Anda di halaman 1dari 65

NASKAH AKADEMIS

RUPMP BENGKULU
TAHUN 2014 2025

PEMERINTAH PROVINSI BENGKULU


BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAERAH
JL. BATANG HARI NO. 108 PADANG.
HARAPAN,
(0736) 22044 Email : Bkpmd.

Bengkuluprov.go.id/ver3
BENGKULU

NASKAH AKADEMIS RUPMP BENGKULU


TAHUN 2014 -2025
(Referensi dalam Penyusunan Naskah RUPM Provinsi Bengkulu Tahun 2014 2025)

BADAN PENANAMAN MODAL DAERAH


(BKPMD) PROVINSI BENGKULU
November, 2014

PENGANTAR
Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmatNya jualah maka
Naskah Akademis RUPM Provinsi Bengkulu ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penyusunan
Naskah Akademis RUPMP ini diawali dengan ekspose rencana penyusunan di hadapan SKPD terkait
di tingkat Provinsi Bengkulu serta SKPD yang menangani penanaman modal di tingkat kabupaten dan
kota. Selanjutnya draf naskah dokumen disusun oleh tenaga ahli yang ditunjuk oleh BKPMD Provinsi
Bengkulu dengan tetap melakukan koordinasi ke instansi terkait di Provinsi dan kabupaten/kota.
Akhirnya draf naskah diekspose kembali di hadapan SKPD provinsi dan kabupaten/kota untuk
penyempurnaan materi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi
secara moril dan materil dalam penyusunan Naskah Akademis RUPMP ini. Data dan informasi yang
diberikan oleh SKPD yang terkait penanaman modal di Provinsi Bengkulu serta di kabupaten dan
kota telah dijadikan acuan utama dalam penyusunan naskah akademik ini. Diskusi yang
diselenggarakan dalam acara ekspose draf naskah sangat kondusif dan telah menambah ketajaman
analisis tentang potensi daerah yang dapat ditawarkan kepada investor. Selanjutnya dokumen Naskah
Akademis ini akan dijadikan sumber referensi dalam penyusunan Naskah PUPM Provinsi Bengkulu
tahun 2014-2025.

Bengkulu, Nopember 2015

Kepala BKPMD,

DAFTAR ISI

Halaman
PENGANTAR

................................................................................................................. i

DAFTAR ISI

................................................................................................................. ii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1


1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2. Sistematika penulisan .................................................................................................. 4
BAB II. POTENSI DAN REALITAS .................................................................................................. 6
2.1. Potensi dan Kondisi Umum Penanaman Modal Provinsi Bengkulu ............................... 6
2.2. Kontribusi Penanaman Modal bagi Pembangunan Provinsi Bengkulu .......................... 22
2.3. Kondisi Kelembagaan Penanaman Modal di Wilayah Provinsi Bengkulu ...................... 24
2.4. Isu Strategis Terkait Penanaman Modal di Wilayah Provinsi Bengkulu ......................... 26
BAB III. VISI DAN MISI RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DI WILAYAH PROVINSI
BENGKULU..................................................................................................................................... 28
3.1. Visi .............................................................................................................................. 28
3.2. Misi ............................................................................................................................. 29
BAB IV. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL PROVINSI BENGKULU ..................... 30
4.1. Arah Kebijakan Umum ..............................................................................................30
4.2. Perbaikan Iklim Penanaman Modal ........................................................................... 33
4.3. Persebaran Penanaman Modal .................................................................................35
4.4. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur dan Energi ............................................ 36
4.5. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan .................................................... 37
4.6. Pemberdayaan UMKM dan Koperasi ........................................................................ 38
4.7. Pemberian Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal ........................................... 38
4.8. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal .............................................................. 44
BAB V. INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG ...................... 45
5.1. Analisis SWOT .......................................................................................................... 45
5.2. Sintesis Hasil Analisis ................................................................................................ 46

BAB VI. KEBIJAKAN STRATEGIS ................................................................................................. 51


6.1. Kebijakan Penanaman Modal .................................................................................. 51
6.2. Strategi Penanaman Modal .................................................................................... 55
BAB VII. PENUTUP ..................................................................................................................... 68

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan ekonomi nasional berkelanjutan berlandaskan demokrasi ekonomi
merupakan upaya untuk mewujudkan cita-cita nasional Negara Indonesia, yakni masyarakat adil
dan makmur. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Indonesia, kebijakan
penanaman modal selayaknya selalu mendasari ekonomi kerakyatan yang mengembangkan usaha
mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan
mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman
modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan
modal, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Pemerintah berupaya memajukan daya saing perekonomian secara berkelanjutan dengan
cara meningkatkan iklim penanaman modal yang kondusif. Upaya tersebut dilakukan dengan cara
mengembangkan kegiatan ekonomi yang dapat mengubah keunggulan komparatif menjadi
keunggulan kompetitif. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan arah perencanaan
penanaman modal yang jelas dalam jangka panjang. Penanaman modal tersebut merupakan segala
bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam
modal asing.
Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk dua tujuan, yakni (i)
mendorong terciptanya iklim usaha nasional yang kondusif bagi penanaman modal untuk
penguatan daya saing perekonomian, dan (ii) mempercepat peningkatan penanaman modal.
Dalam menetapkan kebijakan dasar penanaman modal pemerintah memberikan perlakuan yang
sama kepada penanam modal, menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha sesuai dengan
peraturan perundang-undangan, dan membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan
perlindungan kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Kebijakan dasar penanaman
modal diwujudkan dalam bentuk Rencana Umum Penanaman Modal.
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM) merupakan dokumen perencanaan yang
bersifat jangka panjang sampai dengan tahun 2025. Dokumen RUPM berfungsi untuk
mensinergikan dan mengoperasionalkan seluruh kepentingan sektor terkait, agar tidak terjadi
tumpang tindih dalam penetapan prioritas sektor2 yang dipromosikan. Untuk mencapai tujuan
tersebut, maka pemerintah provinsi membentuk dokumen rencana umum penanaman modal
provinsi. Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi adalah dokumen perencanaan penanaman
modal daerah provinsi yang disusun dan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi mengacu
kepada Rencan Umum penanaman modal dan prioritas pengembangan potensi provinsi.

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang terletak disebelah barat
Pegunungan Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Wilayah Provinsi Bengkulu memanjang dari
perbatasan Provinsi Sumatera Barat sampai ke perbatasan Provinsi Lampung dan jaraknya lebih
kurang 567 kilometer. Secara geografis, wilayah Provinsi Bengkulu di sebelah utara berbatasan
dengan Provinsi Sumatera Barat, disebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan
Provinsi Lampung, disebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia dan di sebelah timur
berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan.
Profesi yang digeluti oleh penduduk Provinsi Bengkulu masih didominasi sektor
pertanian , dengan status pekerja sebagai buruh/karyawan diperusahaan perkebunan dan sebagai
pekerja keluarga. Proporsi pekerja yang terserap di sektor pertanian mencapai 63,27 persen,
sedangkan pekerja yang terserap di sektor perdagangan dan jasa-jasa relatif rendah masingmasing sebesar 12,6 persen dan 10,91 persen. Padahal dalam struktur perekonomian Provinsi
Bengkulu, sektor perdagangan dan jasa-jasa adalah sektor ekonomi yang dominan di luar sektor
pertanian. Sektor perdagangan dan jasa, sektor konstruksi dan sektor pertanian merupakan tiga
sektor utama penyerap tenaga kerja di Provinsi Bengkulu. Sementara proporsi pekerja yang
terserap di sektor lainnya seperti pertambangan penggalian, listrik-gas-air, komunikasi dan
keuangan, rata-rata kontribusinya kurang dari 4 persen.
Struktur perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan III Tahun 2013 masih
didominasi

oleh

sektor

pertanian

dengan

porsi

37,34

persen,

diikuti

oleh

sektor

perdagangan/hotel/restoran dengan porsi 20,19 persen, dan sektor jasa-jasa sebesar 16,80 persen.
Akan tetapi sektor mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini
disebabkan oleh tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi areal permukiman dan industri.
Porsi

sektor

perdagangan/hotel/restoran dan sektor

industri

pengolahan menunjukkan

kecendrungan yang semakin meningkat.


Prospek pertumbuhan ekonomi tahunan Provinsi Bengkulu masa berikutnya (setelah
tahun 2013) diperkirakan akan semakin membaik. Kondisi ini didukung oleh masih cukup
kuatnya permintaan domestik. Pengaruh kondisi perokonomian dunia masih akan membayangi
kinerja subsektor perkebunan, sektor industri pengolahan, serta sektor pertambangan, terutama
terkait dengan kinerja ekspor. Peningkatan konsumsi menunjukkan optimisme masyarakat akan
kondisi penghasilan dalam enam bulan mendatang serta adanya peningkatan pengeluaran
masarakat dalam kurun waktu tiga bulan mendatang.
Data dan informasi yang tepat mengenai penanaman modal sangat diperlukan dalam
rangka merumuskan kebijakan investasi di Provinsi Bengkulu. Informasi dan data akan sangat
membantu calon investor untuk memilih dan memutuskan minat untuk berinvestasi di Provinsi
Bengkulu. Berdasarkan fenomena tersebut, maka Pemerintah Provinsi Bengkulu menyusun
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi (RUPMP) Bengkulu tahun 2014-2025 yang mengacu
kepada RUPM dan prioritas pengembangan potensi Provinsi Bengkulu.

Penyusunan naskah RUPMP Bengkulu diawali dengan penyusunan Naskah Akademis


RUPMP. Dasar Hukum penyusunan Naskah Akademik RUPMP Bengkulu adalah:
a) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;
b) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal;
c) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
d) Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencan Umum Penanaman
Modal;
e) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor
9 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal
Kabupaten/Kota.
f) Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu Nomor 4 tahun 2011 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bengkulu tahun 20112015.
Ruang lingkup dalam RUPMP Bengkulu terdiri dari Arah Kebijakan Penanaman Modal
dan Peta Panduan (Roadmap) Implementasi Rencana Umum Penanaman Modal. Arah kebijakan
penanaman modal meliputi tujuh elemen utama langkah strategis yang akan ditempuh dalam
rangka mencapai visi penanaman modal nasional, yakni Penanaman Modal yang Berkelanjutan
dalam Rangka Terwujudnya Indonesia Mandiri, Maju, dan Sejahtera. Peta panduan
implementasi rencana umum penanaman modal merupakan peta jalan yang berisikan rencana
aksi dalam rangka pencapaian visi dan misi tersebut. Rencana aksi RUPMP terbagi dalam empat
fase, yakni fase I Jangka Pendek: pengembangan penanaman modal yang relatif mudah dan cepat
menghasilkan, Fase II Jangka Menengah: Pengembangan industri berskala besar, dan Fase IV
Jangka Panjang: Pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan.
1.2. Sistematika Penulisan
Naskah Akademis RUPMP Provinsi Bengkulu disusun mengacu kepada peraturan
Kepala

Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia nomor 9 tahun 2012 tentang

Pedoman Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan Rencana Umum
Penanaman Modal Kabupaten/Kota, dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Sistematika Penulisan
BAB II.

POTENSI DAN REALITAS

2.1. Potensi dan Kondisi Umum Penanaman Modal Provinsi Bengkulu


2.2. Kontribusi Penanaman Modal bagi Pembangunan Provinsi Bengkulu
2.3. Kondisi Kelembagaan Penanaman Modal di Provinsi Bengkulu
2.4. Isu Strategis Terkait Penanaman Modal di Wilayah Provinsi Bengkulu

BAB III.

VISI DAN MISI RENCANA UMUM PENANAMAN MODAL DI WILAYAH


PROVINSI BENGKULU

3.1. Visi
3.2. Misi
BAB IV.

ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL PROVINSI BENGKULU

4.1. Peningkatan Iklim Penanaman Modal


4.2. Persebaran Penanaman Modal
4.3. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastuktur dan Energi
4.4. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan
4.5. Pemberdayaan UMKM dan Koperasi
4.6. Pemberian Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal
4.7. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
BAB V.

INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG

5.1. Analisis SWOT


5.2. Sintesis Hasil Analisis
BAB VI.

KEBIJAKAN STRATEGIS

6.1. Kebijakan
6.2. Strategis
BAB VII. PENUTUP

BAB II. POTENSI DAN REALITAS

2.1. Potensi dan Kondisi Umum Penanaman Modal Provinsi Bengkulu


Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang terletak memanjang di pantai
barat Pulau Sumatera. Luas Provinsi Bengkulu adalah 34.724,69 km yang terdiri dari luas laut

14.929,54 km dan luas daratan 19.795,15 km. Secara administrasi Provinsi Bengkulu terdiri dari
sembilan kabupaten dan satu kota serta 123 kecamatan. Tipologi utama wilayah Provinsi
Bengkulu terdiri dari kawasan pesisir yang terletak di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera,
dan kawasan pegunungan yang terletak di sepanjang Bukit Barisan. Peta Provinsi Bengkulu
disajikan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Peta Provinsi Bengkulu


Sektor andalan dalam pengembangan ekonomi di Provinsi Bengkulu adalah sektor
pertanian tanaman pangan dan perkebunan, sektor pertambangan dan galian, sektor perikanan
dan kelautan, serta sektor pariwisata dan budaya. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
merupakan indikator untuk mengukur pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Nilai PDRB
Provinsi Bengkulu atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 telah mencapai angka 21,15 triliun

rupiah, sedangkan atas harga konstan tahun2000 adalah sebesar 8,87 triliiun rupiah. Peran sektor
pertanian atas dasar harga berlaku mencapai 8,43 triliiun rupiah dan peranannya dalam PDRB
Provinsi Bengkulu sebesar 39,84 persen.
Apabila ditinjau dari sisi penggunaan, pada tahun 2011, PDRB Provinsi Bengkulu
sebagian besar masih digunakan untuk konsumsi, yakni sebesar 77,38 persen (dimana 71,10
persen diantaranya merupakan konsumsi rumah tangga), 20,68 persen merupakan konsumsi
pemerintah, dan 1,22 persen merupakan konsumsi lembaga nirlaba. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat Provinsi Bengkulu masih mengutamakan konsumsi daripada investasi atau tabungan.
Fenomena tersebut ditunjukkan oleh besaran pembentukan modal tetap bruto yang hanya pada
kisaran 10,84 persen. Fenomena ini memberikan indikasi bahwa kegiatan penanaman modal di
Provinsi Bengkulu perlu mendapatkan prioritas untuk meningkatakan penanam modal, baik dari
dalam maupun luar negeri.
Potensi dan kondisi umum wilayah yang berhubungan langsung dengan penanaman
modal dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni kelompok potensi yang terkait dengan
kepastian dan kenyamanan berusaha, kelompok potensi usaha yang bersifat terbuka terhadap
investasi, dan kelompok potensi tanaman pangan, infrastruktur dan energi. Kepastian dan
kenyamanan berusaha dibutuhkan oleh investor untuk memperoleh jaminan terhadap keamanan
aset yang mereka miliki di Provinsi Bengkulu. Jenis usaha yang terbuka terhadap penanaman
modal memberikan informasi tentang peluang bisnis apa saja yang tersedia di Provinsi Bengkulu
serta persyaratan yang harus dipenuhi oleh investor. Sementara potensi di bidang tanaman
pangan, infrastuktur dan energi merupakan faktor pendukung dalam penanaman modal.
2.1.1. Kepastian dan kenyamanan berusaha
Pemerintah kabupaten dan kota yang ada di wilayah Provinsi Bengkulu perlu mendorong
sistem pelayanan di bidang penanaman modal secara lebih efektif dan akomodatif serta berpihak
kepada kenyamanan investor dibandingkan dengan sistem perizinan yang sudah pernah ada
sebelumnya. Sistem pelayanan yang efektif dan akomodatif seperti ini dimaksudkan untuk
memberikan kepastian dan kenyamanan berusaha bagi investor yang datang ke Provinsi
Bengkulu, sehingga dapat mendukung iklim investasi yang kondusif di wilayah Provinsi
Bengkulu. Salah satu faktor penentu sistem pelayanan prima di bidang penanaman modal adalah
tersedianya satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang khusus melakukan pelayanansecara
terpadu. Sistem pelayanan perizinan terpadu yang dilaksanakan oleh satu SKPD akan
memperlancar pengurusan perizinan oleh investor, yakni berupa kepastian waktu dan biaya yang
dibutuhkan untuk mendapatkan izin usaha, serta memberikan kenyamanan kepada investor yang
sedang mengurus usahanya.

