Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL DESAIN PROTOTYPE PENGELOLAAN AIR MINUM

BAHAN BAKU AIR SUMUR DENGAN KADAR Fe DAN Mn TINGGI DI


KELURAHAN TEGALKAMULYAN KABUPATEN CILACAP
Untuk memenuhi praktikum Mata Kuliah Pengelolaan Air Minum
Jurusan Kesehatan Masyarakat

KELOMPOK 1 A
Disusun Oleh:
Tri Haryani

G1B012002

Rica Cahyani

G1B012003

Amidiana Araminta A.

G1B012019

Isna kun Farikhah

G1B012020

Heryansyah

G1B012025

Subhan Zainal A

G1B012026

Nurfaizah

G1B012035

Putri Puspitasari

G1B012037

Shella Puspawinaya

G1B012057

Adinda Permatasari

G1B012058

Aisyah Rachmadini

G1B012088

Widya Nevri Nuraeni

G1B012090

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pada dasarnya mutu hidup adalah terpenuhinya kebutuhan dasar
mereka. Dimana kebutuhan dasar antara lain kebutuhan pangan, air bersih,
pendidikan, pekerjaan dan rumah. Pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat secara tidak langsung harus sejalan dengan peranan sumberdaya
yang ada. Salah satu sumberdaya yang sangat berperan dalam proses
kehidupan manusia adalah sumberdaya air. Pertambahan penduduk membawa
konsekuensi terhadap peningkatan kebutuhan akan air baik dari segi kuantitas
maupun kualitasnya dan juga menuntut sarana dan prasarana untuk
mendukung segala aktivitasnya.
Standar kualitas air bersih yang ada di Indonesia saat ini menggunakan
Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan
Pengawasan Kualitas Air dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air
minum menggunakan Kepmenkes RI No. 07/MENKES/SK/VII/2002 tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum (Depkes, 1990).
Menurut S. Alisjahbana, mengatakan berdasarkan data terakhir yang
didapat pemerintah pada 2011, ketersediaan air bersih di Indonesia baru
mencapai 55% dan target tahun 2015 itu air minum atau air bersih harusnya
coveragenya 68% sehingga masih kurang 13%. Air adalah unsur yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahkan dapat dipastikan tanpa
pengembangan sumberdaya air secara konsisten peradaban manusia tidak
akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu
pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar peradaban
manusia (Sunaryo, 2005).
Air permukaan dan air sumur biasanya mengandung bahan-bahan
metal seperti Na, Mg, Ca, dan Fe. Air yang mengandung komponenkomponen tersebut dalam jumlah yang tinggi disebut air sadah. Air
minumpun bukan merupakan air murni. Meskipun bahan-bahan tersuspensi
dan bakteri mungkin telah dihilangkan dari air tersebut, tapi air minum

mungkin masih mengandung komponen-komponen terlarut (Fardiaz dalam


Ompusunggu, 2009).
Besi (Fe) dan mangan (Mn) merupakan logam yang sering bersamaan
keberadaannya di alam maupun dalam air. Logam ini dibutuhkan dalam tubuh
namun dalam jumlah kecil. Kelebihan logam ini dalam tubuh dapat
menimbulkan efek-efek kesehatan seperti serangan jantung, gangguan
pembuluh darah bahkan kanker hati. Logam ini bersifat akumulatif terutama
di organ penyaringan sehingga dapat mengganggu fungsi fisiologis tubuh.
Nilai estetika juga dapat dirusak oleh keberadaan logam-logam ini karena
dapat menimbulkan bercak-bercak hitam pada pakaian. Air yang tercemar
oleh logam-logam ini biasanya nampak pada intensitas warna yang tinggi
pada air, berwarna kuning bahkan berwarna merah kecoklatan, dan terasa
pahit atau masam (Wardhana, 2004).
Masyarakat di desa Tegalkamulyan Cilacap pada umumnya lebih
cenderung menggunakan air tanah, yaitu dengan cara membuat sumur gali.
Permasalahan yang timbul yaitu kualitas air tanah kurang memenuhi syarat
sebagai air bersih terutama warnanya keruh. Berdasarkan Prosiding Seminar
Nasional Hasil-hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM UMP 2014 kadar besi
2,5 mg/L, kadar mangan 0,810 mg/L, warna 500 TCU, coliform 46/100 dan
tingkat kekeruhan tinggi yakni 120 NTU. Oleh karena itu, perlu adanya
penelitian dan percobaan lebih lanjut untuk menangani masalah air di Desa
Tegalkamulyan Kabupaten Cilacap dengan membuat desain prototype
pengolahan air.

