Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI ANEMIA PADA IBU HAMIL


Anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) dalam darah. Hb adalah
komponen di dalam sel darah merah (eritrosit) yang berfungsi menyalurkan oksigen ke
seluruh tubuh. Jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan
tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme. Ibu hamil memiliki tingkat metabolisme
tinggi. Misalnya, untuk kebutuhan membuat jaringan tubuh janin, organ, dan juga
memproduksi energy agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal sehari hari (masa
kehamilan dan persalinan). Centers for Disease and Prevention (CDC) mendefinisikan
anemia sebagai kadar hemoglobin yang lebih rendah dari 11 g/dl pada trimester pertama
dan ketiga, dan kurang dari 10,5 gr/dl pada trimester kedua (Bloom et al., 2012).
Anemia dalam kehamilan paling sering dijumpai adalah anemia akibat kekurangan
zat besi (Fe). Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang intake unsur zat besi ke
dalam tubuh melalui makanan, karena gangguan absorbsi, gangguan penggunaan atau
terlalu banyak zat besi yang keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan zat
besi akan bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester II. Hal ini disebabkan
meningkatnya kebutuhan janin yang dikandung oleh ibu.

2.2 KLASIFIKASI ANEMIA PADA KEHAMILAN


2.2.1 Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi terjadi sekitar 62,3 % pada kehamilan dan merupakan
anemia yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Hal ini disebabkan oleh kurang
masuknya besi dan makanan, karena gangguan resorpsi, ganguan penggunaan atau
karena terlampaui banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan.
Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa
gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dasarnya yang menonjol, ataupun bisa
ditemukan gejala anemia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejalagejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan
epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan
pembesaran kelenjar limpa. Berdasarkan pada kriteria World Health Organization
(WHO) tahun 1972, ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu normal ( 11 gr/dl), anemia
ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat ( < 8 g/dl).
2.2.2 Anemia Megaloblastik ( Anemia Defisiensi Vitamin)
Anemia Megaloblastik terjadi sekitar 29% pada kehamilan. Kekurangan vitamin
B12 atau folat adalah penyebab anemia jenis ini. Anemia defisiensi B12

adalah

anemia yang terjadi karena tubuh kekurangan vitamin B12, sedangkan tubuh
memerlukannya untuk membuat sel darah merah dan menjaga sistem saraf bekerja
normal. Hal ini biasa didapatkan pada orang yang tubuhnya tidak dapat menyerap
vitamin B12 karena gangguan usus atau sistem kekebalan tubuh atau makan
makanan yang kurang B12

( Arisman,2004; Fraser,2009; Wiknjosastro,2000).

Gejalanya adalah malnutrisi, glositis berat, diare dan kehilangan nafsu makan. Ciricirinya adalah megaloblast, promegaloblast dalam darah atau sumsum tulang,
anemia makrositer dan hipokrom dijumpai bila anemianya sudah berat.
.

2.2.3 Anemia Hipoplastik


Anemia hipoplastik terjadi sekitar 8% kehamilan dan

ia disebabkan oleh

sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologinya belum
dikenal pasti. Biasanya anemia hipoplastk karena kehamilan, apabila wanita tersebut
telah selesai masa nifas akan sembuh dengan sendirinya. Dalam kehamilan
berikutnya biasanya wanita mengalami anemia hipoplastik lagi. Ciri-cirinya adalah
pada darah tepi terdapat gambaran normositer dan normokrom, tidak ditemukan ciriciri defisiensi besi,asam folat atau vitamin B12, sumsum tulang bersifat normoblastik
dengan hipoplasia eritropoesis yang nyata
2.3.4 Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik yang tidak jelas sebabnya pada kehamilan, jarang dijumpai
tetapi mungkin merupakan entitas tersendiri dan pada kelainan ini terjadi hemolisis
berat yang dimulai pada awal kehamilan dan reda dalam beberapa bulan setelah
melahirkan. Penyakit ini ditandai oleh tidak adanya bukti mekanisme imunologik atau
defek intra atau ekstraeritrosit (Starksen et al,1983). Terapi kortiko steroid terhadap
ibu biasanya efektif. Disebabkan oleh penghancuran sel darah merah berlangsung
lebih cepat daripada pembuatannya. Wanita dengan anemia ini sukar menjadi hamil,
apabila hamil maka biasanya anemia menjadi berat. Gejala proses hemolitik adalah
anemia, hemoglobinemia, hemoglobinuria, hiperbilirubinuria, hiperurobilirubinuria

2.3 ETIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL


2.3.1 Kehilangan Banyak Darah

Banyaknya darah yang keluar berperan pada kejadian anemia karena wanita
hamil tidak mempunyai persediaan Fe yang cukup dan absorbsi Fe ke dalam tubuh
tidak

dapat

menggantikan

hilangnya

Fe.

