Referat Leptospirosis Lala
Referat Leptospirosis Lala
PENDAHULUAN
Dikenal pertama kali sebagai penyakit occupational (penyakit yang
diperoleh akibat pekerjaan) pada beberapa pekerja pada tahun 1883. Pada
tahun 1886 Weil mengungkapkan manifestasi klinis yang terjadi pada 4
penderita yang mengalami penyakit kuning yang berat, disertai demam,
perdarahan dan gangguan ginjal. Sedangkan Inada mengidentifikasikan
penyakit ini di jepang pada tahun 1916. Penyakit ini dapat menyerang
semua usia, tetapi sebagian besar berusia antara 10-39 tahun. Sebagian besar
kasus terjadi pada laki-laki usia pertengahan, mungkin usia ini adalah faktor
resiko tinggi tertular penyakit occupational ini. 1
Angka kejadian penyakit tergantung musim. Di negara tropis sebagian
besar kasus terjadi saat musim hujan, di negara barat terjadi saat akhir
musim panas atau awal gugur karena tanah lembab dan bersifat alkalis. 2
Angka kejadian penyakit Leptospira sebenarnya sulit diketahui.
Penemuan kasus leptospirosis pada umumnya adalah underdiagnosed,
unrreported dan underreported sejak beberapa laporan menunjukkan gejala
asimtomatis dan gejala ringan, self limited, salah diagnosis dan nonfatal. 2
Di Amerika Serikat (AS) sendiri tercatat sebanyak 50 sampai 150
kasus leptospirosis setiap tahun. Sebagian besar atau sekitar 50% terjadi di
Hawai. Di Indonesia penyakit demam banjir sudah sering dilaporkan di
daerah Jawa Tengah seperti Klaten, Demak atau Boyolali.2
Beberapa tahun terakhir di derah banjir seperti Jakarta dan Tangerang
juga dilaporkan terjadinya penyakit ini. Bakteri leptospira juga banyak
berkembang biak di daerah pesisir pasang surut seperti Riau, Jambi dan
Kalimantan.1
Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 540%. Infeksi ringan jarang terjadi fatal dan diperkirakan 90% termasuk
dalam kategori ini. Anak balita, orang lanjut usia dan penderita
immunocompromised mempunyai resiko tinggi terjadinya kematian.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
mikroorganisme Leptospira interogans tanpa memandang bentuk spesifik
serotipenya. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh Weil pada tahun
1886 yang membedakan penyakit yang disertai ikterus ini dengan penyakit
lain yang juga mnyebabkan ikterus. Bentuk beratnya dikenal sebagai Weils
disease. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti mud fever, slamp
fever, swamp fever, autumnal fever, infectious jaundice, dan lain-lain.1
Leptospira acapkali luput didiagnosa karena gejala klinis tidak
spesifik, dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosa tanpa uji laboratorium.
Kejadian luar biasa leptospirosis dalam dekade terakhir di beberapa negara
telah menjadikan leptospirosis sebagai salah satu penyakit yang termasuk
emerging infectious disease.1,4
II.2 Etiologi
Etiologi Penyakit yang terdapat di semua negara dan terbanyak
ditemukan di negara beriklim tropis ini, disebabkan oleh Leptospira
interrogansdengan berbagai subgrup yang masing-masing terbagi lagi atas
serotipe bisa terdapat pada ginjal atau air kemih binatang piaraan seperti
anjing, lembu, babi, kerbau dan lain-lain, maupun binatang liar seperti tikus,
musang, tupai dan sebagainya. Manusia bisa terinfeksi jika terjadi kontak
pada kulit atau selaput lendir yang luka atau erosi dengan air, tanah, lumpur
dan sebagainya yang telah terjemar oleh air kemih binatang yang terinfeksi
leptospira.1,2,3
Leptospirosis
disebabkan
oleh
genus
leptospira,
family
mikroskop lapangan gelap hanya dapat terlihat sebagai rantai kokus kecilkecil. Dengan pemeriksaan lapangan redup pada mikroskop biasa morfologi
leptospira secara umum dapat dilihat. Untuk mengamati lebih jelas gerakan
leptospira digunakan mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope). 3
Gambar 2.1
Bakteri
leptospira
menggunakan
mikroskop
elektron tipe scanning
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Leptospirosis
Genus leptospira terdiri dari 2 kelompok atau kompleks, yang patogen
L.interrogans, dan yang non pathogen atau saprofit L.biflexs kelompok
patogen terdapat pada manusia dan hewan. Kelompok yang patogen atau
L.interrogans terdiri dari sub grup yang masing-masingnya terbagi lagi atas
berbagai serotype (serovar) yang jumlahnya sangat banyak. Saat ini telah
ditemukan 240 serotipe yang tergabung dalam 23 serogrup. Sub grup yang
dapat menginfeksi manusia di antaranya adalah L. icterohaemorrhagiae, L.