2. Tujuan
a. Mengetahui prinsip pengolahan air baku yang bermasalah agar memenuhi
Standar kualitas air bersih Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990
tentang syarat syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
b. Membuat desain prototype yang tepat untuk masyarakat Desa Tegalkamulyan
Kabupaten Cilacap

3. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat
1. Mahasiswa mengetahui syarat-syarat kualitas air sesuai Permenkes RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990.
2. Mahasiswa dapat membuat prototype pengolahan air baku menjadi air
minum.
b. Bagi Jurusan Kesehatan Masyarakat
1. Sebagai salah satu media pembelajaran mahasiswa bidang kesehatan
lingkungan untuk mata kuliah Pengolahan Air Minum sehingga dapat
mendukung pengembangan kurikulum di Jurusan Kesehatan Masyarakat
2. Membina dan meningkatkan kompetensi mahasiswa Jurusan Kesehatan
Masyarakat sehingga mencetak alumni yang dapat mengelola air
bermasalah menjadi air minum
c. Bagi Masyarakat Desa Tegalkamulyan Kabupaten Cilacap
1. Masyarakat mendapatkan cara untuk mengatasi sumber air yang
bermasalah di Desa Tegalkamulyan
2. Masyarakat dapat meningkatkan kesehatan dengan adanya pengolahan air
minum

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Air Minum
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002,
airminum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan
yangmemenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Jenis air minum
meliputi :
1.
2.
3.
4.

Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga


Air yang didistribusikan melalui tangki air
Air kemasan
Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang disajikan
kepada masyarakat
Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting.

Seperti diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68 % dan untuk tetap hidup air
dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan air minum setiap orang
bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan
aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik,
kimia, maupun bakteriologis (Suriawiria, 1996).
Menurut Slamet (2004), syarat-syarat air minum adalah tidak berwarna, tidak
berasa, dan tidak berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman
patogen yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia
yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat
merugikan secara ekonomis. Selain itu kebutuhan kualitas dan kuantitas air
masyarakat harus dipenuhi untuk memenuhi syarat hidup sehat.
2.2. Sumber Air Minum
Pada prinsipnya semua air dapat diolah menjadi air minum. Sumber-sumber
air dapat dibagi menjadi (Notoatmodjo, 2003):
1. Air Hujan

Air hujan merupakan penyubliman awan/uap air menjadi air murni. Walaupun
pada saat prestipasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung
mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran yang berlangsung
di atmosfer dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas,
misalnya karbon dioksida, nitrogen dan amonia. Maka untuk menjadikan air hujan
sebagai sumber air minum hendaklah pada waktu menampung air hujan jangan
dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih banyak mengandung kotoran.
2. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar dari air hujan yang
jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian mengalami pencemaran
baik oleh tanah, sampah maupun lainnya. Pada umumnya air permukaan telah
terkontaminasi dengan berbagai zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga
memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh masyarakat.
3. Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian
mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses
filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di
dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan
lebih murni dibandingkan dengan air permukaan. Secara praktis air tanah adalah
air bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang mengganggu
kesehatan.
4. Mata Air
Dari segi kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena
berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan,
sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Biasanya lokasi mata air
merupakan daerah terbuka, sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan
sekitar.
2.3. Syarat Kualitas Air Minum

