Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung; merupakan suatu keluhan atau
tanda, bukan penyakit. Perdarahan yang terjadi di hidung adalah akibat kelainan
setempat atau penyakit umum. Penting sekali mencari asal perdarahan dan
menghentikannya, di samping perlu juga menemukan dan mengobati sebabnya.
Epistaksis sering ditemukan sehari-hari dan mungkin hampir 90% dapat berhenti dengan
sendirinya (spontan) atau dengan tindakan sederhana yang dilakukan oleh pasien sendiri
dengan jalan menekan hidungnya.
Epistaksis berat, walaupun jarang dijumpai, dapat mengancam keselamatan
jiwa pasien, bahkan dapat berakibat fatal, bila tidak segera ditolong. Pada umumnya
terdapat dua sumber perdarahan yaitu dari bagian anterior dan bagian posterior.
Epistaksis anterior dapat berasal dari Pleksus Kiesselbach atau dari arteri ethmoidalis
anterior. Sedangkan epistakasis posterior dapat berasal dari arteri sphenopalatina dan
arteri ethmoid posterior. Epistaksis biasanya terjadi tiba-tiba. Perdarahan mungkin
banyak, bisa juga sedikit. Penderita selalu ketakutan sehingga merasa perlu memanggil
dokter.Sebagian besar darah keluar atau dimuntahkan kembali.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah penulis ingin mengetahui
bagaimana penatalaksanaan farmakologi pada epistaksis?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini untuk mengetahui penatalaksanaan farmakologi
pada epistaksis.

BAB 2
PEMBAHASAN

A. Epistaksis
1. Definisi
Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga
hidung atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari
suatu kelainan yang hampir 90 % dapat berhenti sendiri(1,3). Perdarahan dari
hidung dapat merupakan gejala yang sangat mengganggu dan dapat mengancam
nyawa.
Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung yang penyebabnya bisa lokal atau
sistemik. Perdarahan bisa ringan sampai serius dan bila tidak segera ditolong dapat
berakibat fatal.

2. Etiologi
Seringkali epistaksis timbul spontan tanpa dapat diketahui penyebabnya,
kadang-kadang jelas disebabkan oleh kelainan local pada hidung atau kelainan
sistemik. Kelainan local misalnya trauma, kelainan anatomi, kelainan pembuluh
darah, infeksi local, benda asing, tumor, pengaruh udara lingkungan. Kelainan
sistemik seperti penyakit kardiovaskuler, kelainan darah, infeksi sistemik,
perubahan tekanan atmosfir, kelainan hormonal dan kelainan congenital.
1. Trauma

Perdarahan dapat terjadi karena trauma ringan misalnya mengorek hidung,


benturan ringan, bersin atau mengeluarkan ingus terlalu keras, atau sebagai akibat
trauma yang lebih hebat seperti terkena pukul, jatuh atau kecelakaan lalulintas.
Selain itu juga bisa terjadi akibat adanya benda asing tajam atau trauma
pembedahan.
Epistaksis sering juga terjadi karena adanya spina septum yang tajam.
Perdarahan dapat terjadi di tempat spina itu sendiri atau pada mukosa konka yang
berhadapan bila konka itu sedang mengalami pembengkakan.
2. Kelainan pembuluh darah (local)
Sering congenital, pembuluh darah lebih lebar, tipis, jaringan ikat dan selselnya lebih tipis.
3. Infeksi local
Epistaksis bisa terjadi pada infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rhinitis
atau sinusitis. Bisa juga pada infeksi spesifik seperti rhinitis jamur, tuberculosis,
lupus, sifilis dan lepra.
4. Tumor
Epistaksis dapat timbul pada hemangioma dan karsinoma. Yang lebih sering
terjadi pada angiofibroma, dapat menyebabkan epistaksis berat.
5. Penyakit kardiovaskular
Hipertensi atau kelainan pembuluh darah seperti yang terjadi pada
arteriosklerosis, nefritis kronik, sirosis hepatis, atau diabetes mellitus dapat
menyebabkan epistaksis. Epistaksis yang terjadi pada penyakit hipertensi seringkali
hebat dan berakibat fatal.
6. Kelainan darah
Kelainan darah penyebab epistaksis antara lain leukemia, trombositopenia,
bermacam-macam anemia serta hemophilia.

