BAB II
KAJIAN TEORI
2.1.3
2.1.4.2 Batang
Habitus semak bertinggi 1,5 m ini memiliki batang berkayu segiempat dan berwarna
hijau, berbuku- buku, berambut, dan berduri kuat yang terdapat pada ketiak-ketiak
daun.
2.1.4.3 Daun
Daun tunggal, daun muda berambut, letak berhadapan, panjang tangkai daun 4 - 8
mm. Helai daun jorong sampai lanset atau bundar telur memanjang, ujung dan
pangkal meruncing menyempit sepanjang tangkai, tepi rata agak berombak, panjang
2 - 18 cm, lebar 2 - 6,5 cm, pertulangan menyirip dan warnanya hijau.
2.1.4.4 Bunga
Bunga tunggal, berhadapan, di ketiak daun, daun berbagi dua, panjang 1-2 cm,
kelopak 1,5 cm, benang sari dua, tangkai putik bentuk jarum, mahkota bertajuk
lima, bentuk elips memanjang, kuning.
2.1.4.5 Buah
Buah berbentuk kotak, bulat telur, pipih, ujung agak lancip, keras, hijau.
2.1.4.6 Biji
Biji berbentuk bulat telur, pipih, mengkilat seperti beludru, coklat.
2.1.5
2.1.6
orang-orang farmasi banyak menggunakan kedua bagian dari tumbuhan landep seperti
daun dan akar sebagai bahan baku obat tradisional dan modern.
Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian :
1. Rebusan daun landep dan daun kumis kucing yang diberikan pada tikus putih
menunjukkan kenaikan pengeluaran air kencing secara bermakna. Antara rebusan
daun landep konsenttasi 20%, 40%, dan rebusan daun kumis kucing konsentrasi 10%,
40% tidak menunjukkan perbedaan bermakna (Trifena Fenny Gowinda, Fak. Farmasi
Univ. Widya Mandala, 1992).
2. Lebih tinggi konsentrasi infus daun landep terhadap kelarutan batu ginjal kalsium dan
kalium secara in vitro, bahan yang terlarut semakin banyak, kecuali kalsium,
konsentrasi tertinggi 7,5% (Sudarmono, Fak. Farmasi UGM, 1990).
dipersembahkan kepada Ratu Isabella sebagai hasil temuannya di benua Amerika. Pada
tahun 1500-an, bangsa Portugis mulai memperdagangkan cabai ke Makao dan Goa,
kemudian masuk ke India, Cina, dan Thailand. Sekitar tahun 1513 kerajaan Turki
menduduki wilayah Portugis di Hormuz, teluk Persia. Saat Turki menduduki Hungaria,
cabai pun dibudidayakan di Hungaria.
Hingga sekarang belum ada data yang pasti mengenai kapan tanaman ini dibawa
masuk ke Indonesia. Menurut dugaan, kemungkinan komoditas cabe dibawa oleh
saudagar saudagar dari Persia ketika singgah di Aceh. Sumber lain menyebutkan bahwa
cabai masuk ke Indonesia dibawa oleh bangsa Portugis.
2.2.3 Nama Lain/Nama Lokal
Cabai dalam bahasa Inggris adalah Chili Pepper, dalam bahasa Piliphina disebut Siling
Haba, dan dalam bahasa China disebut la jiao. Cabai dikenal sebagai cabai solak dalam
bahasa Madura dan cabia dalam bahasa Sulawesi. Sedangkan oleh orang Jawa biasa
menyebut cabai sebagai Lombok. Orang Manggarai biasa menyebut cabai sebagai
nggurus.
2.2.4
2.2.4.2 Batang
Tanaman cabai merupakan tanaman perdu dengan batang tidak berkayu. Biasanya,
batang akan tumbuh sampai ketinggian tertentu, kemudian membentuk banyak
percabangan. Untuk jenis-jenis cabai rawit, panjang batang biasanya tidak melebihi
100 cm. Namun untuk jenis cabai besar, panjang batang (ketinggian) dapat mencapai
2 meter bahkan lebih. Batang tanaman cabai berwarna hijau, hijau tua, atau hijau
muda. Pada batang-batang yang telah tua (biasanya batang paling bawah), akan
muncul wama coklat seperti kayu. Ini merupakan kayu semu, yang diperoleh dari
pengerasan jaringan parenkim.
2.2.4.3 Daun
Daun tanaman cabai bervariasi menurut spesies dan varietasnya. Ada daun yang
berbentuk oval, lonjong, bahkan ada yang Ian- set. Warna permukaan daun bagian
atas biasanya hijau muda, hijau, hijau tua, bahkan hijau kebiruan. Sedangkan
permukaan daun pada bagian bawah umumnya berwarna hijau muda, hijau pucat atau
hijau. Permukaan daun cabai ada yang halus adapula yang berkerut-kerut. Ukuran
panjang daun cabai antara 3 11 cm, dengan lebar antara 1 5 cm.
2.2.4.4 Bunga
Bunga tanaman cabai juga bervariasi, namun memiliki bentuk yang sama, yaitu
berbentuk bintang. Ini menunjukkan tanaman cabai termasuk dalam sub kelas
Ateridae (berbunga bintang). Bunga biasanya tumbuh pada ketiak daun, dalam
keadaan tunggal atau bergerombol dalam tandan. Dalam satu tandan biasanya
terdapat 2 3 bunga saja. Mahkota bunga tanaman cabai warnanya bermacammacam, ada yang putih, putih kehijauan, dan ungu. Diameter bunga antara 5 20
mm. Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempuma, artinya dalam satu tanaman
terdapat bunga jantan dan bunga betina. Pemasakan bunga jantan dan bunga betina
dalam waktu yang sama (atau hampir sama), sehingga tanaman dapat melakukan
penyerbukan sendiri. Namun untuk mendapatkan hasil buah yang lebih baik,
penyerbukan silang lebih diutamakan. Karena itu, tanaman cabai yang ditanam di
lahan dalam jumlah yang banyak, hasilnya lebih baik dibandingkan tanaman cabai
yang ditanam sendirian. Pernyerbukan tanaman cabai biasanya dibantu angin atau
lebah. Kecepatan angin yang dibutuhkan untuk penyerbukan antara 10 20 km/jam
(angin sepoi-sepoi). Angin yang ter lalu kencang justru akan merusak tanaman.
Sedangkan penyerbukan yang dibantu oleh lebah dilakukan saat lebah tertarik
mendekati bunga tanaman cabai yang menarik penampilannya dan terdapat madu di
dalamnya.
2.2.4.5 Buah dan Biji
Buah cabai merupakan bagian tanaman cabai yang paling banyak dikenal dan
memiliki banyak variasi. Buah cabai terbagi dalam 11 tipe bentuk, yaitu serrano,
cubanelle, cayenne, pimento, anaheim chile, cherry, jalapeno, elongate bell, ancho,
banana, dan blocky bell. Hanya ada 10 tipe bentuk buah cabai, di mana tipe elongate
bell dan blocky bell dianggap sama.
2.2.5
kepala,
lemah
syahwat,
bronkitis,
dan
sesak
napas.
di Negara India, cabai telah diasukan ke dalam obat-obatan ayurvedik, dan digunakan
sebagai tonik untuk menangkal berbagai penyakit.
Rasanya yang pedas dan tajam aromatis sehingga cabe jamu banyak dibutuhkan sebagai
bahan pembuatan jamu tradisional dan obat pil/kapsul modern serta bahan campuran
minuman. Rasa pedas itu berasal dari senyawa piperin, dengan kandungan sekitar 4,6
persen.
Selain itu, terdapat kandungan zat Capsaicin dan Lasparaginase yang berfungsi
mengendalikan penyakit kanker. Kandungan vitamin C yang cukup tinggi pada cabai
dapat memenuhi kebutuhan harian setiap orang, namun harus dikonsumsi secukupnya
untuk menghindari nyeri lambung.
Cabai juga mengandung banyak senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Cabai
mengandung antioksidan yang berfungsi untuk menjaga tubuh dari serangan radikal
bebas. Kandungan terbesar antioksidan ini adalah terdapat pada cabai hijau.
