: Ny. S
Umur
: 19 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
:-
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Menikah
Suku Bangsa
: Jawa
Alamat
: Tanjungrejo-Karangsono, Wuluhan
Tanggal Pemeriksaan
: 30 Maret 2015
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dan heteroanamnesis dilakukan pada tanggal 30 Maret 2015 di Poli
Psikiatri RSD dr. Soebandi Jember.
KELUHAN UTAMA :
Pasien banyak bicara dan ngelantur
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
AUTOANAMNESIS
Autoanamnesis (Senin, 30 Maret 2015, Poli Psikiatri RSD Dr.Soebandi)
Pasien awalnya datang ke IGD RS dr. Subandi Jember kemudian diantar ke
poli psikiatri dengan menggunakan kursi roda. Pasien datang diantar oleh ayah dan
tetangganya. Pasien memakai jaket, kaos, celana jens, dan kerudung yang sudah
dilepas. Pakaian pasien tampak kurang rapi namun sesuai dengan usia. Saat melihat
pemeriksa pasien berkata Aku tidak mau disuntik. Awalnya pasien duduk namun
tidak bertahan lama dan setelah itu pasien berjalan mondar mandir kemudian pasien
menyanyi, mengaji dengan suara yang lantang. Pasien juga menari di atas kasur.
Sepedanya
dititipin di kol. Kol. Mbak tidak mau makan kolak?. Kemudian pasien kembali
menyanyi, menari, dan enggan untuk menjawab pertanyaan lagi.
HETEROANAMNESIS
Heteroanamnesis (Ayah pasien, Senin 30 Maret 2015, Poli Psikiatri RSD
Dr.Soebandi)
Ayah pasien mengaku bahwa anaknya mulai berbicara banyak dan ngelantur
sejak 2 bulan yang lalu. Sekitar 1 tahun yang lalu, pada bulan Februari 2014 kira-kira
2 bulan sebelum UNAS SMA pasien meminta kepada ayahnya untuk dibelikan laptop.
Awalnya pasien pernah meminjam laptop temannya untuk mengerjakan tugas,
kemudian ketika mengembalikan laptop tersebut pasien mendapat ejekan temannya
agar pasien membeli laptop sendiri. Selama di sekolah pasien merasa malu dan
minder karena tidak mempunyai laptop. Namun permintaan pasien tidak dapat dituruti
oleh ayahnya dengan alasan keterbatasan ekonomi. Ayah pasien bekerja sebagai
wiraswasta dengan pekerjaan sehari-hari megandalkan mesin giling padi dengan
penghasilan yang tidak menentu tiap bulannya berkisar 600.000-800.000 sedangkan
ibu pasien tidak bekerja. Ayah pasien mengatakan bahwa untuk kebutuhan sehari-hari
saja sulit apalagi untuk membeli laptop. Terkadang ayah pasien meminjam uang
kepada tetangga atau saudara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Setelah
permintaan pasien tidak dituruti, pasien sering membolos. Pasien beralasan membolos
karena menghindari ejekan dari teman-temannya. Guru pasien sempat datang ke
Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Jiwa
2
rumah untuk membujuk pasien agar bersekolah kembali, namun pasien tetap tidak
mau untuk bersekolah. Pasien keluar dari SMA dan tidak mengikuti ujian nasional.
Pasien merupakan siswi yang cukup pintar, rangking pasien masuk dalam 10 besar.
Tidak ada masalah dalam hal akademik.
Setelah keluar dari SMA, pasien tidak bekerja dan hanya membantu pekerjaan
ibunya di rumah. Semenjak SMA pasien mempunyai pacar. Namun kedua orang
tuanya tidak menyetujui dengan alasan pacar pasien pengangguran. Kemudian pasien
dikenalkan oleh ayahnya dengan seorang lelaki. Pasien kemudian jatuh cinta pada
lelaki tersebut dan memutus pacarnya yang terdahulu. Pasien kemudian berencana
menikah karena menurutnya lelaki tersebut berparas tampan dan sudah mempunyai
pekerjaan. Menurut pasien dengan menikah pasien dapat mengurangi beban keuangan
keluarga.
Sekitar 3 bulan sebelum pernikahan, mantan pasien sering membuntuti pasien.
Ketika pasien sedang naik sepeda motor tiba-tiba mantan pasien berada di belakang.
Pasien merasa ketakutan. Kemudian sekitar 2 minggu sebelum pernikahan, Ayah
pasien menemukan sms mantan pasien di handphone pasien. Ternyata, mantan pasien
sering menghubungi pasien dan mengajaknya untuk berpacaran kembali. Namun
pasien menolaknya dan kemudian mantan pasien mengancamnya untuk bunuh diri
jika pasien tidak mau menikah dengan dirinya. Semenjak kejadian tersebut pasien
hanya diam, mengurung diri di kamar, dan tidak mau berinteraksi dengan sekitarnya.
