Pam Fix
Pam Fix
KELOMPOK 1 A
Disusun Oleh:
Tri Haryani
G1B012002
Rica Cahyani
G1B012003
Amidiana Araminta A.
G1B012019
G1B012020
Heryansyah
G1B012025
Subhan Zainal A
G1B012026
Nurfaizah
G1B012035
Putri Puspitasari
G1B012037
Shella Puspawinaya
G1B012057
Adinda Permatasari
G1B012058
Aisyah Rachmadini
G1B012088
G1B012090
1. Latar Belakang
Pada dasarnya mutu hidup adalah terpenuhinya kebutuhan dasar
mereka. Dimana kebutuhan dasar antara lain kebutuhan pangan, air bersih,
pendidikan, pekerjaan dan rumah. Pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat secara tidak langsung harus sejalan dengan peranan sumberdaya
yang ada. Salah satu sumberdaya yang sangat berperan dalam proses
kehidupan manusia adalah sumberdaya air. Pertambahan penduduk membawa
konsekuensi terhadap peningkatan kebutuhan akan air baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya dan juga menuntut sarana dan prasarana untuk
mendukung segala aktivitasnya.
Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini menggunakan
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air
minum menggunakan Kepmenkes RI No. 07/MENKES/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum (Depkes, 1990).
Menurut S. Alisjahbana, mengatakan berdasarkan data terakhir yang
didapat pemerintah pada 2011, ketersediaan air bersih di Indonesia baru
mencapai 55% dan target tahun 2015 itu air minum atau air bersih harusnya
coveragenya 68% sehingga masih kurang 13%. Air adalah unsur yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan dapat dipastikan tanpa
pengembangan sumberdaya air secara konsisten peradaban manusia tidak
akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu
pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar peradaban
manusia (Sunaryo, 2005).
Air permukaan dan air sumur biasanya mengandung bahan-bahan
metal seperti Na, Mg, Ca, dan Fe. Air yang mengandung komponenkomponen tersebut dalam jumlah yang tinggi disebut air sadah. Air
minumpun bukan merupakan air murni. Meskipun bahan-bahan tersuspensi
dan bakteri mungkin telah dihilangkan dari air tersebut, tapi air minum
2. Tujuan
a. Mengetahui prinsip pengolahan air baku yang bermasalah agar memenuhi
Standar kualitas air bersih Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990
tentang syarat syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
b. Membuat desain prototype yang tepat untuk masyarakat Desa Tegalkamulyan
Kabupaten Cilacap
3. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
1. Mahasiswa mengetahui syarat-syarat kualitas air sesuai Permenkes RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990.
2. Mahasiswa dapat membuat prototype pengolahan air baku menjadi air
minum.
b. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat
1. Sebagai salah satu media pembelajaran mahasiswa bidang kesehatan
lingkungan untuk mata kuliah Pengolahan Air Minum sehingga dapat
mendukung pengembangan kurikulum di Jurusan Kesehatan Masyarakat
2. Membina dan meningkatkan kompetensi mahasiswa Jurusan Kesehatan
Masyarakat sehingga mencetak alumni yang dapat mengelola air
bermasalah menjadi air minum
c. Bagi Masyarakat Desa Tegalkamulyan Kabupaten Cilacap
1. Masyarakat mendapatkan cara untuk mengatasi sumber air yang
bermasalah di Desa Tegalkamulyan
2. Masyarakat dapat meningkatkan kesehatan dengan adanya pengolahan air
minum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air Minum
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002,
airminum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yangmemenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum
meliputi :
1.
2.
3.
4.
Seperti diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68 % dan untuk tetap hidup air
dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan air minum setiap orang
bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan
aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik,
kimia, maupun bakteriologis (Suriawiria, 1996).
Menurut Slamet (2004), syarat-syarat air minum adalah tidak berwarna, tidak
berasa, dan tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman
patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia
yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat
merugikan secara ekonomis. Selain itu kebutuhan kualitas dan kuantitas air
masyarakat harus dipenuhi untuk memenuhi syarat hidup sehat.
