KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT berkat rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya
bimbingan dan sumbangan pemikiran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1.
Dosen mata kuliah Bersangkutan, yang telah memberi ilmu dan pengarahan dalam makalah ini.
2.
Bapak dan Ibu yang telah memberikan doa sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sebagai balasan atas amal baik dari semua
pihak yang telah disebutkan di atas. Penulis mengharap saran dan kritik membangun guna kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Garut, 1 Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
KATAPENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Identifikasi Masalah 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Evaluasi lahan
2
2
3
3
BAB I
PENDAHULUAN
11
Manfaat dari evaluasi sumberdaya lahan adalah untuk menilai kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan
tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan.
Hal ini penting terutama apabila perubahan penggunaan lahan tersebut diharapkan akan menyebabkan
perubahan-perubahan besar terhadap keadaan lingkungannya.
2.5 Tahapan evaluasi lahan
2.5.1 Pendekatan
Dalam evaluasi lahan ada 2 macam pendekatan yang dapat ditempuh mulai dari tahap konsultasi awal (initial
consultation) sampai kepada klasifikasi kesesuaian lahan (FAO, 1976). Kedua pendekatan itu adalah: 1)
pendekatan dua tahapan (two stage approach); dan 2) pendekatan paralel (parallel approach).
a. Pendekatan dua tahapan
Pendekatan dua tahap terdiri atas tahap pertama adalah evaluasi lahan secara fisik, dan tahap kedua evaluasi
lahan secara ekonomi. Pendekatan tersebut biasanya digunakan dalam inventarisasi sumber daya lahan baik
untuk tujuan perencanaan makro, maupun untuk studi pengujian potensi produksi (FAO, 1976).
Klasifikasi kesesuaian tahap pertama didasarkan pada kesesuaian lahan untuk jenis penggunaan yang telah
diseleksi sejak awal kegiatan survei, seperti untuk tegalan (arable land) atau sawah dan
perkebunan.Konstribusi dari analisis sosial ekonomi terhadap tahap pertama terbatas hanya untuk mencek
jenis penggunaan lahan yang relevan. Hasil dari kegiatan tahap pertama ini disajikan dalam bentuk laporan
dan peta yang kemudian dijadikan subjek pada tahap kedua untuk segera ditindak lanjuti dengan analisis aspek
ekonomi dan sosialnya
b. Pendekatan parallel
Dalam pendekatan paralel kegiatan evaluasi lahan secara fisik dan ekonomi dilakukan bersamaan (paralel),
atau dengan kata lain analisis ekonomi dan sosial dari jenis penggunaan lahan dilakukan secara serempak
bersamaan dengan pengujian faktor-faktor fisik. Cara seperti ini umumnya menguntungkan untuk suatu acuan
yang spesifik dalam kaitannya dengan proyek pengembangan lahan pada tingkat semi detil dan detil. Melalui
pendekatan paralel ini diharapkan dapat memberi hasil yang lebih pasti dalam waktu yang singkat.
2.5.2. Penyiapan Data
Untuk melakukan evaluasi lahan baik dengan menggunakan pendekatan dua tahapan maupun pendekatan
paralel perlu didahului dengan konsultasi awal. Konsultasi awal ini untuk menentukan tujuan dari evaluasi yang
akan dilakukan, data apa yang diperlukan dan asumsi-asumsinya yang akan dipergunakan sebagai dasar dalam
penilaian. Evaluasi lahan yang akan dilakukan tergantung dari tujuannya yang harus didukung oleh
ketersediaan
data
dan
informasi
sumber
daya
lahan.
Urutan kegiatan dalam melaksanakan evaluasi lahan dapat dilihat pada Gambar 1.
Pelaksanaan Evaluasi lahan dibedakan ke dalam tiga tingkatan, yaitu: tingkat tinjau skala 1:250.000 atau lebih
kecil; semi detil skala 1:25.000 sampai 50.000; dan detil skala 10.000 sampai 25.000 atau lebih besar. Jenis,
jumlah, dan kualitas data yang dihasilkan dari ketiga tingkat pemetaan tersebut bervariasi, sehingga penyajian
hasil evaluasi lahan ditetapkan sebagai berikut: pada tingkat tinjau dinyatakan dalam ordo, tingkat semi detil
dalam kelas/subkelas, dan pada tingkat detil dinyatakan dalam subkelas/subunit. Petunjuk Teknis ini
disarankan
dipakai
terutama
untuk
tingkat
pemetaan
semi
detil.