Pemanfaatan air dalam kehidupan harus memenuhi persyaratan baik kualitas


dan kuantitas yang erat hubungannya dengan kesehatan. Air yang memenuhi
persyaratan kuantitas apabila air tersebut mencukupi semua kebutuhan keluarga baik
sebagai air minum maupun untuk keperluan rumah tangga lainnya. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat Dan
Pengawasan Kualitas Air, air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak. Adapun syarat-syarat kesehatan air bersih adalah:
1. Persyaratan Biologis
Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme yang
nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam
empat group, yakni parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis
mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah
bakteri seperti Eschericia coli.
2. Persyaratan Fisik
Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni
derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, bau. Aspek fisik ini sesungguhnya
selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik
seperti suhu dan keasaman tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak
langsung pada persyaratan biologis dan kimiawi, seperti warna air dan bau.
3. Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandungan kimiawi air
yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses
biokimiawi tubuh. Bahan kimiawi seperti nitrat, arsenic, dan berbagai macam
logam berat khususnya air raksa, timah hitam, dan cadmium dapat menjadi
gangguan pada faal tubuh dan berubah menjadi racun.

4. Persyaratan Radioaktif

Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan fisik,


namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda, dan pada
wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir.
Air minum dalam tubuh manusia berfungsi untuk menjaga keseimbangan
metabolisme dan fisiologi tubuh. Setiap waktu, air perlu dikonsumsi karena setiap
saat tubuh bekerja dan berproses. Di samping itu, air juga berguna untuk melarutkan
dan mengolah sari makanan agar dapat dicerna. Tubuh manusia terdiri dari berjut-juta
sel dan komponen terbanyak sel-sel itu adalah air. Jika kekurangan air, sel tubuh akan
menciut dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Begitu pula, air merupakan bagian
ekskreta cair (keringat, air mata, air seni), tinja, uap pernafasan, dan cairan tubuh
(darah lympe) lainnya (Depkes RI, 2006).
Menurut Slamet (2004), air digunakan untuk melarutkan berbagai jenis zat
yang diperlukan oleh tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen sebelum memasuki
pembuluh-pembuluh darah yang ada di sekitar alveoli. Begitu juga dengan zat-zat
makanan hanya dapat diserap apabila dapat larut dalam cairan yang meliputi selaput
lender usus. Di samping itu, transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya
dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Air juga berguna untuk mempertahankan
suhu badan karena dengan penguapannya suhu dapat menurun.
2.4. Pengaruh Air Terhadap Kesehatan
Menurut Slamet (2002), secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dapat
bersifat langsung maupun tidak langsung.
1. Pengaruh Tidak Langsung
Pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat
pendayagunaan air yang dapat meningkatkan atau pun menurunkan kesejahteraan
masyarakat. Misalnya, air yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik,
untuk industri, untuk irigasi, perikanan, pertanian, dan rekreasi dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya pengotoran air dapat
menurunkan kesejahteraan masyarakat.
2. Pengaruh Langsung

Air minum atau air konsumsi penduduk dapat menyebabkan penyakit seperti :
a. Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50 -70 % dari seluruh berat badan.
Kekurangan air menyebabkan banyaknya didapat penyakit batu ginjal dan
kandung kemih di daerah tropis seperti Indonesia, karena terjadinya kristalisasi
unsur unsur yang ada di dalam cairan tubuh. (Slamet, 2002).
b. Penyebab Penyakit Menular
Air yang telah tercemar oleh bakteri penyebab berbagai penyakit, dapat
menularkan kepada manusia atau hewan melalui empat mekanisme:
1) Water Borne Disease
Mekanisme penyebaran penyakit dimana pathogen penyebab penyakit
berada dalam air yang telah tercemar dan dapat menyebabkan penyakit
infeksi bila terminum oleh manusia atau hewan. Hal ini karena air tersebut
mengandung kuman pathogen. Diantara penyakit- penyakit yang disebarkan
dengan mekanisme ini adalah penyakit kolera, tifoid, hepatitis A, disentri,
poliomyelitis, dan diare.
Menurut Slamet (2002) penyakit yang disebabkan oleh pathogen
penyebab penyakit berada dalam air yang telah tercemar adalah :
a) Kolera
Penyakit kolera disebabkan oleh Vibrio cholera. Kolera adalah penyakit
usus halus yang akut dan berat, sering mewabah yang mengakibatkan
kematian. Gejala utamanya adalah muntaber, dehidrasi dan kolaps dapat
terjadi dengan cepat. Sedangkan gejala kolera yang khas adalah tinja yang
menyerupai air cucian beras, tetapi sangat jarang ditemui.
b) Tifoid
Tifoid merupakan penyakit yang menyerang usus halus, penyebabnya
adalah Salmonella typhi. Gejala utama adalah panas yang terus menerus
dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi rata-rata dua minggu.
Penularan dapat terjadi dari orang ke orang, atau tidak langsung lewat
makanan, minuman yang terkontaminasi bakteri.
c) Hepatitis A