Di Wilayah Provinsi Bengkulu, pelayanan penanaman modal telah ditangani oleh SKPD
tersendiri, bahkan di beberapa daerah pelayanan tersebut sudah disatukan dengan pelayanan
perizinan. Pada level Provinsi Bengkulu, Kota Bengkulu, Kabupaten Seluma dan Kabupaten
Bengkulu Tengah, pelayanan penanaman modal telah dilaksanakan oleh SKPD setingkat pejabat
eselon II, meskipun dengan nomenklatur yang berbeda. Pelayanan penanaman modal pada level
Provinsi Bengkulu dikelola oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD),
sementara di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Tengah dikelola oleh Badan pelayanan
Perizinan Terpadu (BPPT). Sedangkan masalah penanaman modal di tujuh wilayah kabupaten
lainnya masih dilayani oleh pejabat setingkat eselon III, baik oleh Bidang Penanaman Modal
yang berada pada SKPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), maupun oleh
Bagian Administrasi Perekonomian yang berada di Sekretariat Daerah (SETDA). Secara lengkap
nomenklatur pengelolaan penanaman modal di wilayah Provinsi Bengkulu disajikan pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1. Nama-nama SKPD pengelola Penanaman Modal Kabupaten/Kota di
Wilayah Provinsi Bengkulu
Wilayah
Provinsi Bengkulu

Kabupaten Kaur
Kabupaten Bengkulu
Selatan
Kabupaten Seluma

Kabupaten Kepahiang

Kabupaten Rejang
Lebong

Kabupaten Lebong
Kabupaten Bengkulu
Tengah
Kabupaten Bengkulu
Utara

SKPD
Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah (BKPMD)
Provinsi Bengkulu
BAPPEDA Kabupaten Kaur,
Bidang Penanaman Modal
Bagian Administrasi
Perekonomian, SETDA
Kabupaten Bengkulu Selatan
Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu (BPPT) Kabupaten
Seluma
BAPPEDA Kabupaten
Kepahiang, Bidang Penanaman
Modal
Bagian Administrasi
Perekonomian dan Penanaman
Modal, SETDA Kabupaten
Rejang Lebong
BAPPEDA Kabupaten Lebong,
Bidang Penanaman Modal
Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu (BPPT) Kabupaten
Bengkulu Tengah
Bagian Administrasi Penanaman
Modal, SETDA Kabupaten
Bengkulu Utara

Keterangan
0736-22044; Eselon II

Bappeda_kabkaur@yahoo.co.id;
Eselon III
0739-21001/364; Eselon III

0736-91234; Eselon II

0732-391500; Eselon III

0732-21503; Eselon III

0738-346072; Eselon III


Eselon II

0737-521108;
investasi_bu@yahoo.com;
Eselon III

Kabupaten
Mukomuko

Kota Bengkulu

Bagian Administrasi
Perekonomian dan Penanaman
Modal, SETDA Kabupaten
Mukomuko
BAPPEDA Kota Bengkulu,
Bidang Penanaman Modal BPPT

0737-71001;
ekonomi_mukomuko@yahoo.co
m; Eselon III
0736-345178; Eselon III

2.1.2. Potensi usaha terbuka untuk penanaman modal


Bidang Usaha di wilayah Provinsi Bengkulu dibedakan menjadi bidang usaha yang
tertutup dan yang terbuka untuk penanaman modal. Bidang usaha yang tertutup untuk
penanaman modal perlu diatur berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, dan
lingkungan hidup. Sementara bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal diatur dengan
kriteria kepentingan nasional dan daerah seperti perlindungan sumberdaya alam, perlindungan
dan pengembangan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, pengawasan produksi dan
distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, peningkatan partisipasi modal dalam negeri, serta
kerjasama dengan pihak-pihak yang ditunjuk oleh pemerintah daerah. Salah satu potensi bidang
usaha terbuka untuk penanaman modal yang ada di wilayah Provinsi Bengkulu adalah industri
kimia, agro dan hasil hutan (IKAHH), serta industri logam, mesin dan aneka logam (ILMEA)
yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota (Tabel 2.2). Penanaman modal pada kedua jenis
industri tersebut diarahkan pada kelompok usaha kecil menengah sebagaimana juga
diamanahkan dalam Visi RPJP Provinsi Bengkulu tahun 2005-2025.
Kabupaten Bengkulu Tengah, Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Utara dan
Kabupaten Seluma merupakan wilayah Provinsi Bengkulu yang secara berurutan memiliki
industri kimia, agro dan hasil hutan terbanyak. Setiap wilayah di empat kabupaten/kota tersebut
memiliki lebih dari 200 perusahaan yang bergerak di bidang industri kimia, agro dan hasil hutan.
Wilayah yang memiliki jumlah industri paling sedikit, yakni kurang dari 100 perusahaan, adalah
Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Lebong dan Kabupaten Rejang Lebong. Sedangkan
perusahhan yang bergerak di bidang industri logam, mesin dan aneka metal paling banyak
dijumpai di Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu
Tengah.
Secara umum setiap perusahaan industri yang ada di Provinsi Bengkulu rata-rata
menyerap tiga orang tenaga kerja. Serapan tenaga kerja tertinggi terdapat di Kabupaten Rejang
Lebong, yakni rata-rata serapan sembilan orang tenaga kerja perperusahaan pada bidang usaha
industri logam, mesin dan aneka metal. Berikutnya adalah Kabupaten Bengkulu Tengah dengan
rata-rata serapan tujuh orang tenaga kerja pada industri, agro dan hasil hutan.
Tabel 2.2. Banyaknya industri dan tenaga kerja di wilayah Provinsi Bengkulu

Industri Kimia, Agro dan


Hasil Hutan
Perusahaan
T. Kerja

Wilayah

Kabupaten Kaur
107
Kabupaten Bengkulu Selatan
125
Kabupaten Seluma
205
Kabupaten Kepahiang
127
Kabupaten Rejang Lebong
85
Kabupaten Lebong
65
Kabupaten Bengkulu Tengah
238
Kabupaten Bengkulu Utara
221
Kabupaten Mukomuko
59
Kota Bengkulu
225
Sumber: Bengkulu Dalam Angka 2013

369
362
1.292
329
270
136
1.849
791
163
902

Industri Logam, Mesin


dan Aneka Metal
Perusaha
T. Kerja
an
75
202
124
312
97
163
51
141
37
331
33
58
99
230
117
551
31
83
65
207

Subsektor perkebunan merupakan primadona bagi para investor yang selama ini
menanamkan modalnya di Provinsi Bengkulu. Perusahaan besar, baik swasta maupun negara,
paling banyak menanamkan modalnya di bidang perkebunan kelapa sawit, karet, kopi arabika
dan teh (Tabel 2.3). Perusahaan yang menanamkan modal di bidang perkebunan kelapa sawit
tersebar di lima kabupaten, sedangkan di bidang perkebunan kopi arabika dan teh terdapat di tiga
wilayah dataran tinggi. Untuk perkebunan rakyat, kelapa sawit, kopi dan karet merupakan tiga
komoditi perkebunan yang menjadi andalan di wilayah Provinsi Bengkulu. Luas perkebunan
kelapa sawit rakyat sekitar 200.000 Ha. Ada tiga wilayah dataran tinggi sebagai sentra produksi
kopi arabika dan teh yang diusahakan oleh perusahaan swasta. Sementara itu kayu merupakan
komoditas yang masih diandalkan untuk penanaman modal di Provinsi Bengkulu. Pada tahun
2012, ada tiga wilayah yang menjadi sentra produksi kayu bulat, yakni Kabupaten Rejang
Lebong (4.823 M), Kabupaten Bengkulu Selatan (3.996 M), dan Kabupaten Bengkulu Tengah
(751 M).

Tabel 2.3. Kondisi usaha komoditi perkebunan utama di wilayah Provins Bengkulu
Wilayah
Kabupaten Kaur

Perusahaan Besar
-

Perkebunan Rakyat/Hasil Hutan


Komoditi Utama
Total
Kopi robusta 9.037 Ha;
sawit 7.571 Ha; karet
6.984 Ha

32.300 Ha

Kabupaten Bengkulu
Selatan

Sawit 4.000 Ha (swasta)

Kabupaten Seluma

Sawit 6.977 Ha (swasta)


dan 4.677 Ha (negara);
karet 3.458 Ha (negara)
Teh 814 Ha (swasta)

Kabupaten
Kepahiang

Kabupaten
Lebong

Rejang

Teh 268 Ha; kopi


arabika 270 Ha (swasta)

Kabupaten Lebong

Kopi arabika 514 Ha


(swasta)

Kabupaten Bengkulu
Tengah

Sawit
12.397
(swasta)

Kabupaten Bengkulu
Utara

Sawit 20.854 Ha; karet


4.477 Ha (swasta) dan
3.240 Ha (negara)

Kabupaten
Mukumuko

Sawit 31.558 Ha; karet


2.049 Ha (swasta)

Kota Bengkulu

Ha

Sawit 13.309 Ha; karet


4.541 Ha; kayu 3.996
M
Sawit 31.652 Ha; karet
11.986 Ha; kopi 8.207
Ha
Kopi robusta 25.939
Ha; kopi arabika 610
Ha; kakao 5.374 Ha;
karet 2.949 Ha
Kopi robusta 23.383
Ha; kopi arabika 273
Ha; aren 2.487 Ha; karet
9.285 Ha; kayu 4.823
M
Kopi robusta 4.717 Ha;
kopi arabika 225 Ha;
karet 1.739 Ha; pala
1.500 Ha
Karet 10.349 Ha; sawit
7.217 Ha; kopi robusta
2.559 Ha; kopi arabika
192 Ha; kayu 751 M
Karet 32.131 Ha; sawit
27.866 Ha; kopi robusta
7.985 Ha; kopi arabika
2.284 Ha; kakao 2.370
Ha
Sawit 103.309 Ha; karet
9.753 Ha; kelapa 633
Ha
Sawit 1.886 Ha; karet
138 Ha; kelapa 211 Ha

Perkebunan
23.753 Ha
69.226 Ha

36.973 Ha

Perkebunan
73.734 Ha

25.561 Ha

Perkebunan
25.255 Ha

75.264 Ha

114.393 Ha

2.451 Ha

Statistik Provinsi, Kabupaten dan Kota


Wilayah Provinsi Bengkulu memiliki kekayaan bahan galian industri yang berpotensi
untuk penanaman modal (Tabel 2.4). Batubara merupakan bahan galian industri utama yang
terkandung di bumi Bengkulu dan sudah mulai berproduksi di wilayah Kabupaten Bengkulu
Utara (3.480.501 ton), Kabupaten Bengkulu Tengah (1.271.366 ton) dan Kabupaten Seluma
(55.757 ton). Cadangan batubara total di ketiga wilayah tersebut mencapai 500 juta ton, ditambah
dengan cadangan di wilayah lain seperti Kabupaten Kaur, Kabupaten Kepahiang, Kabupaten
Mukomuko dan Kabupaten Lebong meskipun berada di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat
(TNKS). Kadar kalori batubara di wilayah Provinsi Bengkulu sangat bervariasi, mulai dari 4.134
Kcal/kg sebagaimana ditemukan di Kabupaten Mukomuko sampai 6.888 Kcal/kg yang terdapat
di Kabupaten Seluma. Selain batubara, wilayah Provinsi Bengkulu masih mengandung jenisjenis bahan galian industri lain seperti kaolin yang terdapat di Kabupaten Kaur dan Kabupaten

Lebong. Jenis bahan galian industri lain adalah minyak mentah yang ditemukan di Kabupaten
Kaur meskipun baru tahap survei tinjau, dan batu gamping di Kabupaten Seluma dengan
cadangan lebih dari 2.000 juta ton plus 700 juta m. Kabupaten Lebong memiliki potensi bahan
galian industri lainya seperti perlit, propilit dan oker.
Selain bahan galian industri, wilayah-wilayah Provilogam sebagaimana disajikan pada
Tabel 2.5. Provinsi Bengkulu sudah dikenal sebagai daerah penghasil emas sejak zaman dahulu,
dimana salah satu produk emas dari Bengkulu telah diabadikan di puncak Tugu Monumen
Nasional (Monas) di Jakarta. Wilayah di Provinsi Bengkulu yang menjadi sentra produksi bahan
galian logam mulia ini adalah Kabupaten Lebong, sedangkan cadangannya tersebar di Kabupaten
Kaur, Kabupaten Seluma, Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Mukomuko dengan kandungan
Au berkisar antara 0,1 sampai 2,3 g/ton. Bahan galian logam lain yang dominan adalah pasir besi
yang terdapat di Kabupaten Kaur, Kabupaten Seluma dan Kabupaten Mukomuko dengan kadar
berkisar antara 17,22 (di Kabupaten Mukomuko) sampai 60,8 ppm (di Kabupaten Seluma). Biji
besi, perak dan mangan merupakan jenis bahan galian logam lain yang ada di Provinsi Bengkulu
seperti Kabupaten Kaur, Kabupaten Lebong dan Kabupaten Mukomuko.
Tabel 2.4. Potensi bahan galian industri di wilayah Provinsi Bengkulu
Wilayah
Kabupaten Kaur

Kabupaten Bengkulu
Selatan
Kabupaten Seluma

Mineral Industri

Lokasi

Kaolin,
batubara,
minyak mentah

Kec. Luas, PG. Ulu,


TJ. Kemuning, K.
Tengah, K. Selatan,
Tetap, Nasal

Survei tinjau

Batubara

Bukit Kabu, Air


Masegar,
Air
Pelilingan,
Lubuk
Resam

Produksi: 55.757 ton;


Cadangan: 6 juta ton
(terukur) dan 62,7
juta ton (hipotesa);
6.800 Kcal/kg
>2.000
juta
ton
(tereka) plus 700 juta
m (tereka)
4500-5200 Kcal/kg

Batu gamping

Kabupaten Kepahiang

Batubara

Kabupaten
Rejang
Lebong
Kabupaten Lebong

Batubara
Perlit
Propilit
Kaolin
Oker

Giri Nanto, Pagar


Banyu, Air Curup,
Lubuk Resam, Puguk
Taba
Padang,
Tanjung Alam

Padang Bano
Ketenong
Lebong Simpang
Tambang Sawah
Kec.
Lebong
Utara

Keterangan

9.925 Ha
737, Ha (TNKS)
54,1 juta ton
2 juta ton
1,56 juta ton
504.000 ton

Kec.
Utara
Kabupaten
Tengah

Bengkulu

Batubara

Kabupaten
Utara

Bengkulu

Batubara

Kabupaten Mukomuko

Batubara

Kota Bengkulu

Lebong

Kec.
Mukomuko
Utara, Lubuk Pinang,
Mukomuko Selatan
-

Produksi: 1.271.366
ton;
cadangan:
195.313.000 ton
Produksi: 3.480.501
ton;
cadangan:
238.942.000 ton
Cadangan: 6.112 ton;
tebal 0,5-5 cm, kalori
4.134-6.590 Kcal/kg
-

Statistik Provinsi, Kabupaten dan Kota

Tabel 2.5 Potensi bahan galian logam di wilayah Provinsi Bengkulu


Wilayah
Kabupaten Kaur
Kabupaten Bengkulu
Selatan
Kabupaten Seluma

Kabupaten Kepahiang

Kabupaten
Rejang
Lebong
Kabupaten Lebong

Kabupaten Bengkulu
Tengah
Kabupaten Bengkulu
Utara
Kabupaten Mukomuko

Mineral Logam

Lokasi (Kec)

Keterangan

Emas, perak, pasir


besi, biji besi

Tersebar di hampir
semua kecamatn

Survei tinjau, s.detil,


PETI

Pasir besi

Pasar
Ngalam,
Padang Genting,
Pantai
Talo,
Semidang
Alas
Maras
Simpang Jernih, Kec.
Seberang Musi

SiO = 11,86%
FeO = 60,8%

Lebong
Donok,
Tambang
Sawah,
Lebong Sulit
Tambang Sawah

Potensi 5.259.000 ton

Hulu
Air
Dikit,
Pondok Baru, Huku
Selbat

Au = 0,2 2,3 g/ton

Emas dan
lainnya

logam

Emas,
tembaga
Mangan

perak,

Emas, perak
Pasir besi

Au = 0,1-0,13; Ag=
7;69; Cu = 240-666
ppm; Pb = 547 ppm
0,12%; Zn = 677
ppm- 0,19%

4.880.000 m

Fe = 17,22- 46,65%
Air Hitam dan Retak

Hilir
Kota Bengkulu

Pariwisata merupakan bidang usaha terbuka untuk penanaman modal yang menjadi
unggulan di wilayah-wilayah Provinsi Bengkulu. Objek-objek wisata yang dimiliki Provinsi
Bengkulu meliputi objek-objek wisata alam dan wisata sejarah budaya (Tabel 2.6). Dengan
lansekap yang membentang dari ketinggian nol sampai ribuan meter diatas permukaan laut dalam
jarang kurang dari 100 km, di wilayah-wilayah Provinsi Bengkulu banyak ditemukan air terjun
dan sungai untuk arung jeram. Bunga rafflesia merupakan salah satu puspa langka yang sudah
menjadi icon Provinsi Bengkulu. Objek-objek wisata sejarah dan budaya meliputi situs megalitik,
bangunan bersejarah dan kesenian lokal.
Tabel 2.6. Potensi pariwisata di wilayah Provinsi Bengkulu
Wilayah

Wisata Alam

Kabupaten Kaur

Kabupaten Bengkulu
Selatan
Kabupaten Seluma

Kabupaten Kepahiang

Kabupaten
Lebong

Rejang

Arung jeram; air


terjun (4); air panas;
bunga rafflesia
Arung jeram, bunga
rafflesia
Bendungan; pantai;
air terjun; taman
buru; air panas;
arung jeram
Air terjun (15 titik);
PLTA; danau; air
panas; arung jeram;
bunga rafflesia
Air panas, air terjun,
danau,
bunga
rafflesia, bukit

Kabupaten Lebong

Air terjun (7 titik);


danau (5); goa (2);
air panas

Kabupaten Bengkulu
Tengah
Kabupaten Bengkulu
Utara
Kabupaten Mukomuko
Kota Bengkulu

Danau
limpahan
PLTA Musi
Air terjun, bunga
rafflesia
Danau; pantai

Wisata Sejarah dan


Budaya

Hotel
Bintang
Non

Situs megalitik, situs


makam,
bangunan
bersejarah
Objek wisata sejarah

14

Tempat upacara umat


Hindu

Rumah
adat,
monumen,
bendungan,
kebun
teh
Kedurai
apem;
mundang binjak; tari
kejai;
aksara
Kagangan
-

