Anda di halaman 1dari 22

Page 1

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Etika bisnis dalam perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi. Biasanya dimulai
dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung
oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara
konsisten dan konsekuen.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu
menguntungkan perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, karena :
mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi,
baik intern perusahaan maupun dengan eksternal, mampu meningkatkan motivasi pekerja,
melindungi prinsip kebebasan berniaga, mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan
memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra
produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan
lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya
termasuk perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama
apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam
sistem remunerasi atau jenjang karier. Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas adalah aset
yang paling berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus semaksimal
mungkin harus mempertahankan karyawannya.
Seperti kasus yang masih ramai sampai sekarang, lumpur yang terus menyemburkan
panas dari 26 Mei 2006. Lumpur Panas Sidoarjo atau beberapa menyebut Lumpur Lapindo,
adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di
Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 26
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 2

Mei 2006. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya
kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta
mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.
Salah satu dampak yang ditimbulkan adalah lumpur menggenangi dua belas desa di
tiga kecamatan ( sumber desa renokenongo ). Semula hanya menggenangi empat desa
dengan ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya warga setempat untuk
diungsikan serta rusaknya areal pertanian. Luapan lumpur ini juga menggenangi sarana
pendidikan dan Markas Koramil Porong. Hingga bulan Agustus 2006, luapan lumpur ini
telah menggenangi sejumlah desa/kelurahan di Kecamatan Porong, Jabon, dan Tanggulangin,
dengan total warga yang dievakuasi sebanyak lebih dari 8.200 jiwa dan tak 25.000 jiwa
mengungsi. Karena tak kurang 10.426 unit rumah terendam lumpur dan 77 unit rumah ibadah
terendam lumpur.
Desa Renokenongo yang di kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo sebelumnya
merupakan desa yang cukup tenteram, nyaman, serta masyarakat yang dinamis dengan
tingkat perekonomian rata-rata tergolong mampu. Namun pada tanggal 29 Mei 2006, 2 hari
setelah gempa besar mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya, lumpur panas menyembur dari
sumur Banjar Panji-1 milik PT. Lapindo Brantas di desa Renokenongo, Kecamatan Porong,
Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Semburan lumpur mencapai 150.000 meter kubik setiap
hari. Luas seluruh Desa Renokenongo adalah 195,4 Ha, dengan penduduk pada Tahun 2009
berjumlah 6.399 jiwa dan pada Tahun 2010 jumlah penduduk berjumlah 6.437 jiwa, dan
terdiri dari 4 Dusun, terpaksa di ungsikan ke Relokasi mandiri yang bertempat di Perum.
Renojoyo kedung klampir yang berjumlah + 500 KK. Karena terjadinya Lumpur, penduduk
kehilangan tempat tinggal dan persawahan seluas 80,4 Ha. Hingga bulan Mei 2007 semburan
lumpur ini belum berhasil dihentikan.
Rumusan Masalah
Adapun di dalam penulisan makalah ini, penulis menemukan beberapa masalah, yaitu:
1. Apa yang menjadi penyebab terjadinya bencana lumpur lapindo?

[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 3

2. Apa dampak yang diakibatkan oleh bencana lumpur lapindo pada masyarakat dan
aktivitas perekonomian di Jawa Timur?
3. Apa yang dilakukan pemerintah dan Lapindo Brantas Inc untuk menyelesaikan
permasalahan bencana lumpur lapindo?
4. Siapa saja yang menjadi tersangka dalam kasus lumpur lapindo?
Tujuan
Adapun tujuan dari adanya penulisan karya ilmiah ini, yaitu:
1. Mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya bencana lumpur lapindo.
2. Mengetahui dampak yang diakibatkan oleh bencana lumpur lapindo pada masyarakat
dan aktivitas perekonomian di Jawa Timur
3. Mengetahui tindakan pemerintah dan Lapindo Brantas Inc untuk menyelesaikan
permasalahan bencana lumpur lapindo
4. Mengetahui siapa saja yang menjadi tersangka dalam kasus lumpur lapindo

BAB II
LANDASAN TEORI
Eksploitasi dan eksplorasi dari BP Migas telah menyebabkan terjadinya kerusakan
lingkungan dan pencemaran lingkungan, dalam UUPLH No. 23 Tahun 1997 hal ini telah
melanggar Pasal 41 hingga Pasal 45 undangundang tersebut. Namun tentunya dalam hal
Lapindo, jika nantinya tidak dapat ditemukan bahwa penyebab menyemburnya lumpur yang
telah mengakibatkan bencana ini merupakan kealpaan atau kesengajaan dalam kegiatan
pengeboran sudah tentu Lapindo sebagai korporasi tidak dapat dijatuhi hukuman. Dan hal ini
akan membuat masyarakat yang mencari keadilan akan terkoyak.
Di Indonesia, salah satu peraturan yang mempidanakan kejahatan korporasi adalah
Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup. Hal ini dapat dilihat dari
isi pasal 46 yang mengadopsi doktrin vicarious liability. Meskipun tidak digariskan secara
jelas seperti dalam KUHP Belanda, berdasarkan sistem hukum pidana di Indonesia pada saat
ini terdapat 3 bentuk pertanggungjawaban pidana dalam kejahatan korporasi berdasarkan
regulasi yang sudah ada, yaitu :
Dibebankan pada korporasi itu sendiri, seperti diatur dalam Pasal 65 ayat 1 dan 2 UU
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 4

