Anda di halaman 1dari 5

TUJUAN PERCOBAAN

ALAT-ALAT YANG DIBUTUHKAN


o baskom
o Stetoskop
o Tensimeter
o Bangku 19 inci
o Air es
CARA KERJA
I. Pengukuran Tekanan Darah A. Brachialis pada Sikap Berbaring, Duduk dan Berdiri

Berbaring Telentang
1. Suruhlah orang percobaan (OP) berbaring terlentang dengan tenang selama 20 menit
2. Selama menunggu, pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas
orang percobaan
3. Carilah dengan palpasi denyut a. brachialis pada fossa cubiti dan denyut a.radialis
pada pergelangan tangan kanan orang percobaan
4. Setelah OP berbaring 20 menit, tetapkanlah kelima fase korotkoff dalam pengukuran
tekanan darah OP tersebut
5. Ulangi pengukuran sub. 4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan
catatlah hasilnya

Naik turun bangku


6. OP disuruh berdiri. Lalu OP melakukan
II. Pengukuran Tekanan Darah Sesudah Kerja Otot
1. Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP dengan penilaian menurut metode baru pada
sikap duduk (OP tidak perlu yang sama seperti pada sub 1).
2. Tanpa melepaskan manset, suruhlah OP berlari di tempat dengan frekuensi kurang lebih
120 loncatan/menit selama 2 menit. Segera setelah selesai, OP disuruh duudk dan ukurlah
tekanan darahnya
1

3. Ulangilah pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya kembali
seperti semula. Catatlah hasil pengukuran tersebut
III. Pengukuran Tekanan Darah A. Brachialis dengan Cara Palpasi
1. Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP pada sikap duduk dengan cara auskultasi (sub 1)
2. Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP pada sikap yang sama dengan cara palpasi
Hasil Percobaan
No
.
1.

Berbaring
110/45

Duduk
120/75

Tekanan Darah (mmHg)


Berdiri
Kerja otot
120/75

160/70

150.70

140/70

125/70

110/70

Palpasi

Auskultas

110/80

i
110

5 Fase Korotkoff pengukuran dilakukan pada saat berbaring


No

Fase

Tekanan Darah (mmHg)

.
1.
2.
3.
4.
5.

I
II
III
IV
V

110
100
90
60
45

Pembahasan
Pada praktikum kali ini, tekanan darah diukur dengan metode tidak langsung dan
pengukuran dilakukan di lengan bagian atas. Tekanan darah dari masing-masing OP diukur
dalam dua keadaan, yaitu pada saat beristirahat dan setelah beraktivitas. Dengan menggunakan

spigmomanometer, sebelum OP melakukan kegiatan (istirahat) OP diukur tekanan darahnya.


Kemudian OP melakukan sejumlah aktivitas olah raga dan kemudian diukur tekanan darahnya.
Tekanan darah sistolik yang dianggap normal untuk orang dewasa adalah adalah 90-130
mmHg, sedangkan tekanan diastolik yang normal untuk orang dewasa adalah sebesar 60-90
mmHg. Angka yang ditunjukkan dalam tekanan sistolik selalu lebih besar dari angka diastolik
karena selama sistol, ventrikel kiri jantung memaksa darah untuk masuk ke aorta dengan fase
ejeksi (penyemprotan). Hal tersebut terjadi akibat adanya perbedaan tekanan antara ventrikel
dengan aorta. Sehingga ketika katup yang membatasi atrium dengan aorta terbuka maka terjadi
perpindahan darah dari atrium ke aorta dengan ejeksi dan tekanan yang besar.
Pada posisi berbaring darah dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa harus melawan
kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi sekuncup meningkat
secara linier dan mencapai nilai tertinggi pada 40% -- 60% VO2 maksimal. Pada posisi
berbaring, dalam keadaan istirahat isi sekuncup mendekati nilai maksimal sedangkan pada kerja
terdapat hanya sedikit peningkatan. Nilai pada posisi berbaring dalam keadaan istirahat hampir
sama dengan nilai maksimal yang diperoleh pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Jumlah isi
sekuncup pada orang dewasa laki-laki mempunyai variasi antara 70 -- 100 ml. Makin besar
intensitas kerja (melebihi batas 85% dari kapasitas kerja) makin sedikit isi. sekuncup; hal ini
disebabkan memendeknya waktu pengisian diatole akibat frekuensi denyut jantung yang
meningkat (bila mencapai 180/menit maka 1 siklus jantung hanya berlangsung selama 0,3 detik
dan pengisian diastole merupakan bagian dari 0,3 detik tersebut).
Sikap atau posisi duduk membuat tekanan darah cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada saat
duduk sistem vasokonstraktor simpatis terangsang dan sinyal-sinyal saraf pun dijalarkan secara
serentak melalui saraf rangka menuju ke otot-otot rangka tubuh, terutama otot-otot abdomen.
Keadaan ini akan meningkatkan tonus dasar otot-otot tersebut yang menekan seluruh vena
cadangan abdomen, membantu mengeluarkan darah dari cadangan vaskuler abdomen ke jantung.
Hal ini membuat jumlah darah yang tersedia bagi jantung untuk dipompa menjadi meningkat.
Keseluruhan respon ini disebut refleks kompresi abdomen.
Seperti dikutip dari Livestrong,nilai tekanan darah seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
3