Perdarahan

patologis

akibat

penyakit/infeksi parasit dan saluran pencernaan berhubungan positif terhadap


terjadinya anemia.
2.3.2 Asupan Fe yang tidak memadai
Kecukupan intake Fe tidak hanya dipenuhi dari konsumsi makanan sumber
Fe (daging sapi, ayam, ikan, telur dan lain-lain), tetapi dipengaruhi oleh variasi
penyerapan Fe. Variasi ini disababkan oleh perubahan fisiologis tubuh seperti hamil
dan menyusui sehingga meningkatkan kebutuhan Fe bagi tubuh, tipe Fe yang
dikonsumsi. Jenis Fe yang dikonsumsi jauh lebih penting daripada jumlah Fe yang
dimakan. Heme iron dari Hb dan mioglobin hewan lebih mudah dicerna. Non heme
iron yang membentuk 90% Fe dari makanan non daging tidak mudah diserap oleh
tubuh
2.3.3 Peningkatan Kebutuhan Fisiologi
Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah
yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas, masa
kehamilan dan menyusui. Kebutuhan Fe meningkat selama hamil untuk memenuhi
kebutuhan Fe akibat peningkatan volume darah, untuk menyediakan Fe bagi janin
dan plasenta, dan untuk menggantikan kehilangan darah saat persalinan.
Peningkatan absorps Fe selama trimester II kehamilan membantu peningkatan
kebutuhan. Beberapa studi menggambarkan hubungan suplementasi Fe selama
kehamilan dan peningkatan konsentrasi Hb pada trimester III kehamilan dapat
meningkatkan berat lahir bayi dan usia kehamilan.

2,4 FAKTOR RISIKO ANEMIA PADA IBU HAMIL


2.4.1 Usia
Umur ideal untuk kehamilan yang risikonya rendah adalah pada kelompok umur
20-35 tahun. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010,
perempuan yang mengalami kehamilan pada usia berisiko tinggi (35 tahun ke atas)
4,6% tidak pernah memeriksakan kehamilan, dan yang berusia < 20 tahun 5,1%
memeriksakan kehamilan pada dukun.
2.4.2 Umur Kehamilan
Kebutuhan akan berbagai zat gizi termasuk zat besi pada trimester I meningkat
secara minimal. Setelah itu sepanjang trimester II dan III, kebutuhan akan terus
membesar sampai pada akhir kehamilan. Energi tambahan selama

trimester II

diperlukan untuk penambahan volume darah, pertumbuhan uterus dan payudara.


Menurut Doloksaribu (2006) persentase responden yang menderita anemia tertinggi
dijumpai pada umur kehamilan triwulan II (50%) dan triwulan ke III (37,50%). Hal ini
disebabkan karena kebutuhan zat besi pada triwulan II dan III meningkat dengan
pesat untuk janin, plasenta dan penambahan volume darah ibu.
2.4.3 Jarak Kehamilan
Jarak kelahiran dapat menyebabkan hasil kehamilan yang kurang baik. Jarak
dua kehamilan yang terlalu pendek akan mempengaruhi daya tahan dan gizi ibu.
Menurut Depkes RI (2004) jumlah kelahiran yang baik agar terwujudnya keluarga
sejahtera dan sehat adalah berjumlah 2 anak saja dengan jarak kelahiran sama
dengan atau lebih dari 3 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hendro di
medan (2006), ibu hamil yang jarak kelahiran anaknya < 2 tahun sebagian besar

menderita anemia. Seorang wanita yang melahirkan berturut-turut

dalam jangka

waktu pendek tidak sempat memulihkan kesehatannya serta harus membagi


perhatian kepada kedua anak dalam waktu yang sama.\
2.4.4 Konsumsi Tablet Fe
Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi zat besi dengan cara yang benar akan
memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh yang bisa meningkatkan kualitas
kehamilan. Banyak hal yang membuat ibu hamil tidak patuh mengkonsumsi zat besi
yang terdapat dalam tablet tambah darah yang diprogramkan pemerintah. Salah
satunya adalah gangguan pencernaan dapat berupa mual dan muntah. Sehingga hal
ini perlu mendapat perhatian khusus terutama dari pemberian pelayanan kesehatan
misalnya bidan dan dokter. Jumlah tablet zat besi yang dikonsumsi ibu hamil adalah
minimal 90 tablet