No.38/2004 tentang Jalan. Dapat pula dibebankan kepada organisasi atau pengurus korporasi
yang melakukan perbuatan atau mereka yang bertindak sebagai pemimpin dalam melakukan
tindak pindana, seperti yang diatur dalam pasal 20 ayat UU No.31/1999 tentang Tindak
Pidana Korupsi dan UU No.31/2004 tentang Perikanan. Kemudian kemungkinan berikutnya
adalah dapat dibebankan baik kepada pengurus korporasi sebagai pemberi perintah atau
pemimpin dan juga dibebankan kepada koorporasi, contohnya seperti dalam pasal 20 ayat 1
UU No.31/1999 tentang Tindak Pidana Korupsi.
Kejahatan korporasi adalah merupakan pelanggaran atau tindak pidana yang
dilakukan oleh korporasi, yang tentunya berkaitan dengan hubungan keperdataan, artinya
hubungan yang menimbulkan tindak pidana tersebut adalah perbuatan perdata. Melakukan
pengeboran yang bertujuan sebagai kegiatan penambangan gas di Blok Brantas oleh Lapindo
Brantas Inc., menurut pengertian kejahatan korporasi adalah merupakan perbuatan perdata,
sedangkan hal yang berlanjut mengenai adanya kesalahan manusia atau human error dan
mengakibatkan kerugian bagi orang lain adalah merupakan perbuatan tindak pidana.
Human error yang dilakukan oleh Lapindo Brantas adalah tidak dipasangnya pipa
selubung dalam aktivitas pengeborannya sehingga mengakibatkan bencana itu terjadi.
Pemasangan chasing (pipa selubung) yang tidak dilakukan lebih awal oleh Lapindo ini dapat
dijadikan sebagai suatu kelalaian dari sebuah korporasi dengan tidak dilaksanakannya standar
keselamatan sebelum pelaksanan pengeboran.
Kejahatan korporasi yang dimaksud adalah kejahatan korporasi dibidang lingkungan
hidup, yaitu tindakan pencemaran dan perusakan lingkungan dilakukan oleh sebuah
korporasi bernama Lapindo Brantas Incorporated. Dampak yang diakibatkan adanya
perbuatan oleh korporasi tersebut merugikan tidak hanya secara material, namun juga telah
merugikan lingkungan hidup masyarakat Sidorajo. Hal seperti ini dapat dikatakan sebagai
sebuah perbuatan tindak kejahatan. Dalam kasus Lapindo ditemukan beberapa pelanggaran
hukum yang bisa dijerat dengan pasal-pasal dalam undang-undang antara lain hukum
lingkungan hidup (UULH), hukum Pidana (KUHP) dan hukum Perdata (KUHPer).
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 5

Sanksi dapat dijatuhkan kepada perorangan yaitu setiap orang yang memberi perintah
maupun yang melaksanakan perintah, dalam kejadian ini, korporasi dapat juga dijadikan
tersangka sesuai dalam Pasal 45 dan Pasal 46 UU No.23/1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dan didalam RUU KUHP Paragraf 7 tentang Korporasi yang dimulai
dari pasal 44-49.
Polisi sudah menetapkan 13 tersangka yang dibagi menjadi enam berkas acara
pemeriksaan (BAP) dalam kasus tersebut. Sebanyak lima berkas di antaranya telah selesai
dan masih belum dinyatakan lengkap (P21) oleh kejaksaaan. Mereka dijerat dengan pasal
187 dan 188 KUHP terkait bahaya banjir dan UU No 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan
Hidup.
Tiga dari sepuluh tersangka yang tidak dikonfrontir adalah GM (General Manager)
Lapindo Brantas Inc, Ir Imam P Agustino, mantan GM Lapindo (yang digantikan Imam
Agustino), Aswan P Siregar, dan Direktur PT Medici Citra Nusa, Yenny Nawawi SE.
Sementara itu, sepuluh tersangka yang dikonfrontir adalah Ir Rahenold dan Subie, keduanya
supervisor pengeboran PT Medici, Slamet BK (staf supervisor pengeboran PT Medici), serta
Willem Hunila (staf pengeboran Lapindo Brantas Inc). Selain itu, Ir Edi Sutriono (staf
pengeboran Lapindo Brantas Inc), Ir Nur Rohmad Sawolo (VP DSS PT Energy Mega
Persada), Slamet Rianto (project manager pengeboran PT Medici Citra Nusa), Lilik Marsudi
(juru bor PT Tiga Musim Mas Jaya atau TMMJ), Sulaiman bin Ali (pengawas rig PT TMMJ),
dan Sarjianto (mandor pengeboran PT TMMJ).
Brantas (Lapindo) sebagai pemegang izin eksplorasi dan eksplotasi pada Blok
Brantas baru sebatas pemberian ganti rugi terhadap kerusakan fisik yang diderita warga
sekitar daerah bencana. Sementara upaya menghentikan semburan lumpur dan upaya
penanggulangan dampak kerusakan dan pencemaran lingkungan sebagai akibat lain dari
bencana tersebut belum ditangani secara benar dan sistematis.
definisi tentang perusakan lingkungan hidup yang terdapat dalam Pasal 1 angka 14 memuat
unsure-unsur sebagai berikut :
1. Adanya tindakan, tindakan yang dilakukan adalah pengeboran migas oleh PT. Lapindo
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 6