Pasien mau makan namun jarang tidur. Pasien sudah tidak mau bercerita tentang
masalah yang dihadapinya. Saat pernikahan pasien mulai berubah. Ketika berada di
pelaminan, pasien senyum-senyum sendiri.
Setelah menikah, pasien mulai banyak bicara ngelantur. Terkadang pasien juga
berbicara sendiri dan tertawa sendiri. Pasien juga sering menyanyi dan menari. Pasien
juga marah ketika permintannya tidak dituruti. Saat marah pasien membanting barang
di rumahnya, merusak pintu rumah namun tidak pernah melukai dirinya sendiri atau
keluarganya. Keluhan pasien semakin memberat sejak suami meninggalkan pasien.
Sekitar 1 bulan yang lalu, suami pasien pergi ke luar kota dengan alasan untuk bekerja
sebagai buruh pabrik di banyuwangi. Suami pasien kaget ketika melihat keadaan
pasien yang sering menyanyi dan menari. Sampai sekarang suami pasien tidak pernah
menghubungi pasien atau kembali lagi ke rumah.
Pasien juga terlihat mondar mandir. Pasien tidak bisa diam. Saat bangun tidur,
pasien sering pergi keluar rumah tanpa tahu kemana. Pasien sering kali terlihat jalanjalan keliling desa dan beberapa kali main ke rumah tetangganya. Saat terbangun di
malam hari sekitar jam 2 pagi pasien pernah keluar rumah. Ayah pasien sangat
khawatir dan mencari pasien agar pasien pulang ke rumah. Tetangga pasien sering
membantu kedua orang tuanya untuk mengantarkan pasien kembali ke rumahnya.
Saat malam hari, pasien diikat di kasur dan dikunci didalam kamar tidurnya karena
ayah pasien khawatir pasien keluar rumah lagi dan menghilang.
Terkadang pasien juga melihat bayangan hitam yang mengganggu. Pasien
tidah pernah mendengar suara-suara bisikan, namun pasien juga pernah merasa seperti
dikejar-kejar oleh anjing walaupun pasien tidak melihat maupun mendengar anjing
tersebut. Keluhan ini muncul pada saat awal pasien mulai berubah. Namun, sejak 2
minggu ini keluhan tersebut jarang timbul lagi.
Pasien merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ketiga adik pasien
berjenis kelamin laki-laki. Adik pertama kelas 3 SD, adik kedua TK serta adik ketiga
berusia 3,5 tahun. Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan ketiga adiknya.
Menurut ayah pasien, tidak ada permasalahan dalam keluarga. Hubungan pasien
dengan anggota keluarga terjalin dengan baik. Semenjak sakit keluarga memberikan
perhatian kepada pasien. Adik-adik pasien tidak pernah mengganggu pasien. Pasien
makan dan mandi secara teratur, namun pasien sulit untuk tidur. Ayah pasien
mengatakan bahwa sebelumnya sifat anaknya memang pendiam dan tidak terbuka.
Pasien tidak suka cerita jika ada masalah pada dirinya. Pasien sering bermain-main
dengan tetangga sebayanya, tidak ada permasalahan dengan tetangga sekitar.
Autoanamnesis (Selasa 07 April 2015, Poli Psikiatri RSD Dr.Soebandi)
Pasien datang diantar oleh ayahnya memakai jaket, kaos, celana jens dan
tampak kurang rapi namun sesuai umur. Saat memasuki ruangan, pasien langsung
duduk di kursi pasien dan bersalaman dengan pemeriksa. Kemudian pasien
mengambil buku-buku yang ada di atas meja, membuka halaman tertentu lalu
membaca buku tersebut dengan suara yang lantang. Pasien membaca buku itu satu
persatu dan setelah selesai pasien menumpuk buku tersebut. Pasien kemudian berkata
Bukunya saya ambil ya, saya bawa pulang buat dibaca di rumah.
Ketika ditanya nama dan alamat, pasien menjawab dengan benar tanpa
kesulitan. Ketika ditanya berapa usia pasien? Pasien menjawab Saya lahir tahun
1996 mba, berarti umur saya 19 tahun ya. Tapi belum 19 tahun, ulang tahun saya
masih bulan September. Saat melihat notebook yang ada diatas meja pasien
menunjuknya dan meminta kepada ayahnya untuk dibelikan notebook. Pemeriksa
kembali bertanya kepada pasien apa yang dikeluhkan, mbak? pasien menjawab
Saya tidak sakit mba, saya saja heran kenapa saya dibawa ke Rumah Sakit. Padahal
saya tidak sakit apa-apa. Lebih enak saya jalan-jalan ke watu ulo, deket rumah saya.