17

14

15
48

Benteng
Benteng;
Bung

rumah
Karno;

mesium;
tabot

festival

2.1.3 Potensi bidang pangan, infrastruktur dan energi


Wilayah-wilayah Provinsi Bengkulu memiliki potensi investasi berkelanjutan yang besar
di bidang tanaman pangan seperti padi, jagung dan ubi kayu untuk wilayah dataran rendah dan
menengah, serta tanaman hortikultura sayuran dan buah-buahan untuk wilayah dataran tinggi
(Tabel 2.7). Wilayah-wilayah sentra produksi padi sawah adalah Kabupaten Seluma (luas panen
21.371 Ha), Kabupaten Bengkulu Utara (20.159 Ha), Kabupaten Rejang Lebong (16.692 Ha) dan
Lebong (12.977 Ha). Sentra-sentra produksi jagung terdapat Kabupaten Seluma (luas panen
4.732 Ha, produksi 25.300 ton), Kabupaten Mukomuko (4.417 Ha, 23.628 ton per tahun), dan
Kabupaten Bengkulu Selatan (2.021 Ha; 11.753 ton). Sementara tiga wilayah dataran tinggi
berpotensi dalam mensuplai komoditi hortikultura seperti sayuran (cabe dan tomat) di Kabupaten
Rejang Lebong dan Kepahiang, serta buah-buahan terutama jeruk geregah di Kabupaten Lebong.
Perikanan darat merupakan komoditas yang berpotensi untuk penanaman modal di
wilayah-wilayah Provinsi Bengkulu. Wilayah penghasil ikan budidaya tertinggi adalah
Kabupaten Bengkulu utara dengan produksi per tahun mencapai 15.519 ton, diikuti Kabupaten
Rejang Lebong (5.602,38 ton), Kabupaten Bengkulu Selatan (5.346 ton), Kabupaten Kaur (3.225
ton), dan Kabupaten Lebong (2.250 ton). Sebagian besar budidaya perikanan darat di Provinsi
Bengkulu dilakukan di kolam dan sebagian kecil di sawah dengan pola Minapadi. Pola
pengembangan budidaya perikanan darat dilakukan melalui program Minapolitan, seperti di
Kabupaten Kaur, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Bengkulu Selatan.
Kabupaten Mukomuko dan Kota Bengkulu merupakan sentra produksi perikanan
tangkap utama di Provinsi Bengkulu, dengan rata-rata tangkapan per tahun masing-masing
21.459 dan 21.097 ton. Wilayah-wilayah lain sebagai sentra produksi perikanan tangkap secara
berurutan adalah Kabupaten Bengkulu Utara (6.208 ton), Kabupaten Bengkulu Selatan (1.634
ton), Kabupaten Bengkulu Tengah (1.477 ton), Kabupaten Kaur (1448 ton), dan Kabupaten
Seluma (1.074 ton). Produktivitas perikanan tangkap di Provinsi Bengkulu masih sangat rendah
dibandingkan potensi yang dimiliki perairan Bengkulu. Di kabupaten Kaur, misalnya, potensi
yang dimilki sampai 12 Mil mencapai 20.813 ton sedangkan produksinya baru 1.448 ton atau
kurang dari 10 persen.
Tabel 2.7. Potensi produksi bidang pangan per tahun di wilayah Provinsi Bengkulu
Luas/Produksi

Produksi Perikanan

Wilayah

Padi Sawah

Palawija/Sayur

Kabupaten Kaur

10.722 Ha

Kabupaten
Bengkulu Selatan

16.305
77.102 ton

Kabupaten Seluma

4.732 Ha jagung

Kabupaten
Kepahiang

21.371
Ha;
83.462 ton
9.747 Ha; 46.873
ton

Kabupaten Rejang
Lebong

16.692
77.923 ton

Kabupaten Lebong

7.726 Ha (IP
100); 4.972 Ha
(IP 200); 278 Ha
(IP 300)

16.937
ton
jagung; 213.831
ton cabe; 178.315
ton tomat
2.009 ton jagung

Kabupaten
Bengkulu Tengah

9.200 Ha; 33.508


ton

960 Ha; 3.036 ton


jagung

Kabupaten
Bengkulu Utara

20.159
85.461 ton

Ha;

2.904 Ha; 13.346


ton jagung

Kabupaten
Mukomuko

10.210
36.581 ton

Ha;

4.417 Ha; 23.628


ton jagung

Kota Bengkulu

2.517 Ha; 11.957


ton

459 Ha, 2.970 ton


jagung; 96 Ha,
1.041 ton ubi
kayu

Ha;

Ha;

Darat

Laut

1.136 Ha jagung;
323 Ha kedelai;
301 Ha ubi kayu

2.985
kolam
240
sawah

ton
dan
ton

2.021 Ha; 11.753


ton jagung

3.529
kolam
1.817
sawah

ton
dan
ton

1.940 Ha; 7.075


ton (jagung)

Produksi;
1.448
ton;
Potensi:
20.813 ton (412 Mil)
1.634 ton

1.074 ton
64,9
ton
tambak dan
1.497
ton
kolam
4.328,20 ton
kolam dan
1.274,18 ton
sawah
2.866
Ha,
1,290
ton
(Minapadi);
98 Ha, 960
ton (kolam)
1.359
ton
kolam, 465
ton tambak,
320
ton
sawah
14.828 ton
kolam dan
691
ton
sawah
2.105
ton
(kolam dan
keramba)
392
ton
(perairan
umum,
tambak,
kolam)

1.477 ton

6.208 ton

21.459 ton

21.097 ton

Infrastruktur yang menjadi pendukung utama penanaman modal berkelanjutan di


Provinsi Bengkulu terdiri dari pelabuhan, bandar udara, dan infrastruktur darat. Pelabuhan
Samudera Pulau Baai di Kota Bengkulu, memiliki alur masuk pelabuhan selebar 80 meter,

panjang 2 km dan dapat disinggahi kapal dengan bobot 1.000 DWT. Break water kanan memiliki
panjang 420 meter dan tinggi 4,7 meter, sedangkan break water kiri memiliki panjang 395 meter
dengan tinggi 4.7 meter. Kondisi alur memiliki kedalaman 10 MLVS. Pelabuhan utama yang
akan di kembangkan di Provinsi Bengkulu adalah Pelabuhan Nasional Pulau Baai, Pelabuhan
Regional Linau di Kabupaten Kaur, dan Pelabuhan Regional Malakoni di Enggano.
Rencana pengembangan Bandar Udara (Bandara) adalah pengembangan prasarana dan
sarana di Bandara Fatmawati Soekarno dari kondisi sekarang menuju kondisi Bandara dengan
pelayanan bertaraf internasional. Selain itu, juga akan dilakukan pengembangan rute
penerbangan destinasi domestik dan manca negara, serta pengembangan embarkasi penerbangan
haji antara. Rencana pengembangan transportasi udara lainnya adalah revitalisasi Bandara
Mukomuko di Kabupaten Mukomuko, dan pembangunan Bandara perintis di Pulau Enggano
Kabupaten Bengkulu Utara.
Pengembangan transportasi darat meliputi peningkatan kapasitas dan mutu jalan dan
pengembangan transportasi kereta api, terutama untuk pengangkutan batubara. Pengembangan
transportasi kereta api batubara meliputi jalur dari PT. Bukit Asam (Persero) Tbk di Tanjung
Enim (Sumatera Selatan) menuju Pulau Baai di Kota Bengkulu, melewati Kota Padang
Kabupaten Rejang Lebong, dengan double track 2 x 134 km, dengan kapasitas 15 juta MT/tahun.
Alternatif berikutnya adalah jalur kereta api Tanjung Enim Pelabuhan Linau di Kabupaten
Kaur, Provinsi Bengkulu, sepanjang 160 km yang terpadu dengan jalan raya. Jalur kereta api
ketiga adalah yang menghubungkan Kota Bengkulu menuju Padang (Sumatera Barat), melewati
Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Mukomuko, sebagai
penunjang transportasi pantai barat Pulau Sumatera.
Potensi bidang infrastruktur, baik jalan darat (jalan raya dan kereta api), pelabuhan
samudera dan regional, dan bandara bertaraf internasional maupun bandara perintis disajikan
secara rinci pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8. Potensi bidang infrastruktur sebagai pendukung penanaman modal
di wilayah Provinsi Bengkulu
Telekomunikasi
siap pakai

Transportasi
Wilayah

Provinsi

Kabupaten Kaur

Darat

Laut/Udara

Investasi: perkerataapian BklLb. Linggau; Bkl-Sumbar;


Linau-Tj. Enim
Jalan Negara 70,61 km,

Investasi:
bandara baru
Pelabuhan

Telpon
(SST)

239

Internet
(Speedy)

679

Kabupaten Bengkulu
Selatan
Kabupaten Seluma

Kabupaten Kepahiang

Kabupaten
Lebong

Rejang

Kabupaten Lebong
Kabupaten Bengkulu
Tengah
Kabupaten Bengkulu
Utara

Provinsi 120,3 km, Kab.


447,94 km; 1 terminal
Jalan Negara 110,48 km;
Provinsi 123,10 km; Kab.
689,53 km
Jalan Negara 102,96 km;
Provinsi 185,20 km; Kab.
532,86 km
Jalan Negara 35,90 km,
Provinsi
102,68
km,
Kab.528,86 km; terminal 2
buah
Jalan Negara 35,90 km, jalan
provinsi 146,45 km, Kab.
784,92 km; terminal 2 buah
Jalan Provinsi 139 km; Kab.
376,17 km
Jalan Negara 75,68 km;
Provinsi 72,30 km; Kab.
346,80 km
Jalan Negara 105,24 km;
Provinsi 571,54 km; Kab.
720,51 km

Kabupaten
Mukomuko

Jalan Negara 153 km; Provinsi


97,22 km; Kab. 719,5 km

Kota Bengkulu

Jalan Negara 68,51 km;


Provinsi 44,18 km; Kota
893,15 km

laut Linau;
kapal barang
-

540

605

132

429

196

631

373

967

365

45

113

170

Pelabuhan
laut
Malakoni
dan Kayapu
Barang dan
Penumpang
Bandara
(dalam
negeri)
Pelabuhan
laut (kapal
barang,
penumpang);
Bandara
dalam
negeri)

140

571

887

287

3.308

4.625

Energi yang potensial dikembangkan di Provinsi Bengkulu adalah energi kelistrikan,


baik yang berasal dari pembangkit listrik tenaga air skala besar (PLTA), pembangkit listrik tenaga
skala mikro hidro (PLTMH), pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), dan pembangkit listrik tenaga
geothermal (PLTG). Sebaran pembangkit listrik di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut:

Pembangkit listrik PLTA, yakni PLTA Tes 1 dengan kapasitas 16 MW, PLTA tes 2, dan

PLTA Musi dengan kapasitas 3 x 70.000 MW.


Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro tersebar di beberapa wilayah kabupaten seperti
PLTMH Air Ketahun dengan kapasitas 12 KW, PLTMA Air Seginim di Kabupaten

Bengkulu Selatan, bantuan Jepang dengan kapasitas 40 KW, dan PLTMH Air Kulik di

Kabupaten Kaur, bantuan PNPM P2KP dengan kapasitas 30 KWH.


Pembangkit ListriK Tenaga Uap batubara terdapat di Kota Bengkulu dan di Ketahun

dengan kapasitas 2 x 50 MW.


Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal terdapat di Hulu Lais dengan kapasitas 2 x 55
MW (sedang dalam tahap ekplorasi).
Sistem kelistrikan di Provinsi Bengkulu terdiri dari dua sistem, yakni sistem interkoneksi

Sumatera Bagian Selatan dan sistem isolasi lokal. Rincian sistem kelistrikan tersebut adalah
sebagai berikut:

Sistem interkoneksi Sumatera Bagian Selatan, diproduksi dari PLTA Musi sebesar 3 x 70
MW dan PLTA Tes sebesar 16 MW, sedangkan konsumsi kelistrikan Provinsi Bengkulu

sebesar 80 MW, sehingga surplus (net ekspor) sebesar 146 MW.


Sistem isolasi lokal adalah sistem Mukomuko dengan daya 2.2 MW dan beban 2.4 MW
(deficit 0.2 MW), Ipuh dengan daya 2.2 MW dan beban 2.05 MW (0,15 MW), Kota Bani
dengan daya 800 KW dan beban 510 KW (surplus 290 KW), dan Manna-Bintuhan
dengan daya 7.07 MW dan beban 8.4 MW (defisit 1.33 MW).
Daya terpasang kelistrikan di Provinsi Bengkulu dan potensi dari sumber pembangkit air

dan panas bumi (geothermal) disajikan pada Tabel 2.9.


Tabel 2.9. Potensi sumber energi di wilayah Provinsi Bengkulu
Potensi Investasi
Wilayah
Kabupaten Kaur

Kabupaten
Selatan

Bengkulu

Kabupaten Seluma

Air
Skala
Daya
Besar
Terpasang
13.192.000 VA 95 MW; A.
Kinal, A. Nasal,
A. Luas
27.716.000 VA 30 MW; A.
Manna,
A.
Bengkenang
25.897.000 VA -

Kabupaten Kepahiang

Kepahiang/Be
ngkulu Tengah
28.907.000 VA

Kabupaten
Lebong

47.715.000 VA

Rejang

Air Skala Kecil


(PLTMH)

Geothermal

Total 2.174 KW
(5,5-614,5 KW);
tersebar di 13
titik
Air Bengkenang
(potensial)

28,92 KW; Air


Nibung,
Giri
Mulyo, Talo

Potensi 325
MW;
Air
Sempiang,
Kec.
Kabawetan

Kabupaten Lebong

12.398.000 VA 120 MW; Air


Sungai Ketahun

Kabupaten
Tengah

Kepahiang/Be
ngkulu Tengah
28.907.000 VA
39.838.000 VA

Bengkulu

Kabupaten Bengkulu
Utara
Kabupaten Mukomuko
Kota Bengkulu

6.054
KW; 330
MW;
tesebar di 8 titik Hulu Lais,
Kec. Lebong
Tengah

27.749.000 VA
129.827.000
VA

2.2. Kontribusi Penanaman Modal bagi Pembangunan Provinsi Bengkulu


Anggaran pembangunan daerah-daerah dalam wilayah Provinsi Bengkulu masih
bertumpu pada sumber dana pemerintah, terutama dana APBN dari pemerintah pusat.
Kemampuan keuangan daerah dalam membiayai pembangunan masih kurang dari 10 persen
terutama di kabupaten-kabupaten. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan pelaksanaan
pembangunan kepada pemerintah pusat masih sangat tinggi, sedangkan alokasi APBN ke
Provinsi Bengkulu tentunya relatif kecil mengingat keterbatasan luas wilayah, jumlah penduduk
dan sumberdaya penghasil devisa seperti minyak dan gas. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk menikngkatkan dana pembangunan adalah menggali potensi dana diluar anggaran
pemerintah seperti menggalakkan penanaman modal di wilayah-wilayah di Provinsi Bengkulu.
Kontribusi penanaman modal bagi pembangunan Provinsi Bengkulu dapat dilihat dari
aspek pembangunan ekonomi, sosial, budaya. Secara ekonomi, penanaman modal sangat
dibutuhkan dalam menjalankan roda perekonomian daerah dan meningkatkan ekonomi
masyarakatnya. Perkembangan investasi dapat meningkatkan devisa sebagai cadangan
pendanaan, serta meningkatkan sumber-sumber pajak perusahaan dan perorangan yang menjadi
sumber pendapatan daerah di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Manfaat yang diperoleh
dari keberadaan investasi diatas tentunya akan sangat berguna bagi percepatan pembangunan
ekonomi daerah.
Kontribusi penanaman modal secara langsung dapat pula dilihat pada skala
pembangunan ekonomi masyarakat terutama yang berada di sekitar kawasan usaha.
Perkembangan investasi di Provinsi Bengkulu dapat membuka lapangan kerja baru mengurangi
pengangguran, suatu harapan yang sudah lama ditunggu-tunggu sejak digulirkannya berbagai
reformasi di negeri ini termasuk di Provinsi Bengkulu. Keberadaan perusahaan yang berinvestasi
di Provinsi Bengkulu dapat pula memberikan pengalaman kerja kepada para karyawan
perusahaan untuk selanjutnya beralih profesi menjadi wirausahawan muda yang mengembangkan

usaha-usaha ekonomi berskala kecil dan menengah. Namun tekanan-tekanan terhadap investor
yang menuntut perbaikan kesejahteraan masyarakat perlu dilakukan dengan mengedapankan
aspek kompromi demi kelangsungan usaha itu sendiri.
Secara

sosial

dan

budaya,

setiap

perusahaan

investasi

memiliki

kewajiban

mengalokasikan sebagian keuntungan untuk pembinaan lingkungan sosial yang dikenal dengan
cooperate social responsbility (CSR). Dana CSR perusahaan dapat dialokasikan untuk
pembangunan fasilitas umum dan sosial yang dibutuhkan oleh masyarakat di sekitar lokasi
investasi. Selain itu, dana tersebut dapat pula dimanfaatkan untuk pembinaan lingkungan seperti
pemberian beasiswa kepada siswa yang orang tuanya kurang mampu, bantuan kesehatan,
kebutuhan sosial lainnya. Pelestarian budaya lokal dan nilai-nilai budaya setempat dapat pula
dilakukan dengan dukungan perusahaan melalui pemanfaatan dana CSR.
Investasi di Provinsi Bengkulu menunjukkan peningkatan pada triwulan III tahun 2013.
Investasi yang tercermin dari pembentukkan modal tetap domestik bruto (PMTDB) tumbuh
sebesar 9,77 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II tahun 2013
yakni sebesar 7,31 persen. Pertumbuhan PMTDB tersebut memberikan indikasi bahwa masih
kondusifnya dunia usaha di Provinsi Bengkulu. Investasi yang dilakukan pelaku usaha umumnya
terbatas pada investasi yang merupakan kelanjutan dari realisasi investasi yang sedang
berlangsung. Kecendrungan pelemahan perekonomian dan belum stabilnya harga komoditas
utama mendorong pelaku usaha untuk berhati-hati dalam melakukan investasi. Akan tetapi,
pelaku usaha menyakini investasi akan meningkat pada tahun berikutnya seiring dengan
optimisme perbaikan ekonomi.
2.3. Kondisi Kelembagaan Penanaman Modal di Provinsi Bengkulu
Peraturan daerah Provinsi Bengkulu nomor 8 tahun 2008 dan Peraturan Daerah provinsi
Bengkulu nomor 20 tahun 2008 menyatakan bahwa Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
(BKPMD) mempunyai tugas dari kewenangan dekosentasi di bidang penanaman modal. Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPMD) Provinsi Bengkulu dalam menjalankan tugasnya
mempunyai fungsi sebagai berikut: menyusun kebijakan teknis di bidang penanaman modal,
memberikan izin dan melaksanakan pelayanan umum antar lintas kabupaten/kota se Provinsi
Bengkulu, pembinaan teknis di bidang penanaman modal lintas kabupaten/kota se Provinsi
Bengkulu, dan pelaksanaan tugas tata usaha badan.
Struktur organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi
Bengkulu terdiri dari seorang Kepala, dibantu atau Sekretaris, dan empat Kepala Bidang. Adapun
tugas dan fungsi masing-masing sekretaris dan bidang di BKPMD adalah sebagai berikut.

1. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan pembinaan administrasi, yang meliputi
ketatausahaan, kerumahtanggaan, kepegawaian, perlengkapan dan keuangan, serta menyusun
program dan pelayanan administrasi bagi kepala BKPMD dan unit-unit di lingkungan BKPMD
Provinsi Bengkulu. Sekretariat dalam rangka melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi sebagai
berikut: melaksanakan penghimpunan data guna menyusun rencana dan program kegiatan
BKPMD, melaksanakan pembinaan aparatur penanaman modal, administrasi yang menyangkut
ketatausahaan, kepegawaian dan administrasi keuangan, melaksanakan urusan rumah tangga dan
perlengkapan dinas serta keprotokolan dan kehumasan, serta melakukan koordinasi penyusunan
program kegiatan, dan bertanggung jawab kepada Gubernur melauli kepala BKPMD Provinsi
Bengkulu.
2. Bidang Promosi
Bidang promosi mempunyai tugas melaksanakan, merencanakan, serta mempersiapkan
prasarana dan prasarana promosi baik dalam negeri maupun luar negeri, serta melakukan
koordinasi tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dalam upaya meningkatkan mendatangkan
invetasi dalam negeri maupun luar negeri untuk mengangkat potensi unggulan daerah dengan
menciptakan iklim yang lebih kondusif. Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Promosi
mempunyai fungsi antara lain mempersiapkan pengemasan promosi sebaik-baiknya sesuai
dengan kondisi yang ada, mempersiapkan informasi lengkap dan akurat tentang potensi dan
peluang investasi yang menjadi unggulan daerah, mempersiapkan program rencana promosi,
melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan dinas-dinas terkait dalam provinsi,
kabupaten/kota dan mempersiapkan bahan-bahan untuk pimpinan dalam bidang promosi
investasi dalam dan luar negeri.
3. Bidang Pendataan dan Informasi
Bidang Pendataan dan Informasi mempunyai tugas mengkoordinasikan, merencanakan
atau memprogramkan serta menyiapkan data dan informasi mengenai perkembangan perusahaan
yang ada, serta menyiapkan data potensi dan peluang investasi yang menjadi prioritas/unggulan
provinsi, kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu. Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Pendataan
dan Informasi mempunyai fungsi antara lain pengelolaan data dan informasi perusahaanperusahaan, pengelolaan data dan informasi sumber daya alam, potensi investasi dan peluang
investasi di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan pengkoordinasian dengan instansi terkait untuk
sinkronisasi data.
4. Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal

Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal mempunyai tugas melaksanakan


pengendalian, pembinaan, serta melakukan pengembangan di bidang penanaman modal daerah.
Bidang pengembangan iklim penanaman modal dalam melaksanakan tugasnya mempunyai
fungsi antara lain: perumusan kebijakan dan teknis pelaksanaan, pemberian bimbingan dan
pembinaan di bidang pengendalian dan pengembangan iklim penanaman modal, pengendalian
terhadap pelaksanaan penanaman modal, pengendalian terhadap kebijakan teknis di bidang
pengembangan iklim penanaman modal, dan pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Kepala.
5. Bidang Pelayanan dan Kerjasama
Bidang pelayanan kerjasama mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pelayanan
di bidang penanaman modal dan mengembangkan kerjasama penanaman modal baik dengan
pemangku kepentingan di dalam negeri maupun luar negeri. Bidang pelayanan dan Kerjasama
dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi antara lain: merumuskan kebijakan dan teknis
pelaksanaan, pemberian bimbingan dan pembinaan di bidang pelayanan dan kerjasama, dan
mengendalikan pelayanan dan kerjasama penanaman modal.
Sumber daya manusia (SDM) yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsi
BKPMD Provinsi Bengkulu sampai akhir tahun 2013 adalah sebanyak 47 orang pegawai negeri
sipil (PNS) dan satu orang pegawai kontrak. Latar belakang pendidikan SDM di BKPMD
Provinsi Bengkulu adalah Magister (S-2) sebanyak 5 orang, sarjana (S-1) sebanyak 29 orang,
Diploma (D-3) sebanyak 1 orang, dan SLTA sebanyak 12 orang. Jumlah pegawai yang dimiliki
BKPMD Provinsi Bengkulu tersebut baru mencapai 75 persen dari kebutuhan ideal tenaga kerja
suatu instansi dalam bidang penanaman modal.
2.4. Isu Strategis Terkait Penanaman Modal di Wilayah Provinsi
Bengkulu
Tantangan merupakan kecendrungan perkembangan di luar wilayah, komunitas atau
organisasi yang dapat mempersulit tercapainya visi dan misi BKPMD Provinsi Bengkulu.
Tantangan ke depan yang dihadapi oleh BKPMD Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut:
1. Kepastian hukum belum terwujud akibat masih adanya regulasi yang kurang selaras
antara tingkat nasional dan daerah.
2. Nomenklatur kelembagaan bidang penanaman modal di tingkat Provinsi maupun
kabupaten/kota tidak sama.
3. Koordinasi antar sektor masih lemah dalam menyusun rencana pembangunan ekonomi,
khususnya dalam penanaman modal.

4. Sarana dan prasarana minimal, eperri listrik dan jalan, pelabuhan dan bandara masih
belum terpenuhi.
5. Keterampilan kerja masih kurang dimiliki oleh tenaga kerja local.
6. Sengketa lahan antara perusahaan dan masyarakat.
7. Rendahnya kepatuhan penyampaian laporan kegiatan penanaman modal (LKPM).

Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Bengkulu, disamping mempunyai


tantangan seperti telah dikemukakan di depan juga mempunyai peluang untuk membantu
tercapainya visi dan misi institusi. Peluang yang dimiliki oleh BKPMD Provinsi Bengkulu
adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kondisi keamanan yang relative stabil dan terkendali


Penambahan alokasi anggaran setiap tahun yang selalu meningkat
Kesepakatan perdagangan bebas antar Negara di kawasan ASEAN
Forum kerjasama ekonomi sub regional (KESR) IMT-GT
Kerjasama antar daerah, regional maupun internasional
Pembinaan pelayanan perizinan satu pintu bidang penanaman modal dalam rangka
menciptakan pelayanan prima bagi calon investor.
Berdasarkan tantangan dan peluang yang dihadapi oleh BKPMD provinsi Bengkulu,

maka dapat ditentukan isu-isu strategis sebagai berikut:


1. Belum lengkapnya dan detilnya penyediaan informasi, prasarana dan sarana penunjang
investasi yang ditawarkan kepada dunia usaha
2. Belum optimalnya pelaksana pembina, pemantauan, pengawasan, dan advokasi
penyelesaian permasalahan kegiatan penanaman modal
3. Belum optimalnya mekanisme perizinan dan birokrasi iklim usaha yang berwawasan
lingkungan disertai dengan peningkatan fungsi pengawasan dengan mengutamakan
kepentingan masyarakat
4. Belum optimalnya perencanaan penanaman modal yang meliputi berbagai sector terkait
5. Belum optimalnya pelaksanaan kajian tentang kawasan investasi yang komprehensif
untuk ditawarkan kepada calon-calon investor potensial, baik dalam maupun luar negeri
6. Kurangnya kemampuan kewirausahaan (entrepreneurship) dari pelaku usaha lokal
7. Kurangnya kemampuan dan kompetensi sumber daya manusia bidang penanaman modal.

BAB III. VISI DAN MISI

3.1. Visi
Perumusan Visi yang dituangkan dalam dokumen RUPMP ini diselaraskan dengan Visi
RUPM Nasional agar menjadi satu bagian dokumen jangka panjang yang terintegrasi. Visi
RUPM Nasional sampai tahun 2025 adalah sebgai berikut: Penanaman Modal yang
berkelanjutan dalam rangka Terwujudnya Indonesia yang Mandiri, Maju, dan Sejahtera.
Berdasarkan Visi tersebut, penanaman modal nasional dilaksanakan secara berkelanjutan dalam
mewujudkan negara yang mandiri, maju, dan sejahtera.
Visi RUPMP juga harus mendukung VISI rencana pembangunan jangka panjang daerah
(RPJPD) Provinsi Bengkulu tahun 2005-2025, yakni Provinsi Bengkulu yang Sejahtera, Adil
dan Demokrasi Bertumpu pada Sumberdaya Manusia Unggul dan Bertaqwa Serta Perekonomian
Kokoh. Visi tersebut menginginkan masyarakat Bengkulu yang sejahtera, adil dan demokratis
yang akan dicapai melalui pemanfaatan keunggulan di bidang sumberdaya manusia. Dengan kata
lain, faktor penggerak pembangunan Provinsi Bengkulu ke depan lebih mengandalkan
sumberdaya manusia masyarakat yang unggul dan aparatur yang frofesional dibandingkan
sumberdaya alam.
Mengacu kepada Visi RUPM Nasional tahun 2014-2025 dan Visi RPJPD Provinsi Bengkulu
tahun 2005-2025, maka dirumuskan Visi RUPM Provinsi Bengkulu tahun 2014-2025 sebagai
berikut:
Peningkatan Investasi Berkelanjutan Berbasis Ekonomi Kerakyatan dengan Aparatur
Profesional
Visi RUPM Provinsi Bengkulu mengandung tiga kata kunci sebagai indikator penanaman modal,
yakni:
a. Investasi berkelanjutan, adalah penanaman modal secara berkelanjutan pada Sektor Swasta
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan meningkatkan daya saing
daerah. Kata berkelanjutan dimaknai bahwa pengembangan investasi di Provinsi Bengkulu

harus sesuai dengan potensi daerah serta memperhatikan tata ruang dan daya dukung
lingkungan.
b. Ekonomi kerakyatan, adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi atau
usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan seperti usaha kecil dan menengah. Ekonomi
kerakyatan dapat pula diartikan sebagai ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan
masyarakat lokal dalam mempertahankan kehidupannya.
c. Aparartur profesional, yaitu aparatur BKPMD Provinsi Bengkulu yang bisa menunjukkan
kinerja sesuai harapan masyarakat serta mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
dalam meraih investasi berkelanjutan.
3.2. Misi
Visi RUPM Provinsi Bengkulu tahun 2014-2025 akan diwujudkan melalui empat Misi
sebagai berikut:
a. Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya daerah dalam mendukung
investasi berkelanjutan, merata dan berwawasan lingkungan.
b. Meningkatkan promosi dan kerjasama pengembangan investasi strategis dan berkualitas;
c. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan investasi PMDN/PMA.
d. Mewujudkan aparatur penanaman modal yang profesional untuk meraih investasi
berkelanjutan dan berdaya saing.

BAB IV. ARAH KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL

4.1. Arah Kebijakan Umum


Arah kebijakan umum penanaman modal diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal. Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3)
dari undang-undang tersebut maka ditetapkan Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2012 tentang
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM). Rencana Umum Penanaman Modal merupakan
dokumen perencanaan penanaman modal jangka panjang yang berlaku sampai dengan tahun
2025. Selanjutnya, daerah menindaklanjuti Peraturan Presiden (perpres) tersebut dengan
menyusun Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi (RUPMP) dan Rencana Umum
Penanaman Modal Kabupaten/Kota (RUPMK) paling lambat dua tahun sejak terbitnya Perpres.
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, arah kebijakan pengembangan
penanaman modal harus mendukung terwujudnya program pengembangan ekonomi hijau (green
economy development), dimana target pertumbuhan ekonomi harus sejalan dengan isu dan
tujuan-tujuan pembangunan lingkungan hidup, yang meliputi perubahan iklim, pengendalian
kerusakan keanekaragaman hayati, pencemaran lingkungan, dan penggunaan energi baru dan
terbarukan. Selain itu, salah satu kebijakan dasar penanaman modal dalam PURPM diarahkan
pada pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK) yang dilakukan
melalui dua strategi yaitu strategi naik kelas dan strategi aliansi strategis.
Pada level implementasi, kebijakan penanaman modal harus diikuti dengan pemberian
fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif serta promosi dan kerjasama dalam membangun iklim
penanaman modal yang berdaya saing. Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif tersebut
bertujuan selain mendorong daya saing, juga mempromosikan kegiatan penanaman modal yang
strategis dan berkualitas, dengan penekanan pada peningkatan nilai tambah, peningkatan
aktivitas penanaman modal di sektor prioritas tertentu wilayah. Sedangkan penyebarluasan
informasi potensi dan peluang penanaman modal secara terfokus, terintegrasi, dan berkelanjutan
menjadi hal penting dalam promosi.
Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi memuat kebijakan yang terkait dengan
penanaman modal di wilayah provinsi. Arah kebijakan penanaman modal yang diatur dalam Pasal
2 Perpres Nomor 16 tahun 2012 terdiri dari:
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Perbaikan Iklim Penanaman Modal;


Persebaran Penanaman Modal;
Fokus Prngembangan Pangan, Infrastruktur, dan Energi;
Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan (Green Invetment);
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK);
Pemberian Fasilitas, kemudahan, dan/atau Insentif Penanaman Modal; dan

7) Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal.


Selain mengacu kepada Undang-Undang Nomorr 25 Tahun 2007 dan Peraturan Presiden
Nomor 16 Tahun 2012, RUPM Provinsi Bengkulu harus menopang rencana pembangunan jangka
panjang daerah (RPJPD) Provinsi Bengkulu tahun 2005-2025 yang tertuang dalam Peraturan
Daerah Nomor 4 Tahun 2008. Misi dalam RPJPD Provinsi Bengkulu tahun 2005-2025 yang
harus didukung oleh RUPMP adalah Misi 3: Mewujudkan perekonomian yang berdaya saing
tinggi. Perekonomian yang berdaya saing tinggi hanya bisa diwujudkan apabila didukung oleh
SDM masyarakat berkualitas dan SDM aparatur profesional yang berfikiran maju serta mampu
menerapkan IPTEK sebagai landasan pengambilan kebijakan dalam pembangunan dan
kehidupan masyarakat sehari-hari. Daya saing ekonomi yang tinggi tersebut harus dicapai atas
usaha dan menggunakan kekuatan sendiri.
Dalam RPJPD Provinsi Bengkulu tahun 2005-2025, sasaran pembangunan investasi
adalah untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara
berkelanjutan dan berkualitas dengan peningkatan iklim investasi yang kondusif dan berdaya
saing. Kedua pendekatan tersebut merupakan daya tarik utama bagi investor untuk menanamkan
modalnya di Provinsi Bengkulu sehingga perlu menjadi fokus bahasan dalam dokumen RUPMP
ini. Iklim investasi yang kondusif diperlukan untuk kenyamanan dan keamanan dalam
berinvestasi, sedangkan daya saing daerah dibutuhkan agar para investor lebih tertarik
berinvestasi di Provinsi Bengkulu dibandingkan di daerah-daerah lain yang memiliki potensi
serupa.
Iklim investasi yang kondusif di Provinsi Bengkulu akan dicapai melalui peningkatan
pelayanan aparatur yang berkaitan dengan perekonomian daerah, yang dilaksanakan melalui
langkah-langkah berikut:
1) Memposisikan pemerintah daerah sebagai fasilitator, regulator dan katalisator
pembangunan guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, terciptanya
lingkungan usaha yang kondusif dan berdaya saing, serta terjaganya mekanisme
keberlangsungan pasar.
2) Mengembangkan kelembagaan ekonomi yang sesuai dengan ekonomi berdasarkan
prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dalam kerangka regulasi dan perizinan
yang efisien, efektif dan non-deskriminatif.
3) Meningkatkan kualitas moral dan keimanan masyarakat melalui upaya-upaya pemahaman
dan pengalaman ajaran agama di semua aspek kehidupan, baik tingkat keluarga maupun
masyarakat, agar mampu menciptakan suasana kehidupan sehari-hari yang kondusif bagi
investasi di wilayah Provinsi Bengkulu.

