1. Kab. Asahan
Ibukota
Luas Wilayah
: Kisaran
: 3675,79 km2
Jumlah Penduduk
: 700.606 jiwa
Lintang Utara
: 20300- 32600
Bujur Timur
: 9901-10000
: Limapuluh
: 904,96 km2
: 389.510 jiwa
Lintang Utara
: 20300- 32600
Bujur Timur
: 9901- 10000
Jenis Penyakit
: Lubuk pakam
lintang utara
: 25700 - 31600
bujur timur
: 9833- 9927
Luas
: 2486,14 km2
Jumlah penduduk
Jenis Penyakit
: 1.738.351 Jiwa
: DBD, HI
4. Kab. Langkat
Ibukota
: Stabat
lintang utara
: 31400 - 41300
bujur timur
: 9752- 9845
akit
akit
akit
akit
akit
Luas
: 6263,29 km2
Jumlah penduduk
: 1.057.768 Jiwa
: DBD, HIV/AIDS, diare, malaria, pneumonia, campak, filariasis, ISPA, kolera, HIV/AIDS,
diare, malaria, pneumonia, TB paru, campak, filariasis
5. Kab. Labuhan Batu
Ibukota
: Rantau Parapat
lintang utara
: 1 5800- 2 5000
bujur timur
: 99 01- 100 00
Luas
: 3651,38 km2
Jumlah penduduk
: 417.584 Jiwa
: kota pinang
lintang utara
: 1 2600 - 2 1255
bujur timur
: 99 01- 100 00
Luas
: 3116,00 km2
Jumlah penduduk
: 280.582 Jiwa
: Aek Kanopan
lintang utara
: 1 5800- 2 5000
bujur timur
: 99 01- 100 00
Luas
: 3545,80 km2
Jumlah penduduk
: 352.620 Jiwa
: Sei rampah
lintang utara
: 25700 - 31600
bujur timur
: 9833- 9927
Luas
: 1913,33 km2
Jumlah penduduk
: 642.583 Jiwa
akit
akit
akit
akit
9. Kab. Dairi
Ibukota
Luas Wilayah
: Sidikalang
: 1927,80 km2
Jumlah Penduduk
: 273.851 jiwa
Lintang Utara
: 21500-30000
Bujur Timur
: 9800-9830
: Dolok sanggul
lintang utara
: 20100 - 22000
bujur timur
: 9810- 9858
Luas
: 2297 km2
Jumlah penduduk
: 158.070 Jiwa
: Kabanjahe
lintang utara
: 25000 - 31900
bujur timur
: 9755- 9838
Luas
: 2127,25 km2
Jumlah penduduk
: 360.880 Jiwa
: Panyabungan
lintang utara
: 01000 - 15000
bujur timur
: 9850- 10010
Luas
: 6620,70 km2
Jumlah penduduk
: 429.889 Jiwa
: Gunung Sitoli
lintang utara
: 01200 - 13200
bujur timur
: 9700- 9800
akit
akit
akit
akit
Luas
: 3495,39 km2
Jumlah penduduk
: 444.502 Jiwa
: Lahomi
lintang utara
bujur timur
Luas
Jumlah penduduk
: Teluk Dalam
lintang utara
: 0 1200- 1 3200
bujur timur
: 97 00- 98 00
Luas
: 1625,91 km2
Jumlah penduduk
: 273.733 Jiwa
: Lotu
lintang utara
bujur timur
Luas
Jumlah penduduk
: Sibuhuan
Luas
: 3892,39 km2
Jumlah penduduk
:186.643 Jiwa
: Gunung Tua
Luas
: 3918,74 km2
Jumlah penduduk
: 194.774 Jiwa
akit
akit
akit
akit
: Salak
lintang utara
: 21500 - 32000
bujur timur
: 9000- 9831
Luas
: 1218,30 km2
Jumlah penduduk
: 42.814 Jiwa
: Pangururan
lintang utara
: 22400 - 24800
bujur timur
: 9830- 9901
Luas
: 2433,50 km2
Jumlah penduduk
: 132.023 Jiwa
: Raya
lintang utara
: 23600 - 31800
bujur timur
: 9832- 9935
Luas
: 4368,60 km2
Jumlah penduduk
: 859.879 Jiwa
: Sipirok
lintang utara
: 20200 - 20300
bujur timur
: 9849- 10022
Luas
: 4352,86 km2
Jumlah penduduk
: 265.855 Jiwa
: Tarutung
lintang utara
: 12000 - 24100
bujur timur
: 9805- 9916
akit
akit
akit
akit
Luas
: 3764,65 km2
Jumlah penduduk
: 271.474 Jiwa
: Pandan
lintang utara
: 11100 - 22200
bujur timur
: 9807- 9812
Luas
: 2158,00 km2
Jumlah penduduk
: 323.563 Jiwa
: Balige
lintang utara
: 20300 - 24000
bujur timur
: 9856- 9940
Luas
: 2352,35 km2
Jumlah penduduk
: 174.453 Jiwa
: binjai kota
lintang utara
: 33140 - 34022
bujur timur
: 9827- 9832
Luas
: 90,24 km2
Jumlah penduduk
: 257.105 Jiwa
lintang utara
bujur timur
Luas
Jumlah penduduk
akit
akit
akit
akit
: Medan
lintang utara
: 22700 - 24700
bujur timur
: 9835- 9844
Luas
: 265,10 km2
Jumlah penduduk
: 2.121.053 Jiwa
: Padangsidimpuan
lintang utara
: 11800 - 12900
bujur timur
: 9913- 9921
Luas
: 114,65 km2
Jumlah penduduk
: 191.912 Jiwa
: Pematangsiantar
lintang utara
: 25400 - 30109
bujur timur
: 9906- 9901
Luas
: 79,97 km2
Jumlah penduduk
: 240.939 Jiwa
: Sibolga
lintang utara
: 25400 - 14400
bujur timur
: 9906- 9847
Luas
: 10,77 km2
Jumlah penduduk
: 96.034 Jiwa
: Tanjung Balai
akit
lintang utara
: 25800 - 25800
bujur timur
: 9906- 9948
Luas
: 61,52 km2
Jumlah penduduk
: 167.500 Jiwa
: Salak
lintang utara
: 21900 - 32100
bujur timur
: 9811- 9821
Luas
: 38,44 km2
Jumlah penduduk
: 142.717 Jiwa
Jenis Penyakit
TB
terhadap asam pewarnaan yang disebut pula Basil Tahan Asam (BTA).