1. Aliran darah yang dihasilkan oleh jantung, yaitu semakin tinggi aliran darah maka
semakin tinggi pula nilai tekanan darahnya.
2. Adanya hambatan atau perlawanan di dalam pembuluh darah. Hambatan ini dapat
dianggap sebagai kekuatan yang mendorong kembali menuju jantung, semakin tinggi
hambatan yang ada maka semakin tinggi nilai tekanan darah seseorang.
Ketika seseorang berdiri, gaya gravitasi akan menyebabkan darah berkumpul di kaki. Hal
ini akan menurunkan tekanan darah karena hanya sedikit sirkulasi darah yang kembali ke jantung
untuk memompa. Biasanya sel-sel khusus (baroreceptors) di samping jantung dan arteri leher
akan menurunkan tekanan darah dan menetralkan jantung dengan cara berdegup lebih kencang
untuk memompa darah lebih banyak dan menstabilkan tekanan darah.
Selain itu, sel-sel ini juga menyebabkan pembuluh darah menyempit yang dapat
meningkatkan resistensi (hambatan) terhadap aliran darah dan meningkatkan tekanan darah.
Apabila dibandingkan dengan hasil pengukuran setelah beraktivitas, ternyata data
menunjukkan bahwa tekanan darah setelah melakukan aktivitas cenderung akan lebih tinggi. Hal
tersebut dikarenakan semakin tinggi aktivitas yang dilakukan maka akan semakin tinggi pula
aktivitas dari kerja jantung yang harus mengeluarkan tenaga yang tinggi sesuai dengan
tekanannya.
Dalam hal ini OP memiliki tekanan darah yaitu 120/75 mmHg pada saat istirahat dan
160/70 mm Hg selesai beraktivitas. Tekanan darah yang meningkat ini dipengaruhi oleh
tingkatan aktivitas. Tekanan darah setelah beraktivitas lebih besar dibandingkan dengan tekanan
darah pada saat istirahat. Hal tersebut diakibatkan karena pada saat beraktivitas sel tubuh
memerlukan pasokan O2 yang banyak akibat dari metabolisme sel yang bekerja semakin cepat
pula dalam menghasilkan energi. Sehingga peredaran darah di dalam pembuluh darah akan
semakin cepat dan curah darah yang dibutuhkan akan semakin besar. Akibat adanya vasodilatasi
pada otot jantung dan otot rangka serta vasokontriksi arteriol yang menyebabkan arteriol
menyempit dan kerja jantung tiap satuan waktupun bertambah sehingga volume darah pada
arteriol akan meningkat dan tekanannya pun meningkat. Dapat dikatakan bahwa volume darah
yang masuk dari arteri ke jantung meningkat. Pada organ-organ tersebut dan menyebabkan aliran
darah ke saluran pencernaan dan ginjal berkurang. Persentase darah yang dialirkan ke organ-

organ tersebut untuk menunjang peningkatan aktivitas metabolik keduanya. Kerja jantung juga
akan semakin cepat dalam memompa darah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dari praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa:
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan di lengan atas. Terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi tekanan darah yaitu, aktivitas, jenis kelamin, usia, dll. Pengukuran tekanan darah
dapat menggunakan metode tidak langsung dengan auskultasi atau palpasi yang dilakukan pula
dengan menggunakan spigmomanometer dan stetoskop.
Posisi tubuhpun juga mempengaruhi tekanan darah. Gaya gravitasi juga tidak secara
langsung mempengaruhi tekanan darah. Semakin tinggi orang semakin tinggi juga tekanan
darahnya.
Semakin cepat aktivitas tubuh, semakin cepat curah jantung karena adanya vasodilatasi di
otot rangka dan jantung serta vasokontriksi di arteriol pada organ-organ tersebut dan
menyebabkan aliran darah ke saluran pencernaan dan ginjal berkurang. Peningkatan kerja
jantung ini bertujuan untuk menyuplai O2 ke otot-otot pada saat kerja fisik.

Anda mungkin juga menyukai