BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi. Biasanya dimulai
dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung
oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara
konsisten dan konsekuen.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, karena :
mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi,
baik intern perusahaan maupun dengan eksternal, mampu meningkatkan motivasi pekerja,
melindungi prinsip kebebasan berniaga, mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan
memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra
produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan
lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya
termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama
apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam
sistem remunerasi atau jenjang karier. Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas adalah aset
yang paling berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus semaksimal
mungkin harus mempertahankan karyawannya.
Seperti kasus yang masih ramai sampai sekarang, lumpur yang terus menyemburkan
panas dari 26 Mei 2006. Lumpur Panas Sidoarjo atau beberapa menyebut Lumpur Lapindo,
adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di
Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 26
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]
Page 2
Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya
kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta
mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah lumpur menggenangi dua belas desa di
tiga kecamatan ( sumber desa renokenongo ). Semula hanya menggenangi empat desa
dengan ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya warga setempat untuk
diungsikan serta rusaknya areal pertanian. Luapan lumpur ini juga menggenangi sarana
pendidikan dan Markas Koramil Porong. Hingga bulan Agustus 2006, luapan lumpur ini
telah menggenangi sejumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin,
dengan total warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan tak 25.000 jiwa
mengungsi. Karena tak kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit rumah ibadah
terendam lumpur.
Desa Renokenongo yang di kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo sebelumnya
merupakan desa yang cukup tenteram, nyaman, serta masyarakat yang dinamis dengan
tingkat perekonomian rata-rata tergolong mampu. Namun pada tanggal 29 Mei 2006, 2 hari
setelah gempa besar mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya, lumpur panas menyembur dari
sumur Banjar Panji-1 milik PT. Lapindo Brantas di desa Renokenongo, Kecamatan Porong,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Semburan lumpur mencapai 150.000 meter kubik setiap
hari. Luas seluruh Desa Renokenongo adalah 195,4 Ha, dengan penduduk pada Tahun 2009
berjumlah 6.399 jiwa dan pada Tahun 2010 jumlah penduduk berjumlah 6.437 jiwa, dan
terdiri dari 4 Dusun, terpaksa di ungsikan ke Relokasi mandiri yang bertempat di Perum.
Renojoyo kedung klampir yang berjumlah + 500 KK. Karena terjadinya Lumpur, penduduk
kehilangan tempat tinggal dan persawahan seluas 80,4 Ha. Hingga bulan Mei 2007 semburan
lumpur ini belum berhasil dihentikan.
Rumusan Masalah
Adapun di dalam penulisan makalah ini, penulis menemukan beberapa masalah, yaitu:
1. Apa yang menjadi penyebab terjadinya bencana lumpur lapindo?
Page 3
2. Apa dampak yang diakibatkan oleh bencana lumpur lapindo pada masyarakat dan
aktivitas perekonomian di Jawa Timur?
3. Apa yang dilakukan pemerintah dan Lapindo Brantas Inc untuk menyelesaikan
permasalahan bencana lumpur lapindo?
4. Siapa saja yang menjadi tersangka dalam kasus lumpur lapindo?
Tujuan
Adapun tujuan dari adanya penulisan karya ilmiah ini, yaitu:
1. Mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya bencana lumpur lapindo.
2. Mengetahui dampak yang diakibatkan oleh bencana lumpur lapindo pada masyarakat
dan aktivitas perekonomian di Jawa Timur
3. Mengetahui tindakan pemerintah dan Lapindo Brantas Inc untuk menyelesaikan
permasalahan bencana lumpur lapindo
4. Mengetahui siapa saja yang menjadi tersangka dalam kasus lumpur lapindo
BAB II
LANDASAN TEORI
Eksploitasi dan eksplorasi dari BP Migas telah menyebabkan terjadinya kerusakan
lingkungan dan pencemaran lingkungan, dalam UUPLH No. 23 Tahun 1997 hal ini telah
melanggar Pasal 41 hingga Pasal 45 undangundang tersebut. Namun tentunya dalam hal
Lapindo, jika nantinya tidak dapat ditemukan bahwa penyebab menyemburnya lumpur yang
telah mengakibatkan bencana ini merupakan kealpaan atau kesengajaan dalam kegiatan
pengeboran sudah tentu Lapindo sebagai korporasi tidak dapat dijatuhi hukuman. Dan hal ini
akan membuat masyarakat yang mencari keadilan akan terkoyak.