Etiologi
Penyebab dari TB Paru adalah : 1) Mycobacterium tuberculosis. 2)
Mycobacterium bovis
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis :
Herediter, Jenis kelamin,Usia, Nutrisi.
Patofisiologi
Sumber penularan TB Paru adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu
batuk/bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak).
Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran
pernafasan kemudian menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lain
(Dep.Kes, 2003).
Riwayat terjadinya TB paru dibedakan menjadi 2 (Dep.Kes, 2003) :
1) Infeksi Primer, Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TB Paru. Droplet yang terhirup ukurannya sangat kecil, sehingga dapat melewati
mukosilier bronkus, dan terus berjalan hingga sampai di alveolus, dan menetap disana.
Infeksi dimulai saat kuman TB Paru berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di
paru, yang mengakibatkan peradangan pada paru, dan ini disebut komplek primer. Waktu
antara terjadinya infeksi sampai pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6 minggu.
Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit,
diperkirakan sekitar 6 bulan.
2) Infeksi pasca primer (Post Primary TB), TB Paru pasca primer biasanya terjadi setelah
beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh
menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi buruk. Ciri khas dari TB Paru pasca primer
adalah kerusakan Paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura. Tanpa
pengobatan setelah 5 tahun, 50 % dari penderita TB Paru akan meninggal, 25 % akan sembuh
sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap menular.
1. Gejala Umum: Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Pada TB
Paru anak terdapat pembesaran kelenjar limfe superfisialis.
2. Gejala lain yang sering dijumpai: Dahak bercampur darah, Batuk darah, Sesak nafas dan
rasa nyeri dada, Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak
badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari
sebulan. Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit Paru selain TB Paru.
Pencegahan :
Hindari lingkungan yang disukai kuman TB seperti ruangan padat, sumpek, rumah yang
kurang disinari matahari karena kurangnya ventilasi, indikasi kasus dengan tepat dan tidak
lanjut dengan melakukan pemeriksaan dan berbagai tes, kemoterapi yang efektif. Dengan
vaksinasi BCG, bila berhadapan dengan penderita TB sebaiknya tutup hidung dan mulut saat
ia batuk/bersin, selalu jaga kondisi tubuh dengan istirahat yang teratur, memakan makanan 4
sehat 5 sempurna serta berolahraga yang teratur.
2. Hepatitis
Gejala :
hepatitis sering tidak di sadari, dapat berupa demam
kurangnya nafsu makan, mua, muntah,kembung
warna urin menjadi kuning tua seperti air the
mata berwarna kuning
Penyebab : Virus Hepatitis
Pencegahan :
jangan pernah berbagi alat seperti jarum,alat cukur,sikat gigi,dan gunting kuku, dimana dapat
menjadi tempat potensial penyebaran virus Hepatitis. Bila melakukan medicure, tato dan
tindik tubuh pastikan alat yang dipakai steril dan tempat usahanya resmi.
orang yang terpapar darah dalam pekerjaannya, seperti pekerja kesehatan,teknisi
laboratorium, dokter gigi, perawat, dokter bedah, atau siapaun yang hidup dengan orang yang
terinfeksi seharusnya sangat hati hati agar tidak terpapar darah ynag terkontaminasi
termasuk juga menggunakan peralatan tajam dan jarum dengan benar, mencuci tangan secara
teratur dan menggunakan sarung tangan dalam bekerja. Jika anda pernah mengalami luka
karena jarum suntik, anda harus melakukan tes ELISA atau RNA HCV setelah 4-6 bulan
terjadinya luka untuk memastikan tidak terinfeksi penyakit hepatitis.
Gejala :
badan pegal pegal (myalgia)
beringus(rhinorrhea)
batuk
sakit kepala
sakit pada tenggorokan
Penyebab : virus, bakteri, jamur
Pencegahan :
Terapi yang diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotic. Pemberian antibiotic
dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini, dan pemberian antibiotic dapat mencegah
terjadinya infeksi lanjutan dari bacterial, pemberian, pemilihan antibiotic pada penyakit ini
harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi kuman / bacterial di kemudian
hari. Namun pada penyakit ISPA yang sudah berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yang
sudah menjadi hiaju, pemberian antibiotic merupakan keharusan karena dengan gejala
tersebut membuktikan sudah ada bakteri yang terlibat.
4. Filariasis
Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang disebabkan oleh cacing
Filaria ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan
bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran
kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Akibatnya penderita tidak
dapat bekerja secara optimal bahkan hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga
menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara. Untuk memberantas penyakit ini sampai
tuntas WHO sudah menetapkan Kesepakatan Global Year 2020 ( Program eliminasi)
dilaksanakan melalui pengobatan massal dengan DEC dan Albendazol setahun sekali selama
5 tahun dilokasi yang endemis dan perawatan kasus klinis baik yang akut maupun kronis
untuk mencegah kecacatan dan mengurangi penderitanya.