7. Kelainan congenital
Kelainan

congenital

yang

sering

menyebabkan

epistaksis

ialah

telengiektasis hemoragik herediter (Hereditary Hemorrhagic Telengiectasis OslerRendu-Weber disease). Juga sering terjadi pada Von Willenbrand disease.
8. Infeksi sistemik
Yang sering menyebabkan epistaksis ialah demam berdarah, demam tifoid,
influenza, dan morbili juga dapat disertai epistaksis.
9. Perubahan udara atau tekanan atmosfir
Epistaksis ringan sering terjadi bila seseorang berada di tempat yang
cuacanya sangat dingin atau kering. Hal serupa juga bisa disebabkan adanya zat-zat
kimia ditempat industry yang menyebabkan keringnya mukosa hidung.
10. Gangguan hormonal
Epistaksis juga dapat terjadi pada wanita hamil atau menopause karena
pengaruh perubahan hormon.

3. Tanda dan Gejala


1. Perdarahan dari hidung, gejala yang lain sesuai dengan etiologi yang
bersangkutan. Epitaksis berat, walaupun jarang merupakan kegawat daruratan
yang dapat mengancam keselamatan jiwa pasien, bahkan dapat berakibat fatal
jika tidak cepat ditolong.Sumber perdarahan dapat berasal dari depan hidung
maupun belakang hidung.
2. Epitaksis anterior (depan) dapat berasal dari pleksus kiesselbach atau dari a.
etmoid anterior. Pleksus kieselbach ini sering menjadi sumber epitaksis
terutama pada anak-anak dan biasanya dapat sembuh sendiri.

3. Epitaksis posterior (belakang) dapat berasal dari a. sfenopalatina dan a. etmoid


posterior.Perdarahan biasanya hebat dan jarang berhenti sendiri.Sering
ditemukan pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan
penyakit jantung.Pemeriksaan yang diperlukan adalah darah lengkap dan
fungsi hemostasis

4. Klasifikasi
Sumber perdarahan berasal dari bagian anterior atau posterior rongga hidung.
a.

Epistaksis Anterior (Mimisan Depan)


Jika yang luka adalah pembuluh darah pada rongga hidung bagian depan, maka

disebut 'mimisan depan' (=epistaksis anterior). Lebih dari 90% mimisan merupakan
mimisan jenis ini. Mimisan depan lebih sering mengenai anak-anak, karena pada
usia ini selapun lendir dan pembuluh darah hidung belum terlalu kuat.
Mimisan depan biasanya ditandai dengan keluarnya darah lewat lubang hidung,
baik melalui satu maupun kedua lubang hidung. Jarang sekali perdarahan keluar
lewat belakang menuju ke tenggorokan, kecuali jika korban dalam posisi telentang
atau tengadah.
Pada pemeriksaan hidung, dapat dijumpai lokasi sumber pedarahan. Biasanya di
sekat hidung, tetapi kadang-kadang juga di dinding samping rongga hidung.
Mimisan depan akibat :
Mengorek-ngorek hidung
Terlalu lama menghirup udara kering, misalnya pada ketinggian atau
Ruangan berAC
Terlalu lama terpapar sinar matahari
Pilek atau sinusitis