Ketika pasien ditanya apakah pasien masih bersekolah? Pasien menjawab enggak ,
saya sudah enggak sekolah mba. Saya sudah menikah. Mba, itu di sebelah sana ada
indomaret ya, kalau indomaret jadi gunung bisa engga ya mba?. Ketika pasien
ditanya kemana suaminya mba? Pasien menjawab suami tidak ada, pergi. Saat
melihat jas pemeriksa, pasien menunjuk jas dan bertanya mba, itu jas dokter ya?
Saya tidak mau jadi dokter. Saya mau jadi penyanyi. Rhoma Irama itu pernah usir Inul
tapi gara-gara indosiar Inul itu masih syuting di TV. Coba saya yang punya indosiar,
saya tidak mau inul masuk TV.
Pasien juga bercerita bahwa selama di bangku SMA teman-teman pasien
sering menyuruhnya untuk menjadi seorang penyanyi dan presiden. Saat ditanya
apakah pasien ingin juga menjadi seorang presiden, pasien menjawab Ya, saya juga
mau jadi presiden.
Selama pemeriksaan, pasien tidak berhenti bicara dan walaupun tanpa ditanya
pasien tetap terus bercerita. Pasien tidak bisa diam, misalnya di sela-sela pemeriksaan
ketika melihat korden, pasien langsung berlari ke arah korden dan berkata bahwa kain
korden ini mirip dengan kalung pasien. Selain itu pasien juga menyanyi dan menari
karena pasien mengaku ingin menjadi seorang penyanyi. Pasien juga beberapa kali
meminta kepada pemeriksa untuk diberikan kaca agar bisa dandan dan meminta
kepada bapaknya agar dibelikan vitamin untuk mengobati jerawatnya agar pasien
terlihat cantik sehingga pasien dapat menikah kembali. Pasien terlihat meniru apa
yang dilakukan oleh orang lain. Ketika pasien bertemu dengan seorang wanita yang
bercadar, pasien menirukan penampilan orang tersebut dan pasien akhirnya
menggunakan cadar. Saat pasien juga melihat pemeriksa yang berhijab, pasien juga
secara spontan berkerudung dan mengadakan tutorial hijab.
: SMP
Status
: Menikah
Faktor premorbid
Faktor pencetus
Faktor organic
(-)
Faktor psikososial
: Compos Mentis
Tensi
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 37o C
Pemeriksaan Fisik
Laporan Kasus Ilmu Kesehatan Jiwa
7
sekolahnya
: S1S2 tunggal
Pulmo
Abdomen
Ekstremitas
Kontak
Kesadaran
: kualitatif
kuantitatif
Afek
: depresi
Emosi
: euforia
: berubah (psikotik)
: GCS 4-5-6
Proses/Berpikir:
Bentuk : non realistik
Arus
Isi
Persepsi
Intelegensia
Kemauan
: menurun
Psikomotor
: meningkat, ekhopraxia
Tilikan
V. DIAGNOSIS BANDING
F 20.1 Skizofrenia Hebefrenik
F 20.0 Skizofrenia Paranoid
F 20.2 Skizofrenia Katatonik
Aksis I
Aksis II
VII. TERAPI
Farmakoterapi
Injeksi
: Diazepam 1 ampul
Lodomer 1 ampul
CPZ 1 ampul
Per oral
VIII. Edukasi
Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang sakit yang dialami pasien supaya
keluarga pasien dapat memahami, menerima keadaan pasien, dan tetap memberikan
dukungan, perhatian penuh serta kasih sayang kepada pasien dan Melatih kemandirian
pasien agar dapat kembali melakukan fungsinya di masyarakat dan memperhatikan
pergaulan sehari-harinya.
Meminta keluarga pasien supaya memperhatikan kepatuhan pemberian obat dan
membawa pasien kontrol tepat waktu. Jika pengobatan dilakukan secara dini, tepat,
adekuat dan disertai keteraturan pasien untuk minum obat maka prognosis penyakit
yang diderita pasien semakin baik. Pengobatan yang konsisten, ditangani oleh dokter
yang sama. Buat jadwal regular dengan interval waktu kedatangan yang memadai
IX. PROGNOSIS
Dubia ad malam, karena:
: buruk
Usia (muda)
: buruk
Onset (akut)
: baik
: buruk
Premorbid (pendiam)
: buruk
: baik
: baik
Perhatian keluarga
: baik
Ekonomi (kurang)
: buruk