Hepatitis A dikenal juga sebagai Hepatitis infectiosa, disebabkan oleh


Virus hepatitis A. Gejala utama adalah demam yang akut, dengan
perasaan mual dan muntah, hati membengkak, dan sclera mata menjadi
kuning, diikuti oleh icterius seluruh kulit. Penyakit ini dapat menyebar
secara langsung dari orang ke orang, secara tak langsung lewat air,
makanan yang terkontaminasi virus, dan lewat udara.
d) Poliomyelitis
Penyakit ini seringkali disebut Polio saja ataupun dikenal sebagai
kelumpuhan anak- anak. Polio disebabkan oleh virus. Polio meninggalkan
cacat, menyebar lewat lingkungan air yang tidak saniter. Gejala polio
sangat bervariasi, dapat sangat ringan, menyerupai penyakit influenza,
sampai keadaan kelumpuhan ringan, parah, dan kematian.
e) Diare
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali
dalam satu hari dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih.
Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga
menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat
berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada
anak dan orang tua. Menurut USAID yang menjadi penyebab diare
adalah:
(1) Infeksi dari berbagai bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi
makanan maupun air minum.
(2) Infeksi berbagai macam virus.
(3) Alergi makanan, khususnya susu atau laktosa (makanan yang
mengandung susu)
(4) Parasit yang masuk ke tubuh melalui makanan atau minuman yang
kotor.

2) Water Washed Disease

Mekanisme penyebaran penyakit bila suatu penyakit infeksi dapat dicegah


dengan memperbanyak volume pemakaian air serta memperbaiki hygiene
perorangan. Contoh penyakit yang disebabkan adalah penyakit infeksi
saluran pencernaan, penyakit infeksi kulit dan selaput lendir, penyakit yang
ditimbulkan oleh insekta pada kulit dan selaput lendir.
3) Water Based Disease
Cara penyebaran penyakit ini terjadi bila sebagian siklus hidup penyebab
penyakit memerlukan hospes perantara seperti siput air. Infeksi pada
manusia dapat dicegah dengan menurunkan keinginan dengan kontak
dengan air, mengontrol populasi siput air, dan memperbaiki kualitas air.
Contoh penyakit yang disebabkan adalah Schistomiasis. Dimana larva
schistosoma hidup dalam keong - keong air. Setelah waktunya larva ini
mengubah bentuk menjadi cercaria dan menembus kulit (kaki) manusia
yang berada dalam air tersebut.
4) Insect Vector Disease
Cara penyebaran berkaitan dengan serangga sebagai vektor penyebaran
pathogen penyebab penyakit yang hidup di air. Strategi pencegahan
penyebaran penyakit dapat melalui perbaikan pengelolaan air permukaan,
menghilangkan tempat- tempat perkembangbiakan serangga yang menjadi
vektor penyebaran penyakit infeksi. Contoh-contoh penyakit yang ditularkan
melalui vektor yang hidupnya bergantung pada air misalnya malaria, demam
berdarah, filariasis, Yellow fever, dan lain sebagainya.
2.6. Kualitas Air Baku dan Air Bersih
Masalah air baku untuk industri air bersih menjadi sangat penting. Kualitas air
bersih yang dipengaruhi kualitas air baku tersebut akan berpengaruh pada kesehatan
masyarakat yang mengkonsumsinya (Amsyari, 1996).
Kualitas air bersih sangat erat kaitannya dengan kualitas air bakunya.
Umumnya air baku dari air sumber (air tanah) kualitasnya sudah cukup baik sehingga
tidak sulit menjadikannya air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan. Pada sisi
lain air bersih dalam jumlah banyak harus mengambil dari sumber air yang besar