javanica, L. celledoni, L. canicola, L ballum, L. pyrogenes, L. cynopteri, L.
automnalis, L. australis, L. pomona, L. grippothyphosa, L. hebdomadis, L.
bataviae, L. tarassovi, L. panama, L. bufonis, L. andamana, L. shermani, L.
ranarum, L. copenhageni.3
Beberapa seropati menyebabkan panyakit dengan gejala yang berat,
bahkan dapat berakhir fatal seperti L.icterohaemorrhagiae, tetapi ada
serogrup atau seropati dengan gejala yang ringan, misalnya infeksi L.
automnalis, L. bataviae, L. pyrogenes, dan sebagainya. 3
dengan
reservoir
tikus,
L.canicola,
dengan
II.4 Patogenesis
Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir,
memasuki aliran darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke
jaringan tubuh. Kemudian terjadi respon imunologi baik secara selular
maupun humoral sehingga infeksi ini dapat ditekan dan terbentuk antibodi
Kerusakan endotel pembuluh darah kecil :
ekstravasasi Sel dan perdarahan
- Hati
- Paru
- Otot lurik
: nekrosis fokal
- Jantung
- Mata
II.5 Penularan(1,2,3)
Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan tanah, air, atau
lumpur yang telah terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi
leptospira. Infeksi tersebut terjadi jika terdapat luka/erosi pada kulit ataupun
selaput lendir. Air tergenang atau mengalir lambat yang terkontaminasi urine
binatang infeksius memainkan peranan dalam penularan penyakit ini,
bahkan air yang deras pun dapat berperan. Kadang-kadang penyakit ini
terjadi akibat gigitan binatang yang sebelumnya terinfeksi leptospira, atau
kontak dengan kultur leptospira di laboratorium. Ekspos yang lama pada
genangan air yang terkontaminasi terhadap kulit yang utuh juga dapat
menularkan leptospira. Orang-orang yang mempunyai resiko tinggi
mendapat penyakit ini adalah pekerja-pekerja di sawah, pertanian,
perkebunan, peternakan, pekerja tambang, pekerja di rumah potong hewan,
atau orang-orang yang mengadakan perkemahan di hutan, dokter hewan.9
10
11
bawah, spina
hati
terlibat,
bilirubin
direk
meningkat
tanpa
peningkatan
transaminase. BUN, ureum, dan kreatinin juga bisa meninggi bila terjadi
komplikasi pada ginjal. Trombositopeni terdapat pada 50% kasus. Diagnosis
pasti dengan isolasi leptospira dari cairan tubuh dan serologi.5
Anamnesis
14
IgM elisa merupakan tes yang berguna untuk mendiagnosa secara dini,
tes akan positif pada hari ke-2 sakit ketika manifestasi klinis mungkin
tidak khas. Tes ini sangat sensitive dan efektif (93%). Tes penyaring
yang sering dilakukan di Indonesia adalah lepto Dipstik asay, lepto
tekanan dridot dan lepto tekanan lateral flow.10
Kultur
Dengan mengambil specimen dari darah atau CSS selama 10 hari
pertama perjalanan penyakit. Dianjurkan untuk melakukan kultur ganda dan
mengambil specimen pada fase leptospiremia serta belum diberi antibiotic.
