Anda di halaman 1dari 9

Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga

meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu.
Perubahan ini terjadi melalui beberapa tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan
mempunyai tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan
sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta tugas tugas
perkemabangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat dalam mendeteksi adanya masalah
keperawatan yang dilakukan terkait erat dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual.

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara umum
seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit Friedman, 1998) :
1. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran anak pertama dan
berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan sexual dan kegiatan
keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak berusia 5
tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa
aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga harus
terpenuhi

d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga (keluarga lain
dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12
tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga
keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan
untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7 tahun
kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah
melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat remaja sudah
bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga,
atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat pensiun
atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan

b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-anak


c. Meningkatkan keakraban pasangan
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

A. Tipe-Tipe Pola Asuh Orang Tua Kepada Anak :


1. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Jadi apa pun yang
mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah, bandel, melakukan banyak kegiatan
maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis, dan sebagainya.
Biasanya pola pengasuhan anak oleh orangtua semacam ini diakibatkan oleh orangtua yang
terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik
dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan
terserah anak itu mau tumbuh dan berkembang menjadi apa.
Anak yang diasuh orangtuanya dengan metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi
anak yang kurang perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan
sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan lain
sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.
2. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku di
mana orangtua akan membuat berbagai aturan yang saklek harus dipatuhi oleh anak-anaknya
tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal
yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tuanya.

Hukuman mental dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus
tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya.
Anaka yang besar dengan teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid / selalu
berada dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci orangtua,
dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan ortu otoriter lebih bisa mandiri, bisa
menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam
menjalani hidup.
3. Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orangtua pada anak yang memberi kebebasan pada anak
untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai dengan kemampuan anak dengan sensor
batasan dan pengawasan yang baik dari orangtua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan
baik untuk diterapkan para orangtua kepada anak-anaknya.
Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan otoritatip akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif,
cerdas, percaya diri, terbuka pada orangtua, menghargai dan menghormati orangtua, tidak mudah
stres dan depresi, berprestasi baik, disukai lingkungan dan masyarakat dan lain-lain.
B. Beberapa Tips Cara Mendidik Anak Kita Yang Baik :
1. Baik ibu dan ayah harus kompak memilih pola asuh yang akan diterapkan kepada anak.
Jangan plin-plan dan berubah-ubah agar anak tidak menjadi bingung.
2. Jadilah orangtua yang pantas diteladani anak dengan mencontohkan hal-hal positif dalam
kehidupan sehari-hari. Jangan sampai anak dipaksa melakukan hal baik yang orangtuanya tidak
mau melakukannya. Anak nantinya akan menghormati dan menghargai orang tuanya sehingga
setelah dewasa akan menyayangi orangtua dan anggota keluarga yang lain.
3. Sesuaikan pola asuh dengan situasi, kondisi, kemampuan dan kebutuhan anak. Polas asuh
anak balita tentu akan berbeda dengan pola asuh anak remaja. Jangan mendidik anak dengan
biaya yang tidak mampu ditalangi orangtuanya. Usahakan anak mudah paham dengan apa yang
kita inginkan tanpa merasa ada paksaan, namun atas dasar kesadaran diri sendiri.
4. Kedisiplinan tetap harus diutamakan dalam membimbing anak sejak mulai kecil hingga
dewasa agar anak dapat mandiri dan dihormati serta diharga masyarakat. Hal-hal kecil seperti
bangun tidur tepat waktu, membantu pekerjaan rumah tangga orangtua, belajar dengan rajin,
merupakan salah satu bentuk pengajaran kedisiplinan dan tanggungjawab pada anak.
5. Kedepankan dan tanamkan sejak dini agama dan moral yang baik pada anak agar kedepannya

dapat menjadi orang yang saleh dan memiliki sikap dan perilaku yang baik dan agamis. Anak
yang shaleh akan selalu mendoakan orangtua yang telah melahirkan dan membesarkannya
walaupun orangtuanya telah meninggal dunia.
6. Komunikasi dilakukan secara terbuka dan menyenangkan dengan batasan-batasan tertentu
agar anak terbiasa terbuka pada orangtua ketika ada hal yang ingin disampaikan atau hal yang
mengganggu pikirannya. Jika marah sebaiknya orangtua menggunakan ungkapan yang baik dan
tidak langsung yang dapat dipahami anak agar anak tidak lantas menjadi tertutup dan
menganggap orangtua tidak menyenangkan.
7. Hindari tindakan negatif pada anak seperti memarahi anak tanpa sebab, menyuruh anak
seenaknya seperti pembantu tanpa batas, menjatuhkan mental anak, merokok, malas beribadah,
menbodoh-bodohi anak, sering berbohong pada anak, membawa pulang stres dari kantor,
memberi makan dari uang haram pada anak, enggan mengurus anak, terlalu sibuk dengan
pekerjaan dan lain sebagainya.
Demikian yang dapat disampaikan organisasi.org pada kesempatan kali ini, semoga bermanfaat
bagi kita semua.

3. Peran Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy 1998, hal 34
adalah sebagai berikut :
a.

Peran ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak anak, berperan sebagai pencari
nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peran ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c.

Peran anak : Anak anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman, 1998 hal 100, didefinisikan sebagai hasil atau konsekwensi
dari struktur keluarga. Lima fungsi keluarga yang paling berhubungan erat saat mengkaji dan
mengintervensi keluarga adalah ;
a.

Fungsi Afektif (Fungsi pemeliharaan kepribadian) : untuk stabilitas kepribadian kaum dewasa,
memenuhi kebutuhan kebutuhan para anggota keluarga.

b. Sosialisai dan Fungsi penempatan sosial : untuk sosialisasi primer anak anak yang bertujuan
untuk membuat mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif, dan juga sebagai
penganugrahan status anggota keluarga.
c.

Fungsi Reproduksi : untuk menjaga kelangsungan keturunan/generasi dan menambah sumber


daya manusia, juga untuk kelangsungan hidup masyarakat.

d.

Fungsi Ekonomis : untuk mengadakan sumber sumber ekonomi yang memadai dan
mengalokasikan sumber sumber tersebut secara efektif.

e.

Fungsi Perawat Kesehatan : untuk mengadalan kebutuhan-kebutuhan fisik pangan, sandang,


papan dan perawatan kesehatan.

5. Tahap perkembangan keluarga


Menurut Duvall (1977) dikutip Friedman, 1998; hal 109 135, tahap dan tugas
perkembangan keluarga ada 8, yaitu:
a.

Keluarga pemula

membangun perkawinan yang saling memuaskan

menghububgkan jaringan persaudaraan secara harminis

keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orangtua

b. Keluarga sedang mengasuh anak

Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.

Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga.

Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orangtua


dan kakek nenek

c.

Keluarga dengan anak usia prasekolah

Memenuhi kebutuhan anggota keluarga se[erti rumah, ruang bermain, privasi, keamanan

Mensosialisasikan anak

Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain

Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga

d. Keluarga dengan anak usia sekolah

Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prastasi sekolah dan mengembangkan


hubungan dengan teman sebaya yang sehat

Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e.

Keluarga dengan anak remaja

Mengembangkan kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin
mandiri

Memfokuskan kembali hubungan perkawinan

Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak

f.

Keluarga melepaskan anak dewasa muda

Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru didapatkan melalui
perkawinan anak-anak

Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan

Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri

g. Orangtua usia pertengahan

Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan

Mempertahankan hubungan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua
lansia dan anak-anak

Memperkokoh hubungan perkawinan

h. Keluarga lansia

Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

Mempertahankan hubungan perkawinan

Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi hidup)

Anda mungkin juga menyukai