Penyebab : Ada tiga spesies cacing filarial yaitu; Wucheria bancrofti, Brugia malayi dan
Brugia timori.
Vektor penular : Di Indonesia hingga saat ini telah diketahui ada spesies nyamuk dari genus
Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres yang dapat berperan sebagai vector penular
penyakit kaki gajah.
Cara Penularan :
Seseorang dapat tertular penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang
infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III (L3). Nyamuk tersebut mendapat
missal dihentikan apabila Mf rate sudah mencapai < 1 % ; secara individual / selektif;
dilakukan pada kasus klinis, baik stadium dini maupun stadium lanjut, jenis dan obat
tergantung dari keadaan kasus.
5.
Penyakit Kusta
Kusta atau Lepra atau disebut juga Penyakit Morbus Hansen. Penyakit Hansen adalah sebuah
penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini
adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan mukosa dari saluran pernapasan atas;
dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat
sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata.
Sejarah
Kusta telah menyerang manusia sejak 300 SM, dan telah dikenal oleh peradaban Tiongkok
kuna.
Manifestasi klinis dari kusta sangat beragam, namun terutama mengenai
kulit, saraf, dan membran mukosa. Pasien dengan penyakit ini dapat
dikelompokkan lagi menjadi 'kusta tuberkuloid (Inggris: paucibacillary),
kusta lepromatosa (penyakit Hansen multibasiler), atau kusta multibasiler
(borderline leprosy).
Kusta multibasiler, dengan tingkat keparahan yang sedang adalah tipe yang sering ditemukan.
Terdapat lesi kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid namun jumlahnya lebih banyak dan tak
beraturan.
Kusta tuberkuloid ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi makula kulit dan bagian
yang tidak berasa (anestetik). Kusta lepormatosa dihubungkan dengan lesi, nodul, plak kulit
simetris, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang
menyebabkan penyumbatan hidung dan epistaksis (hidung berdarah) . Penyakit ini tidak
menyebabkan pembusukan bagian tubuh.
Penyebab
Mycobacterium leprae, bakteri yang tahan asam, bakteri aerobik, gram positif, berbentuk
batang, dan dikelilimgi oleh membran sel lilin yang merupakan ciri dari spesies
Mycobacterium.
Patofisiologi
Mekanisme penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan
seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Tidak semua orang yang terinfeksi oleh
kuman M. leprae menderita kusta, dan faktor genetika serta gizi kurang juga ikut berperan.
Pintu keluar dari M. leprae dari tubuh manusia adalah kulit dan mukosa hidung.
Saluran pernapasan adalah rute yang paling dimungkinkan menjadi gerbang masuknya
bakteri. Masa inkubasi dari kusta belum dapat dikemukakan. Masa inkubasi minimum
dilaporkan adalah beberapa minggu, berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi muda. Masa
inkubasi maksimum dilaporkan selama 30 tahun. Secara umum, masa inkubasi rata-rata dari
kusta adalah 3-5 tahun.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang efektif untuk kusta. Namun, dapson hanyalah obat bakterisidal
(pembasmi bakteri) yang lemah terhadap M. leprae. Penggunaan tunggal dapson
menyebabkan populasi bakteri menjadi kebal. Pencarian terhadap obat anti kusta yang lebih
baik dari dapson, akhirnya menemukan klofazimin dan rifampisin. Terapi multiobat dan
kombinasi tiga obat itu merupakan cara standar pengobatan multiobat serta tidak digunakan
sebagai obat tunggal untuk mencegah kekebalan atau resistensi bakteri.
Terapi di atas lumayan mahal, maka cukup sulit untuk masuk ke negara yang endemik. Sejak
1995, WHO memberikan paket obat terapoi kusta secara gratis pada negara endemik, yang
akan bejalan hingga akhir 2010.
Kelompok berisiko
Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik dengan
kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan
gizi yang buruk, dan adanya penyertaan penyakit lain seperti HIV yang dapat menekan sistem
imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dari wanita.
Pencegahan
Menjaga pola asupan makan, sanitasi lingkungan dan menjauhi penderita kusta agar tidak
tertular.
Virus
virus
(+)ssRNA
Flaviviridae
Flavivirus
Virus Dengue
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang
ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria,
disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili
Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam
berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti
Gejala:
Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala
berat, sakit pada sendi dan otot dan ruam.
Ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul dulu
pada bagian bawah badan. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit
di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk, dan demam
tinggi berturut-turut selama 3 hari.Demam berdarah lamanya sekitar 6 atau 7 hari. Sesudah
masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita
penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :
tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit.
Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan
dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur,
dsb.
Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok.
Bentuk ini sering berujung pada kematian.
rutin
olahraga,
dan
melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat
menampung
air,
abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan
rantai perkembangbiakan nyamuk;
4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila
demam.
Pengobatan:
penderita
mengalami
Demam berdarah dengue atau DBD umumnya terjadi pada anak dibawah 10 tahun. Gejalanya
: nyeri pada perut, perdarahan, dan syok. Bila terjadi syok maka DBD sering disebut Dengue
Syok Syndrome atau DSS. Pasien dengan DSS biasanya agak sulit untuk dipulihkan.