Pada prinsipnya penilaian kesesuaian lahan dilaksanakan dengan cara mencocokkan (matching) data tanah
dan fisik lingkungan dengan tabel rating kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan
penggunaan lahan mencakup persyaratan tumbuh/hidup komoditas pertanian yang bersangkutan, pengelolaan
dan konservasi. Kriteria kelas kesuaian lahan untuk 112 jenis komoditas pertanian yang berbasis lahan
disajikan pada Lampiran 16. Pada proses matching hukum minimum dipakai untuk menentukan faktor
pembatas yang akan menentukan kelas dan subkelas kesesuaian lahannya. Dalam penilaian kesesuaian lahan
perlu ditetapkan dalam keadaan aktual (kesesuaian lahan aktual) atau keadaan potensial (kesesuaian lahan
potensial). Keadaan potensial dicapai setelah dilaksanakan usaha-usaha perbaikan (Improvement = I) terhadap
masing-masing faktor pembatas untuk mencapai keadaan potensial.
bahwa tanah tertentu dengan sifat-sifat lain yang terdapat pada suatu lokasi akan mempengaruhi keberhasilan
jenis penggunaan lahan tertentu. Keadaan ini dapat diprediksi, karena kualitas lahan dapat dideduksi dari hasil
pengamatan ciri lahan tersebut. Untuk lebih jelasnya tahapan evaluasi lahan secara tidak langsung dapat
dilihat pada diagram berikut ini.
Pada tahapan tersebut dilakukan penentuan ciri lahan atau karakteristik lahan (land characteristics) yang
meliputi pengumpulan data mengenai keadaan tanah, topografi, iklim dan sifat-sifat lain yang berhubungan
dengan ekologi.Pengaruh karakteristik lahan pada sistem penggunaan lahan jarang yang bersifat langsung
(contoh, pertumbuhan tanaman tidak secara langsung dipengaruhi oleh curah hujan atau tekstur tanah, tetapi
dipengaruhi oleh ketersediaan air, unsur hara serta serasi tanah).Kualitas lahan merupakan sifat kompleks atau
sifat komposit yang sesuai untuk suatu penggunaan, yang ditentukan oleh seperangkat karakteristik lahan yang
berinteraksi.
Penggunaan lahan berdasarkan FAO (1976) dapat dianalisis melalui tiga aspek, sebagai berikut.
1. Kesesuaian lahan, berhubungan dengan satu penggunaan lahan tertentu (contoh, kesesuaian lahan untuk
perkebunan tebu, padi, sagu, dan lain sebagainya);
2. Kemampuan lahan, berhubungan dengan serangkaian atau sejumlah penggunaan, dimana ruang lingkupnya
lebih luas (contoh, untuk pertanian, kehutanan, perkebunan);
3. Nilai lahan, merupakan konsep nilai yang didasarkan pada pertimbangan ekonomi yang dinyatakan dalam
bentuk biaya per tahun (contoh, sewa).
Pengembangan sistem evaluasi lahan secara tidak langsung pada dasarnya meliputi identifikasi ciri serta sifat
lokasi yang mempengaruhi keberhasilan penggunaan lahan tersebut.Sistem kemudian dibangun dengan
menggunakan nilai-nilai dari sifat-sifat tersebut, baik sebagai kategori-kategori yang ditentukan atau sistem
kategori ataupun sebagai kombinasi matematik. Hasil kombinasi tersebut kemudian akan menghasilkan indeks
yang dapat ditempatkan pada suatu alat berupa skala yang dapat digeser-geser.
2.8.Evaluasi Kesesuaian Lahan
Evaluasi kesesuian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu
(Sitorus, 1998). Menurut Husein (1981), evaluasi lahan adalah usaha untuk mengelompokkan tanah-tanah
tertentu sesuai dengan kebutuhan tanaman. Kelas kesesuian lahan untuk suatu areal dapat berbeda
tergantung dari penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan.
Selanjutnya Sitorus (1998) menyatakan bahwa evaluasi lahan pada hakekatnya merupakan proses pendugaan
potensi sumber daya lahan untuk berbagai kegunaan dengan cara membandingkan persyaratan yang diperlukan
untuk suatu penggunaan lahan dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan tersebut. Fungsi kegiatan
evaluasi lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dengan penggunaannya
serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat
diharapkan berhasil.
