Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

SEKSIO CAESAREA

A. Pengertian
Cephalopelvic disproportion (CPD) adalah suatu bentuk ketidaksesuaian antara ukuran kepala
janin dengan panggul ibu. (Reader, 1997).
Seksio sesarea yaitu suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram,
melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
Seksio sesarea yaitu suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut atau vagina untu melahirkan janin dari rahim (Mochtar,
1998).
Jadi post sektio caesarea dengan CPD adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk melahirkan
janin melalui sayatan pada dinding uetrus dikarenakan ukuran kepala janin dan panggul ibu
tidak sesuai.
B. Etiologi

Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres
dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat
diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika
akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk
rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)

Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling
penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil
aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar
memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain
itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit
untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek
dan ibu sulit bernafas
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengada
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang
paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil
atau mati, kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah
ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap
paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah
menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis
letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi
bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).

C. Macam-macam Sectio Caesacia


Tipe-tipe Caesaria yaitu (Oxorn , 1996)
1. Segmen bawah = insisi melintang
Insisi melintang segmen bawah uterus, merupakan prosedur pilihan, abdomen
dibukadan uterus disingkapkan. Lipatan vesica urino peritoneum yang terletak dekat
sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang : lipatan
ini dilepaskan dari segmen bawah dan sama-sama kandung kemih didorong serta ditarik
agar tidak menutupi lapang pandangan.
Pada segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang kecil luka insisi daerah
pembuluh darah uterus, kepala janin yang pada sebagian besar kasus terletak terbalik
insisi diektrasi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya dan kemudian plasenta
serta selaput ketuban.
2. Segmen bawah = insisi membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkap uterus sama seperti insisi melintang, insisi
membujur disebut dengan skapal dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk
3.

menghindar cidera pada bayi.


Sectio caesaria klasik
Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan skapal ke dalam dinding anterior uterus
dan dilebarkan ke atas serta dibawah lengan dengan gunting tumpul. Diperlukan luka
insisi yang lebar karena bayi sering dilahirkan dengan bokong dahulu, janin serta

4.

olasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis.


Sectio caesaria ekstraperitonal
Pembedahan ekstraperitoneal dikerjakan untuk menghindari perlunya histerektomi pada
kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis yang sering

bersifat fatal
D. Pemeriksaan Penunjang

1. Elektroensefalogram ( EEG )
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.

2.
3.
4.
5.

Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
Magneti resonance imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna
untuk memperlihatkan daerah daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan
pemindaian CT.

6. Pemindaian positron emission tomography ( PET )


Untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan
metabolik atau alirann darah dalam otak.

7. Uji laboratorium
a. Fungsi lumbal
: menganalisis cairan serebrovaskuler
b. Hitung darah lengkap
: mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c. Panel elektrolit
d. Skrining toksik dari serum dan urin
e. AGD
f. Kadar kalsium darah
g. Kadar natrium darah
h. Kadar magnesium darah
E. Komplikasi akibat pembedahan SC menurut Muchtar (1998), yaitu :
1. Infeksi puerperal (nifas)
Disebabkan karena haigine vulva menurun
Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit
kembung.
Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
2. Pendarahan, disebabkan karena : banyaknya pembuluh darah yang terputus dan
terbuka, atonia uteri, dan perdarahan pada pelepasan plasenta.
3. luka kandung kemih
4. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang.
F. Penatalaksanaan
Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan sesudah operasi berlangsung.
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman
fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Keperawatan
perioperatif adalah fase penatalaksanaan pembedahan yang merupakan pengalaman yang
unik bagi pasien.
Keperawatan perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman
fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
( Keperawatan medikal-bedah : 1997 )
Kata perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencangkup 3 fase pengalaman
pembedahan yaitu praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.

