RUPMP BENGKULU
TAHUN 2014 2025
Bengkuluprov.go.id/ver3
BENGKULU
PENGANTAR
Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT., karena berkat rahmatNya jualah maka
Naskah Akademis RUPM Provinsi Bengkulu ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penyusunan
Naskah Akademis RUPMP ini diawali dengan ekspose rencana penyusunan di hadapan SKPD terkait
di tingkat Provinsi Bengkulu serta SKPD yang menangani penanaman modal di tingkat kabupaten dan
kota. Selanjutnya draf naskah dokumen disusun oleh tenaga ahli yang ditunjuk oleh BKPMD Provinsi
Bengkulu dengan tetap melakukan koordinasi ke instansi terkait di Provinsi dan kabupaten/kota.
Akhirnya draf naskah diekspose kembali di hadapan SKPD provinsi dan kabupaten/kota untuk
penyempurnaan materi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi
secara moril dan materil dalam penyusunan Naskah Akademis RUPMP ini. Data dan informasi yang
diberikan oleh SKPD yang terkait penanaman modal di Provinsi Bengkulu serta di kabupaten dan
kota telah dijadikan acuan utama dalam penyusunan naskah akademik ini. Diskusi yang
diselenggarakan dalam acara ekspose draf naskah sangat kondusif dan telah menambah ketajaman
analisis tentang potensi daerah yang dapat ditawarkan kepada investor. Selanjutnya dokumen Naskah
Akademis ini akan dijadikan sumber referensi dalam penyusunan Naskah PUPM Provinsi Bengkulu
tahun 2014-2025.
Kepala BKPMD,
DAFTAR ISI
Halaman
PENGANTAR
................................................................................................................. i
DAFTAR ISI
................................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi yang terletak disebelah barat
Pegunungan Bukit Barisan di Pulau Sumatera. Wilayah Provinsi Bengkulu memanjang dari
perbatasan Provinsi Sumatera Barat sampai ke perbatasan Provinsi Lampung dan jaraknya lebih
kurang 567 kilometer. Secara geografis, wilayah Provinsi Bengkulu di sebelah utara berbatasan
dengan Provinsi Sumatera Barat, disebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan
Provinsi Lampung, disebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia dan di sebelah timur
berbatasan dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Selatan.
Profesi yang digeluti oleh penduduk Provinsi Bengkulu masih didominasi sektor
pertanian , dengan status pekerja sebagai buruh/karyawan diperusahaan perkebunan dan sebagai
pekerja keluarga. Proporsi pekerja yang terserap di sektor pertanian mencapai 63,27 persen,
sedangkan pekerja yang terserap di sektor perdagangan dan jasa-jasa relatif rendah masingmasing sebesar 12,6 persen dan 10,91 persen. Padahal dalam struktur perekonomian Provinsi
Bengkulu, sektor perdagangan dan jasa-jasa adalah sektor ekonomi yang dominan di luar sektor
pertanian. Sektor perdagangan dan jasa, sektor konstruksi dan sektor pertanian merupakan tiga
sektor utama penyerap tenaga kerja di Provinsi Bengkulu. Sementara proporsi pekerja yang
terserap di sektor lainnya seperti pertambangan penggalian, listrik-gas-air, komunikasi dan
keuangan, rata-rata kontribusinya kurang dari 4 persen.
Struktur perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan III Tahun 2013 masih
didominasi
oleh
sektor
pertanian
dengan
porsi
37,34
persen,
diikuti
oleh
sektor
perdagangan/hotel/restoran dengan porsi 20,19 persen, dan sektor jasa-jasa sebesar 16,80 persen.
Akan tetapi sektor mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini
disebabkan oleh tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi areal permukiman dan industri.
Porsi
sektor
industri
pengolahan menunjukkan
Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia nomor 9 tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Umum Penanaman Modal Provinsi dan Rencana Umum
Penanaman Modal Kabupaten/Kota, dengan sistematika sebagai berikut :
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Sistematika Penulisan
BAB II.
BAB III.
3.1. Visi
3.2. Misi
BAB IV.
KEBIJAKAN STRATEGIS
6.1. Kebijakan
6.2. Strategis
BAB VII. PENUTUP
14.929,54 km dan luas daratan 19.795,15 km. Secara administrasi Provinsi Bengkulu terdiri dari
sembilan kabupaten dan satu kota serta 123 kecamatan. Tipologi utama wilayah Provinsi
Bengkulu terdiri dari kawasan pesisir yang terletak di sepanjang pantai barat Pulau Sumatera,
dan kawasan pegunungan yang terletak di sepanjang Bukit Barisan. Peta Provinsi Bengkulu
disajikan pada gambar 2.1.
rupiah, sedangkan atas harga konstan tahun2000 adalah sebesar 8,87 triliiun rupiah. Peran sektor
pertanian atas dasar harga berlaku mencapai 8,43 triliiun rupiah dan peranannya dalam PDRB
Provinsi Bengkulu sebesar 39,84 persen.
Apabila ditinjau dari sisi penggunaan, pada tahun 2011, PDRB Provinsi Bengkulu
sebagian besar masih digunakan untuk konsumsi, yakni sebesar 77,38 persen (dimana 71,10
persen diantaranya merupakan konsumsi rumah tangga), 20,68 persen merupakan konsumsi
pemerintah, dan 1,22 persen merupakan konsumsi lembaga nirlaba. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat Provinsi Bengkulu masih mengutamakan konsumsi daripada investasi atau tabungan.
Fenomena tersebut ditunjukkan oleh besaran pembentukan modal tetap bruto yang hanya pada
kisaran 10,84 persen. Fenomena ini memberikan indikasi bahwa kegiatan penanaman modal di
Provinsi Bengkulu perlu mendapatkan prioritas untuk meningkatakan penanam modal, baik dari
dalam maupun luar negeri.
Potensi dan kondisi umum wilayah yang berhubungan langsung dengan penanaman
modal dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni kelompok potensi yang terkait dengan
kepastian dan kenyamanan berusaha, kelompok potensi usaha yang bersifat terbuka terhadap
investasi, dan kelompok potensi tanaman pangan, infrastruktur dan energi. Kepastian dan
kenyamanan berusaha dibutuhkan oleh investor untuk memperoleh jaminan terhadap keamanan
aset yang mereka miliki di Provinsi Bengkulu. Jenis usaha yang terbuka terhadap penanaman
modal memberikan informasi tentang peluang bisnis apa saja yang tersedia di Provinsi Bengkulu
serta persyaratan yang harus dipenuhi oleh investor. Sementara potensi di bidang tanaman
pangan, infrastuktur dan energi merupakan faktor pendukung dalam penanaman modal.
2.1.1. Kepastian dan kenyamanan berusaha
Pemerintah kabupaten dan kota yang ada di wilayah Provinsi Bengkulu perlu mendorong
sistem pelayanan di bidang penanaman modal secara lebih efektif dan akomodatif serta berpihak
kepada kenyamanan investor dibandingkan dengan sistem perizinan yang sudah pernah ada
sebelumnya. Sistem pelayanan yang efektif dan akomodatif seperti ini dimaksudkan untuk
memberikan kepastian dan kenyamanan berusaha bagi investor yang datang ke Provinsi
Bengkulu, sehingga dapat mendukung iklim investasi yang kondusif di wilayah Provinsi
Bengkulu. Salah satu faktor penentu sistem pelayanan prima di bidang penanaman modal adalah
tersedianya satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang khusus melakukan pelayanansecara
terpadu. Sistem pelayanan perizinan terpadu yang dilaksanakan oleh satu SKPD akan
memperlancar pengurusan perizinan oleh investor, yakni berupa kepastian waktu dan biaya yang
dibutuhkan untuk mendapatkan izin usaha, serta memberikan kenyamanan kepada investor yang
sedang mengurus usahanya.