2.2. Sumber Air Minum
Pada prinsipnya semua air dapat diolah menjadi air minum. Sumber-sumber
air dapat dibagi menjadi (Notoatmodjo, 2003):
1. Air Hujan
Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni. Walaupun
pada saat prestipasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung
di atmosfer dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas,
misalnya karbon dioksida, nitrogen dan amonia. Maka untuk menjadikan air hujan
sebagai sumber air minum hendaklah pada waktu menampung air hujan jangan
dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran.
2. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar dari air hujan yang
jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian mengalami pencemaran
baik oleh tanah, sampah maupun lainnya. Pada umumnya air permukaan telah
terkontaminasi dengan berbagai zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga
memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh masyarakat.
3. Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian
mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses
filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di
dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan
lebih murni dibandingkan dengan air permukaan. Secara praktis air tanah adalah
air bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang mengganggu
kesehatan.
4. Mata Air
Dari segi kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena
berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan,
sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Biasanya lokasi mata air
merupakan daerah terbuka, sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan
sekitar.
2.3. Syarat Kualitas Air Minum
4. Persyaratan Radioaktif
Air minum atau air konsumsi penduduk dapat menyebabkan penyakit seperti :
a. Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50 -70 % dari seluruh berat badan.
Kekurangan air menyebabkan banyaknya didapat penyakit batu ginjal dan
kandung kemih di daerah tropis seperti Indonesia, karena terjadinya kristalisasi
unsur unsur yang ada di dalam cairan tubuh. (Slamet, 2002).
b. Penyebab Penyakit Menular
Air yang telah tercemar oleh bakteri penyebab berbagai penyakit, dapat
menularkan kepada manusia atau hewan melalui empat mekanisme:
1) Water Borne Disease
Mekanisme penyebaran penyakit dimana pathogen penyebab penyakit
berada dalam air yang telah tercemar dan dapat menyebabkan penyakit
infeksi bila terminum oleh manusia atau hewan. Hal ini karena air tersebut
mengandung kuman pathogen. Diantara penyakit- penyakit yang disebarkan
dengan mekanisme ini adalah penyakit kolera, tifoid, hepatitis A, disentri,
poliomyelitis, dan diare.
Menurut Slamet (2002) penyakit yang disebabkan oleh pathogen
penyebab penyakit berada dalam air yang telah tercemar adalah :
a) Kolera
Penyakit kolera disebabkan oleh Vibrio cholera. Kolera adalah penyakit
usus halus yang akut dan berat, sering mewabah yang mengakibatkan
kematian. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps dapat
terjadi dengan cepat. Sedangkan gejala kolera yang khas adalah tinja yang
menyerupai air cucian beras, tetapi sangat jarang ditemui.
b) Tifoid
Tifoid merupakan penyakit yang menyerang usus halus, penyebabnya
adalah Salmonella typhi. Gejala utama adalah panas yang terus menerus
dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi rata-rata dua minggu.
Penularan dapat terjadi dari orang ke orang, atau tidak langsung lewat
makanan, minuman yang terkontaminasi bakteri.
c) Hepatitis A
pula. Ini sering terjadi di kota besar dan akhirnya memilih air sungai yang ada di
dekatnya sebagai sumber air baku. Kualitas air sungai sebagai air permukaan jelas
berbeda dengan air sumber dan air tanah dalam sehingga perlu proses yang lebih
banyak. Pada awalnya proses itu pun tidak begitu berat karena air sungai hanya
terkait dengan limbah rumah tangga yang jumlahnya pun terbatas sehingga proses
penjernihannya pun relatif sederhana (Amsyari, 1996).
Dengan perkembangan industri masalah air baku tidak hanya karena
pencemaran dari limbah domestik, akan tetapi juga dari limbah industri yang pekat
dengan macam bahan kimiawi yang luas. Bahan beracun dan berbahaya jelas tidak
banyak dikeluarkan oleh limbah rumah tangga. Bahan seperti itu umumnya dari
industri yang melibatkan banyak reaksi kimia, seperti industri kertas, cat dan lainnya.
Jelas proses pengolahan air bersih yang akan dilakukan akan lebih kompleks
(Amsyari, 1996).