Membuang ingus terlalu kuat


Biasanya relatif tidak berbahaya.
Perdarahan yang timbul ringan dan dapat berhenti sendiri dalam 3 - 5 menit,
walaupun kadang-kadang perlu tindakan seperti memencet dan mengompres hidung
dengan air dingin.
Beberapa langkah untuk mengatasi mimisan depan:
1) Penderita duduk di kursi atau berdiri, kepala ditundukkan sedikit ke depan.
Pada posisi duduk atau berdiri, hidung yang berdarah lebih tinggi dari jantung.
Tindakan ini bermanfaat untuk mengurangi laju perdarahan. Kepala ditundukkan ke
depan agar darah mengalir lewat lubang hidung, tidak jatuh ke tenggorokan, yang
jika masuk ke lambung menimbulkan mual dan muntah, dan jika masuk ke paruparu dapat menimbulkan gagal napas dan kematian.
2) Tekan seluruh cuping hidung, tepat di atas lubang hidung dan dibawah tulang
hidung.
Pertahankan tindakan ini selama 10 menit. Usahakan jangan berhenti menekan
sampai masa 10 menit terlewati. Penderita diminta untuk bernapas lewat mulut.
3) Beri kompres dingin di daerah sekitar hidung.
Kompres dingin membantu mengerutkan pembuluh darah, sehingga
perdarahan berkurang.
4) Setelah mimisan berhenti, tidak boleh mengorek-ngorek hidung dan
menghembuskan napas lewat hidung terlalu kuat sedikitnya dalam 3 jam.
5) Jika penanganan pertama di atas tidak berhasil, korban sebaiknya dibawa
ke rumah sakit, karena mungkin dibutuhkan pemasangan tampon (kasa yang
digulung) ke dalam rongga hidung atau tindakan kauterisasi. Selama dalam
perjalanan, penderita sebaiknya tetap duduk dengan posisi tunduk sedikit kedepan.

b. Epistaksis Posterior (Mimisan Belakang)


Mimisan belakang (epistaksis posterior) terjadi akibat perlukaan pada
pembuluh darah rongga hidung bagian belakang. Mimisan belakang jarang terjadi,
tapi relatif lebih berbahaya. Mimisan belakang kebanyakan mengenai orang dewasa,
walaupun tidak menutup kemungkinan juga mengenai anak-anak.
Perdarahan pada mimisan belakang biasanya lebih hebat sebab yang
mengalami perlukaan adalah pembuluh darah yang cukup besar.
Karena terletak di belakang, darah cenderung jatuh ke tenggorokan
kemudian tertelan masuk ke lambung, sehingga menimbulkan mual dan muntah
berisi darah. Pada beberapa kasus, darah sama sekali tidak ada yang keluar melalui
lubang hidung.
Beberapa penyebab mimisan belakang :
Hipertensi
Demam berdarah
Tumor ganas hidung atau nasofaring
Penyakit darah seperti leukemia, hemofilia, thalasemia dll.
Kekurangan vitamin C dan K.
Dan lain-lain
Perdarahan pada mimisan belakang lebih sulit diatasi. Oleh karena itu,
penderita harus segera dibawa ke puskesmas atau RS.
Biasanya petugas medis melakukan pemasangan tampon belakang.
Caranya, kateter dimasukkan lewat lubang hidung tembus rongga belakang mulut
(faring), kemudian ditarik keluar melalui mulut. Pada ujung yang keluar melalui
mulut ini dipasang kasa dan balon. Ujung kateter satunya yang ada di lubang hidung

ditarik, maka kasa dan balon ikut tertarik dan menyumbat rongga hidung bagian
belakang. Dengan demikian diharapkan perdarahan berhenti.
Jika tindakan ini gagal, petugas medis mungkin akan melakukan
kauterisasi. Langkah lain yang mungkin dipertimbangkan adalah operasi untuk
mencari pembuluh darah yang menyebabkan perdarahan, kemudian mengikatnya.
Tindakan ini dinamakan ligasi.

5. Penatalaksanaan
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu :
1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah komplikasi
3. Mencegah berulangnya epistaksis
a. Terapi simptomatis umum
- Tenangkan penderita, jika penderita khawatir perdarahan akan
bertambah hebat, sumbat hidung dengan kapas dan cuping hidung
-

dijepit sekitar 10 menit.


Penderita sebaiknya duduk tegar agar tekanan vaskuler berkurang dan
mudah membatukkan darah dari tenggorokan, menggunakan apron
plastik serta memegang suatu wadah berbentuk ginjal untuk

melindungi pemakainya.
- Kompres dingin pada daerah tengkuk leher dan juga pangkal hidung.
- Turunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
- Hentikan pemakaian antikoagulan.
- Pemberian cairan pada perdarahan hebat, dan keadaan pasien lemah.
b. Terapi lokal
- Buang gumpalan darah dari hidung dan tekukkan lokasi perdarahan.
- Pasang tampon anterior yang telah dibasahi dengan adenalin dan
lidokain atau pantokain untuk menghentikan perdarahan dan
-

mengurangi rasa nyeri.