FAO (1976) dalam Djaenuddin dkk (1994) menyatakan bahwa evaluasi lahan dapat dibedakan atas a)
pendekatan dua tahap yaitu tahapan pertama berdasarkan evaluasi lahan secara fisik atau bersifat kualitatif
kemudian diikuti dengan tahapan kedua berdasarkan analisis ekonomi dan sosial, b) pendekatan paralel
dimana evaluasi lahan baik secara fisik maupun ekonomi dilaksanakan secara bersamaan.
Tanah
Menurut Arsyad (1985), tanah mempunyai dua fungsi utama yaitu (1) sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan
dan (2) sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar, air tanah tersimpan dan tempat unsur-unsur hara
dan air ditambahkan. Kedua fungsi tersebut akan habis atau hilang disebabkan kerusakan tanah. Hilangnya
fungsi pertama dapat diperbaharui dengan mengadakan pemupukan, tetapi hilangnya fungsi kedua tidak
mudah diperbaharui.
Iklim
Iklim sangat berpengaruh terhadap usaha pertanian dan kadang-kadang merupakan faktor penghambat utama
disamping faktor-faktor lainnya. Iklim dapat berpengaruh terhadap tanah, tanaman dan terhadap hama dan
penyakit tanaman (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Sandy (1977) menyatakan bahwa unsur-unsur iklim yang berpengaruh terhadap penggunaan tanah adalah suhu
dan curah hujan. Suhu (tenperatur) sangat ditentukan oleh perbedaan tinggi tempat, sedangkan curah hujan
sangat ditentukan oleh intensitas dan distribusinya.
Topografi
Ketinggian di atas permukaan laut, panjang dan derajat kemiringan lereng, posisi bentang lahan mudah diukur
dan dinilai sangat penting dalam evaluasi lahan. Faktor-faktor topografi berpengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap kualitas tanah. Faktor ini berpengaruh berpengaruh terhadap kemungkinan bahaya erosi
atau mudah tidaknya diusahakan demikian pula didalam program mekanisme pertanian (Sitorus, 1989).
Vegetasi
Salah satu unsur lahan yang dapat berkembang secara alami atau sebagai hasil dari aktifitas manusia adalah
vegetasi baik pada masa lalu atau masa kini. Vegetasi dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui
potensi lahan atau kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu melalui adanya tanaman-tanaman sebagai
indikator (Sitorus, 1989).
Sosial Ekonomi
Menurut Sitorus (1989), ada 3 masalah utama dalam menggunakan data sosial ekonomi utnuk evaluasi lahan
yaitu : (1) pengevaluasian mungkin tidak mengetahui secara tepat nomenklatur dan konsep ekonomi, (2) data
ekonomi yang tersedia pada umumnya didasarkan atas kerangka yang berbeda dari informasi-informasi lainnya,
(3) faktor-faktor ekonomi yang selalu berubah-ubah. Dengan alasan-alasan di atas sebagian besar sistem
evaluasi lahan mencoba menghindari pertimbangan faktor sosial dalam pengevaluasian lahan.
2.9. Metode Pendekatan Dalam Evaluasi Lahan
Ada tiga metode pendekatan yang digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan yaitu dengan pendekatan
pembatas, parametrik dan kombinasi pendekatan pembatas dan parametrik.
2.9.1. Pendekatan Pembatas
Pendekatan pembatas adalah suatu cara untuk menyatakan kondisi lahan atau karakteristik lahan pada tingkat
kelas, dimana metode inimembagi lahan berdasarkan jumlah dan intensitas pembatas lahan. Pembatas lahan
adalah penyimpangan dari kondisi optimal karakteristik dan kualitas lahan yang memberikan pengaruh buruk
untuk berbagai penggunaan lahan (Sys et al., 1991).
Metode ini membagi tingkat pembatas suatu lahan ke dalam empat tingkatan, sebagai berikut :
a. 0 (tanpa pembatas), digolongkan ke dalam S1
b. 1 (pembatas ringan), digolongkan ke dalam S1
c. 2 (pembatas sedang), digolongkan ke dalam S2
d. 3 (pembatas berat), digolongkan ke dalam S3
e. 4 (pembatas sangat berat), digolongkan ke dalam kelas N1 dan N2
2.9.2. Pendekatan Parametrik
Pendekatan parametrik dalam evaluasi kesesuaian lahan adalah pemberian nilai pada tingkat pembatas yang
berbeda pada sifat lahan, dalam skala normal diberi nilai maksimum 100 hingga nilai minimum 0. Nilai 100
diberikan jika sifat lahan optimal untuk tipe penggunaan lahan yang dipertimbangkan (Sys et al., 1991).