dan dianjurkan kepada ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet

tambah darah dengan dosis satu kali sehari selama masa kehamilan dan 40 hari
setelah melahirkan.
2.4.5 Penghasilan
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah
status ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk
membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan
keluarga dan harga bahan makanan itu sendiri. Keluarga dengan pendapaan terbatas
kemungkinan besar kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya, terutama
memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya. Sementara dari hasil penelitian
Hendro (2006) menyatakan bahwa keluarga yang pendapatnya di atas UMR dapat
memenuhi kebutuhan gizi keluarganya terutama ibu hamil sehingga diasumsikan
dapat mencegah terjadinya anemia, sedangkan keluarga dengan pendapatan di

bawah UMR dapat diasumsikan belum memenuhi kebutuhan hidup keluarganya


termasuk gizi ibu hamil.
2.4.6 Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku
untuk hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang
untuk menyerap informasi-informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku
dan

gaya

hidup

sehari-hari,

khusunya

tingkat

pendidikan

wanita

sangat

mempengaruhi kesehatannya. Dari hasil penelitian Hendro (2006), menyatakan ada


hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan status anemia, karena dengan
tingkat pendidikan ibu yang rendah diasumsikan pengetahuannya tentang gizi
rendah, sehingga berpeluang untuk terjadinya anemia sebaliknya jika ibu hamil
berpendidikan tinggi maka kemungkinan besar pengetahuannya tentang gizi juga
tinggi, sehingga diasumsikan kecil peluang terjadinya anemia.
2.4.7 Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan terhadap ibu hamil oleh
petugas kesehatan untuk memelihara kehamilannya yang dilaksanakan sesuai
standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan.
Tujuan pelayanan antenatal adalah mengantarkan ibu hamil agar dapat bersalin
dengan sehat dan memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan mengantisipasi dini
kelainan kehamilan dan deteksi serta antisipasi dini kelainan janin.
Pelayanan antenatal meliputi lima hal yang dikenal dengan istilah 5T yaitu
timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, nilai status
imunisasi TT dan pemberian tablet tambah darah. Konsumsi zat besi sangat
diperlukan oleh Ibu hamil yang ditujukan untuk mencegah ibu dan janin dari anemia,

dan faktor risiko lainnya. Diharapkan ibu hamil dapat mengonsumsi tablet Fe lebih
dari 90 tablet selama kehamilan. Berdasarkan laporan Riskesdas (2010) 80,7% ibu
hamil membeli tablet Fe, dengan jumlah hari minum 0-30 hari (36,3%), 90 hari atau
lebih (18%), 60-89 hari (8,3%), dan 31-59 hari (2,8%). Dijumpai 38% ibu hamil di
Sumatera Utara dan 3,6% di DI Yogyakarta yang tidak pernah minum tablet Fe.
K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mendapat pelayanan antenatal yang dilakukan pada trimester pertama kehamilan.
Sedangkan K4 adalah kunjungan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal
minimal 4 kali yaitu 1 kali pada trimester pertama kehamilan, 1 kali pada trimester
kedua dan 2 kali pada trimester ketiga

2.5 PATOFISIOLOGI ANEMIA PADA IBU HAMIL


Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi. Kebutuhan ibu selama
kehamilan adalah 800 mg besi, diantaranya 300 mg untuk janin dan 500 mg untuk
pertambahan eritrosit ibu. Dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg
besi/hari.
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara.
Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum
terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang
aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume
plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.
Volume darah ibu bertambah lebih kurang 50% yang menyebabkan konsentrasi sel darah

merah mengalami penurunan. Keadaan ini tidak normal bila konsentrasi turun terlalu
rendah yang menyebabkan Hb sampai <11 gr%. Meningkatnya volume darah berarti
meningkat pula jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel darah merah
sebagai kompensasi tubuh untuk menormalkan konsentrasi hemoglobin.
Pada kehamilan, fetus menggunakan sel darah merah ibu untuk pertumbuhan dan
perkembangan terutama pada tiga bulan terakhir kehamilan. Bila ibu telah mempunyai
banyak cadangan zat besi dalam sumsum tulang sebelum hamil maka pada waktu
kehamilan dapat digunakan untuk kebutuhan bayinya.Akan tetapi bila pembentukan sel-sel
darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran
darah yang menyebabkan konsentrasi atau kadar hemoglobin tidak dapat mencapai normal
dan terjadi anemia. Keadaan ini dapat terjadi mulai sejak umur kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam kehamilan umur 32 sampai 36 minggu.
Pada ibu hamil dan menyusui terdapat kebutuhan Fe dengan rincian sebagai berikut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Penambahan komponen darah-eritrosit


Plasenta
Kebutuhan janain
Kehilangan darah pada persalinan per vaginam
Tindakan operasi seksio sesarea
Kebutuhan untuk laktasi