Di Indonesia, salah satu peraturan yang mempidanakan kejahatan korporasi adalah
Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup. Hal ini dapat dilihat dari
isi pasal 46 yang mengadopsi doktrin vicarious liability. Meskipun tidak digariskan secara
jelas seperti dalam KUHP Belanda, berdasarkan sistem hukum pidana di Indonesia pada saat
ini terdapat 3 bentuk pertanggungjawaban pidana dalam kejahatan korporasi berdasarkan
regulasi yang sudah ada, yaitu :
Dibebankan pada korporasi itu sendiri, seperti diatur dalam Pasal 65 ayat 1 dan 2 UU
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]
Page 4
No.38/2004 tentang Jalan. Dapat pula dibebankan kepada organisasi atau pengurus korporasi
yang melakukan perbuatan atau mereka yang bertindak sebagai pemimpin dalam melakukan
tindak pindana, seperti yang diatur dalam pasal 20 ayat UU No.31/1999 tentang Tindak
Pidana Korupsi dan UU No.31/2004 tentang Perikanan. Kemudian kemungkinan berikutnya
adalah dapat dibebankan baik kepada pengurus korporasi sebagai pemberi perintah atau
pemimpin dan juga dibebankan kepada koorporasi, contohnya seperti dalam pasal 20 ayat 1
UU No.31/1999 tentang Tindak Pidana Korupsi.
Kejahatan korporasi adalah merupakan pelanggaran atau tindak pidana yang
dilakukan oleh korporasi, yang tentunya berkaitan dengan hubungan keperdataan, artinya
hubungan yang menimbulkan tindak pidana tersebut adalah perbuatan perdata. Melakukan
pengeboran yang bertujuan sebagai kegiatan penambangan gas di Blok Brantas oleh Lapindo
Brantas Inc., menurut pengertian kejahatan korporasi adalah merupakan perbuatan perdata,
sedangkan hal yang berlanjut mengenai adanya kesalahan manusia atau human error dan
mengakibatkan kerugian bagi orang lain adalah merupakan perbuatan tindak pidana.
Human error yang dilakukan oleh Lapindo Brantas adalah tidak dipasangnya pipa
selubung dalam aktivitas pengeborannya sehingga mengakibatkan bencana itu terjadi.
Pemasangan chasing (pipa selubung) yang tidak dilakukan lebih awal oleh Lapindo ini dapat
dijadikan sebagai suatu kelalaian dari sebuah korporasi dengan tidak dilaksanakannya standar
keselamatan sebelum pelaksanan pengeboran.
Kejahatan korporasi yang dimaksud adalah kejahatan korporasi dibidang lingkungan
hidup, yaitu tindakan pencemaran dan perusakan lingkungan dilakukan oleh sebuah
korporasi bernama Lapindo Brantas Incorporated. Dampak yang diakibatkan adanya
perbuatan oleh korporasi tersebut merugikan tidak hanya secara material, namun juga telah
merugikan lingkungan hidup masyarakat Sidorajo. Hal seperti ini dapat dikatakan sebagai
sebuah perbuatan tindak kejahatan. Dalam kasus Lapindo ditemukan beberapa pelanggaran
hukum yang bisa dijerat dengan pasal-pasal dalam undang-undang antara lain hukum
lingkungan hidup (UULH), hukum Pidana (KUHP) dan hukum Perdata (KUHPer).
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]
Page 5
Sanksi dapat dijatuhkan kepada perorangan yaitu setiap orang yang memberi perintah
maupun yang melaksanakan perintah, dalam kejadian ini, korporasi dapat juga dijadikan
tersangka sesuai dalam Pasal 45 dan Pasal 46 UU No.23/1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dan didalam RUU KUHP Paragraf 7 tentang Korporasi yang dimulai
dari pasal 44-49.
Polisi sudah menetapkan 13 tersangka yang dibagi menjadi enam berkas acara
pemeriksaan (BAP) dalam kasus tersebut. Sebanyak lima berkas di antaranya telah selesai
dan masih belum dinyatakan lengkap (P21) oleh kejaksaaan. Mereka dijerat dengan pasal
187 dan 188 KUHP terkait bahaya banjir dan UU No 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan
Hidup.