Brantas dalam rangka mengeksplorasi dan ekplotasi sumber migas di Blok Brantas tersebut.
2.
Menimbulkan perubahan langsung atau tidak terhadap perubahan fisik dan/ atau hayati
lingkungan, semburan dan luberan lumpur yang masih terjadi saat ini memuat kandungan
bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3) yang mengakibatkan perubahan langsung terhadap
perubahan fisik lingkungan hidup di Kec. Porong dan sekitarnya yang belum ada kepastian
sampai berapa lama lagi luberan lumpur ini akan berlanjut.
3.
Mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan
yang berkelanjutan, melihat fakta luberan dan semburan lumpur yang semakin hari semakin
meningkat sudah jelas tidak akan terjadi pembangunan di Kec. Porong Sidoarjo dan
sekitarnya tersebut, daerah ini akan terisolasi dan tidak ada yang dapat memperkirakan akan
sampai berapa lama, bahkan jalan tol antara Surabaya-Gempol yang melewati daerah
semburan lumpur ini diperkirakan akan ditutup dan tidak dapat dilewati kendaraan
tranportasi orang dan barang.

BAB III
PEMBAHASAN
Kasus pencemaran lumpur panas di daerah Porong, Sidoarjo merupakan kasus yang
mendapat banyak perhatian publik. Alasannya adalah kebocoran gas yang terjadi berdampak
sangat besar bagi stabilitas nasional. Terjadi kebocoran gas hidrogen sulfida pada tanggal 28
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 7

Mei 2006, di salah satu area eksplorasi gas di lokasi Banjar Panji milik perusahaan PT.
Lapindo Brantas. Pencemaran industri tersebut berdampak sangat besar terutama bagi
penduduk sekitar.
Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo sudah memasang casing 30 inchi pada
kedalaman 150 kaki, casing 20 inchi pada 1195 kaki, casing (liner) 16 inchi pada 2385 kaki
dan casing 13-3/8 inchi pada 3580 kaki (Lapindo Press Rilis ke wartawan, 15 Juni 2006).
Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki,
mereka belum memasang casing 9-5/8 inchi yang rencananya akan dipasang tepat di
kedalaman batas antara formasi Kalibeng Bawah dengan Formasi Kujung (8500 kaki).
Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pemboran ini dengan
membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat prognosis dengan
mengasumsikan zona pemboran mereka di zona Rembang dengan target pemborannya adalah
formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujungnya. Alhasil, mereka merencanakan memasang casing setelah menyentuh target yaitu batu
gamping formasi Kujung yang sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka tidak mengcasing lubang karena kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran,
lumpur overpressure (bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos
(blow out) tetapi dapat di atasi dengan pompa lumpurnya Lapindo (Medici).
Pihak Lapindo telah menyediakan dana sebesar US$ 70 juta atau sekitar 665 milyar
untuk dana darurat penanggulangan lumpur. Dana ini digunakan untuk salah satunya adalah
membuat tanggul untuk membendung area genangan lumpur.
Pemerintah Indonesia sendiri belum mampu
menanggulangi permasalahan kebocoran gas ini,
termasuk masalah peradilannya. Terlihat kasus ini
merupakan salah satu kegagalan supermasi hukum
di Indonesia.
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 8