Beberapa manfaat cabai di antaranya adalah:
1. Penghilang Rasa Sakit
Cabai merangsang pelepasan endorphin yang menimbulkan efek menghilangkan rasa
sakit. Karena itu cabai dapat mengurangi rasa sakit akibat herpes, rematik, diabetes
dan kejang otot di bahu.
2. Membantu Melegakan Pernapasan
Rasa pedas dan panas pada cabai bias merangsang sekresi (cairan dalam saluran
pernapasan) untuk membersihkan hidung yang tersumbat dan sinus. Konsumsi cabai
merah akan membersihkan lendir dari hidung dan paru-paru.
3. Baik Untuk Kesehatan Jantung
Cabai merah terbukti mampu menurunkan trigliserida dan kadar kolesterol jahat
dalam darah. Selain itu, cabai akan meningkatkan kemampuan tubuh untuk
melarutkan fibrin, yaitu zat esensial untuk pembentukan pembekuan darah. Sehingga
system peredaran darah dan jantung menjadi lebih sehat.
4. Menjaga Berat Badan
Rasa panas di tubuh kita saat makan cabai merah adalah satu bukti bahwa cabai
merah memiliki efek termogenik atau memproduksi panas dalam tubuh, sebuah efek
yang sama dengan olahraga. Selain itu cabai merah juga membantu mempercapat
proses pencernaan dan metabolism tubuh.
5. Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Kandungan vitamin C pada cabai berfungsi untuk meningkatkan kekebalan tubuh.
Selain itu perpaduan vitamin A, B dan C pada cabai merah akan membantu
melindungi tubuh dari serangan berbagai serangan penyakit. Misalnya saja flu, batuk
dan pilek. Vitamin A bias menangkal infeksi misalnya saja pada saluran hidung, paruparu, saluran kandung kemih, dan saluran kandung kemih.
6. Melawan Radang
Kandungan zat Capsaisin pada cabai merah diketahui mampu menghambat
neuropeptida yang bertanggung jawab pada proses peradangan. Salep atau krim yang
mengandung kapsaisin juga banyak digunakan untuk mengobati nyeri rematik atau
nyeri sendi.
7. Mencegah Kanker
Selain ampuh melawan radang, kapsaisin pada cabai juga bias mencegah penyebaran
sel-sel kanker prostat, demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh Cancer Research
yang dilansir whfoods. Akan tetapi satu hal yang harus diwaspadai adalah bahwa
terlalu banyak mengonsumsi cabai justru bias menaikan resiko kanker perut, jadi
perlu berhati-hati.
2.2.6
2.3.1
Fenol
Senyawa fenol merupakan senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan yang
mempunyai cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Dalam keadaan
murni, senyawa fenol merupakan zat padat tanpa warna, tetapi biasanya teroksidasi dan
berwarna gelap jika kena udara.
tersebut berasal dari tumbuhan yang menjadi makanan hewan tersebut dan tidak
dibiosintesis di dalam tubuh hewan (Harborne, 1987:10).
O
HO
Flavon
Flavonol
O
Isoflavon
lain
yang
bersifat
polar
seperti
etanol,
metanol,
butanol,
aseton,
dimetilsulfoksida, air dan lain-lain. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti
isoflavon, flavanon, serta flavonol cenderung lebih larut dalam pelarut seperti eter dan
kloroform (Markham, 1988:15).
C15H12O5(aq) + Mg(aq)2+
C15H9MgO5+(aq)
Pengujian shinoda test ketika HCl dan Mg direaksikan dengan kelompok senyawa
flavonoid menghasilkan warna merah, orange atau kuning ketika kelompok
senyawa flavonoid akan berikatan dengan Mg.
2.3.3 Alkaloid
2.3.3.1 Sumber dan Klasifikasi Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa organik yang banyak terdapat dalam tumbuhan,
bersifat basa, yang struktur kimianya mempunyai sistem lingkar heterosiklik dengan
nitrogen sebagai heteroatomnya dan secara khas memiliki beberapa racun, stimulan,
memiliki efek penghilang rasa sakit (Robinson, 1991:47). Senyawa organik bahan alam
ini tidak mempunyai tata nama yang sistematik. Tata nama senyawa alkaloida dinyatakan
dengan nama trivial berakhiran ina (sama seperti karbohidrat dengan akhiran osa),
misalnya morfina, kuinina, atrpina. Sampai saat ini alkaloida telah diklasifikasikan atas
beberapa cara.
Senyawa alkaloid dapat ditemukan pada biji, akar, dan kulit batang tumbuhan dengan
cara mengisolasi ekstraknya dengan larutan asam atau dengan alcohol, Senyawa alkaloid
merupakan senyawa metabolit sekunder dalam bahan alam (Harborne, 1987: 234;
Robinson, 1995:161, 281; Achmad, 1986:47)
Semua alkaloid mengandung paling sedikit sebuah atom nitrogen yang biasanya bersifat
basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin
heterosiklik. Atom nitrogen alkaloid selalu berada dalam bentuk gugus amin (-NR 2) atau
gugus amida (-CO-NR2 ) dan tidak pernah dalam gugus nitro (-NO2) dan gugus diazo (N=N-) (Achamd, 1986: 49)
Cara untuk mengklasifikasikan alkaloid didasarkan pada jenis cincin heterosiklik
nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul. Menurut klasifikasi tersebut,
alkaloid dapat dibedakan atas beberapa jenis, seperti alkaloid pirolidin, alkaloid piperidin,
alkaloid isokuinolin, alkaloid indol, alkaloid kuinolin dan sebagainya. Berikut merupakan
contoh gambar struktur dari kelompok senyawa alkaloid :
H
N
H
N
N
N
Pirolidin
Piperidin
Isokuinolin
Kuinolin
Indol
N
H
melepaskan elektron, sebagai gugus alkil maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik
dan senyawa bersifat basa.
Pada temperatur kamar, kebanyakan alkaloid berupa padatan, beberapa
diantaranya berupa cairan namun tidak banyak jumlahnya. Kebanyakan alkaloid adalah
amina tersier dan memiliki satu atau lebih atom karbon asimetris sehingga dalam larutan
dapat menunjukan kerja optis. Garam-garam alkaloida banyak digunakan sebagai obat
(Sumardjo, 2004: 438).
2K
+
(s)
K2[HgI4](aq)
+ HgI4-2(s)
2KCl(s)
Saponin
(http://gunakhasiat.com/Anonim2011/09/guna-khasiat-dari-saponin-ini
sungguh.html).
Saat ini, saponin menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa
tumbuhan yang digunakan sebagai bahan baku untuk sintesis hormon steroid yang
digunakan dalam bidang kesehatan (Robinson, 1995:157).
2.3.5 Tanin
2.3.5.1 Klasifikasi dan Sumber Tanin
Tanin (atau tanin nabati, sebagai lawan tanin sintetik) adalah suatu senyawa
polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan
menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino
dan alkaloid.
Tanin (dari bahasa Inggris tannin; dari bahasa Jerman hulu kuno tanna, yang
berarti pohon ek atau pohon berangan) pada mulanya merujuk pada penggunaan
bahan tanin nabati dari pohon ek untuk menyamak belulang (kulit mentah) hewan agar
menjadi kulit masak yang awet dan lentur. Tanin terdapat luas dalam tumbuhan
berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut
batasannya, tanin dapat bereaksi dengan proteina membentuk kopolimer mantap yang tak
larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang
mampu mengubah kulit hewan yang mentah menjadi kulit siap pakai karena
kemampuannya menyambung silang proteina(Harborne,1987:102).
2.3.5.2 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Tanin
1. Dalam air membentuk larutan koloid yang bersifat asam dan sepat.
2. Mengendapkan larutan alkaloid.
3. Larutan alkali tanin mampu mengoksidasi oksigen.
4. Mengendapkam protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut
sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
HO
O
OH
OH
OH
OH
HO
OH
OH
OH
OH
HO
OH
OH
Vitamin E (tokoferol)
Vitamin E merupakan senyawa yang larut dalam lemak. Golongan vitamin E
terdiri atas beberapa tokoferol dimana -tokoferol merupakan senyawa yang memiliki
aktivitas biologi tebesar dimana salah satunya memiliki sifat antioksidan (Robinson,
1991).