DBD dimulai dengan demam tinggi serta sakit kepala yang hebat. Terdapat gejala pada
saluran nafas dan saluran pencernaan berupa nyeri menelan, batuk, mual, muntah dan nyeri
perut. Syok dapat terjadi setelah 2 sampai 6 hari semenjak gejala DBD timbul. Gejala syok
dimulai dengan penurunan suhu tubuh tiba tiba, akral dingin, nadi lemah, dan kebiruan pada
bibir. Pada DBD, terdapat perdarahan pada jaringan lunak, bintik perdarahan pada kulit,
muntah darah, darah pada kotoran, gusi berdarah dan mimisan. Sampai saat ini belum ada
vaksin yang pas untuk demam dengue.
7. HIV / AIDS
AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya
sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang
mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh
manusia. HIV ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran
mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air
mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui
hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. Hukuman sosial
bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan dengan penderita penyakit
mematikan lainnya. Terkadang hukuman sosial tersebut juga turut tertimpakan kepada
petugas kesehatan atau sukarelawan, yang terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan
HIV/AIDS (ODHA).
Gejala dan komplikasi:
Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker
leher rahim, dengan gejala infeksi sistemik; seperti demam, berkeringat (terutama pada
malam hari), pembengkakan kelenjar, kedinginan, merasa lemah, serta penurunan berat
badan. Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien AIDS, juga tergantung pada tingkat
kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah geografis tempat hidup pasien.
Penyebab:
HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang baru memperbanyak diri tampak bermunculan
sebagai bulatan-bulatan kecil (diwarnai hijau) pada permukaan limfosit setelah menyerang sel
tersebut; dilihat dengan mikroskop elektron.
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. Infeksi akut HIV akan berlanjut
menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS;
yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4 + di dalam darah serta adanya infeksi
tertentu.
Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah
9 sampai 10 tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2
bulan.
Penularan seksual
Penularan HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara sekresi cairan vagina atau
cairan preseminal seseorang dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut
pasangannya. Hubungan seksual reseptif tanpa pelindung lebih berisiko daripada hubungan
seksual insertif tanpa pelindung, dan risiko hubungan seks anal lebih besar daripada risiko
hubungan seks biasa dan seks oral. Jalur penularan lewat darah terutama berhubungan dengan
pengguna obat suntik, penderita hemofilia, dan resipien transfusi darah dan produk darah.
Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernafasan atas
yang berulang
Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan,
infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paruparu, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator AIDS.
Tes HIV
Tes HIV umum, termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western blot, dilakukan untuk
mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah kering, atau urin pasien.
Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan HIVDNA, yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan
antibodinya belum dapat terdeteksi.
Tiga jalur utama masuknya virus HIV ke dalam tubuh ialah melalui hubungan seksual,
persentuhan (paparan) dengan cairan atau jaringan tubuh yang terinfeksi, serta dari ibu ke
janin atau bayi selama periode sekitar kelahiran (periode perinatal). Walaupun HIV dapat
ditemukan pada air liur, air mata dan urin orang yang terinfeksi, namun tidak terdapat catatan
kasus infeksi dikarenakan cairan-cairan tersebut, dengan demikian risiko infeksinya secara
umum dapat diabaikan.
Pengobatan alternative
Berbagai bentuk pengobatan alternatif digunakan untuk menangani gejala atau mengubah
arah perkembangan penyakit. Tes-tes uji acak klinis terhadap efek obat-obatan jamu
menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti bahwa tanaman-tanaman obat tersebut memiliki
dampak pada perkembangan penyakit ini, tetapi malah kemungkinan memberi beragam efek
samping negatif yang serius.
Sejarah
Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 lebih
mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari mayoritas
infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit dimasukan. Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari
primata. Asal HIV-1 berasal dari simpanse Pan troglodytes troglodytes yang ditemukan di
Kamerun selatan. HIV-2 berasal dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea
Bissau, Gabon, dan Kamerun.
Stigma
Hukuman sosial atau stigma oleh masyarakat terhadap pengidap AIDS terdapat dalam
berbagai cara, antara lain tindakan-tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan
penghindaran atas orang yang diduga terinfeksi HIV; Kekerasan atau ketakutan atas
kekerasan, telah mencegah banyak orang untuk melakukan tes HIV, memeriksa bagaimana
hasil tes mereka, atau berusaha untuk memperoleh perawatan; sehingga mungkin mengubah
suatu sakit kronis yang dapat dikendalikan menjadi "hukuman mati" dan menjadikan
meluasnya penyebaran HIV.
Stigma instrumental AIDS - yaitu refleksi ketakutan dan keprihatinan atas hal-hal yang
berhubungan dengan penyakit mematikan dan menular.
Stigma simbolis AIDS - yaitu penggunaan HIV/AIDS untuk mengekspresikan sikap terhadap
kelompok sosial atau gaya hidup tertentu yang dianggap berhubungan dengan penyakit
tersebut.[110]
Stigma kesopanan AIDS - yaitu hukuman sosial atas orang yang berhubungan dengan isu
HIV/AIDS atau orang yang positif HIV.
8. Diare
Gejala
Frekuensi buang air besar melebihi normal
kotoran encer / cair
sakit / kejang perut
demam dan muntah pada beberapa kasus
Penyebab
Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus tetapi juga sering kali akibat dari
racun bacteria. Dalam kondisi hidup yang bersih dan dengan makanan mencukupi dan air
tersedia, pasien yang sehat biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa hari
dan paling lama satu minggu. Namun untuk individu yang sakit atau kurang gizi, diare dapat
menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam jiwa bila tanpa perawatan. Dia
juga dapat merupakan gejala dari penyakit yang lebih serius seperti disentri, kolera, atau
botulisme dan dapat juga merupakan tanda dari sindrom kronis seperti penyakit Crohn. Dia
juga dapat disebebkan oleh konsumsi alcohol yang berlebihan,terutama dalam seseorang
yang tidak cukup makan.