Di Wilayah Provinsi Bengkulu, pelayanan penanaman modal telah ditangani oleh SKPD
tersendiri, bahkan di beberapa daerah pelayanan tersebut sudah disatukan dengan pelayanan
perizinan. Pada level Provinsi Bengkulu, Kota Bengkulu, Kabupaten Seluma dan Kabupaten
Bengkulu Tengah, pelayanan penanaman modal telah dilaksanakan oleh SKPD setingkat pejabat
eselon II, meskipun dengan nomenklatur yang berbeda. Pelayanan penanaman modal pada level
Provinsi Bengkulu dikelola oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD),
sementara di Kabupaten Seluma dan Kabupaten Bengkulu Tengah dikelola oleh Badan pelayanan
Perizinan Terpadu (BPPT). Sedangkan masalah penanaman modal di tujuh wilayah kabupaten
lainnya masih dilayani oleh pejabat setingkat eselon III, baik oleh Bidang Penanaman Modal
yang berada pada SKPD Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), maupun oleh
Bagian Administrasi Perekonomian yang berada di Sekretariat Daerah (SETDA). Secara lengkap
nomenklatur pengelolaan penanaman modal di wilayah Provinsi Bengkulu disajikan pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1. Nama-nama SKPD pengelola Penanaman Modal Kabupaten/Kota di
Wilayah Provinsi Bengkulu
Wilayah
Provinsi Bengkulu
Kabupaten Kaur
Kabupaten Bengkulu
Selatan
Kabupaten Seluma
Kabupaten Kepahiang
Kabupaten Rejang
Lebong
Kabupaten Lebong
Kabupaten Bengkulu
Tengah
Kabupaten Bengkulu
Utara
SKPD
Badan Koordinasi Penanaman
Modal Daerah (BKPMD)
Provinsi Bengkulu
BAPPEDA Kabupaten Kaur,
Bidang Penanaman Modal
Bagian Administrasi
Perekonomian, SETDA
Kabupaten Bengkulu Selatan
Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu (BPPT) Kabupaten
Seluma
BAPPEDA Kabupaten
Kepahiang, Bidang Penanaman
Modal
Bagian Administrasi
Perekonomian dan Penanaman
Modal, SETDA Kabupaten
Rejang Lebong
BAPPEDA Kabupaten Lebong,
Bidang Penanaman Modal
Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu (BPPT) Kabupaten
Bengkulu Tengah
Bagian Administrasi Penanaman
Modal, SETDA Kabupaten
Bengkulu Utara
Keterangan
0736-22044; Eselon II
Bappeda_kabkaur@yahoo.co.id;
Eselon III
0739-21001/364; Eselon III
0736-91234; Eselon II
0737-521108;
investasi_bu@yahoo.com;
Eselon III
Kabupaten
Mukomuko
Kota Bengkulu
Bagian Administrasi
Perekonomian dan Penanaman
Modal, SETDA Kabupaten
Mukomuko
BAPPEDA Kota Bengkulu,
Bidang Penanaman Modal BPPT
0737-71001;
ekonomi_mukomuko@yahoo.co
m; Eselon III
0736-345178; Eselon III
Wilayah
Kabupaten Kaur
107
Kabupaten Bengkulu Selatan
125
Kabupaten Seluma
205
Kabupaten Kepahiang
127
Kabupaten Rejang Lebong
85
Kabupaten Lebong
65
Kabupaten Bengkulu Tengah
238
Kabupaten Bengkulu Utara
221
Kabupaten Mukomuko
59
Kota Bengkulu
225
Sumber: Bengkulu Dalam Angka 2013
369
362
1.292
329
270
136
1.849
791
163
902
Subsektor perkebunan merupakan primadona bagi para investor yang selama ini
menanamkan modalnya di Provinsi Bengkulu. Perusahaan besar, baik swasta maupun negara,
paling banyak menanamkan modalnya di bidang perkebunan kelapa sawit, karet, kopi arabika
dan teh (Tabel 2.3). Perusahaan yang menanamkan modal di bidang perkebunan kelapa sawit
tersebar di lima kabupaten, sedangkan di bidang perkebunan kopi arabika dan teh terdapat di tiga
wilayah dataran tinggi. Untuk perkebunan rakyat, kelapa sawit, kopi dan karet merupakan tiga
komoditi perkebunan yang menjadi andalan di wilayah Provinsi Bengkulu. Luas perkebunan
kelapa sawit rakyat sekitar 200.000 Ha. Ada tiga wilayah dataran tinggi sebagai sentra produksi
kopi arabika dan teh yang diusahakan oleh perusahaan swasta. Sementara itu kayu merupakan
komoditas yang masih diandalkan untuk penanaman modal di Provinsi Bengkulu. Pada tahun
2012, ada tiga wilayah yang menjadi sentra produksi kayu bulat, yakni Kabupaten Rejang
Lebong (4.823 M), Kabupaten Bengkulu Selatan (3.996 M), dan Kabupaten Bengkulu Tengah
(751 M).
Tabel 2.3. Kondisi usaha komoditi perkebunan utama di wilayah Provins Bengkulu
Wilayah
Kabupaten Kaur
Perusahaan Besar
-
32.300 Ha
Kabupaten Bengkulu
Selatan
Kabupaten Seluma
Kabupaten
Kepahiang
Kabupaten
Lebong
Rejang
Kabupaten Lebong
Kabupaten Bengkulu
Tengah
Sawit
12.397
(swasta)
Kabupaten Bengkulu
Utara
Kabupaten
Mukumuko
Kota Bengkulu
Ha
Perkebunan
23.753 Ha
69.226 Ha
36.973 Ha
Perkebunan
73.734 Ha
25.561 Ha
Perkebunan
25.255 Ha
75.264 Ha
114.393 Ha
2.451 Ha
Lebong. Jenis bahan galian industri lain adalah minyak mentah yang ditemukan di Kabupaten
Kaur meskipun baru tahap survei tinjau, dan batu gamping di Kabupaten Seluma dengan
cadangan lebih dari 2.000 juta ton plus 700 juta m. Kabupaten Lebong memiliki potensi bahan
galian industri lainya seperti perlit, propilit dan oker.
Selain bahan galian industri, wilayah-wilayah Provilogam sebagaimana disajikan pada
Tabel 2.5. Provinsi Bengkulu sudah dikenal sebagai daerah penghasil emas sejak zaman dahulu,
dimana salah satu produk emas dari Bengkulu telah diabadikan di puncak Tugu Monumen
Nasional (Monas) di Jakarta. Wilayah di Provinsi Bengkulu yang menjadi sentra produksi bahan
galian logam mulia ini adalah Kabupaten Lebong, sedangkan cadangannya tersebar di Kabupaten
Kaur, Kabupaten Seluma, Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Mukomuko dengan kandungan
Au berkisar antara 0,1 sampai 2,3 g/ton. Bahan galian logam lain yang dominan adalah pasir besi
yang terdapat di Kabupaten Kaur, Kabupaten Seluma dan Kabupaten Mukomuko dengan kadar
berkisar antara 17,22 (di Kabupaten Mukomuko) sampai 60,8 ppm (di Kabupaten Seluma). Biji
besi, perak dan mangan merupakan jenis bahan galian logam lain yang ada di Provinsi Bengkulu
seperti Kabupaten Kaur, Kabupaten Lebong dan Kabupaten Mukomuko.
Tabel 2.4. Potensi bahan galian industri di wilayah Provinsi Bengkulu
Wilayah
Kabupaten Kaur
Kabupaten Bengkulu
Selatan
Kabupaten Seluma
Mineral Industri
Lokasi
Kaolin,
batubara,
minyak mentah
Survei tinjau
Batubara
Batu gamping
Kabupaten Kepahiang
Batubara
Kabupaten
Rejang
Lebong
Kabupaten Lebong
Batubara
Perlit
Propilit
Kaolin
Oker
Padang Bano
Ketenong
Lebong Simpang
Tambang Sawah
Kec.
Lebong
Utara
Keterangan
9.925 Ha
737, Ha (TNKS)
54,1 juta ton
2 juta ton
1,56 juta ton
504.000 ton
Kec.
Utara
Kabupaten
Tengah
Bengkulu
Batubara
Kabupaten
Utara
Bengkulu
Batubara
Kabupaten Mukomuko
Batubara
Kota Bengkulu
Lebong
Kec.
Mukomuko
Utara, Lubuk Pinang,
Mukomuko Selatan
-
Produksi: 1.271.366
ton;
cadangan:
195.313.000 ton
Produksi: 3.480.501
ton;
cadangan:
238.942.000 ton
Cadangan: 6.112 ton;
tebal 0,5-5 cm, kalori
4.134-6.590 Kcal/kg
-
Kabupaten Kepahiang
Kabupaten
Rejang
Lebong
Kabupaten Lebong
Kabupaten Bengkulu
Tengah
Kabupaten Bengkulu
Utara
Kabupaten Mukomuko
Mineral Logam
Lokasi (Kec)
Keterangan
Tersebar di hampir
semua kecamatn
Pasir besi
Pasar
Ngalam,
Padang Genting,
Pantai
Talo,
Semidang
Alas
Maras
Simpang Jernih, Kec.
Seberang Musi
SiO = 11,86%
FeO = 60,8%
Lebong
Donok,
Tambang
Sawah,
Lebong Sulit
Tambang Sawah
Hulu
Air
Dikit,
Pondok Baru, Huku
Selbat
Emas dan
lainnya
logam
Emas,
tembaga
Mangan
perak,
Emas, perak
Pasir besi
Au = 0,1-0,13; Ag=
7;69; Cu = 240-666
ppm; Pb = 547 ppm
0,12%; Zn = 677
ppm- 0,19%
4.880.000 m
Fe = 17,22- 46,65%
Air Hitam dan Retak
Hilir
Kota Bengkulu
Pariwisata merupakan bidang usaha terbuka untuk penanaman modal yang menjadi
unggulan di wilayah-wilayah Provinsi Bengkulu. Objek-objek wisata yang dimiliki Provinsi
Bengkulu meliputi objek-objek wisata alam dan wisata sejarah budaya (Tabel 2.6). Dengan
lansekap yang membentang dari ketinggian nol sampai ribuan meter diatas permukaan laut dalam
jarang kurang dari 100 km, di wilayah-wilayah Provinsi Bengkulu banyak ditemukan air terjun
dan sungai untuk arung jeram. Bunga rafflesia merupakan salah satu puspa langka yang sudah
menjadi icon Provinsi Bengkulu. Objek-objek wisata sejarah dan budaya meliputi situs megalitik,
bangunan bersejarah dan kesenian lokal.