1. Fase Praoperatif
Merupakan ijin tertulis yang ditandatangani oleh klien untuk melindungi dalam proses
operasi yang akan dilakukan. Prioritas pada prosedur pembedahan yang utama adalah
inform consent yaitu pernyataan persetujuan klien dan keluarga tentang tindakan yang

akan dilakukan yang berguna untuk mencegah ketidaktahuan klien tentang prosedur
yang akan dilaksanakan dan juga menjaga rumah sakit serta petugas kesehatan dari
klien dan keluarganya mengenai tindakan tersebut. Pada periode pre operatif yang lebih
diutamakan adalah persiapan psikologis dan fisik sebelum operasi.
2. Fase Intraoperatif
Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah dan berakhir saat pasien
dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan, memasang infus,
memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien.
3. Fase Posotperatif
Dimulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi
tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Lingkup aktifitas keperawatan, mengkaji
efek agen anestesi, membantu fungsi vital tubuh, serta mencegah komplikasi.
Peningkatan penyembuhan pasien dan penyuluhan, perawatan tindak lanjut, rujukan
yang penting untuk penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan
pemulangan.
Fase Intraoperatif
1. Fase Intraoperatif dimulai Dimulai ketika pasien masuk ke bagian atau ruang bedah
dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas
keperawatan, memasang infus, memberikan medikasi intravena, melakukan
pemantauan fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga
keselamatan pasien.
Perawat yang bekerja di ruang bedah harus telah mengambil program
Proregristation Education Courses in Anasthetic and Operating Teather Nursing .
Dalam pembedahan perawat disebut scrubbed nurse yang bertindak sebagai asisten
ahli bedah. Perawat bertanggung jawab akan pemeliharaan sterilitas daerah
pembedahan dan instrumen dan menjamin ketersediaan peralatan ahli bedah untuk
terlaksananya pembedahan yang direncanakan.
a) Perlindungan terhadap injury
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini adalah segala macam aktivitas yang
dilakukan oleh perawat di ruang operasi. Aktivitas di ruang operasi oleh perawat
difokuskan pada pasien yang menjalani prosedur pembedahan untuk perbaikan,
koreksi atau menghilangkan masalah masalah fisik yang mengganggu pasien.
Tentunya pada saat dilakukan pembedahan akan muncul permasalahan baik
fisiologis maupun psikologis pada diri pasien. Untuk itu keperawatan intra

operatif tidak hanya berfokus pada masalah fisiologis yang dihadapi oleh pasien
selama operasi, namun juga harus berfokus pada masalah psikologis yang
dihadapi oleh pasien. Sehingga pada akhirnya akan menghasilkan outcome
berupa asuhan keperawatan yang terintegrasi.
b) Monitoring pasien
Aktivitas keperawatan yang dilakukan selama tahap intra operatif meliputi 4 hal,
yaitu :
1) Safety Management
Tindakan ini merupakan suatu bentuk jaminan keamanan bagi pasien selama
prosedur pembedahan. Tindakan yang dilakukan untuk jaminan keamanan
diantaranya adalah :
Pengaturan posisi pasien
Pengaturan posisi pasien bertujuan untuk memberikan kenyamanan
pada klien dan memudahkan pembedahan. Perawat perioperatif
mengerti bahwa berbagai posisi operasi berkaitan dengan
perubahan-perubahan fisiologis yang timbul bila pasien ditempatkan
pada posisi tertentu

2) Monitoring Fisiologis
Pemantauan fisiologis yang dilakukan oleh perawat meliputi hal hal sebagai
berikut :
Melakukan balance cairan
Penghitungan balance cairan dilakuan untuk memenuhi kebutuhan
cairan pasien. Pemenuhan balance cairan dilakukan dengan cara
menghitung jumlah cairan yang masuk dan yang keluar (cek pada
kantong kateter urine) kemudian melakukan koreksi terhadap
imbalance cairan yang terjadi. Misalnya dengan pemberian cairan

infus.
Memantau kondisi cardiopulmonal
Pemantaun kondisi kardio pulmonal harus dilakukan secara kontinue
untuk melihat apakah kondisi pasien normal atau tidak. Pemantauan
yang dilakukan meliputi fungsi pernafasan, nadi dan tekanan darah,

saturasi oksigen, perdarahan dan lain lain.