Pencegahan
1.
2.
3.
4.
5.
mencuci tangan dengan memakai sabun dengan cara yang benar pada 5 waktu penting, yaitu:
Sebelum makan
Setelah buang air besar
Sebelum memegang bayi
Setelah menceboki anak
Sebelum menyiapkan makanan
meminum air minum yang sehat atau air yang telah diolah antara lain dengan cara merebus,
kutu,lipas, dll)
membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan
tangki septic.
9. Rabies
Gejala
Sesudah masa tunas / inkubasi selama 10 hari sampai 7 bulan, orang yang tertular dapat
mengalami / menderita penyakit ini dengan gejala gejala sebagai berikut :
diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, tak nafsu makan, lemah, mual,
muntah dan perasaan yang abnormal pada daerah sekitar gigitan (anjing / binatang liar
tsb).
gejala diatas kemudian dengan cepat diikuti hiperestesi dan hipereksitasi mental serta
neuromuskular, diikuti dengan kaku kuduk dan kejang kejang otot otot yang berfungsi
dalam proses menelan dan pernafasan. Sedikit rangsangan berupa cahaya, suara,bau
dengan air bersih dan sabun atau deterjen selama 5-10 menit dibawah air mengalir/diguyur.
Lalu keringkan dengan kain yang bersih..
2. Luka diberi antiseptik (obat luka yang tersedia misalnya betadine, obat merah, alkohol 70%,
Yodium tincture atau lainnya) lalu dibalut dengan pembalut yang bersih.
3. Penderita luka gigitan harus segera dibawa ke dokter, Puskesmas atau rumah sakit yang
terdekat untuk mendapatkan pengobatan sementara maupun perawatan lebih lanjut, sambil
menunggu hasil observasi hewan tersangka rabies.
4. Walaupun sudah dilakukan pencucian luka gigitan, penderita harus dicuci kembali lukanya di
Puskesmas atau rumah sakit.
5. Luka gigitan dibalut longgar dan tidak dibenarkan dijahit, kecuali pada luka yang sangat
parah. Jika keadaan terpaksa dilakukan penjahitan, maka harus diberikan serum anti rabies
(SAR) sesuai dosis, selain itu dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian vaksin anti tetanus,
maupun antibiotik dan analgetik.
10. Kolera
Gejala
pertama stadium inkubasi, umumnya berlangsung sekitar 3 hari
stadium muntaber,yang berlangsung dari beberapa jam sampai 3 hari, pada anak anak
terkadang disertai dengan gejala demam,sedangkan pada orang dewasa tidak mengalami
gejala ini. Diare adalah gejala pertama dan paling umum pada stadium itu, kebanyakan tidak
merasa sakit, kira kira sepertiga pasien membuang kotoran seperti tajin,dan setiap hari
pembuangan kotoran berkali kali bahkan puluhan kali. Muntah muntah menyusul diare
stadium dehidrasi juga dapat muncul gejala kekacauan elektrolit, kejang dan nyeri otot.
stadium reaksi,juga disebut stadium rehabilitasi, seiring dengan diperbaikinya
dehidrasi,kekacauan elektrolit dan asam alkali dalam tubuh, kebanyakan gejala akan lenyap,
termanifestasi dengan badan lemah, sebagian penderita muncul reaksi demam. Stadium itu
umumnya berlangsung 1 sampai 3 hari.
Penyebab : Vibrio kolera
Pencegahan
mencuci tangan dengan memakai sabun dengan cara yang benar pada 5 waktu penting,
yaitu :
Sebelum makan
Setelah buang air besar
Sebelum memegang bayi
Setelah menceboki anak
Sebelum menyiapkan makanan
meminum air minum yang sehat atau air yang telah diolah antara lain dengan cara merebus,
kutu,lipas, dll)
membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan
tangki septic.
11. Tifus
Gejala
jangan berbagi makanan dan minuman dengan orang yang menderita penyakit tifus
menjaga kebersihan diri dan lingkungan
12. Campak
Gejala
Timbul dalam waktu 7 14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa : nyeri tenggorokan, hidung
meler, batuk, nyeri otot, demam, mata merah, fotofobia (rentan terhadap cahaya, silau ). 2 4
hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik koplik). Ruam
(kemerahan di kulit ) yang terasa agak gatal muncul 3 5 hari setelah timbulnya gejala
diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula
(ruam kemerahan yang menonjol ). Pada awalnya ruam tampak di wajah yaitu di depan dan
di bawah telinga serta di leher sebelah samping.
Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan, dan tungkai sedangkan ruam
di wajah mulai mendatar.
Penyebab
campak disebabkan oleh Paramiksovirus. Penularan terjadi melalui percikkan ludah dari
hidung, mulut, maupun tenggorokan penderita campak. Masa inkubasi adalah 10 14 hari
sebelum gejala muncul.
Pencegahan
Vaksin campak meruapakan bagian dari imunisasi rutin pada anak anak. Vaksin biasanya
diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (Vaksin MMR /
mumps, measles, rubella), suntikkan pada otot paha atau lengan atas. Jika hanya mengandung
campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis pertama kali
diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberiakn pada usia 4-6 tahun.
13. Pertusis
Definisi
Pertusis adalah infeksi saluran pernapasan akut berupa batuk yang sangat berat atau
batuk intensif. Nama lain tussis quinta, wooping
pertusis.Bordetella
dimatikan pada pemanasan 50C tetapi bertahan pada suhu tendah 0didapatkan dengan melakukan swab pada daerah
kemudian ditanam pada media
nasofaring
10C
penderita
dan
bisa
pertusis
yang
agar Bordet-Gengou.