OH
H
O
HO
OH
menggunakan alat khusus sehingga akan terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000 : 11). Refluks adalah
ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah
pelarut yang ralatif konstan dengan adanya pendingin balik, umumnya dilakukan
pengulangan proses pada residu pertama sampai 35 kali sehingga dapat termasuk proses
ekstraksi sempurna (Depkes RI, 2000 : 11). Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia
dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan
(Depkes RI, 2000 : 10). Pada penelitian ini digunakan metode maserasi untuk proses
ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang berifat polar yaitu metanol.
medium bagi zat terlarut, yang dapat berperan serta dalam reaksi kimia dalam larutan
atau meninggalkan larutan karena pengendapan atau penguapan. Larutan terbentuk
melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung
dalam keadaan tercampur. Larutan dapat berada dalam kesetimbangan fasa dengan gas,
padatan atau cairan lain. Kesetimbangan ini ditentukan oleh bobot molekul zat terlarut
(Oxtoby, 2001 : 153).
Kelarutan antara beberapa senyawa berdasarkan sifat senyawa masing-masing.
Senyawa yang memiliki sifat yang sama dapat melarut dalam pelarut. Konsentrasi bahan
terlarut dapat dinyatakan dalam molalitas, molaritas, persen massa dan sebagainya
(Oxtoby, 2001 : 154).
2.5.2
Titik Didih
Titik didih suatu zat merupakan suhu yang tekanan uap jenuhnya sama dengan
tekanan diatas permukaan zat cair. Titik didih suatu zat cair dipengaruhi oleh tekanan
udara. Makin besar tekanan udara makin besar pula titik didih zat cair. Pelarut murni akan
mendidih bila tekanan uap jenuh pada permukaan cairan sama dengan tekanan udara luar.
Pada sistem terbuka tekanan udara luar adalah 760 mmHg (tekanan udara pada
permukaan larutan) dan suhu pada tekanan udara luar 250C disebut titik didih normal.
Titik didih suatu cairan adalah suhu pada saat tekanan uap jenuh cairan itu sama dengan
tekanan luar (tekanan yang diberikan pada permukaan cairan). Titik didih cairan
2.5.3
Dimana :
: massa jenis
m
: massa
m
V
Massa jenis pada setiap bahan tidaklah sama pada setiap bagiannya, karena tergantung
pada faktor lingkungan, seperti suhu dan tekanan. Satuan internasional untuk massa jenis
adalah
Kg
m3
g
cm 3
1 kg
1000 g
10 3 g
m 3 (100 cm) 3
cm 3
bahwa
kg
m3
g
cm 3
harus
Cara mencari massa jenis dalam sistem MKS (Meter, Kilogram, Sekon atau detik)
dan CGS (sentimeter, gram, sekon atau detik) yang merupakan sistem satuan
internasional yaitu :
Dalam MKS:
m
v
m
v
dengan satuan
kg
)
m3
(
dengan satuan
g
)
cm 3
Dalam cgs:
Massa jenis suatu zat tidak ditentukan oleh massa, volume, dan bentuk benda,
melainkan ditentukan oleh jenis zat. Untuk itu, maka faktor yang menentukan massa
jenis suatu zat adalah jenis zat itu sendiri. Dengan demikian, massa jenis merupakan ciri
suatu zat.
2.5.4
Putar Optik
Polarimeter adalah alat yang digunakan untuk mempelajari dampak dari macam
macam senyawa di bawah cahaya yang dipolarisasikan. Cara bekerja polarimeter, jika
lampu dinyalakan dan tabung kosong, prisma analisis diputar sehingga berkas cahaya
terhalang sempurna (pandangan menjadi gelap). Sumbu prisma dari prisma polarisator
dan prisma analisis dalam keadaan tegak lurus satu sama lain. Jika senyawa bersifat
optik tak aktif. Tidak akan terjadi suatu apapun. Pandangan akan tetap gelap. Tetapi jika
yang dianalisis bersifat optik aktif, ia akan memutar bidang polarisasi dan sebagian
cahaya dapat dilewatkan kepada pengamat.
Prisma analisis yang diputar ke kanan (searah jarum jam), senyawa optik aktif
disebut dekstrorotatory (+). Sebaliknya, jika prisma analisis diputar ke kiri (berlawanan
arah jarum jam), senyawa ini dinamakan levorotatory (-). Untuk dapat menghitung sudut
putar arah polarisasi menggunakan rumus sebagai berikut :
l. C
Dengan keterangan :
3t
: Panjang tabung
: Konsentrasi larutan
fase diam seperti aluminium oksida dan silika gel mempunyai kadar air yang
berpengaruh nyata terhadap daya pemisahnya (Rohman, 2009:46).
Tabel 2.4 Beberapa penjerap (fase diam) yang digunakan dalam KLT
Penjerap
Mekanisme Sorbsi
Adsorbsi
Partisi Termodifikasi
alkaloid.
Senyawa-senyawa non polar.
dimodifikasi
Serbuk selulosa
Partisi
Asam
Alumina
Adsorbsi
karbohidrat.
Hidrokarbon, ion logam, pewarna
Kieselguhr
Selulosa penukar ion
Partisi
Pertukaran ion
makanan, alkaloid.
Gula, asam-asam lemak.
Asam nukleat, nukleotida, halida,
Gel sephadex
-siklodekstrin
Eksklusi
Interaksi
Magnesium trisilikat
Kalsium
Sulfat
stereospesifik
Adsorbsi
Adsorbsi
Silika Gel
Silika
yang
adsorbsi
amino,
nukleotida,
Karotenoid, tokoferol.
Asam lemak, gliserida.
(CaSO4)
H
O
O
O
Si
O
Si
c.
Bejana pemisah
Bejana dapat menampung pelat 200x200 mm dan tertutup rapat. Arah
pengisian fase gerak 5-8 mm, sesuai dengan kedalaman lapisan yang terendam
(Rohman, 2009:5)
2.6.3
baja bertekanan tinggi maka gas tersebut akan mengalir dengan sendirinya secara
cepat sambil membawa komponenkomponen campuran yang akan atau yang sudah
dipisahkan (Hendayana, 2006 : 33).
2. Tempat Pemasukan Sampel (Injektor)
Sampel yang ideal dalam kromatografi gas adalah sampel yang hanya
mengandung senyawa yang akan dipisahkan dalam kolom, sampel harus diberikan
dalam waktu yang singkat dengan volume yang sekecil mungkin. Injektor harus
dipanaskan lebih dahulu agar sampel yang berupa cairan dapat segera menguap dan
dalam banyak hal juga pelarut yang mudah menguap yang melarutkan sampel tersebut.
Walaupun cairan yang mudah menguap (tidak dalam larutan) serta zat padat yang
mudah menguap dapat langsung disuntikkan, tetapi kebanyakan sampel dilarutkan
terlebih dahulu dalam pelarut organik baru kemudian disuntikkan. Konsentrasi sampel
biasanya berkisar antara 1-10%. Komponen yang tidak mudah menguap atau tingkat
menguapnya rendah tidak boleh ada dalam sampel, karena komponen ini akan
tertiggal di ruang suntik yang pada akhirnya akan mengurangi kinerja kolom (Gandjar,
2013 : 371).
3. Kolom
Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan campuran analit. Di dalam
kolom inilah sampel yang dianalisis yang umumnya terdiri dari beberapa komponen
dapat dipisahkan sehingga dapat terelusi pada waktu yang berbeda (Gandjar,2013 :
376-377).
Bergantung keperluan, beberapa kolom dapat dipilh untuk keperluan preparatif
digunakan kolom pak (packed column) sedangkan untuk keperluan analisis digunakan
kolom terbuka (open tubular column). Oleh karena rancangannya, kolom terbuka
dapat dibuat sepanjang mungkin sampai 100 m sedangkan kolom pak paling panjang
5 m. Di dalam kolom terdapat zat padat pendukung berupa partikel halus yang dilapisi
zat cair yang berperan sebagai fasa diam (Hendayana, 2006 : 50).