Tiga dari sepuluh tersangka yang tidak dikonfrontir adalah GM (General Manager)
Lapindo Brantas Inc, Ir Imam P Agustino, mantan GM Lapindo (yang digantikan Imam
Agustino), Aswan P Siregar, dan Direktur PT Medici Citra Nusa, Yenny Nawawi SE.
Sementara itu, sepuluh tersangka yang dikonfrontir adalah Ir Rahenold dan Subie, keduanya
supervisor pengeboran PT Medici, Slamet BK (staf supervisor pengeboran PT Medici), serta
Willem Hunila (staf pengeboran Lapindo Brantas Inc). Selain itu, Ir Edi Sutriono (staf
pengeboran Lapindo Brantas Inc), Ir Nur Rohmad Sawolo (VP DSS PT Energy Mega
Persada), Slamet Rianto (project manager pengeboran PT Medici Citra Nusa), Lilik Marsudi
(juru bor PT Tiga Musim Mas Jaya atau TMMJ), Sulaiman bin Ali (pengawas rig PT TMMJ),
dan Sarjianto (mandor pengeboran PT TMMJ).
Brantas (Lapindo) sebagai pemegang izin eksplorasi dan eksplotasi pada Blok
Brantas baru sebatas pemberian ganti rugi terhadap kerusakan fisik yang diderita warga
sekitar daerah bencana. Sementara upaya menghentikan semburan lumpur dan upaya
penanggulangan dampak kerusakan dan pencemaran lingkungan sebagai akibat lain dari
bencana tersebut belum ditangani secara benar dan sistematis.
definisi tentang perusakan lingkungan hidup yang terdapat dalam Pasal 1 angka 14 memuat
unsure-unsur sebagai berikut :
1. Adanya tindakan, tindakan yang dilakukan adalah pengeboran migas oleh PT. Lapindo
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]
Page 6
Brantas dalam rangka mengeksplorasi dan ekplotasi sumber migas di Blok Brantas tersebut.
2.
Menimbulkan perubahan langsung atau tidak terhadap perubahan fisik dan/ atau hayati
lingkungan, semburan dan luberan lumpur yang masih terjadi saat ini memuat kandungan
bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3) yang mengakibatkan perubahan langsung terhadap
perubahan fisik lingkungan hidup di Kec. Porong dan sekitarnya yang belum ada kepastian
sampai berapa lama lagi luberan lumpur ini akan berlanjut.
3.
Mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan
yang berkelanjutan, melihat fakta luberan dan semburan lumpur yang semakin hari semakin
meningkat sudah jelas tidak akan terjadi pembangunan di Kec. Porong Sidoarjo dan
sekitarnya tersebut, daerah ini akan terisolasi dan tidak ada yang dapat memperkirakan akan
sampai berapa lama, bahkan jalan tol antara Surabaya-Gempol yang melewati daerah
semburan lumpur ini diperkirakan akan ditutup dan tidak dapat dilewati kendaraan
tranportasi orang dan barang.
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus pencemaran lumpur panas di daerah Porong, Sidoarjo merupakan kasus yang
mendapat banyak perhatian publik. Alasannya adalah kebocoran gas yang terjadi berdampak
sangat besar bagi stabilitas nasional. Terjadi kebocoran gas hidrogen sulfida pada tanggal 28
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]
Page 7
Mei 2006, di salah satu area eksplorasi gas di lokasi Banjar Panji milik perusahaan PT.
Lapindo Brantas. Pencemaran industri tersebut berdampak sangat besar terutama bagi
penduduk sekitar.
Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo sudah memasang casing 30 inchi pada
kedalaman 150 kaki, casing 20 inchi pada 1195 kaki, casing (liner) 16 inchi pada 2385 kaki
dan casing 13-3/8 inchi pada 3580 kaki (Lapindo Press Rilis ke wartawan, 15 Juni 2006).
Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki,
mereka belum memasang casing 9-5/8 inchi yang rencananya akan dipasang tepat di
kedalaman batas antara formasi Kalibeng Bawah dengan Formasi Kujung (8500 kaki).
Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pemboran ini dengan
membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat prognosis dengan
mengasumsikan zona pemboran mereka di zona Rembang dengan target pemborannya adalah
formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujungnya. Alhasil, mereka merencanakan memasang casing setelah menyentuh target yaitu batu
gamping formasi Kujung yang sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka tidak mengcasing lubang karena kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran,
lumpur overpressure (bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos
(blow out) tetapi dapat di atasi dengan pompa lumpurnya Lapindo (Medici).
Pihak Lapindo telah menyediakan dana sebesar US$ 70 juta atau sekitar 665 milyar
untuk dana darurat penanggulangan lumpur. Dana ini digunakan untuk salah satunya adalah
membuat tanggul untuk membendung area genangan lumpur.
Pemerintah Indonesia sendiri belum mampu
menanggulangi permasalahan kebocoran gas ini,
termasuk masalah peradilannya. Terlihat kasus ini
merupakan salah satu kegagalan supermasi hukum
di Indonesia.
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]
Page 8
Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur hingga Agustus 2006 antara
lain: lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring; lahan
padi seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]
Page 9
Jabon dan Pejarakan Jabon; serta 1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor
kijang.
o
Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan
merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak
o
lumpur ini.
Empat kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tak
bekerja.
o
Tidak berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta
o
penanggulangan lumpur.
Akibat amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan lumpur, pipa air
Page 10
UPAYA PENANGGULANGAN
Sejumlah upaya telah dilakukan untuk
menanggulangi luapan lumpur, diantaranya dengan
membuat
tanggul
untuk
membendung
area
Page 11
Kementerian
Lingkungan
Hidup
sekitarnya.
Institut
Teknologi
10
lumpur
berikut
menanggulangi
Page 12
penanggulangan
skenario
pendeknya
lumpur,
pemadaman.
adalah
Tujuan
memadamkan
berkutat
jangka
lumpur
dan
pertama adalah
meneruskan
upaya
lebih
besar.
Masalahnya,
untuk
itu
ke Kali
Porong.
Sebagai
tempat
Page 13
membutuhkan
frekuensi
dan
volume
lumpur.
pengembaraan
perairan Selat
Sedangkan
koloida
untuk
lumpur
mencegah
Sidoardjo
Madura,diperlukan
di
upaya
Page 14
Pada dasarnya berbisnis itu memerlukan suatu tekad yang baik agar menghasilkan sesuatu
yang baik juga, karena seperti yang kita lihat disini atas kasus lumpur lapindo mereka seperti
tidak bertanggung jawab atas kesalahan yang mereka buat. Adapun dibawah ini akan
dijelaskan tentang factor pendukung beretika bisnis.
o MODEL ETIKA DALAM BISNIS
Pada kasus LBI (Lapindo Brantas Inc) termasuk kedalam amoral manajemen
dikarenakan karena kasus ini tidak disengaja, akan tetapi dilakukan karena tidak
mematuhi peraturan yang sudah ada tentang surat edaran Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 1462/20/DJP/1996, yaitu salah satu syarat pemberian Kuasa
Pertambangan (KP) eksplorasi atau eksploitasi, LBI selaku pemegang KP harus
melakukan mekanisme Pengumuman Setempat (PS) untuk melindungi kepentingan
sosial rakyat setempat dimana usaha pertambangan dilakukan.
o SUMBER NILAI-NILAI ETIKA
1. Agama
Kerusakan lingkungan hidup terjadi setelah alam dieksploitasi terutama
untuk kepentingan industrialisasi. Setelah lingkungan hidup telah menjadi
masalah yang serius hingga mengancam kelangsungan kehidupan manusia,
maka perlu dikaji ulang prinsip, norma , nilai dan ketentuan hukum
dari khazanah fiqh yang ada relevansinya dengan persoalan lingkungan hidup.
Fiqh adalah penjabaran nilai-nilai ajaran Islam yang berlandaskan al-Quran
dan al-Hadits yang merupakan hasil ijtihad para ahli hukum Islam dengan
menyesuaikan perkembangan, kebutuhan,kemaslahatan umat dan
lingkungannya dalam ruang dan waktu yang melingkupinya.Dengan kata lain,
fiqh sebagai hukum Islam yang ijtihadi.