Epidemiologi
Tersebar diseluruh dunia . ditempat tempat yang padat
berupa endemic pada anak. Merupakan penyakit paling menular dengan attack rate 80-100 %
pada
oktober sesudah akumulasi kelompok rentan, Menyerang semua golongan umur yang
terbanyak anak umur ,
1tahun, perempuan lebih sering dari laki laki, makin muda yang
terkena pertusis makin berbahaya. Insiden puncak antara 1-5 tahun, dengan persentase
kurang dari satu tahun : 44%, 1-4 tahun :
perlengketan, perlawanan,
dalam
perlengketan
peradangan ringan
terganggu
akibatnya akan mudah terjadi infeksi sekunder oleh sterptococos pneumonia, H influenzae,
staphylococos aureus.
Penumpukan mucus akan menyebabkan plug yang kemudian
dan kolaps pada paru, sedang hipoksemia dan
gangguan pertukaran oksigen
Lendir yang
sianosis
dapat
menjadi obstruksi
terjadi
oleh
karena
emfisema dan atelektasis. Eksudasi dapat pula sampai ke alveolus dan menimbulkan infeksi
sekunder, kelaina paru itu dapat menimbulkan bronkiektasis.
Gejala Klinis
Masa inkubasi Bordetella pertusis adlah 6-2 hari ( rata rata 7 hari). Sedang perjalanan
penyakit terjadi antara 6-8 minggu.
Ada 3 stadium Bordetella pertusis
Stadium
paroksimal
atau
spasmodic
(2-4
minggu)
Frekwensi derajat batuk bertambah 5-10 kali pengulangan batuk uat, selama expirsi diikuti
usaha insprasi masif yang medadak sehingga menimbulkan bunyi melengking (whooop) oleh
karena udara yang dihisap melalui glotis yang menyempit. Muka merah, sianosis, mata
menonjol,lidah menjulur, lakrimasi, salivasi, petekia diwajah, muntah sesudah batuk
paroksimal, apatis , penurunan berat badan, batuk mudah dibangkitkan oleh stress emosiaonal
dan aktivitas fisik. Anak dapat terberak berak dan terkencing kencing. Kadang kadang pada
penyakit yang berat tampak pula perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis.
Stadium
konvalesens
(1-2
minggu)
Whoop mulai berangsur angsur menurun dan hilang 2-3 minggu kemudian tetapi pada
beberapa pasien akan timbul batuk paroksimal kembali. Episode ininakan berulang ulang
untuk beberapa bulan dan sering dihubungkan dengan infeksi saluran napas bagian atas yang
berulang.
Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan atas anamnesa , pemeriksaan fisik
pemeriksaan laboraturium. Pada anamnesis penting ditanyakan
khas yaitu batuk mula mula timbul pada
menjadi siang dan
serangan
yang
adakah
dan
bagaimanakah
riwayat
Diagnosis dapat dibuat dengan memperhatikan batuk yang khas ila penderita datang
pada stadium spasmodic, sedang pada stadium ataralis sukar dibuat diagnosis karena
menyerupai common cold.
Diagnosis banding
Pada batuk spasmodic perlu dipikirkan bronkioitis, pneumonia
bacterial,
sistis
fibrosis, tuberculosis dan penyakit lain yang menyebabkan limfadenopati dengan penekanan
diluar trakea dan
bronkus.
adenovirus
dapat
menyerupai sindrom klinis Bordetella pertusis. Tetapi dapat dibedakan dengan isolasi kumam
penyebab.
Kompliksi
Alat pernapasan
Dapat terjadi otitis media sering pada bayi, bronchitis,
bronkopneumonia,
atelektasis yang disebabkan sumbatan mucus, emfisema dapat juga terjadi emfisema
mediastinum, leher, kulit
yang sebelumnya telah ada dapat menjadi bertambah berat, batuk yang keras dapat
menyebabkan rupture alveoli, emfisema
intestisial, pnemutorak.
Alat pencernaan
Muntah muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi, prolapsus
rectum
atau hernia yang mungkin timbul karena tingginya tekanan intra abdominal, ulcus pada ujung
lidah karena lidah tergosok pada
Lain lain
Dapat pula terjadi perdarahan lain seperti epistaksis, hemoptisis
dan
perdarahan
subkonjungtiva.
Terapi
Antibiotika
1.
Eritromisin
dengan
dosis
50
mg/kgbb/hari
dibagi
dalam
dosis.
Obat ini dpat menghilangkan Bordetella pertusis dari nasofaring dalam 2-7 hari ( rata rata 3-4
hari) dengan demikian memperpendek kemungkinan penyebaran infeksi. Eritromisisn juga
menyembuhkan
pertusis
bila
diberikan
dalam
stadium
kataralis,
mencegah
dan
menyembuhkan pneumonia, oleh karena itu sangat penting untuk pengobatan pertusis untuk
bayi muda.
2. Ampisilin dengan dosis 100 mg/kgbb/hari, dibagi dalam 4 dosis.
3. lain lain : rovamisin, kotromoksazol, kloramfenikol dan tetrasiklin.
Imunoglobulin
Belum ada penyesuaian faham mengenai pemberian
immunoglobulin pada stadium kataralis.
Ekspektoransia dan mukolitik
Kodein diberikan bila terdapat batuk batuk yang hebat sekali.
Luminal sebagai sedative.
Oksigen bila terjadi distress pernapasan baik akut maupun kronik.