Tabel 2.6. Potensi pariwisata di wilayah Provinsi Bengkulu
Wilayah
Wisata Alam
Kabupaten Kaur
Kabupaten Bengkulu
Selatan
Kabupaten Seluma
Kabupaten Kepahiang
Kabupaten
Lebong
Rejang
Kabupaten Lebong
Kabupaten Bengkulu
Tengah
Kabupaten Bengkulu
Utara
Kabupaten Mukomuko
Kota Bengkulu
Danau
limpahan
PLTA Musi
Air terjun, bunga
rafflesia
Danau; pantai
Hotel
Bintang
Non
14
Rumah
adat,
monumen,
bendungan,
kebun
teh
Kedurai
apem;
mundang binjak; tari
kejai;
aksara
Kagangan
-
17
14
15
48
Benteng
Benteng;
Bung
rumah
Karno;
mesium;
tabot
festival
Produksi Perikanan
Wilayah
Padi Sawah
Palawija/Sayur
Kabupaten Kaur
10.722 Ha
Kabupaten
Bengkulu Selatan
16.305
77.102 ton
Kabupaten Seluma
4.732 Ha jagung
Kabupaten
Kepahiang
21.371
Ha;
83.462 ton
9.747 Ha; 46.873
ton
Kabupaten Rejang
Lebong
16.692
77.923 ton
Kabupaten Lebong
7.726 Ha (IP
100); 4.972 Ha
(IP 200); 278 Ha
(IP 300)
16.937
ton
jagung; 213.831
ton cabe; 178.315
ton tomat
2.009 ton jagung
Kabupaten
Bengkulu Tengah
Kabupaten
Bengkulu Utara
20.159
85.461 ton
Ha;
Kabupaten
Mukomuko
10.210
36.581 ton
Ha;
Kota Bengkulu
Ha;
Ha;
Darat
Laut
1.136 Ha jagung;
323 Ha kedelai;
301 Ha ubi kayu
2.985
kolam
240
sawah
ton
dan
ton
3.529
kolam
1.817
sawah
ton
dan
ton
Produksi;
1.448
ton;
Potensi:
20.813 ton (412 Mil)
1.634 ton
1.074 ton
64,9
ton
tambak dan
1.497
ton
kolam
4.328,20 ton
kolam dan
1.274,18 ton
sawah
2.866
Ha,
1,290
ton
(Minapadi);
98 Ha, 960
ton (kolam)
1.359
ton
kolam, 465
ton tambak,
320
ton
sawah
14.828 ton
kolam dan
691
ton
sawah
2.105
ton
(kolam dan
keramba)
392
ton
(perairan
umum,
tambak,
kolam)
1.477 ton
6.208 ton
21.459 ton
21.097 ton
panjang 2 km dan dapat disinggahi kapal dengan bobot 1.000 DWT. Break water kanan memiliki
panjang 420 meter dan tinggi 4,7 meter, sedangkan break water kiri memiliki panjang 395 meter
dengan tinggi 4.7 meter. Kondisi alur memiliki kedalaman 10 MLVS. Pelabuhan utama yang
akan di kembangkan di Provinsi Bengkulu adalah Pelabuhan Nasional Pulau Baai, Pelabuhan
Regional Linau di Kabupaten Kaur, dan Pelabuhan Regional Malakoni di Enggano.
Rencana pengembangan Bandar Udara (Bandara) adalah pengembangan prasarana dan
sarana di Bandara Fatmawati Soekarno dari kondisi sekarang menuju kondisi Bandara dengan
pelayanan bertaraf internasional. Selain itu, juga akan dilakukan pengembangan rute
penerbangan destinasi domestik dan manca negara, serta pengembangan embarkasi penerbangan
haji antara. Rencana pengembangan transportasi udara lainnya adalah revitalisasi Bandara
Mukomuko di Kabupaten Mukomuko, dan pembangunan Bandara perintis di Pulau Enggano
Kabupaten Bengkulu Utara.
Pengembangan transportasi darat meliputi peningkatan kapasitas dan mutu jalan dan
pengembangan transportasi kereta api, terutama untuk pengangkutan batubara. Pengembangan
transportasi kereta api batubara meliputi jalur dari PT. Bukit Asam (Persero) Tbk di Tanjung
Enim (Sumatera Selatan) menuju Pulau Baai di Kota Bengkulu, melewati Kota Padang
Kabupaten Rejang Lebong, dengan double track 2 x 134 km, dengan kapasitas 15 juta MT/tahun.
Alternatif berikutnya adalah jalur kereta api Tanjung Enim Pelabuhan Linau di Kabupaten
Kaur, Provinsi Bengkulu, sepanjang 160 km yang terpadu dengan jalan raya. Jalur kereta api
ketiga adalah yang menghubungkan Kota Bengkulu menuju Padang (Sumatera Barat), melewati
Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Mukomuko, sebagai
penunjang transportasi pantai barat Pulau Sumatera.
Potensi bidang infrastruktur, baik jalan darat (jalan raya dan kereta api), pelabuhan
samudera dan regional, dan bandara bertaraf internasional maupun bandara perintis disajikan
secara rinci pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8. Potensi bidang infrastruktur sebagai pendukung penanaman modal
di wilayah Provinsi Bengkulu
Telekomunikasi
siap pakai
Transportasi
Wilayah
Provinsi
Kabupaten Kaur
Darat
Laut/Udara
Investasi:
bandara baru
Pelabuhan
Telpon
(SST)
239
Internet
(Speedy)
679
Kabupaten Bengkulu
Selatan
Kabupaten Seluma
Kabupaten Kepahiang
Kabupaten
Lebong
Rejang
Kabupaten Lebong
Kabupaten Bengkulu
Tengah
Kabupaten Bengkulu
Utara
Kabupaten
Mukomuko
Kota Bengkulu
laut Linau;
kapal barang
-
540
605
132
429
196
631
373
967
365
45
113
170
Pelabuhan
laut
Malakoni
dan Kayapu
Barang dan
Penumpang
Bandara
(dalam
negeri)
Pelabuhan
laut (kapal
barang,
penumpang);
Bandara
dalam
negeri)
140
571
887
287
3.308
4.625
Pembangkit listrik PLTA, yakni PLTA Tes 1 dengan kapasitas 16 MW, PLTA tes 2, dan
Bengkulu Selatan, bantuan Jepang dengan kapasitas 40 KW, dan PLTMH Air Kulik di
Sumatera Bagian Selatan dan sistem isolasi lokal. Rincian sistem kelistrikan tersebut adalah
sebagai berikut:
Sistem interkoneksi Sumatera Bagian Selatan, diproduksi dari PLTA Musi sebesar 3 x 70
MW dan PLTA Tes sebesar 16 MW, sedangkan konsumsi kelistrikan Provinsi Bengkulu
Kabupaten
Selatan
Bengkulu
Kabupaten Seluma
Air
Skala
Daya
Besar
Terpasang
13.192.000 VA 95 MW; A.
Kinal, A. Nasal,
A. Luas
27.716.000 VA 30 MW; A.
Manna,
A.
Bengkenang
25.897.000 VA -
Kabupaten Kepahiang
Kepahiang/Be
ngkulu Tengah
28.907.000 VA
Kabupaten
Lebong
47.715.000 VA
Rejang
Geothermal
Total 2.174 KW
(5,5-614,5 KW);
tersebar di 13
titik
Air Bengkenang
(potensial)
Potensi 325
MW;
Air
Sempiang,
Kec.
Kabawetan
Kabupaten Lebong
Kabupaten
Tengah
Kepahiang/Be
ngkulu Tengah
28.907.000 VA
39.838.000 VA
Bengkulu
Kabupaten Bengkulu
Utara
Kabupaten Mukomuko
Kota Bengkulu
6.054
KW; 330
MW;
tesebar di 8 titik Hulu Lais,
Kec. Lebong
Tengah
27.749.000 VA
129.827.000
VA
usaha-usaha ekonomi berskala kecil dan menengah. Namun tekanan-tekanan terhadap investor
yang menuntut perbaikan kesejahteraan masyarakat perlu dilakukan dengan mengedapankan
aspek kompromi demi kelangsungan usaha itu sendiri.