Pemantauan terhadap perubahan vital sign
Pemantauan tanda-tanda vital penting dilakukan untuk memastikan
kondisi klien masih dalam batas normal. Jika terjadi gangguan harus
dilakukan intervensi secepatnya.

3) Monitoring Psikologis
Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar) dukungan
psikologis yang dilakukan oleh perawat pada pasien antara lain :
Memberikan dukungan emosional pada pasien.
Perawat berdiri di dekat pasien dan memberikan sentuhan selama

prosedur pemberian induksi .


Mengkaji status emosional klien.
Mengkomunikasikan status emosional pasien kepada tim kesehatan

(jika ada perubahan).


4) Pengaturan dan koordinasi Nursing Care
Pengaturan dan Koordinasi Nursing Care ,tindakan yang dilakukan antara
lain :
1) Memanage keamanan fisik pasien.
2) Mempertahankan prinsip dan teknik asepsis.

Fase Postoperatif

a. Keperawatan postoperatif adalah periode akhir dari keperawatan perioperatif.


Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada menstabilkan kondisi
pasien pada keadaan equlibrium fisiologis pasien, menghilangkan nyeri dan
pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat dan intervensi segera
membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan
nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan mencegah
masalah yang kemungkinan mucul pada tahap ini. Pengkajian dan
penanganan yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah
komplikasi yang memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan
diri pasien. Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan postoperatif sama
pentingnya dengan prosedur pembedahan itu sendiri.
faktor yang Berpengaruh Postoperatif
1. Mempertahankan jalan nafas
Dengan mengatur posisi, memasang suction dan pemasangan
mayo/gudel.
2. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan
nafas melalui ventilaot mekanik atau nasal kanul.

3. Mempertahakan sirkulasi darah


Mempertahankan sirkulasi darah dapat dilakukan dengan pemberian
caiaran plasma ekspander.
4. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan
pasien, seperti kesadaran dan sebagainya. Vomitus atau muntahan
mungkin saja terjadi akibat penagaruh anastesi sehingga perlu dipantau
kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan
obeservasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.

5. Balance cairan
Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output caiaran klien.
Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti
dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru
menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungsi
eleminasi pasien.
6. Mempertahanakan kenyamanan dan mencegah resiko injury.
Pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi
dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur
yang nyaman dan pasang side railnya. Nyeri biasanya sangat dirasakan
pasien, diperlukan intervensi keperawatan yang tepat juga kolaborasi
dengan medi terkait dengan agen pemblok nyerinya.
Tindakan Postoperatif
Ketika pasien sudah selasai dalam tahap intraoperatif, setelah itu pasien di
pindahkan keruang perawatan, maka hal hal yang harus perawat lakukan,
yaitu :

1. Monitor tanda tanda vital dan keadaan umum pasien, drainage,


tube/selang, dan komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung
monitor kondisinya. Pemerikasaan ini merupakan pemmeriksaan pertama
yang dilakukan di bangsal setelah postoperatif.
2. Manajemen Luka
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami
perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi
lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan
pengangkatan jahitan.

3. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga
batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi
neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien
kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang
diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien seperti sedia kala.

5. Discharge Planning
Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada
klien dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondis/penyakitnya post operasi.
Ada 2 macam discharge planning :
a. Untuk perawat : berisi point-point discahrge planing yang diberikan
kepada klien (sebagai dokumentasi)
b. Untuk pasien : dengan bahasa yang bisa dimengerti pasien dan lebih
detail.
G. Patofisiologi

DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. 2008. Keperawatan perioperatif . Jakarta : EGC.
Nurachmah, Elly. 2000 . Buku Sakau Prosedur Keperwatan medikal-bedah.
Jakarta : EGC.
Fernsebner, Billie. 2005. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif vol.2 .
Jakarta : EGC
Effendy, Christantie dan Ag. Sri Oktri Hastuti. 2005 . Kiat Sukses

menghadapi Operasi. Yogyakarta : Sahabat Setia


Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah Edisi
revisi, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai