Hutomo Prawirohardjo
dr. Eddy Sudarto, Sp.B
I. IDENTITAS
Nama
: Sdr. A
Umur
: 16 thn
: Karanganyar,Ngawi
Pekerjaan
: Pelajar
II. ANAMNESIS
Aloanamnesis
: Ayah pasien
Autoanamnesis : Pasien
A. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
: Nyeri Perut
PEMERIKSAAN FISIK
Kesan umum: Kesakitan
Kesadaran
Vital sign
: Compos mentis
: Tekanan darah : 110/70mmHg
Nadi
Suhu axila
: 37, 0 C
Respirasi
: 21 kali/ menit
Status generalis
KEADAAN UMUM
Kesadaran : compos mentis
Berat badan : 58 kg
PEMERIKSAAN KEPALA :
Kepala: bentuk mesochepal
Mata : konjungtiva anemis (-/-) sclera
ikterik (- /-) pupil isokor, diameter pupil
2mm/2mm, lensa jernih
Hidung : nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis (-) pucat (-) stomatitis (-)
Leher : pembesaran kelenjar tiroid (-)
pembesaran kelenjar getah bening sekitar
(-)
Paru Anterior
Dextra
Sinistra
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Posterior
Dextra
Sinistra
Inspeksi
Simetri
Simetri
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak pada SIC V, 1cm
medial dari linea midclavicularis sinistra
Palpasi : ictus cordis tampak pada SIC V, 1cm
medial dari linea midclavicularis sinistra, kuat
angkat (-)
Perkusi :
Batas kanan : SIC IV linea midsternalis dextra
Batas kiri : SIC V, linea midclavikularis sinistra
Batas atas : SIC II, linea sternalis sinistra
Auskultasi : suara S1 S2 murni, regular, suara
tambahan (-)
PEMERIKSAAN ABDOMEN
Inspeksi : dinding perut rata jaringan
parut(-)
Auskultasi : peristaltic (+) Normal, 4 x
per
menit
Palpasi
: nyeri tekan (+) kuadran
kanan
bawah (Iliac
kanan),benjolan/massa
(-)
Perkusi
: timpani (-) Redup+ (+)
+
+
Genetalia
Inspeksi
Hernia (-), Pembesaran Kelenjar Inguinal
(-), sirkumsisi (+), gland penis lesi (-),
Sweeling (-), Meatus (+) Normal,
skrotum dalam batas normal
Superior
Dextra/Sinistra
Inferior
Dextra/Sinistra
Sianosis
-/-
-/-
Oedem
-/-
-/-
Status lokalis
Regio Abdoment
Palpasi :
Mc. Burney
(+)
Nyeri Lepas
(+)
Defens muskular
(+)
Rovsing sign
(+)
Obturator sign
(+)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan lab
Darah Rutin :
WBC
:16.6
Hb :11.7
Rbc :4.22
HCT :35.7
PLT :264
Diagnosis banding
Apendisitis Akut
ISK
Perforasi gaster
Perforasi duedonum
Kolesistitis akut
Diagnosis kerja
Apendisitis Akut
Tatalaksana
PEMBAHASAN
Definisi
Apendisitis adalah peradangan pada
apendiks vermiformis. Apendisitis
akut adalah penyebab paling umum
inflamasi akut pada kuadran kanan
bawah rongga abdomen, penyebab
paling umum untuk bedah abdomen
darurat (Smeltzer, 2001 dalam
Docstoc, 2010)
Epidemologi
Hasil survey tahun 2008 Angka
kejadian appendiksitis di Indonesia
hingga saat ini masih tinggi. Di
Indonesia, 7% dari jumlah penduduk
di Indonesia atau sekitar 179.000
orang (Depkes, RI 2008) hasil survey
Jawa Tengah tahun 2009, jumlah
kasus appendiksitis dilaporkan
sebanyak 5.980 dan 177 diantaranya
menyababkan kematian.
Klasifikasi Apendisitis
Apendisitis akut, dibagi atas:
Apendisitis akut fokalis atau
segmentalis, yaitu setelah sembuh
akan timbul striktur lokal. Apendisitis
purulenta difusi yaitu sudah
bertumpuk nanah (Docstoc, 2010).
Etiologi
Apendisitis akut merupakan infeksi
bakteria. Sumbatan lumen apendiks
sebagai faktor pencetus disamping
hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor
apendiks, dan cacing askaris dapat pula
menyebabkan sumbatan. Penyebab lain
yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis adalah erosi mukosa apendiks
karena parasit seperti E. histolytica
(Sjamsuhidajat, De Jong, 2004)
Patofisiologi
Apendisitis kemungkinan dimulai
oleh obstruksi dari lumen yang
disebabkan oleh feses yang terlibat
atau fekalit. Penjelasan ini sesuai
dengan pengamatan epidemiologi
bahwa apendisitis berhubungan
dengan asupan serat dalam
makanan yang rendah (Burkitt,
Quick, Reed, 2007)
Diagnosis
Anamnesis
mengeluhkan nyeri atau sakit perut
Muntah
Obstipasi
Demam (37,5-38,5 C ), suhu lebih tinggi,
diduga sudah terjadi perforasi
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Penderita berjalan membungkuk sambil
memegangi perutnya yang sakit
Kembung bila terjadi perforasi
Penonjolan perut bagian kanan bawah
terlihat pada apendikuler abses
Palpasi
Abdomen biasanya tampak datar atau
sedikit kembung
Palpasi dinding abdomen dengan ringan
dan hati-hati dengan sedikit tekanan,
dimulai dari tempat yang jauh dari
lokasi nyeri.
Skor Alvarado
Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan laboratorium darah
Urinalisa
Pada pasien wanita
Pemeriksaan dokter kebidanan dan
kandungan diperlukan untuk
menyingkirkan diagnosis kelainan
peradangan saluran telur/kista indung
telur kanan atau KET (kehamilan diluar
kandungan) (Sanyoto, 2007)
Pemeriksaan radiologi
foto barium usus buntu
(Appendicogram)
Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
CT scan
Terapi
Pengobatan tunggal untuk
peradangan/apendisitis akut adalah eliminasi
causatif (operasi appendektomi). Pasien telah
dipersiapkan puasa antara 4 - 6 jam sebelum
operasi dan pemasangan cairan infus agar
tidak terjadi dehidrasi. Pembiusan dilakukan
dr. Sp. An dengan GA atau spinal/lumbal. Pada
umumnya, teknik konvensional operasi
pengangkatan usus buntu dengan cara irisan
pada kulit perut kanan bawah di atas daerah
apendiks (Sanyoto, 2007)
Komplikasi
Perforasi
perforasi bebas maupun perforasi pada
apendiks yang telah mengalami
perdindingan sehingga berupa massa
yang terdiri atas kumpulan apendiks,
sekum, dan letak usus halus
Prognosis
Pasien setelah operasi appendektomi sembuh
spontan tanpa penyulit, komplikasi dapat
terjadi apabila pengobatan tertunda atau
telah terjadi peritonitis/peradangan di dalam
rongga perut. Cepat dan lambatnya
penyembuhan setelah operasi usus buntu
tergantung dari usia pasien, kondisi, keadaan
umum pasien, penyakit penyerta misalnya
diabetes mellitus, komplikasi dan keadaan
lainya yang biasanya sembuh antara 10
sampai 28 hari (Sanyoto, 2007)