4. Detektor Spektroskopi Massa
Detektor jenis ini merupakan jenis detektor paling terkenal dan mutakhir dalam
kromatografi gas. Spektrometer massa disambungkan dengan keluaran kromatografi
gas. Ketika gas solut memasuki spektrometer massa maka molekul senyawa organik
ditembaki dengan elektron berenergi tinggi sehingga molekul tersebut pecah menjadi
molekulmolekul yang lebih kecil. Pecahan molekul terdeteksi berdasarkan massanya
yang digambarkan sebagai spektra massa. Setiap komponen campuran yang telah
terpisahkan dengan kromatografi gas akan tergambar dalam suatu spektra massa.
Contoh, kalau cuplikan terdiri dari 3 komponen maka akan dihasilkan tiga spektra
massa. Kombinasi kromatografi gas dan spektroskopi massa ini dikenal dengan
sebutan GC-MS (Hendayana, 2006 : 49-50).
dikenali sebagai penyakit autoimun karena ia terjadi apabila sistem imun yang biasanya
memproteksi tubuh dari infeksi dan penyakit, mulai merusakkan jaringan-jaringan tubuh
yang sehat. Antara penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah
rheumatoid artritis, spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik dan skleroderma.
(NIAMS, 2008).
2.7.2
bawaan,
akromegali)
dan
penyakit
sistemik
(hemofilia,
periartikuler untuk kelegaan simptomatis untuk beberapa minggu hingga bulan. Opiod
diberikan pada nyeri OA akut. Diberi opioid lemah (kodein peroral) jika APAP atau
OAINS tidak memberikan manfaat dan dapat juga digunakan untuk nyeri OA kronis.
Rubefacient/Capsaicin merupakan obat topical pada sendi dan otot yang nyeri yang
memberikan bahang local. Operasi ortopedik yaitu operasi penggantian sendi dilakukan
pada OA tahap lanjut dimana terapi agresif gagal. Selain itu, bisa juga dilakukan
artoplasti sendi total atau osteotomi. Regenerasi kartilago adalah perbaikan kartilago
dengan sel mesenchymal (efektivitas belum dibuktikan). (Fauci, A.S., & Langford, C.A.,
2006)
2.7.2.2 Reumatoid Artritis (RA)
Reumatoid artritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun dimana etiologinya
tidak diketahui dan biasanya mengefek sendi kecil dan besar. (Dubey, S., & Adebajo, A.,
2008).
RA mungkin merupakan suatu manifestasi dari respon terhadap suatu agen infeksi
dalam individu yang rentan terkena secara genetik (genetically susceptible host). Agenagen yang mungkin menjadi penyebab adalah Mycoplasma, virus Epstein-Barr (EBV),
cytomegalovirus, parvovirus, dan rubella. (Fauci, A.S., & Langford, C.A., 2006)
Tanda-tanda kardinal pada penyakit RA adalah nyeri, pembengkakan, kekakuan
pagi (biasanya lebih dari satu jam), hangat, kemerahan, dan keterbatasan fungsi. Tandatanda tambahan pula adalah malaise, kelelahan, nodul rheumatoid, dan nyeri pada waktu
malam. Apabila penyakit RA ini berlanjutan, tanda-tanda sinovitis kronis menjadi lebih
dominan. Sinovitis kronis dengan proliferasi synovial atenden dan efusi sendi dapat
membawa kepada instabilitas sendi. Pada masa yang sama, pannus destruktif
memusnahkan kartilago dan tulang subkondral yang menyebabkan terjadinya deformitas
sendi. (Dubey, S., Adebajo, A., 2008).
RA didiagnosis berdasarkan kombinasi dari penyajian sendi yang terlibat,
karakteristik kekakuan sendi pada pagi hari, adanya faktor darah artritis, serta temuan
nodul reumatoid dan perubahan radiografi (sinar-X). Dalam RA, sendi kecil tangan,
pergelangan tangan, kaki, dan lutut biasanya meradang dalam distribusi simetris. Deteksi
nodul reumatoid pula paling sering sekitar siku dan jari. Antibodi abnormal yang disebut
faktor rematik, dapat ditemukan pada 80% pasien. Antibodi lain yang disebut antibodi
citrulline dan antibodi antinuklear (ANA) juga sering ditemukan pada orang dengan
RA. Biasanya tes darah yang dilakukan adalah laju sedimentasi (Tingkat sed). Tingkat
sed biasanya lambat selama remisi. Tes darah lain yang digunakan adalah untuk
mengukur tingkat hadir peradangan dalam tubuh dengan protein C-reaktif . Tes darah
juga dapat mengungkapkan anemia, karena anemia adalah umum di RA, terutama karena
peradangan kronis. Apabila penyakit berlanjutan sinar-X dapat memperlihatkan erosi
tulang yang khas dari RA pada sendi. (Shiel, W.C., 2010)
Pengobatan yang optimal adalah kombinasi obat, istirahat, latihan penguatan
sendi, perlindungan sendi, dan edukasi pasien (dan keluarga). Obat yang digunakan untuk
mengobati RA ada 2 jenis, yaitu obat lini pertama yang cepat bertindak seperti aspirin
dan kortison (kortikosteroid) digunakan untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan.
Obat lini kedua yang lambat bertindak (juga disebut sebagai disease-modifying
antirheumatic drugs atau DMARDs) seperti emas, metotrexete, dan hidrokloroquine,
dapat mempromosikan remisi penyakit dan mencegah terjadinya kerusakan sendi yang
progresif. (Shiel, W.C., 2010)
2.7.2.3
Spondiloartritis
pasti
spondiloartritis
tidak
diketahui.
Namun,
para
peneliti
menunjukkan bahwa faktor keturunan memainkan peranan penting karena penyakit ini
cenderung terjadi lebih sering pada anggota keluarga pasien yang mempunyai
spondiloartritis. Orang yang biasanya terdampak penyakit ini mempunyai penanda
genetik umum yang disebut HLA-B27, yang terjadi pada sekitar tujuh persen dari
populasi. Infeksi seperti klamidia (yang dapat menyebabkan uretritis atau rasa terbakar
saat buang air kecil) dan bakteri yang menyebabkan disentri usus (seperti salmonella,
shigella, dll), bisa memicu beberapa jenis artritis reaktif yang merupakan bentuk
spondiloartritis. (Reveille, J.D., 2010)
Penyakit ini bermula dengan nyeri pinggul atau nyeri punggung bawah yang tidak
menetap dan memburuk di malam hari, di pagi hari, atau setelah tidak aktif. Nyeri
punggung tersebut mungkin mulai pada sendi sakroiliaka (antara panggul dan tulang
belakang) dan melibatkan semua atau sebagian tulang belakang. Nyeri dapat hilang
dengan membungkuk dan pasien mungkin tidak dapat mengembangkan dada sepenuhnya
karena keterlibatan sendi antara tulang rusuk. Gejala spesifik termasuk, pembungkukkan
yang kronis untuk meredakan gejala, peradangan mata, kelelahan, tumit kaki sakit, nyeri
dan kekakuan pinggang, rasa sakit dan bengkak pada sendi bahu, lutut, dan pergelangan
kaki, kehilangan nafsu makan, sakit leher, dan demam. (Reveille, J.D., 2010)
Diagnosa dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada nyeri
punggung yang terinflamasi atau artritis sendi kaki karena ia berbeda dari arthritis jenis
lain seperti RA. Pengujian tambahan seperti sinar-X dari sendi sakroiliaka dan tulang
belakang dapat mengkonfirmasi kehadiran spondilitis. Jika gejala dan tandatanda
menunjukkan spondiloartritis, dokter juga akan memeriksa keberadaan gen HLA-B27.
(Reveille, J.D., 2010)
Seperti berbagai bentuk artritis, terapi fisik dan olahraga rekreasi minimal 30
menit per hari secara signifikan dapat memperbaiki rasa sakit dan kekakuan. Latihan
tambahan untuk punggung setidaknya lima hari per minggu juga akan memperbaiki rasa
sakit dan fungsi pada pasien dengan ankilosing spondilitis. Ada banyak pilihan
pengobatan untuk spondiloartropati, dimulai dengan OAINS seperti naproxen,
diklofenak, ibuprofen atau indometasin yang diberikan pada gejala awal penyakit.