Peningkatan daya saing daerah akan dicapai dengan mendorong penanaman modal asing
serta meningkatkan kapasitas infrastruktur pendukung yang memadai. Daya saing daerah akan
ditingkatkan melaui:
1) Mengembangkan pendidikan bagi aparatur pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang terkait produktivitas dalam pembangunan terutama terkait dengan
investasi.
2) Melakukan transformasi perekonomian daerah dari berbasis keunggulan komparatif
daerah menjadi berbasis keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dilakukan
dengan prinsip-prinsip dasar: penguasaan, penerapan dan inovasi IPTEK menuju ekonomi
berbasis pengetahuan, serta mengelola SDA sesuai dompetensi dan keunggulan lokal.
3) Memperkuat struktur ekonomi daerah dengan mendudukkan sektor industri sebagai
penggerak pembangunan yang didukung oleh sektor pertanian dalam arti luas, pariwisata,
kelautan dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk berdaya saing tinggi
secara efisien, modern dan berkelanjutan.
4) Membangun infrastuktur berkualitas pendukung investasi, meliputi infrastuktur bidang
transportasi (jalan lintas barat Sumatera, feeder road utama, rel kereta, pelabuhan laut dan
udara), bidang kelistrikan (diversifikasi sumber energi dan interkoneksi jaringan listrik se
Sumatera), dan bidang informasi serta telematika (e-goverment, sistem informasi
komoditi).
4.2. Perbaikan Iklim Penanaman Modal
Arah kebijakan dalam rangka perbaikan iklim penanaman modal di Provinsi Bengkulu:
a) Penguatan Kelembagaan Penanaman Modal Daerah. Untuk mencapai penguatan
kelembagaan penanaman modal daerah maka lembaga koordinasi penanaman modal
pemerintah provinsi perlu memiliki visi yang sama mengenai pembagian urusan
pemerintahan di bidang penanaman modal, pelimpahan dan pendelegasian kewenangan di
bidang penanaman modal, serta koordinasi yang efektif diantara lembaga-lembaga tersebut.
Penguatan kelembagaan penanaman modal di daerah sekurang-kurangnya dilakukan dengan:
1) Pembangunan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang penanaman
modal yang lebih efektif dan akomodatif terhadap penanaman modal dibandingkan
dengan sistem-sistem perizinan sebelumnya.
2) Penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal oleh lembaga/investasi yang
berwenang di bidang penanaman modal dengan mendapat pendelegasian atau
pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan
perizinan dan nonperizinan di Provinsi Bengkulu.
3) Peningkatan koordinasi antar lembaga/instansi dalam rangka pelayanan penanaman
modal kepada para penanam modal. Hal ini akan memberikan suatu kepastian dan

kenyamanan berusaha, dan dengan demikian mendukung iklim penanaman modal


yang kondusif.
4) Mengarahkan lembaga-lembaga penanaman modal yang ada di pusat dan daerah
untuk secara proaktif menjadi inisiator penanaman modal serta berorientasi pada
pemecahan masalah (problem-solving) dan fasilitasi baik kepada para penanam modal
yang akan maupun yang sudah menjalankan usahanya di wilayah Provinsi Bengkulu.
b) Bidang Usaha yang Tertutup dan yang Terbuka dengan Persyaratan.
Peraturan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan diatur dengan cara
sebagai berikut:
a) Peraturan bidang-bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal harus dilakukan
dengan memperhatikan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup,
pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional dan daerah lainnya.
b) Pengaturan bidang-bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal harus dilakukan
dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan dengan kriteria kepentingan nasional,
yakni perlindungan sumber daya alam, perlindungan dan pengembangan usaha mikro,
kecil, menengah dan koperasi (UMKMK), pengawasan produksi dan distribusi,
peningkatan kapasitas teknologi, peningkatan partisipasi modal dalam negeri, serta
kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi.
c) Pengaturan bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan di bidang
penanaman modal bersifat sederhana dan terbatas untuk bidang usaha yang terkait dengan
kepentingan daerah dan nasional.
d) Bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan untuk penanaman modal diatur
dengan persyaratan yang harus jelas dapat diidentifikasi dan tidak menimbulkan multi
tafsir.
e) Pengaturan bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan
mempertimbangkan kebebasan arus barang, jasa, modal, penduduk, dan informasi di
dalam wilayah Indonesia.
f) Pengaturan bidang-bidang usaha yang tertutup dan terbuka dengan persyaratan tidak
bertentangan dengan kewajiban atau komitmen Indonesia dalam perjanjian internasional
yang telah diratifikasi.
c) Persaingan Usaha. Mengingat persaingan usaha merupakan faktor penting dari iklim
penanaman modal untuk mendorong kemajuan ekonomi, maka:
1) Perlu menetapkan pengaturan-pers&gan usaha yang sehat (level playing field), sehingga
menjamin adanya kepastian kesempatan berusaha yang sama di masing-masing level
pelaku usaha. Dengan demikian,dunia usaha dapat tumbuh dan berkembang secara sehat,
serta dapat menghindari pemusatan kekuatan ekonomi pada perorangan atau kelompok
tertentu.
2) Perlu meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap kegiatan-kegiatan yang
bersifat anti-persaingan, seperti penetapan syarat perdagangan yang merugikan,

pembagian wilayah dagang, dan strategi penetapan harga barang yang mematikan
pesaing.
3) Lembaga pengawas persaingan usaha yang telah dibentuk Pemerintah perlu tens
mengikuti

perkembangan

terakhir

praktek-praktek

persaingan

usaha,

termasuk

kompleksitas praktek dan aturan persaingan usaha di negara lain.


d) Hubungan Industrial. Hubungan industrial yang sehat dalam penanaman modal
dimaksudkan untuk mendukung pengembangan sumber daya manusia di Indonesia, oleh
karena itu diperlukan:
1) Penetapan kebijakan yang mendorong perusahaan untuk memberikan program pelatihan
dan peningkatan keterampilan dan keahlian bagi para pekerja.
2) Aturan hukum yang mendorong terlaksananya perundingan kolektif yang harmonis antara
buruh/pekerja dan peengusaha, yang dilandasi prinsip itikad baik (code of good faith).
e) Sistem Perpajakan dan Kepabeanan. Arah kebijakan sistem perpajakan dan kepabeanan ke
depan adalah pembuatan sistem administrasi perpajakan dan kepabeanan yang sederhana,
efektif, dan efisien. Untuk itu diperlukan identifikasi yang tepat mengenai jenis dan tata cara
pemungutan pajak dan bea masuk yang akan diberikan sebagai insentif bagi penanaman
modal. Pilihan atas insentif perpajakan dan kepabeanan bagi penanaman modal perlu
memperhatikan aspek strategis sektoral, daerah, jangka waktu, dan juga prioritas
pengembangan bidang usaha.
4.3. Persebaran Penanaman Modal
Arah kebijakan untuk mendorong persebaran penanaman modal adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan sentra-sentra ekonomi baru diluar Pulau Jawa melalui pengembangan
sektor-sektor strategis sesuai daya dukung lingkungan dan potensi unggulan daerah yang
dimiliki.
b) Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal yang mendorong
pertumbuhan penanaman modal di luar Pulau Jawa.
c) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan strategis, antara lain dengan pola pendekatan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan pengembangan Koridor Ekonomi Indonesia.
d) Pengembangan sumber energi yang bersumber dari energi baru dan terbarukan yang masih
cepatan melimpah di luar Pulau Jawa sehingga dapat mendorong pemerataan penanaman
modal di Indonesia.
e) Percepatan pembangunan infrastruktur di luar Pulau Jawa dengan mengembangkan pola
Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan nonKPS yang diintegrasikan dengan rencana
penanaman modal untuk sektor tertentu yang strategis.
4.4. Fokus Pengembangan Pangan, Infrastruktur dan Energi
a) Pangan

Sasaran penanaman modal bidang pangan pada masing-masing komoditi dilakukan


untuk mewujudkan: (i) swasembada beras berkelanjutan; (ii) swasembada dan pengekspor
jagung berdaya saing sehat; (iii) mengurangi ketergantungan impor dan swasembada kedelai; (iv)
swasembada gula berkelanjutan; (v) mengembangkan industri turunan kelapa sawit melalui
kluster industri dan peningkatan produktivitas perkebunannya; dan (vi) mengubah produk primer
menjadi produk olahan untuk ekspor.
Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang pangan adalah sebagai berikut:
1) Pengembangan tananaman pangan berskala besar mod estate diarahkan pada daerahdaerah di luar Jawa yang lahannya masih cukup luas, dengan tetap memperhatikan
perlindungan bagi petani kecil.
2) Pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman modal yang promotif untuk
ekstensifikasi dan intensifikasi lahan usaha, peningkatan ketersediaan sarana dan
prasarana budidaya dan pasca panen yang layak, dan ketersediaan infrastruktur.
3) Pemberian pembiayaan, pemberian kejelasan status lahan, dan mendorong pengembangan
kluster industri agribisnis di daerah-daerah yang memiliki potensi bahan baku produk
pangan.
4) Peningkatan kegiatan penelitian, promosi, dan membangun citra positif produk pangan
indonesia.
5) Pengembangan sektor strategis penduduk ketahanan pangan nasional, antara lain sektor
pupuk dan benih.
b) Infrastruktur
Arah kebijakan pengembangan penanaman modal di bidang insfrastruktur adalah
sebagai berikut :
1) Optimalisasi kapasitas dan kualitas infrastruktur (transportasi, energi, informasi
dan telematika) yang saat ini sudah tersedia.
2) Pengembangan infrastruktur baru dan perluasan layanan infrastruktur sesuai
strategi peningkatan potensi ekonomi di masing-masing wilayah.
3) Pengintegerasian pembangunan infrastruktur nasional sesuai dengan peran
masing-masing wilayah dan jangkauan pelayanan infrastruktur.
4) Percepatan pembangunan infrastruktur terutama pada wilayah

sedang

berkembang dan belum berkembang.


5) Percepatan pemenuhan kebutuhan infrastruktur melalui mekanisme skema
Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) atau non KPS.
6) Pengembangan sektor strategis pendukung pembangunan infrastruktur, antara
lain pengembangan industri baja dan industri semen.
c) Energi
Arah kebijakan pengembangan penanaman modal bidang energi adalah :
1) Optimalisasi potensi dan sumber energi baru dan terbarukan serta mendorong
penanaman modal infrastruktur energi untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan
energi.

2) Peningkatan pangsa sumberdaya energi baru dan terbarukan untuk mendukung


efisiensi, konservasi, dan pelestarian lingkungan hidup dalam pengelolaan
energi.
3) Pengurangan energi fosil untuk alat transportasi, listrik, dan industri dengan
subsitusi menggunakan energi baru dan terbarukan (renwable energy).
4) Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal serta
dukungan akses pembiayaan domestik dan infrastuktur energi, khususnya bagi
sumber energi baru dan terbarukan.
5) Pengembangan sektor sraregis pendukung sektor energi, antara lain industri alat
transportasi, industri mesin dan industri pipa.

4.5. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan ( Green Investment)


Arah kebijakan Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan hidup ( Green
Investment) adalah sebagai berikut :
a. Perlunya bersinergi dengan kebijakan dan program pembangunan lingkungan hidup,
khususnya program pengurangan emisi gas rumah kaca pada sektor kehutanan,
transportasi, industri, energi, dan limbah, serta program pencegahan kerusakan
keanekaragaman hayati.
b. Pengembangan sektor-sektor prioritas dan teknolongi yang ramah lingkungan, serta
pemanfaatan potensi sumber energi baru dan terbarukan.
c. Pengembangan ekonomi hijau (green economy).
d. Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal diberikan kepada
penanaman modal yang mendorong upaya-upaya pelestarian linglkungan hidup termasuk
pencegahan pencemaran, pengurangan pencemaran lingkungan, serta mendorong
perdagangan karbon (carbon trade).
e. Peningkatan penggunaan teknologi dan proses produksi yang ramah lingkungan secara
lebih terintegrasi, dari aspek hulu hingga aspek hilir.
f. Pengembangan wilayah yang memperhatikan tata ruang dan kemapuan atau daya dukung
Lingkungan.
4.6. Pemberdayaan UMKM dan Koperasi
Arah kebijakan pemberdayaan UMKM dan Koperasi dilakukan berdasarkan dua strategi
besar, yaitu:
a. Strategi naik kelas, yaitu strategi untuk mendorong usaha yang berada pada skala tertentu
untuk menjadi usaha dengan skala yang lebih besar, usaha mikro berkembang menjadi

usaha kecil, kemudian menjadi usaha menengah, dan pada akhirnya menjadi usaha
berskala besar.
b. Strategi aliansi, yaitu strategi kemitraan berupa hubungan (kerjasama) antara dua pihak
atau leging pelaku usaha, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
(memberikan manfaat) sehingga dapat memperkuat keterkaitan diantara pelaku usaha
dalam berskala usaha.
Aliansi dibangun agar wirausahawan yang memiliki skala usaha lebih kecil mampu menembus
pasar dan jaringan kerjasama produksi pada skala yang lebih besar. Aliansi tersebut dibangun
berdasarkan pertimbangan bisnis dan kerjasama yang saling menguntungkan. Pola aliansi
semacam inilah yang akan menciptakan keterkaitan usaha (linkage) antara usaha mikro, kecil,
menengah, koperasi, dan usaha besar.
4.7. Pemberian Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal
Fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal merupakan suatu keuntungan
ekonomi yang diberikan kepada sebuah perusahaan atau kelompok perusahaan sejenis untuk
mendorong agar perusahaan tersebut melakukan kegiatan yang sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan pemerintah.
a) Pola Umum Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif
Untuk membangun konsistensi dalam kebijakan pemberian fasilitas, kemudahan,
dan/atau insentif penanaman modal, diperlukan pola umum pemberian fasilitas, kemudahan,
dan/atau insentif penanaman modal sebagai berikut:

Pola Umum Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif


Penanaman Modal

RUPM

KRITERIA KEGIATAN PENANAMAN MODAL


Pioner
Prioritas tinngi
Menyerap banyak tenaga kerja
Pembangunan infrastruktur
Pertimbangan
Melakukan alih teknologi
Eksternal :
Strategi Daerah PesaingBerada di wilayah terpencil dan/atau
Teringgal
Praktek terbaik
Menjaga kelestarian lingkungan
Nasional
Melaksanakan penelitian, pengabdian
Komitmen nasional
Dan inovasi
Bermitra dengan UMKM
Menggunakan bahan dalam negeri

PERLUNYA
Pemberian
Fasilitas,
Kemudahan
Dan insentif

Prinsip Dasar :
Efektif
Efesien
Sederhana
Analisa B/C
Jangka Waktu

Pertimbangan Internal :
Kebijakan pembangunan
Kepentingan pengembangan wilayah
Tujuan pemberian
Pengaruh sektor bersangkutan
Sikronisasi

PENETAPAN
Pemberian
Fasilitas,
Kemudahan dan

KRITERIA
KLASIFIKASI
WILAYAH
Wilayah maju
Wilayah berkembang
Wilayah tertinggal

Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal didasarkan pada


pertimbangan eksternal dan internal. Pertimbangan eksternal meliputi strategi daerah pesaing,
intensitas persaingan merebut penanaman modal, praktek terbaik secara nasional (national best
practice), serta komitmen nasional. Sedangkan pertimbangan internal yang perlu diperhatikan

FASILITAS
KEMUDAH
MENURUT
KEGIATAN
PENANAM
MODAL
Pioner
Prioritas t

Kombin

FASILITAS
KEMUDAHAN
MENURUT
WILAYAH
Wilayah maj
Wilayah berk
Wilayah tert

diantaranya strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi dan sektoral; kepentingan


pengembangan wilayah; tujuan pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman
modal; pengaruh/keterkaitan sektor yang bersangkutan dengan sektor lain, besarannya secara
ekonomi, penyerapan tenaga kerja; sinkronisasi dengan kebijakan yang terkait; serta tujuan
pembangunan yang berkelanjutan. Adapun prinsip-prinsip dasar penetapan kebijakan pemberian
fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal adalah efisiensi administrasi, efektif,
sederhana, transparan, keadilan, perhitungan dampak ekonomi (analisis keuntungan dan
kerugian), serta adanya jangka waktu.
Penetapan pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal diberikan
berdasarkan kriteria pertimbangan badan usaha, antara lain kegiatan penanaman modal yang
melakukan industri pionir, kegiatan penanaman modal yang menyerap banyak tenaga kerja;
kegiatan penanaman modal yang melakukan pembangunan infrastruktur; kegiatan penanaman
modal yang melakukan alih tehnologi, kegiatan penanaman modal yang berada di daerah
terpencil, di daerah tertinggal, di daerah perbatasan, atau di daerah lain yang di anggap perlu,
kegiatan penanaman modal yang menjaga kelestarian lingkungan hidup, kegiatan penanaman
modal yang melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi; kegiatan penanaman
modal yang bermitra dengan UMKMK, serta kegiatan penanaman modal yang menggunakan
barang modal dalam negeri.
Selain itu, dalam penetapan pemberian fasilitas, kemudahan dan/atau insentif penanaman
modal juga mempertimbangkan kriteria klasifikasi wilayah, antara lain kegiatan penanaman
modal yang berlokasi di wilayah maju, di wilayah berkembang, dan di wilayah tertinggal.
Pertimbangan ini diperlukan untuk lebih mendorong para penanam modal melakukan kegiatan
usahanya di kondisi wilayah berbeda sehingga tercipta persebaran dan pemerataan penanaman
modal di seluruh wilayah provinsi. Pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman
modal kepada penanam modal di wilayah tertinggal dan wilayah berkembang harus lebih besar
dibanding wilayah maju. Pengklasifikasian wilayah dapat didasarkan pada indeks komposit yang
dihitung menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita yang
dikombinasikan dengan ketersediaan infrastruktur ataupun jumlah penduduk miskin.
Berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan

diatas

maka

ditetapkan

pemberian

fasilitas,

kemudahan, dan/atau insentif. Dengan demikian, pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau


insentif penanaman modal ditetapkan berdasarkan pertimbangan pengembangan sektoral,
wilayah atau kombinasi antara pengembangan sektoral dan wilayah.
Yang dimaksud dengan kegiatan penanaman modal yang melakukan industri pionir
adalah penanaman modal yang:

Memiliki keterkaitan yang luas;


Memberikan nilai tambah dan eksternalitas positif yang tinggi;
Memperkenalkan teknologi baru; serta
Memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional.
Sedangkan penanaman modal yang termasuk skala prioritas tinggi adalah penanaman

modal yang:

Mampu mendorong diversifikasi kegiatan ekonomi;


Memperkuat struktur industri daerah dan nasional;
Memiliki prospek tinggi untuk bersaing di pasar nasional dan internasional, dan
Memilki keterkaitan dengan pengembangan penanaman modal strategis di bidang pangan,
infrastruktur, dan energi.