pula. Ini sering terjadi di kota besar dan akhirnya memilih air sungai yang ada di
dekatnya sebagai sumber air baku. Kualitas air sungai sebagai air permukaan jelas
berbeda dengan air sumber dan air tanah dalam sehingga perlu proses yang lebih
banyak. Pada awalnya proses itu pun tidak begitu berat karena air sungai hanya
terkait dengan limbah rumah tangga yang jumlahnya pun terbatas sehingga proses
penjernihannya pun relatif sederhana (Amsyari, 1996).
Dengan perkembangan industri masalah air baku tidak hanya karena
pencemaran dari limbah domestik, akan tetapi juga dari limbah industri yang pekat
dengan macam bahan kimiawi yang luas. Bahan beracun dan berbahaya jelas tidak
banyak dikeluarkan oleh limbah rumah tangga. Bahan seperti itu umumnya dari
industri yang melibatkan banyak reaksi kimia, seperti industri kertas, cat dan lainnya.
Jelas proses pengolahan air bersih yang akan dilakukan akan lebih kompleks
(Amsyari, 1996).
2.7. Proses Pengolahan Air Bersih
Tujuan pengolahan air bersih merupakan upaya untuk mendapatkan air bersih
dan sehat sesuai dengan standar mutu air. Proses pengolahan air bersih merupakan
proses fisik, kimia, dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan
sebagai air minum. (Mulia, 2005).
Sumber air untuk keperluan domestik dapat berasal dari beberapa sumber,
misalnya dari aliran sungai yang relatif masih sedikit terkontaminasi, berasal dari
mata air pegunungan, berasal dari danau, berasal dari tanah, atau sumber lain, seperti
air laut. Air tersebut harus terlebih dahulu diolah di dalam wadah pengolahan air
sebelum didistribusikan kepada pengguna. Variasi sumber air akan mengandung
senyawa yang berbeda, maka sudah menjadi kewajiban pengelola air untuk
menjadikan air aman untuk dikonsumsi, yaitu air yang tidak mengandung bahan
berbahaya untuk kesehatan berupa senyawa kimia untuk mikroorganisme
(Situmorang, 2007)
Ada banyak cara untuk pengolahan air untuk keperluan air bersih, tergantung
pada jenis senyawa atau partikel yang terdapat di dalam air yang akan diolah dan
jenis sumber bahan baku air. Modifikasi pengolahan air dan pemilihan serta

