Decomp Cordis
Decomp Cordis
DECOMPENSATIO CORDIS
DISUSUN OLEH:
Bayu Zeva Wirasakti
Dosen Pembimbing
dr. Hj. EndangWahyuningsih, Sp. PD, M. Kes
Biodata
a. Identitasklien:
1. Nama
: Ny. DK
2. Usia
: 65th
3. Jeniskelamin
: Perempuan
4. Suku/ bangsa
: Jawa/Indonesia
5. Agama
: Islam
6. Status marital
: Menikah
7. Pendidikan/ pekerjaan
: SD
: Jawa
9. Alamat
b. Penanggungjawabklien
1. Nama
: Ny. E
2. Hubungandenganklien
: Anak
3. Umur
: 40th
4. Pendidikan/ pekerjaan
: Swasta
5. Alamat
II. Anamnesis
a. Keluhan Utama
Sesak nafas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas didada dirasakan sudah 2hari sejak hari minggu(2 Desember 2012). Sesak
dirasa seperti diikat sehingga tidak bisa bernafas lega, munculnya mendadak tanpa
didahului adanya aktifitas apapun. Sesak dirasakan terus menerus, tidak berkurang
apabilaistirahatatautidur menggunakan bantaltambahan. Selama serangan muncul beliau
tidak merasakan adanya bunyi mengi saat bernafas. Pasien juga mengeluhkan tangan dan
kakinya terasa bengkak serta ada kemerahan di kaki sebelah kanan. Pasien mengaku
sekitar 4 hari sebelumnya badan terasa tidak enak dan perut terasa sebah sehingga hanya
tidur saja di kamar tanpa melakukan aktifitas apapun. Untuk keluhan sesaknya pasien
mengaku belum pernah dibawa ke dokter atau meminum obat apapun, tetapi sekitar
seminggu
belakangan
inipasienmengakumengkonsumsijamuuntukpengobatanpenyakitgulanyadanmenghentika
nobat yang didapatdaridokter.
c. Anamnesis sistem
Kepala : Sakit kepala (-),Pusing (-), Demam (-), Mukatampakpucat (-)
Kardiovaskuler : Rasajantung berdebar-debar (+), Sesak nafas (+), Nyeri dada (-)
Sistem Respirasi : Sesak Nafas (+), batuk (+), mengi (-)
Sistem Digesti : BAB (+) normal, mual (-), muntah (-)
Sistem Urogenital : BAK dirasa berkurang, rasa nyeriataupanassaatberkemih (-)
Sistem Muskuloskeletal : Kaki dan tangan terasa bengkak, terasa pegal dan panas.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini. Sebelumnya belum pernah dirawat
di rumah sakit. Pasien mengatakan bahwa baru 2 tahun belakangan ini mengetahui jika
mengidap penyakit gula dan rutin kontrol ke dokter untuk berobat sakit gulanya,
olehdokterdiberikanobatKlorpropamid. Riwayat Hipertensi disangkal. Riwayat alergi,
penyakit paru dan jantung disangkal.
e. Riwayat penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yg mengalami keluhan serupa. Riwayat Hipertensi disangkal,
riwayat Diabetes Melitus ada pada bapak dan anak pertamanya, riwayat penyakit paru
dan jantung disangkal.
f. Faktor kebiasaan dan lingkungan
Sehari-hari Ny. DK tidak bekerja lagi, beliau tinggal bersama suami dan anak yang
paling kecil, masih sering makan apapun yg ada/disiapkan, kegiatan keagamaan
dirasakan kurang. Lingkungannya bersih dan nyaman, jarak antar rumah dirasa tidak
terlalu dekat/padat, dan tidak ada tetangga pasien yg mengalami keluhan serupa dengan
pasien atau menderita batuk yang lama.
III. Pemeriksaan Fisik
1. Vital Sign :
A.
B.
C.
D.
E.
B.
Palpasi: Nyeri tekan (-), tumor (-), Hemithorax dextra = Hemithorax sinsitra
C.
D.