2.7. Proses Pengolahan Air Bersih
Tujuan pengolahan air bersih merupakan upaya untuk mendapatkan air bersih
dan sehat sesuai dengan standar mutu air. Proses pengolahan air bersih merupakan
proses fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan
sebagai air minum. (Mulia, 2005).
Sumber air untuk keperluan domestik dapat berasal dari beberapa sumber,
misalnya dari aliran sungai yang relatif masih sedikit terkontaminasi, berasal dari
mata air pegunungan, berasal dari danau, berasal dari tanah, atau sumber lain, seperti
air laut. Air tersebut harus terlebih dahulu diolah di dalam wadah pengolahan air
sebelum didistribusikan kepada pengguna. Variasi sumber air akan mengandung
senyawa yang berbeda, maka sudah menjadi kewajiban pengelola air untuk
menjadikan air aman untuk dikonsumsi, yaitu air yang tidak mengandung bahan
berbahaya untuk kesehatan berupa senyawa kimia untuk mikroorganisme
(Situmorang, 2007)
Ada banyak cara untuk pengolahan air untuk keperluan air bersih, tergantung
pada jenis senyawa atau partikel yang terdapat di dalam air yang akan diolah dan
jenis sumber bahan baku air. Modifikasi pengolahan air dan pemilihan serta
penambahan bahan pengendap dapat dilakukan untuk efisiensi pengolahan air bersih.
Menurut Situmorang (2007), beberapa bagian atau langkah penting pengolahan air
(bukan hanya air minum) yang sering dilakukan untuk mendapatkan air bersih adalah:
1. Menghilangkan Zat Padat
Sebelum air diolah untuk air bersih, sering ditemukan bahan baku air
mengandung bahan-bahan yang terbawa ke dalam arus air menuju bak
penampungan. Bahan padat yang mengapung dan melayang dengan ukuran besar
tersebut dapat dihilangkan dengan proses penyaringan (filtrasi). Sedangkan untuk
bahan padat ukuran kecil dihilangkan dengan proses pengendapan (sedimentasi).
Untuk mempercepat proses penghilangan bahan ukuran kecil yang dikenal sebagai
koloid, perlu ditambahkan koagulan.
Bahan Koagulan yang sering dipakai adalah alum (tawas). Tawas di dalam
air akan terhidrolisa dan membentuk senyawa kompleks aluminium yang siap
bereaksi dengan senyawa basa di dalam air. Endapan berupa senyawa aluminium
hidroksida akan terbentuk dan membawa serta mengikat senyawa- senyawa lain
yang tersuspensi ke dalamnya dan mengendap bersama- sama berupa lumpur.
2. Menghilangkan Kesadahan Air
Kalsium dan Magnesium dalam bentuk senyawa bikarbonat dan sulfat
sering ditemukan dalam air yang menyebabkan kesadahan air. Salah satu pengaruh
kesadahan air adalah dalam proses pencucian dengan menggunakan sabun karena
terbentuknya endapan garam yang sukar larut bila sabun bereaksi dengan ion
magnesium dan kalsium.
Cara untuk menghilangkan kesadahan air, misalnya air untuk konsumsi
masyarakat digunakan proses penghilangan kesadahan air dengan penambahan
soda Ca(OH2) dan abu soda Na2CO3 sehingga kalsium akan mengendap sebagai
Mg(OH)2. Bila kesadahan hanya disebabkan oleh kesadahan karbonat maka cukup
hanya dengan menambahkan Ca(OH)2 untuk menghilangkannya.
Penghilangan
mikroba
pathogen
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan
iodine dalam
membinasakan bakteri dan kista sangat tergantung pada pH. Tetapi dalam
membinasakan virus iodin lebih efektif daripada klorin dan bromine. Bromin
merupakan bakterisida dan virusida yang efektif. Karena kehadiran ammonia
dalam air bromin masih lebih efektif bila dibandingkan dengan klorin.
d. Desinfektan lain
Beberapa desinfektan belum atau tidak banyak digunakan karena kurang efektif
atau karena penggunaannya masih merupakan hal baru. Desinfektan tersebut
adalah:
1) Ferrat
Air Baku
Air Minum
Bak Pengendapan
Desinfeksi
Koagulasi
Flokulasi
Sedimentasi
Penyaringan
(Yanto, 2011)
Pengolahan air lengkap diawali dengan diambilnya air baku dari Desa Tegalkamulyan
Kabupaten Cilacap. Air baku itu sendiri yaitu. selanjutnya air baku tersebut
BAB III
DESAIN PROTOTIPE DAN ANGGARAN DANA
1. Desain Prototipe
Keterangan:
1. Tempat penampungan baku air munggunakan galon kecil yang berfungsi untuk
menampung air baku yang akan di alirkan ke bak sedimentasi I.