DMARD seperti sulfasalazine dan methotrexate telah terbukti efektif dalam mengobati
artritis di lengan atau kaki, tetapi tidak untuk artritis tulang belakang atau sendi
sakroiliaka. Suntikan obat depo-steroid ke dalam sendi atau selubung tendon sering
digunakan oleh dokter untuk mengurangi gejalagejala flare lokal. Antibiotika seperti
siprofloksasin, diberikan selama tiga bulan saja, segera setelah bermulanya penyakit,
mungkin memiliki efek yang menguntungkan pada prognosis artritis reaktif, terutama
bila dipicu oleh Chlamydia trachomatis, tapi bukan untuk spondiloartritis jenis lain. TNF
alfa bloker telah terbukti cukup efektif dalam mengobati kedua-dua gejala sendi perifer
dan tulang belakang dari spondiloartritis, serta masalah lain seperti psoriasis dan
peradangan usus. Ada tiga jenis yaitu, infliximab, etanercept, dan adalimumab. Oleh
karena efek samping anti- TNF, OAINS dan terapi DMARD dicoba terlebih dahulu. Bagi
mereka dengan ankilosing spondilitis, penggantian panggul total adalah yang paling
umum. Fusi bedah tulang belakang mungkin diperlukan jika fungsi tulang belakang atau
fungsi saraf terganggu. Osteotomi pula adalah koreksi bedah dari deformitas tulang
belakang yang dapat terjadi dengan ankilosing spondilitis. (Reveille, J.D., 2010).
2.7.2.4 Gout
Gout adalah penyakit yang berhasil dari kelebihan asam urat dalam
tubuh. Kelebihan asam urat ini mengarah pada pembentukan kristal kecil
asam urat yang terakumulasi di jaringan tubuh, terutama sendi. Ketika
kristal membentuk pada sendi, ia menyebabkan serangan berulang dari
peradangan sendi (artritis). Biasanya endapan kristal asam urat terjadi
dalam cairan sendi (cairan sinovial) dan lapisan sendi (lapisan sinovial).
Gout dianggap sebagai penyakit kronis dan progresif. Gout kronis juga
bisa menyebabkan endapan gumpalan keras asam urat dalam jaringan,
khususnya di dan sekitar sendi dan dapat menyebabkan kerusakan sendi,
penurunan fungsi ginjal, dan batu ginjal (nefrolisiasis).
termasuk pergelangan kaki, lutut, pergelangan tangan, jari, dan siku. Serangan gout akut
ditandai dengan onset yang cepat dengan nyeri di sendi yang
terkena diikuti oleh kehangatan, pembengkakan, perubahan warna kemerahan,
dan kelembutan. Pasien dapat mengembangkan demam dengan serangan gout akut.
Serangan-serangan yang menyakitkan biasanya mereda dalam beberapa jam ke hari,
dengan atau tanpa pengobatan. Kebanyakan pasien dengan gout akan mengalami
serangan berulang dari arthritis selama bertahun-tahun. Dalam kronis (tophaceous) gout,
massa nodular kristal asam urat (tofi) mengendap di daerah jaringan lunak tubuh yang
berbeda. Meskipun yang paling sering ditemukan sebagai nodul keras di sekitar jari-jari,
di ujung siku, di telinga, dan sekitar jempol kaki, nodul tofi dapat muncul di mana saja di
tubuh. Ketika tofi muncul di jaringan, kondisi gout mewakili kelebihan beban asam urat
dalam tubuh.
Gout dicurigai ketika pasien melaporkan riwayat serangan artritis yang
menyakitkan, terutama di dasar jari-jari kaki. Gout biasanya menyerang satu sendi pada
satu waktu, sementara kondisi artritis lainnya, seperti lupus sistemik dan reumatoid
artritis, biasanya menyerang sendi secara bersamaan. Tes yang paling diandalkan untuk
gout adalah penemuan kristal asam urat dalam sampel dari cairan sendi yang diperoleh
melalui aspirasi sendi (arthrocentesis). Diagnosis gout juga dapat dibuat dengan
menemukan kristal-kristal asam urat dari bahan diaspirasi dari nodular tofi. Sinar-X
kadang-kadang bisa membantu dan bisa menunjukkan pengendapan tofi-kristal dan
kerusakan tulang sebagai akibat serangan berulang dari peradangan. Sinar-X juga dapat
membantu untuk memantau dampak gout kronis pada sendi.
Menjaga asupan cairan yang cukup membantu mencegah serangan gout akut dan
menurunkan resiko pembentukan batu ginjal pada pasien dengan gout. Pengurangan
konsumsi alkohol, penurunan berat badan, perubahan pola makan dapat menurunkan
kadar asam urat dalam darah (mengurangi hiperurisemia). Alkohol memiliki dua dampak
utama yang memperburuk gout,
yaitu dengan menghambat ekskresi asam urat dari ginjal serta dengan
menyebabkan dehidrasi, yang keduanya memberikan kontribusi pada pengendapan kristal
asam urat pada sendi dengan mengefek metabolisme asam urat. Ada tiga aspek untuk
pengobatan asam urat dengan obat-obatan. Pertama, penghilang rasa sakit seperti
asetaminofen (Tylenol) atau analgesik lain yang lebih kuat digunakan untuk mengatasi
rasa sakit. Kedua, agen anti-inflamasi seperti OAINS, colchicine , dan kortikosteroid
digunakan untuk mengurangi peradangan sendi. Akhirnya, obat dipertimbangkan untuk
mengelola kekacauan metabolisme kronis yang menyebabkan hiperurisemia dan asam
urat. Probenesid (Benemid) dan sulfinpirazone (Anturane) adalah obat-obat yang biasa
digunakan untuk mengurangi kadar asam urat darah dengan meningkatkan ekskresi asam
urat ke dalam urin. Tetapi, obat penurun asam urat seperti alopurinol dan febuxostat
umumnya tidak dimulai pada pasien yang mengalami serangan akut gout karena dapat
memperburuk peradangan akut. Obat intravena baru yang digunakan untuk menurunkan
kadar asam urat darah pada pasien tertentu dengan gout kronis adalah pegylated uricase.
Obat infus ini harus dipertimbangkan hanya untuk pasien-pasien dengan gout yang telah
gagal pengobatan dengan obat-obat penurunan asam urat konvensional karena dapat
menyebabkan reaksi anafilaksis dan reaksi infus. (Shiel, W.C., 2010)
2.7.2.5 Lupus Eritematosus Sistemik (LES) (Penyakit Autoimun)
Lupus adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan peradangan akut dan
kronis dari berbagai jaringan tubuh. Orang dengan lupus memproduksi antibody
abnormal dalam darah mereka yang menargetkan jaringan dalam tubuh mereka sendiri
daripada agen infeksi asing. Karena antibodi dan sel-sel yang menyertai peradangan
dapat mempengaruhi jaringan di mana saja di tubuh, lupus memiliki potensi untuk
mempengaruhi berbagai area. Lupus dapat menyebabkan penyakit hati, kulit, sistem
paru-paru, ginjal, sendi, dan/atau sistem saraf. Ketika hanya kulit yang terlibat, kondisi
ini disebut dermatitis lupus atau lupus eritematosus kulit. Suatu bentuk dermatitis lupus
yang dapat diisolasi ke kulit, tanpa penyakit internal disebut lupus discoid. Ketika organorgan internal yang terlibat, kondisi ini disebut sebagai LES. (Shiel, W.C., 2010)
Alasan yang tepat untuk autoimun yang abnormal yang menyebabkan lupus masih
belum diketahui. Tetapi diduga gen yang diwariskan, virus, sinar ultraviolet, dan obat
tertentu mungkin memainkan peran. Beberapa ilmuwan percaya bahwa sistem imun pada
lupus lebih mudah distimulasi oleh faktor eksternal seperti virus atau sinar ultraviolet.