Irosnisnya pemerintah masih belum tahu


cara menanggulangi pencemaran ini. Banyak upaya
yang dilakukan, belum menemukan titik cerah.
Ironisnya lagi para ahli di bidang ini berpendapat
bahwa pencemaran ini tidak akan berhenti sampai
lebih dari 30 tahunyang akan datang.
DAMPAK
Semburan lumpur ini membawa dampak yang luar
biasa bagi masyarakat sekitar maupun bagi aktivitas
perekonomian di Jawa Timur. Sampai Mei 2009, PT
Lapindo, melalui PT Minarak Lapindo Jaya telah
mengeluarkan uang baik untuk mengganti tanah
masyarakat maupun membuat tanggul sebesar Rp. 6
Triliun.
o Lumpur menggenangi 16 desa di tiga kecamatan. Semula hanya menggenangi empat
desa dengan ketinggian sekitar 6 meter, yang membuat dievakuasinya warga setempat
untuk diungsikan serta rusaknya areal pertanian. Luapan lumpur ini juga
menggenangi sarana pendidikan dan Markas Koramil Porong. Hingga bulan Agustus
2006, luapan lumpur ini telah menggenangi sejumlah desa/kelurahan di Kecamatan
Porong, Jabon, dan Tanggulangin, dengan total warga yang dievakuasi sebanyak lebih
dari 8.200 jiwa dan tak 25.000 jiwa mengungsi. Karena tak kurang 10.426 unit rumah
terendam lumpur dan 77 unit rumah ibadah terendam lumpur.
o

Lahan dan ternak yang tercatat terkena dampak lumpur hingga Agustus 2006 antara
lain: lahan tebu seluas 25,61 ha di Renokenongo, Jatirejo dan Kedungcangkring; lahan
padi seluas 172,39 ha di Siring, Renokenongo, Jatirejo, Kedungbendo, Sentul, Besuki
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 9

Jabon dan Pejarakan Jabon; serta 1.605 ekor unggas, 30 ekor kambing, 2 sapi dan 7 ekor
kijang.
o
Sekitar 30 pabrik yang tergenang terpaksa menghentikan aktivitas produksi dan
merumahkan ribuan tenaga kerja. Tercatat 1.873 orang tenaga kerja yang terkena dampak
o

lumpur ini.
Empat kantor pemerintah juga tak berfungsi dan para pegawai juga terancam tak

bekerja.
o
Tidak berfungsinya sarana pendidikan (SD, SMP), Markas Koramil Porong, serta
o

rusaknya sarana dan prasarana infrastruktur (jaringan listrik dan telepon)


Rumah/tempat tinggal yang rusak akibat diterjang lumpur dan rusak sebanyak 1.683
unit. Rinciannya: Tempat tinggal 1.810 (Siring 142, Jatirejo 480, Renokenongo 428,
Kedungbendo 590, Besuki 170), sekolah 18 (7 sekolah negeri), kantor 2 (Kantor Koramil

dan Kelurahan Jatirejo), pabrik 15, masjid dan musala 15 unit.


o
Kerusakan lingkungan terhadap wilayah yang tergenangi, termasuk areal persawahan
o
Pihak Lapindo melalui Imam P. Agustino, Gene-ral Manager PT Lapindo Brantas,
mengaku telah menyisihkan US$ 70 juta (sekitar Rp 665 miliar) untuk dana darurat
o

penanggulangan lumpur.
Akibat amblesnya permukaan tanah di sekitar semburan lumpur, pipa air

milik PDAM Surabaya patah.


o
Meledaknya pipa gas milik Pertamina akibat penurunan tanah karena tekanan lumpur
o

dan sekitar 2,5 kilometer pipa gas terendam.


Ditutupnya ruas jalan tol Surabaya-Gempol hingga waktu yang tidak ditentukan, dan
mengakibatkan kemacetan di jalur-jalur alternatif, yaitu melalui Sidoarjo-Mojosari-

Porong dan jalur Waru-tol-Porong.


o
Tak kurang 600 hektare lahan terendam.
o
Sebuah SUTET milik PT PLN dan seluruh jaringan telepon dan listrik di empat desa
serta satu jembatan di Jalan Raya Porong tak dapat difungsikan.
Penutupan ruas jalan tol ini juga menyebabkan
terganggunya jalur transportasi Surabaya-Malang
dan Surabaya-Banyuwangi serta kota-kota lain di
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 10

bagian timur pulau Jawa. Ini berakibat pula terhadap


aktivitas produksi di kawasan Ngoro (Mojokerto)
dan Pasuruan yang selama ini merupakan salah satu
kawasan industri utama di Jawa Timur.

UPAYA PENANGGULANGAN
Sejumlah upaya telah dilakukan untuk
menanggulangi luapan lumpur, diantaranya dengan
membuat

tanggul

untuk

membendung

area

genangan lumpur. Namun, lumpur terus menyembur


setiap harinya, sehingga sewaktu-waktu tanggul
dapat jebol, yang mengancam tergenanginya lumpur
pada permukiman di dekat tanggul. Jika dalam tiga
bulan bencana tidak tertangani, adalah membuat
waduk dengan beton pada lahan seluas 342 hektare,
dengan mengungsikan 12.000 warga.