Oleh sebab itu, fiqh bersifat tatawur (berkembang) sesuai dengan
kapasitas daya nalar manusia dan perkembangan zaman. Tujuan hukum Islam
Page 15
Page 16
Menteri
Kelautan
dan
Page 17
Sepuluh
Nopember
Surabaya,
dengan
Page 18
tersangka tersebut yang dibagi menjadi enam berkas acara pemeriksaan (BAP)
dalam kasus tersebut. Sebanyak lima berkas di antaranya telah selesai dan
masih belum dinyatakan lengkap (P21) oleh kejaksaaan. Mereka dijerat
dengan pasal 187 dan 188 KUHP terkait bahaya banjir dan UU No 23 Tahun
1997 tentang Lingkungan Hidup.
Tiga dari sepuluh tersangka yang tidak dikonfrontir adalah GM
(General Manager) Lapindo Brantas Inc, Ir Imam P Agustino, mantan GM
Lapindo (yang digantikan Imam Agustino), Aswan P Siregar, dan Direktur PT
Medici Citra Nusa, Yenny Nawawi SE. Sementara itu, sepuluh tersangka yang
dikonfrontir adalah Ir Rahenold dan Subie, keduanya supervisor pengeboran
PT Medici, Slamet BK (staf supervisor pengeboran PT Medici), serta Willem
Hunila (staf pengeboran Lapindo Brantas Inc). Selain itu, Ir Edi Sutriono (staf
pengeboran Lapindo Brantas Inc), Ir Nur Rohmad Sawolo (VP DSS PT
Energy Mega Persada), Slamet Rianto (project manager pengeboran PT
Medici Citra Nusa), Lilik Marsudi (juru bor PT Tiga Musim Mas Jaya atau
TMMJ), Sulaiman bin Ali (pengawas rig PT TMMJ), dan Sarjianto (mandor
pengeboran PT TMMJ).
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), Pasal 1365
menyatakan "tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian
kepada seorang lain, mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut".
Pasal 1365 KUHPerdata menentukan syarat-syarat untuk menentukan
perbuatan melawan hukum. Pertama, harus ada perbuatan melawan hukum,
yaitu tidak hanya perbuatan yang bertentangan dengan UU, tetapi berbuat atau
tidak berbuat yang melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan
kewajiban orang yang berbuat atau tidak berbuat, bertentangan dengan sifat
berhati-hati sebagaimana patutnya dalam masyarakat.
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]
Page 19
Page 20
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
o Dari banyak pendapat ahli diketahui bahwa bencana lumpur lapindo ini disebabkan
oleh kelalaian yang dilakukan oleh Lapindo Brantas Inc. Pihak Lapindo Brantas Inc
tidak melakukan pemasangan casing sesuai dengan spesifikasi standar teknis
pengeboran, sehingga mengakibatkan terjadinya blow out atau semburan lumpur.
Page 21
o Bencana lumpur lapindo ini juga memberikan banyak dampak, tidak hanya pada
masyarakat sekitar namun juga pada aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Hal ini
dilihat dari banyaknya warga yang kehilangan tempat tinggal, lapangan pekerjaan,
dan sarana pendidikan. Bukan hanya itu, warga sekitar juga kesulitan untuk
mendapatkan air bersih, listrik, dan jaringan telepon. Selain itu juga masih ada pula
pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh bencana ini. Namun dibalik semua
dampak negatif tersebut masih ada pula dampak positif yang bisa didapat dari
terjadinya bencana ini. Dampak positif itu yaitu pembuatan batu bata dan genteng dari
lumpur lapindo serta pembuatan baterai dengan lumpur lapindo yang telah
memenangkan juara juara kedua dari kompetisi Technopreneurship Pemuda 2012.
o Pemerintah dan Lapindo Brantas Inc bekerjasama dalam melakukan upaya
penyelesaian lumpur lapindo ini, tiga tim telah dibentuk untuk menyelesaikan
masalah ini. Lapindo Brantas Inc juga telah melakukan 75% pembayaran ganti rugi
terhadap warga.
Saran
Diharapkan pemerintah dan Lapindo Brantas Inc akan dapat dengan segera memberikan
penyelesaian dari bencana lumpur lapindo ini, sehingga dampak yang ditimbulkan oleh
bencana ini tidak meluas. Selain itu Lapindo Brantas Inc diharapkan juga dapat segera
melakukan pelunasan pembayaran ganti rugi kepada masyarakat korban lumpur lapindo.
Sehingga mereka dapat memulai hidup mereka dengan lebih baik lagi.
Page 22