Cara yang paling baik untuk mengontrol epistaksis anterior (setelah
dekongesti dan kokainisasi) dengan suntikan 2 ml lidokain 1% di regio
foramen incisivum pada dasar hidung. Pengontrolan perdarahan
anterior dengan cara ini dapat menghindari masalah perforasi septum,
karena elektrokautersasi diberikan ke tulang dasar hidung dan bukan
pada septum.

Bila dengan cara tersebut perdarahan masih terus berlangsung, maka


diperlukan pemasangan tampon anterior yang telah diberi vaselin atau
salep antibiotika agar tidak melekat sehingga tidak terjadi perdarahan
ulang saat tampon dilepaskan. Tampon dibuat dari lembaran kasa steril
bervaselin, berukuran 72x1/2 inci, dimasukkan melalui lubang hidung
depan, dipasang secara berlapis mulai dari dasar sampai puncak rongga
hidung dan harus menekan sumber perdarahan. Tampon dipasang
selama 1-2 hari, sebagian dokter juga melapisi tampon dengan salep

antibiotik untuk mengurangi bakteri dan pembentukan bau.


Dapat juga digunakan intrasanal yang dirancang untuk menekan regio
septum anterior atau daerah etmoidalis. Cara ini lebih mudah diterima

pasien karena lebih nyaman.


c. Medika mentosa
- Pada pasien yang dipasang tampon anterior, berikan antibiotik
-

profilaksis.
Vasokontriktor topikal : oxymetazoline 0,05%.
Menstimulasi reseptor alfa-adrenergik

sehingga

terjadi

vasokonstriksi.
Dosis : 2-3 spray pada lubang hidung setiap 12 jam.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Hati-hati pada hipertiroid, penyakit jantung iskemik. DM,

meningkatkan tekanan intraokular.


Anestesi lokal : lidokain 4%
Digunakan bersamaan dengan oxymetazole
Menginhibisi depolarisasi, membloktransmisi impuls saraf
Kontraindikasi : hipersensitivitas.
Salep antibiotik : mopirocin 2% (bactroban nasal)
Menghambat pertumbuhan bakteri
Dosis : 0,5 g pada setiap lubang hidung selama 5 hari
Kontraindikasi : hipersensitivitas, kulit yang terluka
Intervensi radiologi, angiofragi dengan embolisasi percabangan arteri
karotis intema. Hal ini dilakukan jika epistaktis tidak dapat dihentikan

dengan tampon.
Pembedahan
Ligasi arteri
Ligasi arteri etmoid anterior dilakukan bila dengan tampon anterior
perdarahan masih terus berllangsung. Ligasi dilakukan dengan
membuat sayatan mulai dari bagian medial alis mata, lalu melengkung
kebawah melalui pertengahan antara pangkal hidung dan daerah kantus

media. Insisi langsung diteruskan ketulang dimana periosteum diangkat


dengan hari-hari dan periorbita dilepaskan., lalu bola mata ditarik ke
lateral, arteri etmoid anterior merupakan cabang arteri optalmika
terletak pada suturafrontomaksilolaksimal. Pembuluh ini dijepit dengan
-

suatu klip hemostatik, atau suatu ligasi tunggal.


Septal dermatoplastypada pasien osler-weber-rendu-syndrome mukosa

septum diambil dan kartilago diganti denga skin graft.


Cegah perdarahan ulang dengan menggunakan nasal spray, salep

bactrobann nasal
Berikan antibiotika oral dan topikal untuk mencegah rinosinusitis.
Hindari aspirin dan NSAID lainnya.
Kontrol masalah medis lainnya, seperti hipertensi, defesiensi vitamin k

melalui konsultasi dengan ahli spesialis lainnya


Edukasi pasien :
Hindari cuaca yang panas dan kering
Hindari makanan yang pedas dan panas
Bernapas dengan mulut terbuka.