[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 11

Kementerian

Lingkungan

Hidup

mengatakan, untuk menampung lumpur sampai


Desember 2006, mereka menyiapkan 150 hektare
waduk baru. Juga ada cadangan 342 hektare lagi
yang sanggup memenuhi kebutuhan hingga Juni
2007. Akhir Oktober, diperkirakan volume lumpur
sudah mencapai 7 juta m3.Namun rencana itu batal
tanpa sebab yang jelas.
Badan Meteorologi dan Geofisika meramal
musim hujan bakal datang dua bulanan lagi. Jika
perkiraan itu tepat, waduk terancam kelebihan daya
tampung. Lumpur pun meluap ke segala arah,
mengotori

sekitarnya.

Institut

Teknologi

10

Nopember Surabaya (ITS) memperkirakan, musim


hujan bisa membuat tanggul jebol, waduk-waduk
lumpur meluber, jalan tol terendam, dan lumpur
diperkirakan mulai melibas rel kereta. Ini adalah
bahaya yang bakal terjadi dalam hitungan jangka
pendek.
Sudah ada tiga tim ahli yang dibentuk untuk
memadamkan

lumpur

berikut

menanggulangi

dampaknya. Mereka bekerja secara paralel. Tiap tim


terdiri dari perwakilan Lapindo, pemerintah, dan
sejumlah ahli dari beberapa universitas terkemuka.
Di antaranya, para pakar dari Institut Teknologi 10
Nopember Surabaya, Institut Teknologi Bandung,

[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 12

dan Universitas Gadjah Mada. Tim Satu, yang


menangani
dengan

penanggulangan

skenario

pendeknya

lumpur,

pemadaman.

adalah

Tujuan

memadamkan

berkutat
jangka

lumpur

dan

mencari penyelesaian cepat untuk jutaan kubik


lumpur yang telah terhampar di atas tanah.
ANTISIPASI KEGAGALAN MENGHENTIKAN SEMBURAN LUMPUR
Pilihan

pertama adalah

meneruskan

upaya

penangangan lumpur di lokasi semburan dengan


membangun waduk tambahan di sebelah tanggultanggul yang ada sekarang. Dengan sedikit upaya
untuk menggali lahan ditempat yang akan dijadikan
waduk tambahan tersebut agar daya tampungnya
menjadi

lebih

besar.

Masalahnya,

untuk

membebaskan lahan disekitar waduk diperlukan


waktu, begitu juga untuk menyiapkan tanggul yang
baru, sementara semburan lumpur secara terus
menerus, dari hari ke hari, volumenya terus
membesar.
Pilihan kedua adalah membuang langsung lumpur
panas

itu

ke Kali

Porong.

Sebagai

tempat

penyimpanan lumpur, Kali Porong ibarat waduk


yang telah tersedia, tanpa perlu digali, memiliki
potensi volume penampungan lumpur panas yang

[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 13

cukup besar. Dengan kedalaman 10 meter di bagian


tengah kali tersebut, bila separuhnya akan diisi
lumpur panas Sidoardjo, maka potensi penyimpanan
lumpur di Kali Porong sekitar 300,000 m3 setiap
kilometernya. Dengan kata lain, kali Porong dapat
membantu menyimpan lumpur sekitar 5 juta m3,
atau akan memberikan tambahan waktu sampai lima
bulan bila volume lumpur yang dipompakan ke Kali
Porong tidak melebihi 50,000 m3 per hari. Bila
yang akan dialirkan ke Kali Porong adalah
keseluruhan lumpur yang menyembur sejak awal
Oktober 2006, maka volume lumpur yang akan
pindah ke Kali Porong mencapai 10 juta m3 pada
bulan Desember 2006. Volume lumpur yang begitu
besar

membutuhkan

frekuensi

dan

volume

penggelontoran air dari Sungai Brantas yang tinggi,


dan kegiatan pengerukan dasar sungai yang terus
menerus, agar Kali Porong tidak berubah menjadi
waduk

lumpur.

pengembaraan
perairan Selat

Sedangkan
koloida

untuk

lumpur

mencegah

Sidoardjo

Madura,diperlukan

di

upaya

pengendapan dan stabilisasi lumpur tersebut di


kawasan pantai Sidoardjo.