Pendekatan parametrik mempunyai berbagai keuntungan yaitu kriteria yang dapat dikuantifikasikan dan dapat
dipilih sehingga memungkinkan data yang obyektif; keandalan, kemampuan untuk direproduksikan dan
ketepatannya tinggi. Masalah yang mungkin timbul dalam pendekatan parametrik ialah dalam hal pemilihan
sifat, penarikan batas-batas kelas, waktu yang diperlukan untuk mengkuantifikasikan sifat serta kenyataan
bahwa masing-masing klasifikasi hanya diperuntukkan bagi penggunaan lahan tertentu (Sitorus, 1998).
Sistem klasifikasi lahan dengan pendekatan parametric di dalam menyusun system-sisstem klasifikasi
kemampuannya biasanya berbeda beda dalam memilih dan menggunakan factor-faktor yang diikutsertakan
dalam pertimbangan serta manipulasi matematik yang digunakan. Paling tidak, ada tiga jenis manipulasi
matematik yang sering digunakan dalam mengkombinasi factor-faktor tersebut (FAO, 1974) yaitu :
Drainase :kurang baik 40-80% = 60% , Kesuburan : 80% (sedang), Erosi : 10 - 40% = 25% (Sangat Hebat), pH
= 6,2 (86,2%), Relief : Gunung 20 60 % = 40%. X = 58,24%
SIR = 0,6 * 0,85 * 0,75 * 0,582 = 0,22 ( 22,26%)
2.9.3. Kombinasi Pendekatan Pembatas dan Parametrik
Kombinasi pendekatan parametrik dan pendekatan pembatas sering digunakan untuk menentukan kelas
kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu. Penentuan kelas kesesuaiannya dilakukan dengan cara memberi
bobot atau harkat berdasarkan nilai kesetaraan tertentu dan menentukan tingkat pembatas lahan yang
dicirikan oleh bobot terkecil (Sys et al., 1991).
Kriteria Penilaian Kelas Kesesuain Lahan
Indeks Lahan
Nilai
Tingkat
Kelas Kesesuaian
atau Iklim
Ekivalensi
Pembatas
Lahan
> 75
100 85
Tidak ada
S1
50 75
85 60
Ringan
S2
25 50
60 40
Sedang
S3
12 25
40 25
Berat
N1
< 12
< 25
Sangat Berat
N2
Tingkat ini menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan tertentu. Oleh karena itu
ordo kesesuaian lahan dibagi dua, yaitu :
a. Ordo S : Sesuai
Lahan yang termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan untuk suatu penggunaan tertentu secara
lestari, tanpa atau dengan sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya lahannya. Keuntungan yang
diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan yang diberikan.
b. Ordo N : Tidak Sesuai
Lahan yang termasuk ordo ini mempunyai pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah suatu penggunaan
secara lestari.
Kelas
Ada tiga kelas dari ordo tanah yang sesuai dan dua kelas untuk ordo tidak sesuai, yaitu :
Kelas S1 : Sangat Sesuai
Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai
pembatas yang tidak berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksinya serta tidak akan
menaikkan masukan dari apa yang telah biasa diberikan.
Kelas S2 : Cukup Sesuai
Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan
mengurangi produktivitas dan keuntungan sehingga akan meningkatkan masukan yang diperlukan.
Kelas S3 : Sesuai Marjinal
Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan yang lestari.
Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang diperlukan.
Kelas N1 : Tidak Sesuai pada saat ini
Lahan yang mempunyai pembatas yang lebih berat, tetapi masih mungkin diatasi.
Kelas N2 : Tidak Sesuai selamanya
Lahan yang mempunyai pembatas yang permanen, mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan.
Sub Kelas
Sub kelas kesesuaian lahan menggambatkan jenis faktor pembatas. Sub kelas ditunjukkan oleh huruf jenis
pembatas yang ditempatkan sesudah simbol S2, S3, atau N sedangkan S1 tidak mempunyai sub kelas karena
tidak mempunyai faktor pembatas.
Beberapa jenis pembatas yang menentukan sub kelas kesesuaian lahan, yaitu :