1. CHROME
Carbazochrome Na Sulfonate - Injeksi 5mg/ml, tablet 10mg
Farmakologi
Carbazochrome sodium sulfonate menghambat peningkatan permeabilitas
kapiler dan memperkuat resistensi kapiler. Carbazochrome sodium sulfonate
bekerja dengan memperpendek waktu perdarahan (hemostatik), tetapi tidak
mempunyai efek pada koagulasi darah atau sistem fibrinolitik.
Farmakokinetik
Injeksi:
Setelah pemberian 25 mg/kg carbazochrome sodium sulfonate pada strain ddY
tikus secara intravena, senyawa ini didistribusi ke seluruh tubuh kecuali sistem
saraf pusat, dan konsentrasinya mencapai puncak segera setelah pemberian (1030 menit setelah pemberian secara intramuskular) dan menurun dalam waktu

yang singkat. Senyawa ini diekskresi kira-kira 63% di urine dalam 1 jam, dan
kira-kira 91% di urine dan kira-kira 5 % di feses dalam 24 jam.
Tablet:
Setelah pemberian secara oral 25 mg/kg carbazochrome sodium sulfonate, kirakira 20% dan 45% diabsorpsi dalam 2 dan 6 jam berturut-turut pada strain ddY
tikus. Distribusi ke dalam setiap jaringan mencapai puncaknya 2-4 jam
kemudian. Jumlah senyawa ini ditemukan dua kali lipat di dalam urine
dibandingkan di dalam feses dan lebih dari 90% dosis yang diberikan,
diekskresi dalam 48 jam.
Indikasi
Kecenderungan terjadi perdarahan (purpura, dll) yang disebabkan oleh
penurunan resistensi kapiler
dan peningkatan permeabilitas kapiler.
Perdarahan pada kulit, membran mukosa dan membran bagian dalam,
perdarahan pada eyeground,
perdarahan nefrotik, dan metroragia.
Perdarahan abnormal selama dan setelah operasi yang disebabkan
penurunan resistensi kapiler.
Kontraindikasi
Pasien yang diketahui hipersensitif terhadap obat ini.
Dosis dan cara pemberian
Injeksi:
Biasanya diberikan 25-100 mg carbazochrome sodium sulfonate (dosis tunggal
pada dewasa) secara intravena atau intravena melalui drip. Dosis dapat
dinaikkan atau diturunkan tergantung pada umur dan gejalanya.
Tablet:
Dosis harian yang lazim pada dewasa adaah 30-90 mg, diberikan secara oral
dalam dosis terbagi 3. Dosis dapat dinaikkan atau diturunkan tergantung pada
umur dan gejalanya.

Peringatan dan perhatian


Penggunaan pada usia lanjut.
Karena penurunan fungsi fisiologis umumnya telah diamati pada pasien usia
lanjut, dibutuhkan
perhatian seperti penurunan dosis.
Efek pada tes laboratorium.
Metabolit carbazochrome sodium sulfonate dapat menyebabkan hasil positif
pada tes urobilinogen urine.
Metabolit carbazochrome sodium sulfonate juga dapat menimbulkan
perubahan warna kuning-orange pada urin.
Produk injeksi yang terpapar cahaya langsung atau disimpan di tempat yang
panas dalam waktu yang lama
dapat mengalami perubahan warna menjadi coklat. Produk tersebut jangan
digunakan.
Efek samping
Hipersensitif: bila timbul hipersensitif seperti erupsi, ruam, dan pruritus,
pemberian dihentikan.
Sistem saluran cerna: kadang-kadang dapat terjadi kehilangan nafsu makan
dan perasaan tidak menyenangkan
pada perut, mual dan muntah setelah pemberian oral.

2. KALNEX
Komposisi: Tranexamic acid

Bentuk Sediaan:
Kapsul 250 mg, tablet 500 mg, injeksi 50 mg dan 100 mg.