Secara
sosial
dan
budaya,
setiap
perusahaan
investasi
memiliki
kewajiban
mengalokasikan sebagian keuntungan untuk pembinaan lingkungan sosial yang dikenal dengan
cooperate social responsbility (CSR). Dana CSR perusahaan dapat dialokasikan untuk
pembangunan fasilitas umum dan sosial yang dibutuhkan oleh masyarakat di sekitar lokasi
investasi. Selain itu, dana tersebut dapat pula dimanfaatkan untuk pembinaan lingkungan seperti
pemberian beasiswa kepada siswa yang orang tuanya kurang mampu, bantuan kesehatan,
kebutuhan sosial lainnya. Pelestarian budaya lokal dan nilai-nilai budaya setempat dapat pula
dilakukan dengan dukungan perusahaan melalui pemanfaatan dana CSR.
Investasi di Provinsi Bengkulu menunjukkan peningkatan pada triwulan III tahun 2013.
Investasi yang tercermin dari pembentukkan modal tetap domestik bruto (PMTDB) tumbuh
sebesar 9,77 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II tahun 2013
yakni sebesar 7,31 persen. Pertumbuhan PMTDB tersebut memberikan indikasi bahwa masih
kondusifnya dunia usaha di Provinsi Bengkulu. Investasi yang dilakukan pelaku usaha umumnya
terbatas pada investasi yang merupakan kelanjutan dari realisasi investasi yang sedang
berlangsung. Kecendrungan pelemahan perekonomian dan belum stabilnya harga komoditas
utama mendorong pelaku usaha untuk berhati-hati dalam melakukan investasi. Akan tetapi,
pelaku usaha menyakini investasi akan meningkat pada tahun berikutnya seiring dengan
optimisme perbaikan ekonomi.
2.3. Kondisi Kelembagaan Penanaman Modal di Provinsi Bengkulu
Peraturan daerah Provinsi Bengkulu nomor 8 tahun 2008 dan Peraturan Daerah provinsi
Bengkulu nomor 20 tahun 2008 menyatakan bahwa Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
(BKPMD) mempunyai tugas dari kewenangan dekosentasi di bidang penanaman modal. Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPMD) Provinsi Bengkulu dalam menjalankan tugasnya
mempunyai fungsi sebagai berikut: menyusun kebijakan teknis di bidang penanaman modal,
memberikan izin dan melaksanakan pelayanan umum antar lintas kabupaten/kota se Provinsi
Bengkulu, pembinaan teknis di bidang penanaman modal lintas kabupaten/kota se Provinsi
Bengkulu, dan pelaksanaan tugas tata usaha badan.
Struktur organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi
Bengkulu terdiri dari seorang Kepala, dibantu atau Sekretaris, dan empat Kepala Bidang. Adapun
tugas dan fungsi masing-masing sekretaris dan bidang di BKPMD adalah sebagai berikut.
1. Sekretariat
Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan pembinaan administrasi, yang meliputi
ketatausahaan, kerumahtanggaan, kepegawaian, perlengkapan dan keuangan, serta menyusun
program dan pelayanan administrasi bagi kepala BKPMD dan unit-unit di lingkungan BKPMD
Provinsi Bengkulu. Sekretariat dalam rangka melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi sebagai
berikut: melaksanakan penghimpunan data guna menyusun rencana dan program kegiatan
BKPMD, melaksanakan pembinaan aparatur penanaman modal, administrasi yang menyangkut
ketatausahaan, kepegawaian dan administrasi keuangan, melaksanakan urusan rumah tangga dan
perlengkapan dinas serta keprotokolan dan kehumasan, serta melakukan koordinasi penyusunan
program kegiatan, dan bertanggung jawab kepada Gubernur melauli kepala BKPMD Provinsi
Bengkulu.
2. Bidang Promosi
Bidang promosi mempunyai tugas melaksanakan, merencanakan, serta mempersiapkan
prasarana dan prasarana promosi baik dalam negeri maupun luar negeri, serta melakukan
koordinasi tingkat provinsi maupun kabupaten/kota dalam upaya meningkatkan mendatangkan
invetasi dalam negeri maupun luar negeri untuk mengangkat potensi unggulan daerah dengan
menciptakan iklim yang lebih kondusif. Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Promosi
mempunyai fungsi antara lain mempersiapkan pengemasan promosi sebaik-baiknya sesuai
dengan kondisi yang ada, mempersiapkan informasi lengkap dan akurat tentang potensi dan
peluang investasi yang menjadi unggulan daerah, mempersiapkan program rencana promosi,
melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan dinas-dinas terkait dalam provinsi,
kabupaten/kota dan mempersiapkan bahan-bahan untuk pimpinan dalam bidang promosi
investasi dalam dan luar negeri.
3. Bidang Pendataan dan Informasi
Bidang Pendataan dan Informasi mempunyai tugas mengkoordinasikan, merencanakan
atau memprogramkan serta menyiapkan data dan informasi mengenai perkembangan perusahaan
yang ada, serta menyiapkan data potensi dan peluang investasi yang menjadi prioritas/unggulan
provinsi, kabupaten/kota di Provinsi Bengkulu. Dalam melaksanakan tugasnya Bidang Pendataan
dan Informasi mempunyai fungsi antara lain pengelolaan data dan informasi perusahaanperusahaan, pengelolaan data dan informasi sumber daya alam, potensi investasi dan peluang
investasi di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan pengkoordinasian dengan instansi terkait untuk
sinkronisasi data.
4. Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal
4. Sarana dan prasarana minimal, eperri listrik dan jalan, pelabuhan dan bandara masih
belum terpenuhi.
5. Keterampilan kerja masih kurang dimiliki oleh tenaga kerja local.
6. Sengketa lahan antara perusahaan dan masyarakat.
7. Rendahnya kepatuhan penyampaian laporan kegiatan penanaman modal (LKPM).
3.1. Visi
Perumusan Visi yang dituangkan dalam dokumen RUPMP ini diselaraskan dengan Visi
RUPM Nasional agar menjadi satu bagian dokumen jangka panjang yang terintegrasi. Visi
RUPM Nasional sampai tahun 2025 adalah sebgai berikut: Penanaman Modal yang
berkelanjutan dalam rangka Terwujudnya Indonesia yang Mandiri, Maju, dan Sejahtera.
Berdasarkan Visi tersebut, penanaman modal nasional dilaksanakan secara berkelanjutan dalam
mewujudkan negara yang mandiri, maju, dan sejahtera.
Visi RUPMP juga harus mendukung VISI rencana pembangunan jangka panjang daerah
(RPJPD) Provinsi Bengkulu tahun 2005-2025, yakni Provinsi Bengkulu yang Sejahtera, Adil
dan Demokrasi Bertumpu pada Sumberdaya Manusia Unggul dan Bertaqwa Serta Perekonomian
Kokoh. Visi tersebut menginginkan masyarakat Bengkulu yang sejahtera, adil dan demokratis
yang akan dicapai melalui pemanfaatan keunggulan di bidang sumberdaya manusia. Dengan kata
lain, faktor penggerak pembangunan Provinsi Bengkulu ke depan lebih mengandalkan
sumberdaya manusia masyarakat yang unggul dan aparatur yang frofesional dibandingkan
sumberdaya alam.
Mengacu kepada Visi RUPM Nasional tahun 2014-2025 dan Visi RPJPD Provinsi Bengkulu
tahun 2005-2025, maka dirumuskan Visi RUPM Provinsi Bengkulu tahun 2014-2025 sebagai
berikut:
Peningkatan Investasi Berkelanjutan Berbasis Ekonomi Kerakyatan dengan Aparatur
Profesional
Visi RUPM Provinsi Bengkulu mengandung tiga kata kunci sebagai indikator penanaman modal,
yakni:
a. Investasi berkelanjutan, adalah penanaman modal secara berkelanjutan pada Sektor Swasta
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan meningkatkan daya saing
daerah. Kata berkelanjutan dimaknai bahwa pengembangan investasi di Provinsi Bengkulu
harus sesuai dengan potensi daerah serta memperhatikan tata ruang dan daya dukung
lingkungan.
b. Ekonomi kerakyatan, adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi atau
usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan seperti usaha kecil dan menengah. Ekonomi
kerakyatan dapat pula diartikan sebagai ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan
masyarakat lokal dalam mempertahankan kehidupannya.
c. Aparartur profesional, yaitu aparatur BKPMD Provinsi Bengkulu yang bisa menunjukkan
kinerja sesuai harapan masyarakat serta mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
dalam meraih investasi berkelanjutan.
3.2. Misi
Visi RUPM Provinsi Bengkulu tahun 2014-2025 akan diwujudkan melalui empat Misi
sebagai berikut:
a. Mewujudkan optimalisasi pemanfaatan potensi sumberdaya daerah dalam mendukung
investasi berkelanjutan, merata dan berwawasan lingkungan.
b. Meningkatkan promosi dan kerjasama pengembangan investasi strategis dan berkualitas;
c. Meningkatkan pengendalian dan pengawasan investasi PMDN/PMA.
d. Mewujudkan aparatur penanaman modal yang profesional untuk meraih investasi
berkelanjutan dan berdaya saing.
Peningkatan daya saing daerah akan dicapai dengan mendorong penanaman modal asing
serta meningkatkan kapasitas infrastruktur pendukung yang memadai. Daya saing daerah akan
ditingkatkan melaui:
1) Mengembangkan pendidikan bagi aparatur pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang terkait produktivitas dalam pembangunan terutama terkait dengan
investasi.
