia,

keadaan

ini

disebabkan

karena

repleks

menelan dan batuk pada bayi prematur belum sempurna.


3. Perdarahan
ventrikel

intraventrikuler,
atau

lateral,

adalah perdarahan

biasanya

terjadi

spontan

bersamaan

pada
dengan

pembentukan membran hialin di paru paru.


4. Fibroplasia

retrolintal, keadaan ini disebabkan oleh gangguan

oksigen yang berlebihan. Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri


berakibat pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa dan
pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan.hal ini dapat dihindari
dengan menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% ( kecuali bayi
yang membutuhkan lebih dari 40 % ). Sebagian besar incubator
mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi
40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigen perkutan yang
saat ini mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi.
5. Hiperbillirubinemia, keadaan ini disebabkan karena hepar pada
bayi prematur belum matang.
(Speirs, 2007)
6.

Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta
menemukan gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra
sonografi.
2. Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan dextrostix atau
laboratorium kalau hipoglikemia perlu diatasi.
3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan.
5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita

aspirasimekonium.

6. Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan dan bila frekuensi


lebih dari 60x/menit dibuat foto thorax.
(Ngastiyah, 2009)
7.

Penatalaksanaan
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu
untuk pertumbuhan dan perkembangan serta penyesuaian diri dengan
lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu
lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen, mencegah infeksi
serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.
1) Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan
dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah dan permukaan badan
relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi
dirawat dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan , 2 kg
adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg
adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air
panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan.
Cara Perawatan Bayi dalam Inkubator:
Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan
dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suatu
lingkungan yang cukup dengan suhu yang normal. Dalam pelaksanaan
perawatan di dalam inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara
tertutup dan terbuka.
Inkubator tertutup:
a. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka dalam keadaan
tertentu seperti apnea, dan apabila membuka incubator usahakan
suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan.

b. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.


c. Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk
memudahkan observasi.
d. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.
e. Pengaturan oksigen selalu diobservasi.
f. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira
dengan suhu 27 derajat celcius.
Inkubator terbuka:
a. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat
pemberian perawatan pada bayi.
b. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan
suhu normal dan kehangatan.
c. Membungkus dengan selimut hangat.
d. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk
mencegah aliran udara.
e. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui
kepala.
f. Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai
dengan ketentuan di bawah ini.
Pengaturan suhu inkubator
Berat Badan Lahir
(gram)
1500
1501-2000
2001-2500
> 2500

0-24 jam
( C)
34-36
33-34
33
32-33

2-3 hari
( C)
33-35
33
32-33
32

4-7 hari
( C)
33-34
32-33
32
31-32

8 hari
( C)
32-33
32
32
32

Keterangan:
Apabila suhu kamar 28-29 derajat celcius hendaknya diturunkan 1 derajat
celcius setiap minggu dan apabila berat badan bayi sudah mencapai 2000
gram bayi boleh dirawat di luar inkubator dengan suhu 27 derajat celcius.
2) Nutrisi

Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung


kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5
gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat
meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih
lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi
frekwensi yang lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling
utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor
menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan
sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus
dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/ hari.
3) Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan
pembentukan anti bodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif
sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi
persalinan prematuritas ( BBLR). Dengan demikian perawatan dan
pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.
4) Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi
preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O 2
yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box,
konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan menyebabkan
kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan.
(Asnah. 2004).
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata

Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam


kandungan terganggu
b. Keluhan utama
Menangis lemah,reflek menghisap lemah,bayi kedinginan atau
suhu tubuh rendah
c. Riwayat penayakit sekarang
Lahir spontan,SC umur kehamilan antara 24 sampai 37
minnggu,berat badan kurang atau sama dengan 2.500 gram,apgar pada
1 sampai 5 menit,0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah,4
sampai 6 kegawatan sedang,dan 7-10 normal
d. Riwayat penyakit dahulu
Ibu

memliki

riwayat

kelahiran

prematur,kehamilan

ganda,hidramnion
e. Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti
DM,TB Paru,Tumor kandungan,Kista,Hipertensi
f. Riwayat Maternal
1) Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)
2) Kehamilan ganda ( gemeli)
3) Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang
4) Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya
5) Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll
6) Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta previa dll.
7) Penggunaan Narkoba, alkohol, rokok
g. Riwayat Kelahiran
1) Gestasi : 24- 37 minggu
2) BB : < 2500 gram
h. Aktivitas/istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama tidur sehari
rata-rata 20 jam.
i. Pernafasan

Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran


caesaria atau persentasi bokong. Pola nafas diafragmatik dan abdominal
dengan gerakan singkron dari dada dan abdomen, perhatikan adanya
sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan cuping
hidung.
j. Makanan/cairan
Berat badan rata-rata 2500 4000 gram : kurang dari 2500 gr
menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus
diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri minum
dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR belum
sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120 - 150m1/kg BB/
hari.
k. Berat badan
Kurang dari 2500 gram.
l. Suhu
BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu
tubuhnya harus dipertahankan.
m. Integumen
Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak
mengkilat dan kering.
n. Sistem kardiovaskuler
1) HR : 120-160 x/menit
2) Saat lahir mungkin terdapat murmur: indikasi adanya shunt ke kiri
dan tekanan paru yang masih tinggi atau adanya atelektasis.
o. Sistem gastrointestinal
1) Abdomen menonjol
2) Pengeluaran mekonium: 12-24 jam
3) Refleks hisap lemah, koordinasi mengisap dan menelan lemah
4) Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital
5) Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).
p. Sistem Integumen.

1) Kemerahan
2) Kulit tipis, transparan, halus dan licin
3) Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak
4) Terdapat edema umum atau lokal
5) Kuku pendek
6) Rambut sedikit dan halus
7) Garis tangan sedikit dan halus
q. Sistem Muskuluskeletal
1) Tulang rawan telinga (Cartilago ear) belum berkembang, telinga
halus dan lunak
2) Tulang kepala dan tulang rusuk lunak
3) Reflek kurang dan letargi
r. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.
Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit
kemerahan

atau

tembus

pandang,

warna

mungkin

merah.

muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi


secara luas diseluruh tubuh.
Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki
mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin
pendek.
s. Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora,
dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae
mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon (status kesehatan atau resiko perubahan pola ) dari individu.

dimana perawat dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi


secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi,
mencegah dan merubah.
Masalah

diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada

bayi dengan BBLR prematur (Doengoes dkk) :


1) Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan imaturitas
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
3) Risiko infeksi berhubungan dengan imunitas yang tidak adekuat
(imatur), prosedur invasif, malnutrisi
4) Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d berat badan
menurun kurang mampu menghisap, volume lambung kecil,
menurunnya motilitas gaster.
3. Perencanaan / Intervensi Keperawatan
Perencanaan disesuaikan dengan masalah yang ada, membahas
tindakan yang akan dilakukan pada bayi BBLR / Prematur sesuai
dengan kebutuhan, antara lain memungkinkan masalah yang timbul
pada bayi dengan BBLR / Prematur :
a. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan imaturitas
1)

Tujuan dan kriteria hasil


NOC:
a) Keseimbangan antara panas yang dihasilkan, peningkatan panas,
dan kehilangan panas.
b) Menunjukkan termoregulasi, dengan indikator:
i.

Sangat berat

ii.

Berat

iii.

Sedang

iv.

Ringan

v.

Tidak bermasalaH

c) Ada merinding dan menggigil saat kedinginan


d) Dilaporkannya suhu yang nyaman
e) Memperlihatkan glukosa darah dalam batas normal

2)

Intervensi
NIC:
a) Hangatkan kembali dan awasi dengan ketat pasien dengan suhu
tubuh basal dibawah 35 0C
b) Pertahankan dan/atau capai suhu tubuh dalam batas normal
c) Pantau tanda-tanda vital
d) Gunakan termometer yang berentang rendah, bila perlu untuk
mendapatkan suhu yang akurat
e) Kaji gejala hipotermia, misalnya perubahan warna kulit,
menggigil
f)

Pantau suhu bayi baru lahir sampai stabil

g) Pantau suhu paling sedikit setiap dua jam, sesuai kebutuhan


h) Pertahankan temperatur pada aksila (36,5-37,2 derajat Celsius)
i) Pertahankan suhu bayi ke dalam incubator
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
3)

Tujuan dan kriteria hasil


NOC:
a)

Menunjukkan pola penafasan efektif, dibuktikan


dengan status pernafasan yang tidak berbahaya: ventilasi dan
status tanda vital

b)

Menunjukkan status

pernafasan: ventilasi tidak

terganggu, ditandai dengan indikator gangguan sebagai berikut


(dengan ketentuan 1-5: ekstrem, kuat, sedang, ringan, tidak)
c)

