Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat serta karunianya,
saya dapat menyelesaikan pembuatan tugas akhir ini tepat pada waktunya. Tugas
akhir ini berjudul Pergeseran Bahasa Indonesia di Negeri Kita Sendiri. Penulis
berterima kasih kepada dosen Bahasa Indonesia Kelas A, HENI DWI ARISTA,
M.Pd yang membimbing saya menyelesaikan tugas ini. Akhir kata saya menyadari
bahwa pembuatan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangannya, oleh karena itu kami mengharapkan saran, kritik dan petunjuk
dari berbagai pihak untuk pembuatan makalah ini menjadi lebih baik dikemudian
hari. Semoga tugas akhir yang telah saya buat ini dapat bermanfaat dan menjadi
bahan informasi pada masa yang akan datang.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Malang, 22 Desember 2014
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
1.1

Latar Belakang..........................................................................1

1.2

Rumusan Masalah......................................................................2

1.3

Tujuan........................................................................................ 2

1.4

Manfaat..................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI dan PEMBAHASAN...........................................3


2.1

Landasan Teori........................................................................3

2.2

Pembahasan.............................................................................. 6

BAB III PENUTUP.................................................................................. 16


3.1

Kesimpulan.............................................................................. 16

3.2

Saran....................................................................................... 16

DAFTAR RUJUKAN................................................................................. 17
1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai peranan
yang sangat penting. Bahasa menjadi lambang identitas, dimana bahasa
bisa menjadi identitas suatu etnik, tetapi bahasa juga bisa menjadi identitas
suatu bangsa. Ciri yang menonjol dari identitas bangsa Indonesia tercemin
dari adanya bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia
adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan perbedaan
bahasa di Indonesia.
Dewasa ini, kita hidup dalam era globalisasi, yang dipicu oleh
pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dibidang pendidikan dan
komunikasi. Dengan perkembangan yang sangat cepat di bidang
pendidikan dan komunikasi, arus globalisasi terasa bertambah kuat. Arus
global berimbas pada penggunaan dan keberadaan bahasa Indonesia di
masyarakat.
Berlandaskan alasan globalisasi, masyarakat mulai kehilangan rasa
bangga menggunakan bahasa nasional. Kebanyakan masyarakat Indonesia
saat ini memberikan selingan bahasa asing pada setiap ucapannya.
Penggunaan bentuk Inggris sudah merajalela. Terbukti dengan adanya

sekolah yang berstandar internasional di Indonesia, yaitu penggunaan


bahasa Inggris di setiap mata pelajaran yang diajarkan.
Fenomena di atas dapat mengakibatkan pergeseran bahasa
Indonesia. Pada kenyataannya, penggunaan bahasa Indonesia sedikit demi
sedikit mengalami pergeseran.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah telah terjadi pergeseran bahasa Indonesia oleh bahasa
asing di era global ini?
1.2.2 Jika benar terjadi pergeseran, apa penyebab pergeseran bahasa
Indonesia oleh bahasa asing?
1.2.3 Bagaimana cara agar tidak terjadi pergeseran bahasa Indonesia di
era global ini?
1.3 Tujuan
1.3.1

Mengetahui apakah terjadi pergeseran bahasa Indonesia oleh


bahasa asing di era global ini

1.3.1

Mengetahui penyebab pergeseran bahasa Indonesia oleh bahasa


asing

1.3.1

Mengetahui cara agar tidak terjadi pergeseran bahasa Indonesia di


era global ini

1.4 Manfaat
1.4.1

Sebagai informasi kepada masyarakat Indonesia bahwa bahasa


Indonesia mulai tergerser

1.3.2

Sebagai informasi penyebab pergeseran bahasa Indonesia oleh


bahasa asing

1.4.2

Sebagai masukan cara agar tidak terjadi pergeseran bahasa


Indonesia di era global ini

BAB II
LANDASAN TEORI dan PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting,
seperti tercantum pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda yang berbunyi
Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa nasional ; kedudukannya berada diatas bahasa bahasa daerah.
Selain itu , didalam undang undang dasar 1945 tercantum pasal
khusus ( BAB XV , pasal 36 ) mengenai kedudukan bahasa Indonesia
yang menyatakan bahwa bahasa Negara ialah bahasa Indonesia.
Pertama, bahsa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional sesuai
dengan sumpah pemuda 1928; kedua, bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa Negara sesuai dengan undang undang dasar 1945.
Menurut Sunaryo (2000 : 6), tanpa adanya bahasa (termasuk
bahasa Indonesia) iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang. Selain itu
bahasa Indonesia di dalam struktur budaya, ternyata memiliki
kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk
budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana
pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tanpa peran bahasa serupa itu, ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak akan dapat berkembang. Implikasinya di dalam
pengembangan daya nalar, menjadikan bahasa sebagai prasarana
berfikir modern.
Hampir semua kasus pergeseran bahasa terjadi melalui alih
generasi (intergenerasi) yang menyangkut lebih dari satu generasi.
Dengan kata lain, sejumlah besar individu atau generasi meninggalkan
bahasa ibunya dan mengganti dalam kurun hidupnya. Kondisi
kebahasaan dalam sebuah keluarga pada suatu saat akan mengalami

fase intergenerasi. Fase intergenerasi adalah proses kebahasaan yang


melibatkan tiga generasi: generasi pertama (G1) menguasai bahasa A
sebagai bahasa pertama. Generasi kedua (G2) menguasai bahasa B
sebagai bahasa kedua lebih baik dari bahasa A. Dan, generasi ketiga
(G3) menjadikan bahasa B sebagai bahasa pertama dan tidak
mengenal lagi bahasa A (Sumarsono, 1993).
Menurut Hymes (1972) dalam tulisannya yang berjudul Models
of Interaction of Language and Social Life, menyatakan adanya delapan
komponen yang dianggap berpengaruh terhadap pemilihan kode dalam
bertutur. Komponen ini disebut Component of Speech yang pada intinya
meliputi: 1) tempat dan suasana tutur, 2) peserta tutur, 3) tujuan tutur, 4)
pokok tutur, 5) nada tutur, 6) sarana tutur ,7) norma tutur , dan 8) jenis
tuturan. Kedelapan komponen tutur tersebut sering disebut dengan S
(setting), P (participants), E (ends), A (act sequence), K (keys), I
(instruments), N (Norms), dan G (Genres).

2.1.1

Tempat dan Suasana Tutur (Setting)

Tempat

dan

suasana

tutur

penggunaan

bahasa

mempengaruhi pilihan bahasa yang digunakan. Dalam situasi resmi


atau tidak resmi, seseorang akan memilih bahasa yang akan
digunakan. Pemakaian bahasa di rumah akan berbeda dengan
apabila dibandingkan dengan pemakaian bahasa di kantor, di
masyarakat, di sekitar rumah. Tempat atau setting akan
menciptakan suasana resmi atau tidak resmi, akrab atau tidak
akrab.
2.1.2

Peserta Tutur (Participants)

Salah satu faktor penting yang juga ikut berperan dalam


pemilihan bahasa seseorang adalah participant atau mitra bicara.
Suasana akrab atau tidak akrab dapat tercipta karena hubungan
antara lawan bicara dan pembicara dekat atau tidak dekat. Mitra
bicara dalam penelitian ini bisa saja berasal dari anggota keluarga,

orang-orang di sekitar pembicara, seperti tamu, tetangga,


masyarakat, kolega dll sesuai dengan konteks pembicaraan.
Adanya mitra bicara yang berbeda-beda mengharuskan subjek atau
pembicara menggunakan kode bahasa yang berbeda-beda.
2.1.3

Tujuan Tutur (Ends)

Tujuan tutur atau pembicaraan tentu mempengaruhi pilihan


bahasa

atau

kode-kode

bahasa

yang

digunakan.

Tujuan

pembicaraan yang penting tentu akan memilih kode bahasa yang


sesuai.
2.1.4

Topik Pembicaraan (Act sequence)

Dalam banyak kasus, pergeseran fungsi bahasa, topik


pembicaraan juga menjadi penentu pergeseran fungsi bahasa
sebagai alat komunikasi. Alih kode dan campur kode terjadi
menyesuaikan dengan topik pembicaraannya. Tidak ada satu
bahasa pun yang bisa digunakan sendiri tanpa terjadi perpindahan
kode bahasa seiring adanya perpindahan topik pembicaraan.
2.1.5

Nada Tutur (Keys)

Nada tutur dipengaruhi oleh faktor emosi yang lebih


banyak melekat pada diri pembicara. Pada keadaan marah, sedih
atau kecewa seseorang akan mengeluarkan kata-kata di luar
kendali.
2.1.6

Sarana Tutur (Instrumens)

Mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur


lisan, tertulis, melalui telegraf atau melalui telepon. Bentuk ini juga
mengacu pada kode ujaran yang digunakan, eperti bahasa, ragam
dialek, atau register.