Farmakologi:
Antifibrinolitik yang secara kompetitif menghambat aktivasi plasminogen
menjadi plasmin, dengan berikatan dengan bagian-bagian spesifik dari
plasminogen dan plasmin. Absorpsi dalam saluran cerna tidak dipengaruhi
makanan, bioavailabilitas : 34%, ikatan protein plasma 3%, distribusi luas ke
SSP, cairan sinovial, semen ginjal, kelenjar prostat

Indikasi:
Untuk fibrinolisis lokal seperti epistaksis, prostatektomi, konisasi serviks,
edema angioneurotik herediter, pendarahan abnormal sesudah operasi,
pendarahan sesudah operasi gigi pada penderita hemofilia.

Dosis:
KALNEX 250 mg kapsul :
- Dosis lazim secara oral untuk dewasa : sehari 3 - 4 kali, 1 - 2 kapsul.
KALNEX 500 mg tablet :
- Dosis lazim secara oral untuk dewasa : sehari 3 - 4 kali, 1 tablet.
KALNEX 50 mg injeksi :
- Sehari 1 - 2 ampul (5 - 10 mL) disuntikkan secara intravena atau
intramuskular, dibagi dalam 1 - 2 dosis. Pada waktu atau setelah operasi,
bila diperlukan dapat diberikan sebanyak 2 -10 ampul (10 - 50 mL) dengan
cara infus intravena.

KALNEX 100 mg injeksi :


- 2,5 - 5 mL per hari disuntikkan secara intravena atau intramuskular, dibagi
dalam 1 - 2 dosis pada waktu atau sesudah operasi, bila perlu, 5 - 25 mL
diberikan dengan cara infus intravena.
Dosis KALNEX harus disesuaikan dengan keadaan pasien masingmasing sesuai dengan umur atau kondisi klinisnya.

Kontraindikasi:
Gangguan fungsi ginjal berat, hematuria, risiko tinggi trombosis

Peringatan dan Perhatian:


- Bila diberikan secara intravena, dianjurkan untuk menyuntikkannya
perlahan-lahan seperti halnya pemberian/penyuntikan dengan sediaan
kalsium (10 mL/1-2 menit).
- Hati-hati digunakan pada penderita insufisiensi ginjal karena risiko
akumulasi.
- Pedoman untuk pasien/penderita insufisiensi ginjal berat :
Pasien dengan kreatinin serum 120 - 250 mol/L: dosis 15 mg/kg
BB dengan pemberian harian adalah 2x sehari.
Pasien dengan kreatinin serum 250 - 500 mol/L: dosis 15 mg/kg
BB

dengan pemberian harian adalah setiap 24 jam sekali.


Pasien dengan kratinin serum lebih dari 500 mol/L: dosis 7,5

mg/kg BB dengan pemberian harian adalah setiap 24 jam sekali.

Efek Samping:
Gangguan-gangguan gastrointestinal, mual, muntah-muntah, anoreksia,
pusing, eksantema dan sakit kepala dapat timbul pada pemberian secara
oral. Gejala-gejala ini menghilang dengan pengurangan dosis atau
penghentian

pengobatannya.

Injeksi

intravena

yang

cepat

dapat

menyebabkan pusing dan hipotensi.

3. Asam Traneksamat
Sediaan:
-

Kapsul 250 mg

Tablet 500 mg

Cara Kerja Obat:


Asam traneksamat merupakan inhibitor fibrinolitik sintetik bentuk trans
dari asam karboksilat sikloheksana aminometil. Secara invitro, asam
traneksamat 10 kali lebih poten dari asam aminokaproat. Asam traneksamat
merupakan competitive inhibitor dari aktivator plasminogen dan penghambat
plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen, fibrin dan
faktor pembekuan darah lain, oleh karena itu asam traneksamat dapat
digunakan untuk membantu mengatasi perdarahan akibat fibrinolisis yang
berlebihan.
Indikasi:
-

Fibrinolisis pada menoragia, epistaksis, traumatic hyphaemia,

neoplasma tertentu, komplikasi pada persalinan (obstetric complications)


dan berbagai prosedur operasi termasuk operasi kandung kemih,
prostatektomi atau konisasi serviks.
- Hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada angioedema
herediter.

Kontraindikasi :
-

Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat.

Penderita perdarahan subarakhnoid.

Penderita dengan riwayat tromboembolik.

Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular aktif.

Penderita buta warna.