2) Melakukan transformasi perekonomian daerah dari berbasis keunggulan komparatif
daerah menjadi berbasis keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dilakukan
dengan prinsip-prinsip dasar: penguasaan, penerapan dan inovasi IPTEK menuju ekonomi
berbasis pengetahuan, serta mengelola SDA sesuai dompetensi dan keunggulan lokal.
3) Memperkuat struktur ekonomi daerah dengan mendudukkan sektor industri sebagai
penggerak pembangunan yang didukung oleh sektor pertanian dalam arti luas, pariwisata,
kelautan dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk berdaya saing tinggi
secara efisien, modern dan berkelanjutan.
4) Membangun infrastuktur berkualitas pendukung investasi, meliputi infrastuktur bidang
transportasi (jalan lintas barat Sumatera, feeder road utama, rel kereta, pelabuhan laut dan
udara), bidang kelistrikan (diversifikasi sumber energi dan interkoneksi jaringan listrik se
Sumatera), dan bidang informasi serta telematika (e-goverment, sistem informasi
komoditi).
4.2. Perbaikan Iklim Penanaman Modal
Arah kebijakan dalam rangka perbaikan iklim penanaman modal di Provinsi Bengkulu:
a) Penguatan Kelembagaan Penanaman Modal Daerah. Untuk mencapai penguatan
kelembagaan penanaman modal daerah maka lembaga koordinasi penanaman modal
pemerintah provinsi perlu memiliki visi yang sama mengenai pembagian urusan
pemerintahan di bidang penanaman modal, pelimpahan dan pendelegasian kewenangan di
bidang penanaman modal, serta koordinasi yang efektif diantara lembaga-lembaga tersebut.
Penguatan kelembagaan penanaman modal di daerah sekurang-kurangnya dilakukan dengan:
1) Pembangunan sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di bidang penanaman
modal yang lebih efektif dan akomodatif terhadap penanaman modal dibandingkan
dengan sistem-sistem perizinan sebelumnya.
2) Penyelenggaraan PTSP di bidang penanaman modal oleh lembaga/investasi yang
berwenang di bidang penanaman modal dengan mendapat pendelegasian atau
pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan
perizinan dan nonperizinan di Provinsi Bengkulu.
3) Peningkatan koordinasi antar lembaga/instansi dalam rangka pelayanan penanaman
modal kepada para penanam modal. Hal ini akan memberikan suatu kepastian dan
pembagian wilayah dagang, dan strategi penetapan harga barang yang mematikan
pesaing.
3) Lembaga pengawas persaingan usaha yang telah dibentuk Pemerintah perlu tens
mengikuti
perkembangan
terakhir
praktek-praktek
persaingan
usaha,
termasuk
sedang
usaha kecil, kemudian menjadi usaha menengah, dan pada akhirnya menjadi usaha
berskala besar.
b. Strategi aliansi, yaitu strategi kemitraan berupa hubungan (kerjasama) antara dua pihak
atau leging pelaku usaha, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
(memberikan manfaat) sehingga dapat memperkuat keterkaitan diantara pelaku usaha
dalam berskala usaha.
Aliansi dibangun agar wirausahawan yang memiliki skala usaha lebih kecil mampu menembus
pasar dan jaringan kerjasama produksi pada skala yang lebih besar. Aliansi tersebut dibangun
berdasarkan pertimbangan bisnis dan kerjasama yang saling menguntungkan. Pola aliansi
semacam inilah yang akan menciptakan keterkaitan usaha (linkage) antara usaha mikro, kecil,
menengah, koperasi, dan usaha besar.
4.7. Pemberian Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal
Fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif penanaman modal merupakan suatu keuntungan
ekonomi yang diberikan kepada sebuah perusahaan atau kelompok perusahaan sejenis untuk
mendorong agar perusahaan tersebut melakukan kegiatan yang sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan pemerintah.
a) Pola Umum Pemberian Fasilitas, Kemudahan, dan/atau Insentif
Untuk membangun konsistensi dalam kebijakan pemberian fasilitas, kemudahan,
dan/atau insentif penanaman modal, diperlukan pola umum pemberian fasilitas, kemudahan,
dan/atau insentif penanaman modal sebagai berikut:
RUPM
PERLUNYA
Pemberian
Fasilitas,
Kemudahan
Dan insentif
Prinsip Dasar :
Efektif
Efesien
Sederhana
Analisa B/C
Jangka Waktu
Pertimbangan Internal :
Kebijakan pembangunan
Kepentingan pengembangan wilayah
Tujuan pemberian
Pengaruh sektor bersangkutan
Sikronisasi
PENETAPAN
Pemberian
Fasilitas,
Kemudahan dan
KRITERIA
KLASIFIKASI
WILAYAH
Wilayah maju
Wilayah berkembang
Wilayah tertinggal
FASILITAS
KEMUDAH
MENURUT
KEGIATAN
PENANAM
MODAL
Pioner
Prioritas t
Kombin
FASILITAS
KEMUDAHAN
MENURUT
WILAYAH
Wilayah maj
Wilayah berk
Wilayah tert
pertimbangan-pertimbangan
diatas
maka
ditetapkan
pemberian
fasilitas,
modal yang:
Kegiatan penanaman modal yang termasuk skala prioritas tinggi ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah dalam rangka kepentingan daerah dan perkembangan ekonomi. Hal ini dimaksudkan agar
kegiatan penanaman modal di daerah dapat berlangsung secara berkesinambungan sebagaimana
diamanatkan dalam Visi RUPMP Bengkulu Tahun 2014-2025.
b) Bentuk/Jenis Fasilitas, Kemudahan, dan atau/Insentif Penanaman Modal oleh
Pemerintah Daerah
Fasilitas fiskal penanaman modal yang diberikan pemerintah dapat berupa:
a. Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap
jumlah penanaman modal dalam waktu tertentu;
b. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas inpor barang modal, mesin, atau peralatan
untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri;
c. Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk
keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu;
d. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau
mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam
negeri selama jangka waktu tertentu.
Kemudahan penanaman modal adalah penyediaan fasilitas dari pemerintah daerah
kepada penanam modal untuk mendorong peningkatan penanaman modal. Pemerintah provinsi
dapat memberikan kemudahan berupa:
a. Berbagai kemudahan pelayanan melalui sistem pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) di
bidang penanaman modal;
b. Pengadaan infrastruktur melalui dukungan dan jaminan pemerintah;
c. Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk
memperoleh hak atas tanah, pelayanan keimigrasian, dan pelayanan perizinan impor;
d. Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;
c). Kriteria Penanaman Modal yang diberikan Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif
Penanaman Modal
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal,
Pemerintah provinsi memberikan fasilitas dan kemudahan pelayanan dan/atau perizinan kepada
penanam modal yang melakukan penanaman modal. Fasilitas penanaman modal sebagaimana
dimaksud diberikan kepada penanaman modal yang:
a. Melakukan perluasan usaha; atau
b. Melakukan penanaman modal baru.
Lebih lanjut, penanaman modal yang mendapat fasilitas penanaman modal adalah yang
sekurang-kurangnya memenuhi salah satu kriteria berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
dianggap perlu;
g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;
h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;
i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi; atau
j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di
dalam negeri.
Untuk kegiatan penanaman modal yang melakukan industri pionir menduduki peringkat
pemberian insentif tertinggi karena sifat pengembangannya memiliki keterkaitan yang luas,
strategis untuk perekonomian nasional, dan menggunakan teknologi baru. Sesuai ketentuan Pasal
18 ayat (5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, pembebasan atau pengurangan pajak
penghasilan badan dalam jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman
modal baru yang merupakan industri pionir.
d). Mekanisme Pemberian Fasilitas, Kemudahan dan/atau Insentif
Penanaman Modal Pemberian fasilitas, kemudahan dan insentif penanaman modal
provinsi diberikan oleh Gubernur terhadap bidang-bidang usaha, termasuk di dalamnya bidangbidang usaha tersebut sifatnya dinamis, maka untuk mengikuti perkembangan yang ada perlu
dilakukan evaluasi secara berkala terhadap pemberian fasilitas, kemudahan, dan/atau insentif
penanaman modal. Evaluasi ini dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
(BKPMD) dengan melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terkait.
Hasil evaluasi yang dihasilkan dapat berupa rekomendasi/usulan penambahan dan/atau
insentif. Kepala BKPMD provinsi menyampaikan hasil evaluasi kepada Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) provinsi untuk dibahas dengan kepala-kepala
SKPD terkait. Hasil pembahasan selanjutnya ditindaklanjuti oleh kepala-kepala SKPD terkait
sesuai kesepakatan dalam pembahasan.