2.1.7

Norma Tutur (Norms)

Mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi.


Misalnya yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya,

dan mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dari lawan


bicara.
2.1.8

Jenis Tuturan (Genres)

Mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi,


puisi, pepatah, dan sebagainya.

2.2 Pembahasan
2.2.1

Pergeseran Bahasa Indonesia Oleh Bahasa Asing


Berlandaskan

alasan

globalisasi,

masyarakat

mulai

kehilangan rasa bangga menggunakan bahasa nasional. Misalnya,


penggunaan bahasa di dunia maya, internet, memberi banyak
perubahan bagi sturktur bahasa Indonesia yang oleh beberapa
pihak disinyalir merusak bahasa itu sendiri. Tidak hanya pada
rakyat kecil, krisis bahasa juga ditemukan pada para pejabat
negara. Kurang intelek katanya kalau dalam setiap ucapan tidak
dibumbui selingan bahasa asing yang sebenarnya tidak perlu. Hal
tersebut memunculkan istilah baru, yaitu Indoglish kependekan
dari Indonesian-English untuk fenomena bahasa yang kian
menghantam bahasa Indonesia. Sulit dipungkiri memang, bahasa
asing kini telah menjamur penggunaannya. Mulai dari judul film,
judul buku, judul lagu, sampai pemberian nama merk produk
dalam negeri. Selain itu, kini banyak berdiri sekolah yang
berstandar internasional di Indonesia, yaitu penggunaan bahasa
Inggris di setiap mata pelajaran yang diajarkan. Kita pun merasa
lebih bangga jika lancar dalam berbicara bahasa asing. Namun,
apapun alasannya, tanpa kita sadari secara perlahan kita telah ikut
andil dalam mengikis kepribadian dan jati diri bangsa kita sendiri.
Fenomena di atas dapat mengakibatkan pergeseran bahasa
Indonesia.
Sekarang

orang

berbondong-bondong

belajar

bahasa

Inggris. Bahkan demi bahasa Inggris, orang rela meninggalkan

bahasa pertamanya. Kedudukan bahasa Inggris ini semakin


diperkuat oleh adanya perusahaan-perusahaan baik swasta maupun
negeri yang menjadikan bahasa Inggris sebagai salah satu
persyaratan yangharus dipenuhi oleh para pelamar kerja. Bukan
hanya itu, di tingkat perguruan tingg saja lulus TOEFL merpakan
salah satu syarat untuk dapat mengikuti sidang sarjana.
Bila satu kelompok baru datang ke tempat lain dan
bercampur dengan kelompok setempat, maka akan terjadilah
pergeseran bahasa (language shift). Kelompok pendatang ini akan
melupakan sebagian bahasanya dan terpaksa memperoleh bahasa
setempat. Alasannya karena kelompok pendatang ini harus
menyesuaikan diri dengan situasi baru tempat mereka berada.
Selanjutnya kelompok pendatang ini akan mempergunakan dua
bahasa, yaitu bahasa nasional dan bahasa daerah setempat
(Alwasilah, 1993). Sedangkan Sumarsono dan Partana (2002)
mengungkapkan bahwa pergeseran bahasa berarti, suatu komunitas
meninggalkan suatu bahasa sepenuhnya untuk memakai bahasa
lain. Bila pergeseran sudah terjadi, para warga komunitas itu secara
kolektif memilih bahasa baru.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pergeseran bahasa
itu terjadi ketika masyarakat (komunitas bahasa) memilih suatu
bahasa baru untuk mengganti bahasa sebelumnya. Dengan kata
lain, pergeseran bahasa itu terjadi karena masyarakat bahasa
tertentu beralih ke bahasa lain, biasanya bahasa domain dan
berprestise, lalu digunakan dalam ranah-ranah pemakaian bahasa
yang lama. Contoh pergeseran bahasa pada golongan imigran
kecil.
Maniben is a young British Hindu woman who lives in Coventry.
Her family moved to Britain from Uganda in 1970, when she was 5
years old. She started on the shop floor in a bicycle factory when
she was 16. At home Maniben speaks Gujerati with her parents