Dosis:
-

Fibrinolisis lokal : angioneuritik edema herediter; 1 gram (oral) 2-3x


sehari.

Perdarahan abdominal setelah operasi : 1 gram 3 x sehari (injeksi IV


pelan-pelan) pada 3 hari pertama, dilanjutkan pemberian oral 1 gram
3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4 setelah operasi sampai tidak
tampak

hematuria

secara

makroskopis).

Untuk

mencegah

perdarahan ulang dapat diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama


7 hari.
-

Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia :


Sesaat sebelum operasi : 10 mg/kgBB (IV).
Setelah operasi : 25 mg/kgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8 hari.
(pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat
dilakukan terapi parenteral 10 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi 3-4
kali)

Peringatan dan Perhatian :


-

Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal


karena risiko akumulasi.

Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria.

Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.

Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi


trombosis.

Hati-hati pemberian pada anak-anak.

Efek Samping :
-

Gangguan pada saluran pencernaan (mual, muntah, diare) gejala ini


akan hilang bila dosis dikurangi.

Hipotensi jarang terjadi.

4. DANACHROME
Komposisi : Carbazochrome Na Sulfonate (10 mg)

Bentuk Sediaan : Kapsul dan Sirup

Farmakologi :
Carbazochrome Na Sulfonate bekerja pada pembuluh darah kapiler
dengan menekan peningkatan permiabilitas kapiler dan meningkatkan
kebutuhan tahanan pembuluh darah kapiler sehingga memperpendek
waktu perdarahan tanpa berpengaruh pada pembekuan darah dan sistem
fibrinolitik.

Indikasi :
Mencegah dan menghentikan perdarahan.

Dosis :

1-6 tab/hari /dosis terbagi

Kontraindikasi :
Hipersensitifitas

Peringatan :
1. Pada orang lansia mungkin diperlukan penyesuaian dosis
2. Metabolik carbazochrome dapat menyebabkan hasil positif pada tes
uribilinogen

Efek samping :
1. Saluran cerna : anoreksia, mual muntah,rasa tidak nyaman abdomen
2. Hipersensitifitas : rashruritis

5. ADONA
Komposisi : Carbazochrome Na Sulfate

Bentuk sediaan : Kapsul

Indikasi :

Kecenderungan terjadi perdarahan (purpura) karena

menurunnya resistensi kapiler. Perdarahan dari kulit, membran mukosa


dan internal, perdarahan sekitar mata, perdarahan nefrotik dan metroragia.
Perdarahan abnormal selama dan setelah pembedahan karena menurunnya
resistensi kapiler.

Dosis :
Dewasa : 30-90 mg/hari terbagi dalam 3 dosis atau 1 ampul (2 mL) SK/IM
dosis tunggal harian atau 1 ampul (5 mL) sampai 2 ampul (10 mL) secara
IV/IV drip. Dosis dapat ditingkatkan atau dikurangi, tergantung usia dan
beratnya gejala.

Pemberian obat : diberikan sebelum atau sesudah makan.

Efek samping :

kadang-kadang kehilangan nafsu makan, rasa tidak

nyaman pada lambung (oral), reaksi hipersensitivitas.

BAB 3
PENUTUP

Epistaksis atau perdarahan hidung sering ditemukan sehari-hari dan bukan


merupakan suatu penyakit, melainkan sebagai suatu kelainan.
Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab lokal dan sistemik. Sebab lokal
antara lain : idiopati, trauma, infeksi, hidung dan sinus pranasal, tumor,
pengaruh lingkungan, benda asing dan rinolit. Sebab sistemik yaitu penyakit
kardiovaskuler, kelainan darah, infeksi sistemik, gangguan endokrin, kelainan
kongental.
Pada epistaksis anterior, perdarahan berasal dari arteri sfenopalatina dan
arteri ethmoidalis posterio, sering terjadi pada pasien lansia yang menderita
hipertensi, arteriosclerosis, atau penyakit kardiovaskuler dan perdarahan
biasanya hebat dan jarang berhenti spontan.
Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis, yaitu menghentikan
perdarahan secara aktif seperti dengan cara kaustik dan pemasangan tampon,
mencegah komplikasi baik sebagai akibat usaha penanggulangan epistaksis dan
mencegah berulangnya epistaksis. Kalau ada syok, perbaiki dulu keadaan umum
pasien.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/29135/2/Bab_1.pdf
http://id.scribd.com/doc/51898938/Epistaksis-referat
http://publichealthnote.blogspot.com/2012/03/asam-traneksamat.html
http://ifanurain.blogspot.com/p/macam-macam-obat-analgetik.html
http//referensiartikelkedokteran.blogspot.com/2010/10/epistaksis-danpenatalakanaannya.html
www.dokterandrie.blogspot.com/2012/09/epistaksis-mimisan_7074.html