Kegiatan penanaman modal yang termasuk skala prioritas tinggi ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah dalam rangka kepentingan daerah dan perkembangan ekonomi. Hal ini dimaksudkan agar
kegiatan penanaman modal di daerah dapat berlangsung secara berkesinambungan sebagaimana
diamanatkan dalam Visi RUPMP Bengkulu Tahun 2014-2025.
b) Bentuk/Jenis Fasilitas, Kemudahan, dan atau/Insentif Penanaman Modal oleh
Pemerintah Daerah
Fasilitas fiskal penanaman modal yang diberikan pemerintah dapat berupa:
a. Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap
jumlah penanaman modal dalam waktu tertentu;
b. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas inpor barang modal, mesin, atau peralatan
untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri;
c. Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk
keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu;
d. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau
mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam
negeri selama jangka waktu tertentu.
Kemudahan penanaman modal adalah penyediaan fasilitas dari pemerintah daerah
kepada penanam modal untuk mendorong peningkatan penanaman modal. Pemerintah provinsi
dapat memberikan kemudahan berupa:
a. Berbagai kemudahan pelayanan melalui sistem pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di
bidang penanaman modal;
b. Pengadaan infrastruktur melalui dukungan dan jaminan pemerintah;
c. Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk
memperoleh hak atas tanah, pelayanan keimigrasian, dan pelayanan perizinan impor;
d. Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;

e. Penyediaan sarana dan prasarana


f. Penyediaan lahan atau lokasi; dan
g. Pemberian bantuan teknis.
Insentif penanaman modal adalah dukungan dari Pemerintah Daerah kepada penanam
modal dalam rangka mendorong peningkatan penanaman modal di daerah, yang antara lain dapat
berupa:
a.
b.
c.
d.

Pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah;


Pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah;
Pemberian dana stimulan; dan/atau
Pemberian bantuan modal.

c). Kriteria Penanaman Modal yang diberikan Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif
Penanaman Modal
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
Pemerintah provinsi memberikan fasilitas dan kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada
penanam modal yang melakukan penanaman modal. Fasilitas penanaman modal sebagaimana
dimaksud diberikan kepada penanaman modal yang:
a. Melakukan perluasan usaha; atau
b. Melakukan penanaman modal baru.
Lebih lanjut, penanaman modal yang mendapat fasilitas penanaman modal adalah yang
sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

melakukan industri pionir;


termasuk skala prioritas tinggi;
menyerap banyak tenaga kerja;
termasuk pembangunan infrastruktur;
melakukan alih teknologi;
berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain yang

dianggap perlu;
g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;
i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi; atau
j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di
dalam negeri.
Untuk kegiatan penanaman modal yang melakukan industri pionir menduduki peringkat
pemberian insentif tertinggi karena sifat pengembangannya memiliki keterkaitan yang luas,
strategis untuk perekonomian nasional, dan menggunakan teknologi baru. Sesuai ketentuan Pasal
18 ayat (5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, pembebasan atau pengurangan pajak

penghasilan badan dalam jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman
modal baru yang merupakan industri pionir.
d). Mekanisme Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif
Penanaman Modal Pemberian fasilitas, kemudahan dan insentif penanaman modal
provinsi diberikan oleh Gubernur terhadap bidang-bidang usaha, termasuk di dalamnya bidangbidang usaha tersebut sifatnya dinamis, maka untuk mengikuti perkembangan yang ada perlu
dilakukan evaluasi secara berkala terhadap pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif
penanaman modal. Evaluasi ini dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
(BKPMD) dengan melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait.
Hasil evaluasi yang dihasilkan dapat berupa rekomendasi/usulan penambahan dan/atau
insentif. Kepala BKPMD provinsi menyampaikan hasil evaluasi kepada Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) provinsi untuk dibahas dengan kepala-kepala
SKPD terkait. Hasil pembahasan selanjutnya ditindaklanjuti oleh kepala-kepala SKPD terkait
sesuai kesepakatan dalam pembahasan.
4.8. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
Arah kebijakan Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal di Provinsi Bengkulu adalah
sebagai berikut:
a) Penguatan image building sebagai daerah tujuan penanaman modal yang menarik dengan
mengimplementasikan kebijakan pro penanaman modal dan menyusun rencana tindak
image building lokasi penanaman modal.
b) Pengembangan strategi promosi yang lebih fokus (targetted promotion) terarah dan
inovatif.
c) Pelaksanaan kegiatan promosi dalam rangka pencapaian target penanaman modal yang
telah ditetapkan.
d) Peningkatan peran koordinasi Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal dengan seluruh
SKPD terkait di provinsi dan kabupaten/kota.
e) Penguatan peran fasilitasi hasil kegiatan Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
secara pro aktif untuk mentransformasi minat penanaman modal menjadi realisasi
penanaman modal di wilayah Provinsi Bengkulu.

BAB V. INDIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN

5.1. Analisis SWOT


Dalam merumuskan strategi pengembangan Rencana Umum Penanaman Modal Daerah
Provinsi Bengkulu, diperlukan analisis lingkungan baik internal maupun eksternal secara
mendalam (Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman). Hasil analisis dituangkan
dalam bentuk Matrik Internal dan Eksternal (IE) serta Matric Space (MS) sebagai berikut.
Tabel 5.1. Faktor Strategis Internal
Faktor Strategis Internal
KEKUATAN
1. Kejelasan visi
2. Ketersediaan lahan
3. Situasi Hukum
4. Kepastian Hukum
5. Kesiapan Kelengkapan
6. Perkebunan

Bobot

Rating

Skor

0,15
0,10
0,15
0,10
0,05
0,05

4
4
4
3
2
2

0,60
0,40
0,60
0,30
0,10
0,10

Jumlah
KELEMAHAN
1. Infrastruktur
2. Investasi tidak merata
3. Kesenjangan investasi
4. Tingginya biaya hidup
5. Kurangnya tenga kerja terampil
6. Daya saing daerah rendah
Jumlah
Total
Matrik Space

0,60

2,10

0,10
0,05
0,05
0,05
0,05
0,10
0,40
1,00

2
1
1
2
2
2

0,20
0,05
0,05
0,10
0,10
0,10
0,60
2,70
1,50

Bobot

Rating

Skor

0,15

0,60

0,15

0,45

0,15
0,15
0,60

2
2

0,30
0,30
1,65

0,15
0,15
0,05

2
2
1

0,30
0,30
0,05

0,05

0,10

Tabel 5.2. Faktor strategis eksternal


Faktor Strategis Eksternal
PELUANG
1. Regulasi
percepatan
pembangunan
2. Kesepakatan
pembangunan
daerah
3. Pembangunan rumah lapangan
4. Pembangunan energi
Jumlah
ANCAMAN
1. Penurunan daya dukung lahan
2. Bencana alam
3. Meningkatnya kompetensi antar
wilayah
4. Meningkatnya
daya
saing
provinsi tetangga
Jumlah
Total
Matrik Space

0,40
1,00

0,75
2,40
0,90

5.2. Sintesis Hasil Analisis


Berdasarkan analisis matrik SWOT, maka diperoleh nilai Internal Eksternal (IE) sebesar
2,70 dan 2,40 yang berarti bahwa kondisi Penanaman Modal Daerah Provinsi (RUPMP)
Bengkulu berada pada posisi Pertumbuhan dan Stabilitas. Artinya secara internal faktor-faktor
yang memberikan sinyal positif atau yang merupakan kekuatan dalam penanaman modal daerah
secara keseluruhan relatif besar. Demikian halnya dengan faktor-faktor eksternal yang
mendukung terjadinya kegiatan penanaman modal di Provinsi Bengkulu juga relatif besar.
Dengan demikian, kedua faktor internal dan eksternal di atas memiliki nilai rata-rata relatif besar.
Secara grafis hasil analisis lingkungan internal dan eksternal disajikan pada Gambar 5.1

Berdasarkan hasil analisis dengan Matrik Space (MS) diperoleh nilai sebesar 1,50 untuk
sumbu X dan 0,90 untuk sumbu Y, yang menunjukkan bahwa kondisi Penanaman Modal Daerah
Provinsi Bengkulu berada pada posisi Agresif. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor yang
memberikan sinyal atau menunjukkan kekuatan penanaman modal daerah dengan nilai yang
positif atau masih lebih besar jika dibandingkan dengan faktor-faktor yang melemahkan.
Demikian halnya dengan faktor-faktor yang memberikan peluang untuk berkembangnya
penanaman modal di wilayah Provinsi Bengkulu juga menunjukkan nilai yang positif atau masih
lebih besar jika dibandingkan dengan faktor-faktor yang mengancam keberlangsungan
penanaman modal. Oleh karena itu strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan
penanaman modal di Provinsi Bengkulu adalah strategi yang bersifat Agresif. Strategi yang
agresif dibutuhkan agar kelebihan dari faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan yang
memberikan peluang dalam penanaman modal dapat dieksploitasi secara optimal sehingga laju
penanaman modal di wilayah Provinsi Bengkulu dapat dipercepat.

Total Skor
Internal
Kuat

Rata-rata
3,0

Lemah
2,0

1,0

Tinggi

3,0
Total Skor Eksterna
2,0
Rendah
1,0
Gambar 5.1
Analisis SWOT Matrik Internal dan Eksternal
Hasil analisis terhadap pendekatan Matrik Space secara grafis disajikan pada
gambar 5.2. Terdapat konsistensi antara dua pendekatan baik menggunakan

Matrik Internal dan Eksternal (MIE) maupun Matrik Space (MS) dan keduanya
mendukung adanya Strategi Pertumbuhan dan Stabilitas yang bersifat Agresif.
Konservatif

Agresif

Defensif

Competitif

Gambar 5.2.
Analisis SWOT Matrik Space
Strategi Pertumbuhan

dan Stabilitas Penanaman Modal yang Agresif di Provinsi

Bengkulu memerlukan penyusunan suatu arah dan strategi dengan melibatkan berbagai pihak
terkait. Selain itu, sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, Pemerintah telah berkomitmen untuk mengembangkan strategi dan kebijakan
penanaman modal di Indonesia berdasarkan atas azas kepastian hukum, keterbukaan,
akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi,
dan berkeadilan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, kemandirian, serta keseimbangan
antara kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Atas dasar hal uraian diatas, maka kebijakan pengembangan investasi di Provinsi
Bengkulu harus fokus pada lima sasaran strategis sebagaimana disajikan pada Tabel 5.4. Kelima
sasaran tersebut adalah (i) memberikan pelayanan yang lebih mudah dan cepat dalam penerbitan
perijinan semua bidang usaha sesuai dengan peraturan dan ketentuan berlaku; (ii) mendorong
pengembangan komoditi unggulan daerah dengan penyediaan informasi potensi unggulan daerah
menjadi produk unggulan yang memiliki nilai tambah yang tinggi; (iii) meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang berbasis kerakyatan; (iv) mendorong pertumbuhan lapangan kerja
yang berorientasi produk ketahanan pangan; dan (v) mendorong realisasi investasi PMA dan
PMDN.
Tabel 5.4. Sasaran Strategi Penanaman Modal di Provinsi Bengkulu
Sasaran Strategis

Tujuan Akhir

Memberikan pelayanan yang lebih


mudah dan cepat dalam penerbitan

Meningkatkan
nasional

pertumbuhan

ekonomi

perijinan semua bidang usaha sesuai


dengan peraturan dan ketentuan
berlaku
Mendorong pengembangan komoditi
unggulan daerah dengan penyediaan
informasi potensi unggulan daerah
menjadi produk unggulan yang
memilki nilai tambah yang tinggi
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
yang berbasis kerakyatan

Mendorong pertumbuhan lapangan


kerja yang berorientasi produk
ketahanan pangan
Mendorong realisasi investasi PMA
dan PMDN

Menciptakan lapangan kerja;


Meningkatkan
pembangunan
ekonomi
berkelanjutan;
Meningkatkan kemampuan daya saing
pelaku usaha nasional
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
Meningkatkan kapasitas dan kemampuan
teknologi nasional;
Mendorong
pengembangan
ekonomi
kerakyatan
Menciptakan lapangan kerja;
Meningkatkan
pembangunan
ekonomi
berkelanjutan
Mengolah ekonomi potensial menjadi
kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan
dana yang berasal baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri

Sumber : LAKIP BKPMD Provinsi Bengkulu, 2012


Secara teoritik, apabila kondisi hasil berada pada posisi pertumbuhan dan stabilitas serta
posisi agresif maka pemerintah daerah harus mempercepat pertumbuhan investasi di daerah
Provinsi Bengkulu secara umum dengan berbagai cara, terutama yang berkaitan dengan promosi
investasi melalui berbagai media promosi. Media promosi yang dapat dipakai adalah media cetak
dan media elektronik seperti televisi, website, koran lokal dan nasional, majalah asosiasi profesi
usaha seperti KADIN baik di daerah maupun dipusat. Untuk menyakinkan para investor sudah
barang tentu harus diikuti dengan perbaikan infrastruktur jalan, jembatan, tenaga listrik dan
pelabuhan udara serta pelabuhan samudra. Infrastruktur sangat berkaitan dengan peningkatan
akses barang dan jasa ke tujuan akhir pasar, baik pasar nasional maupun pasar internasional.
Dalam upaya mendukung strategi Agresif, maka pemerintah daerah Provinsi Bengkulu
harus memperkecil ketidak merataan investasi di daerah ini. Membangun keterkaitan antar
daerah sangat diperlukan, tertuma dalam memasok barang, dan keterkaitan ke depan pada jalur
distribusi barang dan jasa. Kemudian strategi memperkecil kesenjangan investasi antar daerah
juga harus mendapat perhatian dari semua pihak. Selanjutnya, ke depan perlu meningkatkan
peran Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang sangat penting dalam rangka mengurangi
tekanan biaya tinggi di daerah. Strategi berikutnya adalah peningkatan keterampilan tenaga kerja
di daerah agar daerah ini mampu mempunyai daya saing komparartif yang tinggi. Sebagaimana
diketahui bahwa daya saing Provinsi Bengkulu masih rendah secara nasional, sehingga investasi
tidak berkembang.

Strategi Agresif menuntut para pengambil keputusan di daerah ini untuk mengantisipasi
berbagai ancaman yang mungkin terjadi, seperti penurunan daya dukung lahan. Daya dukung
lahan perlu mendapat perhatian serius, karena topografi wilayah Provinsi Bengkulu yang
bergelombang sangat rentan terhadap penurunan daya dukung lahan terutama akibat budidaya
kelapa sawit secara besar-besaran. Di masa yang akan datang ketersediaan sumber air sangat
penting, hal ini diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya kegersangan lahan yang akan
mengakibatkan kelangkaan air untuk kepentingan investasi dan kehidupan umat manusia yang
akan datang. Selain itu, daerah ini berada pada kawasan rawan gempa bumi, oleh karena itu
program minimalisasi dampak bencana terhadap pengembangan investasi di daerah ini sangat
diperlukan. Strategi agresif juga mendapat rintangan dari meningkatnya kompetensi antar
wilayah provinsi, paling tidak di kawasan regional Sumatera. Oleh karena itu, investasi pada
infrastruktur jalan dan jembatan mendapat prioritas utama. Dengan demikian, akses antar daerah
dapat lebih lancar, sehingga masing-masing daerah dapat berkompetisi lebih sehat.
Meningkatnya daya saing provinsi tetangga, merupakan pemicu Provinsi Bengkulu untuk maju
dan berkembang.

BAB VI. KEBIJAKAN DAN STRATEGI

6.1. Kebijakan Penanaman Modal


Berdasarkan pertimbangan indikasi potensi dan permasalahan sebagaimana dibahas pada
Bab V maka Pemerintah Provinsi Bengkulu perlu menyusun Kebijakan dan Strategi dengan
mengacu kepada Rancangan Umum Penanaman Modal. Hal ini dimaksudkan agar tercipta
keterpaduan dan konsistensi arah perencanaan penanaman modal antara Pemerintah Provinsi
Bengkulu dengan arah perencanaan nasional sehingga sesuai dengan peraturan Presiden Nomor
16 Tahun 2012 tentang Rencana Umum Penanaman Modal. Dengan demikian, yang menjadi arah
kebijakan penanaman modal di Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut:
a. Perbaikan Iklim Penanaman Modal;
b. Pemerataan Penanaman Modal;
c. Konsentrasi Pengembangan Pangan, Infrastruktur dan Energi;
d. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan;
e. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK);
f. Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal; dan Pemberian Fasilitas, serta
g. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal.
A. Perbaikan Iklim Penanaman Modal

Penanaman modal di Provinsi Bengkulu terdiri dari penanaman modal dalam negeri
(PMDN) dan penanaman modal asing (PMA). Penanaman modal dalam negeri yang tercatat
sampai tahun 2013 mencapai nilai Rp. 5.649.775.134.004,- dengan jumlah kegiatan 119 proyek
dan penanaman modal luar negeri (asing) dengan nilai Rp. 1.814.728.496.403,- dengan kegiatan
tersebar di 71 perusahaan. Apabila ditelaah lebih jauh maka penanaman modal luar negeri masih
relatif kecil dan bergerak pada sektor pertambangan batubara dan perkebunan.
Perbaikan iklim Penanaman Modal sangat terkendala oleh infrastruktur jalan, jembatan,
pelabuhan baik udara maupun darat, dan sumber energi. Berkaitan dengan sumber energi,
Provinsi Bengkulu merupakan penghasil energi listrik yang cukup, namun saat ini terkendala
oleh kurangnya infrastruktur untuk melakukan distribusi energi ke Provinsi Bengkulu.
B. Pemerataan Penanaman Modal
Kebijakan pemerataan penanaman modal di Provinsi Bengkulu diarahkan pada daerah
kabupaten dan kota. Apabila dilihat sebaran investasi di Provinsi Bengkulu menyebar pada
sepuluh kabupaten kota. Secara geografis kewilayahan konsentrasi penanaman modal, maka
sebarannya adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 6.1 berikut.
Tabel 6.1. Konsentrasi Penanaman Modal di Provinsi Bengkulu
Kabupaten

Komoditi

Kota Bengkulu

Hotel, IKAHH, pariwisata, perikanan laut, kerajinan kain


basurek
Kelapa sawit, karet, tanaman pangan, kayu, perikanan darat,
batubara, emas, pariwisata, PLTMH, IKAHH & ILMEA
Kelapa sawit, tanaman pangan, batubara

Bengkulu Utara
Mukomuko
Benteng
Lebong
Kepahiang

Rejang Lebong
Bengkulu Selatan
Kaur
Seluma

Kelapa sawit, karet, kayu, batubara, pariwisata, PLTMH,


IKAHH
Hortikultura (jeruk geregah), tanaman pangan, kopi arabika,
pariwisata (desa wisata), PLTMH, geothermal
Hortikultura (sayuran), tanaman pangan, kopi arabika, tanaman
kayu (sengon), perikanan darat, pariwisata, pembangkit listrik,
geothermal
Hortikultura (sayuran), kopi arabika, gula semut, tanaman
pangan, kayu, pariwisata, perhotelan
Kelapa sawit, kelapa dalam, tanaman pangan, kayu, perikanan
darat, bunga raflesia, pariwisata, PLTMH
Perikanan laut, tanaman pangan alternatif (umbi-umbian),
kelapa dalam
Kelapa sawit, karet, tanaman pangan, batubara, pasir besi,
PLTMH

Sumber: Kantor BKPMD Provinsi Bengkulu 2012, data diolah.


Keterangan: IKAHH = industri kimia, agro dan hasil hutan
ILMEA = industri logam, mesin dan aneka metal
PLTMH = pembangkit listrik tenaga mikro hidro

C.Konsentrasi Pengembangan Pangan, Infrastruktur dan Energi


Informasi yang disajikan pada Tabel 6.1 di atas sekaligus memperlihatkan konsentrasi
penanaman modal di bidang pangan, infrastruktur dan energi di wilayah Provinsi Bengkulu.
Konsentrasi pengembangan tanaman pangan diarahkan di Kabupaten Muko-muko, Kabupaten
Bengkulu Utara, Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Selatan, sedangkan Kabupaten
Kaur berkonsentrasi pada pengembangan pangan alternatif seperti ubi-ubian. Penetapan wilayah
konsentrasi pengembangan pangan perlu dilakukan guna mendukung perwujudan terpenuhinya
kebutuhan pangan di tingkat daerah dan masyarakat. Daerah-daerah yang menjadi sentra
produksi tanaman pangan diharapkan dapat menjamin ketersediaan pangan di Provinsi Bengkulu
sebagai salah satu komponen dalam mewujudkan ketahanan pangan. Peluang investasi di bidang
pangan tersedia di sektor hilir seperti industri pengolahan tapioka dan pakan ternak.
Pengembangan infrastruktur jalan dan jembatan terkonsentrasi di wilayah kabupaten
yang berbatasan langsung dengan provinsi tetangga, yakni perbatasan Provinsi Bengkulu dengan
Provinsi Sumatera Barat di wilayah Kabupaten Mukomuko, perbatasan dengan Provinsi
Lampung di wilayah Kabupaten Kaur, dan perbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan di
wilayah Kabupaten Kaur, Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Rejang Lebong. Kemudian,
untuk pengembangan ke depan, infrastruktur jalan yang mungkin dikembangkan adalah
Kabupaten lebong ke Muaro Bungo, Kabupaten Mukomuko ke Kerinci, Kabupaten Bengkulu
Selatan ke Pagar Alam dan Lubuk Linggau atau Tebing Tinggi ke Linau. Bila akses ini bisa
terbuka maka isolasi Provinsi Bengkulu dapat terbuka, dengan aksesibilitas tinggi maka
percepatan pembangunan cepat terwujud.
Investasi pada infrastruktur pelabuhan Pulau Baai masih sangat diperlukan, terutama
mengatasi pendangkalan alur dan sarana pendukung lainnya. Saat ini sedang dilakukan
pembangunan kawasan kolam seluas 1.000 Ha untuk meningkatkan aktivitas di dalam kawasan
pelabuhan. Ke depan, investasi di pelabuhan Pulau Baai meliputi pembangunan beberapa
dermaga baru seperti untuk pengangkutan mobil, ternak dan peti kemas. Seterusnya, investasi
pelabuhan baru adalah peningkatan pelabuhan linau di Kabupaten Kaur yang terintegrasi dengan
pembangunan rel kereta api untuk pengangkutan batubara dari Provinsi Sumatera Selatan.
Selanjutnya, kondisi saat ini penghasil energi (listrik) tenaga air (PLTA) Musi berada di
Kabupaten Kepahiang yang merupakan pemasok listrik utama di Provinsi Bengkulu dan
interkoneksi Pulau Sumatera, serta PLTA Tes di Kabupaten Lebong, dan PLTU di Kota
Bengkulu. Kemungkinan investasi energi yang mungkin adalah pembangkit listrik tenaga panas
bumi di Kabupaten Lebong dan Kabupaten Kepahiang, pembangkit listrik mikro hidro di
Kabupaten Kaur, Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Utara, serta energi briket di Kota
Bengkulu.
D. Penanaman Modal yang Berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan
Dalam visi dan Misi Penanaman Modal di Provinsi Bengkulu cukup jelas bahwa
pembangunan dan penanaman modal berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Sebagai mana

yang telah diungkap di muka, sumbangan sektor pertanian terutama sub sektor perkebunan cukup
dominan dalam pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi Bengkulu,
dimana kontribusi sektor ini masih pada angka 37%. Artinya struktur ekonomi Provinsi Bengkulu
berbasis industri pertanian. Karena kontribusi sub sektor perkebunan (sawit) cukup besar, maka
penanganan lingkungan terhadap komoditi ini cukup ketat. Diketahui bahwa tanaman sawit
adalah tanaman yang rakus air, sehingga investasi pada sub sektor perkebunan sawit perlu
mendapat perhatian cukup besar dalam pengelolaan lingkungan dengan konsep berkelanjutan.
Pada masa yang akan datang, perlu investasi dalam pengelolaan lingkungan perkebunan seperti
pembuatan sumur resapan air pada areal perkebunan dan teras siring yang lebih ketat.
E. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK)
Pemberdayaan usaha mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi menjadi perhatian utama
pemerintah Provinsi Bengkulu. Komposisi pelaku usaha di Provinsi Bengkulu masih didominasi
oleh usaha kecil dan menengah. Ini berarti bahwa investasi yang mungkin di kembangkan adalah
sektor usaha kecil dan menengah ini. Masih terbuka peluang usaha di bidang industri hilir dari
industri minyak mentah sawit (CPO) seperti pabrik minyak makan mini dan pabrik sabun yang
berskala kecil dan menengah. Investasi lain adalah industri pengolahan kopi dan holtikultura di
Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang, pengolahan hasil tangkap nelayan
tradisional di Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah,
Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kaur.
F. Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal, Pwmberian Fasilitas
Kebijakan kemudahan insentif penanaman modal dan pemberian fasilitas mutlak harus
dilaksanakan. Pemerintah Provinsi Bengkulu berupaya keras untuk memberikan berbagai
kemudahan, terutama peningkatan infrastruktur jalan lintas lubuk linggau, batas sumbar dan
Lampung. Sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, maka Provinsi
Bengkulu harus memberikan pelayanan perizinan secara optimal guna memberikan kenyamanan
dalam berinvestasi.
G. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
Peningkatan penanaman modal tidak dapat berjalan tanpa adanya peran serta lembaga
yang terkait dengan kegiatan promosi, baik kegiatan yang dilakukan di dalam maupun di luar
negeri. Sehubungan dengan hal tersebut, BKPMD Provinsi Bengkulu perlu menjalin sinergisme
dengan SKPD terkait agar bersama-sama meningkatkan citra daerah melalui kegiatan-kegiatan
yang ada di institusi masing-masing. Kebersamaan dalam menjaga citra daerah diharapkan dapat
menambah daya tarik bagi investor untuk datang dan menanamkan modalnya di Provinsi
Bengkulu.
6.2. Strategi Penanaman Modal

Arah Kebijakan 1: Perbaikan Iklim Penanaman Modal


Strategi 1: Mempertahankan kondisi daerah yang kondusif
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia menetapakan Provinsi Bengkulu sebagai
daerah paling kondusif di Indonesia sampai pertengahan 2014. Penilaian tersebut didasarkan atas
hasil evaluasi yang dilakukan lembaga independen dan pemangku kepentingan nasional. Dengan
status paling kondusif, serta adanya komitmen daerah untuk mempertahankannya, maka Provinsi
Bengkulu menjadi daerah yang nyaman bagi investor untuk menanamkan modalnya di wilayah
ini. Kehadiran investor di Bengkulu sudah terlihat dari meningkatnya geliat pembangunan dalam
beberapa tahun terakhir, ditandai dengan pertumbuhan prasarana ekonomi seperti mall dan ruko,
serta meningkatnya aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Pulau Baai.
Strategi 2: Memudahkan skema perijinan dan menjamin kepastian hukum
Sejarah telah membuktikan bahwa daerah dan negara yang mampu memberikan
kemudahan dalam mengurus perizinan serta didukung dengan kepastian hukum akan menjadi
tujuan utama bagi para investor. Sejak tahun 2010 Provinsi Bengkulu telah melaksanakan dan
membuka Kantor Perizinan Terpadu, sehingga investor mendapat kemudahan dalam berinvestasi.
Dengan penguatan pada SKPD ini kegiatan perijinan investasi menjadi lebih jelas, cepat, dan
pada akhirnya akan berpengaruh pada efektivitas kelembagaan dalam rangka realisasi investasi di
Provinsi Bengkulu.
Strategi 3: Meningkatkan kualitas SDM tenaga kerja
Strategi ini dapat diimplementasikan melalui peningkatan proporsi pendidikan keahlian
(SMK) dan pendidikan umum (SMU) menjadi minimal 60 : 40 sebagaimana yang menjadi
kebijakan nasional. Hal ini dimaksudkan agar Provinsi Bengkulu memiliki tenaga kerja yang siap
pakai setelah lulus sekolah guna mengantisipasi masuknya tenaga kerja asing mulai tahun 2015
nanti. Lulusan SMK diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tenaga terampil yang dibutuhkan
dalam pengembangan investasi. Dengan demikian, implementasi strategi ini antara lain
pembangunan SMK dan Balai Latihan Kerja (BLK) baru, peningkatan kompetensi tenaga
pengajar, dan studi kebutuhan teknologi sebagai basis penyusunan kurikulum di sekolah.
Strategi 4: Mewujudkan kepastian lahan usaha dan komoditi unggulan investasi
Strategi penanaman modal di Provinsi Bengkulu diawali dengan penetapan lahan usaha
di kabupaten/kota dan komoditi unggulan yang berpotensi dikembangkan investor. Sebaran
komoditi unggulan investasi di wilayah Provinsi Bengkulu tersebar di seluruh kabupaten dan
kota sebagaimana disajikan pada Tabel 6.2. Padi sawah, jagung dan ubi kayu merupakan
komoditi tanaman pangan yang diunggulkan Provinsi Bengkulu untuk menarik investasi ke

wilayah Provinsi Bengkulu. Komoditi unggulan bidang perkebunan dan kehutanan meliputi
kelapa sawit, karet, kopi arabika, kelapa dalam dan kayu bulat yang tersebar di semua wilayah
kabupaten. Perikanan darat dan tangkap merupakan unggulan di bidang perikanan dan kelautan,
dan di beberapa daerah telah dikembangkan melalui program Minapolitan seperti di Kabupaten
Kaur, Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Bengkulu Utara.
Di bidang pariwisata, strategi investasi diarahkan untuk pengembangan objek-objek
wisata alam dan budaya yang tersebar di sebagian besar wilayah Provinsi Bengkulu, serta
pengembangan perhotelan di Kota Bengkulu dan Kabupaten Rejang Lebong. Destinasi
pariwisata dikembang secara terpadu antara wilayah satu dengan wilayah lainnya di Provinsi
Bengkulu. Sementara batubara dan emas merupakan dua komoditi bidang sumberdaya mineral
yang menjadi primadona investasi di Provinsi Bengkulu, dan sudah mulai dikembangkan dalam
beberapa dekade terakhir. Industri kimia, agro dan hasil hutan (IKAHH) dan industri logam,
mesin dan aneka metal (ILMEA) merupakan dua jenis industri skala kecil dan menengah yang
beroperasi di wilayah Provinsi Bengkulu.
Strategi investasi di bidang infrastruktur difokuskan pada pengembangan rel kereta api,
pelabuhan laut dan pelabuhan udara. Ada tiga jalur kereta api yang membutuhkan investasi,
yakni jalur Kota Bengkulu Seluma Kepahiang Rejang Lebong Lubuk Linggau (Sumatera
Selatan), jalur Kota Bengkulu Bengkulu Tengah Bengkulu Utara Mukomuko Padang
(Sumatera Barat), dan jalur Linau (Kaur) Tanjung Enim (Sumatera Selatan) yang khusus
diperuntukkan

untuk pengangkutan batubara. Di bidang pelabuhan laut, potensi investasi

difokuskan pada pengembangan kawasan penyangga pelabuhan Pulau Baai di Kota Bengkulu
untuk dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berbasis pelabuhan. Dalam rencana tata ruang
wilayah Provinsi Bengkulu, wilayah di sekitar pelabuhan Pulau Baai memang diperuntukkan
sebagai zona perindustrian sehingga memberikan kepastian hukum yang jelas bagi investor untuk
berinvestasi di kawasan penyangga pelabuhan. Selain itu, investasi dapat pula diarahkan untuk
pengembangan Pelabuhan Linau di Kabupaten Kaur untuk melayani bongkar muat barang di
wilayah tetangga seperti Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Pesisir Utara (Lampung), dan
Kabupaten OKU Selatan (Sumatera Selatan).
Tabel 6.2. Sebaran komoditi investasi di wilayah Provinsi Bengkulu
Wilayah
Komoditi Investasi

Kr

BS

Bidang Perkebunan dan Kehutanan


Kelapa sawit
X
X
Karet
Kopi arabika

SI

Kph

RL

Lb

X
X
X

BT

BU

MM

X
X

KB

Kelapa dalam
X
X
Kayu bulat
X
X
X
X
Bidang Perikanan
Perikanan darat
X
X
X
X
X
Perikanan tangkap
X
X
X
X
X
Bidang Pariwisata
Objek wisata
X
X
X
X
X
X
X
X
Perhotelan
X
X
Bidang Sumberdaya Mineral
Batubara
X
X
X
X
X
X
Emas
X
X
X
X
Bidang Industri
IKAHH
X
X
X
X
ILMEA
X
Bidang Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura
Padi sawah
X
X
X
X
X
Jgung
X
X
X
X
Ubi kayu
X
X
Sayuran dataran tinggi
X
X
X
Bidang Infrastruktur
Perkeretaapian
X
X
X
X
X
X
X
X
Pelabuhan laut
X
X
X
X
Pelabuhan udara
X
X
X
Bidang Energi
Energi air skala besar
X
X
Energi air skala kecil
X
X
X
X
Geothermal
X
X
Keterangan: Kr = Kaur, BS = Bkl. Selatan, SI = Seluma, Kph = Kepahiang, RL = Rejang Lebong, Lb
= Lebong, BT = Bkl. Tengah, BU = Bkl. Utara, MM = Mukomuko, KB = Kota
Bengkulu IKAHH = industri kimia, agro dan hasil hutan
ILMEA = industri logam, mesin dan aneka metal
Strategi penanaman modal di bidang energi dikelompokkan berdasarkan sumber
enrginya, yakni menjadi investasi energi skala besar, energi air skala kecil, dan Geothermal.
Investasi pengembangan energi air skala besar dapat dilakukan di Air Padang Guci Kabupaten
Kaur, serta di Air Manna dan Air Bengkenang Kabupaten Bengkulu Selatan. Sumber energi
tersebut masing-masing berpotensi menghasilkan tenaga listrik di atas 30 MW. Selain itu,
limpahan air dari bendungan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan areal persawahan.
Pengembangan investasi untuk energi air skala kecil tersebar di beberapa kabupaten seperti
Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara dan
Kabupaten Lebong. Lebong dan Kepahiang merupakan dua wilayah kabupaten yang memilki
potensi geotermal dan merupakan tujuan investasi utama di bidang energi listrik panas bumi.
Arah Kebijakan 2: Pemerataan Penanaman Modal