Terapi suportif : atasi dehidrasi, berikan nutrisi
Faktor resiko
Imunisasi TT tidak dilakukan/tidak sesuai dengan ketentuan program
Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai APN
Perawatan tali pusat tidak memenuhi standar kesehatan
Pencegahan
Imunisasi TT
Memperhatikan sterilitas saat pemotongan dan perawatan tali pusat
Komplikasi
Bronkopneumonia
Asfiksia
Sianosis akibat obstruksi jalan nafas oleh lendir/sekret
Prognosa
Bayi mengalmi panas atau peningkatan suhu (prognosa buruk)
Bayi dapat bertahan lebih dari 4 hari (dapat disembuhkan)
Untuk penyembuhan sempurna membutuhkan waktu beberapa minggu
Angka mortalitas 30%
Penyakit ini fatal pada BBL
Penanganan
Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan antispasmodik
Membersihkan jalan nafas agar bayi dapat menghirup udara dengan bebas
Pemasangan spatel lidah yang dibungkus dengan kain untuk mencegah lidah tergigit
Mencari tempat masuknya spora tetanus pada tali pusat atau telinga
Mengobati penyebab tetanus dengan antibiotika
Melakukan perawatan yang adekuat, dengan pemberian oksigen, nutrisi serta menjaga
keseimbangan cairan dan elektrolit
Ditempatkan di ruang tenang dengan sedikit sinar
15. Malaria
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan
lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi
primata
protozoa
dari
genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil) serta
demam berkepanjangan. Malaria
dan primata
lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi
protozoa dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas
dingin menggigil) serta demam berkepanjangan.
penggunaan residu
seperti Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Namun penyakit ini masih menjadi masalah
besar di
beberapa bagian Benua Afrika dan Asia Tenggara. Sekitar 100 juta kasus
penyakit malaria terjadi setiap tahunnya dan sekitar 1 persen diantaranya fatal.
Seperti kebanyakan penyakit tropis lainnya, malaria merupakan
di negara berkembang.
Pertumbuhan penduduk yang cepat, migrasi, sanitasi yang buruk, serta
daerah
ke
kota
Pembukaan
(urbanisasi)
telah
tersebut.
Penyakit Malaria yang terjadi pada manusia
Penyakit malaria memiliki 4 jenis, dan masing-masing disebabkan oleh
parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa
menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa
gejala-gejala ini muncul kembali
meriang,
spesies
panas
dingin
malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat
terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama 2 minggu
setelah infeksi).
Demam rimba (jungle fever ), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria
tropika, disebabkan oleh Plasmodium falciparum merupakan
kematian akibat malaria. Organisme bentuk ini
menyebabkan koma, mengigau,
Plasmodium
sampai
40
hari
Jenis ke empat dan merupakan jenis malaria yang paling jarang ditemukan, disebabkan oleh
Plasmodium ovale yang mirip dengan malaria tertiana.
Pada masa inkubasi malaria, protozoa tumbuh didalam sel hati; beberapa hari
sebelum gejala pertama terjadi, organisme tersebut menyerang dan menghancurkan sel darah
merah sejalan dengan perkembangan mereka,sehingga menyebabkan demam.
Penanganan
Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon
yang lebih dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun
pertumbuhan protozoa dalam jaringan darah. Pada tahun
dan
cinchona,
menekan
berhasil menemukan Atabrine ( quinacrine hydrocloride ) yang pada saat itu lebih efektif
daripada quinine dan kadar
klorokuin
total, juga lebih efektif dalam menekan jenis-jenis malaria dibandingkan dengan Atabrine
atau quinine. Obat tersebut juga
obatan lain yang
terdahulu
terbukti
efektif
tanpa
perlu
digunakan
secaraterusmenerus.
Namun baru-baru ini strain Plasmodium falciparum, organisme yang menyebabkan
malaria tropika memperlihatkan adanya daya tahan terhadap klorokuin serta obat anti malaria
sintetik lain. Strain jenis ini ditemukan terutama di Vietnam, dan juga di semenanjung
Malaysia, Afrika dan Amerika Selatan. Kina juga semakin kurang efektif terhadap strain
plasmodium falciparum. Seiring dengan munculnya strain parasit yang
obat-obatan tersebut, fakta bahwa beberapa jenis nyamuk
memiliki daya tahan terhadap insektisida
pembawa
kebal
(anopheles)
terhadap
telah
jumlah kasus penyakit malaria di beberapa negara tropis. Sebagai akibatnya, kasus penyakit
malaria juga mengalami peningkatan pada para turis dari Amerika dan Eropa Barat yang
datang ke Asia dan Amerika Tengah dan juga diantara
tersebut. Para turis yang datang ke tempat yang dijangkiti oleh penyakit malaria yang tengah
menyebar, dapat diberikan obat anti malaria seperti profilaksis (obat pencegah).
Obat-obat pencegah malaria seringkali tetap digunakan hingga beberapa minggu setelah
kembali dari bepergian. Mefloquine telah dibuktikan efektif terhadap strain malaria yang
kebal terhadap klorokuin, baik sebagai pengobatan ataupun sebagai pencegahan. Namun obat
tersebut saat ini tengah diselidiki apakah dapat menimbulkan efek samping yang merugikan.
Suatu kombinasi dari sulfadoxine dan pyrimethamine digunakan untuk pencegahan di daerahdaerah yang terjangkit malaria yang telah kebal terhadap klorokuin. Sementara Proguanil
digunakan hanya sebagai pencegahan.