and grandparents. Although she had learned at school, she found


she did not need much at work. Many of the girls working with her,
also spoke Gujerati, so when it was not noisy they would talk to
each other in their language home, Maniben was good at her job
and she got promoted to floor superviser. In that job she needed to
use English more of the time, though she could still use some
Gujerati with her old workmates. She went to evening classes and
learned to type, Then, because she was interested, she went on to
learn how to operate a word processor. Now she works in the main
office and she uses English all the time at work. (Dicuplik dari
Introduction to Sociolinguistik, Janet Holmes; 1992;55).
Contoh diatas mengetengahkan seorang yang bernama
Maniben. Dia seorang wanita muda berkebangsaan Inggris yang
beragama Hindu. Pada usia balita, dia masih tinggal di Coventry
Inggris, tetapi ketika berusia lima tahun, keluarganya pindah
ke Uganda. Di rumah, dia dan keluarganya menggunaan bahasa
Gujerati. Begitu juga dilingkungannya, dia juga berbahasa Gujerati
ketika berkomunikasi dengan teman-temannya.
Ketika usia Maniben menginjak 16 tahun, dia diterima
diperusahaan sepeda. Awalnya dia ditempatkan dibagian bengkel,
tetapi, karena kerjanya bagus, dia dipromosikan
supervisor.
menggunakan

Diposisi
bahasa

baru

tersebut,

Inggris,

sebagai

Maniben

walaupun

diharuskan

terkadang

dia

menggunakan bahasa Gujerati dengan teman-teman kerjanya.


Akhhirnya Maniben, kursus dan belajar mengetik pada
sore hari. Dia juga tertarik untuk mempelajari word processor.
Selanjutnya dia selalu menggunakan bahasa Inggris, dalam
aktivitas kerjanya
2.2.2

Penyebab Pergeseran Bahasa Indonesia Oleh Bahasa Asing


Beberapa kondisi cenderung dihubung-hubungkan terhadap

pergeseran bahasa. Kondisi yang paling mendasar adalah


kedwibahasaan (bilingualism). Tetapi perlu diperhatikan dengan
seksama bahwa kedwibahasaan ini bukanlah satu-satunya faktor
yang menyebabkan pergeseran bahasa. Kedwibahasaan tidak selalu
menyebabkan pergesaran bahasa, meskipun ini merupakan salah
satu syarat terjadinya pergeseran bahasa. Kasus-kasus pergeseran
bahasa

hampir

seluruhnya

terjadi

melalui

alih

generasi

(intergenerasi). Maksudnya adalah pergeseran bahasa memerlukan


waktu lebih dari satu generasi.
Menurut Chaer dan Agustina (2004:142) bahwa pergeseran
bahasa menyangkut masalah penggunaan bahasa oleh seorang
penutur atau sekelompok penutur yang bisa terjadi sebagai akibat
perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur lain.
Dengan kata lain, pergeseran bahasa akan terjadi bila seorang atau
sekelompok orang penutur bahasa tertentu pindah ke tempat baru,
yang mana bahasanya berbeda , dan bercampur dengan mereka.
Pendatang atau kelompok baru ini harus menyesuaikan diri dengan
menanggalkan bahasanya sendiri, lalu menggunakan bahasa
penduduk setempat dan terjadi selama beberapa generasi.
Sedangkan Menurut Sumarsono dan Partana (2002)
beberapa faktor yang menyebabkan pergeseran bahasa yaitu:
migrasi atau perpindahan penduduk, faktor ekonomi, dan faktor
pendidikan. Migrasi dapat berwujud dua kemungkinan. Pertama,
kelompok-kelompok kecil bermigrasi ke daerah atau negara lain
yang tentu saja menyebabkan bahasa mereka tidak berfungsi di
daerah yang baru. Kedua, gelombang besar penutur bahasa
bermigrasi membanjiri sebuah wilayah kecil dengan sedikit
penduduk,

menyebabkan

penduduk setempat

terpecah

dan

bahasanya tergeser.
Faktor ekonomi juga merupakan penyebab pergeseran
bahasa. Salah satu faktor ekonomi itu adalah industrialisasi. Selain
itu, faktor pendidikan juga menyebabkan pergeseran bahasa ibu

10

murid, karena sekolah biasa mengajarkan bahasa asing kepada


anak-anak.