MODEL,SUMBER DAN FAKTOR PENDUKUNG BERETIKA BISNIS

[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 14

Pada dasarnya berbisnis itu memerlukan suatu tekad yang baik agar menghasilkan sesuatu
yang baik juga, karena seperti yang kita lihat disini atas kasus lumpur lapindo mereka seperti
tidak bertanggung jawab atas kesalahan yang mereka buat. Adapun dibawah ini akan
dijelaskan tentang factor pendukung beretika bisnis.
o MODEL ETIKA DALAM BISNIS
Pada kasus LBI (Lapindo Brantas Inc) termasuk kedalam amoral manajemen
dikarenakan karena kasus ini tidak disengaja, akan tetapi dilakukan karena tidak
mematuhi peraturan yang sudah ada tentang surat edaran Menteri Pertambangan dan
Energi Nomor 1462/20/DJP/1996, yaitu salah satu syarat pemberian Kuasa
Pertambangan (KP) eksplorasi atau eksploitasi, LBI selaku pemegang KP harus
melakukan mekanisme Pengumuman Setempat (PS) untuk melindungi kepentingan
sosial rakyat setempat dimana usaha pertambangan dilakukan.
o SUMBER NILAI-NILAI ETIKA
1. Agama
Kerusakan lingkungan hidup terjadi setelah alam dieksploitasi terutama
untuk kepentingan industrialisasi. Setelah lingkungan hidup telah menjadi
masalah yang serius hingga mengancam kelangsungan kehidupan manusia,
maka perlu dikaji ulang prinsip, norma , nilai dan ketentuan hukum
dari khazanah fiqh yang ada relevansinya dengan persoalan lingkungan hidup.
Fiqh adalah penjabaran nilai-nilai ajaran Islam yang berlandaskan al-Quran
dan al-Hadits yang merupakan hasil ijtihad para ahli hukum Islam dengan
menyesuaikan perkembangan, kebutuhan,kemaslahatan umat dan
lingkungannya dalam ruang dan waktu yang melingkupinya.Dengan kata lain,
fiqh sebagai hukum Islam yang ijtihadi.
Oleh sebab itu, fiqh bersifat tatawur (berkembang) sesuai dengan
kapasitas daya nalar manusia dan perkembangan zaman. Tujuan hukum Islam

[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 15

ditetapkan hidup manusia agar dapat mencapai kemaslahatan atau kebahagiaan


hidup duniawi dan ukhrowi. Berdasar tujuan ini, ilmu fiqh (hukum Islam)
secara garis besar memuat ketentuan hukum menjadi empat
bidang Pertama. Bidang ibadah yaitu bagian yang mengatur hubungan antara
manusia selaku makhluk dengan Allah Swt sebagai khaliknya (hubungan
transedensi-hukum ibadah). Kedua, bidang Muamalat, bagian yang mengatur
hubungan manusia sesamanya dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari (hukum Muamalat). Ketiga, bidang Munakahat,bagian
yang mengatur hubungan manusia sesama lawan jenis dalam lingkungan
keluarga (hukum Pernikahan). Keempat, bidang Jinayat, bagian yang
mengatur keamanan manusia dalam suatu tertib pergaulan yang menjamin
keselamatan dan ketentramannya dalam kehidupan (hukum pidana).
2. Filosofi
UU 32 tahun 2009 tentang lingkungan hidup, dimana telah terjadi
kerusakan lingkungan yang cukup parah di Sidoarjo. Penyelidikan yang
dilakukan oleh 75 persen ahli yang menyelidiki kasus ini menyatakan,
kerusakan disebabkan oleh kelalaian manusia dan tak ada hubungannya
dengan bencana alam dimana kerusakan lingkungan yang merupakan
kesalahan perusahaan, akan tetapi lembaga KLH tidak bisa diharapkan lagi
karena pernyataan seputar kasus Lapindo tersebut menunjukkan ketidak
berpihakan KLH pada perlindunganlingkungan hidup. Memang diakui oleh
Steade et al. (1984: 584) bahwa menunjuk sesuatu secara tepat yang
merupakan perilaku bisnis secara etik bukanlah suatu tugas gampang. Dalam
hal ini, beberapa penduduk menyamakan perilaku secara etik (ethical
behavior)dengan perilaku legal (legal behavior) yaitu, jika suatu tindakan