Strategi 1 : Meningkatkan kapasitas investasi wilayah kabupaten

Selama ini penanaman modal di Provinsi Bengkulu lebih banyak terkonsentrasi di Kota
Bengkulu dibandingkan di wilayah kabupaten. Berdasarkan hasil kajian Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 2006, semua wilayah kabupaten masuk kategori daerah
tertinggal sehingga kurang diminati investor. Ada tiga faktor yang menyebabkan wilayah
kabupaten di Provinsi Bengkulu menjadi tertinggal dibandingkan wilayah kota, yakni
aksesabilitas, sumberdaya manusia (SDM) dan kerawanan terhadap bencana. Oleh sebab itu,
strategi peningkatan kapasitas investasi di wilayah kabupaten harus diarahkan pada pemecahan
permasalahan yang terkait dengan aksesabilitas, SDM dan kondisi rawan bencana.
Peningkatan aksesabilitas di wilayah kabupaten meliputi pembangunan dan peningkatan
jalan lintas wilayah dan jalan menuju sentra-sentra produksi berbasis investasi. Kualitas jalan
yang baik dibutuhkan investor guna menekan biaya produksi dan memperlancar distribusi dari
lokasi produksi ke konsumen. Selain transportasi, akses informasi juga menjadi pendukung
dalam berinvestasi, sehingga perlu adanya jaminan kelancaran berkomunikasi di lokasi usaha.
Saat ini hampir semua wilayah kabupaten di Provinsi Bengkulu sudah memiliki jaringan seluler
yang menjadi alat komunikasi utama masyarakat.
Peningkatan kualitas SDM di wilayah kabupaten dilakukan sebagaimana diuraikan pada
Strategi 3 Arah Kebijakan 1 diatas. Hanya saja, pengembangan sekolah-sekolah berbasis
keterampilan kerja tidak hanya dikonsentrasikan di wilayah kota, melainkan juga hingga ke
wilayah kabupaten. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi ketimpangan antara kualitas SDM di
wilayah kabupaten dengan kualitas SDM di wilayah kota. Sementara penanggulangan rawan
bencana dilakukan dengan mengembangkan sistem peringatan dini (early warning system) dan
menetapkan titik-titik evakuasi sebagai tindakan antisipasi apabila terjadi bencana.
Strategi 2: Mensinergikan kegiatan investasi di wilayah kota dengan wilayah kabupaten
Sumber pendapatan utama Provinsi Bengkulu masih bertumpu pada sektor usaha primer
pertanian (38,93%) yang terdapat di wilayah kabupaten sebagaimana disajikan pada Tabel 6.3.
Sementara sektor pengolahan belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pendapatan daerah karena hanya menyumbang 4,44% terhadap PDRB Provinsi Bengkulu masih
terkonsentrasi pada usaha yang menghasilkan produk primer atau produk intermediate dengan
nilai tambah ekonomi yang relatif rendah dibandingkan produk jati.
Dalam sepuluh tahun ke depan, strategi penanaman modal harus diarahkan pada
sinergisme antara wilayah penghasil produk primer dengan wilayah yang berpotensi pengolah
produk primer jadi sebelum dijual ke luar wilayah Provinsi Bengkulu. Sebagai contoh, investor
di bidang usaha kelapa sawit sebagai penghasil crude palm oil (CPO) sudah cukup banyak di
Provinsi Bengkulu, namun belum ada satupun diantaranya yang mengolah CPO menjadi produk

jadi seperti minyak goreng, sabun dan margarin. Hal yang sama terjadi pada investasi di bidang
usaha karet, dimana produk yang dihasilkan baru berupa produk intermediate berupa crumb
rubber dan karet lembar. Dalam hal ini, kabupaten berfungsi sebagai penghasil produk primer
sedangkan kota sebagai penghasil produk jadi.

Tabel 6.3. Distribusi persentase PDRB Provinsi Bengkulu menurut lapangan usaha atas dasar
harga berlaku 2009-2012
Lapangan Usaha

Persentase

Pertanian

38,93

Pertambangan dan penggalian

4,20

Industri pengolahan
Non-migas (makanan, minuman dan tembakau)
Listrik, gas dan air bersih

4,44

Bangunan

3,78

Perdagangan, restoran dan hotel

18,88

Angkutan dan komunikasi

8,15

Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

4,93

Jasa-jasa

16,15

0,54

Strategi 3: Mengembangkan sentra-sentra ekonomi baru sesuai potensi daerah


Pemerataan dalam penanaman modal dapat pula ditempuh dengan menawarkan
pengembangan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah Provinsi Bengkulu kepada investor.
Sentra-sentra ekonomi baru yang ditawarkan kepada investor mengacu kepada kajian-kajian
pengembangan kawasan strategis terdahulu, baik yang dilakukan Pemerintah Provinsi maupun
Pemerintah Kabupaten. Beberapa sentra ekonomi baru yang siap dikembangkan termasuk jenis
programnya antara lain sebagai berikut:

1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pulau Baai di Kecamatan Teluk Sepang, Kota
Bengkulu, melalui kerjasama dengan pihak ketiga untuk mendukung aktivitas yang ada
di kawasan Pulau Baai.
2. Kawasan-kawasan Agropolitan, yakni di Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang
Lebong (komoditi cabe dan tomat), serta di Kecamatan Maje dan Kaur Selatan
Kabupaten Kaur (komoditi kelapa dalam dan perikanan tangkap).
3. Kawasan-kawasan Minapolitan, yakni di Kecamatan Nasal Kabupaten Kaur (komoditi
lele dan nila), Kecamatan Air Nipis, Seginim dan Kedurang Kabupaten Bengkulu Selatan
(komoditi nila dan mas), dan Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara
(komoditi nila dan mas).
4. Kawasan kerjasama antar daerah antara Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong
dan Kabupaten Kepahiang, dengan komoditi unggulan perikanan darat.
5. Kawasan ekonomi baru berbasis kehutanan yang meliputi Simpang Ngalam- Pulaau Baai
Tapak Padri Sungai Hitam (LAMBAITAITAM), mencakup wilayah di Kabupaten
Seluma dan Kota Bengkulu.
Arah Kebijakan 3:
Konsentrasi Pengembangan Pangan, Infrastruktur dan Energi

Strategi 1: Mempercepat pengembangan pangan dan agroindustri


Percepatan pengembangan tanaman pangan dan agroindustri difokuskan pada komoditi
pangan strategis, yakni padi dan jagung, serta komoditi pangan alternatif ubi-ubian. Peluang
investasi meliputi sektor hulu untuk mendapatkan produk primer dan sektor hilir agroindustri
untuk menghasilkan produk akhir. Pengembangan pangan dan agroindustri dilakukan di wilayahwilayah yang selama ini sudah menjadi sentra produksi padi dan jagung serta yang memiliki
komitmen untuk mengembangkan pangan alternatif ubi-ubian.
Strategi percepatan investasi di bidang pangan dan agroindustri adalah mengarahkan
investor untuk mengembangkan pangan dan agroindustri di wilayah-wilayah berikut:

Pengembangan padi sawah diarahkan di lima sentra produksi utama, yakni Kabupaten
Bengkulu Utara, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong, Kabupaten Seluma, dan

Kabupaten Bengkulu Selatan.


Pengembangan tanaman jagung diarahkan di Kabupaten Mukomuko, Kabupaten

Bengkulu Utara, Kabupaten Kepahiang, dan Kabupaten Seluma.


Pengembangan tanaman pangan alternatif berupa ubi-ubian diarahkan di Kabupaten Kaur
dan Kota Bengkulu.

Strategi 2: Mempercepat pengembangan infrastruktur strategis

Infrastruktur merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terbatasnya aksesabilitas


transportasi di sebagian besar wilayah Provinsi Bengkulu sehingga masuk kategori sebagai
daerah tertinggal. Namun yang lebih penting lagi adalah terbatasnya akses transportasi yang
menghubungkan Provinsi Bengkulu dengan wilayah lain di Indonesia.
Strategi pengembangan investasi bidang infrastruktur strategis untuk membuka
keterisolasian adalah:

Pengembangan infrastruktur jalan dan jembatan yang menghubungkan wilayah


kabupaten dengan Provinsi tetangga, seperti perbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat
di wilayah Kabupaten Mukomuko, perbatasan dengan Provinsi Lampung di wilayah
Kabupaten Kaur, dan perbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan di wilayah
Kabupaten Kaur, Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten
Rejang Lebong. Investasi ini diperlukan guna meningkatkan roda perekonomian antara

Provinsi Bengkulu dengan provinsi-provinsi tetangga.


Pembangunan infrastruktur jalan yang menghubungkan Kabupaten Lebong dengan

Muaro Bungo (Provinsi Jambi), Kabupaten Mukomuko dengan Kerinci (Provinsi Jambi).
Pembangunan rel kereta api yang menghubungkan Kota Bengkulu Kabupaten Seluma
Kabupaten Kepahiang Kabupaten Rejang Lebong Lubuk Linggau (Provinsi
Sumatera Selatan), yang menghubungkan Kota Bengkulu Padang ( Provinsi Sumatera
Barat), dan Linau (Kabupaten Kaur) menuju Tanjung Enim (Provinsi Sumatera Selatan).
Bila akses ini bisa terbuka maka isolasi Provinsi Bengkulu dapat terbuka, dengan

aksesibilitas tinggi maka percepatan pembangunan cepat terwujud.


Pengembangan Pelabuhan Pulau Baai, baik kawasan

dermaga

maupun

kawasanhinterland yang ada di sekitar pelabuhan, serta Pelabuhan Linau di Kabupaten


Kaur, guna menjadikan Bengkulu sebagai outlet dan inlet pergerakan barang di kawasan
regional Sumatera bagian Selatan.
Strategi 3: Mempercepat pengembangan energi
Strategi peningkatan investasi untuk percepatan pengembangan energi dapat dilakukan
sebagai berikut:

Pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi di Kabupaten Lebong dan

Kabupaten Kepahiang.
Pengembangan pembangkit listrik mikro hidro di Kabupaten Kaur, Kabupaten Seluma

dan Kabupaten Bengkulu Utara.


Pengembangan energi briket batubara di Kota Bengkulu.
Pengembangan energi terbarukan lainnya energi matahari, angin, gelombang dan
biomassa.

Arah Kebijakan 4:
Penanaman Modal yang berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan

Strategi 1: Mengolah limbah pertanian dan rumah tangga menjadi sumber energi dan
ekonomi produktif
Dalam pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, limbah bukan
dianggap sebagai produk yang berbahaya dan merusak lingkungan, namun dipandang sebagai
suatu produk samping dalam proses produksi yang dapat diolah menjadi produk yang
bermanfaat. Konsep pembangunan yang demikian dikenal sebagai pembangunan tanpa
meninggalkan limbah (zero economy development) atau pembangunan ekonomi hijau (green
economy development). Produk yang dihasilkan melalui proses produksi tanpa meninggalkan
limbah disebut produk hijau yang ramah lingkungan (green product).
Strategi peningkatan investasi untuk pengolahan limbah pertanian dan rumah tangga
menjadi produk bermanfaat dapat diiplementasikan antara lain melalui program dan kegiatan
berikut:

Pengolahan limbah pertanian dan rumah tangga menjadi energi biogas untuk skala rumah

tangga, serta menjadi energi listrik pada skala yang lebih besar.
Pengolahan limbah pertanian dan rumah tangga menjadi pupuk organik sebagai alternatif
dalam meningkatkan produktivitas lahan.

Strategi 2: Memanfaatkan lahan suboptimal untuk investasi perkebunan dan kehutanan


Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat sementara lahan pertanian yang semakin
terbatas menuntut adanya teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas lahan-lahan
suboptimal yang selama ini belum banyak dimanfaatkan, seperti lahan bekas tambang dan lahan
kritis lainnya. Kehadiran investor diharapkan dapat mengembangkan lahan tersebut untuk
meningkatkan perekonomian daerah dan masyarakat melalui aplikasi teknologi yang sesuai
dengan kondisi lahan suboptimal yang tersedia di wilayah Provinsi Bengkulu.
Strategi pemanfaatan lahan suboptimal untuk investasi perkebunan dan kehutanan dapat
diimplementasikan melalui program dan kegiatan berikut:

Peningkatan investasi pemanfaatan lahan suboptimal untuk pengembangan tanaman

perkebunan.
Peningkatan investasi pemanfaatan lahan suboptimal untuk pengembangan hutan
tanaman industri.
Arah Kebijakan 5:

Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK)

Strategi 1: Mengembangkan dan menerapkan teknologi tepat guna


Salah satu bidang investasi yang mungkin di kembangkan di wilayah Provinsi Bengkulu
adalah mengembangkan dan menerapkan teknologi sederhana dan tepat guna untuk memperkuat
sektor usaha kecil dan menengah:

Pengembangan teknologi hilirisasi produk minyak mentah sawit (CPO) seperti pabrik

minyak makan mini dan pabrik sabun yang berskala kecil dan menengah.
Pengembangan dan penerapan teknologi hilirisasi produk karet menjadi bahan

setengah jadi pada skala industri kecil dan menengah.


Pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna industri pengolahan kopi dan

holtikultura di Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang.


Pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna industri pengolahan hasil tangkap
nelayan tradisional di Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten
Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kaur.

Strategi 2: Membangun dan mengembangkan jaringan kemitraan untuk menembus pasar


nasional dan internasional
Strategi ini dimaksudkan agar investor tertarik untuk membangun kemitraan dengan
UMKMK untuk memasarkan produk-produk unggulan ke pasar nasional dan internasional.
Kontribusi investor dapat dilakukan antara lain melalui penyediaan modal produksi bagi UMKM,
pengolahan hasil, dan pemasaran secara nasional dan internasional. Kehadiran investor
diharapkan dapat meningkatkan kapasitas, kualitas dan keberlanjutan produksi UMKMK agar
mampu bersaing di tingkat nasional dan global.
Arah Kebijakan 6:
Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal, dan Pemberian Fasilitas

Strategi 1: Mempercepat fasilitasi dan kemudahan pelayanan Modal


Kebijakan untuk mempercepat fasilitasi dan memberikan kemudahan insentid
penanaman modal mutlak harus dilaksanakan di Provinsi Bengkulu. Sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku, maka Provinsi Bengkulu harus memberikan pelayanan
perizinan secara optimal guna memberikan kenyamanan dalam berinvestasi. Implementasi
strategi mempercepat fasilitasi dan kemudahan pelayanan investasi dapat dilaksanakan melalui:

Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan perusahaan untuk jumlah dan jangka
waktu tertentu.
Pembebasan atau pemberian keringan bea masuk atas barang-barang impor dan bahan
baku yang masuk ke Provinsi Bengkulu.
Pemberian kemudahan dalam mengurus perizinan berusaha di wilayah Provinsi Bengkulu
oleh SKPD terkait.
Penyediaan data dan informasi yang akurat terkait dengan peluang investasi di bidangbidang unggulan daerah.
Pengadaan infrastruktur oleh pemerintah daerah yang dibutuhkan untuk kelancaran
investasi.
Strategi 2: Memberikan insentif kepada investor
Insentif merupakan daya tarik yang sering digunakan suatu daerah atau negara untuk
menarik kedatangan investor. Tingginya tingkat investasi di suatu daerah dan negara hampir
selalu berbanding lurus dengan jumlah dan keberagaman insentif yang diberikan kepada investor.
Pemerintah Provinsi Bengkulu harus merencanakan pemberian insentif guna menarik investasi
secara berkelanjutan.
Kegiatan-kegiatan yang dapat diterapkan dalam implementasi strategi ini adalah berupa
insentif bagi pelaku usaha diantaranya:
Pemberian keringanan pajak bumi dan bangunan bagi pelaku investasi.
Pengurangan atau pembebasan pajak.
Pengurangan atau pembebasan retribusi.

Arah Kebijakan 7: Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal

Strategi 1: Menyusun profil investasi bidang-bidang unggulan daerah


Langkah pertama yang harus dilakukan dalam melaksanakan kebijakan Promosi dan
Kerjasama Penanaman Modal adalah mempersiapkan informasi yang akurat dan komprehensif
tentang peluang investasi di wilayah-wilayah Provinsi Bengkulu. Informasi yang harus
dimunculkan dalam dokumen profil investasi adalah potensi suatu komoditi, jaminan
keberlanjutan ketersediaan produk, ketersediaan dan kualitas infrastruktur pendukung, serta
dukungan regulasi yang memberikan kenyamanan berinvestasi.
Kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mengimplementasikan strategi ini antara lain
adalah:

Pengkajian potensi, keberlanjutan dan dukungan infrastruktur serta regulasi untuk


berinvestasi di wilayah-wilayah Provinsi Bengkulu.
Penyusunan profil investasi spesifik komoditi dan atau wilayah dalam bentuk baku, VCD
dan booklet.
Strategi 2: Melakukan promosi melalui berbagai media
Kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mengimplementasikan strategi ini antara lain
adalah:
Promosi peluang investasi melalui media cetak seperti surat kabar, majalah dan media
cetak lainnya.
Promosi melalui media elektronik seperti televisi, radio dan baliho elektronik.
Promosi melalui media internet seperti website, blog, media sosial, dan media internet
lainnya.
Strategi 3: Melakukan interaksi langsung dengan pelaku usaha
Kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mengimplementasikan strategi ini antara lain
adalah:
Berperan serta dalam berbagai even promosi di tingkat nasional maupun tingkat
internasional.
Pelaksanaan pekan promosi daerah dengan mengundang pelaku usaha nasional dan dari
berbagai negara.

BAB VII. PENUTUP

Dengan telah tersusunnya naskah akademik RUPM Provinsi Bengkulu diharapakan dapat
dijadikan landasan bagi Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi
Bengkulu untuk menyusun naskah RUPMP sebagai lampiran dari Peraturan Gubernur. Naskah
akademik ini disusun berdasarkan potensi yang dimilki wilayah Provinsi Bengkulu dalam
membuka peluang masuknya investasi secara berkelanjutan. Analisis potensi investasi dilakukan
melalui dua pendekatan, yakni melalui kajian data sekunder berupa laporan tahunan dari
kabupaten dan kota serta satuan kerja perangkat daerah tingkat Provinsi, dan melalui focus group
discussion dengan instansi terkait. Dengan demikian, fokus investasi yang disajikan dalam
naskah akademis ini merupakan kesepakatan bersama antara Pemerintah Provinsi Bengkulu
dengan Pemerintah Kabupaten dan Kota di wilayah Provinsi Bengkulu.

Anda mungkin juga menyukai