Hal

ini

menyebabkan

anak-anak

menjadi

dwibahasawan. Padahal, kedwibahasaan mengandung resiko


bergesernya salah satu bahasa.
Selain itu, menurut Sumarsono dan Partana (2002:237)
juga disebabkan oleh sekolah. Sekolah sering juga dituding sebagai
faktor penyebab bergesernya bahasa ibu murid karena sekolah
biasanya mengajarkan bahasa asing kepada anak-anak. Hal ini pula
yang kadangkala menjadi penyebab bergesernya posisi bahasa
daerah. Para orang tua enggan mengajari anaknya bahasa daerah
karena mereka berpikir bahwa anaknya akan susah memahami
mata

pelajaran

yang

disampaikan

oleh

gurunya

dengan

menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya anak tidak mampu


berbahasa daerah atau paling tidak anak hanya dapat memahami
bahasa daerah tanpa mampu berinteraksi
2.2.3

Upaya Agar Tidak Terjadi Pergeseran Bahasa Indonesia

2.2.3.1 Menjadikan Lembaga Pendidikan Sebagai Basis Pembinaan Bahasa

Dunia pendidikan yang syarat pembelajaran dengan


media bahasa menjadikan bahasa sebagai alat komunikasi yang
primer. Sejalan dengan hal tersebut, bahasa baku merupakan
simbol dalam dunia pendidikan dan cendekiawan. Penguasaan
Bahasa Indonesia yang maksimal dapat dicapai jika fundasinya
diletakkan dengan kokoh di rumah dan di sekolah mulai TK
(Taman Kanak-kanak) sampai PT (Perguruan Tinggi). Akan
tetapi, fundasi ini pada umumnya tidak tercapai. Di berbagai
daerah, situasi kedwibahasaan merupakan kendala. Para guru
kurang menguasai prinsip-prinsip perkembangan bahasa anak
sehingga kurang mampu memberikan pelajaran bahasa
Indonesia yang serasi dan efektif.
Bahasa baku sebagai simbol masyarakat akademis dapat
dijadikan sarana pembinaan bahasa yang dilakukan oleh para

11

pendidik. Para pakar kebahasaan, misalnya Keraf, 1979:19;


Badudu, 1985:18; Kridalaksana, 1987:4-5; Sugono, 1994:8,
Sabariyanto, 2001:3; Finoza, 2002:7; Alwi dkk., (eds.) 2003:5;
serta Arifin dan Amran, 2004:20 memberikan batasan bahwa
bahasa Indonesia baku merupakan ragam bahasa yang
digunakan dalam dunia pendidikan berupa buku pelajaran,
buku-buku ilmiah, dalam pertemuan resmi, administrasi
negara, perundang-undangan, dan wacana teknis yang harus
digunakan sesuai dengan kaidah bahasa yang meliputi kaidah
fonologis, morfologis, sintaktis, kewacanaan, dan semantis.
Rusyana, 1984:152 menyatakan bahwa dalam membina
masyarakat akademik, penggunaan bahasa yang tidak baik dan
tidak benar akan menimbulkan masalah. Penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar dianggap mempunyai peranan
dalam menuju arah pembangunan masyarakat akademik
idaman.
2.2.3.2 Perlunya Pemahaman Terhadap Bahasa Indonesia yang Baik dan
Benar

Kurangnya pemahaman terhadap variasi pemakaian


bahasa berimbas pada kesalahan penerapan berbahasa. Secara
umum dan nyata perlu adanya kesesuaian antara bahasa yang
dipakai dengan tempat berbahasa. Tolok ukur variasi
pemakaian bahasa adalah bahasa Indonesia yang baik dan
benar dengan parameter situasi. Bahasa Indonesia yang baik
dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai
dengan norma yang berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah
bahasa Indonesia (Sugono, 1994: 8).
2.2.3.3 Diperlukan Adanya Undang-Undang Kebahasaan

Masih teringat pada benak kita beberapa tahun lalu


pemerintah mencanangkan undang-undang tentang penggunaan
bahasa Indonesia yang mengharamkan penggunaan bahasa
asing di ruang umum. Hal tersebut menggambarkan kerja

12

pemerintah yang dinilai masih setengah-setengah terhadap


bahasa bangsa sendiri.
Dengan adanya undang-undang penggunaan bahasa
diarapkan masyarakat Indonesia mampu menaati kaidahnya
agar tidak mencintai bahasa negara lain di negeri sendiri.
Sebagai contoh nyata, banyak orang asing yang belajar
bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara
langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang
mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang
Indonesia berbicara dengan bahasa informal dan gaul.
2.2.3.4 Peran Variasi Bahasa dan Penggunaannya