Auskultasi: suara vesikular pada kedua apex paru, ada bunyi ronkhi basah basal di
kedua paru.
Abdomen : ditemukan adanya distensi abdomen, hepar teraba 3 jari dibawah arcus
costa, tes undulasi (+), tes redup berpindah (+)
Ekstremitas: pitting oedem (+) pada tangan dan tungkai kaki, eritem pada kaki kanan
IV.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin
Hemoglobin: 16,2
Lekosit: 7,3
Trombosit: 54,8
Hematokrit: 54,8
LED: 21
Eritrosit: 6,09
Neutrofil: 72,0
Limfosit: 22,0
Basofil/monisit/eosinofil: 6,0
Asam urat: 7,6
Albumin: 2,7
b. Pemeriksaan gula darah:
Gula darah sewaktu: 173
Gula darah 2 jam PP: 191
HbA1c: 7,4
c. Rontgen Thorax:
Ditemukan adanya cardiomegali dengan udem pulmo, dicurigai efusi pleura kiri
V.
Diagnosis
1. Decompensatio Cordis
2. Diabetes Melitus Tipe 2
3. PPOK
VI.
Penatalaksanaan
a. Non Farmakologi
Observasitanda-tanda vital
b.Farmakologi
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Gagal jantung adalah keadaan (kelainan) patofisiologi berupa sindroma klinik.
Diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memenuhi cardiac output/ CO yang cukup
untuk melayani kebutuhan jaringan tubuh akan 0 2 dan nutrisi lain meskipun tekanan
pengisian (filling pressure atau volume diastolik) telah meningkat
Dalam keadaan normal jantung dapat memenuhi CO yang cukup stiap waktu, pada
gagal jantung ringan keluhan baru timbul pada beban fisik yang meningkat, pada gagal
jantung berat keluhan sudah timbul pada keadaan istirahat.
Jantung mengalami kegagalan (dekompensatio) apabila berbagai mekanisme sudah
berlebihan (yaitu retensi garam dan air, meningkatnya resistensi perifer, hipertrofi miokard,
dilatasi ventrikel, meningkatnya tekanan atria, meningkatnya kekuatan kontraksi) tetapi
jantung tidak mempertahankan fungsinya dengan cukup.
Gagal jantung merupakan akhir dari suatu
continuum,
proses
yang
Mitral regurgitasi
Aorta regurgitasi
Mitral stenosis
Triskupid stenosis
Tamponade jantung
Atrial miksoma
Kardiomiopati restriktif
Perikarditis kontriktif
d. Kor pulmonal
e. Kelainan metabolik
-
Beri-beri
Anemia kronik
Penyakit tiroid
f. Kardiomiopati toksik
Emetin
Alkohol
Vincristin
Bir, kokain
g. Trauma
-
Miokardial fibrosis
Perikardial kontriktif
h. Kegananasan
-
Limfoma
Rabdomiosarkoma
Faktor Predisposisi
Yang merupakan faktor predisposisi gagal jantung antara lain: hipertensi, penyakit arteri
koroner, kardiomiopati, penyakit pembuluh darah, penyakit jantung kongenital, stenosis
mitral, dan penyakit perikardial.
Faktor Pencetus
Yang merupakan faktor pencetus gagal jantung antara lain: meningkatnya asupan (intake)
garam, ketidakpatuhan menjalani pengobatan anti gagal jantung, infak miokard akut,
hipertensi, aritmia akut, infeksi, demam, emboli paru, anemia, tirotoksikosis, kehamilan, dan
endokarditis infektif.
Patofisiologi
Ada beberapa mekanisme gagal jantung:
I.
mengubah
angiotensinogen
menjadi
angiotensin-I
kemudian
menjadi
Pengaruh angiotensin II :
-
Vasokonstriktor kuat
II.
Pengaturan
neural
ini
memungkinkan
perubahan-perubahan
fungsi
permulaan
gagal
jantung,
aktivitas
sistem
adrenergik
dapat
III.