penambahan bahan pengendap dapat dilakukan untuk efisiensi pengolahan air bersih.
Menurut Situmorang (2007), beberapa bagian atau langkah penting pengolahan air
(bukan hanya air minum) yang sering dilakukan untuk mendapatkan air bersih adalah:
1. Menghilangkan Zat Padat
Sebelum air diolah untuk air bersih, sering ditemukan bahan baku air
mengandung bahan-bahan yang terbawa ke dalam arus air menuju bak
penampungan. Bahan padat yang mengapung dan melayang dengan ukuran besar
tersebut dapat dihilangkan dengan proses penyaringan (filtrasi). Sedangkan untuk
bahan padat ukuran kecil dihilangkan dengan proses pengendapan (sedimentasi).
Untuk mempercepat proses penghilangan bahan ukuran kecil yang dikenal sebagai
koloid, perlu ditambahkan koagulan.
Bahan Koagulan yang sering dipakai adalah alum (tawas). Tawas di dalam
air akan terhidrolisa dan membentuk senyawa kompleks aluminium yang siap
bereaksi dengan senyawa basa di dalam air. Endapan berupa senyawa aluminium
hidroksida akan terbentuk dan membawa serta mengikat senyawa- senyawa lain
yang tersuspensi ke dalamnya dan mengendap bersama- sama berupa lumpur.
2. Menghilangkan Kesadahan Air
Kalsium dan Magnesium dalam bentuk senyawa bikarbonat dan sulfat
sering ditemukan dalam air yang menyebabkan kesadahan air. Salah satu pengaruh
kesadahan air adalah dalam proses pencucian dengan menggunakan sabun karena
terbentuknya endapan garam yang sukar larut bila sabun bereaksi dengan ion
magnesium dan kalsium.
Cara untuk menghilangkan kesadahan air, misalnya air untuk konsumsi
masyarakat digunakan proses penghilangan kesadahan air dengan penambahan
soda Ca(OH2) dan abu soda Na2CO3 sehingga kalsium akan mengendap sebagai
Mg(OH)2. Bila kesadahan hanya disebabkan oleh kesadahan karbonat maka cukup
hanya dengan menambahkan Ca(OH)2 untuk menghilangkannya.

3. Menghilangkan Bakteri Pathogen

Penghilangan

mikroba

pathogen

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan

disinfectant. Umumnya bahan- bahan disinfectant ini bersifat oksidator, sehingga


dapat membunuh mikroba pathogen. Menurut Waluyo bahan- bahan disinfectant
yang banyak dipakai adalah
a. Kaporit
Klorin bila ditambahkan ke dalam air akan terhidrolisis dengan cepat
menghasilkan ion klor dan asam hipoklorit.
b. Ozon
Ozon atau O3 bersifat mudah larut dalam air dan mudah terdekomposisi pada
temperatur dan pH tinggi. Penggunaan ozon lebih aman dibanding kaporit,
terutama bagi mereka yang sensitif terhadap klor. Pengolahan dengan proses
ozonisasi dilakukan dengan cara menyaring air, mendinginkannya, tekanan
ditinggikan, dan ozon dipompakan ke dalam wadah air selama 10-15 menit.
Permasalahannya adalah kelarutan ozon di dalam air relatif kecil sehingga
kekuatan desinfektannya sangat terbatas. Ozon sangat bereaksi dengan cepat
yang menyebabkan persistensinya di dalam air hanya sebentar saja.
c. Iodine dan Bromin
Sudah sejak lama senyawa ini digunakan sebagai antiseptik pada luka,
meskipun penggunaanya sebagai desinfektan tidak atau kurang populer sampai
saat ini. Dibandingkan dengan klorin, penggunaan ion memerlukan biaya lebih
besar. Seperti halnya klorin dan bromine, efektifitas

iodine dalam

membinasakan bakteri dan kista sangat tergantung pada pH. Tetapi dalam
membinasakan virus iodin lebih efektif daripada klorin dan bromine. Bromin
merupakan bakterisida dan virusida yang efektif. Karena kehadiran ammonia
dalam air bromin masih lebih efektif bila dibandingkan dengan klorin.
d. Desinfektan lain
Beberapa desinfektan belum atau tidak banyak digunakan karena kurang efektif
atau karena penggunaannya masih merupakan hal baru. Desinfektan tersebut
adalah:
1) Ferrat

Ferrat merupakan garam dari asam ferric (H 2FeO4) dimana Fe bervalensi 6.