[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 16

adalah legal (syah), merekaharus dapat diterima. Kebanyakan penduduk,


termasuk manajer, mengakui bahwa batas-bataslegal pada bisnis harus
dipatuhi.
Namun, mereka melihat batas-batas legal ini sebagai suatutitik
pemberangkatan untuk perilaku bisnis dan tindakan manajerial. Secara nyata,
perilaku bisnis beretika merefleksikan hukum ditambah tindakan etika
masyarakat, moral (kesusilaan). Pentingnya Etika dalam Dunia Bisnis
Perubahan perdagangan dunia menuntut segera di benahinya etika bisnis agar
tatanan ekonomi dunia semakin membaik. Langkah apa yangharus ditempuh.
Didalam bisnis tidak jarang berlaku konsep tujuan menghalalkan segala cara.
3. PENGALAMAN DAN PERKEMBANGAN BUDAYA
Pada kasus ini sebenarnya dilakukan oleh orang-orang berpengalaman
yang dimana mereka mengerti atas apa yang mereka kerjakan, akan tetapi atas
perkembangan budaya yang terus maju kita semakin lupa dengan aturanaturan yang ada. Seperti halnya pembuangan lumpur ke laut, hal ini menjadi
perhatian banyak orang karena lumpur lapindo akan dibuang kelaut seperti
halnya yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dalam melokalisir lumpur yang
terkontaminasi merkuri di Teluk Minamata, ketika terjadi pencemaran sekitar
tahun 1970-an akibat pembuangan lumpur beracun yang mengandung merkuri
dengan kadar yang sangat tinggi.
Banyak pihak menolak rencana pembuangan ke laut
ini,

diantaranya Walhi dan ITS.

Menteri

Kelautan

dan

Perikanan, Freddy Numberi, dalam Rapat Dengar Pendapat


dengan Komisi IV DPR RI, 5 September 2006, menyatakan
luapan lumpur Lapindo mengakibatkan produksi tambak
pada lahan seluas 989 hektare di dua kecamatan mengalami
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 17

kegagalan panen. Departemen Kelautan dan Perikanan


(DKP) memperkirakan kerugian akibat luapan lumpur pada
budidaya tambak di kecamatan Tanggulangin dan Porong
Sidoarjo, Jawa Timur, mencapai Rp10,9 miliar per tahun.
Dan rencana pembuangan lumpur yang dilakukan dengan
cara mengalirkannya ke laut melalui Sungai Porong, bisa
mengakibatkan dampak yang semakin meluas yakni
sebagian besar tambak di sepanjang pesisir Sidoarjo dan
daerah kabupaten lain di sekitarnya, karena lumpur yang
sampai di pantai akan terbawa aliran transpor sedimen
sepanjang pantai.
Dampak lumpur itu bakal memperburuk kerusakan
ekosistem Sungai Porong. Ketika masuk ke laut, lumpur
otomatis mencemari Selat Madura dan sekitarnya. Areal
tambak seluas 1.600 hektare di pesisir Sidoarjo akan
terpengaruh.
Alternatif yang sudah dikaji lembaga seperti Institut
Teknologi

Sepuluh

Nopember

Surabaya,

dengan

memisahkan air dari endapan lumpur lalu membuang air ke


laut. Lumpur itu mengandung 70 persen air, sisanya bahan
endapan. Kalau air bisa dibuang ke laut, tentu danau
penampungan tak perlu diperlebar, dan tekanan pada tanggul
bisa dikurangi. Sampai tahun 2009 ternyata teori itu tidak
bisa membuktikan adanya dampak tersebut.
4. HUKUM
Dalam kasus LBI ini ada 13 orang tersangka yang terbukti bersalah. 13
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 18

tersangka tersebut yang dibagi menjadi enam berkas acara pemeriksaan (BAP)
dalam kasus tersebut. Sebanyak lima berkas di antaranya telah selesai dan
masih belum dinyatakan lengkap (P21) oleh kejaksaaan. Mereka dijerat
dengan pasal 187 dan 188 KUHP terkait bahaya banjir dan UU No 23 Tahun
1997 tentang Lingkungan Hidup.
Tiga dari sepuluh tersangka yang tidak dikonfrontir adalah GM
(General Manager) Lapindo Brantas Inc, Ir Imam P Agustino, mantan GM
Lapindo (yang digantikan Imam Agustino), Aswan P Siregar, dan Direktur PT
Medici Citra Nusa, Yenny Nawawi SE. Sementara itu, sepuluh tersangka yang
dikonfrontir adalah Ir Rahenold dan Subie, keduanya supervisor pengeboran
PT Medici, Slamet BK (staf supervisor pengeboran PT Medici), serta Willem
Hunila (staf pengeboran Lapindo Brantas Inc). Selain itu, Ir Edi Sutriono (staf
pengeboran Lapindo Brantas Inc), Ir Nur Rohmad Sawolo (VP DSS PT
Energy Mega Persada), Slamet Rianto (project manager pengeboran PT
Medici Citra Nusa), Lilik Marsudi (juru bor PT Tiga Musim Mas Jaya atau
TMMJ), Sulaiman bin Ali (pengawas rig PT TMMJ), dan Sarjianto (mandor
pengeboran PT TMMJ).
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), Pasal 1365
menyatakan "tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian
kepada seorang lain, mewajibkan orang karena salahnya menerbitkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut".
Pasal 1365 KUHPerdata menentukan syarat-syarat untuk menentukan
perbuatan melawan hukum. Pertama, harus ada perbuatan melawan hukum,
yaitu tidak hanya perbuatan yang bertentangan dengan UU, tetapi berbuat atau
tidak berbuat yang melanggar hak orang lain atau bertentangan dengan
kewajiban orang yang berbuat atau tidak berbuat, bertentangan dengan sifat
berhati-hati sebagaimana patutnya dalam masyarakat.
[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 19