Kontraksi miokard
Hipertropi miokard disertai atau tidak disertai dilatasi ruang-ruang jantung merupakan
upaya untuk menambah kontraksi ventrikel pada afterload dan preload yang
meningkat
V.
VI.
Metabolisme anaerobik
Perfusi ke jaringan yang menurun pada gagal jantung, terjadi metabolisme anaerobik.
Banyak jaringan terutam otot skeletal mengalami metabolisme anaerobik sebagai
cadagan untuk menghasilkan energi. Pada individu normal dalam latihan sedang
terjadi metabolisme anaerobik menghasilkan 5% energi yang diperlukan. Penderita
dengan gagal jantung menghasilkan 30%.
VII.
Suatu tekanan atrial yang meningkat menghasilkan ANP. Hormon memilik efek
vasokonstriktor, retensi Na dan air, hormon adrenergik. Oleh karena itu ANP
melindungi sirkulasi dan volume dan pressure overload, ANP juga menyebabkan
Sebenarnya jantung yang mulai lemah akan memberikan 3 mekanisme kompensasi untuk
meningkatkan curah jantung, yaitu :
1) Meningkatkan aktivitas simpatik
Baroreseptor merasakan penurunan tekanan darah dan memacu aktfitas reseptor
-adrenergic dalam jantung. Hal ini menimbulkan kecepatan jantung dan peningkatan
kontraksi dari otot-otot jantung yang lebih besar. Selain itu, vasokonstriksi diperantarai
-1 memacu venous return dan meningkatkan preload jantung. Respons kompensasi ini
meningkatkan kerja jantung dan karena itu dapat menyebabkan penurunan selanjutnya
dalam fungsi jantung.
2) Retensi cairan.
Penurunan curah jantung akan memperlambat aliran darah ke ginjal, menyebabkan
lepasnya renin, dengan hasil peningkatan sintesis angiotensin II dan aldosteron. Hal ini
meningkatkan resistensi perifer dan retensi natrium dan air. Volume darah meningkat dan
semakin banyak darah kembali ke jantung. Jika jantung tidak dapat memompa volume
ekstra ini, tekanan vena meningkat dan edema perifer dan edema paru-paru terjadi.
Respons kompensasi ini meningkatkan kerja jantung dan karena itu, selanjutnya
menyebabkan penurunan fungsi jantung
3) Hipertrofi miokard
Jantung membesar dan ruangannya melebar. Pertama peregangan otot-otot jantung
menyebabkan kontraksi jantung lebih kuat, tetapi perpanjangan yang berlebihan dari serat
tersebut akan menyebabkan kontraksi semakin lemah. Jenis kegagalan ini disebut gagal
sistolik dan diakibatkan oleh ventrikel yang tidak dapat memompa secara efektif. Jarang
pasien gagal jantung kongestif dapat mempunyai disfungsi diastolik, yaitu suatu istilah
yang diberikan jika kemampuan ventrikel relaksasi dan menerima darah terganggu karena
perubahan struktural, seperti hipertrofi. Penebalan dinding ventrikel dan penurunan
volume ventrikel dapat menurunkan kemampuan otot jantung untuk relaksasi. Hal ini
mengakibatkan ventrikel tidak terisi cukup, dan curah jantung yang tidak cukup disebut
sebagai gagal jantung
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis gagal jantung kanan (decompensatio dextra) antara lain: JVP meningkat,
batas jantung kanan melebar (terdapat RVH dan pulsasi epigastrium), pembesaran hati
(hepatomegali), pembesaran limpa (splenomegali), cairan di rongga perut (ascites), bengkak
(oedem) pada tungkai.
Sedangkan manifestasi klinis gagal jantung kiri (decompensatio sinistra) antara lain: sesak
nafas (dispneu, orthopneu, paroxismal nocturnal dispneu), batas jantung kiri melebar
(terdapat LVH), nafas cheyne stokes, kebiruan (cyanosis), Right Bundle Branch (RBB), dan
suara S3 (gallop).