Sebagai bakterisida dan virusida, ferrat lebih baik daripada kloramin.
2) Hidrogen Peroksida
Hidrogen peroksida (H2O2) adalah oksidator kuat yang digunakan pula
sebagai desinfektan. Penggunaannya tidak populer, karena harganya mahal
dan konsentrasi yang diperlukan sebagai desinfektan cukup tinggi.
3) Kalium Permanganat
Kalium Permanganat (KMnO4) merupakan oksidator kuat yang sudah lama
digunakan. Dalam proses pengolahan air bersih, penggunaan KMnO 4 adalah
sebagai oksidator untuk mengurangi kadar Fe dan Mn dalam air, serta untuk
menghilangkan rasa dan bau dari air yang diolah. Selain itu, kalium
permanganat digunakan pula sebagai algisida. Penggunaannya sangat
terbatas karena harganya mahal, daya bakterisidanya rendah serta warnanya
mengganggu bila digunakan pada konsentrasi tertentu.
2.7. Pengolahan Air Minum secara Lengkap
Pengolahan air minum secara lengkap biasanya digunakan untuk air baku
dengan kadar kekeruhan yang tinggi dan memerlukan zat kimia untuk mendapatkan
proses pengendapan yang lebih cepat dan lebih sempurna.

Air Baku

Air Minum

Bak Pengendapan

Desinfeksi

Koagulasi
Flokulasi
Sedimentasi

Penyaringan

(Yanto, 2011)
Pengolahan air lengkap diawali dengan diambilnya air baku dari Desa Tegalkamulyan
Kabupaten Cilacap. Air baku itu sendiri yaitu. selanjutnya air baku tersebut

dimasukkan ke dalam bak pengendapan untuk mengendapkan zat-zat padat yang


terlarut dalam air. Kemudian air tersebut dimasukkan ke dalam bak penampungan
dengan dilakukan proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi. Koagulasi itu sendiri
yaitu proses penggumpalan zat-zat yang tidak dapat difiltrasi. Sedangkan flokulasi
terjadi setelah koagulasi dan berupa pengadukan pelan pada air dengan
mengendapnya koloid, diharapkan laju fowling yang terjadi pada membran akan
berkurang sehingga penggunaan mikro filtasi dalam pengolahan air bersih menjadi
layak untuk dilakukan. Sedimentasi adalah proses pengendapan yang dilakukan
dengan bantuan zat kimia seperti clorin dan tawas, kemudian dilanjutkan dengan
proses filtrasi. Filtrasi itu sendiri dimaksudkan untuk menyaring zat padat tersuspensi
yang tertinggal dalam air. Penyaringan dilakukan pada tanki vertikal yang bertekanan
yang berisi media penyaring yang ditempatkan di atas lantai penyaring yang telah
dilengkapi dengan susunan lubang Nozzle. Zat padat tersuspensi yang tersisa secara
perlahan akan menutup ruang antar butiran pasir. Selanjutnya Proses desinfeksi
bertujuan untuk membunuh mikroorganisme di dalam air yang masih terdapat dalam
air ketika proses filtrasi. Meskipun air sudah melalui berbagai proses pengolahan
sebelumnya dan kelihatan bersih, namun masih sering terkontaminasi dengan
mikroba yang membahayakan kesehatan manusia sehingga diperlukan dalam jumlah
minimum yang diinjeksikan ke dalam jaringan distribusi. Jenis desinfektan yang
umum digunakan adalah kaporit / Hypo Chlorite.

BAB III
DESAIN PROTOTIPE DAN ANGGARAN DANA
1. Desain Prototipe

Keterangan:
1. Tempat penampungan baku air munggunakan galon kecil yang berfungsi untuk
menampung air baku yang akan di alirkan ke bak sedimentasi I.
2. Bak sedimentasi I berfungsi untuk mengendapkan zat-zat padat yang terlarut dalam
air. Pada proses sedimentasi I ditambahkan tawas yang berfungsi untuk
mengendapkan.
3. Kemudian air yang telah disedimentasi dialirkan ke bak sedimentasi II melalui pipa.
4. Sedimentasi II wadah yang berfungsi untuk tempat mengendapkan. Kemudian
dalam bak sedimentasi II air hasil pengendapan kemudian di alirkan ke bak filtrasi
menggunakan pompa hidram yang di alirkan dengan menggunakan listrik.
5. Filtrasi, merupakan bak yang di gunakan untuk menyaring partikel kecil yang
terlarut dalam air baku. Media yang dipakai dalam filtrasi ada 6 jenis yakni :
a. Kerikil berfungsi untuk menyaring partikel kasar dan padat.