2. Bak sedimentasi I berfungsi untuk mengendapkan zat-zat padat yang terlarut dalam
air. Pada proses sedimentasi I ditambahkan tawas yang berfungsi untuk
mengendapkan.
3. Kemudian air yang telah disedimentasi dialirkan ke bak sedimentasi II melalui pipa.
4. Sedimentasi II wadah yang berfungsi untuk tempat mengendapkan. Kemudian
dalam bak sedimentasi II air hasil pengendapan kemudian di alirkan ke bak filtrasi
menggunakan pompa hidram yang di alirkan dengan menggunakan listrik.
5. Filtrasi, merupakan bak yang di gunakan untuk menyaring partikel kecil yang
terlarut dalam air baku. Media yang dipakai dalam filtrasi ada 6 jenis yakni :
a. Kerikil berfungsi untuk menyaring partikel kasar dan padat.
b. Karbon aktif berfungsi menghilangkan bau pada air bermasalah. Karbon aktif/
arang aktif merupakan senyawa amorf yang dihasilkan dari bahan-bahan yang
mengandung karbon atau arang yang diperlakukan secara khusus untuk
mendapatkan daya adsorpsi yang tinggi. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas
dan senyawa -senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung
pada besar atau volume pori -pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif
sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat karbon aktif (Darmawan, A.D.
2008)
c. Pasir kuarsa/silica berfungsi menghilangkan kekeruhan dan bau
d. Batu zeolite merupakan suatu mineral yang dihasilkan dari proses hydrothermal
pada batuan beku basa, secara umum zeolit mampu menyerap, menukar ion dan
menjadi katalis. Seperti mengikat kalium, besi, magnesium dan alumunium Sifat
zeolite sebagai adsorben dan penyaring molekul, dimungkinkan karena struktur
zeolite yang berongga, sehingga zeolite mampu menyerap sejumlah besar
molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya, selain
itu Kristal zeolite yang telah terdehidrasi merupkan adsorben yang selektif dan
mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi (Widyatusti, 2011).
e. Pasir aktif mengikat besi dan mangan dan menghilangkan warna kekeruhan
f. Dakron digunakan sebagai pembatas antar media.
6. Aerasi, bak aerasi ini digunakan untuk mengkontakan air dengan udara. Yang
berfungsi untuk menghilangkan zat kimia seperti Fe dan Mn. Proses aerasi yang
dilakukan menggunakan aerator. Setelah diaerasi, air baku akan di alirkan ke bak
desinfeksi melalui pipa.
7. Desinfeksi merupakan proses pengolahan tahap akhir dengan penambahan klorin
yang berfungsi untuk membunuh mikroorganisme dan dibantu dengan kipas yang
berfungsi untuk mencampur air dengan klorin. Kemudian air akan dikeluarkan
melalui kran.
8. Air siap digunakan.
2. Anggaran Dana
a. Alat
No.
Alat
Harga
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
b. Bahan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Total
Pipa paralon
Lem
Static mixer
Pipa penghubung
Pompa hidram
Aerator
Cutter
Gunting
Gergaji
Galon Kecil
Selang plastic
Keran air
Kayu
Paku
Kaca mika
Toples bening
Dinamo
Kabel
Stop kontak
Bahan
Air Baku
Tawas 1 kg
Kaporit 1 kg
Dakron 1kg
Pasir aktif 1 kg
Pasir kuarsa 1 kg
Arang aktif 1 kg
10.000
12.000
100.000
7.500
100.000
17.000
10.000
20.000
30.000
21.000
20.000
-
Harga
5.000
40.000
40.000
2.700
2.800
50.000
Rp 500.000
DAFTAR PUSTAKA
tentang
syarat-syarat
dan
Nomor
pengawasan