Anda mungkin juga menyukai

  • LP BBLR
    LP BBLR
    Dokumen30 halaman
    LP BBLR
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Document 1
    Document 1
    Dokumen2 halaman
    Document 1
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Laporan LOKMIN
    Laporan LOKMIN
    Dokumen25 halaman
    Laporan LOKMIN
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Epis
    Epis
    Dokumen14 halaman
    Epis
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Askep Dispepsia-1
    Askep Dispepsia-1
    Dokumen20 halaman
    Askep Dispepsia-1
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • REVISI
    REVISI
    Dokumen42 halaman
    REVISI
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • LP Mioma
    LP Mioma
    Dokumen18 halaman
    LP Mioma
    Ayig LastSeason
    Belum ada peringkat
  • Document 1
    Document 1
    Dokumen4 halaman
    Document 1
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Definisi Osteosarkoma
    Definisi Osteosarkoma
    Dokumen4 halaman
    Definisi Osteosarkoma
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Loka Karya Mini 1
    Loka Karya Mini 1
    Dokumen15 halaman
    Loka Karya Mini 1
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Laporan LOKMIN
    Laporan LOKMIN
    Dokumen25 halaman
    Laporan LOKMIN
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Askep KK
    Askep KK
    Dokumen5 halaman
    Askep KK
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Document 2
    Document 2
    Dokumen13 halaman
    Document 2
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Document 3
    Document 3
    Dokumen4 halaman
    Document 3
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • D. Pada Hidung: Bentuk-Bentuknya
    D. Pada Hidung: Bentuk-Bentuknya
    Dokumen1 halaman
    D. Pada Hidung: Bentuk-Bentuknya
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Maternitas
    Format Askep Maternitas
    Dokumen11 halaman
    Format Askep Maternitas
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Semprot Hidung
    Semprot Hidung
    Dokumen3 halaman
    Semprot Hidung
    desifebriyani
    Belum ada peringkat
  • Askep SOL
    Askep SOL
    Dokumen29 halaman
    Askep SOL
    Hendi Prayuda Widodo
    100% (1)
  • Perkembangan Anak Usia Sekolah Wul
    Perkembangan Anak Usia Sekolah Wul
    Dokumen1 halaman
    Perkembangan Anak Usia Sekolah Wul
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    desifebriyani
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Jiwa
    Format Askep Jiwa
    Dokumen10 halaman
    Format Askep Jiwa
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Keluarga
    Format Askep Keluarga
    Dokumen4 halaman
    Format Askep Keluarga
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Keluarga
    Format Askep Keluarga
    Dokumen4 halaman
    Format Askep Keluarga
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Gadar
    Format Askep Gadar
    Dokumen3 halaman
    Format Askep Gadar
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Dokumen6 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan
    desifebriyani
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Jiwa
    Format Askep Jiwa
    Dokumen10 halaman
    Format Askep Jiwa
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Daftar Kelompok Simulasi Review Pemeriksaan Fisik
    Daftar Kelompok Simulasi Review Pemeriksaan Fisik
    Dokumen2 halaman
    Daftar Kelompok Simulasi Review Pemeriksaan Fisik
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Format Askep Anak
    Format Askep Anak
    Dokumen11 halaman
    Format Askep Anak
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Sap Oma
    Sap Oma
    Dokumen5 halaman
    Sap Oma
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat
  • Pengobatan Oma
    Pengobatan Oma
    Dokumen6 halaman
    Pengobatan Oma
    desy08.nurikasari
    Belum ada peringkat