b. Karbon aktif berfungsi menghilangkan bau pada air bermasalah. Karbon aktif/
arang aktif merupakan senyawa amorf yang dihasilkan dari bahan-bahan yang
mengandung karbon atau arang yang diperlakukan secara khusus untuk
mendapatkan daya adsorpsi yang tinggi. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas
dan senyawa -senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung
pada besar atau volume pori -pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif
sangat besar, yaitu 25-1000% terhadap berat karbon aktif (Darmawan, A.D.
2008)
c. Pasir kuarsa/silica berfungsi menghilangkan kekeruhan dan bau
d. Batu zeolite merupakan suatu mineral yang dihasilkan dari proses hydrothermal
pada batuan beku basa, secara umum zeolit mampu menyerap, menukar ion dan
menjadi katalis. Seperti mengikat kalium, besi, magnesium dan alumunium Sifat
zeolite sebagai adsorben dan penyaring molekul, dimungkinkan karena struktur
zeolite yang berongga, sehingga zeolite mampu menyerap sejumlah besar
molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya, selain
itu Kristal zeolite yang telah terdehidrasi merupkan adsorben yang selektif dan
mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi (Widyatusti, 2011).
e. Pasir aktif mengikat besi dan mangan dan menghilangkan warna kekeruhan
f. Dakron digunakan sebagai pembatas antar media.
6. Aerasi, bak aerasi ini digunakan untuk mengkontakan air dengan udara. Yang
berfungsi untuk menghilangkan zat kimia seperti Fe dan Mn. Proses aerasi yang
dilakukan menggunakan aerator. Setelah diaerasi, air baku akan di alirkan ke bak
desinfeksi melalui pipa.
7. Desinfeksi merupakan proses pengolahan tahap akhir dengan penambahan klorin
yang berfungsi untuk membunuh mikroorganisme dan dibantu dengan kipas yang
berfungsi untuk mencampur air dengan klorin. Kemudian air akan dikeluarkan
melalui kran.
8. Air siap digunakan.
2. Anggaran Dana
a. Alat
No.

Alat

Harga

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
b. Bahan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Total

Pipa paralon
Lem
Static mixer
Pipa penghubung
Pompa hidram
Aerator
Cutter
Gunting
Gergaji
Galon Kecil
Selang plastic
Keran air
Kayu
Paku
Kaca mika
Toples bening
Dinamo
Kabel
Stop kontak

Bahan
Air Baku
Tawas 1 kg
Kaporit 1 kg
Dakron 1kg
Pasir aktif 1 kg
Pasir kuarsa 1 kg
Arang aktif 1 kg

10.000
12.000
100.000
7.500
100.000
17.000
10.000
20.000
30.000
21.000
20.000
-

Harga
5.000
40.000
40.000
2.700
2.800
50.000
Rp 500.000

DAFTAR PUSTAKA

Amsyari, Fuad. 1996. Membangun Lingkungan Sehat. Surabaya: Airlangga


University Press.
Departemen Kesehatan. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990
Tentang : Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI
__________________. 2006. Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Hygiene
Sanitasi Depot Air Minum. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
907/MENKES/SK/VII/2002

tentang

syarat-syarat

dan

Nomor

pengawasan

kualitas air minum


Mulia, Ricky.M. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Edisi pertama,
Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-syarat Dan
Pengawasan Kualitas Air
Situmorang, Manihar. 2007. Kimia Lingkungan Edisi Pertama. Medan: FMIPA
USU.pen
Slamet, J.S. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
Slamet, Soemirat, 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Sunaryo. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air. Jakarta : EGC
Suriawiria, U. 1996. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Air
Buangan Secara Biologis. Bandung : Penerbit Alumni.
Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Cetakan keempat.
Yogyakarta : Penerbit ANDI
Yanto, Hendri. 2011. Perencanaan Pengolahan Air Bersih Kecamatan Perbaungan.
Bidang Studi Teknik Sumber Daya Air Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara [skripsi].

Anda mungkin juga menyukai