Kadang-kadang, gejala lupus dapat dipercepat atau diperburuk hanya dengan periode
singkat paparan sinar matahari. Hal ini juga diketahui bahwa beberapa wanita dengan
LES dapat mengalami perburukan gejala sebelum mereka menstruasi. Fenomena ini,
bersama dengan dominasi LES pada wanita, menyarankan bahwa hormon-hormon wanita
memainkan peran penting dalam ekspresi dari LES. Baru-baru ini, penelitian telah
menunjukkan bukti bahwa suatu kunci kegagalan enzim untuk membuang sel-sel mati
dapat berkontribusi pada pengembangan LES. Enzim DNase1, umumnya mengeliminasi
apa yang disebut sampah DNA dan puing-puing sel-sel lainnya dengan menjadikannya
fragmenfragmen kecil untuk memudahkan pembuangan. Jadi, mutasi genetik dalam gen
yang dapat mengganggu pembuangan limbah selular tubuh mungkin terlibat dalam
permulaan dari LES. (Shiel, W.C., 2010)
Hampir semua orang dengan LES mempunyai nyeri sendi dan bengkak. Beberapa
pasien mengembangkan artritis. Sering sendi yang terkena adalah jari-jari, tangan,
pergelangan tangan, dan lutut. Gejala umum lainnya termasuk nyeri dada saat mengambil
napas dalam, kelelahan, demam tanpa penyebab lain, ketidaknyamanan, kegelisahan, atau
perasaan sakit (malaise), rambut rontok, sensitivitas terhadap sinar matahari, pembesaran
kelenjar getah bening, dan ruam kulit yang tampak seperti "kupu-kupu" pada pipi dan
jembatan hidung mempengaruhi sekitar setengah dari orang dengan LES. Ruam ini
semakin memburuk di sinar matahari juga dapat meluas. Gejala lain tergantung pada
bagian tubuh apa yang terkena. Jika otak dan sistem saraf yang terkena maka gejalanya
adalah sakit kepala, kelainan kognitif, parastesia atau nyeri di lengan atau kaki,
perubahan kepribadian, psikosis, risiko stroke, kejang, dan permasalahan penglihatan.
Jika saluran pencernaan, nyeri perut, mual, dan muntah. Pada jantung, irama jantung akan
menjadi abnormal (aritmia). LES pada ginjal meyebabkan darah dalam urin. Jika pada
paru-paru, batuk darah dan kesulitan bernafas akan terjadi. Pada kulit, warna kulit merata
dan jari-jari berubah warna saat dingin (fenomena Raynauds). (Borigini, M.J., 2010)
Diagnosis LES adalah berdasarkan pada ciri khas dari penyakit. Pasien harus ada
paling tidak 4 dari 11 ciri khas dari penyakit. Biasanya akan diauskultasi untuk
mendengarkan suara heart friction rub atau pleural friction rub. Selain itu, ujian
neurologis juga akan dilakukan. Tes yang digunakan untuk mendiagnosa LES dapat
meliputi tes antibodi (ANA panel, Anti-double strand (ds) DNA, Antiphospholipid
antibody, dan Anti-Smith antibody), dan CBC (complete blood count) untuk menunjukkan
jumlah sel darah putih, hemoglobin, atau platelet. Selain itu, sinar-X dada untuk
menunjukkan pleuritis atau perikarditis. Juga dilakukan biopsy ginjal dan pemeriksaan
urin untuk menunjukkan darah atau protein dalam urin. (Borigini, M.J., 2010)
Tidak ada obat untuk LES tetapi pengobatan ditujukan untuk mengontrol gejala
berdasarkan gejala individual. Penyakit ringan yang melibatkan ruam, sakit kepala,
demam, artritis, pleuritis, dan perikarditis tidak memerlukan terapi banyak. Biasanya
OAINS digunakan untuk mengobati rematik dan pleuritis. Krim kortikosteroid digunakan
untuk mengobati ruam kulit. Obat antimalaria (hidroksiklorokuin) dan kortikosteroid
dosis rendah kadang-kadang digunakan untuk gejala kulit dan artritis. Kortikosteroid atau
obat untuk mengurangi respon sistem kekebalan tubuh mungkin diresepkan untuk
mengontrol gejala lain. Obat sitotoksik (obat yang menghambat pertumbuhan sel)
digunakan untuk mengobati orang yang tidak merespon dengan baik terhadap
kortikosteroid, atau yang tidakdapat berhenti mengkonsumsi kortikosteroid tanpa gejala
mereka semakin buruk. Secara non farmakologi, pasien disuruh memakai pakaian
pelindung, kacamata hitam, dan tabir matahari ketika di bawah sinar matahari. (Borigini,
M.J., 2010)
2.7.2.6 Skleroderma
Skleroderma merupakan penyakit kronis multisistem dimana etiologinya masih
belum diketahui. Secara klinis, dikarakteristikkan dengan penebalan kulit yang
disebabkan oleh akumulasi jaringan ikat dan abnormalitas struktur dan fungsional pada
organ viseral, termasuk saluran pencernaan, paru-paru, jantung, dan ginjal. Antara
manifestasi klinis yang terdapat pada penyakit ini adalah fenomenon Raynaud, penebalan
kulit, kalsinosis subkutan, artralgias, miopati, dismotilitas esofageal, fibrosis pulmonal,
gagal jantung kongestif, dan krisis renal. Penyakit skleroderma mempunyai distribusi di
seluruh dunia dan mengefek semua suku kaum. Onset bagi penyakit ini biasanya pada
masa anak-anak dan pria usia muda. Insidensi semakin meningkat pada usia lanjut,
dimana puncak maksimumnya ada pada usia 30-50 tahun. Wanita, secara keseluruhan
terkena\ penyakit ini 3 kali lebih sering jika dibanding dengan pria. Penyakit ini biasanya
didiagnosis berdasarkan gejala-gejalanya. Pada beberapa pasien, monoklonal IgG dapat
dideteksi. Selain itu, biopsi juga turut dilakukan untuk membedakan dengan penyakit
rematik lain.
Pengobatan
Suntikan Insulin
Hasil Penelitian
Relevan
Analisis
Kandungan kimia
Sifat fisiko-kimia
Massa
jenis
Kelarutan
Titik
didih
Putaran
optik
Kelompok
Senyawa,
Gugus
Fungsi, Ion
Molekul
Fitokimia:Alk
aloid,
flavonoid,
tanin, saponin,
triterpenoid
Aktivitas
InVivo
InVitro
Hipotesis
Gambar Bagan Kerangka Konseptual
2.10 Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka konseptual maka hipotesis penelitian
dirumuskan sebagai berikut :
1
Ekstrak kombinasi daun tanaman Landep (Barleria prionities L.) dan buah tanaman
cabai merah (Capsicum annum L) memiliki sifat fisiko kimia antara lain kelarutan, titik
didih, massa jenis, dan putar optik.
Ekstrak kombinasi daun tanaman Landep (Barleria prionities L.) dan buah tanaman
cabai merah (Capsicum annum L) memiliki kandungan kelompok senyawa alkaloid,
flavonoid, tanin, saponin dan steroid.
Ekstrak kombinasi daun tanaman Landep (Barleria prionities L.) dan buah tanaman
cabai merah (Capsicum annum L) memiliki aktivitas terhadap penyakit reumatik
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1.
JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental desain laboratorium.
3.2.
massa jenis, dan putar optik, uji fitokimia antara lain alkaloid, flavonoid, tanin,
saponin, dan triterpenoid, dan KLT.
2 Laboratorium Farmasi Universitas Airlangga Surabaya
Analisis komponen kimia ekstrak kombinasi daun tanaman Landep (Barleria
prionities L.) dan buah tanaman cabai merah (Capsicum annum L) dengan
menggunakan spektroskopi infra merah (IR) dan kromatografi gas-spektroskopi
massa (GC-MS).
3 Laboratorium Bhayangkara Kupang
Pengujian dilakukan untuk mengetahui penyakit rematik pasien.
Kediaman Pasien
Uji aktifitas ekstrak kombinasi daun tanaman Landep (Barleria prionities L.) dan buah
tanaman cabai merah (Capsicum annum L) pada pasien Reumatik dilakukan di
kediaman pasien di Mentari, Maulafa Kota Kupang serta analisis reumatik pasien.
3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
3.3.1.1 Tanaman Landep
Seluruh bagian tanaman Landep (Barleria prionities L.) yang terdiri dari akar, batang
dan daun di propinsi Nusa Tenggara Timur.
3.3.1.2 Tanaman Cabai Merah
Seluruh bagian tanaman cabai merah (Capsicum annum L)yang terdiri dari akar, daun,
buah, bunga yang berada di daerah propinsi Nusa Tenggara Timur.