Kedua, ada kesalahan. Ketiga, ada kerugian. Keempat, ada hubungan


sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dan kerugian.
Selanjutnya, Pasal 1366 KUHPerdata menyatakan "setiap orang
bertanggungjawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena
perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena kelalaian
atau kurang hati-hatinya". Pasal 1367 KUHPerdata mengatur "seorang tidak
saja bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya
sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orangorang yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan oleh barang-barang yang
berada di bawah pengawasannya".
Berkaitan dengan masalah lumpur Lapindo, faktanya, lumpur telah
menenggelamkan sejumlah desa, warga masyarakat kehilangan harta benda,
jiwa, rumah tinggal, sawah/ladang sebagai mata pencaharian, perusahaanperusahaan terpaksa tutup tidak beroperasi karena lokasi perusahaan terendam
lumpur, yang mengakibatkan hilangnya pekerjaan dan mata pencaharian.
Menurut hemat penulis, unsur perbuatan melawan hukum telah terjadi
dalam masalah lumpur Lapindo, karena lumpur Lapindo telah melanggar hak
orang lain untuk hidup secara normal.
Perbuatan melawan hukum itu senantiasa melihat pada akibatnya dan
bukan melihat pada penyebabnya. Jadi, perbuatan melawan hukum tidak
diperlukan adanya unsur kesengajaan atau kealpaan, tetapi cukup adanya
kesalahan yang dilakukan, agar pihak yang melakukan kesalahan itu dapat
dimintai tanggung jawab secara perdata.Unsur kesalahan dimaksud, si
pembuat pada umumnya harus ada pertanggungjawabannya yaitu dia
menginsyafi akibat dari perbuatannya (toerekeningsvatbaar). Konkretnya,
dengan adanya kesalahan atas kegiatan pengeboran yang akhirnya
menimbulkan luapan lumpur yang menenggelamkan sejumlah desa,

[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 20

menghilangkan/memusnahkan rumah tinggal, harta benda/jiwa dan mata


pencarian warga masyarakat, sudah cukup untuk membuktikan kesalahan
perseroan tersebut karena telah merugikan hak-hak orang lain.

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
o Dari banyak pendapat ahli diketahui bahwa bencana lumpur lapindo ini disebabkan
oleh kelalaian yang dilakukan oleh Lapindo Brantas Inc. Pihak Lapindo Brantas Inc
tidak melakukan pemasangan casing sesuai dengan spesifikasi standar teknis
pengeboran, sehingga mengakibatkan terjadinya blow out atau semburan lumpur.

[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 21

o Bencana lumpur lapindo ini juga memberikan banyak dampak, tidak hanya pada
masyarakat sekitar namun juga pada aktivitas perekonomian di Jawa Timur. Hal ini
dilihat dari banyaknya warga yang kehilangan tempat tinggal, lapangan pekerjaan,
dan sarana pendidikan. Bukan hanya itu, warga sekitar juga kesulitan untuk
mendapatkan air bersih, listrik, dan jaringan telepon. Selain itu juga masih ada pula
pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh bencana ini. Namun dibalik semua
dampak negatif tersebut masih ada pula dampak positif yang bisa didapat dari
terjadinya bencana ini. Dampak positif itu yaitu pembuatan batu bata dan genteng dari
lumpur lapindo serta pembuatan baterai dengan lumpur lapindo yang telah
memenangkan juara juara kedua dari kompetisi Technopreneurship Pemuda 2012.
o Pemerintah dan Lapindo Brantas Inc bekerjasama dalam melakukan upaya
penyelesaian lumpur lapindo ini, tiga tim telah dibentuk untuk menyelesaikan
masalah ini. Lapindo Brantas Inc juga telah melakukan 75% pembayaran ganti rugi
terhadap warga.
Saran
Diharapkan pemerintah dan Lapindo Brantas Inc akan dapat dengan segera memberikan
penyelesaian dari bencana lumpur lapindo ini, sehingga dampak yang ditimbulkan oleh
bencana ini tidak meluas. Selain itu Lapindo Brantas Inc diharapkan juga dapat segera
melakukan pelunasan pembayaran ganti rugi kepada masyarakat korban lumpur lapindo.
Sehingga mereka dapat memulai hidup mereka dengan lebih baik lagi.

[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Page 22

[Etika Bisnis Kasus Lumpur Lapindo]

Anda mungkin juga menyukai