Variasi bahasa terjadi akibat adanya keberagaman


penutur dalam wilayah yang sangat luas. Penggunaan
variasi bahasa harus disesuaikan dengan tempatnya
(diglosia), yaitu antara bahasa resmi atau bahasa tidak
resmi.
1) Variasi bahasa tinggi (resmi) digunakan dalam
situasi resmi seperti, pidato kenegaraan, bahasa
pengantar pendidikan, khotbah, suat menyurat
resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi
harus dipelajari melalui pendidikan formal di
sekolah-sekolah.
2) Variasi bahasa rendah digunakan dalam situasi yang
tidak formal, seperti di rumah, di warung, di jalan,
dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk dirinya
sendiri. Variasi bahasa ini dipelajari secara langsung
dalam masyarakat umum, dan tidak pernah dalam
pendidikan formal.
2.2.3.5 Menjunjung Tinggi Bahasa Indonesia di Negeri Sendiri

Sebenarnya apabila kita mendalami bahasa menurut


fungsinya yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara,

13

maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan utama


di negara Republik Indonesia.
Bahasa daerah yang berada dalam wilayah republik
bertugas sebagai penunjang bahasa nasional, sumber bahan
pengembangan

bahasa

nasional,

dan

bahasa

pengantar

pembantu pada tingkat permulaan di sekolah dasar di daerah


tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan
mata pelajaran lain. Jadi, bahasa-bahasa daerah ini secara sosial
politik merupakan bahasa kedua.
Dibutuhkan sebuah komitmen dalam pemertahanan
sebuah bahasa. Hal ini dikarenakan tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan masyarakat yang semakin maju, serta semakin
banyak bahasa bahasa asing masuk ke dalam kehidupan
masyarakat. Hal tersebut bisa kita lihat dari maraknya
perusahaan yang menyertakan kemampuan bahasa asing
sebagai persyaratan utama untuk menjadi pegawai ditempat
tersebut. Hal sama juga terjadi didalam dunia pendidikan,
bahasa asing juga menjadi mata pelajaran wajib serta sebagai
syarat utama kelulusan. Namun dilain hal, bahasa nasional
maupun daerah kurang mendapat perhatian.
Hasil UNAS terbaru contohnya, nilai bahasa Indonesia
rata-rata mengalami penurunan, bila dibandingkan dengan
bahasa Inggris (Jawa Pos, 28 Mei 2012). Hal tersebut bisa
dikatakan telah terjadi pergeseran bahasa dalam ranah
pendidikan. Oleh karena itu melihat fenomena tersebut,
pemerintah melalui departemen pendidikan nasional, serta
institusi-institusi lainsegera melakukan pemertahanan bahasa
nasional serta bahasa daerah.
Dalam melakukan pemertahanan bahasa, ada hal
menarik yang yang diutarakan oleh Endang dalam makalahnya

14

tentang pemertahanan bahasa Jawa; ada beberapa pemikiran


praktis yang dapat dijadikan dasar untuk mempertahankan
bahasa Jawa; pertama menggunakan bahasa Jawa dalam
berbagai kesempatan, misalnya ditengah keluarga, diforum
pertemuan, dan dilembaga pendidikan (Lukman, 2000; 3).
Kedua adalah menghidupsuburkan pemakaian bahasa Jawa
dimedia massa (cetak dan elektronik), seperti koran, bukubuku, majalah, radio, dan televisi Yang ketiga adalah
memperjuangkan bahasa Jawa dan bahasa-bahasa daerah
diIndonesia lainnya menjadi bahasa nasional kedua, seperti
halnya Malaysia (tanpa tahun).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bergeser atau bertahannya sebuah bahasa, baik pada kelompok
minoritas maupun pada kelompok imigran transmigran dapat disebabkan
oleh banyak faktor. Hasil-hasil penelitian, menunjukkan bahwa faktor
industrialisasi dan migrasi (urbanisasi atau transmigrasi) merupakan
faktor-faktor utama. Salah satu faktor penting pemertahanan sebuah
bahasa adalah adanya loyalitas masyarakat pendukungnya. Dengan
loyalitas itu, pendukung suatu bahasa akan tetap mentransmisikan
bahasanya dari generasi ke generasi. Selain itu, faktor konsentrasi wilayah
permukiman oleh Sumarsono (dalam Chaer dan Agustina, 2004)
disebutkan pula sebagai salah satu faktor yang dapat mendukung
kelestarian sebuah bahasa.

15

3.2 Saran
Adapun kiranya agar tugas akhir ini dapat dijadikan suatu referensi
bagi pembaca agar lebih memahami tentang pergeseran bahasa Indonesia
di Negeri Kita Sendiri.

DAFTAR RUJUKAN
Alwasilah, A.Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.
Nancy, Hornberger (Ed). 2006. Language Loyalty, Continuity and Change.
Toronto:
Multilingual Matters Ltd.

Anda mungkin juga menyukai