3.3.1.3 Pasien Penyakit Reumatik
Pasien penyakit reumatik setelah diperiksa di Laboratorium dan positif penyakit
reumatik.
3.3.2. Sampel
3.3.2.1 Daun Tanaman Landep
Daun tanaman landep yang digunakan pada penelitian adalah Tanaman Landep yang
diambil dari kompleks perumahan Mentari , Maulafa Kota Kupang.
3.3.2.2.
Buah Tanaan Cabai Merah
Buah tanaman cabai merah yang digunakan pada penelitian adalah Buah Tanaman
Cabai Merah yang sudah masak, diambil dari Kompleks perumahan Mentari, Maulafa
Kota Kupang.
3.3.2.3 Pasien Positif Penyakit Reumatik
Pasien yang digunakan pada penelitian ini adalah pasien yang telah diperiksa pada
laboratorium RSUD Prof.W.Z Johanes dan positif penyakit reumatik, dengan identitas
sebagai berikut :
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
: BL
: 48Tahun
: Perempuan
: Mentari, Maulafa Kupang
3.4.
3.4.1.
Variabel Penelitian
Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah :
1. Ekstrak kombinasi daun tanaman landep dan buah cabai merah.
2. Pelarut metanol.
3.4.2 Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah :
1. Sifat fisiko kimia ekstrak kombinasi daun tanaman landep dan buah cabai merah
2. Kandungan kimia dalam ekstrak kombinasi daun tanaman landep dan buah cabai
merah.
3. Aktivitas ekstrak kombinasi daun tanaman landep dan buah tanaman cabai merah
terhadap penyakti reumatik. Hal yang perlu diperhatikan yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian :
4. Subyek penelitian tidak dianjurkan untuk mengosumsi makanan atau minuman yang
dapat mengurangi reumatiknya.
5. Subyek penelitian tidak dianjurkan untuk mengosumsi obat-obatan atau produk lain
yang dapat mengurangi nyeri reumatik selama penelitian.
3.5 Alat dan Bahan
3.5.1 Alat
3.5.1.1 Persiapan Sampel
Alat mol , pisau, jergen bekas, baskom, senduk, aluminium foil, gelas kimia 1000 mL,
peniti.
3.5.1.2 Ekstraksi
Labu Erlenmeyer 2000 mL, gelas kimia 500 mL, neraca Analitik N.J. 07932, batang
pengaduk, baskom, kertas saring Whatman No.41 DIA 90MM, corong, aluminium
foil, kapas wajah.
3.5.1.3 Uji pelarut metanol
Kaca arloji, pipet tetes.
3.5.1.4 Analisis Sifat Fisiko-Kimia
3.5.1.4.1
Uji kelarutan
Pipet tetes, tabung reaksi, rak tabung reaksi.
3.5.1.4.2
Penentuan titik didih
Gelas kimia 250 mL, tabung reaksi, pembakar spiritus, kaki tiga, kawat kasa, plat tetes,
penyumbat gabus, termometer 1100 C.
3.5.1.4.3 Penetapan Massa Jenis
Gelas kimia 50 mL, neraca analitik N.J. 07932, desikator, silinder ukur 10 mL, dan
tisu.
3.5.1.4.4 Penentuan putaran optik
Labu elemenyer 150 mL, gelas kimia 250 mL, gelas ukur 50 mL, polarimeter, Lampu
merkuri, corong.
3.5.1.5 Analisis fitokimia
3.5.1.5.1 Uji Alkaloid
Pipet tetes, batang pengaduk, gelas kimia 100 mL, gelas kimia 50 mL, rak tabung
3.5.1.5.2
reaksi, tabung reaksi, aluminium foil, botol reagen, aquades, kertas label.
Uji Flavonoid
Pipet tetes, batang pengaduk, gelas kimia 100 mL, gelas kimia 50 mL, rak tabung
3.5.1.5.3
reaksi, tabung reaksi, aluminium foil, botol reagen, aquades, kertas label.
Uji Tanin
Pipet tetes, batang pengaduk, rak tabung reaksi, tabung reaksi, botol reagen, aquades,
3.5.1.5.4
kertas label.
Uji Saponin
Tabung reaksi, kaki tiga, kawat kasa, lampu spiritus,kertas label.
3.5.1.5.5
Uji Triterpenoid
Pipet tetes, batang pengaduk, rak tabung reaksi, tabung reaksi, botol reagen, aquades,
kertas label.
Detektor
GC-MS merek Shimadzu tipe QP2010S, suhu injektor 280 oC, suhu kolom 40 270
o
Bahan
Persiapan Sampel
Daun tanaman landep dan buah cabai merah, air bersih.
3.5.2.2
Ekstraksi
Metanol 96 % p.a, sampel daun tanaman landep dan buah cabai merah.
3.5.2.3
3.5.2.4
Analisis Fisiko-kimia
3.5.2.4.1
Uji Kelarutan
Ekstrak kombinasi daun tanaman landep dan buah cabai merah, aquades, dietil eter
95% p.a , kloroform 95% p.a dan metanol 96 % p.a.
3.5.2.4.2
3.5.2.4.3
3.5.2.4.4
3.5.2.5
Analisis Fitokimia
3.5.2.5.1 Uji Alkaloid
Ekstrak kombinasi daun tanaman landep dan buah cabai merah , reagen mayer dan
reagen wagner.
3.5.2.5.2
3.5.2.5.3
3.5.2.5.4
3.5.2.5.5
Uji Flavonoid
Ekstrak kombinasi daun tanaman landep dan buah cabai merah, HCl pekat 37% dan
serbuk magnesium.
Uji Tanin
Ekstrak kombinasi daun tanaman landep dan buah cabai merah dan pereaksi besi
(III) klorida.
Uji Saponin
Ekstrak kombinasi daun tanaman landep dan buah cabai merah, FeCl3 dan aquades.
Uji Triterpenoid
Ekstrak kombinasi daun tanaman landep dan buah cabai merah, asam asetat anhidrat
95% p.a dan H2SO4 pekat 96% p.a.
3.5.2.7
3.5.2.9.1
In vitro
Ekstrak kombinasi daun tanaman landep dan buah cabai merah, glukosa, pereaksi
3.5.2.9.2
3.6
3.6.1
1.
2.
3.
4.
5.
fehling, aquadest.
In vivo
Ekstrak kombinasi daun tanaman landep dan buah cabai merah, air minum.
Prosedur Kerja
Persiapan sampel
Ambil daun tanaman landep dan buah cabai merah yang masih segar.
Cuci bahan-bahan tersebut dengan air bersih.
Keringkan dengan cara diangin-anginkan.
Mol daun dan akar tersebut dengan alat gilingan.
Simpan dalam baskom untuk proses ekstraksi.
3.6.2 Ekstraksi
1. Timbang 200 gram serbuk daun kumis kucing dan 200 gram serbuk akar daun
pegagan.
2. Campurkan daun kumis kucing dan akar daun pegagan yang telah halus ke dalam
labu Erlenmeyer 2000 mL.
3. Tambahkan 1000 mL metanol 96% p.a, campur hingga merata.
4. Tutup Labu erlenmeyer dengan menggunakan aluminium foil, dan diberi sedikit
lubang dengan menggunakan peniti,
5. Biarkan selama 3 x 24 jam untuk proses maserasi.
6. Saring ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan hasil maserasi
dengan menggunakan kapas wajah .
7. Saring ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan dengan kertas
saring wogmen 41 untuk mendapatkan filtrat yang jernih dan residunya.
8. Tempatkan ke dalam baskom dan ditutup dengan aluminum foil, dilubangi
permukaannya.
9. Uapkan ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan hasil maserasi
selama 2 minggu.
10. Panaskan ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan dengan
menggunakan penangas selama 30 menit, uapkan selama 1 hari.
11. Simpan ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan murni tanpa
pelarut untuk uji fisiko-kimia, uji fitokimia, IR, GC-MS, dan uji aktivitas.
3.6.3
1. Siapkan ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan hasil
2.
3.
4.
5.
penguapan.
Masukkan 1 mL minyak goreng pada kaca arloji.
Tambahkan 1 mL ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan.
Teteskan beberapa tetes H2SO4 pekat 96% p.a.