4.8. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
Arah kebijakan Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal di Provinsi Bengkulu adalah
sebagai berikut:
a) Penguatan image building sebagai daerah tujuan penanaman modal yang menarik dengan
mengimplementasikan kebijakan pro penanaman modal dan menyusun rencana tindak
image building lokasi penanaman modal.
b) Pengembangan strategi promosi yang lebih fokus (targetted promotion) terarah dan
inovatif.
c) Pelaksanaan kegiatan promosi dalam rangka pencapaian target penanaman modal yang
telah ditetapkan.
d) Peningkatan peran koordinasi Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal dengan seluruh
SKPD terkait di provinsi dan kabupaten/kota.
e) Penguatan peran fasilitasi hasil kegiatan Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
secara pro aktif untuk mentransformasi minat penanaman modal menjadi realisasi
penanaman modal di wilayah Provinsi Bengkulu.
Bobot
Rating
Skor
0,15
0,10
0,15
0,10
0,05
0,05
4
4
4
3
2
2
0,60
0,40
0,60
0,30
0,10
0,10
Jumlah
KELEMAHAN
1. Infrastruktur
2. Investasi tidak merata
3. Kesenjangan investasi
4. Tingginya biaya hidup
5. Kurangnya tenga kerja terampil
6. Daya saing daerah rendah
Jumlah
Total
Matrik Space
0,60
2,10
0,10
0,05
0,05
0,05
0,05
0,10
0,40
1,00
2
1
1
2
2
2
0,20
0,05
0,05
0,10
0,10
0,10
0,60
2,70
1,50
Bobot
Rating
Skor
0,15
0,60
0,15
0,45
0,15
0,15
0,60
2
2
0,30
0,30
1,65
0,15
0,15
0,05
2
2
1
0,30
0,30
0,05
0,05
0,10
0,40
1,00
0,75
2,40
0,90
Berdasarkan hasil analisis dengan Matrik Space (MS) diperoleh nilai sebesar 1,50 untuk
sumbu X dan 0,90 untuk sumbu Y, yang menunjukkan bahwa kondisi Penanaman Modal Daerah
Provinsi Bengkulu berada pada posisi Agresif. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor yang
memberikan sinyal atau menunjukkan kekuatan penanaman modal daerah dengan nilai yang
positif atau masih lebih besar jika dibandingkan dengan faktor-faktor yang melemahkan.
Demikian halnya dengan faktor-faktor yang memberikan peluang untuk berkembangnya
penanaman modal di wilayah Provinsi Bengkulu juga menunjukkan nilai yang positif atau masih
lebih besar jika dibandingkan dengan faktor-faktor yang mengancam keberlangsungan
penanaman modal. Oleh karena itu strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan
penanaman modal di Provinsi Bengkulu adalah strategi yang bersifat Agresif. Strategi yang
agresif dibutuhkan agar kelebihan dari faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan yang
memberikan peluang dalam penanaman modal dapat dieksploitasi secara optimal sehingga laju
penanaman modal di wilayah Provinsi Bengkulu dapat dipercepat.
Total Skor
Internal
Kuat
Rata-rata
3,0
Lemah
2,0
1,0
Tinggi
3,0
Total Skor Eksterna
2,0
Rendah
1,0
Gambar 5.1
Analisis SWOT Matrik Internal dan Eksternal
Hasil analisis terhadap pendekatan Matrik Space secara grafis disajikan pada
gambar 5.2. Terdapat konsistensi antara dua pendekatan baik menggunakan
Matrik Internal dan Eksternal (MIE) maupun Matrik Space (MS) dan keduanya
mendukung adanya Strategi Pertumbuhan dan Stabilitas yang bersifat Agresif.
Konservatif
Agresif
Defensif
Competitif
Gambar 5.2.
Analisis SWOT Matrik Space
Strategi Pertumbuhan
Bengkulu memerlukan penyusunan suatu arah dan strategi dengan melibatkan berbagai pihak
terkait. Selain itu, sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, Pemerintah telah berkomitmen untuk mengembangkan strategi dan kebijakan
penanaman modal di Indonesia berdasarkan atas azas kepastian hukum, keterbukaan,
akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, kebersamaan, efisiensi,
dan berkeadilan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, kemandirian, serta keseimbangan
antara kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Atas dasar hal uraian diatas, maka kebijakan pengembangan investasi di Provinsi
Bengkulu harus fokus pada lima sasaran strategis sebagaimana disajikan pada Tabel 5.4. Kelima
sasaran tersebut adalah (i) memberikan pelayanan yang lebih mudah dan cepat dalam penerbitan
perijinan semua bidang usaha sesuai dengan peraturan dan ketentuan berlaku; (ii) mendorong
pengembangan komoditi unggulan daerah dengan penyediaan informasi potensi unggulan daerah
menjadi produk unggulan yang memiliki nilai tambah yang tinggi; (iii) meningkatkan
pertumbuhan ekonomi yang berbasis kerakyatan; (iv) mendorong pertumbuhan lapangan kerja
yang berorientasi produk ketahanan pangan; dan (v) mendorong realisasi investasi PMA dan
PMDN.
Tabel 5.4. Sasaran Strategi Penanaman Modal di Provinsi Bengkulu
Sasaran Strategis
Tujuan Akhir
Meningkatkan
nasional
pertumbuhan
ekonomi
Strategi Agresif menuntut para pengambil keputusan di daerah ini untuk mengantisipasi
berbagai ancaman yang mungkin terjadi, seperti penurunan daya dukung lahan. Daya dukung
lahan perlu mendapat perhatian serius, karena topografi wilayah Provinsi Bengkulu yang
bergelombang sangat rentan terhadap penurunan daya dukung lahan terutama akibat budidaya
kelapa sawit secara besar-besaran. Di masa yang akan datang ketersediaan sumber air sangat
penting, hal ini diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya kegersangan lahan yang akan
mengakibatkan kelangkaan air untuk kepentingan investasi dan kehidupan umat manusia yang
akan datang. Selain itu, daerah ini berada pada kawasan rawan gempa bumi, oleh karena itu
program minimalisasi dampak bencana terhadap pengembangan investasi di daerah ini sangat
diperlukan. Strategi agresif juga mendapat rintangan dari meningkatnya kompetensi antar
wilayah provinsi, paling tidak di kawasan regional Sumatera. Oleh karena itu, investasi pada
infrastruktur jalan dan jembatan mendapat prioritas utama. Dengan demikian, akses antar daerah
dapat lebih lancar, sehingga masing-masing daerah dapat berkompetisi lebih sehat.
Meningkatnya daya saing provinsi tetangga, merupakan pemicu Provinsi Bengkulu untuk maju
dan berkembang.
Penanaman modal di Provinsi Bengkulu terdiri dari penanaman modal dalam negeri
(PMDN) dan penanaman modal asing (PMA). Penanaman modal dalam negeri yang tercatat
sampai tahun 2013 mencapai nilai Rp. 5.649.775.134.004,- dengan jumlah kegiatan 119 proyek
dan penanaman modal luar negeri (asing) dengan nilai Rp. 1.814.728.496.403,- dengan kegiatan
tersebar di 71 perusahaan. Apabila ditelaah lebih jauh maka penanaman modal luar negeri masih
relatif kecil dan bergerak pada sektor pertambangan batubara dan perkebunan.
Perbaikan iklim Penanaman Modal sangat terkendala oleh infrastruktur jalan, jembatan,
pelabuhan baik udara maupun darat, dan sumber energi. Berkaitan dengan sumber energi,
Provinsi Bengkulu merupakan penghasil energi listrik yang cukup, namun saat ini terkendala
oleh kurangnya infrastruktur untuk melakukan distribusi energi ke Provinsi Bengkulu.
B. Pemerataan Penanaman Modal
Kebijakan pemerataan penanaman modal di Provinsi Bengkulu diarahkan pada daerah
kabupaten dan kota. Apabila dilihat sebaran investasi di Provinsi Bengkulu menyebar pada
sepuluh kabupaten kota. Secara geografis kewilayahan konsentrasi penanaman modal, maka
sebarannya adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 6.1 berikut.
Tabel 6.1. Konsentrasi Penanaman Modal di Provinsi Bengkulu
Kabupaten
Komoditi
Kota Bengkulu
Bengkulu Utara
Mukomuko
Benteng
Lebong
Kepahiang
Rejang Lebong
Bengkulu Selatan
Kaur
Seluma
yang telah diungkap di muka, sumbangan sektor pertanian terutama sub sektor perkebunan cukup
dominan dalam pembentukan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi Bengkulu,
dimana kontribusi sektor ini masih pada angka 37%. Artinya struktur ekonomi Provinsi Bengkulu
berbasis industri pertanian. Karena kontribusi sub sektor perkebunan (sawit) cukup besar, maka
penanganan lingkungan terhadap komoditi ini cukup ketat. Diketahui bahwa tanaman sawit
adalah tanaman yang rakus air, sehingga investasi pada sub sektor perkebunan sawit perlu
mendapat perhatian cukup besar dalam pengelolaan lingkungan dengan konsep berkelanjutan.
Pada masa yang akan datang, perlu investasi dalam pengelolaan lingkungan perkebunan seperti
pembuatan sumur resapan air pada areal perkebunan dan teras siring yang lebih ketat.
E. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK)
Pemberdayaan usaha mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi menjadi perhatian utama
pemerintah Provinsi Bengkulu. Komposisi pelaku usaha di Provinsi Bengkulu masih didominasi
oleh usaha kecil dan menengah. Ini berarti bahwa investasi yang mungkin di kembangkan adalah
sektor usaha kecil dan menengah ini. Masih terbuka peluang usaha di bidang industri hilir dari
industri minyak mentah sawit (CPO) seperti pabrik minyak makan mini dan pabrik sabun yang
berskala kecil dan menengah. Investasi lain adalah industri pengolahan kopi dan holtikultura di
Kabupaten Rejang Lebong dan Kabupaten Kepahiang, pengolahan hasil tangkap nelayan
tradisional di Kabupaten Mukomuko, Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Bengkulu Tengah,
Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kaur.
F. Kemudahan dan Insentif Penanaman Modal, Pwmberian Fasilitas
Kebijakan kemudahan insentif penanaman modal dan pemberian fasilitas mutlak harus
dilaksanakan. Pemerintah Provinsi Bengkulu berupaya keras untuk memberikan berbagai
kemudahan, terutama peningkatan infrastruktur jalan lintas lubuk linggau, batas sumbar dan
Lampung. Sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, maka Provinsi
Bengkulu harus memberikan pelayanan perizinan secara optimal guna memberikan kenyamanan
dalam berinvestasi.
G. Promosi dan Kerjasama Penanaman Modal
Peningkatan penanaman modal tidak dapat berjalan tanpa adanya peran serta lembaga
yang terkait dengan kegiatan promosi, baik kegiatan yang dilakukan di dalam maupun di luar
negeri. Sehubungan dengan hal tersebut, BKPMD Provinsi Bengkulu perlu menjalin sinergisme
dengan SKPD terkait agar bersama-sama meningkatkan citra daerah melalui kegiatan-kegiatan
yang ada di institusi masing-masing. Kebersamaan dalam menjaga citra daerah diharapkan dapat
menambah daya tarik bagi investor untuk datang dan menanamkan modalnya di Provinsi
Bengkulu.
6.2. Strategi Penanaman Modal
wilayah Provinsi Bengkulu. Komoditi unggulan bidang perkebunan dan kehutanan meliputi
kelapa sawit, karet, kopi arabika, kelapa dalam dan kayu bulat yang tersebar di semua wilayah
kabupaten. Perikanan darat dan tangkap merupakan unggulan di bidang perikanan dan kelautan,
dan di beberapa daerah telah dikembangkan melalui program Minapolitan seperti di Kabupaten
Kaur, Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Bengkulu Utara.
Di bidang pariwisata, strategi investasi diarahkan untuk pengembangan objek-objek
wisata alam dan budaya yang tersebar di sebagian besar wilayah Provinsi Bengkulu, serta
pengembangan perhotelan di Kota Bengkulu dan Kabupaten Rejang Lebong. Destinasi
pariwisata dikembang secara terpadu antara wilayah satu dengan wilayah lainnya di Provinsi
Bengkulu. Sementara batubara dan emas merupakan dua komoditi bidang sumberdaya mineral
yang menjadi primadona investasi di Provinsi Bengkulu, dan sudah mulai dikembangkan dalam
beberapa dekade terakhir. Industri kimia, agro dan hasil hutan (IKAHH) dan industri logam,
mesin dan aneka metal (ILMEA) merupakan dua jenis industri skala kecil dan menengah yang
beroperasi di wilayah Provinsi Bengkulu.
Strategi investasi di bidang infrastruktur difokuskan pada pengembangan rel kereta api,
pelabuhan laut dan pelabuhan udara. Ada tiga jalur kereta api yang membutuhkan investasi,
yakni jalur Kota Bengkulu Seluma Kepahiang Rejang Lebong Lubuk Linggau (Sumatera
Selatan), jalur Kota Bengkulu Bengkulu Tengah Bengkulu Utara Mukomuko Padang
(Sumatera Barat), dan jalur Linau (Kaur) Tanjung Enim (Sumatera Selatan) yang khusus
diperuntukkan
difokuskan pada pengembangan kawasan penyangga pelabuhan Pulau Baai di Kota Bengkulu
untuk dijadikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berbasis pelabuhan. Dalam rencana tata ruang
wilayah Provinsi Bengkulu, wilayah di sekitar pelabuhan Pulau Baai memang diperuntukkan
sebagai zona perindustrian sehingga memberikan kepastian hukum yang jelas bagi investor untuk
berinvestasi di kawasan penyangga pelabuhan. Selain itu, investasi dapat pula diarahkan untuk
pengembangan Pelabuhan Linau di Kabupaten Kaur untuk melayani bongkar muat barang di
wilayah tetangga seperti Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Pesisir Utara (Lampung), dan
Kabupaten OKU Selatan (Sumatera Selatan).
Tabel 6.2. Sebaran komoditi investasi di wilayah Provinsi Bengkulu
Wilayah
Komoditi Investasi
Kr
BS
SI
Kph
RL
Lb
X
X
X
BT
BU
MM
X
X
KB
Kelapa dalam
X
X
Kayu bulat
X
X
X
X
Bidang Perikanan
Perikanan darat
X
X
X
X
X
Perikanan tangkap
X
X
X
X
X
Bidang Pariwisata
Objek wisata
X
X
X
X
X
X
X
X
Perhotelan
X
X
Bidang Sumberdaya Mineral
Batubara
X
X
X
X
X
X
Emas
X
X
X
X
Bidang Industri
IKAHH
X
X
X
X
ILMEA
X
Bidang Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura
Padi sawah
X
X
X
X
X
Jgung
X
X
X
X
Ubi kayu
X
X
Sayuran dataran tinggi
X
X
X
Bidang Infrastruktur
Perkeretaapian
X
X
X
X
X
X
X
X
Pelabuhan laut
X
X
X
X
Pelabuhan udara
X
X
X
Bidang Energi
Energi air skala besar
X
X
Energi air skala kecil
X
X
X
X
Geothermal
X
X
Keterangan: Kr = Kaur, BS = Bkl. Selatan, SI = Seluma, Kph = Kepahiang, RL = Rejang Lebong, Lb
= Lebong, BT = Bkl. Tengah, BU = Bkl. Utara, MM = Mukomuko, KB = Kota
Bengkulu IKAHH = industri kimia, agro dan hasil hutan
ILMEA = industri logam, mesin dan aneka metal
Strategi penanaman modal di bidang energi dikelompokkan berdasarkan sumber
enrginya, yakni menjadi investasi energi skala besar, energi air skala kecil, dan Geothermal.
Investasi pengembangan energi air skala besar dapat dilakukan di Air Padang Guci Kabupaten
Kaur, serta di Air Manna dan Air Bengkenang Kabupaten Bengkulu Selatan. Sumber energi
tersebut masing-masing berpotensi menghasilkan tenaga listrik di atas 30 MW. Selain itu,
limpahan air dari bendungan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan areal persawahan.
Pengembangan investasi untuk energi air skala kecil tersebar di beberapa kabupaten seperti
Kabupaten Bengkulu Selatan, Kabupaten Bengkulu Tengah, Kabupaten Bengkulu Utara dan
Kabupaten Lebong. Lebong dan Kepahiang merupakan dua wilayah kabupaten yang memilki
potensi geotermal dan merupakan tujuan investasi utama di bidang energi listrik panas bumi.
Arah Kebijakan 2: Pemerataan Penanaman Modal
Selama ini penanaman modal di Provinsi Bengkulu lebih banyak terkonsentrasi di Kota
Bengkulu dibandingkan di wilayah kabupaten. Berdasarkan hasil kajian Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 2006, semua wilayah kabupaten masuk kategori daerah
tertinggal sehingga kurang diminati investor. Ada tiga faktor yang menyebabkan wilayah
kabupaten di Provinsi Bengkulu menjadi tertinggal dibandingkan wilayah kota, yakni
aksesabilitas, sumberdaya manusia (SDM) dan kerawanan terhadap bencana. Oleh sebab itu,
strategi peningkatan kapasitas investasi di wilayah kabupaten harus diarahkan pada pemecahan
permasalahan yang terkait dengan aksesabilitas, SDM dan kondisi rawan bencana.
Peningkatan aksesabilitas di wilayah kabupaten meliputi pembangunan dan peningkatan
jalan lintas wilayah dan jalan menuju sentra-sentra produksi berbasis investasi. Kualitas jalan
yang baik dibutuhkan investor guna menekan biaya produksi dan memperlancar distribusi dari
lokasi produksi ke konsumen. Selain transportasi, akses informasi juga menjadi pendukung
dalam berinvestasi, sehingga perlu adanya jaminan kelancaran berkomunikasi di lokasi usaha.
Saat ini hampir semua wilayah kabupaten di Provinsi Bengkulu sudah memiliki jaringan seluler
yang menjadi alat komunikasi utama masyarakat.