450 mg
75 mg
300 mg
200 mg
225 mg
1 mg/hari
1.000 mg

2.6 MANIFESTASI KLINIS ANEMIA PADA IBU HAMIL


Gejala anemia pada kehamilan yaitu ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun, konsentrasi hilang, nafas
pendek (pada anemia parah). Keluhan anemia yang paling sering dijumpai dimasyarakat
adalah yang lebih dikenal dengan 5L yaitu lesu, lemah, letih, lelah dan lalai. Disamping itu
penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh yang mengakibatkan
mudah terkena infeksi

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK ANEMIA PADA IBU HAMIL


Selama awal kehamilan, ibu hamil sebaiknya melakukan tes darah. Tes darah
biasanya meliputi:
1. Tes hemoglobin. Tes ini untuk mengukur jumlah hemoglobin - sebuah protein yang kaya
zat besi dalam sel darah merah yang membawa oksigen dari paru ke jaringan dalam
tubuh.
2. Tes hematokrit. Tes ini untuk mengukur persentase sel darah merah dalam sampel
darah.
Jika hasil tes hemoglobin atau hematokrit diperoleh hasil yang lebih rendah dari
tingkat normal yaitu kurang dari 11% gr/dl kemungkinan terjadi anemia defisiensi besi.
untuk menentukan apakah terjadi kekurangan zat besi atau penyebab lain untuk anemia
maka perlu memeriksa tes darah lainnya, pemeriksaan ini juga dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga
2.8 PENATALAKSANAAN ANEMIA PADA IBU HAMIL
Untuk mencegah anemia selama kehamilan , pastikan mendapatkan cukup zat besi .
Makan makanan yang seimbang dan menambahkan lebih banyak makanan yang tinggi zat
besi untuk diet. Setidaknya tiga porsi sehari makanan kaya zat besi , seperti terdapat
daging merah , unggas , dan ikan terdapat sayur sayuran hijau gelap ( seperti bayam ,
brokoli ); sereal yang diperkaya zat besi dan biji-bijian; kacang-kacangan, dan tahu, telur
Makanan yang tinggi vitamin C dapat membantu tubuh menyerap lebih banyak zat
besi, termasuk : buah jeruk dan jus, stroberi,kiwi, tomat, paprika. Selain itu, pilih makanan
yang tinggi asam folat untuk membantu mencegah defisiensi folat, termasuk : sayuran
berdaun hijau, buah jeruk dan jus, roti dan sereal yang diperkaya zat besi, dan kacang
kering. Jika mengalami anemia selama kehamilan, perlu mengunakan suplemen zat besi

atau suplemen asam folat di samping vitamin prenatal, menambahkan lebih banyak
makanan yang tinggi zat besi dan asam folat untuk diet, mengunakan suplemen vitamin
B12.Menyertakan makanan hewani lebih dalam diet, seperti: daging, telur, dan produk
susu.
Pada laktasi efektif selama 4-5 bulan diperlukan Fe sebanyak 120-150 mg. Dalam
upaya memberikan tambahan Fe perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
1. Kemampuan resorbsi gastrointestinal khususnya duodenum
2. Persentase jumlah Fe efektif yang dapat diserap
3. Apakah terdapat parasite yang dapat menimbulkan perdarahan menahun atau
menganngu diserapnya Fe itu
4. Bagaimana memilih tablet tambahan Fe yang paling menguntungkan (Manuaba, 2007)

2.9 KOMPLIKASI ANEMIA PADA IBU HAMIL


Anemia selama kehamilan menyebabkan ibu tidak begitu mampu untuk menghadapi
kehilangan darah dan membuatnya lebih rentan terhadap infeksi. Jika terjadi anemia
kegagalan jantung cenderung terjadi. Anemia juga dapat menimbulkan hipoksia fetal,
persalinan premature dan berpengaruh terhadap kematian ibu.Sekalipun tampaknya janin
mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi
metabolisme tubuh sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim. Akibatnya bayi dapat lahir dengan cacat bawaan, lahir dengan anemia,
gangguan/hambatan pada pertumbuhan sel tubuh maupun sel otak janin sehingga pada
ibu hamil dapat mengalami keguguran, lahir sebelum

waktunya, BBLR, perdarahan

sebelum dan waktu melahirkan serta pada anemia berat dapat menimbulkan kematian ibu
dan bayi. Penderita kekurangan besi akan turun daya tahan tubuhnya, sehingga mudah
terkena penyakit infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, IBG. 2007. Pengantar Kuliah Obstetrik. Jakarta: EGC
Bloom, Cunningham, Hauth, Leveno, Rouse, and Spong. 2012. Obstetri Williams.
Jakarta: EGC
Sinsin, Iis. 2007. Skia: Masa Kehamilan & Persalinan. Jakarta: Elex Media Komputindo

Anda mungkin juga menyukai