Amati hasil yang diperoleh. Ada tidaknya kandungan metanol ditandai pada gejala
aroma yang ditimbulkan. Jika aromanya harum maka ekstrak masih mengandung
metanol. Jika tidak ada aroma harum maka ekstrak tidak mengandung metanol.
3.6.4 Analisis Fisiko-Kimia
3.6.4.1 Uji kelarutan
1. Masukkan 1 mL aqudes ke dalam tabung reaksi.
2. Tambahkan 1 mL ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan ke
dalam tabung reaksi.
3. Aduk campuran dalam tabung reaksi hingga tercampur secara merata.
4. Amati hasil yang diperoleh.
5. Ulangi langkah 1 - 4 aquades diganti dengan metanol 96% p.a, dietil- eter 95% p.a
dan kloroform 95% p.a.
3.6.4.2 Penentuan titik didih
1 Siapkan ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan.
2 Masukkan 1 mL ekstrak kombinasi kumis kucing dan akar daun pegagan ke dalam
3
tabung reaksi.
Tutup tabung reaksi menggunakan penyumbat gabus, yang sudah dirangkai dengan
termometer.
Masukkan tabung reaksi ke dalam penangas air hingga mencapai suhu tertinggi yang
dicapai ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun daun pegagan.
5 Catat hasil suhu tertinggi yang sudah konstan.
3.6.4.3 Penetapan massa jenis
1 Siapkan ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan.
2 Timbang gelas kimia 50 mL dengan menggunakan neraca analitik.
3 Panaskan gelas kimia pada suhu 1100C selama 15 menit.
4 Timbang gelas kimia.
5 Ulangi lagi langkah 2-4, untuk memperoleh berat konstan gelas kimia.
6 Ukur 1 mL ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan masukan ke
7
8
3.6.4.4
1
2
3
dengan penerangnya.
7 Baca nilai derajat menit dan catat hasilnya.
8 Kembalikan analiser ke angka nol.
9 Ulangi langkah 1 8 dengan perbandingan konsentrasi ekstrak, sebagai berikut :
a. 25 mL metanol dan 1 mL ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun
pegagan.
b. 30 mL metanol dan 1 mL ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun
pegagan.
3.6.5 Analisis Fitokimia
3.6.5.1 Persiapan Reagen
3.6.5.1.1 Pembuatan reagen Meyer
1 Timbang KI sebanyak 6 gram.
2 Larutkan KI dengan aquades sebanyak 10 mL.
3 Timbang HgCl2 sebanyak 1,358 gram.
4 Larutkan HgCl2 dalam 60 mL aquades.
5 Campurkan larutan KI dan HgCl2.
6 Tambahkan air sampai volume 100 mL, dicampur hingga homogen.
3.6.5.1.2 Pembuatan reagen Wagner
1 Timbang KI sebanyak 2 gram.
2 Timbang serbuk I2 sebanyak 4 gram.
3 Campur KI dan I2.
4 Tambahkan sedikit air dan larutkan KI dan I2.
5 Masukkan larutan ke dalam labu Volumetrik.
6 Tambahkan aquades hingga mencapai 100 mL.
7 Campur hingga homogen, simpan dalam botol reagen dan diberi label.
3.6.5.2 Uji Alkaloid
1 Siapkan ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan, reagen Meyer
dan reagen Wagner.
Masukkan 2 mL ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan ke
Uji Tanin
Ukur 1 mL ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan masukkan
KLT
Potong kertas KLT dengan panjang 5 cm dan lebar 2 cm.
Garis pembatas pada kertas KLT dengan batas bawah 1 cm dan batas atas 0,5 cm.
Siapkan ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan.
Masukkan 4,5 mL metanol 96% p.a ke dalam botol chamber.
Tambahkan 0,5 mL aquades ke dalam botol chamber.
Tutup botol chamber, kocok hingga tercampur merata
Biarkan selama 10-15 menit.
Campurkan 0,1 mL ekstrak dan 1 mL metanol 96% p.a pada kaca arloji hingga
merata.
9. Dengan menggunakan pipa kapiler, totolkan ekstrak yang telah dicampur dengan
metanol 96% p.a pada kertas KLT pada batas bawah.
10. Biarkan beberapa menit.
11. Masukkan kertas KLT yang telah ditotol dengan ekstrak ke dalam botol chamber
yang telah berisi campuran air dan metanol (4,5 : 0,5) mL.
12. Biarkan beberapa menit.
13. Amati fase gerak (air dan metanol) pada botol chamber mendekati batas atas kertas
KLT pada tanda batas.
14. Angkat kertas KLT, biarkan beberapa menit hingga mengering.
15. Amati noda yang tampak pada kertas KLT menggunakan lampu UV 254 nm.
16. Beri lingkaran pada noda yang tampak.
17. Ulang langkah 1-16 tetapi mengganti eluen dengan berbagai variasi yakni metanol
96% p.a : kloroform 95% p.a dengan perbandingan 4,5:0,5 dan metanol 96% p.a :
kloroform 95% p.a : aquadest dengan perbandingan 2:6:2.
18. Hitung nilai Rf.
3.6.6 Spektrometri Inframerah (IR)
Ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan dianalisis gugus fungsi
dengan IR di Laboratorium Farmasi Airlangga Surabaya.
3.6.7
3.6.8.1 In Vitro
1. Ukur 10 mL aquades, timbang 10 gr glukosa, larutkan glukosa tersebut dalam
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
3.6.8.2
1.
2.
3.
aquades.
Masukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 mL larutan glukosa tersebut.
Tambahkan 1 mL larutan fehling.
Panaskan dengan menggunakan penangas air.
Amatilah perubahan yang terjadi.
Masukkan larutan glukosa sebanyak 2 mL ke dalam tabung reaksi pyrex.
Tambahkan 1 mL ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan.
Panaskan dengan menggunakan penangas air.
Amatilah perubahan yang terjadi.
Uji aktivitas In Vivo
Periksa kadar gula darah pasien di Laboratorium Klinik Kartini Kota Kupang.
Hasilnya menunjukkan kadar gula pasien > 200 mg/dL.
Pasien diberi minum ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan :
penelitian.
3.8 Teknik Analisis Data
3.8.1
Ekstraksi
Data hasil ekstraksi daun kumis kucing dan akar daun pegagan dianalisis
menggunakan rumus:
berat akhir ekstrak
rendemen ekstrak=
x 100
berat awal ekstrak
3.8.2
Data hasil uji metanol ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan
3.8.3
1
m
V
Data hasil penetapan massa jenis, ekstrak kombinasi daun kumis kucing
dimana :
31D
l. C
Keterangan :
31D
3.8.4
: Panjang tabung
: Konsentrasi larutan
Analisis Fitokimia
1. Uji Alkaloid
Data hasil uji alkaloid ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan
dianalisis menggunakan perbandingan data teoritis reagen Wagner dan reagen Mayer.
2. Uji Flavonoid
Data hasil uji flavonoid ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan
dianalisis mengunakan perbandingan data teoritis hasil positif reagen wilstaler sianidin
(HCl + Mg).
3. Uji Tanin
Data hasil uji tanin ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan
dianalisis menggunakan perbandingan data teoritis pereaksi besi (III) klorida hasil
positif warna hijau kehitaman.
4. Uji Saponin
Data hasil uji saponin ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan
dianalisis menggunakan perbandingan data teoritis hasil positif terbentuknya busa
5.
seperti sabun.
Uji Triterpenoid
Data hasil uji triterpenoid ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan
dianalisis menggunakan perbandingan data teoritis hasil positif terbentuknya warna
hijau biru dengan pereaksi asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat.
3.8.5
KLT
Data hasil KLT ekstrak kombinasi daun kumis kucing dan akar daun pegagan
dianalisis menggunakan rumus sebagai beikut :
Rf
(Rohman, 2009:5)
3.8.6
3.8.7
3.8.8
Aktivitas
1. Data hasil uji aktifitas secara in vitro dianalisis menggunakan perbandingan data
teoritis glukosa dengan reagen fehling.
2. Data hasil uji aktifitas secara in vivo dianalisis menggunakan data teoritis laboratorium
kadar gula darah normal, dan data klinik pasien sebelum dan sesudah terapi.