Peningkatan kualitas SDM di wilayah kabupaten dilakukan sebagaimana diuraikan pada
Strategi 3 Arah Kebijakan 1 diatas. Hanya saja, pengembangan sekolah-sekolah berbasis
keterampilan kerja tidak hanya dikonsentrasikan di wilayah kota, melainkan juga hingga ke
wilayah kabupaten. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi ketimpangan antara kualitas SDM di
wilayah kabupaten dengan kualitas SDM di wilayah kota. Sementara penanggulangan rawan
bencana dilakukan dengan mengembangkan sistem peringatan dini (early warning system) dan
menetapkan titik-titik evakuasi sebagai tindakan antisipasi apabila terjadi bencana.
Strategi 2: Mensinergikan kegiatan investasi di wilayah kota dengan wilayah kabupaten
Sumber pendapatan utama Provinsi Bengkulu masih bertumpu pada sektor usaha primer
pertanian (38,93%) yang terdapat di wilayah kabupaten sebagaimana disajikan pada Tabel 6.3.
Sementara sektor pengolahan belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
pendapatan daerah karena hanya menyumbang 4,44% terhadap PDRB Provinsi Bengkulu masih
terkonsentrasi pada usaha yang menghasilkan produk primer atau produk intermediate dengan
nilai tambah ekonomi yang relatif rendah dibandingkan produk jati.
Dalam sepuluh tahun ke depan, strategi penanaman modal harus diarahkan pada
sinergisme antara wilayah penghasil produk primer dengan wilayah yang berpotensi pengolah
produk primer jadi sebelum dijual ke luar wilayah Provinsi Bengkulu. Sebagai contoh, investor
di bidang usaha kelapa sawit sebagai penghasil crude palm oil (CPO) sudah cukup banyak di
Provinsi Bengkulu, namun belum ada satupun diantaranya yang mengolah CPO menjadi produk
jadi seperti minyak goreng, sabun dan margarin. Hal yang sama terjadi pada investasi di bidang
usaha karet, dimana produk yang dihasilkan baru berupa produk intermediate berupa crumb
rubber dan karet lembar. Dalam hal ini, kabupaten berfungsi sebagai penghasil produk primer
sedangkan kota sebagai penghasil produk jadi.
Tabel 6.3. Distribusi persentase PDRB Provinsi Bengkulu menurut lapangan usaha atas dasar
harga berlaku 2009-2012
Lapangan Usaha
Persentase
Pertanian
38,93
4,20
Industri pengolahan
Non-migas (makanan, minuman dan tembakau)
Listrik, gas dan air bersih
4,44
Bangunan
3,78
18,88
8,15
4,93
Jasa-jasa
16,15
0,54
1. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pulau Baai di Kecamatan Teluk Sepang, Kota
Bengkulu, melalui kerjasama dengan pihak ketiga untuk mendukung aktivitas yang ada
di kawasan Pulau Baai.
2. Kawasan-kawasan Agropolitan, yakni di Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang
Lebong (komoditi cabe dan tomat), serta di Kecamatan Maje dan Kaur Selatan
Kabupaten Kaur (komoditi kelapa dalam dan perikanan tangkap).
3. Kawasan-kawasan Minapolitan, yakni di Kecamatan Nasal Kabupaten Kaur (komoditi
lele dan nila), Kecamatan Air Nipis, Seginim dan Kedurang Kabupaten Bengkulu Selatan
(komoditi nila dan mas), dan Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara
(komoditi nila dan mas).
4. Kawasan kerjasama antar daerah antara Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong
dan Kabupaten Kepahiang, dengan komoditi unggulan perikanan darat.
5. Kawasan ekonomi baru berbasis kehutanan yang meliputi Simpang Ngalam- Pulaau Baai
Tapak Padri Sungai Hitam (LAMBAITAITAM), mencakup wilayah di Kabupaten
Seluma dan Kota Bengkulu.
Arah Kebijakan 3:
Konsentrasi Pengembangan Pangan, Infrastruktur dan Energi
Pengembangan padi sawah diarahkan di lima sentra produksi utama, yakni Kabupaten
Bengkulu Utara, Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong, Kabupaten Seluma, dan
Muaro Bungo (Provinsi Jambi), Kabupaten Mukomuko dengan Kerinci (Provinsi Jambi).
Pembangunan rel kereta api yang menghubungkan Kota Bengkulu Kabupaten Seluma
Kabupaten Kepahiang Kabupaten Rejang Lebong Lubuk Linggau (Provinsi
Sumatera Selatan), yang menghubungkan Kota Bengkulu Padang ( Provinsi Sumatera
Barat), dan Linau (Kabupaten Kaur) menuju Tanjung Enim (Provinsi Sumatera Selatan).
Bila akses ini bisa terbuka maka isolasi Provinsi Bengkulu dapat terbuka, dengan
dermaga
maupun
Kabupaten Kepahiang.
Pengembangan pembangkit listrik mikro hidro di Kabupaten Kaur, Kabupaten Seluma
Arah Kebijakan 4:
Penanaman Modal yang berwawasan Lingkungan dan Berkelanjutan
Strategi 1: Mengolah limbah pertanian dan rumah tangga menjadi sumber energi dan
ekonomi produktif
Dalam pembangunan berwawasan lingkungan dan berkelanjutan, limbah bukan
dianggap sebagai produk yang berbahaya dan merusak lingkungan, namun dipandang sebagai
suatu produk samping dalam proses produksi yang dapat diolah menjadi produk yang
bermanfaat. Konsep pembangunan yang demikian dikenal sebagai pembangunan tanpa
meninggalkan limbah (zero economy development) atau pembangunan ekonomi hijau (green
economy development). Produk yang dihasilkan melalui proses produksi tanpa meninggalkan
limbah disebut produk hijau yang ramah lingkungan (green product).
Strategi peningkatan investasi untuk pengolahan limbah pertanian dan rumah tangga
menjadi produk bermanfaat dapat diiplementasikan antara lain melalui program dan kegiatan
berikut:
Pengolahan limbah pertanian dan rumah tangga menjadi energi biogas untuk skala rumah
tangga, serta menjadi energi listrik pada skala yang lebih besar.
Pengolahan limbah pertanian dan rumah tangga menjadi pupuk organik sebagai alternatif
dalam meningkatkan produktivitas lahan.
perkebunan.
Peningkatan investasi pemanfaatan lahan suboptimal untuk pengembangan hutan
tanaman industri.
Arah Kebijakan 5:
Pengembangan teknologi hilirisasi produk minyak mentah sawit (CPO) seperti pabrik
minyak makan mini dan pabrik sabun yang berskala kecil dan menengah.
Pengembangan dan penerapan teknologi hilirisasi produk karet menjadi bahan
Pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan perusahaan untuk jumlah dan jangka
waktu tertentu.
Pembebasan atau pemberian keringan bea masuk atas barang-barang impor dan bahan
baku yang masuk ke Provinsi Bengkulu.
Pemberian kemudahan dalam mengurus perizinan berusaha di wilayah Provinsi Bengkulu
oleh SKPD terkait.
Penyediaan data dan informasi yang akurat terkait dengan peluang investasi di bidangbidang unggulan daerah.
Pengadaan infrastruktur oleh pemerintah daerah yang dibutuhkan untuk kelancaran
investasi.
Strategi 2: Memberikan insentif kepada investor
Insentif merupakan daya tarik yang sering digunakan suatu daerah atau negara untuk
menarik kedatangan investor. Tingginya tingkat investasi di suatu daerah dan negara hampir
selalu berbanding lurus dengan jumlah dan keberagaman insentif yang diberikan kepada investor.
Pemerintah Provinsi Bengkulu harus merencanakan pemberian insentif guna menarik investasi
secara berkelanjutan.
Kegiatan-kegiatan yang dapat diterapkan dalam implementasi strategi ini adalah berupa
insentif bagi pelaku usaha diantaranya:
Pemberian keringanan pajak bumi dan bangunan bagi pelaku investasi.
Pengurangan atau pembebasan pajak.
Pengurangan atau pembebasan retribusi.
Dengan telah tersusunnya naskah akademik RUPM Provinsi Bengkulu diharapakan dapat
dijadikan landasan bagi Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi
Bengkulu untuk menyusun naskah RUPMP sebagai lampiran dari Peraturan Gubernur. Naskah
akademik ini disusun berdasarkan potensi yang dimilki wilayah Provinsi Bengkulu dalam
membuka peluang masuknya investasi secara berkelanjutan. Analisis potensi investasi dilakukan
melalui dua pendekatan, yakni melalui kajian data sekunder berupa laporan tahunan dari
kabupaten dan kota serta satuan kerja perangkat daerah tingkat Provinsi, dan melalui focus group
discussion dengan instansi terkait. Dengan demikian, fokus investasi yang disajikan dalam
naskah akademis ini merupakan kesepakatan bersama antara Pemerintah Provinsi Bengkulu
dengan Pemerintah Kabupaten dan Kota di wilayah Provinsi Bengkulu.