Kultur urine diambil setelah 2-4 minggu onset penyakit. Kadng-kadang
kultur urin masih positif selama memerapa bulan atau tahun setelah sakit.
Untuk isolasi leptospira dari cairan atau jaringan tubuh, digunakan medium
Ellinghausen-McCullough-Johnson-Harris; atau medium Fletcher dan
medium Korthof. Spesimen dapat dikirim ke laboratorium untuk dikultur ,
karena leptospirosis dapat hidup dalam heparin, EDTA atau sitrat sampai 11
hari. Pada specimen yang terkontaminasi, inokulasi hewan dapat
digunakan.10
Serologi
Jenis uji serologi dapat dilihat pada table 3 pemeriksaan untuk
mendeteksi adanya leptospira dengan cepat adalah dengan pemeriksaan
Polymerase Chain Reaktion (PCR), silver stain, atau fluroscent antibody
stain, dan mikroskop lapangan gelap.10
II.8 Pencegahan
Pencegahan leptospirosis khususnya di daerah tropis sangat sulit.
Banyaknya hospes perantara dan jenis serotype sulit untuk dihapuskan. Bagi
mereka yang mempunyai resiko tinggi untuk tertular leptospirosis harus
diberikan perlindungan berupa pakaian khusus yang dapat melindunginya
dari kontak dengan bahan-bahan yang telah terkontaminasi dengan kemih
binatang reservoir. Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dikatakan
16
Ampisilin
75
Leptospirosis Ikterik
100 -
mg/kgBB/hari.
Penisilin
100,000
pertama
-Amoksisilin
50mg/kgBB/hari, jam,
- Ampisilin 200mg/kgBB/hari,
intravena, tiap 6 jam
-Amoksisilin 200mg/kgBB/hari,
intravena, tiap 6 jam
Pilihan
-Doksisiklin
kedua
intravena
Alergi
-Doksisiklin
- Eritromisin 50 mg /kgBB/hari,
Penisilin
40mg/kgBB/hari,oral,2x
selama
(tidak
hari
direkomendasikan
untuk
umur
dibawah 8 tahun)
- Penanganan khusus6
1. Hiperkalemia : diberikan kalsium glukonas 1 gram atau glukosa insulin
(10-20 u regular insulin dalam infuse dextrose 40%)
Merupakan keadaan yang harus segera ditangani karena menyebabkan
cardiac arrest.
2. Asidosis metabolic : diberikan natrium bikarbonat dengan dosis (0,3 x
kgBB x deficit HC03 plasma dalam MEq/L)
3. Hipertensi : diberikan antihipertensi
4. Gagal jantung : pembatasan cairan, digitalis dan diuretic
5. Kejang
Dapat terjadi karena hiponatremia, hipokalsemia, hipertensi ensefalopati
dan
sirkulasi.
Penting
untuk
menangani
kausa
primernya,
II.10 Komplikasi4,5,6
18
normal.
Encepalopathy
Didapatkan gejala meningitis atau meningoenchepalitis, nyeri kepala, pada
cairan cerebrospinalis (LCS) didapatkan pleositosis, santokrom, hitung sel
leukosit 10-100/mm3, sel terbanyak sel leukosit neutrofil atau sel
mononuclear, glukosa dapat normal atau rendah, protein meningkat (dapat
mencapai 100mg%). Kadang-kadang didapatkan tanda-tanda meningismus
tanpa ada kelainan LCS, sindroma Gullian Barre. Pada pemeriksaan
patologi didapatkan: infiltrasi leukosit pada selaput otak dan LCS yang
pleositosis.
II.11 Prognosis
Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus dengan
ikterus, angka kematian 5% pada umur di bawah 30 tahun, dan pada usia
lanjut
mencapai
30-40%.
Leptospirosis
20
selama
kehamilan
dapat
BAB III
KESIMPULAN
21
Infeksi
Prof.DR.
Sulianti
22
Saroso,Direktorat
Jenderal
23