Saat ini para ahli masih tengah berusaha untuk menemukan vaksin untuk malaria. Beberapa
vaksin yang dinilai memenuhi syarat kini tengah diuji coba klinis guna keamanan dan
keefektifan dengan menggunakan sukarelawan, sementara ahli lainnya tengah berupaya untuk
menemukan vaksin untuk penggunaan umum. Penyelidikan tengah dilakukan untuk
menemukan sejumlah obat dengan bahan dasar artemisin, yang digunakan oleh ahli obatobatan Cina untuk menyembuhkan demam. Bahan tersebut terbukti efektif terhadap
Plasmodium falciparum namun masih sangat sulit untuk diperbanyak jumlahnya.
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria
disebabkan oleh parasit malaria / Protozoa genus Plasmodium
bentuk
aseksual
yang
masuk kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria ( anopeles ) betina ( WHO
1981 ) ditandai dengan deman, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia.
Parasit malaria pada manusia yang menyebabkan Malaria adalah Plasmodium falciparum,
plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae.Parasit malaria yang
terbanyak di Indonesia adalah Plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau campuran
keduanya, sedangkan palsmodium ovale dan malariae pernah ditemukan di Sulawesi, Irian
Jaya dan negara Timor Leste. Proses penyebarannya adalah dimulai nyamuk malaria yang
mengandung parasit malaria, menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau
timbulnya gejala demam. Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria
yaitu antara 9 ? 40 hari ( WHO 1997) Siklus parasit malaria adalah setelah nyamuk
Anopheles yang mengandung parasit malaria menggigit manusia, maka keluar sporozoit dari
kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah dan jaringan hati. Parasit malaria pada siklus
hidupnya, membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati ( ekso-eritrositer ). Setelah sel
hati pecah akan keluar merozoit / kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium
sizon dalam eritrosit ( stadium eritrositer ), mulai bentuk tropozoit muda sampai sison tua /
matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merosoit. Merosoit sebagian besar masuk kembali
ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap
oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidup di tubuh nyamuk (stadium
sporogoni). Pada lambung nyamuk terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet)
dan sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot akan berubah menjadi ookinet,
kemudian masuk ke dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista
matang kemudian pecah, maka keluar sporozoit dan masuk ke kelenjar liur nyamuk yang siap
untuk ditularkan ke dalam tubuh manusia. Khusus P. Vivax dan P. Ovale pada siklus
parasitnya di jaringan hati (sizon jaringan), sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak
melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit tetapi tertanam di jaringan hati disebut Hipnosoit (lihat
bagan siklus), bentuk hipnosoit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada penderita
yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun
misalnya akibat terlalu lelah/sibuk/stres atau perobahan iklim (musim hujan), maka hipnosoit
akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari dalam sel hati ke eritrosit. Setelah
eritrosit yang berparasit pecah akan timbul gejala penyakitnya kembali. Misalnya 1 ? 2 tahun
yang sebelumnya pernah menderita P. Vivax/Ovale dan sembuh setelah diobati, suatu saat dia
pindah ke daerah bebas malaria dan tidak ada nyamuk malaria, dia mengalami
kelelahan/stres, maka gejala malaria muncul kembali dan bila diperiksa SD-nya akan positif
P. Vivax/Ovale.
Pada P. Falciparum dapat menyerang ke organ tubuh dan menimbulkan kerusakan seperti pada
otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan terjadinya malaria berat/komplikasi,
sedangkan P. Vivax, P. Ovale dan P. Malariae tidak merusak organ tersebut. P. falciparum
dalam jaringan yang mengandung parasit tua di dalam otak, peristiwa ini yang disebut
sekuestrasi. Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah
tepi karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral
mencapai 20 ? 50 %, hampir semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa
neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak sebagian kecil dapat terjadi
sekuele. Pada daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan SD
sering dijumpai SD positif tanpa gejala klinis pada lebih dari 60 % jumlah penduduk.
16. Pneumonia
Radang paru-paru (bahasa Inggris: pneumonia) adalah sebuah penyakit pada paru-paru di
mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer
meradang dan terisi oleh cairan.
Penyebab
Pneumonia pneumocystis (PCP) adalah bentuk pneumonia yang disebabkan oleh
fungi Pneumocystis jirovecii. Agen yang
menyebabkan pneumonia ini dideskripsikan
sebagai protozoa dan disebut P. jiroveci. Nama tersebut didiskusikan dan hasilnya,
pneumonia pneumosistis juga diketahui sebagai pneumonia
pneumosistis jiroveci dan
sebagai pneumonia pneumosistis carinii,
yang juga dijelaskan.
Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh
bakteria, virus, jamur, atau pasilan (parasite). Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh
kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit
lainnya, seperti kanker paru-paru atau
berlebihan minum alkohol.
Gejala
Gejala yang berhubungan dengan radang paru-paru termasuk batuk, sakit dada,
demam, dan kesulitan bernapas. Alat diagnosa termasuk Sinar-X dan pemeriksaan dahak.
Perawatan tergantung dari penyebab radang paru-paru; radang paru-paru disebabkan
bakteri dirawat dengan antibiotika.
Pencegahan
Radang paru-paru adalah penyakit umum, yang terjadi di seluruh kelompok umur,
dan merupakan penyebab kematian peringkat atas di antara orang tua dan orang yang sakit
menahun. Vaksin untuk mencegah beberapa jenis radang paru-paru bisa diperoleh.Prognosis
perseorangan tergantung dari jenis radang paru-paru, perawatan yang cocok, komplikasi
lainnya, dan kesehatan orang tersebut.`
Salah satu kasus radang paru-paru yang mempunyai tingkat kematian tinggi pada saat
ini adalah kasus radang paru-paru yang disebabkan oleh Flu burung.