Kedalamn inspirasi dan kemudahan bernafas

d)

Ekspansi dada simetris

e)

Tidak ada penggunaan otot bantu

f)

Bunyi nafas tambahan tidak ada

4)

Intervensi:
NIC:
a)

Pengelolaan jalan nafas: fasilitasi untuk kepatenan

jalan nafas
b)

Pemantauan pernafasan: pengumpulan dan analisis


data pasien untuk memastikan kepatenan jalan nafas dan
keadekuatan pertukaran gas

c)

Panatau adnya pucat dan sianosis

d)

Pantau efek obat pada status respirasi

e)

Kaji kebutuhan insersi jalan nafas

f)

Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha


respirasi

g)

Perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan,


penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot supraklavikular dan
interkostal

h)

Pantau respirasi yang berbunyi, seperti mendengkur

i)

Pantau

pola

pernafasan:

bradipnea,

takipnea,

hiperventilasi, pernaafasan kussmaul, pernafasan cheyne-stokesdan


apneastik. Biot dan pola ataksik
j)

Perhatikan lokasi trakea

k)

Auskultasi

bunyi

nafas,

perhatikan

area

penurunan/tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi nafas tambahan


l)

Pantau

peningkatan

kegelisahan,

ansietas

dan

tersengal-sengal
m)

Catat perubahan pada SaO2, SvO2, CO2, ahir tidal dan


nilai gas daaah arteri (GDA) dengan tepat.

c. Risiko infeksi berhubungan dengan imunitas yang tidak adekuat


(imatur), prosedur invasif, malnutrisi
1) Tujuan dan kriteria hasil
NOC:
a) Immune status
b) Knowledge: Infection control
c) Risk control
d) Risk detection

2) Kriteria hasil:
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Jumlah leukosit dan Hb dalam batas normal
Skala :
5 : Tidak pernah
4 : Jarang
3 : Kadang-kadang
2 : Sering
1 : Konsisten menunjukkan
3) Intervensi
NIC :
Infection control (kontrol infeksi)
a) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
b) Pertahankan teknik isolasiBatasi pengunjung bila perlu
c) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
d) Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tanganCuci tangan setiap
sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
e) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
f)

Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

g) Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan
petunjuk umum
h) Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung
kencing
i) Tingkatkan intake nutrisi
j) Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection protection (proteksi terhadap penyakit)
a) Kaji tanda-tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal seperti
kemerahan, peningkatan suhu tubuh
b) Monitor hitung granulosit, WBC
c) Monitor kerentanan terhadap infeksi

d) Batasi pengunjung
e) Saring pengunjung terhadap penyakit menular
f) Pertahankan teknik aseptik pada pasien yang berisiko
g) Pertahankan teknik isolasi bila perlu
h) Berikan perawatan kulit pada area epidema
i)

Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,


panas, drainase

j)

Inspeksi kondisi luka/insisi bedah

k) Dorong masukan nutrisi yang cukup


l)

Dorong masukan cairan

d. Potensial perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d berat badan


menurun

kurang

mampu

menghisap,

volume

lambung

kecil,

menurunnya motilitas gaster


Tujuan/kriteria hasil:
NOC:
a) Kebutuhan nutrisi terpenuhi
1) Intervensi:
NIC:
a) Kaji pola makan bayi dan kebutuhan nutrisi
b) Diskusikan dengan orang tua mengenai pemberian ASI
c) Berikan intervensi spesifik untuk meningkatkan pemberian makan
per oral yang selektif selain melalui sonde
d) Tingkatkan pemberian makan per oral dan penurunan pemberian
makan

enteral

sejalan

dengan

makin

efektifnya

makan/minum melalui mulut


e. Berikan informasi tentang pentingnya asi untuk bayi.

bayi

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.

2006.

Bayi

Berat

Lahir

Rendah

(On-Line).

Terdapat

pada

http://www.keluargasehat.com/keluarga-ibuisi
Sitohang, Nur Asnah. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah. USU Repository2006
Sowden, Betz Cicilia. 2007. Keperawatan Pediatric. EGC. Jakarta
Speirs, al.2008. Ilmu Kesehatan anak Untuk Perawat. IKIP Semarang Press, Semarang.
Whaley's and Wong. 2007. Clinic Manual of Pediatric Nursing. 4th Edition. Mosby
Company
Wong, Donna L. 2008. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
Zulhaida Lubis. 2007. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi Yang

Anda mungkin juga menyukai