Penegakan Diagnosis
Penegakan diagnosis gagal jantung dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, EKG,
foto
thorax,
ekokardigrafi-doppler
dan
kateterisasi.
Berdasarkeluhan
(symptom)
Dibawah ini adalah kriterian diagnosis CHF kiri dan kanan dari Framingham
Kriteria mayor:
1.
2.
3.
ronkhi paru
4.
kardiomegali
5.
6.
gallop S3
7.
8.
refluks hepatojugular
Kriteria minor:
1.
edema ekstremitas
2.
3.
dispneu de effort
4.
hepatomegali
5.
efusi pleura
6.
takikardi
7.
Penatalaksanaan
Tujuan terapi untuk gagal jantung kongestif adalah meningkatkan curah jantung.
Golongan obat gagal jantung yang digunakan adalah:
1) Vasodilator
Gangguan fungsi kontraksi jantung pada gagal jantung kongestif, diperberat oleh
peningkatan kompensasi pada preload (volume darah yang mengisi ventrikel selama diastole)
dan afterload (tekanan yang harus diatasi jantung ketika memompa darah ke sistem arteriol).
Vasodilatasi berguna untuk mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi
pembuluh darah vena menyebabkan berkurangnya preload jantung dengan meningkatkan
kapasitas vena, dilator arterial menurunkan resistensi arteriol sistemik dan menurunkan
afterload. Obat-obat yang berfungsi sebagai vasodilator antara lain captopril, isosorbid
dinitrat, hidralazin
a) Inhibitor enzim pengkonversi angiotensin (Inhibitor ACE)
Obat-obat ini menghambat enzim yang berasal dari angiotensin I membentuk
vasokonstriktor kuat angiotensin II. Inhibitor ACE mengurangi kadar angiotensin II
dalam sirkulasi dan juga mengurangi sekresi aldosteron, sehingga menyebabkan
penurunan sekresi natrium dan air. Inhibitor ACE dapat menyebabkan penurunan
retensi vaskuler vena dan tekanan darah, menyebabkan peningkatan curah jantung.
Pengobatan ini sangat menurunkan morbiditas dan mortalitas. Penggunaan
inhibitor ACE awal diutamakan untuk mengobati pasien gagal ventrikel kiri untuk
semua tingkatan, dengan atau tanpa gejala dan terapi harus dimulai segera setelah
infark miokard. Terapi dengan obat golongan ini memerlukan monitoring yang teliti
karena berpotensi hipotensi simptomatik. Inhibitor ACE ini tidak boleh digunakan
pada wanita hamil. Obat-obat yang termasuk dalam golongan inhibitor enzim
pengkonversi angiotensin ini adalah kaptopril, enalapril, lisinopril, dan quinapril
b) Angiotensi II receptor Antagonists
Pasien yang mengalami batuk pada penggunaan ACE Inhibitor, dapat
digunakan angiotensin II receptor Antagonists seperti losartan dosis 25-50 mg/hari
sebagai alternatif. Losartan efektif menurunkan mortalitas dan menghilangkan gejala
pada pasien dengan gagal jantung
c) Relaksan otot polos langsung
Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang dapat didiagnosis banding dengan gagal jantung antara lain:
1.
2.
Hipertensi kronis
3.
4.
5.
6.
7.
Anemia
8.
9.
Echocardiography (ECG)
Echocardiography
merupakan
pemeriksaan
yang
lebih
disukai
(preferred
b.
Radiography
Pada kasus-kasus kardiogenik, radiograph dapat menunjukkan cardiomegaly,
Pada grade II PVH, ada bukti interstitial edema dengan ill-defined vessels dan
peribronchial cuffing, juga penebalan septum interlobular.
Pada grade III PVH, terdapat pengisian airspace lobus-bawah dan perihilar, dengan
ciri utama (ke-khas-an) konsolidasi (misalnya, confluent opacities, air bronchogram
dan ketidakmampuan untuk melihat pembuluh darah pulmo di daerah yang tidak
normal).Edema airspace cenderung menuju ke (to spare) perifer di pulmo bagian atas
dan tengah.